35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang disampaikan oleh media,
harus dipahami dalam keseluruhan proses
produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu sistem kelas. Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem dominasi dan media adalah satu bagian dari sistem dominasi tersebut. Paradigma ini percaya bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan dengan mengusai dan mengontrol media.65 Sifat dasar dari pandangan kritis adalah selalu curiga dan mempertanyakan kondisi masyrakat dewasa ini. Kerena kondisi masyarakat yang kelihatannya produktif, dan bagus tersebut sesungguhnya terselubung struktur masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak. Pandangan kritis ini muncul dan menganggap bahwa media adalah sarana masyarakat dominan untuk mengontrol masyarakat tidak dominan. Karena media telah dikuasai oleh kelompok dominan, maka penelitian media dengan perspektif ini diarahkan untuk membongkar kenyataan palsu yang telah diselewengkan dan dipalsukan tersebut oleh kelompok dominan untuk kepentingannya.66
65 66
Eriyanto, op.cit., hal 23. Eriyanto, op.cit., hal 26
35
36
Paradigma kritis berargumentasi, melihat komunikasi, dan proses yang terjadi didalamnya haruslah dengan pandangan holistik. Penenelitian dengan paradigma kritis melihat realitas dan hubungan sosial berlangsung dalam situasi yang timpang. Paradigma kritis umumnya kualitatif dan menggunakan penafsiran sebagai basis utama memaknai temuan. Karena penafsiran kita dapatkan dunia dalam, dan menyingkap makna yang ada dibaliknya.67 3.2 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian
kualitatif-interpretatif,
yaitu
suatu
metode
yang
memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode di balik tanda dan teks tersebut. Dari bentuknya yang interpretatif, peneliti berlaku sebagai pengamat yang memiliki kualifikasi tertentu dan kompeten akan bisa melaporkan hasil temuannya secara objektif, jelas dan akurat mengenai pengamatan mereka sendiri, dan bedasarkan pengalaman orang lain mengenai dunia sosial.68 Dengan pendekatan kualitatif penelitian
ini, mendekati makna dan
ketejaman analisis-logis dan juga dengan cara menjauhi statistik. Penelitian kualitatif merupakan cara andal dan relevan untuk bisa memahami fenomena sosial (tindakan manusia). Dengan penelitian kualitatif dapat terfokus menemukan tema atau nilai budaya semacam apa yang terpendam dibalik suatu fenomena
67 68
Eriyanto, op.cit., hal 48. Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001, hal 25
37
sosial. Serta untuk menemukan rasionalitas seperti apa yang bersemayam dibalik suatu fenomena sosial.69 Penelitian ini ingin mendalami suatu fenomena sosial dalam masyarakat. Dengan strategi penelitian kualitatif fenomena sosial dalam penelitian ini dapat dipaparkan secara gamblang. Karena penelitian kualitatif dituntut memiliki strategi
penyelidikan
yang
andal
sehingga
hasil
(temuannya)
bisa
dipertanggungjawabkan keterpercayaannya dan kejituannya. 70 Dengan penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan peneliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata gambaran yang holistik dan rumit. Definisi ini melihat perspektif etnik dalam penelitian yang memandang suatu upaya, membangun pandangan subjek penelitian yang rinci. Menurut Jane Richie seperti yang dikutip oleh Moleong, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektif didalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti.71 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotik. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini,ditengah manusia bersama-sama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes seperti yang dikutip oleh Alex Sobur, semiologi pada dasarnya hendak 69
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer), Raja Grafindo Persada,Jakarta,2008, hal 45. 70 Ibid hal 53. 71 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000, hal 3.
38
memepelajari bagaimana kemanusiaan (humanity), memaknai hal-hal (things). Memaknai dalam hal ini berarti objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktu dari tanda.72 Metode semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotik dari pandangan Charles Sanders Peirce. Peirce mengatakan, seperti yang dipaparkan oleh Arthur Asa Berger, bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objekobjek yang mnyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan kausal dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvesional dengan tanda-tanda tersebut. Peirce menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan kausalnya, dan simbol untuk asosiasi konvensionalnya.73 Istilah ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat. Dan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubunan alamiah antara penanda dan petandanya.74 3.4 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah kekerasan simbolik pada tayangan komedi situasi Opera Van Java. Tayangan tersebut yaitu pada episode
72
Alex Sobur, op.cit., hal 15. Arthur Asa Berger, op.cit., hal 16. 74 Alex Sobur, op.cit., hal 41-42. 73
39
“Valentine” tanggal 14 Februari 2011. Sesuai dengan metode penelitian yang telah dipilih, maka tayangan tersebut akan dianalisis melalui analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Melalui analisis semiotika maka makna dari tayangan komedi situasi yang dibangun melalui sejumlah tanda dan kode dapat diungkap. Adapun tanda-tanda tersebut meliputi kategori-kategori tanda yang ditonjolkan dalam tayangan komedi situasi di televisi, yaitu simbol, ikon, atau indeks dengan makna yang dipautkan sesuai dengan konteks tayangan televisi. Sedangkan kode-kode yang ditampilkan dalam komedi situasi ini, dimaknai sebagai tata ungkap visual yang diaplikasikan melalui kekerasan simbolik, yang disisipkan oleh para pemain. Kekerasan simbolik dalam episode ini ditunjukkan dengan menggunakan alat berupa sterofoam atau tindakan-tindakan seperti mendorong sesama pemain, sengaja mengerjai pemain lain, dengan telihat terluka dan kesakitan. Hal-hal tersebut mungkin dapat dikatakan menghibur untuk masyarakat walau sebenarnya telah mencerminkan tindakan kekerasan yang disajikan kepada khalayak. Untuk itu peneliti tertarik untuk memilih episode tersebut.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan menurut sumber data adalah sebagai berikut:
40
3.5.1 Data Primer Data penelitiaan yang diperoleh yaitu observasi pada video atau gambar yang ditayangkan oleh program Opera Van Java episode “Valentine” tanggal 14 Februari 2011. 3.5.2 Data Sekunder Guna menunjang pengumpulan data dalam penelitian ini maka diperoleh melalui studi kepustakaan yang meliputi buku-buku, jurnal, thesis serta referensi tertentu lainnya yang terkait seperti artikel, makalah dan internet. 3.6 Definisi Konsep Dalam penelitian ini beberapa konsep yang dipergunakan adalah representasi, kekerasan simbolik, tayangan, komedi situasi dan semiotika. Representasi adalah istilah yang merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberritaan. Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adanya atau diberitakan buruk. Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok teretentu.75 Kekerasan bisa diartikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan. Dalam kekerasan 75
Eriyanto, op.cit., hal 113.
41
unsur dominasi terhadap pihak lain dalam berbagai bentuknya, fisik, verbal, moral, psikologis ataupun melalui gambar. Dalam penelitian ini kekerasan yang ingin diketahui yaitu kekerasan simbolik dimana kekerasan ini sulit diatasi. Disebut simbolis karena dampak yang biasa dilihat dalam kekerasan fisik tidak tampak. Tidak tampak ada luka, tidak ada akibat traumatis, tidak ada ketakutan atau kegelisahan, bahkan korban tidak merasa telah didominasi atau yang dimanipulasi. Kekerasan simbolik terjadi karena pengakuan dan ketidaktahuan yang didominasi atau diatur.76 Tayangan televisi adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Komedi situasi adalah seni mencipta humor yang cukup sulit. Situasilah yang berperan penting dalam menentukan sebuah adegan humor yang representative. Seluruh dialog secara serius diucapkan untuk menimbulkan kejutan humor. Bukan wacana yang seolah dibuat lucu, tetapi suasanalah yang membangun sebuah kelucuan.77 Metode semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotik dari pandangan Charles Sanders Peirce. Peirce mengatakan, seperti yang dipaparkan oleh Arthur Asa Berger, bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objekobjek yang mnyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan kausal dengan 76 77
Haryatmoko,op.cit., hal 20 Sony Set, op.cit, hal 115
42
tanda-tanda atau karena ikatan konvesional dengan tanda-tanda tersebut. Peirce menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan kausalnya, dan simbol untuk asosiasi konvensionalnya.78 Fokus penelitian pada penelitian ini antara lain narasi (dialog), adeganadegan (scene) yang memperlihatkan kekerasan, serta properti yang dimanfaatkan dalam tayangan komedi situasi Opera Van Java edisi “Valentine”. 3.7 Teknik Analisis Data Untuk menganalisa data yang diperoleh yaitu dokumentasi tayangan komedi situasi Opera Van Java episode episode “Valentine” tanggal 14 Februari 2011, kemudian diteliti bedasarkan kategori-kategori yang telah dibuat. Secara teknik, peneliti menggunakan teknik semiotika untuk melihat bentuk kekerasan simbolik dalam tayang tersebut. Konsep semiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Charles Sanders Peirce, yang nantinya dapat dijelaskan dengan trikotomi ikon, indeks dan simbol.79
Tanda Ditandai dengan: Contoh:
Ikon Persamaan (kesamaan) Gambar-gambar Patung-patung Tokoh Besar Foto Reagen Dapat dilihat
Indeks Hubungan kausal
Simbol Konvensi
Asap/api Kata-kata Gejala/penyakit Isyarat (bercak merah/ campak) Proses Dapat Harus dipelajari diperkirakan Tabel 3.7 Trikotomi Ikon/Indeks/simbolCharles Sanders Peirce80
78
Arthur Asa Berger, op.cit., hal 16. Arthur Asa Berger, op.cit., hal 16 80 Arthur Asa Berger,op.cit., hal16. 79