66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah ungkapan verbal strategi komunikasi yang dilakukan oleh komunikator politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014 yang disampaikan melalui wawancara dengan Dewan Pengurus Pusat di Jakarta. Hasil dari wawancara ini akan dapat menggambarkan bagaimana upaya dan strategi komunikasi politik yang dilakukan Partai Gerindra agar dapat memperoleh suara yang signifikan dalam pemilu. Hal ini dilakukan agar Partai Gerindra dapat mengusung sendiri Prabowo Subianto sebagai calon Presiden sesuai dengan ketentuan UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bahwa partai politik atau gabungan parpol yang akan mengajukan calon presidennya harus memperoleh minimal 20% jumlah kursi di DPR RI dan 25% suara syah nasional. 3.1.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jakarta dan bertempat di Kantor Dewan Pimpinan
Pusat
Partai
Gerindra
serta
tempat-tempat
lain
yang
bersinggungan dengan pelaksanaan wawancara dengan narasumber.
67
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini lebih kurang 3 s/d 6 bulan yang dimulai dari bulan Januari 2014 – Juni 2014. 3.2. Paradigma Penelitian Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis. Penggunaan paradigama kostruktivis ini sejalan dalam penelitian ini, karena material wawancara dari para narasumber dijadikan sebagai rujukan untuk dilakukan suatu konstruksi komunikasi politik dalam menggali lebih jauh tentang bagaimana strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014. Deddy Mulyana (2010:9) menyatakan bahwa paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami dunia nyata. Menurut Muhadjir (2000:188) jika pandangan postitivis menyakini objektivitas adalah pengakuan adanya realitas empirik yang ada di luar diri individu, pandangan konstruksionis menyakini bahwa yang sebenarnya ada bukan realitas empirik, melainkan pemaknaan manusia tentang kondisi empiris. Paradigma konstruktivis yang menjadi kiblat atau akar tradisi penelitian kualitatif pada dasarnya menganggap bahwa fenomena sosial melibatkan manusia sebagai pelaku praktis aktivitas sosial yang senantiasa sarat dengan dunia makna yang melekat pada subyek (manusia) dan senantiasa melibatkan interpretasi, kesadaran dan makna subyektif di tingkat individu sebagai pelaku tindakan sosial. Untuk memahami suatu fenomena sosial haruslah dari hasil “membaca”
68
bagaimana sang pelaku itu memahami dunianya dengan upaya mengerti dengan cara memahami atau understanding of understanding (Bungin, 2007:46). Realitas
dalam
pandangan
konstruksionis
merupakan
hasil
konstruksi melalui sudut pandang tertentu. Tidak ada realitas tunggal yang berlaku umum, karena realitas bersifat ideografis dan unik. Karena itu, pandangan ini melihat komunikasi bukan sebuah proses, melainkan lebih pada produksi dan pertukaran makna. Kajian pada paradigma ini bukan lagi tertuju tentang bagaimana komunikator menyampaikan pesan namun lebih pada bagaimana masing-masing pihak dalam lintasan komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan pesan. Pesan dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima dan dihubungkan dalam konteks sosial di mana pelaku komunikasi berada. Konsentrasi analisis paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2012:40). Salim
dalam
bukunya
(2006:97-98)
memaparkan
tentang
konstruktivis dalam ilmu sosial antara lain: 1) Untuk memahami dan melakukan rekonstruksi tindakan sosial. 2) Menempatkan teori sebagai langkah untuk menyusun deskripsi dan pemahaman terhadap kelompok masyarakat yang hendak diteliti.
69
3) Pengetahuan adalah rekostruksi pemikiran individu yang dikembangkan menjadi konsensus masyarakat. 4) Kekuatan teori berasal dari kehidupan keseharian. 5) Akumulasi pengetahuan terletak pada rekostruksi pengalaman yang apa adanya. 6) Penjelasan sejati adalah kesesuaian antara ekplanasi dengan aspek yang sedang dipelajari. Konstruksi personal adalah tahap dimana individu mengamati segala sesuatu, menginterpretasikannya dan menyusun makna obyekobyek politik secara sendiri-sendiri dan subyektif. Konstruksi sosial merupakan tahap menyatakan opini pribadi di depan umum. Konstruksi politik yaitu tahap menghubungkan opini publik, opini rakyat dan opini massa dengan kegiatan para pejabat publik (eksekutif, legislator dan yudikatif) yang sama-sama bertanggung jawab atas pemrakarsaan, perumusan, penerimaan, penerapan, penginterpretasian dan penilaianpenilaian kebijakan (Nimmo, 2005:12). Hal ini sepaham dengan pendapat yang disampaikan Salim ( 2006:71) secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beraneka bentuk konstruksi sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta tergantung terhadap pihak yang melakukannya.
70
Bungin ( 2001:1) menjelaskan paradigma konstruktivis bahwa realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan individu. Individu adalah manusia bebas yang melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai mesin produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkontruksi dunia sosialnya. 3.3. Metode Penelitian Metode penelitian adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban (Deddy Mulyana, 2006:145). Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dimana cara ilmiah berarti kegiatan dalam penelitian tersebut di lakukan berdasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu bersifat rasional, empiris dan sistematis. Dimana rasional berarti dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, empiris berarti pengamatan berdasarkan indera manusia sehingga orang lain dapat mengetahui cara yang digunakan dan sistematis yang berarti penelitian dilakukan dengan langkah-langkah yang bersifat logis (Sugiono, 2007:2). 3.3.1. Penelitian Kualitatif Jenis penelitian ini adalah deskripsi kualitatif, dimana peneliti mendeskripkan dan menjelaskan setiap kata untuk dikonstruksikan secara
71
ilmiah dari pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Karena itu penelitian ini bersifat subyektif dan hasilnya lebih bersifat kasuistik. Penelitian kualitatif seperti yang dipaparkan oleh Bogdan dan Taylor (1992) dalam (2005:213) diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu dan dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan menyeluruh. Dengan metode penelitian deskriptif kualitatif artinya melukiskan proposisi satu dengan proposisi lainnya satu demi satu. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk : 1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi yang terjadi. 3) Membuat perbandingan atau evaluasi. 4) Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Setelah mendapatkan data atau informasi yang dimaksud, maka langkah selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti yaitu menggambarkan informasi atau data tersebut secara sistematis untuk kemudian di analisis dengan menggunakan perbandingan dan perpaduan dengan teori yang sudah ada, yaitu dengan teknik (Bungin, 2007:28) :
72
1) Menerima teori karena mendukung teori, 2) Meragukan teori kemudian mengkritiknya, 3) Membantah teori kemudian menolaknya, 4) Membangun sebuah teori baru. Pengambilan kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah kategorikategori
substantif
dari
makna-makna
atau
interpretasi
terhadap
fenomena yang diteliti. Oleh karenanya terlihat jelas bahwa penelitian kualitatif bersifat interpretatif dan dengan demikian bernuansa subyektif. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uaraian suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan ataupun perilaku yang diamati individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik (Bogdan and Taylor, 1992:22). Dengan demikian model kualitatif deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan secara sistematis dan mendalam tentang strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014. 3.3.2. Metode Studi Kasus Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, dimana peneliti berusaha secara seksama dan terperinci dengan berbagai cara mengkaji fenomena mengenai suatu kasus khusus dalam kurun waktu tertentu yaitu
73
strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014. Penelitian studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, organisasi, komunitas, sebuah program atau situasi sosial. Peneliti akan berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai obyek yang diteliti (Mulyana, 2001:201). Myerts dalam Bungin (2009:168) mengatakan salah pendekatan dalam paradigma konstruktivis menggunakan pendekatan studi kasus, dimana
dalam
studi
kasus
dengan
pendekatan
interpretif
atau
konstruksivis berusaha memahami suatu fenomena melalui pemaknaan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Karena menggunakan studi kasus diawali dengan menemukan kasus yang menarik, kasus yang menarik adalah hal yang dianggap baru, dan sesuatu yang baru itu adalah memberitahukan kepada komunitas akedemik sesuatu yang tadinya tidak diketahui. Sesuatu yang baru dapat berupa eksplorasi suatu objek penelitian yang baru, membantah teori yang sudah ada, atau memberikan alternatif teori lain yang menjelaskan suatu fenomena. Dalam penelitian ini menggunakan studi kasus eksplanatoris, karena kasus dalam penelitian ini berawal dari pertanyaan bagaimana ‘’Strategi Komunikasi Politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014’’. Robert K. Yin (2012:1) mengatakan studi kasus merupakan strategi penelitian yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why,
bila peneliti hanya sedikit peluang untuk
74
mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitannya terletak pada fenomena (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Yin menyatakan pertanyaan-pertanyaan “bagaimana dan mengapa” pada dasarnya lebih eksplanatoris dan lebih mengarah pada penggunaan strategi-strategi studi kasus. Yin menambahkan Anda tak bisa mengandalkan survei atau telaah rekaman arsip melainkan anda harus menyelenggarakan apa yang disebut dengan analisis studi kasus. 3.4. Key Informan atau Narasumber Narasumber pada penelitian adalah Dewan Pengurus Pusat Partai Gerindra yang memiliki kompetensi dan pengetahuan secara detail tentang strategi komunikasi politik partai sebagai upaya untuk dapat memperoleh suara yang signifikan yaitu 25% suara syah nasional dari para pemilih serta dapat memperoleh kursi DPR minimal 20% sehingga dapat mengusung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden RI dalam Pemilu 2014. Adapun Dewan pengurus Pusat Partai Gerindra yang akan dijadikan sebagai narasumber adalah : 1) Prof. Dr. Ir. Suhardi, M.Sc Beliau dipilih karena menjabat sebagai Ketua Umum Partai Gerindra sehingga mengetahui secara mendalam bagaimana strategi komunikasi politik dalam Pemilu 2014.
75
3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer Data primer dalam bentuk wawancara dari narasumber dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi, observasi dan transkrip dengan melakukan wawancara dengan narasumber yaitu Dewan Pengurus Pusat Partai Gerindra. Pada dasarnya wawancara bertujuan agar memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka. Selanjutnya peneliti bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang dikonstruksi oleh obyek penelitian. Dalam metode wawancara, dimana peneliti ingin memperoleh informasi yang mendalam dari obyek penelitian tentang strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014. Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan langsung oleh peneliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah wawancara mendalam yang berhubungan dengan data yang diperlukan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Sarosa mengutip Kann dan Cannel 1957 (2012:45) mengatakan wawancara adalah sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan wawancara maka peneliti dapat memeperoleh banyak
data
yang
berguna
bagi
penelitiannya.
Wawancara
76
memungkinkah peneliti menggali data yang “kaya” dan multidimensi mengenai suatu hal dari para partisipan. Hasil wawancara adalah persepsi atau ingatan partsipan terhadap suatu hal. Masih dalam kutipan Sarosa Kann dan Cannel mengatakan aspek wawancara dalam penelitian kualitatif adalah: 1) Wawancara dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan pada apa yang diungkapkan oleh partisipan dalam wawancara. 2) Wawancara
bersifat
lebih
personal,
karena
wawancara
membutuhkan kedekataan yang lebih dalam antara peneliti dan partisipan yang diwawancara. 3) Peneliti bekerja langsung dan berhadapan dengan partisipan. 4) Peneliti memiliki kesempatan untuk menelusuri lebih mendalam tentang suatu topik dengan mengajukan pertanyaan tambahan. 5) Wawancara memakan banyak waktu dan sumber daya lainnya, keterbatasan waktu dan sumber daya diperhitungkan dengan baik dalam wawancara. 6) Peneliti sebagai pewawancara adalah sebagai instrumen penelitian. Peneliti harus mampu menyesuasikan diri dari segala kemungkinan munculnya kondisi menyimpang atau berbeda dari rencana awal (contingensi).
77
Wawancara
yang
dilakukan
peneliti
menggunakan
teknik
wawancara semi terstruktur. Wawancara tak terstruktur atau terbuka digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang apa yang sedang di teliti. Teknik ini merupakan teknik yang sangat cocok dalam penelitian ini karena dalam melakukan wawancara kepada obyek penelitian, peneliti belum dapat memastikan data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti harus mengenal lebih dekat dengan obyek penelitian. 3.5.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui sumber-sumber tidak langsung berupa buku-buku, koran, majalah, siaran televisi dan internet yang berhubungan dengan obyek penelitian. Penggunaan data dokumentasi dalam
penelitian
ini
adalah
untuk
mendapatkan
informasi
yang
berhubungan dengan data-data tentang strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014. Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi dan data-data sekunder yang berhubungan dengan fokus penelitian agar mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan studi pustaka yang merupakan pengumpulan data dengan menelaah berbagai tulisan dan kepustakaan tentang berbagai penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan strategi komunikasi politik.
78
3.6. Teknik Analisis Data Analisis penelitian kualitatif berakar pada pendekatan konstruktivis untuk mengurai persoalan subyek manusia yang umumnya tidak taat asas, berubah-ubah, memiliki subyektivitas individual, memiliki emosi dan sebagainya (Bungin, 2007:143). Data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dengan maksud untuk memberikan makna (making sense of) terhadap data, menafsirkan (interpreting) atau mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah yang pada akhirnya pada kesimpulan-kesimpulan final (Punch, 2005:201). Kunci pokok analisis data pada penelitian kualitatif adalah menjawab pertanyaan bagaimana peneliti sampai pada kesimpulankesimpulan dengan bertolak pada data yang ada? Kesimpulan yang dihasilkan pada umumnya bukan untuk digeneralisasikan, tetapi sebagai gambaran interpretif tentang realitas atau gejala yang diteliti secara komprehensif dalam setting tertentu. Hal ini mengandung arti bahwa temuan apapun yang dihasilkan pada dasarnya bersifat terbatas pada kasus yang diamati. Strategi analisis kualitatif umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak di permukaan itu. Dengan demikian, analisis data kualitatif
79
digunakan untuk memahami sebuah proses dan fakta serta bukan sekedar untuk menjelaskan fakta tersebut (Bungin, 2007:144). Tahapan analisis data kualitatif yaitu sebagai berikut : 1) Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada, 2) Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh, 3) Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi, 4) Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi, 5) Menarik kesimpulan-kesimpulan umum, 6) Membangun atau menjelaskan teori. Menurut Lexy J. Moleong (2002:), analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis
data
adalah
rangkaian
kegiatan
penelaahan,
pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademik dan ilmiah. Setelah itu data diinterpretasi dengan memadukan konsep-konsep atau teori-teori
80
tertentu
sehingga dapat
memahami
perilaku
yang
yang
sedang
diobservasi (Rachmat Kriyantono, 2010:119). Setelah melakukan wawancara, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pencatatan
(pencatatan)
hasil
wawancara
(Rachmat
Kriyantono, 2012:109). Dalam hal ini peneliti membaca ulang seluruh material wawancara untuk mendapatkan garis besar atau gambaran umum. Kemudian peneliti membagi transkrip wawancara ke dalam topiktopik.
Selanjutnya
topik-topik
ini
dipisah-pisahkan
berdasarkan
kategorinya berdasarkan tujuan riset. Kategori ini akan meng-cover semua transkrip wawancara dan hasil observasi serta diusahakan agar tidak tumpang tindih anatarkategori. Dari masing-masing kategori kemudian peneliti menganalisanya. Teknik analisa data adalah teknik dengan mengelompokkan data dari
hasil
wawancara
dikonstruksikan
dan
mendalam
dinterpretasikan
yang dalam
kemudian
nanti
akan
sebuah
bentuk
yang
menunjukkan bagaimana pola strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam menghadapi persaingan Pemilu 2014 sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikerjakan dengan mengumpulkan seluruh data yang ditemukan dan selanjutnya peneliti menafsirkan (interpreting) dengan jalan bekerja dengan data-data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
81
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain mengenai strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014. Hasil dari data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dengan cara sebagai berikut: 1) Reduksi data, reduksi merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada
penyederhanaan,
pengabstrakan,
dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
Reduksi
data
penelitian
dan
penelitian
berlangsung.
benar-benar
dilakukan
secara
Proses
diperlukan
terus-menerus
kegiatan
dimulai
dalam selama dengan
membaca seluruh data yang terkumpul dari hasil wawancara langsung pada catatan di lapangan. Kajian pustaka dan dokumentasi lainnya setelah dibaca dan ditelaah. 2) Penyajian data Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sejak mulai pengumpulan data, peneliti melakukan dengan analisa kualitatif. 3) Menarik Kesimpulan/verivikasi Penganalisaan data yang sudah dikumpulkan dan dianalisa secara kualitatif, mencari benda-benda keteraturan, pola-pola
82
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi (A. Michael Haberman, 17-19). 3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Menurut Maxwell dalam Alawasilah (2002:171) validitas dalam penelitian kualitatif merujuk pada pemahaman deskripsi, interpretasi, teori dan generalisasi. Sugiyono (2012:124) mengungkapkan bahwa uji keabsashan data dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain adalah dimana peneliti juga merupakan salah satu instrumen penelitian maka peneliti perlu meningkatkan ketekunan yang artinya melakukan analisa hasil wawancara dan mengecek kembali atau menguji konsistensi apa yang disampaikan oleh narasumber. Menguji konsistensi dapat dipahami seperti dijelaskan dalam buku Rachmat Krisyantono (2012:63) tentang wawancara mendalam yang dilakukan terus menerus (lebih dari satu kali) dimana peneliti akan menanyakan kembali hal yang sudah ditanyakan sebelumnya. Cara lain untuk menguji keabsahan data adalah adanya pendukung pembuktian data yaitu data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara dan foto-foto interaksi dengan narasumber. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti yang dirumuskan ada dua macam yaitu, antara lain :
83
3.7.1. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan berbagai proses analisis yang konstan atau tentatif. Menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci sehingga mendapatkan kedalaman dalam penelitian. Hal itu berarti bahwa peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonojol. Kemudiaan menelaahnya sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan pada tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami (Moleong, 2007:330). Dalam konteks ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu secara tekun dalam upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan obyek penelitian, yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah, yaitu bagaimana strategi komunikasi politik Partai Gerindra dalam Pemilu 2014. 3.7.2. Triangulasi Sumber Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
84
dan alat yang berbeda (Patton dalam Moleong, 2007:330). Hal ini dapat dicapai dengan jalan : 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, 3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.