BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi lokasi penelitian III.1.1 Harian Umum KOMPAS Harian umum KOMPAS merupakan surat kabar nasional yang tidak bisa dilupakan peranannya dalam sejarah pers nasional di Indonesia. Hal ini karena harian KOMPAS termasuk harian yang memberi masukan dalam sejarah jurnalistik, khususnya jurnalistik surat kabar. Hal lain yang perlu diingat dari harian ini adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi harian merupakan sumbangsih terbesar yang pernah diberikan oleh harian KOMPAS kepada jurnalistik di Indonesia. Sejumlah uraian di atas merupakan hasil kerja keras dari kedua tokoh pendiri harian KOMPAS yang sekaligus merupakan tokoh pers juga. Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama merupakan nama pendiri harian KOMPAS. Pada tahun 1965, merupakan masa-masa dimana mendirikan KOMPAS tersebut tercetus. Pada masa itu dimana PKI merajalela, hubungan PKI dan militer memburuk terutama Angkatan Darat, sampai akhirnya Let.Jend Ahmad
Yani
sebagai
Menteri
Panglima
Angkatan
Darat
(1962-1965)
melemparkan ide agar Frans Seda Menteri Perkebunan (1964-1966) menerbitkan Koran. Ide itu sejalan pula dengan terbitnya koran-koran yang bernaung di bawah partai atau corong partai. Frans Seda selaku ketua umum Partai Katolik menanggapi ide tersebut. 48 Universitas Sumatera Utara
49
Jakob Oetama dan PK Ojong menggarap ide mendirikan koran tersebut. Ditetapkan nama Bentara Rakyat yang secara harfiah berarti pegawai rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI (catatan : waktu itu semua yang berbau PKI memakai kata rakyat). Suatu saat, ketika Bentara Rakyat hampir terbit, Frans Seda datang ke Presiden Soekarno untuk urusan dinas selaku Menteri Perkebunan. Bung Karno mendesak Partai Katolik untuk menerbitkan sebuah koran. Bung Karno sudah mendengar bahwa Frans Seda dengan rekan-rekannya dari Partai Katolik akan mendirikan koran. Ketika disebut nama Bentara Rakyat, Bung Karno menyarankan nama “KOMPAS” agar jelas sebagai penunjuk arah. Jadilah dipilih sebagai nama KOMPAS sedangkan Bentara Rakyat dipilih sebagai nama yayasan yang menerbitkan KOMPAS. PKI bereaksi keras dengan terbitnya KOMPAS, dengan menghasut masyarakat dengan ledekan kepanjangan KOMPAS adalah Komando Pastor. Plesetan kata “Komando Pastor” lebih gencar ditiupkan oleh kaum komunis pda masa itu, dengan maksud menhasut dan menjatuhkan nama baik KOMPAS menjadi “Komt Pas Morgen”, artinya KOMPAS yang akan datang, pada keesokan harinya karena memang sering telat terbit. Para pendiri yayasan Bentara Rakyat adalah pemimpin dari organisasiorganisasi Katolik, seperti Partai Katolik, Pemuda Katolik, Wanita Katolik. Pengasuh sehari-hari dipegang oleh dua serangkai Jakob Oetama dan PK Ojong dengan otonomi profesional yang penuh meski ada restu dari Presiden Soeharto. Berkat usaha dari Mgr. Soegipranata, dan bantuan dari pimpinan Angkatan Darat, proses minta izin usaha dan izin terbit menemui kesulitan. Karena pada saat itu PKI menguasai aparatur khususnya aparatur perizinan di Pusat dan Daerah. PKI agaknya tidak mentolerir saingan dari sebuah harian yang menurut mereka “pasti”
Universitas Sumatera Utara
50
merupakan saingan berat namun tahap demi tahap dengan penuh ketekunan dari seluruh kekuatan ormas Katolik, semua rintangan dapat diatasi. Pusat memberi izin prinsip, namun harus dikonfirmasikan di daerah, yakni Daerah Militer V Jaya. Pada tanggal 28 Juni 1965 di Kramat Jaya Jakarta, tepatnya di percetakan PN Eka Grafika, PK Ojong dan Jakob Oetama memulai aktivitas mereka untuk menghasilkan edisi pertama harian KOMPAS. Penampilan edisi pertama harian Kompas memang masih berantakan. Tatanan wajahnya tidak karuan, memiliki gambar kurang terang dan sama sekali belum memiliki tambahan pernak pernik untuk mempercantik diri. Justru dibalik segala keterbatasan serta kekurangan itu, para pengelolanya seperti dipacu untuk terus menerus memperbaiki diri. Dalam kondisi serba kekurangan itu, kemudian diletakkan dalam dasar profesional, sehingga ketika meletusnya Gerakan 30 September PKI, tiga bulan kemudian timbul Ode Baru, KOMPAS sudah siap menampung dan dengan pesat berkembang menjadi suatu harian yang dapat diandalkan dan berpengaruh, baik sebagai sumber pemberitaan maupun sebagai sumber opini. Seperti pada umumnya terjadi dalam pertumbuhan media pers di Indonesia, KOMPAS selama setahun awal perkembangannya, dicetak di percetakan orang lain, sebelum membangun percetakan sendiri. Untuk pertama kalinya dicetak, di atas mesin cetak dupleks yang sederhana, sebelum kemudian pindah ke mesin cetak rotasi. Lalu pada tahun 1972, KOMPAS mulai mencetak sendiri yaitu di percetakan Gramedia. Semula KOMPAS hanya terdiri dari empat halaman, sama seperti harian lainnya kemudian menjadi enam belas halaman, yakni batas maksimum
Universitas Sumatera Utara
51
halaman surat kabar, yang diperbolehkan pemerintah. Kantor redaksi KOMPAS pertama masih menumpang di kantor redaksi majalah Intisari, yang menempati salah satu ruang di kantor percetakan PT Kinta, Jakarta Kota. Oleh karena alasan percetakan jauh, maka redaksi malam juga menumpang di redaksi majalah Penabur, bertempat di jalan Kramat. Sejak Juli 1986, sesuai dengan ketentuan pemerintah, dua kali dalam seminggu KOMPAS dapat menambah halamannya menjadi dua puluh halaman. KOMPAS semula, yang diarmadai hanya oleh lima belas wartawan pada awal kelahirannya, namun hingga kini ada sekitar 300-an wartawan yang bekerja. Sepanjang sejarahnya KOMPAS pernah dua kali dilarang terbit oleh pemerintah dan kedua peristiwa itu merupakan larangan massal. Setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, KOMPAS beserta kebanyakan harian lainnya, dilarang terbit mulai edisi 2 Oktober 1965, dan baru diizinkan beredar kembali tanggal 6 Oktober 1965. Larangan ini dikeluarkan oleh pengusaha pelaksana peran daerah (Pepelrada) Jakarta Raya. Pada saat itu, hanya harian “Angkatan Bersenjata” dan “Berita Yudha” yang boleh terbit karena keduanya didukung oleh tentara. Larangan terbit kedua kali dialami, setelah terjadi demonstrasi mahasiswa pada tahun 1977-1978. KOMPAS termasuk di antara tujuh harian lainnya yang dilarang terbit, yakni Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore. Pada waktu yang sama pula, dilarang terbit sedikitnya tujuh penerbitan pers mahasiwa di berbagai Universitas Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Palembang.
Universitas Sumatera Utara
52
Saat ini Kompas memiliki 550.000 eksemplar pada hari biasa dan hari minggu rata-rata 600.000-700.000 eksemplar dimana 80% peminat Kompas ada di pulau Jawa. Pendapatan iklannya terbesar di Indonesia kira-kira dapat meraup Rp.1,5 milyar per bulannya. Visi dan Misi Kompas Visi harian Kompas yakni menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat serta menjunjung tinggi azas dan nilai kemanusiaan. Misi harian Kompas yakni mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara professional sekaligus memberi arah perubahan (trendsetter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya. III.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana kritis dengan menggunakan analisis Theo Van Leeuwen. Secara umum model analisis ini dipergunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana serta menggambarkan bagaimana pelaku ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam analisisnya, Theo van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua hal, yaitu eksklusi dan inklusi. Tataran ekslusi, melihat apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Adapun strategi-strategi eksklusi yakni: pasivasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat. Tataran inklusi, melihat bagaimana pihak atau kelompok dimunculkan dalam pemberitaan dan bagaimana cara
Universitas Sumatera Utara
53
penggambarannya.
Adapun
strategi-strategi
inklusi
yakni:
diferensiasi-
indiferensiasi, objektivasi-abstraksi, nominasi-kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi-indeterminasi, asimilasi-individualisasi, dan asosiasi-disosiasi. III.3. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdapat terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuhan, udara, gejala-gejala, nilai, peristiwa
sebagai sumber data yang dimiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, yang dimuat di KOMPAS terbitan 1 Desember 2007 - 31 Januari 2008. Menurut Sudjana, sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1995:144). Dalam penelitian ini, sampelnya adalah semua pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, yang dimuat di KOMPAS terbitan 1 Desember 2007 - 31 Januari 2008. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan 8 berita yang menjadi sampel dalam penelitian ini. III.4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni: 1. Studi Dokumen, yaitu mengumpulkan terlebih dahulu berita-berita mengenai kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, yang telah dimuat di Harian KOMPAS.
Universitas Sumatera Utara
54
2. Studi Kepustakaan, yaitu dilakukan untuk menghimpun data sebagai referensi yaitu, buku-buku, majalah dan internet yang menjadi bagian dalam penelitian ini. III.5. Unit dan Tingkat Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh isi berita dalam harian KOMPAS, yang memuat pemberitaan mengenai, kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa mulai dari judul, lead, sampai tubuh berita dengan menggunakan model analisis Theo Van Leeuwen. Unit tersebut akan dianalisis pada level inklusi dan eksklusi. Pada level inklusi, akan melihat bagaimana aktor ditampilkan dalam pemberitaan, sedangkan eksklusi, apakah ada aktor yang dihilangkan atau dari pemberitaan. Sedangkan tingkat analisisnya adalah wacana yang dipakai dalam menganalisis pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah di pulau Jawa. III.6. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan model analisis Theo Van Leeuwen, yaitu: 1. Eksklusion, apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan. 2. Inklusion, bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan lewat pemberitaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DATA
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dengan
model analisis Theo Van Leeuwen. Model ini digunakan untuk
mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok/ seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana serta menggambarkan aktor ditampilkan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2001 : 171-172). Menurut Van Leeuwen, ada 2 hal yang perlu diperhatikan ketika kita memeriksa aktor sosial dalam pemberitaan tersebut yaitu eksklusi dan inklusi. IV.1. Analisis Data Berita Surat Kabar Kompas Kelangkaan minyak tanah di pulau Jawa termasuk berita yang mempunyai nilai berita yang cukup penting karena menyangkut salah satu kebutuhan masyarakat yang cukup dirasa penting. KOMPAS salah satu surat kabar yang memuat berita tersebut. Dengan latar pembaca dari hampir seluruh Indonesia, mengingat KOMPAS merupakan salah satu surat kabar berskala nasional, bagaimanakah KOMPAS menampilkan berita kelangkaan minyak tanah? Apakah ada pihak yang disembunyikan kesalahannya ataukah tidak? Berdasarkan kriteria penentuan sampel maka terdapat 8 berita pada saat surat kabar KOMPAS yang dianalisis. Berita-berita tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis wacana kritis model Theo Van Leeuwen. Berikut analisisnya:
55 Universitas Sumatera Utara
56
Tabel IV.1. Berita Kelangkaan Minyak Tanah di Pulau Jawa pada Surat Kabar KOMPAS No 1.
Tanggal 28 Desember 2007
Judul Berita
Tema
Kelangkaan Masih
Kelangkaan
minyak
Terjadi. Polisi Selidiki
yang terjadi di Cirebon dan
Kemungkinan Kebocoran
Purwakarta
Distribusi.
dugaan kebocoran distribusi
serta
tanah
adanya
minyak tanah yang terjadi. 2.
3 Januari 2008
Kelangkaan Minyak Tanah Kelangkaan Turut Dipicu Rembesan.
minyak
tanah
yang terjadi di Kabupaten Karawang yang diduga turut dipicu
adanya
rembesan
minyak tanah serta antrean minyak di Purwakarta. 3.
5 Januari 2008
Minyak
Tanah
Langka. Kelangkaan
minyak
tanah
Harga Eceran Rp.6.000 per yang terjadi di daerah-daerah Liter.
di
Jakarta
dan
Bogor.
Pertamina mengurangi jatah minyak
tanah
di
daerah
program konversi. 4.
7 Januari 2008
Minyak
Tanah
Didapat di Banten.
Sulit Warga
Banten
kesulitan
untuk mendapatkan minyak
Universitas Sumatera Utara
57
tanah.
Selain
itu
harga
minyak tanah juga naik dari harga semula. 5.
7 Januari 2008
Minyak
Tanah
Langka, Nelayan di daerah Jakarta
Nelayan Stress.
Utara kesulitan mendapatkan minyak
tanah
mereka
kesulitan
sehingga untuk
melaut. Hal itu juga karena harga minyak yang naik. 6.
10 Januari 2008
Transisi Minyak Tanah Ke Penjelasan
BPH
Migas
LPG Picu Antrean Minyak mengenai kelangkaan minyak Tanah.
tanah
yang
juga
menyebabkan antrean warga. 7.
11 Januari 2008
Pedagang Borong Minyak Kelangkaan
minyak
tanah
Memanfaatkan yang terjadi di Serang dan
Tanah.
Operasi Pasar di Beberapa Bogor akibat pedagang yang Lokasi. 8.
25 Januari 2008
Gas
Rp
memborong minyak tanah. 120.000
Per Warga Tegal yang mengantre
Tabung. Antrean Minyak untuk mendapatkan minyak Tanah Masih Terjadi di tanah. Tegal.
Universitas Sumatera Utara
58
1. Judul
: Kelangkaan Masih Terjadi. Polisi Selidiki Kemungkinan
Kebocoran Distribusi. Edisi
: 28 Desember 2007
Narasumber berita yakni pemilik-pemilik pangkalan minyak di jalan Diponegoro Cirebon dan di daerah Purwakarta, warga-warga Kabupaten Cirebon dan di Kabupaten Purwakarta yang kesulitan mendapatkan minyak tanah, Bupati Cirebon Dedi Supardi, dan Kepala Polres Kabupaten Cirebon Edhy Moestofa. Berita ini berisi tentang kelangkaan minyak tanah yang terjadi di Kabupaten Cirebon dan di Kabupaten Purwakarta. Warga kabupaten tersebut kesulitan mendapatkan minyak tanah di daerahnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan pembeli hingga dua kali lipat. Dan pembeli-pembeli tersebut berdatangan dari daerah-daerah berbeda, sehingga salah satu pangkalan minyak tanah yang berada di jalan Diponegoro, Cirebon, selalu dipadati oleh pembeli. Dan oleh adanya kelangkaan minyak tanah ini, Bupati Cirebon akan melakukan penelusuran terhadap penyebab kelangkaan minyak tanah ini. Selain itu diduga adanya kemungkinan kebocoran distribusi minyak tanah. Oleh karena itu Polres Kabupaten Cirebon akan menyelidiki kejadian tersebut. Kelangkaan juga terjadi di Kabupaten Purwakarta. Pasokan minyak tanah langsung habis dalam hitungan 1-2 jam, karena masyarakat memburu minyak tanah tersebut. Berita ini tidak menuliskan ataupun menggambarkan secara jelas para aktor yang terkait, sehingga menimbulkan fakta yang tidak jelas.
Universitas Sumatera Utara
59
a.
Proses Eksklusi 1. Pasivasi Aktif
Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga Cirebon, dapat Pertamina penuhi dan tidak ada pengurangan jatah.
Pasif
Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga Cirebon dipenuhi dan tidak ada pengurangan jatah.
Melalui pasivasi, Pertamina sebagai aktor terkait dikeluarkan dari pemberitaan. Dalam hal ini, Bupati Cirebon melalui pernyataanya secara sengaja atau tidak telah melindungi pihak Pertamina ataupun mungkin wartawan yang dengan sengaja atau tidak menghilangkan pihak yang seharusnya memenuhi permintaan minyak tanah tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sama atau sesuai dengan hasil mereka. 2. Nominalisasi Verba
Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga Cirebon dipenuhi dan Pertamina tidak mengurangi jatah.
Nominalisasi
Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga
Cirebon
dipenuhi
dan
tidak
ada
pengurangan jatah.
Melalui nominalisasi, Pertamina sebagai aktor yang terlibat dikeluarkan dari pemberitaan baik secara sengaja atau tidak, meskipun masyarakat mengetahui
Universitas Sumatera Utara
60
siapa yang berhak mengurangi jatah minyak tanah. Sebenarnya instansi seperti Hiswana Migas, juga dapat sebagai aktor yang terlibat, namun tidak diketahui aktor mana yang seharusnya tidak mengurangi jatah. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. b.
Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Berbeda dengan 900.000 warga kota yang sudah memakai gas, 200.000 warga Kabupaten masih memakai minyak tanah.
Abstraksi
Berbeda dengan warga kota yang sudah banyak memakai gas, warga Kabupaten masih banyak yang memakai minyak tanah.
Dengan abstraksi, kata banyak akan ditafsirkan berbeda oleh setiap individu. Tidak ada jumlah yang lebih tepat untuk menggambarkan berapa jumlah warga kota yang memakai gas, dan berapa jumlah warga di Kabupaten yang memakai minyak tanah. Abstraksi seperti banyak, dipakai wartawan untuk mengambarkan sedemikian besar warga yang memakai/ menggunakan gas dan minyak tanah. Menurut para rechecker, mereka tidak setuju jika kata banyak termasuk dalam suatu strategi abstraksi karena tidak mungkin para wartawan bisa mengetahui berapa jumlah yang tepat dalam menggambarkan warga yang
Universitas Sumatera Utara
61
memakai gas dan yang memakai minyak tanah. Oleh karena itu, menurut rechecker tidak ada abstraksi dalam kalimat tersebut. 2. Objektivasi-Abstraksi. Objektivasi
Bupati Cirebon, Dedi Supardi, Jumat ini akan memanggil Dinas Perekonomian dan Perindustrian, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana
Migas),
serta
Kepolisian
maupun
Pertamina untuk menyelesaikan masalah tersebut. Abstraksi
Bupati Cirebon, Dedi Supardi, Jumat ini akan memanggil Dinas Perekonomian dan Perindustrian, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), serta berbagai instansi terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan abstraksi, aktor tidak disebutkan dalam pemberitaan secara jelas karena kata berbagai instansi terkait masih terkesan abstrak. Tidak diketahui pihak lain yang turut bertanggung jawab akan kelangkaan minyak tanah ini. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 3. Asosiasi-Disosiasi Disosiasi
Kelangkaan minyak tanah terjadi di Kabupaten Cirebon.
Asosiasi
Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta.
Universitas Sumatera Utara
62
Dalam kalimat tersebut diasosiasikan dua hal yakni kelangkaan minyak tanah bukan saja terjadi di Cirebon namun juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta. Dengan demikian timbul jangkauan yang lebih luas dalam masalah kelangkaan minyak tanah/ meluas ke beberapa wilayah. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 4. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di lima wilayah di Kabupaten Purwakarta.
Abstraksi
Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta.
Kata beberapa dapat dimaknakan secara sedikit maupun banyak, sehingga terlihat abstrak wilayah yang mana mengalami kelangkaan minyak tanah di Kabupaten Purwakarta. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 5. Asosiasi-Disosiasi Disosiasi
Hanya pelanggan yang mengantre minyak tanah.
Asosiasi
Bukan hanya pelanggan, pembeli dari luar desa atau
kecamatan
di
Purwakarta
pun
ikut
mengantre.
Dengan asosiasi, dapat diberitahukan bahwa bukan hanya pelanggan, namun pembeli dari daerah lain juga mengantre. Dengan demikian cakupan
Universitas Sumatera Utara
63
semakin luas. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 2.
Judul : Kelangkaan Minyak Tanah Turut Dipicu Rembesan Edisi : 3 Januari 2008. Narasumbernya hanya terdiri dari satu orang yakni Ketua DPC Hiswana
Migas Purwakarta Auh Solahudin. Berita berisi tentang kelangkaan minyak tanah yang terjadi di beberapa daerah seperti Karawang, Purwakarta, Subang dan di desa-desa di Kecamatan Batujaya. Kelangkaan ini diduga terjadi karena adanya perembesan minyak tanah ke daerah lain seperti Bekasi. Dan menurut Ketua DPC Hiswana Migas Purwakarta, Auh Solahudin hal ini sulit untuk untuk ditindaklanjuti secara hukum karena warga dari daerah lain datang untuk mencari minyak tanah. Selain itu, faktor kepanikan warga serta isu rencana kenaikan minyak tanah turut menyebabkan antrean dimana-mana. Berita ini kurang menampilkan narasumber-narasumber lain yang cukup berkompeten untuk dimintai pendapat mengenai kasus tersebut, karena hanya terdapat satu narasumber yang berasal dari kelompok yang tidak merasakan kelangkaan minyak tanah tersebut, dan tidak terdapat komentar dari warga-warga yang kesulitan minyak tanah sehingga tidak diketahui seberapa parah kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Proses Inklusi 1.
Asosiasi-Disosiasi
Universitas Sumatera Utara
64
Disosiasi
Merembesnya minyak tanah memicu kelangkaan minyak tanah.
Asosiasi
Namun rembesan bukan satu-satunya penyebab kelangkaan. Faktor kepanikan warga serta isu rencana kenaikan turut menyebabkan antrean dimana-mana.
Dengan asosiasi, diketahui bahwa bukan hanya karena merembesnya minyak tanah, namun karena adanya faktor lain yang lebih luas yang menyebabkan kelangkaan minyak tanah. Dengan begitu terdapat lebih dari satu faktor/ alasan yang menyebabkan kelangkaan. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sama dengan analisis mereka. Rechecker berpendapat bahwa faktor lain/ tambahan tersebut bukan menandakan bahwa adanya strategi asosiasi dalam teks mengenai berita tersebut, sehingga antara kalimat yang pertama dan kedua bukan menghubungkan peristiwa yang satu dengan peristiwa lain yang lebih luas lagi. Tidak adanya asosiasi. 2.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Hal itu terjadi di daerah Tanjungpura, Karawang Barat, serta lima desa di Kecamatan Batujaya.
Abstraksi
Hal itu terjadi di daeah Tanjungpura, Karawang Barat, serta sejumlah desa di Kecamatan Batujaya.
Universitas Sumatera Utara
65
Dengan abstraksi, tidak diberitahukan jumlah yang tepat dan jelas berapa desa di Kecamatan Batujaya yang ikut mengalami kekurangan minyak tanah. Oleh karena itu jumlahnya masih abstrak. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 3.
Judul : Minyak Tanah Langka. Harga Eceran Rp.6.000 Per liter Edisi : 5 Januari 2008 Narasumber terdiri dari warga-warga Jakarta dan Bogor yang kesulitan
mendapatkan minyak tanah, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Cabang Bogor Hedy S Hardian, Anggota Komite Badan Penggatur Hilir Minyak dan Gas Pusat Eri Purnomo, serta Humas Pertamina Wisnutoro. Berita berisi tentang kelangkaan minyak tanah yang terjadi di berbagai tempat di Jakarta dan Bogor. Disebutkan bahwa kelangkaan ini diduga terjadi karena adanya program konversi ke gas dan penyimpangan distribusi ke sektor industri. Terdapat berbagai pendapat dan keluhan warga Jakarta dan Bogor serta petugas pangkalan minyak. Dituliskan juga bagaimana kesulitan warga untuk mendapatkan minyak tanah. Begitu juga dengan petinggi di Hiswana Migas Bogor dan pihak Pertamina yang menanggapi mengenai peristiwa tersebut. Secara jelas, Humas Pertamina mengatakan memang terjadi pengurangan jatah minyak tanah secara bertahap ke daerah yang termasuk daerah konversi. Sedangkan menurut anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Pusat, Eri Purnomo, kelangkaan dipicu oleh aksi borong warga setelah mendengar isu kenaikan minyak tanah.
Universitas Sumatera Utara
66
a.
Proses Eksklusi 1. Nominalisasi Verba
Kelangkaan Pemerintah
itu
diduga
sebagai
mengkonversi
ke
dampak gas
dari dan
penyimpangan ke sektor industri. Nominalisasi
Kelangkaan itu diduga sebagai dampak program konversi ke gas dan penyimpangan ke sektor industri.
Dengan nominalisasi, pemerintah sebagai pihak terkait dikeluarkan dari pemberitaan meskipun masyarakat mengetahui bahwa pemerintah yang melakukan konversi, namun karena dianggap sudah mengetahui, dan mungkin untuk efisiensi kata, pemerintah dihilangkan. Nominalisasi sering dilakukan wartawan sehingga aktor pelaku disembunyikan baik secara sengaja atau tidak namun pada akhirnya telah membantu penyembunyian aktor. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 2. Nominalisasi Verba
Humas Pertamina Wisnutoro mengatakan Pertamina mengurangi jatah minyak tanah secara bertahap ke daerah yang telah dijatahi tabung gas elpiji hasil konversi.
Nominalisasi
Humas
Pertamina
Wisnutoro
mengatakan
ada
pengurangan jatah minyak tanah secara bertahap ke daerah yang telah dijatahi tabung gas elpiji hasil konversi.
Universitas Sumatera Utara
67
Dengan nominalisasi, Pertamina sebagai operator konversi telah dikeluarkan dari pemberitaan. Meskipun dalam teks tersebut terdapat pernyataan dari Humas Pertamina, namun untuk efisiensi kata, wartawan/ Humas itu sendiri menghilangkan Pertamina dari pemberitaan. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sama dengan hasil analisis mereka. Rechecker berasumsi bahwa tidak terdapat nominalisasi dalam teks tersebut, karena pernyataan tersebut berasal dari Humas Pertamina itu sendiri, yang berarti ia telah mewakili perusahaan tempat ia bekerja yakni Pertamina sehingga benar adanya, tidak terdapat lagi kata Pertamina. a.
Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Pada Jumat (4/1), 200 warga di Jalan Ciledung Raya dan Swadarma, Jakarta Selatan, antre dari pukul 07.00 hingga 12.00.
Abstraksi
Pada Jumat (4/1), ratusan warga di Jalan Ciledung Raya dan Swadarma, Jakarta Selatan, antre dari pukul 07.00 hingga 12.00.
Kata ratusan warga memiliki makna yang abstrak. Ratusan bisa diartikan antara 100 hingga 900-an. Dengan demikian ratusan warga dapat menimbulkan kesan jumlah yang sangat besar di pemikiran khalayak. Hal itu bisa saja terjadi dalam pemberitaan dikarenakan wartawan malas mencari informasi warga yang
Universitas Sumatera Utara
68
mengantre minyak tanah atau karena dikejar deadline ataupun memang kesengajaan wartawan agar berita itu terkesan luar biasa sehingga menarik perhatian khalayak. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 2. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Ada kemungkinan, minyak tanah subsidi dijual ke sektor industri oleh pengecer/ agen yang tidak bertanggung jawab.
Abstraksi
Ada kemungkinan, minyak tanah subsidi dijual oleh ke sektor industri oleh oknum yang tak bertanggung jawab.
Dengan astraksi, tidak diketahui siapa oknum yang dikatakan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kelangkaan minyak tanah tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 3. Asosiasi-Disosiasi Disosiasi
Kelangkaan terjadi di daerah yang sudah dijatah kompor dan tabung hasil konversi.
Asosiasi
Kelangkaan tidak saja terjadi di daerah yang sudah dijatah kompor dan tabung hasil konversi, tetapi juga daerah yang belum tersentuh program konversi.
Universitas Sumatera Utara
69
Dengan asosiasi, diberitakan bahwa kelangkaan terjadi di dua daerah yakni yang sudah dijatah/ daerah konversi dan daerah yang belum tersentuh konversi. Dengan demikian, peristiwa kelangkaan minyak tanah di daerah yang sudah menjadi daerah program konversi, diasosiasikan/ dihubungkan dengan peristiwa kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah yang belum tersentuh program konversi. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 4. Judul : Minyak Tanah Sulit Didapat di Banten. Edisi : 7 Januari 2008 Narasumbernya terdiri dari salah seorang warga KPN yang bernama Ririn, Yuyun seorang pedagang bakso di Desa Cikuesal, dan Bakhtiar pemilik pangkalan minyak tanah di Kelurahan Cikondong, Pandeglang. Berita berisi mengenai warga Banten yang kesulitan mendapatkan minyak tanah yang kemudian harga minyak tanah itu juga ikut naik karena langka. Dalam berita ini, hanya terdapat komentar dari warga yang kesulitan minyak tanah tanpa ada penjelasan dari pihak Pertamina maupun Hiswana Migas yang seharusnya memberikan keterangan seputar kelangkaan minyak tanah yang terjadi di Banten. Dalam berita ini diberitahukan dari keterangan salah seorang pemilik pangkalan bahwa arus distribusi dari agen ke pangkalan tidak tersendat melainkan karena naiknya permintaan warga akan minyak tanah. Proses Eksklusi 1.
Pasivasi
Universitas Sumatera Utara
70
Aktif
Padahal dari pangkalan, agen mematok harga sebesar Rp.2.300-Rp 2.400 per liter.
Pasif
Padahal dari pangkalan, harga minyak tanah dipatok sebesar Rp 2.300- Rp 2.400 per liter.
Dengan
pasivasi,
pihak
agen
sebagai
aktor
dikeluarkan
dari
pemberitaan. Karena tidak disebutkan adanya pihak yang mematok harga minyak tanah tersebut. Hal ini dilakukan wartawan baik secara sengaja ataupun tidak. Menurut para rechecker, hasil analisis sesuai dengan analisis mereka. 2.
Nominalisasi Verba
Pengecer/
agen
menaikkan
harga
minyak
di
Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang. Nominalisasi
Kenaikan harga juga terjadi di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang.
Dengan adanya nominalisasi, tidak disebutkan adanya aktor yang menyebabkan kenaikan harga di kecamatan tersebut sehingga terjadi proses nominalisasi. Padahal kenaikan tersebut dilakukan oleh pihak yang ingin mengambil keuntungan seperti agen. Menurut para rechecker, hasil analisis sesuai dengan analisis rechecker.
Universitas Sumatera Utara
71
5. Judul Edisi
: Minyak Tanah Langka, Nelayan Stress. : 7 Januari 2008
Narasumber terdiri dari Ketua Koperasi Nelayan Cilincing Achmad Mulyadi dan salah satu ketua kelompok nelayan, Sarwinah. Berita berisi mengenai para nelayan di Cilincing, Jakarta Utara yang kesulitan mendapatkan minyak tanah sehingga mereka mengalami stress karena tidak dapat melaut. Ditambah lagi harga minyak tanah yang juga naik sehingga mereka tidak dapat melakukan aktivitas mereka sebagai nelayan bahkan mereka tidak dapat memasak. Dalam berita ini hanya terdapat pernyataan dari nelayan yang kesulitan minyak tanah namun tidak terdapat pernyataan dari pihak Pertamina maupun Hiswana Migas selaku pihak terkait, yang dapat memberikan pernyataan seputar kesulitan yang dialami oleh para nelayan dan jika hal tesebut tidak ditanggapi maka dapat terjadi kenaikan harga kebutuhan lain seperti ikan yang merupakan tangkapan dari nelayan tersebut. Proses Inklusi 1.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Ketua Koperasi Cilincing, Achmad Mulyadi, senin (7/1), mengatakan, setiap hari dia didatangi 50 nelayan yang menyampaikan keluhannya.
Abstraksi
Ketua Koperasi Cilincing, Achmad Mulyadi, senin (7/1), mengatakan, setiap hari dia didatangi puluhan nelayan yang menyampaikan keluhannya.
Universitas Sumatera Utara
72
Dengan adanya abstraksi, maka tidak terdapat kejelasan mengenai berapa jumlah nelayan yang mendatanginya karena pemakaian kata puluhan dapat diartikan secara berbeda oleh setiap pembaca. Puluhan dapat diartikan dari batas 10-90an. Hal ini dapat dilakukan oleh wartawan maupun narasumber yang memberikan pernyataan baik secara sengaja maupun tidak. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis rechecker. 2.
Asosiasi-Disosiasi Disosiasi
Mereka tidak dapat lagi melaut, stress karena cuaca buruk.
Asosiasi
Mereka tidak dapat lagi melaut, stress, selain karena cuaca buruk juga karena tidak bisa memasak jika mereka sedang berlayar mencari ikan.
Dengan adanya asosiasi, maka terdapat peristiwa yang lebih besar lain yang dapat dihubungkan. Pada kalimat pertama, dikatakan bahwa mereka tidak dapat melaut karena cuaca buruk sedangkan pada kalimat kedua, dihubungkan lagi mengapa mereka tidak dapat melaut. Adanya faktor tambahan. Dengan demikian timbul jangkauan penyebab yang lebih luas daripada sebelumnya. Menurut para rechecker, hasil analisis peneliti sesuai dengan hasil analisis rechecker. 3.
Asosiasi-Disosiasi
Universitas Sumatera Utara
73
Disosiasi
Mereka masih tetap memasak pakai minyak tanah saat berlayar.
Asosiasi
Meski masih tetap memasak pakai minyak tanah saat berlayar, tetapi mesin perahu dan kapal mereka rusak karena menggunakan minyak tanah.
Dengan adanya asosiasi, maka terdapat jangkauan yang lebih luas lagi. Pada kalimat pertama ditekankan bahwa mereka masih dapat menggunakan minyak tanah ketika berlayar, namun ada peristiwa lain yang terjadi seperti mesin perahu mereka masih rusak karena menggunakan minyak tanah. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka. 6. Judul : Transisi Minyak Tanah Ke LPG Picu Antrean Minyak Tanah Edisi
: 10 Januari 2008
Narasumbernya yakni Kepala BPH Migas Tubagus Haryono serta Direktur BBM BPH Migas Eri Soedarmo. Berita berisi tentang penyebab kelangkaan minyak tanah yang disebabkan belum siapnya masyarakat terhadap program konversi. Selain itu dikemukakan penyebab lainnya seperti masih terjadi perembesan dan masih adanya agen pangkalan yang bertindak “nakal” sehingga terjadi penimbunan minyak tanah. Dalam berita tersebut hanya berisikan pernyataan dari para petinggi BPH Migas menanggapi kasus kelangkaan minyak tanah. Tidak terdapat pendapat dari warga yang kesulitan terhadap minyak tanah.
Universitas Sumatera Utara
74
Dalam hal ini tedapat suatu penegasan bahwa wargalah yang sebenarnya secara maupun tidak langsung yang menyebabkan kelangkaan minyak tanah. Hal itu terjadi karena warga belum siap untuk melakukan program konversi minyak tanah ke gas, sedangkan kelangkaan juga terjadi di daerah yang belum terkena program konversi. a.
Proses Eksklusi 1. Nominalisasi Verba
Belum
siapnya
Pemerintah
mengalihkan
atau
mengkonversi konsumsi minyak tanah ke gas elpiji menyebabkan antrean panjang minyak tanah dan gas di sejumlah kota di Indonesia. Nominalisasi
Belum siapnya peralihan atau konversi konsumsi minyak tanah ke gas elpiji menyebabkan antrean panjang minyak tanah dan gas di sejumlah kota di Indonesia.
Dengan nominalisasi, pihak Pemerintah sebagai pembuat kebijakan program konversi telah dikeluarkan dalam pemberitaan. Secara sengaja atau tidak hal itu dilakukan wartawan untuk melindungi pemerintah ataupun untuk mengefisiensikan kata agar lebih menarik untuk dibaca. Dalam berita ini yang mewakili pemerintah yakni BPH Migas. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka.
Universitas Sumatera Utara
75
b.
Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Tetapi, ternyata ada agen atau pemilik pangkalan yang tidak senang dengan adanya konversi, sehingga menimbulkan isu kelangkaan minyak tanah dan masyarakat jadi panik.
Abstraksi
Tetapi, ternyata ada oknum yang tidak senang dengan adanya
konversi,
sehingga
menimbulkan
isu
kelangkaan minyak tanah dan masyarakat jadi panik.
Dengan abstraksi, aktor tidak disebutkan dengan jelas karena kata”oknum” masih terkesan kabur, pihak manakah yang dimaksud. Hal itu terjadi karena narasumber tidak ingin menyinggung secara langsung pihak yang terkait. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 2. Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi
Jaringan ritel minyak tanah dan gas memang masih belum siap.
Diferensiasi
Jaringan ritel minyak tanah dan gas memang masih belum siap. Tetapi ternyata ada oknum yang tidak senang
dengan
adanya
konversi,
sehingga
menimbulkan isu kelangkaan minyak tanah dan masyarakat jadi panik.
Universitas Sumatera Utara
76
Dengan strategi diferensiasi, hal-hal yang dinyatakan bisa saling bertentangan. Terlihat pada kalimat pertama dan kedua menjelaskan adanya dua hal penyebab kelangkaan minyak tanah. Di satu sisi karena jaringan ritel, di sisi lain diduga karena adanya oknum namun inti berita tersebut tetap pada faktor yang menyebabkan kelangkaan walaupun kalimat tersebut kontras satu dengan yang lain. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 7. Judul : Pedagang Borong Minyak Tanah. Memanfaatkan Operasi Pasar di Beberapa Lokasi. Edisi
: 11 Januari 2008.
Narasumbernya yakni warga-warga di Kabupaten dan Kota serang, Banten dan di Kota Bogor, yang kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah, para pemilik pangkalan di daerah tersebut, Sekretaris Hiswana Migas Banten Hermansyah serta Ketua Hiswana Migas Bogor Hedy. S. Hedian. Berita berisi tentang para pedagang eceran di Kabupaten dan di Kota Serang yang memborong minyak tanah dalam operasi pasar sehingga dapat menjual lebih mahal di tempat mereka. Akibat aksi pedagang tersebut, terdapat warga yang tidak kebagian. Terdapat juga keluhan-keluhan masyarakat mengenai antrean yang harus mereka lewati ketika ingin membeli minyak tanah. Begitu juga di daerah Bogor. Mengantre juga merupakan kegiatan yang mereka lakukan jika ingin membeli minyak tanah namun stok minyak tanah ternyata habis, sehingga mereka membawa dengan tangan hampa.
Universitas Sumatera Utara
77
Menurut Ketua Hiswana Migas Bogor, membenarkan bahwa mereka membatasi penjualan minyak tanah ke pangkalan agar tidak digunakan oleh para spekulan. Dari berita tersebut, terdapat pendapat masyarakat dan para instansi yang berkepentingan seperti Hiswana Migas, yang secara sama mengeluarkan pernyataan untuk menanggapi kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah mereka dan berita ini sebenarnya lebih menuliskan kejadian-kejadian di lapangan mengenai kelangkaan minyak tanah tersebut. Proses Inklusi 1.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
30 Pedagang eceran turut mengantre bersama dengan warga sekitar untuk memborong minyak tanah.
Abstraksi
Puluhan pedagang eceran turut mengantre bersama dengan warga sekitar untuk memborong minyak tanah.
Dengan abstraksi, tidak terdapat kejelasan dalam berapa pedagang yang ikut mengantre. Kata puluhan bisa berarti dari 10 - 90an. Tidak diketahui jumlah yang pasti, sehingga masih terkesan abstrak. Wartawan secara sengaja atau tidak telah melakukan abstraksi terhadap jumlah para pedagang, sehingga tidak diketahui apakah para pedagang yang mempunyai jumlah yang lebih besar daripada para warga. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan analisis mereka.
Universitas Sumatera Utara
78
2.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Akibatnya, 100 warga tidak kebagian jatah minyak tanah dengan harga Rp 2.300 per liter.
Abstraksi
Akibatnya, banyak warga tidak kebagian jatah minyak tanah dengan harga Rp 2.300 per liter.
Kata banyak mengaburkan jumlah yang sebenarnya. Seharusnya terdapat petunjuk yang konkret karena makna yang diterima khalayak akan berbeda. Wartawan dengan sengaja atau tidak tidak menuliskan dengan jelas berapa jumlah warga yang tidak kebagian. Banyak bisa berarti puluhan ataupun ratusan, dan hal itupun juga belum terlalu konkret. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan analisis mereka. Hal ini disebabkan karena ketidakmungkinan wartawan untuk dapat mengetahui dengan tepat jumlah yang dapat menggambarkan warga yang tidak kebagian minyak tanah sehingga kata banyak dapat dipakai atau dengan kata lain tidak terdapat proses abstraksi. 3.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Bahkan, 300 warga tidak kebagian jatah minyak tanah karena habis diborong pedagang eceran.
Abstraksi
Bahkan, banyak warga tidak kebagian jatah minyak tanah karena habis diborong pedagang eceran.
Universitas Sumatera Utara
79
Dengan abstraksi, tidak terdapat jumlah warga yang tidak kebagian minyak tanah, sehingga tidak ada kejelasan. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan hasil mereka. Tidak terdapat abstraksi dalam teks tersebut, kata banyak dapat mewakili informasi warga yang tidak mendapatkan jatah minyak tanah. 4.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Akibatnya, 100 warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang.
Abstraksi
Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang.
Dengan abstraksi, tidak dapat diketahui kejelasan mengenai berapa jumlah warga yang gagal memperoleh minyak tanah. Masih abstrak, apakah jumlahnya besar atau tidak. Menurut para recheker, tidak terdapat abstraksi dalam pemberitaan tersebut. Wartawan dapat menggunakan kata banyak untuk mewakili berapa jumlah warga yang gagal memperoleh minyak tanah, yang tidak diketahui tersebut.
Universitas Sumatera Utara
80
5.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Sekitar tengah hari, 70 warga yang sudah berjam-jam mengantre terpaksa pulang dengan tangan hampa karena habisnya stok minyak tanah di pangkalan di belakang Pasar Purbasari.
Abstraksi
Sekitar tengah hari, puluhan warga yang sudah berjamjam mengantre terpaksa pulang dengan tangan hampa karena habisnya stok minyak tanah di pangkalan di belakang Pasar Purbasari.
Kata puluhan dapat mempunyai makna yang berbeda bagi setiap khalayak. Puluhan dapat dikisarkan antara 10 sampai dengan 90-an sehingga teks di atas jelas tidak memiliki suatu ketepatan jumlah yang dapat diartikan sama untuk semua orang. Terdapat strategi abstraksi di teks tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan hasil analisis mereka. 6.
Objektivasi-Abstraksi Objektivasi
Terdapat 50 warung pengecer minyak tanah di Bogor juga tidak punya persediaan bahan bakar yang masih jadi kebutuhan pokok warga itu.
Abstraksi
Terdapat banyak warung pengecer minyak tanah di Bogor juga tidak punya persediaan bahan bakar yang masih jadi kebutuhan pokok warga itu.
Universitas Sumatera Utara
81
Dengan abstraksi, tidak diketahui secara tepat jumlah warung pengecer minyak tanah di Bogor yang tidak mempunyai persediaan minyak tanah sehingga masih terkesan abstrak. Kata banyak dapat diartikan secara berbeda oleh setiap khalayak. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan analisis mereka. Recheker berpendapat bahwa wartawan tidak mempunyai kemampuan untuk mendata warung pengecer yang banyak tersebut, sehingga digunakanlah kata banyak. 7.
Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi
Pedagang eceran diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter.
Diferensiasi
Pedagang eceran diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter, warga justru dibatasi membeli minyak tanah maksimal 10 liter.
Dengan diferensiasi, peristiwa mengenai pedagang yang diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter tidak ditampilkan secara mandiri dalam teks, namun dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa lain dalam teks yakni bahwa warga justru dibatasi untuk membeli minyak tanah maksimal 10 liter. Dalam pemberitaan di atas, terlihat kalimat yang berbeda sehingga terdapat warga sebagai suatu kelompok yang dimarjinalkan. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka.
Universitas Sumatera Utara
82
8.
Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi
Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang eceran.
Diferensiasi
Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang eceran. Bahkan, sebelum habis, minyak tanah operasi pasar dibawa ke pangkalan milik Suhaemi.
Tanpa terdapat kalimat ke-2, pada intinya warga tetap tidak mendapatkan minyak tanah. Dengan adanya kalimat ke-2 maka terlihat adanya penegasan yang menimbulkan permarjinalan warga karena diberitakan bahwa terdapat peristiwa lain yang menyebabkan mengapa warga tidak mendapatkan minyak tanah. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan hasil analisis mereka. 9.
Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi “Kami sengaja membatasi penjualan minyak tanah di tingkat
pangkalan
pendistribusian
dan
berusaha
menyetop
sampai ke tingkat pengecer.”, kata
Hedy, kemarin. Diferensiasi
Kami sengaja membatasi penjualan minyak tanah di tingkat
pangkalan
pendistribusian
dan
berusaha
menyetop
sampai ke tingkat pengecer.”, kata
Hedy, kemarin. Akan tetapi, hingga kemarin minyak tanah belum tersedia di semua pangkalan.
Universitas Sumatera Utara
83
Dengan adanya diferensiasi, maka terdapat dua kalimat yang berbeda. Pada kalimat ke-1, ditegaskan oleh Hiswana Migas bahwa pihak mereka sengaja membatasi minyak di pangkalan, namun pada kalimat ke-2 terdapat peristiwa lain yang berbeda dari yang disampaikan yakni tidak tersedia minyak tanah di semua pangkalan. Meskipun dibatasi, seharusnya terdapat minyak tanah walaupun dalam jumlah kecil namun, pada kenyataannya, tidak terdapat. Secara tidak langsung, pihak Hiswana Migas telah dimarjinalkan, karena Hiswana Migas telah mengingkari janji. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis rechecker. 10.
Determinasi-Indeterminasi Indeterminasi
Menurut X warga, sebagian pengantre bahkan berasal
dari
kelurahan-kelurahan
lain,
seperti
Ciheleut, Tegalmangga, dan Babakan. Determinasi
Menurut seorang warga, sebagian pengantre bahkan berasal
dari
kelurahan-kelurahan
lain,
seperti
Ciheleut, Tegalmangga, dan Babakan.
Dengan adanya determinasi, maka identitas seorang warga tersebut tidak diketahui secara jelas (anonim). Secara sengaja atau tidak, wartawan telah menghilangkan nama dari warga tersebut padahal informasi yang diberikannya dapat sangat bermakna ataupun tidak. Khalayak tidak mengetahui informasi
Universitas Sumatera Utara
84
tersebut berasal dari siapa dan dari daerah mana. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka. 8. Judul : Gas Rp.120.000 Per Tabung. Antrean Minyak Tanah Masih Terjadi di Tegal. Edisi
: 25 Januari 2008
Narasumbernya yakni salah satu warga Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal Selatan yang kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah. Berita ini berisikan tentang antrean yang masih terjadi di Kota Tegal Jawa Tengah. Selain itu pembelian minyak tanah juga sudah menggunakan kartu kendali, sehingga hanya warga yang mempunyai kartu kendali yang berhak mendapatkan minyak tanah. Dalam berita ini tidak terlalu terlihat adanya proses strategi wacana eksklusi maupun inklusi karena terbatasnya berita yang disampaikan. Selain itu berita tersebut juga digabungkan dengan berita mengenai kelangkaan gas, dimana peneliti tidak meneliti permasalahan tersebut. Berita ini juga tidak menampilkan narasumber dari pihak Pertamina maupun Hiswana Migas dari Kota Tegal, sehingga tidak diketahui secara jelas penyebab kelangkaan minyak tanah tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis rechecker.
Universitas Sumatera Utara
95
IV.2. Pembahasan Penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma kritis dengan menggunakan metode analisis wacana kritis melalui model penelitian Theo Van Leeuwen. Paradigma kritis memandang bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media. Media yang mempunyai modal yang kuat dan pengaruh yang luas di masyarakat cenderung dapat melakukan dominasi dengan cara memberikan penafsiran tunggal terhadap suatu fenomena, isu-isu ataupun aktor-aktor tertentu lewat pemberitaan yang terus menerus disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran kepada khalayak mengenai sesuatu. Analisis wacana kritis melalui pendekatan Theo Van Leeuwen lebih menekankan bagaimana seseorang/ kelompok (aktor) ditampilkan dalam pemberitaan, apakah sebagai pihak dominan/ marjinal. Model ini berdasarkan pada dua konsep utama dalam pembedahan teks berita yaitu eksklusi dan inklusi. Dengan konsep ini dapat dilihat bagaimana suatu pihak ditampilkan dalam suatu pemberitaan. Dengan memakai kata, kalimat, informasi atau suatu susunan bentuk kalimat tertentu, cara bercerita tertentu, masing-masing kelompok dipresentasikan dalam teks. Melihat pada 2-3 penelitian terdahulu seperti pada “Analisis Wacana Pemberitaan GAM Pasca Mou Helsinki di Harian KOMPAS ataupun “Analisis Wacana Tentang Pemberitaan Kasus Sengketa Tanah Pasuruan di KOMPAS”, yang memakai sampel dari surat kabar KOMPAS, ditemukan bahwa penentuan
Universitas Sumatera Utara
96
narasumber berita sangat berperan dalam pemarjinalan seseorang maupun kelompok. Adanya kecenderungan menyudutkan pihak lain ketika wartawan mengambil narasumber dari pihak yang berseberangan. Dari pemberitaan yang ada, terdapat dugaan kecenderungan KOMPAS yang kurang mengedepankan prinsip cover both side, dimana warga yang menjadi salah satu elemen utama kurang mendapat pemberitaan yang sepadan meskipun pada 5 pemberitaan, warga yang kesulitan mendapatkan minyak tanah ditampilkan juga. KOMPAS sebagai salah satu surat kabar nasional terbesar di Indonesia memiliki beragam-ragam berita yang hampir mencakup segala aspek. Pada berita pertama
yang
berjudul
“Kelangkaan
Masih
Terjadi.
Polisi
Selidiki
Kemungkinan Kebocoran Distribusi” terdapat strategi wacana eksklusi yakni pasivasi dan nominalisasi. Dalam hal ini pemerintah ataupun Pertamina sebagai aktor sosial dikeluarkan dari pemberitaan. Terdapat strategi wacana inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan asosiasi-disosiasi. Dalam berita kelangkaan minyak tanah ini, ditampilkan masyarakat yang harus kesulitan mendapatkan minyak tanah dan pengaburan pihak yang seharusnya bertanggung jawab. Pada berita kedua yang berjudul ”Kelangkaan Minyak Tanah Turut Dipicu Rembesan”, hanya terdapat strategi wacana inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan asosiasi-disosiasi. Masyarakat tidak ditampilkan secara sempurna karena sering adanya pengaburan informasi dan juga sering dikaitkan dengan aktor maupun peristiwa lainnya. Pada berita selanjutnya yang berjudul “Minyak Tanah Langka. Harga Eceran Rp.6.000 per liter” terdapat strategi eksklusi yakni nominalisasi. Dimana
Universitas Sumatera Utara
97
dalam berita ini Pertamina/ pemerintah dikeluarkan dalam pemberitaan. Begitu juga dengan pihak agen minyak tanah. Terdapat juga strategi inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan asosiasi-disosiasi. Dalam hal ini masyarakat diberitakan secara tidak menyeluruh apalagi yang menyangkut dengan jumlah atau kuantitas. Pada berita berikutnya yang berjudul “Minyak Tanah Sulit Didapat di Banten” hanya terdapat strategi wacana eksklusi yakni pasivasi dan nominalisasi. Dalam berita tersebut, agen/ pengecer selaku aktor terkait dikeluarkan dari pemberitaan. Wartawan seakan melindungi pihak tersebut. Pada berita kelima yang berjudul “Minyak Tanah Langka, Nelayan Stress” hanya terdapat strategi wacana inklusi yakni asosiasi-disosiasi, dan objektivasiabstraksi. Dalam berita ini masyarakat tidak ditampilkan secara keseluruhan dari segi jumlah dan peristiwa yang mereka alami mempunyai asosiasi atau hubungan dengan masalah atau peristiwa yang lain. Pada berita keenam yang berjudul “ Transisi Minyak Tanah Ke LPG Picu Antrean Minyak Tanah” terdapat strategi wacana eksklusi yakni nominalisasi dimana pemerintah dikeluarkan dari pemberitaan. Terdapat juga strategi inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan diferensiasi-indiferensiasi. Dalam berita ini agen/ pengecer tidak dijelaskan secara utuh serta tidak diberitahukan informasi dengan jelas sehingga terjadi keabstrakkan. Terjadi penambahan alasan/ penyebab kelangkaan minyak tanah sehingga masyarakat berpikir bahwa sebenarnya penyebab minyak tanah langka bukan hanya dari satu unsur melainkan dari penyebab yang lain.
Universitas Sumatera Utara
98
Pada berita berikutnya yang berjudul “Pedagang Borong Minyak Tanah. Memanfaatkan Operasi Pasar di Berbagai Lokasi” terdapat strategi inklusi yakni
objektivasi-abstraksi,
diferensiasi-indiferensiasi
dan
determinasi-
indeterminasi. Dalam hal ini tidak adanya informasi yang jelas dalam menampilkan masyarakat sebagai aktor sosial. Dalam teks juga terdapat kalimat yang memarjinalkan masyarakat serta pernyataan dari Hiswana Migas yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Terdapat juga pengaburan identitas masyarakat dalam pemberitaan. Pada berita terakhir yang berjudul “Gas Rp 120.00 Per Tabung. Antrean Minyak tanah Masih Terjadi di Tegal” tidak terdapat pemakaian strategi wacana apapun karena didalam berita tersebut hanya menjelaskan tentang antrean warga dan pembelian di pangkalan yang telah memakai kartu kendali serta minimnya narasumber yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Peneliti mendapatkan isi teks berita kelangkaan minyak tanah pada surat Kabar KOMPAS menunjukkan bervariasinya berita tersebut mulai dari tersebarnya daerah atau tempat yang mengalami kelangkaan minyak tanah, penyebab kelangkaan minyak tanah yang dijelaskan secara berbeda-beda, dan juga pernyataan-pernyataan dari warga-warga yang kesulitan mendapatkan minyak tanah di daerah mereka masing-masing. Meskipun terjadi kesamaan dalam topik beritanya namun terdapat juga berita-berita yang dikemas sedemikian rupa untuk menampilkan berita kelangkaan minyak tanah dalam angle/ sudut yang berbeda. 2. Pemberitaan pada Surat Kabar KOMPAS terkesan berhati-hati sehingga tidak terlalu ekstrim namun tidak begitu netral. Hal tersebut sering diutarakan dengan kurang adanya cover both side. Hal ini dapat disebutkan, melihat adanya ketidakseimbangan narasumber dalam 2-3 berita. Dapat terjadi minimnya narasumber dalam suatu berita kelangkaan minyak tanah atau dengan kata lain tidak jarang narasumber hanya dari satu pihak, namun pada berita lain, terdapat pernyataan dari pihak-pihak yang berkepentingan seperti Pertamina, Hiswana Migas, masyarakat ataupun Kepolisian. Surat kabar KOMPAS juga mengangkat kesulitan99 Universitas Sumatera Utara
100
kesulitan warga dalam mendapatkan minyak tanah. Tidak jarang juga disebutkan juga secara sedikit mendetail bagaimana perjuangan, keluh kesah warga dalam mengantre minyak tanah sehingga ada kalanya berpihak pada masyarakat dan ada kalanya berpihak pada pihak lain seperti Pemerintah atau Hiswana Migas. 3. Dalam setiap pemberitaan yang ada, strategi eksklusi tidak terlalu sering digunakan meskipun dalam 2-3 berita terdapat pengeksklusian Pemerintah dan Pertamina selaku “operator” pemerintah. Terjadi pula pengeksklusian agen/ pengecer yang sebenarnya melakukan tindakan yang “nakal” seperti menaikkan harga sehingga minyak tanah langka di pasaran, namun dikeluarkan dari pemberitaan. Minimnya pernyataan dari pemerintah/ Pertamina untuk menanggapi kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah-daerah di pulau Jawa. Padahal hal ini sangat erat kaitannya dengan program pemerintah untuk melakukan konversi minyak tanah ke gas sehingga sebenarnya kelangkaan minyak tanah ini memang harus terjadi mengingat adanya program konversi yang dilaksanakan oleh pemerintah guna untuk mengurangi subsidi. Terlebih lagi Pertamina mencanangkan semua masyarakat pulau Jawa pada akhir tahun 2008 sudah beralih ke pemakaian gas elpiji. Meskipun pada kenyataannya semuanya itu harus dilakukan secara bertahap namun kelangkaan minyak tanah telah melanda daerah yang belum terkena program konversi. 4. Pemberitaan pada KOMPAS juga sering melakukan strategi inklusi dimana masyarakat juga ditampilkan secara abstrak sehingga terdapat informasi yang tidak jelas secara keseluruhan yang berkaitan dengan aktor
Universitas Sumatera Utara
101
sosial tersebut. Dalam hal ini warga sebenarnya mendapatkan wacana yang positif karena “dibantu” dengan adanya abstraksi jumlah maupun dengan strategi inklusi yang berbeda namun tidak jarang juga mendapatkan
penyudutan
sehingga
termarjinalkan.
Dalam
setiap
pemberitaan hampir selalu ada proses inklusi kecuali pada 2 berita yang tidak menggunakan strategi tersebut. 5. Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan bahwa pemilihan narasumber juga menentukan permarjinalan suatu kelompok/ pihak tertentu. Dari berita-berita yang diteliti misalnya saja ketika transisi minyak tanah ke LPG, masyarakat diberitakan tidak mau/ tidak siap untuk beralih ke LPG ataupun ketika minyak tanah langka akibat pedagang yang memborong, masyarakat juga ikut dimarjinalkan karena adanya permintaan yang meningkat dari warga namun ketika warga menjadi narasumber, mereka lebih sering untuk menyampaikan keluhannya daripada “menyudutkan” pihak lain seperti Pertamina. V.2. SARAN Analisis wacana merupakan metode penelitian komunikasi yang sedang berkembang, akan tetapi masih minim dalam hal literatur terutama dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu peneliti yakin bahwa penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk dijadikan referensi bagi penelitian dengan metode yang sama selanjutnya. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki kekurangan dan kesubjektivitasan meskipun terdapat hasil lain dari para rechecker, peneliti belum
Universitas Sumatera Utara
102
bisa secara 100 % dikeluarkan dari proses penelitian. Akan tetapi peneliti yakin bahwa peneliti-peneliti selanjutnya bisa mengembangkan dan mengoreksinya. Suatu penelitian dilakukan demi penyempurnaan penelitian sebelumnya. Dari penelitian yang telah peneliti lakukan, ada beberapa poin yang penting yang menjadi perhatian.
Dalam hal akademis, penelitian ini dapat berlaku pada
masyarakat yang memiliki intelektualitas menegah ke atas karena masyarakat tersebut yang menjadi penikmat surat kabar harian KOMPAS. Hal ini disebabkan karena rata-rata mereka memiliki tingkat kekritisan yang dikatakan lebih tinggi daripada masyarakat yang tidak membaca KOMPAS. Masyarakat tersebut pastinya mengharapkan informasi yang lebih jelas lagi menyangkut suatu peristiwa sehingga hasil ini bermanfaat bagi masyarakat yang benar-benar kritis dalam mengamati suatu berita yang ditampilkan media. Dalam hal praktis ada beberapa saran yakni Pertama, bagi kaum akademisi yang bertugas mengadakan kegiatan belajar-mengajar hendaknya selalu meng-up date teori-teori komunikasi yang ada. Dengan semangat kritis diharapkan agar dosen pengajar mampu berkomunikasi secara santai namun tetap serius sehingga terjalin atmosfer perkuliahan yang dinamis serta tidak kaku. Serta tidak terlalu berkutat dengan teori saja melainkan lebih menekankan kepada contoh kasus yang relevan dan memperbanyak praktek komunikasi sehingga ilmu komunikasi benar-benar dapat diaplikasikan di dalam kehidupan ataupun dunia kerja. Kedua, peneliti melihat dalam diri peneliti sendiri sebagai seorang mahasiswa hendaknya mahasiswa tidak berpuas diri dengan apa yang diperoleh pada waktu perkuliahan karena realita yang terjadi di masyarakat belum tentu sama dengan apa yang telah dipelajari di kampus. Sebaiknya budaya membaca
Universitas Sumatera Utara
103
dan budaya berdiskusi harus sudah tertanam dalam diri seorang mahasiswa yang akan menjadi penerus bangsa yang terus meng-up date pengetahuannya. Hal itu perlu dilestarikan mengingat semakin menipisnya mental kritis mahasiswa yang kini cenderung konsumptif. Pada akhirnya intelektualitas yang didapatkan akan menjadi pertahanan mahasiswa ketika menikmati media dan pada saat bekerja di media. Ketiga ditujukan untuk para pekerja media. Hendaknya selalu berusaha untuk menciptakan berita yang akurat, tepat serta jelas sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dari suatu peristiwa yang dapat membingungkan khalayak pembaca. Oleh karena itu kualitas dari suatu tulisan harus tetap terjaga sehingga memberikan manfaat terbaik bagi pembaca. Keempat, bagi pemerintah. Pemerintah merupakan suatu elemen yang tugas hakikatnya adalah menangani masyarakat serta membuat kebijakan yang dapat dinikmati oleh setiap pihak. Oleh karena itu dalam pengambilan kebijakan seperti melakukan program konversi minyak tanah ke gas elpiji, harus benar-benar dilakukan untuk menguntungkan masyarakat dan bukan untuk sebagian masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah dalam membuat dan mengambil keputusan harus secara transparan, jelas dan dipikirkan secara mendetail dampak dari setiap kebijakan. Dan yang terakhir yakni bagi masyarakat. Sudah merupakan rahasia umum kalau masyarakatlah yang selalu merasakan dampak buruk dari suatu kebijakan yang diambil. Oleh karena itu masyarakat saat ini dituntut untuk lebih kritis dan berperan aktif dalam menilai setiap kebijakan yang diambil pemerintah ataupun
Universitas Sumatera Utara
104
pihak lain. Apakah kebijakan tersebut menguntungkan atau malah merugikan sehingga masyarakat Indonesia dapat lebih kritis dan memiliki intelektualitas yang tinggi dalam mengambil sikap dan tindakan.
Universitas Sumatera Utara