BAB III METODOLOGI
III.1. Kerangka Pikir Manajemen laba merupakan intervensi yang dilakukan oleh manajemen terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Tindakan manajemen laba tersebut merupakan tindakan opportunist yang mengakibatkan terjadinya banyak skandal laporan keuangan di perusahaan. Skandal laporan keuangan terjadi hampir di semua sektor termasuk sektor perbankan yang merupakan sektor yang teregulasi dan memiliki peraturan yang lebih ketat dibandingkan sektor lainnya. Potensi kerugian negara akibat kejahatan perbankan selama tahun 2006 mencapai Rp 1,209 triliun dan 52 juta dollar AS. Data hasil investigasi Bank Indonesia bekerja sama dengan Kejaksaan Agung dan Kepolisian Negara Republik Indonesia menunjukkan indikasi itu muncul dari 134 kasus perbankan. Dari 134 kasus itu, 43 melibatkan 33 bank umum dan 91 kasus pada Bank Perkreditan Rakyat (Kompas, 2007). Terdapat berbagai variabel yang dapat digunakan untuk mengestimasi terjadinya praktik manajemen laba, diantaranya adalah struktur kepemilikan, penerapan good corporate governance, financial leverage, ukuran perusahaan serta kualitas audit. Dalam thesis ini, peneliti berusaha untuk membuktikan pengaruh-pengaruh variabel tersebut di atas terhadap praktik manajemen laba dengan melakukan pengujian statistik. 57
58
Tahap Perencanaan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Mengumpulkan Penelitian Terdahulu
Mengumpulkan Data dan Mengolah Data
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Keberadaan Komite Audit, Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Opini Auditor dan Absolute Discretionary Accruals Perusahaan – Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Kecuali Industri Keuangan
T A H A P
Analisis Data
P E L A K S A N A A N
Uji Asumsi Klasik
Uji Hipotesis
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba
Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba
Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba
Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba
Hipotesis diterima
Financial leverage berpengaruh terhadap manajemen laba
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba
Hipotesis ditolak
Membandingkan dengan penelitian sebelumnya
Tahap Penyelesaian
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Kerangka berpikir
Ukuran kantor akuntan publik berpengatuh terhadap manajemen laba
Opini auditor berpengaruh terhadap manajemen laba
59
III.2. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu: 1.
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari berbagai jurnal, literatur, buku, dan sumber-sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan topik skripsi di perpustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder berupa informasi dan data teknis yang akan digunakan sebagai landasan teori dan dasar analisis dalam penelitian ini.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder mengenai laporan keuangan perusahaan industri keuangan yang telah diaudit tahun 2008 melalui situs www.idx.co.id. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data setiap variabel yang akan diolah, diteliti, diuji, dan kemudian dianalisis dengan menggunakan pengujian statistik yang diperlukan.
III.3. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba. Sukharta dalam jurnal akuntansi (2007, p3) menyatakan bahwa guna mengurangi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan. Jensen dan
60
Maecckling (1976) dengan hipotesis pemusatan kepentingannya (convergence of interest hypothesis) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, yang berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 2. Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Gideon dalam Jurnal Akuntansi dan Bisnis (2005, p11) menyatakan bahwa kepemilikan institusional (institutional ownership) memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Kepemilikan institusional adalah besarnya kepemilikan investor di luar perusahaan atau perusahaan lain terhadap keseluruhan modal suatu perusahaan publik. Cornet et al., (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi prilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan dan pencegahan terhadap pemborosan atau penyelewengan yang mungkin dilakukan oleh manajemen (Veronica et al, 2006). Semakin besar kepemilikan institusional, maka semakin besar peran pihak institusional tersebut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Hal ini menyebabkan semakin kecil
61
kemungkinan dilakukannya manajemen laba oleh pihak manajemen karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor institusional. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 3. Keberadaan
Komisaris
Independen
Berpengaruh
Terhadap
Manajemen Laba Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Wedari dalam Simposium Nasional Akuntansi VII (2004, P965) menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha3: Keberadaan komisaris independen akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 4. Keberadaan Komite Audit Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Keberadaan komite audit merupakan salah satu bentuk penerapan good corporate governance. Menurut Baridwan (2004: 9) komite audit dapat menjembatani masalah keagenan. Beberapa penelitian emperis menjelaskan bahwa keberadaan komite audit dapat menurunkan tindakan manajemen laba (Sanjaya : 2002,
62
Wendari : 2004). Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris. Menurut Wedari (2004, p966) tujuan dibentuknya komite audit adalah untuk membantu dewan komisaris melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan tugas direksi dalam pengelolaan perusahaan. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha4: Keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 5. Financial Leverage Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Menurut Widyaningdyah (2001 : 9) perusahaan yang memiliki rasio leverage yang lebih tinggi diduga melakukan manajemen laba, karena perusahaan terancam gagal dalam memenuhi kewajiban utang pada waktunya. Andriyani (2004) memberikan bukti emperis tentang adanya manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian utang dengan perusahaan yang tidak terikat perjanjian utang. Menurut Midiastuty dan Machfoeds dalam Simposium Nasional Akuntansi VI (2003, P179), perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi diduga melakukan earnings management karena perusahan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya. Perusahan akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba sehingga dapat memberikan perusahan posisi bargaining yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadualan ulang hutang dagang. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha5: Financial Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
63
6. Total Aktiva Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Menurut Hartono (2000 : 254) menyebutkan bahwa perusahaan besar merupakan subyek dari tekanan politik sehingga jika melaporkan laba yang berlebihan nantinya akan menarik perhatian politikus dan dapat dicurigai melaksanakan monopoli. Menurut Rahmawati (2007) ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba dimana perusahaan besar menghadapi public demand atas informasi yang tinggi sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Semakin besar total asset suatu perusahaan, berarti risiko yang akan ditanggung oleh para investor juga semakin kecil. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha6: Total aktiva berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 7. Ukuran Kantor Akuntan Publik Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Sehubungan dengan kualitas audit terhadap manajemen laba, Krishnan dan Gopal dalam Accounting Horizon (2003, p1) menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, perusahaan dengan auditor non-big six melaporkan discretionary accruals yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan auditor big six. Hal ini merefleksikan bahwa accounting flexibility telah diijinkan oleh auditor non big six. Krishnan et al (2003) menemukan bahwa auditor non-big six secara signifikan memiliki variasi yang lebih banyak dalam discretionary accruals dibandingkan dengan auditor big six. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
64
Ha7: Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 8. Opini Auditor Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Opini audit dapat mempengaruhi manajemen laba karena opini selain opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mengindikasikan adanya sesuatu yang menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum atau ketiadaan bukti kompeten yang cukup. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha8: Opini auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
III.4. Model dan Metode Analisis Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data secara elektronik (electronic data processing) dengan bantuan software EViews 5.1 Kelebihan penggunaan software Eviews 5.1 adalah output dari EViews 5.1 dapat menampilkan hasil dari pengolahan data dan pengujian hipotesis secara bersamaan. Menurut Winarno dalam Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews (2007) teknik pengolahan data dilakukan dengan: 1. Uji Statistik Deskriptif Analisis ini menghitung nilai minimum, maksimum, mean, standar deviasi, dan keterangan
lainnya
dari
variabel
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, keberadaan komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor.
65
2. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik untuk menguji kelayakan penggunaan model regresi dan kelayakan variabel bebas. Tujuan pengujian asumsi klasik adalah agar dapat menghasilkan nilai parameter yang baik sehingga hasil penelitian dapat lebih diandalkan, yang terdiri dari: a. Uji Multikolinearitas Dalam penelitian ini uji multikolinearitas dilakukan dengan correlation matrix test untuk variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, keberadaan komisaris independen, keberadaan komite audit, financial leverage, total aktiva, ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor. Suatu data dikatakan tidak mengalami atau bebas dari multikolinearitas jika memiliki koefisien korelasi antarvariabel < 0,5. Jika terjadi multikolinearitas maka akan dibuat pemodelan khusus untuk setiap variabel independen misalnya dengan cara menambahkan datanya jika memungkinkan, menghilangkan salah satu variabel independen terutama yang memiliki hubungan linear yang kuat dengan variabel lain atau dengan cara mentransformasikan salah satu atau beberapa variabel. b. Uji Heterokedastisitas Untuk mendeteksi terdapat heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilakukan uji white. Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai probabilitas untuk Obs*R-squared, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat heteroskedastis.
66
Untuk pengolahan dengan software EViews 5 masalah heteroskedastisitas dapat diatasi dengan mudah, yaitu dengan menggunakan pemodelan ARCH (Auto Regressive Conditional Heteroscedasticity) atau GARCH (Generalized Auto Regressive
Conditional
Heteroscedasticity).
Permodelan
dengan
ARCH/GARCH secara langsung dapat mengatasi heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Panduan yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi akan dipakai besaran Durbin-Watson (D-W). Secara umum dapat diambil patokan : 1) Angka D – W; 0 - 1,10 berarti ada autokorelasi yang positif. 2) Angka D-W; 1,54 - 2,46 berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka D-W; 2,90 – 4 berarti ada autokorelasi yang negatif. 3. Model Regresi Untuk menguji hipotesis digunakan alat uji analisa regresi linier berganda dengan model interaksi metode Least Squares. ADACCit = a0 + b1 MANJit + b2 INSTit + b3 INDCOMit + b4 AUDCOMit + b5 LEVit + b6 LNTAit + b7 KAP + b8 OPINI + εit Keterangan: a0
=
Konstanta
b1-b8
=
Koefisien
ADACCit
=
Absolute discretionary accruals perusahaan i pada periode t
MANJit
=
Persentase kepemilikan manajerial perusahaan i pada periode t
67
INSTit
=
Persentase kepemilikan institusional perusahaan i pada periode t
INDCOMit
=
Proporsi dewan komisaris independen perusahaan i pada periode t
AUDCOMit =
Keberadaan komite audit dalam perusahaan i pada periode t (variabel dummy)
LEVit
=
Financial leverage perusahaan i pada periode t
LNTAit
=
Logaritma natural dari total aktiva perusahaan i pada periode t
KAPit
=
Ukuran kantor akuntan publik perusahaan i pada periode t (variabel dummy)
OPINIit
=
Opini auditor dalam laporan keuangan perusahaan i pada periode t (variabel dummy)
εit
=
Standar error perusahaan i pada periode t
Selanjutnya dari output EViews 5.1 untuk model regresi di atas, perlu diperhatikan nilai dari probabilitas dari setiap variabel independen untuk mengetahui apabila semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen. Dengan tingkat keyakinan 95% maka dasar pengambilan keputusannya adalah jika probabilitas > 0,05 maka Ho ditolak, jika probabilitas < 0,05 maka Ho diterima. Selain melihat nilai probabilitas di atas, untuk menentukan apakah suatu model sudah baik maka perlu diperhatikan nilai koefisien determinasi (adjusted R2).
68
Koefisien korelasi (R) sendiri digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai dari R berkisar dari 0 sampai dengan 1. Jika R semakin mendekati 1 maka hubungan yang terjadi semakin kuat. Tetapi jika R semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. 0,00 – 0,199 = sangat lemah b. 0,20 – 0,399 = lemah c. 0,40 – 0,599 = sedang d. 0,60 – 0,799 = kuat e. 0,80 – 1,000 = sangat kuat. Analisis koefisien determinasi (adjusted R2) dilakukan untuk mengetahui berapa besar presentase dari variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai adjusted R2 yang mendekati seratus persen berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
III.5. Variabel III.5.1. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan (dicerminkan) dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones’ Model. Langkah-langkah untuk menghitung absolute discretionary accruals adalah sebagai berikut: TACCit = NIit – CFOit
69
Nilai total accruals per periode yang diestimasi diperoleh dengan meregresikan persamaan: TACCit = α + β1 . (∆SALit - ∆RECit) + β2 . PPEit + β3 . ∆CFOit + εit Semua variabel diskala dengan total aktiva tahun sebelumnya. Nilai non-discretionary accruals per periode diperoleh dengan menggunakan koefisien regresi di atas pada persamaan: NDACCit = a + b1 . (∆SALit - ∆RECit) + b2 . PPEit + b3 . ∆CFOit Semua variabel diskala dengan total aktiva tahun sebelumnya. Akhirnya, absolute discretionary accruals pada tiap periode diperoleh dengan menggunakan persamaan: ADACCit =
TACCit TAit-1
- NDACCit
Keterangan: TACCit
= Total accruals perusahaan i pada periode t
NIit
= Net income perusahaan i pada periode t
CFOit
= Cash flow from operating activities perushaan i pada periode t
TAit-1
= Total assets perusahaan i pada periode t-1
∆ SAL it
= Perubahan pendapatan operasi perusahaan i pada periode t
∆RECit
= Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
PPEit
= Property, plant, and equipment bank i pada periode t
α, a
= Konstanta
β1 – β3
= Koefisien regresi
εit
= Error
70
NDACCit = Total non-discretionary accruals perusahaan i pada periode t ADACCit = Absolute discretionary accruals perusahaan i pada periode t b1 – b3
= Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada persamaan sebelumnya
Penelitian ini menggunakan absolute discretionary accruals karena yang hendak diukur adalah besaran manajemen laba, bukan arah dari manajemen laba. Semakin besar nilai absolute discretionary accruals berarti semakin besar komponen akrual yang diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajerial. Variabel absolute discretionary accruals diukur dengan menggunakan skala rasio. Skala rasio adalah skala interval dan memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat diubah. Data skala rasio bersifat angka dalam arti sesungguhnya dan bisa dioperasikan secara matematika.
III.5.2. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: a. Kepemilikan Manajerial Variabel kepemilikan manajerial diukur dengan skala rasio. Indikatornya adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen (karyawan, manajer dan direksi) dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. b. Kepemilikan Institusional Variabel kepemilikan institusional diukur dengan skala rasio dengan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
71
c. Proporsi Dewan Komisaris Independen Variabel proporsi dewan komisaris independen diukur dengan skala rasio dengan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan terhadap seluruh anggota dewan komisaris perusahaan. d. Keberadaan Komite Audit Variabel keberadaan komite audit diukur dengan skala nominal dengan menggunakan variabel dummy. Jika sampel terpilih memiliki komite audit maka akan diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0. e. Financial Leverage Variabel financial leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to assets ratio, yaitu rasio antara total hutang dengan total aktiva perusahaan. f. Ukuran Perusahaan Variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aktiva perusahaan. g. Ukuran Kantor Akuntan Publik Variabel ukuran kantor akuntan publik diukur dengan skala nominal dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 0 diberikan untuk KAP non big four dan nilai
1
untuk
KAP
yang
berafiliasi
dengan
big
four
international
(pricewaterhouseCoopers, Deloitte, Ernst & Young, Sidharta & Widjaja). h. Opini auditor Variabel opini auditor diukur dengan skala nominal dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 0 diberikan untuk opini selain opini wajar tanpa pengecualian
72
(qualified opinion, adverse opinion, disclaimer opinion) dan nilai 1 diberikan untuk opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opnion).
III.6. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dalam sektor industri keuangan yang mendaftarkan saham perusahaannya di Bursa Efek Indonesia (go public). Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan perbankan telah terdaftar di BEI, tidak delisting atau dilikuidasi, serta bukan merupakan perusahaan yang baru melakukan Initial Public Offerings (IPO) dalam kurun waktu 2008. b. Menerbitkan laporan keuangan auditan (audited financial statement) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember c. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah d. Memiliki data yang lengkap yang diperlukan dalam penelitian yaitu data mengenai pendapatan operasional, arus kas bersih dari kegiatan operasi, piutang, laba bersih, aktiva tetap, total aktiva, total hutang, auditor independen, pendapat auditor independen, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, keberadaan komisaris independen dan keberadaan komite audit.
73
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang diperoleh adalah sebanyak 70 perusahaan. Proses seleksi sampel diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Proses Penyeleksian Sampel Kriteria Populasi perusahaan sektor industri keuangan. Delisting, dilikuidasi ataupun melakukan merger dan akuisisi Baru melakukan Initial Public Offerings (IPO) dalam kurun waktu 2008 Tidak menerbitkan laporan keuangan auditan (audited financial statement) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember Tidak disajikan dalam mata uang rupiah Data tidak lengkap Jumlah sampel Sumber: Data sekunder BEJ dan BEI serta olahan
Jumlah 70 (0) (4) (0) (0) (7) 58
Tabel 3.2. Sampel Industri Keuangan Industri Bank Non Bank Total
Populasi Sample 29 24 41 34 70 58
Sumber: Data sekunder BEJ dan BEI serta olahan
III.7. Analisa Widyastuti dalam Jurnal Maksi (2009: p30-41) menemukan bahwa financial leverage, ukuran perusahaan, return on asset, kepemilikan manajerial dan kepemilikan secara signifkan mempengaruhi manajemen laba. Wedari dalam Simposium Nasional Akuntansi VII (2004: pp963-978) menggunakan variabel keberadaan komite audit, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit,
74
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage sebagai variabel bebasnya dan berdasarkan hasil penelitiannya, ditemukan bahwa semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, kecuali leverage. Penelitian dalam thesis ini ingin membuktikan pengaruh struktur kepemilikan, penerapan good corporate govarnance, financial leverage, total aktiva dan kualitas audit terhadap manajemen laba di industri keuangan bank dan non bank. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini menambahkan variabel opini auditor sebagai salah satu acuan yang menentukan kualitas audit. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan pengaruh variabel-variabel tersebut untuk mengetahui adanya perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba di industri keuangan bank dan non bank pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.