47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Tipe Penelitian
Tipe/jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian eksploratif. Riset eksploratif (grounded), periset sama sekali tidak mempunyai konsep awal tentang apa yang diteliti, sehingga tentu saja juga tidak mempunyai desain riset. Dengan tidak mendesain, dimaksudkan agar periset melakukan riset dalam setting yang alamiah dan membiarkan peristiwa yang diteliti mengalir secara normal tanpa mengontrol variabel yang diteliti. 1
Pada riset berjenis eksplorasi, konseptualisasi permasalahan masih amat bersifat sementara atau bahkan periset belum mampu mengidentifikasi elemen atau dimensi-dimensi dari gejala yang akan diteliti. Ini karena eksplorasi atau grounded berangkat dari alur induktif, dari fakta di lapangan kemudian ditarik kesimpulan.2
Riset eksploratif untuk menggali data, tanpa mengoperasionalisasi konsep atau menguji konsep pada realitas yang diteliti. Riset ini paling sederhana dan mendasar (biasanya kualitatif). Jenis riset eksplorasi yang dikenal adalah riset grounded. Menurut Bungin (2001: 29) riset ini bertolak belakang dari riset 1
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis: Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, cet. Ke-6, 2012, hlm.57 2 Ibid, hlm. 82
48
lainnya. Jika riset lainnya pada umumnya diawali oleh desain riset, namun grounded tidak. Periset langsung terjun ke lapangan, semuanya dilaksanakan di lapangan. Rumusan masalah ditemukan di lapangan, data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data sehingga teori juga lahir dan berkembang di lapangan. Bahkan periset tidak mempunyai konsep awal.3
Bahkan pada riset eksplorasi (grounded) periset terjun langsung ke lapangan tanpa membuat design riset. Ini karena riset grounded menggunakan alur induktif yaitu data ditarik ke ranah teori (teorisasi data). Periset langsung terjun meriset, baru kemudian menyusun semua data dan hasil analisisnya secara sistematik.4
Kesulitan yang dihadapi peneliti dalam jenis penelitian ekploratif ini adalah masih mencari-cari akar permasalahan, meskipun peneliti dalam kondisi “kegelapan” masalah/kebingungan, tetapi peneliti tetap berusaha menemukan permasalahan yang sedang atau akan diteliti tersebut.5
Setelah peneliti
melakukan perkembangan riset dilapangan, peneliti
menemukan rumusan masalahnya dilapangan yaitu “Bagaimanakah aliran komunikasi formal di PT. Parindo Agung Masjaya cabang Jakarta.”
3
Ibid, hlm.68-69 Ibid, hlm. 90 5 Masyuri, dan M. Zainudin, Metode Penlitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif, PT. Refika Aditama, Bandung, cetakan ke-2, 2009, hlm. 40 4
49
3.2.
Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara Ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional (masuk akal), empiris (dapat diamati oleh indera manusia), dan sistematis (menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis).6 Metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus melalui pendekatan kualitatif. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai pihak aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam instrument pengumpulan data. Karena itu, periset dapat menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi-dokumentasi, kuesioner (hasil survei), rekaman, bukti-bukti fisik, dan lainnya.7 Studi kasus adalah merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Suatu kasus terikat oleh waktu
6
Sugiyono, Metode Penlitian Kombinasi (Mixed Methods),CV. Alfabeta, cet ke-2, 2012. hlm. 3 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis: Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, cet. Ke-6, 2012, hlm. 65 7
50
dan aktivitas dan peneliti melakukan pengumpulan data secara mendetail dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dan dalam waktu yang berkesinambungan.8 Case study didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai sumber.9
Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif karena masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena peneliti akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grand tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek. Ibarat orang akan mencari sumber minyak, tambang emas dan lain-lain.10
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfungsi untuk menemukan, oleh karena itu peneliti perlu mengemukakan temuan setelah peneliti melakukan penelitian. Temuan adalah sesuatu yang baru yang sebelumnya belum pernah ada. Jadi dalam penelitian kualitatif, peneliti harus selalu bertanya pada diri sendiri, temuan apa yang telah dihasilkan selama penelitian yang berbulan atau bertahun-tahun itu. Jumlah temuan yang dideskripsikan sebanyak fokus dan rumusan masalah penelitian. Temuan-temuan 8
Sugiyono, Metode Penlitian Kombinasi (Mixed Methods),CV. Alfabeta, cet ke-2, 2012. hlm. 14 Samiaji Sarosa: Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, PT. Indeks, Jakarta, cet. ke-1, 2012, hlm. 115 10 Sugiyono, Metode Penlitian Kombinasi (Mixed Methods),CV. Alfabeta, cet ke-2, 2012. hlm. 46 9
51
yang dikemukakan perlu ditunjukkan dengan foto-foto atau pendapat dari informan yang telah diuji kredibilitasnya. Peneliti kualitatif yang tidak menghasilkan temuan baru, lebih cocok dinamakan penelitian deskriptif.11 Peneliti belum tahu apa, mengapa dan bagaimana masalah tersebut bisa muncul. Penulis akan tahu setelah melihat, mengamati dan menganalisis permasalahan dengan serius. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan, karena disini peneliti masih mencaricari obyek penelitian yang belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, dan hasil yang diharapkan semuanya masih belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian.12 Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan dasar: apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut, kapan terjadinya, di mana tempat kejadiannya. Untuk mendapatkan hasil penelitian kualitatif yang tepercaya, masih dibutuhkan beberapa persyaratan yang harus diikuti sebagai suatu pendekatan kualitatif, mulai dari syarat data, cara/teknik pencarian data, pengolahan data, sampai analisisnya. Penelitian kualitatif dilakukan karena 11
Ibid, hlm. 392 Djam’an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 22-23 12
52
peneliti ingin mengeksplor fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti langkah kerja, formula suatu resep, pengertian suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya, budaya, model fisik suatu artefak dan lain sebagainya.13
3.3.
Key Informan Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan nara sumber atau
responden untuk mendapatkan suatu control terhadap keabsahan suatu penelitian, karena yang terpenting adalah fokus pada responden yang tersedia akan didapatkan kedalaman informasi yang bisa digali yang pada akhirnya bisa memberikan gambaran terperinci akan suatu fenomena yang dijadikan bahan penelitian. Sehingga pada akhirnya ditunjuklah empat orang responden yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. Dan key informan atau responden dalam mendapatkan data primer berupa wawancara langsung untuk penelitian ini antara lain : 1.
Key informan yang pertama yaitu, Bapak Parthiva Kalwani selaku pemilik PT. Parindo Agung Masjaya kantor cabang Jakarta. Dalam kesehariannya beliau berperan langsung sebagai pengambil dan pemberi keputusan terhadap segala permasalahan yang ada di perusahaan, mengatur dan merencanakan strategi untuk kemajuan perusahaan dan dapat
13
Ibid, hlm. 22-23
53
juga berperan sebagai fungsi komunikasi perusahaan (Humas) yang dapat memberikan penjelasan penyebab krisis perusahaan terutama saat menurunnya ekspor.
2.
Key Informan yang kedua yaitu, Pimpinan Pemasaran Ekspor PT. Parindo Agung Masjaya Cabang Jakarta, Bapak Ram Ramesh Kalwani. Dalam kesehariannya beliau berperan sebagai marketing perusahaan. Informasi paling tepat dan lengkap dalam pemasaran dan penjualan ekspor bisa didapatkan dari Bapak Ram.
3.
Key informan yang ketiga yaitu, Bapak Ade Sophian selaku Manajer HRD (Human Resource Department) merangkap sebagai Humas
dan kepala
finance controller & accounting manager. Beliau berperan sebagai komunikasi internal dan eksternal perusahaan yang menjalani peran dan fungsi P.R. Segala urusan komunikasi eksternal perusahaan yang berhubungan dengan aturan pemerintahan dalam EksporImpor dipegang oleh Bapak Ade Sophian, termasuk event dan seminar.
4.
Key informan yang keempat yaitu, Ibu Sugiatri sebagai Staf bagian finance dan Administrasi perusahaan. Dalam kesehariannya beliau berperan langsung sebagai staf finance dan payroll yang tugas utamanya adalah mengecek posisi/status keuangan
54
perusahaan di bank, menyusun laporan keuangan, perpajakan, mengurus segala macam bentuk pembayaran baik lokal maupun luar negeri dan penerimaan uang masuk dari supplier maupun buyer, membayar gaji karyawan, membuat surat-surat yang berhubungan dengan perbankan, asuransi dan lain-lain.
3.4.
Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari nara sumber (informan)
melalui wawancara mendalam (Indepth Interview) terstruktur (structure Interview). Wawancara Terstruktur (Structure Interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data, seperti memberikan pertanyaan penting: “apa yang terjadi, siapa saja yang terlibat, mengapa dan bagaimana itu terjadi, apa hasilnya?” dan lain-lainnya dengan menyiapkan pertanyaan sebelum wawancara. Dalam wawancara mendalam, periset membuat catatan baru dengan melakukan perekaman/peristiwa yang diobservasi. Pencatatan ini menggunakan alat tulis dan dibantu alat perekam elektronik, misalnya merekam suara dengan handphone (untuk data wawancara mendalam) dan notebook. Dalam pencatatan ini, periset menggunakan beberapa instrument riset seperti analisis dokumen seperti struktur organisasi perusahaan, company profile dan buku-buku pelajaran sebagai sumber informasi dalam mengintepretasi data hasil observasi dan sebagai metode
55
pengumpulan
data.
Setelah
melakukan
wawancara
mendalam
dengan
menggunakan perekam elektronik (handphone) penulis mencari tempat yang bebas dari segala gangguan untuk melaksanakan pencatatan dan penulis mendengar hasil rekaman wawancara mendalam secara berulang-ulang dan membaca ulang seluruh material wawancara dan mencoba mendapatkan garis besar atau gambaran umum hasil wawancara.14
3.4.2. Data Sekunder Selain menggunakan wawancara mendalam sebagai data primer, data sekunder dalam penelitian ini berupa : 1. Observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.15 Observasi partisipan ini sering digunakan dalam penelitian eksploratif.16 Obersavasi Partisipatif yang peneliti pakai adalah Partisipasi Aktif (Active Participation) means that the researcher generally does what others in the 14
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis: Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, cet. ke-6, 2012, hlm. 107-109 15 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), CV. Alfabeta, Bandung, cet ke-2, 2012, hlm. 310 16 Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodo Peneltian, PT. Bumi Aksara, Jakarta, cet ke-6, 2004 hlm. 72
56
setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.17 Atau dikenal pula observasi pertisipan-membership, artinya periset (observer) adalah orang dalam (insider) dari kelompok yang diamati yang melakukan pengamatan terhadap kelompok yang diteliti18 atau dengan kata lain peneliti menjelaskan pola interaksi komunikasi formal dengan terjun langsung dilapangan dan mengamati
langsung
kondisi-kondisi
internal
perusahaan
dengan
memposisikan dirinya sebagai anggota dari kelompok /objek yang diteliti. Data diperoleh dengan cara wawancara mendalam kepada pemilik perusahaan, pimpinan ekspor, satu staff finance dan manajer HRD merangkap HUMAS perusahaan. Contoh, Periset telah berada di lingkungan objek yang diteliti selama 9 tahun sebagai sekretaris ekspor, peneliti tersebut meriset objek dimana peneliti berkerja di dalamnya, objek risetnya adalah PT. Parindo Agung Masjaya cabang Jakarta. Oberservasi dipadu dengan wawancara mendalam, tujuannya agar risetnya lebih mantap dan dapat menyelami jiwa, perasaan, rambu-rambu perilaku/karakter antar pola komunikasi pimpinan dengan bawahan dan sebaliknya, budaya perusahaan dan berbagai religi yang ada di PT. Parindo yang pada akhirnya wawancara formal tak lagi diperlukan, karena kesehariannya periset telah berkumpul dengan keadaan sebenarnya. Jadi riset 17
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), CV. Alfabeta, Bandung, cet ke-2, 2012, hlm. 311 18 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis: Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, cet. ke-6, 2012, hlm.113
57
kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil akhir. Analisis data terus menerus dilakukan dan lambat laun teori dan hasil akhirnya bermunculan atau disebut dengan Grounded-Theory yaitu teori tentang apa yang sedang terjadi di eksplorasi secara mendalam, bukan berasal dari dugaan-dugaan.19 2. Dokumentasi dan kepustakaan, yaitu berupa referensi-referensi dengan mengutip sumber-sumber melalui buku, internet yang terkait dengan ilmu komunikasi, komunikasi organisasi, aliran komunikasi formal, krisis, public relations, profil perusahaan, data struktur organisasi perusahaan, foto-foto kegiatan ekspor, catalog produk-produk ekspor dan catatan-catatan lain yang relevan, yang datanya diperoleh secara tidak langsung.
3.5.
Definisi Konsep Untuk lebih memahami dalam menafsirkan data-data yang ada dalam
penelitian ini. Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1. Aliran Komunikasi Formal Aliran komunikasi formal adalah pesan yang mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Pesan dalam aliran komunikasi formal mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu Downward Communication (komunikasi kepada bawahan), Upward Communication (komunikasi kepada
19
Ibid, 65
58
atasan), Horizontal Communication (komunikasi antar sesama karyawan yang selevel), dan komunikasi Diagonal/Lintas Saluran. 1.5.2. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah hubungan timbal balik antar individu dalam konteks organisasi, di mana terdapat jaringan pesan antara satu dengan yang lain, serta adanya saling kebergantungan antara anggota organisasi tersebut. Komunikasi organisasi tersebut biasanya mencakup pembahasan mengenai struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian seta perilaku dan budaya dalam sebuah organisasi. Secara spesifik, komunikasi organisasi meliputi arus pesan dalam suatu jaringan organisasi baik vertikal maupun horizontal, dengan sifat komunikasi saling ketergantungan.
3.6.
Fokus Penelitian
Fokusnya mulai dari: 1. Komunikasi atas ke bawah (Downward communication ) 2. Komunikasi bawah ke atas (Upward communication) 3. Komunikasi horizontal
3.7.
Teknik Analisa Data
59
Dalam teknik analisa data ini, peneliti menggunakan analisis data reduction, data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi) Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
20
Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification21 : 1. data reduction Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data. Anticipatory data reduction is occurring as the research decides (ofter without full awareness) which conceptual frame work, which sites, which research question, which data collection approaches to choose. Data antisipatif pengurangan terjadi sebagaimana penelitian memutuskan (sering tanpa kesadaran penuh) membingkai konseptual pekerjaan yang mana, situs yang mana, pertanyaan penelitian yang mana, data koleksi mendekati untuk memilih. Mereduksi data berarti merangkum, memilih-milih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), CV. Alfabeta, Bandung, 2012, cet ke-2, hlm. 334 21 Ibid, 334-343
60
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dengan reduksi, maka peneliti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting, membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting yang diilustrasikan dalam bentuk simbol-simbol seperti %, #, @, dsb, dibuang karena dianggap tidak penting bagi peneliti. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru. Dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
2. data display (penyajian data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data
61
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. “looking at displays help us understand what is happening and to do some thing-further analysis or caution on that understanding” Miles and Huberman (1984). Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa yang didisplaykan, maka perlu dijawab pertanyaan berikut : apa isi yang didisplaykan ?
3. conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi) Langkah ketiga menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
62
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
3.8.
Pengukuran Keabsahan Data Dalam pengukuran keabsahan data, peneliti menggunakan trianggulasi
teknik. Trianggulasi Teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.22
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), CV. Alfabeta, Bandung, 2012, cet ke-2, hlm. 327
63
Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.23 Dalam hal triangulasi, Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulations is to increase one’s understanding of whatever is being investigated”. Tujuan dari trianggulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. 24
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), CV. Alfabeta, Bandung, 2012, cet ke-2, hlm. 371 24 Ibid, 327-328