BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, perumusan masalah yang terindetifikasi, pengumpulan dasar teori yang memeperkuat landasan dalam variabel, penyusunan metode dalam pengumpulan data, penyusunan instrumen, hingga penentuan teknik pengujian statistik yang dipergunakan. Sedangkan, waktu penelitian dilakukan sejak bulan September – Desember 2016. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta Selatan berlokasi di Jalan Letnan. Jenderal. Tahi Bonar Simatupang Kav. 9 Kebagusan,
Jakarta
Selatan.
Penelitian
ini
mencakup
Pengaruh
Implementasi Kaizen, Standar Pelatihan dan Kedisiplinan terhadap kinerja karyawan divisi Front Office Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta Selatan. B. Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ilmiah, peneliti harus mengikuti aturan-aturan metode ilmiah yang ada. Untuk menerapkan metode ilmiah
82 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
83
dalam penelitian maka diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian ini sendiri harus mengikuti metode penelitian. Desain penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan penelitian kausal. Desain penelitian kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Desain kausal menguji hubungan “sebab-akibat”. Menurut Sugiyono metode kausal (2013) adalah melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti lebih bersifat sebab akibat, sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen (eksogen) dan variabel dependen (endogen). Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti variabel independen yaitu Kaizen, Standar Pelatihan dan Kedisiplinan terhadap variabel dependen yaitu kinerja karyawan di divisi Front Office Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta Selatan. C. Definisi dan Operasional Variabel Berdasarkan judul skripsi yang diambil penulis yang berjudul “Pengaruh Implementasi Kaizen, Standar Pelatihan dan Kedisiplinan terhadap kinerja karyawan divisi Front Office Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta Selatan”. Maka penulis mendefinisikan masing-masing variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 1. Definisi variabel Menurut Sugiyono (2013) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
84
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. a.
Variabel independen (eksogen) Menurut Sugiyono (2013) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menjadi sebab perubahannya atau timbunya variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 1.
Kaizen (X1) Menurut Imai Maasaki (2008), “Kaizen berarti penyempurnaan
berkesinambungan yang melibatkan setiap orang baik manajer maupun karyawan.” Pada intinya Kaizen adalah kesadaran bahwa manajemen harus memuaskan pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan, jika perusahaan ingin tetap eksis, memperoleh laba, dan berkembang. Kaizen dengan Suggestion System atau Sumbang Saran (SS) dan secara kelompok yang disebut dengan Quality Control Cirle (QCC) serta menerapkan unsur 5S (Seiri, Seiton, Sesio, Seiketsu, Shitsuke). 2. Standar Kepelatihan (X2 Dimensi dan indikator pelatihan menurut Rivai dan Sagala (2009) adalah: a. Instruktur Mengingat pelatih umumnya berorientasi pada peningkatan skill, maka para pelatih yang dipilih untuk memberikan materi pelatihan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
85
harus benar-benar memiliki kualifikasi yang memadai sesuai bidangnya, personal dan kompeten, selain itu pendidikan instruktur pun
harus
benar-benar
baik
untuk
melakukan
pelatihan.
Indikatornya adalah:
Kemampuan Instruktur Pelatihan
b. Peserta Pelatihan Agar program pelatihan dapat mencapai sasaran hendaknya para peserta pelatihan diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu dan kualifikasi yang sesuai, selain itu peserta pelatihan juga harus memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti pelatihan. Indikatornya adalah: Kemampuan Peserta Pelatihan Antusias Peserta Dalam Mengikuti Pelatihan c. Materi (Bahan) Materi disusun dari estimasi kebutuhan dan tujuan pelatihan. Kebutuhan di sini mungkin dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan pengetahuan yang diperlukan, atau berusaha untuk mempengaruhi sikap. Apapun materinya, program harus dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan peserta pelatihan. Indikatornya adalah:
Kelengkapan Materi Pelatihan
Manfaat Materi yang diberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
86
d. Metode Pelatihan Sesuai dengan materi pelatihan yang diberikan, maka ditentukanlah metode atau cara penyajian yang paling tepat. Penentuan atau pemilihan metode pelatihan tersebut didasarkan atas materi yang akan disajikan. Indikatornya adalah:
Metode Pelatihan yang digunakan
Alat bantu yang digunakan
e. Tujuan Pelatihan Tujuan pelatihan harus dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh perusahaan serta dapat membentuk tingkah laku yang diharapkan serta kondisi-kondisi bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Indikatornya adalah:
Kesesuaian tujuan dengan pelaksanaan pelatihan
f. Lingkungan yang menunjang Lingkungan yang menunjang dipersiapkan untuk meningkatkan kelebihan suatu program dan kondisi yang merupakan umpan balik untuk menilai atau menghasilkan output yang sesuai. Indikatornya adalah:
3.
Suasana pelatihan
Kelengkapan Fasilitas Disiplin kerja (X3) Menurut Rivai (2009) juga menyebutkan disiplin kerja adalah
suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
87
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma – norma sosial yang berlaku. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan disiplin kerja merupakan suatu sikap kesadaran dan kesediaan seseorang dalam menaati semua peraturan – peraturan dan normaIndikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplina karyawan suatu organisasi
atau perusahaan menurut Soejono (2005) yaitu
ketepatan waktu, menggunakan peralatan kantor dengan baik, teanggung jawab yang tinggi dan ketaatan terhadap aturan kantor. b.
Variabel Dependen (Endogen)
Menurut Sugiyono (2013) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja (Y) : Kinerja Karyawan, menurut Mathis dan Jackson (2006) kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, memiliki pengetahuan yang bermanfaat untuk pekerjaan dan perusahaan, keandalan serta mampu membangun hubungan kerja yang baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
88
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Kaizen VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
SKALA PENGUKURAN
1. Jumlah SS Sugestion System (SS)
Quality Control Circle (QCC) KAIZEN (X1) Seiri Seiton Seiso Seiketsu Shitsuke
Ordinal 2. Implementasi SS 1. Adanya Circle/ Kelompok 2. Metode 8 Langkah 3. 7 Tools 4. Fasilitator / Atasan Barang sesuai keperluan 1. Penempatan Barang 2. Identitas Barang Menjaga Kebersihan Standarisasi 1. Terbiasa 5S 2. Patrol Berkala
(Sumber: Imai, 2008)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Ordinal
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
89
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Standar Kepelatihan VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
Instruktur
Kemampuan instruktur Pelatihan
SKALA PENGUKURAN
Ordinal
1. Kemampuan Peserta Pelatihan Peserta Pelatihan
Materi ( Bahan ) Standar Pelatihan (X2)
Sumber: Rivai
Ordinal 2. .Antusias Peserta dalam mengikuti Pelatihan 1. Kelengkapan Materi Ordinal 2. Manfaat Materi yang di berikan
Metode Pelatihan
1. Metode pelatihan yang digunakan 2. Alat bantu yang digunakan
Ordinal
Tujuan Pelatihan
Kesesuaian tujuan dengan pelaksanaan pelatihan
Ordinal
Lingkungan yang menunjang
1. Suasana pelatihan 2. Kelengkapan fasilitas
Ordinal
(2009)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
90
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel Kedisiplinan VARIABEL
DIMENSI
Ketepatan waktu
Penggunaan peralatan kantor dengan efisien
KEDISIPLINA N KERJA (X3) Mempunyai tanggung jawab yang tinggi
INDIKATOR 1. Datang dan Pulang tepat waktu 2. Memanfaatkan waktu 1. Menggunakan Perlatan kantor dengan baik 2. Merawat saran dan prasarana kantor 3. Berhati-hati dalam menggunakan peralatan kantor 1. Menyelesaikan tugas/pekerjaan tanpa menunggu perintah 2. Tidak menunda pekerjaan
SKALA PENGUKURAN
Ordinal
Ordinal
Ordinal
3. Bertanggung jawab atas pekerjaannya
Ketaanan pada peraturan perusahaan Sumber: Soejono (2007)
1. Mengerti dan menaati peraturan perusahaan 2. Memberikan informasi ketidakhadiran kepada atasan pihak terkait
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Ordinal
91
Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel Kinerja VARIABEL
DIMENSI
Kuantitas hasil Kerja
Kualitas hasil kerja KINERJA (Y) Keandalan
INDIKATOR 1. Jumalah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti unit, jumlah siklus, pekerjaan yang di selesaikan 2. Kuantitas yang diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah pekerjaan yang ditugaskan beserta hasilnya 1. Hasil pekerjaan yang dikehendaki mendekati sempurna
SKALA PENGUKURAN
Ordinal
Ordinal
2. Memenuhi tujuan yang di harapkan dari suatu pekerjaan Kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang disyaratkan dengan supervise minimum
1. Pengetahuan yang dimiliki bermanfaat bagi pekerjanya Pngetahuan 2. Pengetahuan yang luas yang dimiliki oleh karyawan bermanfaat bagi perusahaan Dapat bekerjasama dengan orang lain dalam Hubungan kerja menyelesaikan tugas dan pekerjaanyang telah di tetapkan Sumber: Sofyandi (2008)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
D. Skala Pengukuran Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
92
sosial
Menurut Sugiyono (2014) Skala Likert adalah suatu skala
psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Cukup Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Tabel 3.5 Skala Likert Jawaban
Kode
Skor
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
SS S CS TS STS
5 4 3 2 1
E. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Divisi Front Office Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta Selatan. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Sugiyono, 2014). Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2001) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu 36 orang. Istilah sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi di jadikan sampel
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
93
F.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan survei dan observasi langsung. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang diajukan kepada karyawan. Untuk jenis data, terdapat dua jenis data dalam penelitian, yaitu data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya langsung dengan menggunakan wawancara, kuesioner dan survei ke lokasi objek penelitian, pedoman perusahaan, serta sumber lain yang dianggap relevan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer yang diperoleh melalui survey.
G.
Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis deskriptif kuantitatif,. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis Karakteristik Responden Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik dari responden yang memberikan jawab atas kuesioner dalam penelitian ini. Karakteristik responden ini dilihat dari jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan level jabatan responden.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
94
2. Pengujian Alat Ukur Penelitian Alat ukur dalam penelitian sosial biasanya tidak mutlak seperti halnya bersifat eksak. Kuesioner adalah bentuk alat ukur penelitian, biasanya digunakan pendekatan statistika melalui validitas dan realiabilitas alat ukur. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan instrumen yang disiapkan (validitas) dan juga keandalan dan konsistensi hasil pengukuran
atau
jika
pengukuran
dilakukan
beberapa
kali
(realiabilitas). Pengujian alat ukur penelitian bisa juga dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengujian alat ukur secara kualitatif adalah dengan cara pertimbangan bahwa suatu item layak dipergunakan dalam suatu penelitian yang dilihat dari isi atau makna yang tercantum dalam pertanyaan kuesioner tersebut (expertist judgement), sedangkan pengujian secara kuantitatif adalah dengan cara penerapan ilmu – ilmu statistika melalui analisis berikut : a. Analisa Validitas Item Sebelum di uji regresi berganda, maka data kuesioner akan diuji validiitasnya dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu instrument alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2006) validitas menujukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Data
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
95
kuesioner dikatakan valid jika nilai faktor loadingnya > 0,5. b. Analisis Realiabilitas Alat Ukur Perhitungan Koefisien Realiabilitas menggunakan perumusan Alpha-Cronbach berikut ini :
k : jumlah item σ2 x
: varians
skor total
σ2i: varians skor setiap item Perhitungan koefisien realiabilitas baik terhadap seluruh item pada setiap alat ukur maupun terhadap item-item pada setiap aspek. Kesimpulan mengenai tinggi rendahnya realiabilitas aspek
maupun alat ukur
menggunakan kriteria sebagai berikut (Kaplan & Saccuzo, 2012). 0,00 – 0,19 : tidak reliabel 0,20 – 0,39 : kurang reliabel 0,40 – 0,69 : cukup reliabel 0,70 – 0,89 : reliabel 0,90 – 1,00 : sangat reliabel Secara Teoritik besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai dari angka 0,0 sampai angka 1,0 akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,0 praktis tidak pernah di jumpai. Di samping itu, walaupun hasil perhitungan koefisien reliabilitas dapat saja bartanda
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
96
negatif (-) sebagaimana halnya semua koefisien korelasi. Semakin kecil koefisien reliabilitas, yaitu semakin jauh dari angka 1, berarti semakin besar eror pengukuran terjadi. Cronbach’s alpha, Mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk. Nilai alpha harus lebih besar dari 0,06 Composite reliability, Mengukur nilai sesunguhnya reliabilitas suatu konstruk. Composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk (Gopal 2002). Hair, 2008, Composite reliability >0,70 meski nilai 0,60 masih dapat diterima. (Cooper 2006) jika validitas konstruk telah dipenuhi maka uji konsistensi internal tidak mutlak dilakukan. Konstruk yang valid adalah konstruk yang reliabel, sebaliknya konstruk yang reliabel belum tentu valid. Berdasarkan uraian
tersebut, peneliti menetapkan angka
realiabilitas minimal 0,60 sebagai syarat kecukupan realiabilitas alat ukur penelitian. c. Analisa Asumsi Klasik Dalam analisis ini terdapat beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi. Pengujian asumsi regresi linear klasik akan diuraikan dalam uraian berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
97
1. Pengujian Multikolinearitas, yaitu pengujian ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel bebas. Asumsi mode regresi linear berganda mensyaratkan tidak adanya hubungan kombinasi linear antara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya. Pengujian multikolinearitas dengan menggunakan Variance Influence Factor (VIF), bila nilai VIF kecil dari 10, tidak terdapat multikolinearitas; 2. Pengujian Heteroskedastisitas, yang bertujuan untuk mengukur apakah terdapat homoskedastisitas ataukah heteroskedastisitas varians residual antar pengamatan. Pengujian heteroskedastisitas diantaranya denga melihat pola sebaran data antara nilai prediksi (ŷi = f(x)) dengan nilai residual (e = yi - ŷi).
Apabila sebaran data terlihat acak, tidak
mengkuti suatu pola tertentu seperti mengumpul, menyempit dan kemudian melebar, dapat disimpulkan bahwa dalam data pengamatan bersifat heterokedastisitas. Model regresi yang diinginkan adalah homomedastisitas atau yang tidak terjadi problem heterokedastisitas. 3. Uji Normalitas, yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa nilai dideteksi dengan nilai penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2013). Dasar pengambilan keputusan yaitu: apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
98
memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3. Analisis Regresi Linear Berganda Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara dua variabel bebas dengan satu variabel terikat. Pendekatan statistika untuk hal ini adalah melalui analisis regresi linear berganda yang berguna untuk menentukan besaran pengaruh antara dua atau lebih variabel sekaligus melihat taraf pengaruh tersebut. Metode ini juga biasanya digunakan untuk meramalkan atau menduga nilai suattu variabel antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Syarat penentuan besaran pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya adalah sebagai berikut : a.
Hubungan antara variabel harus merupakan hubungan yang linear dan aditif;
b.
Kekeliruan dalam pengukuran (ɛ) berasal dari populasi yang berdistribusi normal;
c.
Antar variabel residu tidak berkorelasi satu sama lain (tidak terdapat autokorelasi);
d.
Tidak
terdapat
keeratan
antarvariabel bebas;
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
hubungan
(multikolinearitas)
99
e.
Kesamaan varians dari residual atau galat antar-pengamatan (homoskedastisitas);
f.
Skala pengukuran pada setiap variabel adalah sekurang – kurangnya interval. Syarat dan ketentuan di atas biasanya disebut dengan asumsi
regresi linear klasik. Apabila persyaratan tersebut dipenuhi, maka nilai koefisien jalur dapat dihitung dengan langkah – langkah berikut : a) Bentuk persamaan regresi linear, dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan dua variabel independen sehingga bentuk model persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Yi = β0 + β1 X1i + β2 X2i + ɛi Atau ke dalam bentuk persamaan matriks : y = Xβ
+ɛ
dengan : y
: vektor variabel terikat
X
: matriks variabel bebas
β
: vektor parameter koefisien regresi (β0, β1, dan β2)
ɛ
: vektor kekeliruan dalam pengukuran atau variabel
lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model i
: unit sampel atau pengamatan ke-i, dengan i = 1, 2, ..., n
n
: ukuran sampel
b. Taksiran nilai koefisien regresi ( β ) dapat ditentukan melalui metode kuadrat terkecil maupun Likelihood Ratio dengan perhitungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
100
( β ) = (X1X)-1 X1y c. Untuk keperluan perhitungan, hitung korelasi antarvariabel dengan rumus berikut :
d. Koefisien korelasi berganda dapat dihitung dengan rumus berikut :
R2rxi
=
( y’ y )-1 β (X’ y)
Pengujian keberartian dari koefisien regresi perlu dilakukan dalam penelitian ini. Pengujian dalam analisis regresi dilakukan dalam dua tahapan, yaitu pengujian model secara keseluruhan dan pengujian koefisien regresi secara individual dengan langkah – langkah sebagai berikut : Pengujian secara keseluruhan Hipotesis untuk pengujian secara keseluruhan adalah : H0 : β0 = β1 = β2 = 0 H1 : sekurang – kurangnya ada sebuah βk ≠ 0 , dengan k = 0, 1, 2 dengan statistik uji :
Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika F ≥ F (1-α;k,n-k) yang artinya
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
101
model dapat diterima atau cocok. Cara lain untuk mementukan kecocokan model adalah membandingkan antara nilai kekeliruan dalam sampel (p-value) dengan taraf signifikansi (α). Jika perolehan p-value lebih kecil daripada tingkat signifikansi α, maka model dapat dikatakan cocok. Nilai α dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 5%. Pengujian secara individual Hipotesis penelitian untuk pengujian koefisien jalur secara individual adalah sebagai berikut : H0
βk = 0
:
: βk ≠ 0
H1
Statistik uji untuk pengujian secara individual adalah βk t= SE (βk) dengan: βk
: koefisien jalur, dengan k = 0, 1, 2
SE (βk)
: kekeliruan baku
Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika t ≤ - t (1-α/2;k-1,n-k-1) ≥ t
(1-α/2;k-1,n-k-1),
atau t
dengan k adalah jumlah variabel bebas. Jika H0
ditolak, maka artinya koefisien jalur berpengaruh secara signifikan. Cara
lain
untuk
menentukan
kecocokan
model
adalah
membandingkan antara nilai kekeliruan dalam sampel (p-value) dengan taraf signifikansi (α). Jika peroleh p-value lebih kecil daripada
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
102
tingkat signifikansi α, maka koefisien regresi dapat dikatakan signifikan atau berarti. Pengaruh dari variabel – variabel indenpen terhadap variabel dependen dapat dihitung melalui nilai koefisien determinasi yaitu kuadrat dari nilai koefisien korelasi berganda yang telah diperoleh dari pengujian keberartian model dan dikalikan dengan 100% (ṕ2 x 100%). Koefisien determinasi menunjukkan persentase dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya, sedangkan pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dihitung melalui kuadrat dari koefisien jalur atau standardize coefficient yang dikalikan dengan 100%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z