52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan mendeskipsikan tindak tutur dalam berkomunikasi antarmahasiswa di kantin FKIP Universitas Lampung. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan desaian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menekankan pada pemaparan hasil temuan berupa penjelasan, uraian, pendapat, fakta mengenai suatu objek. Penelitian ini bersifat alamiah yang menjelaskan data berdasarkan kondisi yang ada saat penelitian dilakukan (Budiharso, 2004: 161).
Selanjutnya, Hasan dalam Aminuddin (1990: 12) mengemukakan bahwa istilah penelitian kualitatif (quilitative research) biasa digunakan sebagai payung untuk sejumlah stategi penelitian yang memunyai kesamaan karakteristik tertentu. Data yang terkumpul disebut “soft data” kaya akan deskripsi orang, tempat, dan percakapan yang tidak mudah digarap dengan prosedur statistik.
Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena korpus data yang digunakan berupa teks lisan yaitun konversasi linguistik. Penelitian lapangan dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam
53
penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya dalah bahwa penelitian berangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena. Penelitian membutuhkan catatan lapangan secara ekstensif (luas) yang kemudian dibuat kode dan dianalisis dalam berbagai cara (Moleong, 2010: 26). Berdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bermaksud membuat gambar, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode pengamatan dan catatan lapangan. Penelitian mengadakan pengamatan (observasi), pencatatan data, dan penganalisisan data dan berbagai hal yang terjadi di lapangan secara objektif dan apa adanya. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan tindak tutur dalam berkomunikasi antarmahasiswa FKIP Universitas Lampung dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. 3.2 Sumber Data Sumber
data
dalam
penelitian
ini
adalah
tuturan
dalam
berkomunikasi
antarmahasiswa di kantin FKIP Universitas Lampung. Data tersebut bersumber pada mahasiwa-mahasiswa di kantin FKIP Universitas Lampung. Kantin FKIP Universitas Lampung dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini karena kantin merupakan sarana penunjang yang mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam kegiatan di kampus dan penelitian ini masih jarang.
54
Data dalam penelitian ini berupa tuturan antarmahasiswa yang dilakukan oleh subjek penelitian dan strategi yang digunakan untuk mencapai sebuah tuturan yang menerapkan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Data diperoleh dari tuturan yang dihasikan oleh subjek penelitian dalam percakapan sehari-hari dengan mitra tuturnya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diusulkan oleh Sudaryanto dalam Yuniarti (2010: 59), yakni teknik simak lihat cakap dan teknik simak bebas libat cakap. Kesuma dalam Yuniarti (2010: 59) mengemukakan bahwa penjaringan data dapat dilakukan dengan ikut terlibat atau berpartisipasi (sambil menyimak), baik secara aktif atau reseptif dalam pembicara. Ini berarti peneliti juga berpartisipasi langsung di dalam percakapan yang terjadi. Di samping itu juga digunakan teknik simak bebas libat cakap, yakni peneliti tidak terlibat dalam percakapan (hanya menyimak saja). Teknik ini dikombinasikan dengan teknik catatan lapangan, teknik ini digunakan untuk mencatat tuturan dalam berkomunikasi. Catatan lapangan terdiri dari dua jenis, yaitu catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua ujaran antarmahasiswa, termasuk konteks yang melatarinya. Catatan reflektif adalah interpretasi atau penafsiran peneliti terhadap tuturan yang disampaikan mahasiswa. Ketika subjek penelitian bercakapcakap, peneliti mencatat percakapan tersebut. Tidak ada jadwal khusus untuk melakukan pengumpulan data. Data diperoleh ketika peneliti berada di dekat subjek peneliti.
55
2.4 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis heuristik. Analisis heuristik merupakan proses berpikir seseorang untuk memaknai sebuah tuturan tidak langsung. Didalam tuturan heuristik sebuah tuturan tidak langsung diinterprestasikan berasarkan. Berbagai kemungkinan/dugaan sementara, kemudian dugaan sementara itu disesuaikan dengan fakta-fakta pendukung yang aa dilapangan. Analisis heuristik berusaha mengidentifikasikan daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peranggapan/dugaan sementara.
56
Gamabar Bagan 3.1 Anlisis Heuristik
1.
Problem
Hipotesis 2. Hipotesis
3. Pemeriksaan Pemeriksaan
4a. Pengujian Berhasil
4b. Pengujian Gagal
5. interpretasi Default
(Leech, 1993: 61) Leech (1983: 61) mengemukakan bahwa di dalam analisis hueristik, analisis berawal dari problem yang di lengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian dirumuskan hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji kebenaranya. Bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia, berarti pengujian berhasil.
Hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan interpretasi baku yang menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan pragmatik. Jika pengujian gagal maka terjadi karena hipotesis tidak sesuai dengan bukti yang tersedia. Proses pengujian ini dapat berulang-ulang sampai diperoleh hipotesis yang dapat diterima.
57
Jika konsekuensi-konsekuensi tersebut sesuai dengan bukti-bukti yang terdapat dalam konteks, hipotesis dapat diterima. Akan tetapi, jika terdapat konsekuensi yang tidak sesuai dengan bukti-bukti yang ada, hipotesis harus ditolak. Kemudian disusun hipotesis baru untuk diuji dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia sampai diperoleh hipotesis yang berterima. Bagan 3.2 Contoh (1) Diuji menggunakan Analisis Heuristik 1. Problem (Interpretasi tuturan) “Tik, ini jus jeruk siapa?”
2. Hipotesis 1. Yuli hanya bertanya siapa pemilik jus jeruk di atas meja 2. Yuli meminta dipesankan jus jeruk 3. Yuli meminta siti agar memberikan jus tersebut kepadanya 3. Pemeriksaan 1. Dituturkan pada saat jam makan siang 2. Pada saat bertutur penutur sambil melirik kearah jus jeruk 3. Tempat duduknya berdekatan dengan mitra tutur
4a. Pengujian 3 Berhasil
5. Interpretasi Default
4b. Pengujian 1 dan 2 Gagal
58
Tuturan pada contoh (1) termasuk sebuah kalimat introgatif, tetapi setelah diperiksa dengan menggunakan analisis heuristik dengan memasukkan data-data direktif bertanya sesuatu tidak langsung berupa perintah. Maksud dari tuturan tersebut, Yuli menyatakan kepada Siti ini jus jeruk siapa, Yuli menanyakan hal tersebut dengan sebuah tindakan, yakni mata Yuli memandangi jus jeruk yang ada di atas meja. Setelah diuji dengan fakta berupa data yang ada di lapangan, tuturan “Tik, ini jus jeruk siapa?” dapat disimpulkan sebagai sebuah permintaan tidak langsung agar Siti memberikan jus jeruk kepadanya .
Tindak tutur meminta dilakukan secara tidak langsung oleh sang teman dengan menggunakan modus bertanya. Permintaan tidak langsung dengan modus bertanya merupakan modus bertanya merupakan tindak tutur yang dinyatakan dengan menggunakan bentuk lain dan tidak literal. Perintah tidak langsung dengan modus bertanya merupakan tindak tutur tidak langsung. Kalimat Tanya tidak digunakan secara fungsional untuk bertanya (meminta keterangan, penjelasan, meminta supaya diberi tahu) melainkan untuk menyuruh, meminta memohon, dan sebagainya. Perintah tidak langsung dengan modus bertanya digunakan oleh penutur untuk memerintah mitra tutur dengan cara bertanya. Pertanyan-pertanyaan yang dituturkan oleh penutur berupa keadaan yang sedang dihadapi oleh penutur pada saat itu.
Dalam tuturan memerintah, mahasiswa menggunakan prinsip kesantunan dengan cara menggunakan modus bertanya. Hal ini dilakukan agar tuturan memerintah lebih terlihat santun. Hal ini sesuai dengan skala kesantunan Leech yang menyatakan bahwa semakin tidak langsung suatu tuturan semakin santun tuturan tersebut.
59
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Menyimak dan mencatat langsung semua data alamiah/ujaran spontan yang muncul termasuk mencatat konteks pada saat melakukan pertuturan. 2. Data yang didapat langsung dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif dan catatan reflektif juga menggunakan analisis heuristik, yakni analisis konteks. Analisis heuristik digunakan, apabila ada tuturan tidak langsung dan memiliki interpretasi makna. 3. Mengidentifikasi percakapan yang terjadi pada saat melakukan pertuturan yang mengandung tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tabel 1.1 Indikator Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur tidak Langsung No. 1.
Indikator
Subindikator
Deskriptor
Tindak tutur 1. Tindak tutur langsung 1 langsung pada sasaran
2
1
Tindak tutur langsung dengan alasan atau argumentasi
1
Tindak tutur yang dilakukan dengan cara menyebut langsung sesuatu yang diminta tampa basa-basi. Tindak tutur langsung pada sasaran digunakan oleh anak jika sesuatu yang diminta merupakan kebiasaan yang selalu terjadi secara berulangulag. Tindak tutur yang digunakan secara langsung untuk mengajukan permintaan kepada mitra tutur yang disertai dengan pernyataanpernyataan yang digunakan untuk meyakinkan atau memengaruhi mitra tutur agar memahami dan memaklumi permintaannya dan pada akhirnya mengabulkan
60
permintaan tersebut. Tindak tutur langsung diguna kan untuk menyampaikan informasi sejelas-jelasnya, sedangkan bagian argumentasi digunakan untuk menjaga hubungan baik dengan mitra tutur agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar. 3 Tindak tutur langsung dengan argumentasi digunakan jika kualitas permintaan yang diajukan termasuk dalam kategori istimewa. Tindak tutur tidak langsung dengan modus pengandaian merupakan tindak tutur yang dilakukan penutur dengan cara menyatakan situasi dan kondisi yang diangankan dalam kaitan dengan situasi dan kondisi yang dialami penutur pada pada saat mengajukan permintaan. Situasi dan kondisi yang didayagunakan oleh penutur adalah situasi dan kondisi yang mendukung tuturan tidak langsung dengan modus pengandaian. Modus pengandaian digunakan untuk membuat tuturan menjadi lebih santun, karena permintaan disampaikan tidak secara langsung. Tindak tutur yang dilakukan dengan menyatakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang menimpa diri mitra tutur. Sesuatu yang menimpa diri mitra tutur itu berupa sakit, keadaan yang membuat mitra tutur merasa tidak nyaman, dan sebalikknya. Tindak tutur tidak langsung dengan modus bertanya merupakan tindak tutur yang dinyatakan dengan menggunakan 2
2
Tindak tutur 1. Tindak tutur tidak tidak langsung dengan langsung modus pengandaian
2. Tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan keluhan
3. Tindak tutur tidak langsung dengan modus bertanya
61
4. Tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan fakta
5. Tindak tutur tidak langsung dengan modus memuji
bentuk lain dan tidak literal. Perintah tidak langsung dengan modus bertanya merupakan tindak tutur tidak langsung. Kalimat Tanya tidak digunakan secara fungsional untuk bertanya (meminta keterangan, penjelasan, meminta supaya diberi tahu) melainkan untuk menyuruh, meminta, memohon, dan sebagainya. Tindak tutur tidak langsung dengan modus bertanya digunakan oleh penutur untuk memerintah mitra tutur dengan cara bertanya. Pertanyaanpertanyaan yang dituturkan oleh penutur berupaya keadaan yang sedang dihadapi oleh penutur pada saat itu. Tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan fakta ialah tuturan yang disampaikan penutur berdasarkan keadaan yang benar-benar ada atau terjadi, pada saat tuturan disampaikan kepada mitra tutur. Penutur berharap bahwa mitra tutur akan melakukan perintah ketika melihat fakta yang terjadi. Tindak tutur tidak langsung dengan modus menyatakan fakta merupakan tindak tutur tidak langsung. Kalimat pernyataan tidak digunakan secara fungsional untuk memberitahu melainkan untuk menyuruh, meminta, memohon dan sebagainya. Tuturan diutarakan dengan kalimat berita berupa menyatakan fakta agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Suatu bentuk tuturan berupa kekaguman, penghargaan terhadap sesuatu dengan harapan
62
6. Tindak tutur tidak langsung dengan modus melibatkan orang ketiga
7. Tindak tutur tidak langsung dengan modus dengan modus menginformasikan
supaya mitra tutur mengabulkan perintah penutur. Kalimat perintah ini tidak langsung, tidak diuraikan dengan kalimat perintah melainkan dengan cara memuji. Tindak tutur tidak langsung dengan modus melibatkan orang ketiga ialah tindak tutur tidak langsung yang dituturkan oleh penutur dengan cara melibatkan orang lain atau orang disekitar penutur yang turut mendukung dalam mengajukan perintah yang dituturkan. Tindak tutur yang digunakan penutur ketika memerinah mitra tuturnya dengan memberikan informasi yang berhubungan dengan perintahnya. Hal ini dilakukan sang penutur untuk menjaga kesantunan tuturannya. Selain itu, modus ini digunakan memperkuaat atau mendukung agar tuturan berhasil. (Rahardi, 2005)
4. Mengidentifikasi penanda kesantunan dalam tindak tutur. 5. Mengklasifikasikan data tindak tutur berdasarkan modus dan jenisnya. 6. Berdaskan hasil identifikasi dan klasifikasi data, dilakukan kegiatan penarikan simpulan sementara. 7. Memeriksa/mengecek kembali data yang sudah diperoleh. 8. Penarikan simpulan akhir. 9. Mendeskripsikan implikasi tindak tutur dalam berkomunikasi antarmahasiswa di kantin FKIP universitas lampung terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.