BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross
sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yaitu SD Negeri 064011 dan SD Negeri 067250. Pemilihan lokasi ini dipilih secara purposive sampling dengan alasan : 1. Banyak penjaja makanan dan warung penjualan makanan yang menjual makanan dengan warna- warna yang mencolok, terang dan dengan rasa yang sangat manis secara bebas di lingkungan sekolah tersebut dibandingkan sekolah-sekolah lain. 2. Tidak ada peraturan tegas dari pihak sekolah yang melarang murid-murid untuk tidak jajan sembarangan, dapat dilihat dari bebasnya murid keluar dari pekarangan sekolah untuk membeli makanan atau minuman bahkan guru juga sering mengonsumsi makanan jajanan yang berada dilingkungan sekolah. 3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku guru sekolah dasar terhadap makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan November sampai bulan Desember 2011. 3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru sekolah dasar pada sekolah dasar yang ada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yang berjumlah : 1. SD Negeri 064011
: 34 orang
2. SD Negeri 067250
: 21 orang
3.3.2. Sampel Sampel penelitian ini diambil dengan cara total sampling, populasi yang berjumlah 55 orang diambil seluruhnya. 3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer adalah karakteristik guru yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja serta sumber informasi mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pengetahuan, sikap dan tindakan juga diperoleh melalui kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang telah disusun kepada responden. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data yang telah ada pada arsip sekolah dasar yaitu berupa data jumlah guru sekolah dasar, serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian seperti gambaran umum mengenai SD Negeri 064011 dan SD Negeri 067250 Medan
Universitas Sumatera Utara
3.5. Defenisi Operasional 1. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir. 2. Jenis kelamin adalah gender yang membedakan responden. 3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan oleh responden. 4. Masa kerja adalah lamanya responden bekerja. 5. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang sering ditambahkan pedagang makanan ke dalam makanan yang akan dijual dengan tujuan untuk memperbaiki warna atau cita rasa makanan, namun jika dipakai secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan. 6. Sumber informasi adalah segala petunjuk yang diperoleh responden untuk mengetahui informasi tentang bahaya penggunaan bahan tambahan pangan dalam makanan. 7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui guru tentang kandungan zat-zat yang berbahaya pada bahan tambahan pangan yang ada di dalam makanan. 8. Sikap adalah reaksi atau respon guru terkait penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya pada makanan. 9. Tindakan adalah segala bentuk yang dilakukan guru dalam mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dan hal-hal yang dilakukan guru terhadap murid yang mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dilingkungan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada. Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori (baik, sedang dan kurang) yang berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden. Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain adalah : c. Nilai baik, apabila total skor yang diperoleh responden >75%. d. Nilai sedang, apabila total skor yang diperoleh responden 40-75%. e. Nilai kurang, apabila total skor yang diperoleh responden <40%. 1.
Pengetahuan Pengetahuan mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan
dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dengan total skor tertinggi adalah 24. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 18 dari seluruh pertanyaan yang ada. b. Tingkat pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 11-18 dari seluruh pertanyaan yang ada. c. Tingkat pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 11 dari seluruh pertanyaan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
2.
Sikap Sikap dapat diukur dengan pemberian skor terhadap jumlah kuesioner yang
telah diberi bobot. Jumlah pernyataan10 yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif, dimana pernyataan yang benar diacak dan diberi nilai 2. Skor tertinggi adalah 20. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Tingkat sikap baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 15 dari seluruh pertanyaan yang ada. b. Tingkat sikap sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 9-15 dari seluruh pertanyaan yang ada. c. Tingkat sikap kurang apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 9 dari seluruh pertanyaan yang ada. 3.
Tindakan Tindakan dapat diukur dalam pemberian skor terhadap jumlah kuesioner yang
telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 6 yang diajukan, dengan skor tertinggi adalah 12, dimana jawaban yang benar di acak dan diberi nilai 2. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Tingkat tindakan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 9 dari seluruh pertanyaan yang ada. b. Tingkat tindakan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 5-9 dari seluruh pertanyaan yang ada. c. Tingkat tindakan kurang apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 5 dari seluruh pertanyaan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Pengolahan Data dan Analisis Data 3.7.1. Pengolahan Data 1. Editing Data yang telah terkumpul dikoreksi dilapangan sehingga data dapat langsung dilengkapi dan disempurnakan. Editing dilakukan atas kelengkapan pengisian kuesioner dan kejelasan jawaban, dengan tujuan agar data dapat diperoleh dengan baik
dan
menghasilkan
informasi
yang
benar
sehingga
nantinya
dapat
menggambarkan masalah yang diteliti. 2. Coding Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan. 3. Entry Entri adalah kegiatan memasukkan data ke dalam program komputer untuk dilakukan analisis data dengan program SPSS. 4.
Tabulating Tabulating dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan masing-
masing variabel dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3.7.2. Analisa Data Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SD Negeri No. 067250 Medan merupakan sekolah negeri yang terletak di Jl. Mangaan I Gg. Amal I Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. SD Negeri No. 067250 Medan memiliki jumlah murid sebanyak 717 orang yang terdiri dari 372 orang laki-laki dan 345 orang perempuan. Saat ini SD Negeri No. 067250 Medan memiliki 21 orang guru dan 1 orang pegawai Tata Usaha. Semua siswa memiliki jadwal sekolah pagi hari. Di sekolah ini terdapat 1 buah kantin yang menjual permen, roti, biskuit, minuman, mie-mie yang ditambahkan kerupuk dengan warna merah mencolok, gorengan seperti tahu dan bakwan yang ditambahkan saos pabrikan dengan warna merah mencolok dan makanan dalam kemasan. Selain itu, terdapat juga beberapa pedagang yang berjualan di luar pagar sekolah, antara lain penjual bakso dengan saos yang berwarna merah mencolok, minuman berwarna-warni, bakso goreng, ayam goreng kentucky, minuman sachet, snack dalam kemasan, bakso bakar, dan mie goreng. SD Negeri No. 064011 Medan merupakan sekolah negeri yang terletak di Jl. Mangaan IV Pasar II Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. SD 064011 Medan memiliki jumlah murid sebanyak 1149 orang yang terdiri dari 604 orang laki-laki dan 545 orang perempuan. Saat ini SD Negeri No. 064011 Medan memiliki 34 orang guru dan 1 orang pegawai Tata Usaha. Siswa memiliki jadwal sekolah pada pagi hari dan siang hari. Di sekolah ini terdapat 2 buah kantin yang menjual makanan jajanan.
Universitas Sumatera Utara
Di sekolah ini juga terdapat juga beberapa pedagang yang berjualan di luar pagar sekolah yang menjual makanan-makanan yang dijual seperti di SD Negeri 067250. 4.2. Karakteristik Responden Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pedidikan dan masa kerja. Pengkategorian karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1.
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja).
No. 1. Umur : 2.
3.
4.
Karakteristik Responden
21- 30 tahun 31- 40 tahun 41- 50 tahun 51- 60 tahun Total Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Total Pendidikan : SMA/SPG/Sederajat Diploma Sarjana Total Masa Kerja : < 10 tahun 11-20 tahun > 20 tahun Total
Jumlah Persentase (%) 17 4 26 8 55
30,9 7,3 47,3 14,5 100
16 39 55
29,1 70,9 100
17 9 29 55
30,9 16,4 52,7 100
20 10 25 55
36,4 18,2 45,5 100
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden paling banyak berada pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 26 orang (47,3%), sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 4 orang (7,3%).
Universitas Sumatera Utara
Responden pada kedua sekolah dasar ini paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 39 orang (70,9%) sementara responden laki-laki hanyak sebanyak 16 orang (29,1%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah Sarjana yaitu sebanyak 29 orang (52,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah Diploma sebanyak 9 orang (16,4%). Dalam hal masa kerja, sebanyak 25 orang (45,5%) responden memiliki masa kerja >20 tahun dan paling sedikit memiliki masa kerja 11-20 tahun yaitu 10 orang (18,2%). 4.3. Sumber Informasi tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Pertanyaan tentang sumber informasi mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan meliputi dari mana saja responden mendapat sumber informasi tentang bahan tambahan pangan dan bagaimana tanggapan responden terhadap informasi yang diterima. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. No. 1. 2. 3. 4.
Sumber Informasi Media Cetak Media Elektronik Petugas Kesehatan Keluarga/ kerabat
Jumlah 36 51 12 23
Persentase (%) 65,5 92,7 21,8 41,8
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa sumber informasi yang diperoleh guru SD terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan paling banyak berasal dari media elektronik yaitu sebanyak 51 orang (92,7%) dan hanya 12 orang (41,4%) mendapatkan informasi dari petugas kesehatan. Berdasarkan sumber
Universitas Sumatera Utara
informasi yang diperoleh, responden menyatakan yakin dan percaya terhadap sumber informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan. 4.4.
Pengetahuan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka pengetahuan
dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni pengetahuan baik, sedang dan kurang. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. No. 1. 2. 3.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Pengetahuan
Baik Sedang Kurang Total
Jumlah 48 7 0 55
Persentase (%) 87,3 12,7 0 100
Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 48 orang (87,3%), sedangkan sebagian responden lagi, yaitu sebanyak 7 orang (12,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang. Pengetahuan responden yang diukur meliputi pengertian BTP, tujuan penggunaan BTP, Jenis-jenis BTP yang digunakan, persyaratan penggunaan BTP, efek/ dampak pengunaan BTP terhadap kesehatan dan ciri-ciri makanan yang menggunakan BTP. Gambaran pengetahuan responden dapat dilihat dari tabel 4.4. Tabel 4.4.
Distribusi Pengetahuan Responden Mengandung Bahan Tambahan Pangan.
tentang
No. Pengetahuan 1 Pengertian bahan tambahan pangan : a. Bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan
Makanan
yang
N
%
40
72,2
Universitas Sumatera Utara
2
3
4
5
6
7
dengan jumlah dan ukuran tertentu yang berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan. (2) b. Bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan agar makanan lebih tahan lama. (1) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan : a. Membuat makanan menjadi lebih menarik. (1) b. Meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. (2) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Jenis-jenis bahan tambahan pangan : a. Bahan pengawet makanan. (1) b. Pewarna bahan pangan, bahan pemanis makanan, penyedap rasa dan aroma makanan, antikempal pada makanan, antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman, pemutih makanan. (2) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Syarat penggunaan bahan tambahan pangan : a. Tidak mahal harganya. (1) b. Tidak membahayakan kesehatan konsumen. (2) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Alasan Rhodamin B tidak boleh ditambahkan ke dalam makanan : a. Karena Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. (2) b. Karena Rhodamine B tidak baik ditambahkan kedalam makanan. (1) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Bahan tambahan pangan dilarang : a. Karena dapat menyebabkan ketergantungan bagi yang mengonsumsi. (1) b. Karena membahayakan kesehatan bahkan dapat menyebabkan penyakit kanker. (2) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Penggunaan bahan tambahan itu baik atau tidak :
13
23,6
2 55
3,6 100,0
22 30
40,0 54,5
3
5,5
55
100,0
4 49
7,3 89,1
2
3,6
55
100,0
15 38 2 55
27,3 69,1 3,6 100,0
41
74,5
13 1
23,6 1,8
55
100,0
5
9,1
50
89,1
0 55
0 100,0
Universitas Sumatera Utara
8
9
10
11
12
a. Baik, apabila penggunaannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (2) b. Tidak baik, karena dapat membahayakan bagi kesehatan. (1) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Alasan pedagang tidak boleh menambahkan formalin, boraks, dan rhodamin b ke dalam makanan yang mereka jual : a. Karena formalin, boraks, dan rhodamin b sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kanker. (2) b. Karena dapat menyebabkan sakit perut. (1) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Ciri-ciri makanan yang mengandung pengawet : a. Makanan tidak tahan lama. (1) b. Makanan dapat bertahan lama. (2) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Ciri-ciri makanan yang mengandung bahan pewarna : a. Warna makanan sangat mencolok dan terlihat sangat menarik. (2) b. Warna makanan terlihat menarik. (1) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Dampak BTP terhadap kesehatan : a. Seketika setelah mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan tersebut. (1) b. 10 sampai 20 tahun kemudian. (2) c. Tidak tahu. (0) Jumlah Bahaya dari penambahan formalin ke dalam makanan bagi kesehatan : a. Bila dikonsumsi dalam waktu menahun dapat mengakibatkan kanker. (2) b. Bila dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan mual, muntah dan diare. (1) c. Tidak tahu. (0) Jumlah
23
41,8
30 2
54,5 3,6
55
100,0
45
81,8
10 0
18,2 0
55
100,0
3 49 3 55
5,5 89,1 5,5 100,0
46 9 0
83,6 16,4 0
55
100,0
9 40
16,4 72,7
6 55
10,9 100,0
51
92,7
4 0 55
7,3 0 100,0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui pengertian bahan tambahan pangan adalah bahan yang sengaja
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu yang berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan yaitu sebanyak 40 orang (72,2%), dan ada sebanyak 13 orang (26,3%) yang menjawab bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan agar makanan lebih tahan lama, sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak tahu pengertian bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%). Mengenai tujuan penggunaan bahan tambahan pangan, sebagian responden menjawab bahwa tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan yaitu sebanyak 30 orang (54,5%), sedangkan sebagian responden menjawab tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk membuat makanan menjadi lebih menarik yaitu sebanyak 22 orang (40%), dan sebagian kecil responden tidak tahu tujuan penggunaan bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 3 orang (5,5%). Berdasarkan tabel 4.4. juga dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui bahwa jenis-jenis bahan tambahan pangan adalah pewarna bahan pangan, bahan pemanis makanan, penyedap rasa dan aroma makanan, antikempal pada makanan, antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman,
pemutih makanan yaitu
sebanyak 49 orang (89,1%), sedangkan sebagian responden menjawab bahwa jenis bahan tambahan pangan adalah Bahan pengawet makanan yaitu sebanyak 4 orang (7,3%), dan sebagian kecil tidak tahu jenis-jenis bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%).
Universitas Sumatera Utara
Mengenai syarat-syarat penggunaan bahan tambahan pangan, sebagian besar responden mengetahui persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan adalah tidak membahayakan kesehatan konsumen yaitu sebanyak 38 orang (69,1%), sebagian menjawab bahwa persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan adalah tidak mahal harganya yaitu sebanyak 15 orang (27,3%), dan sebagian kecil responden tidak mengetahui tentang persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%). Sebagian besar responden mengetahui bahwa Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas yaitu sebanyak 41 orang (74,5%), sebagian responden menjawab bahwa Rhodamine B tidak baik ditambahkan kedalam makanan yaitu sebanyak 13 orang (23,6%), dan 1 orang responden (1,8%) tidak mengetahui kenapa Rhodamin B tidak boleh ditambahkan ke dalam makanan. Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui bahan tambahan dilarang karena karena membahayakan kesehatan bahkan dapat menyebabkan penyakit kanker yaitu sebanyak 50 orang (89,1%), sebagian responden lagi menjawab bahwa bahan tambahan pangan dilarang karena karena dapat menyebabkan ketergantungan bagi yang mengonsumsi yaitu sebanyak 5 orang (9,1%). Mengenai baik atau tidaknya penggunaan bahan tambahan pangan, sebagian responden menjawab bahwa penggunaan bahan tambahan pangan tidak baik, karena dapat membahayakan bagi kesehatan yaitu sebanyak 30 orang (54,5%), sedangkan sebagian responden mengetahui bahwa bahan tambahan pangan baik digunakan
Universitas Sumatera Utara
apabila penggunaannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 23 orang (41,8%), dan sebagian kecil responden tidak mengetahui apakah semua jenis bahan tambahan pangan baik atau tidak penggunaannya didalam makanan yaitu sebanyak 2 orang (3,6%). Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui alasan pedagang tidak boleh menambahkan formalin, boraks, dan rhodamin b ke dalam makanan yang mereka jual karena karena formalin, boraks, dan rhodamin b sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kanker yaitu sebanyak 45 orang (81,8%), sedangkan sebagian kecil menjawab bahwa alasan pedagang tidak boleh menambahkan formalin, boraks, dan rhodamin b ke dalam makanan yang mereka jual karena dapat menyebabkan sakit perut yaitu sebanyak 10 orang (18,2%). Sebagian responden mengetahui bahwa ciri-ciri bahan makanan yang mengandung bahan pengawet adalah makanan dapat bertahan lama yaitu sebanyak 49 orang (89,1%), sebagian responden menjawab ciri-ciri makanan yang mengandung bahan pengawet adalah makanan tidak tahan lama yaitu sebanyak 3 orang (5,5%), sedangkan sebanyak 3 orang responden (5,5%) tidak mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung pengawet. Mengenai ciri-ciri makanan yang mengandung bahan pewarna, sebagian besar responden mengetahui bahwa ciri makanan yang mengandung bahan pewarna adalah warna makanan sangat mencolok dan terlihat sangat menarik yaitu sebanyak 46 orang (83,6%), sedangkan sebagian responden lagi menjawab bahwa ciri makanan yang
Universitas Sumatera Utara
mengandung bahan pewarna adalah warna makanan terlihat menarik yaitu sebanyak 9 orang (16,4%). Sebagian besar responden mengetahui dampak mengonsumsi bahan tambahan pangan terhadap kesehatan akan terlihat 10 sampai 20 tahun kemudian yaitu sebanyak 40 orang (72,7%), sedangkan sebagian responden menjawab bahwa dampak mengonsumsi bahan tambahan pangan akan terlihat seketika setelah mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan tersebut yaitu sebanyak 9 orang (16,4%), dan sebagian kecil responden tidak mengetahui kapan dampak mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan akan terlihat, yaitu sebanyak 6 orang (10,9%). Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui bahaya formalin bila dikonsumsi dalam waktu menahun dapat mengakibatkan kanker yaitu sebanyak 51 orang (92,7%), sedangkan sebagian responden (7,3%) menjawab bila dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan mual.. 4.5.
Sikap Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka sikap dikategorikan
ke dalam 3 kategori yakni sikap baik, sedang dan kurang. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan.
No. 1. 2. 3.
Sikap
Jumlah 30 24 1 55
Baik Sedang Kurang Total
Persentase (%) 54,6 43,6 1,8 100
Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat sikap yang baik yaitu sebanyak 30 orang (54,6%), sebanyak 24 orang (43,6%) responden memiliki tingkat sikap yang sedang, dan hanya 1 orang (1,8%) responden yang memiliki tingkat sikap yang kurang. Sikap responden merupakan respon tertutup responden terhadap penggunaan bahan tambahan pangan di dalam makanan. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. No
1
2
3
4
Distribusi Sikap Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Setuju Tidak Jumlah Setuju Sikap n % N % N % Makanan yang diberi pemanis dan 1 1,8 54 98,2 55 100,0 pewarna makanan secara berlebihan aman untuk dikonsumsi Makanan yang diberi penyedap 32 58,2 23 41,8 55 100,0 rasa dan aroma makanan terasa lebih enak. Pedagang yang menjual makanan tidak menggunakan bahan pemanis, pewarnan, pengawet atau penyedap rasa didalam makanan mereka. Penjual makanan menambahkan formalin ke dalam makanannya
30
54,5
25
45,5
55
100,0
16
29,1
39
70,9
55
100,0
Universitas Sumatera Utara
5
6
7
8 9 10
agar makanan lebih tahan lama. Makanan yang mengandung boraks, formalin dan rhodamin b tidak masalah jika dijual di pasaran. Makanan tidak boleh diberi bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa secara berlebihan agar makanan jadi lebih menarik. Bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa dan aroma harus selalu digunakan dalam pengolahan makanan agar makanan lebih enak. Mie basah boleh diberi bahan pengawet agar mie bisa tahan lama. Boraks tidak boleh digunakan untuk mengenyalkan bakso. Pedagang makanan menambahkan bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang besar.
3
5,5
52
94,5
55
100,0
36
65,5
19
34,5
55
100,0
9
16,4
46
83,6
55
100,0
9
16,4
46
83,6
55
100,0
46
83,6
9
16,4
55
100,0
13
23,6
42
76,4
55
100,0
Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 54 orang (98,2%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa makanan yang diberi pemanis dan pewarna makanan secara berlebihan aman untuk dikonsumsi. Responden menyatakan setuju bahwa makanan yang diberi penyedap rasa dan aroma makanan terasa lebih enak yaitu sebanyak 32 orang (58,2%). Sebanyak 30 orang responden (54,5%) menyatakan setuju jika pedagang yang menjual makanan tidak menggunakan bahan pemanis, pewarnan, pengawet atau penyedap rasa didalam makanan mereka. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 39 orang (70,9%) menyatakan tidak setuju jika penjual makanan menambahkan formalin ke dalam makanannya agar makanan lebih tahan lama. Sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
responden juga menyatakan tidak setuju dengan makanan yang mengandung boraks, formalin dan rhodamin b tidak masalah jika dijual di pasaran yaitu sebanyak 52 orang (94,5%). Responden juga menyatakan setuju makanan tidak boleh diberi bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa secara berlebihan agar makanan jadi lebih menarik sebanyak 36 orang (65,5%). Sebagian besar responden yaitu sebanyak 46 orang (83,6%) menyatakan tidak setuju jika bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa dan aroma harus selalu digunakan dalam pengolahan makanan agar makanan lebih enak dan 46 orang (83,6%) juga menyatakan tidak setuju jika mie basah boleh diberi bahan pengawet agar mie bisa bertahan lama. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 46 orang (83,6%) setuju boraks tidak boleh digunakan untuk mengenyalkan bakso. Sebanyak 42 orang responden (76,4%) meyatakan tidak setuju jika pedagang makanan menambahkan bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang besar. 4.6. Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka tindakan dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni tindakan baik, sedang dan kurang. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. No. 1. 2. 3.
Distribusi Tingkat Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan. Tindakan Jumlah Persentase (%) Baik 7 12,7 Sedang 48 87,3 Kurang 0 0 Total 55 100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.7. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat tindakan sedang yaitu sebanyak 48 orang (87,3%), dan sebagian lagi memiliki tingkat tindakan baik sebanyak 7 orang (12,7%). Tabel 4.8.
Distribusi Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan.
No. Tindakan 1 Sering membeli makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah : a. Ya (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) Jumlah 2 Suka mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok : a. Setiap hari (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) Jumlah 3 Yang dilakukan ketika melihat siswa-siswi membeli makanan secara bebas di lingkungan sekolah: a. Selalu melarang (2) b. Kadang-kadang melarang (1) c. Cuek saja (0) Jumlah 4 Sering mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok: a. Sering (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) Jumlah 5 Jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya, apakah masih mau membelinya: a. Ya (0) b. Kadang-kadang (1) c. Tidak (2) Jumlah 6 Sering membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya: a. Ya (0)
n
%
5 47 3 55
9,1 85,5 5,5 100,0
0 34 21 55
0 61,8 38,2 100,0
15 40 0 55
27,3 72,7 0 100,0
9 30 16 55
16,4 54,5 29,1 100,0
1 22 32 55
1,8 40,0 58,2 100,0
1
1,8
Universitas Sumatera Utara
b. Kadang-kadang (1) c. Tidak pernah (2) Jumlah
21 33 55
38,2 60,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden kadangkadang membeli makanan yang dijual dilingkungan sekolah yaitu sebanyak 47 orang (85,5%), sedangkan sebagian responden sering membeli makanan jajanan yang dijual dilingkungan sekolah yaitu sebanyak 5 orang (9,1%), dan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 3 orang (5,5%) tidak pernah membeli jajanan yang dijual dilingkungan sekolah. Sementara itu, diketahui sebagian besar responden kadang-kadang suka mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok yaitu sebanyak 34 orang (61,8%), sedangkam sebagian responden lagi yaitu sebanyak 21 orang (38,3%) tidak pernah mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 40 orang (72,7%) kadang-kadang melarang ketika melihat siswa-siswi membeli makanan secara bebas di lingkungan sekolah, sedangkan sebanyak 15 orang (27,3%) selalu melarang ketika melihat siswasiswi membeli makanan secara bebas di lingkungan sekolah. Berdasarkan keseringan mengonsumsi bakso, sebagian besar responden kadang-kadang mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok yaitu sebanyak 30 orang (54,5%), sedangkan sebagian responden tidak pernah mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok
Universitas Sumatera Utara
yaitu sebanyak 16 orang (29,1%), dan sebagian kecil yaitu sebanyak 9 orang (16,4%) sering mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok. Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak mau membeli jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya yaitu sebanyak 32 orang (58,2%), sedangkan sebagian responden kadang-kadang masih mau membeli jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya yaitu sebanyak 22 orang (40,0%), dan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 1 orang (1,8) mau membeli jika tahu pedagang menambahkan penyedap rasa ke dalam makanannya. Dari keseringan membeli makanan di pinggir jalan, sebagian besar responden tidak pernah membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya yaitu sebanyak 33 orang (60,0%), sedangkan sebagian responden kadang-kadang membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya yaitu sebanyak 21 orang (38,2%), dan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 1 orang (1,8%) sering membeli makanan di pinggir jalan yang murah dan dengan warna-warna menarik daripada mahal tapi terjamin kesehatannya. 4.7. Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Tabulasi silang antara pengetahuan responden dengan tindakan responden tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dapat dilihat pada tabel 4.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9.
No. 1. 2. 3.
Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan.
Pengetahuan Baik Sedang Kurang Total
Baik n 7 0 0 7
% 14,6 0 0 12,7
Tindakan Sedang n % 41 85,4 7 100 0 0 48 87,3
Total
Kurang n % 0 0 0 0 0 0 0 0
n 48 7 0 55
% 100 100 0 100
Berdasarkan tabel 4.9. diatas menunjukkan bahwa dari 48 (100%) orang responden yang memiliki tingkat pengetahuan pada kategori baik, sebanyak 7 orang (14,6%) responden memiliki tindakan baik dan sebanyak 41 orang (85,4%) memiliki tindakan sedang. Sedangkan dari 7 (100%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang, 7 orang (100%) responden memiliki tindakan baik. 4.8. Tabulasi Silang antara Sikap dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Tabulasi silang antara sikap responden dengan tindakan responden tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dapat dilihat pada tabel 4.10. 4.10.
No. 1. 2. 3.
Tabulasi Silang antara Sikap dengan Tindakan Responden tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan.
Sikap Baik Sedang Kurang Total
Baik n 6 1 0 7
% 20 4,2 0 12,7
Tindakan Sedang n % 24 80 23 95,8 1 100 48 87,3
Kurang n % 0 0 0 0 0 0 0 0
Total n 30 24 1 55
% 100 100 100 100
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari sikap, menunjukkan bahwa dari 30 (100%) responden dengan sikap baik, sebanyak 6 orang (20%) responden memiliki tindakan baik, dan 24 orang (80%) responden memiliki tindakan sedang. Sementara dari 24 (100%) responden dengan sikap pada kategori sedang, sebanyak 1 orang (4,2%) responden memiliki tindakan baik dan 23 orang (95,8%) memiliki tindakan sedang. Dan ada 1 (100%) responden yang memiliki sikap pada kategori kurang dengan tindakan sedang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan Guru tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan guru terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan sudah tergolong baik dimana hasil pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pengetahuan responden tersebut sebagian besar berada pada kategori penilaian yang baik yaitu sebanyak 48 orang (87,3%), sedangkan guru pada kategori kurang tidak ada. Hasil pengukuran terhadap pengetahuan menunjukkan bahwa secara umum guru sebanyak 45 orang (81,8%) mengetahui bahwa yang menjadi alasan para pedagang menggunakan bahan tambahan pangan pada makanan yang dijualnya adalah karena harganya relatif murah dan dapat memberikan tampilan yang menarik. Pada umumnya penjual makanan yang berada di lingkungan sekolah tidak memperhatikan bahan tambahan pangan yang digunakan dalam makanan, mereka berorientasi keuntungan, dengan memberikan produk makanan dan minuman dengan
Universitas Sumatera Utara
pewarna tekstil agar makanan dan minuman kelihatan mencolok dan dapat menarik minat pembeli. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada guru yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Para guru menjawab pertanyaan dengan baik terutama dalam menjawab tentang pengertian bahan tambahan pangan, tujuan penggunaan bahan tambahan serta syarat penggunaan bahan pangan serta dampak penggunaan bahan pangan secara berlebihan terhadap kesehatan. Hal tersebut karena sudah banyaknya informasi mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan yang mereka terima dari media elektronik, media cetak, petugas kesehatan bahkan dari kerabat. Sebagian besar guru yaitu sebanyak 51 orang (92,7%) pernah mendengar informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan dari media elektronik yaitu televisi. Siaran televisi pada umumnya bersifat informatif, edukatif dan hiburan. Dengan televisi masyarakat dapat mengetahui perkembangan informasi di seluruh penjuru dunia. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa, selain televisi sumber informasi yang tidak kalah penting adalah media massa seperti surat kabar, majalah dan buku. Hasil penelitian Sitorus (2008), juga menyatakan bahwa sumber informasi siswa sekolah dasar tentang makanan dan minuman jajanan yang mengandung bahan tambahan makanan pada umunya berasal dari televisi. Demikian pula dengan hasil penelitian Daniaty (2009), yang menemukan sebanyak 80,49 siswa SMP dan SMA mendengar informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan pangan dari televisi. Guru yang paling sedikit menjawab pertanyaan dengan benar adalah mengenai penggunaan bahan tambahan pangan itu baik atau tidak yaitu sebanyak 30
Universitas Sumatera Utara
orang (54,5%). Menurut cahyadi (2008), penggunaan bahan tambahan pangan dalam proses produksi pangan perlu diwasapadai bersama, baik oleh responden maupun konsumen. Penggunaan bahan tambahan pangan diperbolehkan, karena bahan tambahan pangan sedianya digunakan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Namun, penggunaan bahan pangan ini tidak boleh melebihi batas maksimum yang diizinkan dari bahan tambahan pangan yang sudah diatur penggunaannya oleh Badan POM. Menurut Notoatmojo (2003), perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik akan sesuatu hal diharapkan akan mempunyai sikap yang baik juga. 5.2. Sikap Guru tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Sikap merupakan suatu pandangan tetapi dalam hal ini masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut (Purwanto, 1998). Berdasarkan hasil penelitian, sikap guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan juga tergolong baik, dimana hasil pengukuran yang dilakukan terhadap sikap guru pada umumnya, yaitu sebanyak 30 orang (54,5%)
Universitas Sumatera Utara
adalah baik. Dari 10 pertanyaan mengenai sikap guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan secara umum guru memiliki sikap yang baik, dimana salah satunya yaitu sebanyak 52 orang guru (94,5) menyatakan tidak setuju bahwa makanan yang mengandung boraks, formalin dan rhodamin b tidak masalah jika dijual di pasaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Eddy (2005) yang menyatakan bahwa setelah digemparkan dengan penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan, banyak masyarakat yang mulai ragu-ragu menyantap makanan seperti tahu, mie basah, ayam dan bakso. Menurut penelitian Tarigan (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 sampel sayur yang diperiksa, terdapat 22 sayur yang mengandung boraks. Pemeriksaan secara kuatitatif diperoleh pada sayur daun singkong kadar terendah sebesar 1,731 gr/kg dan tertinggi 3, 709 gr/kg. Berdasarkan penelitian Nasution (2009), menunjukkan bahwa 62,5% lontong yang dijual di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan mengandung boraks. Secara fisik ciri-ciri lontong yang mengandung boraks dapat diketahui dengan melihat bentuk lontong yang padat dan kenyal, warnanya bersih, serta tahan disimpan lebih dari 5 hari. Berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/1999 boraks dilarang digunakan dalam makanan. Boraks biasanya digunakan dalam industri gelas, pelicin, porselin, alat pembersih, dan antiseptik. Namun akhir-akhir ini produsen makanan sering menggunakan boraks sebagai bahan pengawet, khususnya pada bakso, kerupuk, pempek, pisang molen, pangsit, tahu, dan bakmi. Hal ini bisa terjadi karena minimnya pengetahuan, lemahnya pengawasan dari lembaga pemerintah dan alasan ekonomi (Saparinto dkk, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal penggunaan bahan pemanis, pewarna, pengawet atau penyedap rasa didalam makanan, sebagian besar guru yaitu sebanyak 36 orang (65,5%) menyatakan setuju dengan pernyataan, bahwa makanan tidak boleh diberi bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa secara berlebihan agar makanan jadi lebih menarik dan sebanyak 46 orang (83,6%) guru menyatakan tidak setuju apabila bahan pengawet, pemanis, perwarna atau penyedap rasa dan aroma harus selalu digunakan dalam pengolahan makanan agar makanan lebih enak. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan guru yang baik dapat membentuk sikap yang baik pula dalam hal ini mengenai makanan yang mengandung bahan tambahan pangan. Bahan pengawet, pemanis, pewarna, atau penyedap rasa merupakan bahan tambahan pangan yang ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan agar makanan menjadi lebih enak dan menarik tetapi penggunaannya harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
722/Menkes/Per/IX/88. 5.3. Tindakan Guru tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik), sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tindakan guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan tergolong dalam kategori sedang, hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap
Universitas Sumatera Utara
tindakan guru, dimana sebagian besar yaitu sebanyak 48 orang guru (87,3%) memiliki tindakan pada kategori sedang. Seseorang bisa berperilaku negatif meskipun pengetahuan dan sikapnya positif, pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dari 48 guru (100%) yang memiliki pengetahuan baik terdapat 41 orang guru (85,4%) dengan tindakan dalam kategori sedang. Tindakan dalam kategori sedang ini kemungkinan disebabkan karena makanan yang dijual di lingkungan sekolah maupun dipasaran banyak menggunakan bahan tambahan pangan seperti pemanis, pengawet, penyedap rasa, dan pewarna buatan, bahkan tidak jarang ada juga yang menggunakan boraks dan formalin dengan tujuan makanan akan memiliki tampilan yang menarik, baik dari segi bentuk, rasa dan warna sehingga semakin menarik untuk dikonsumsi. Hal tersebut dapat terbukti dari hasil penelitian bahwa sebanyak 34 orang responden (61,8%) suka mengonsumsi kue-kue atau minuman yang dijual dengan warna mencolok dan sebanyak 30 orang guru (54,5%) suka mengonsumsi bakso yang ditambahkan kerupuk berwarna merah mencolok. Kerupuk dengan warna merah mencolok dikhawatirkan menggunakan bahan pewarna tekstil Rhodamin b, dimana Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas, namun zat warna yang berbahaya ini sering disalahgunakan mewarnai berbagai makanan dan minuman. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Saparinto dkk,2006) .
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan pewarna pada jajanan juga ditemukan pada penelitian Purba (2009) terhadap zat pewarna pada jajanan minuman sirup yang dijual di sekolah dasar kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam, ditemukan bahwa dari 20 sampel yang diperiksa, 18 sampel menggunakan zat pewarna yang diizinkan yaitu Sunset Yellow, Tartrazine, dan Ponceau 4R, dimana kadar zat pewarna yang terdapat pada 18 sampel tersebut masih dalam batasan normal dibandingkan dengan standar yang diperbolehkan, dan 2 sampel menggunakan zat pewarna yang tidak diizinkan yaitu zat pewarna ponceau 3R. Menurut Notoatmojo (2003) secara logis, sikap akan ditunjukkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan mempunyai hubungan yang sistematis. Artinya status pengetahuan atau sikap yang baik belum tentu terwujud dalam tindakan yang baik pula.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Pengetahuan guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan berada dalam kategori baik yaitu sebesar 87,3%.
2.
Sikap guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan berada pada kategori baik yaitu sebesar 54,5%.
3.
Tindakan guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan berada pada kategori sedang yaitu sebesar 87,3%.
4.
Umur guru yang paling banyak berada pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebesar 47,3% dimana guru perempuan lebih banyak daripada guru laki-laki. Tingkat pendidikan akhir guru paling banyak adalah sarjana yaitu sebesar 52,7% dan guru yang paling banyak adalah dengan masa kerja >20 tahun yaitu sebesar 45,5%.
5. Sumber informasi yang diperoleh guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan sebagian besar melalui media elektronik yaitu televisi sebesar 92,7%. 6.2. Saran 1.
Diharapkan kepada guru agar memberi contoh yang baik kepada anak didiknya dalam memilih makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi terutama makanan
yang
mengandung
bahan tambahan pangan,
misalnya tidak
menambahkan kerupuk dengan warna-warna merah mencolok ke dalam makanan yang mereka konsumsi.
Universitas Sumatera Utara
2.
Pihak sekolah terutama guru sebagai pendidik agar lebih meningkatkan kinerjanya dan menambah wawasannya dengan banyak melihat, mendengar dan membaca banyak hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan terutama tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan (BTP) sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama kepada anak didiknya.
Universitas Sumatera Utara