BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder. Dalam penelitian ini, data diambil dari laporan terbitan BPS nasional periode 2010 sampai dengan 2013 yang diunduh dari www.bps.go.id. Periode ini merupakan terbitan terakhir dari BPS nasional, sedangkan untuk tahun terakhir yakni tahun 2014 menggunakan LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) yang telah diaudit oleh BPK RI (Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia) dari masing-masing kabupaten/kota dan provinsi seluruh Indonesia yang diunduh dari www.bpk.go.id. Metode analisis data menggunakan regresi berganda, metode ini digunakan untuk meniliai pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen.
B. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel dan Teknik Analisis Data 1. Populasi Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh laporan realisasi anggaran kabupaten/kota dan provinsi di seluruh Indonesia yang telah di audit oleh BPK RI serta telah diterbitkan oleh BPS nasional periode 20102013, serta laporan LKPD dari BPK RI tahun 2014 yang belum diterbitkan pihak BPS. Laporan realisasi anggaran yang di terbitkan oleh BPS terdiri dari dua yakni laporan realisasi anggaran kabupaten/kota dan laporan realisasi anggaran provinsi. Laporan realisasi anggaran kabupaten/kota adalah laporan
19
20
realisasi yang berasal dari masing-masing kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Sedangkan laporan realisasi anggaran provinsi adalah laporan realisasi yang khusus berasal dari pemerintah provinsi.
2. Sampel Penelitian ini menggunakan sampel seluruh kabupaten/kota dan pemerintah provinsi seluruh Indonesia. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 33 dimana terdiri dari 33 provinsi dan laporan realisasi gabungan tiap masing-masing kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang dituangkan menjadi satu dengan laporan realisasi anggaran masing-masing pemerintah provinsi.
3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Sebagaimana dikatakan oleh Sugiyono (2007) alasan pengambilan purposive sampling ini didasari pada pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti tentang apa saja yang layak dan pantas untuk dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh kabupaten/kota dan pemerintah provinsi seluruh Indonesia dimana berjumlah 33 provinsi. Kriteria sampel yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a) Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia harus memiliki laporan keuangan selama lima tahun, sehingga untuk pemerintah provinsi Kalimantan Utara yang baru diresmikan tahun 2012 tidak masuk dalam kriteria pengambilan sampel.
21
b) Laporan keuangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang telah di terbitkan oleh BPS nasional tahun 2010-2013 c) Laporan keuangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang terdapat di website BPK RI d) Data yang digunakan dalam keadaan baik dan dapat diunduh dengan sempurna. 4. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan data panel sehingga regresi dengan menggunakan data panel disebut model regresi data panel. Data panel merupakan gabungan dari data time series dan data cross section (Rahayu 2012). Alasan menggunakan data panel dikarenakan mmpunyai beberapa keunggulan antara lain : a. Dapat mengatasi permasalahan heterogenitas dan keragaman data b. Data panel digunakan dalam hal untuk mempelajari dinamika yang paling baik dalam mengukur dampak sederhana dari data cross section dan time series. c. Dapat memberikan banyak informasi karena menggunakan data cross section dan time series sehingga lebih banyak variasi antar variabel. Alat pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan software Microsoft Excel, dan Eviews 8. Penelitian ini menggunakan aplikasi Eviews dikarenakan dapat memilih metode pengujian yang tepat yakni Pool Least Square (Common Effect), Fixed Effect dan Random Effect. Endogenity adalah korelasi antara variabel independen dan error (Gujarati, 2004). Lebih
22
lanjut lagi Gujarati (2004) menjelaskan bahwa kelebihan metode Fixed Efect pada aplikasi Eviews dapat mengatasi korelasi antara variabel independen dan error.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yakni variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja modal, sedangkan variabel independennya adalah PAD, DAU, DAK dan IPM.. 1. Definisi Operasional Variabel a. Belanja Modal Menurut SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) pada UU No. 71 Tahun 2010 belanja modal dapat didefinsikan sebagai pengeluaran yang dilakukan guna membentuk modal yang bersifat menambah aset tetap dan dapat memberikan manfaat yang lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran yang dimaksudkan
disini
adalah
biaya
pemeliharaan
yang
sifatnya
dapat
mempertahankan atau menambah masa manfaat serta dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. b. PAD Adalah bentuk penerimaan yang diterima berupa sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri dan diperoleh berdasarkan peraturan daerah yang sesuai pada perundang-undangan yang berlaku (Permendagri No. 13 tahun 2006). Pengertian PAD ini mempertegas pernyataan dalam UU No. 33 Tahun 2004, sehingga definisinya menjadi lebih jelas.
23
c. DAU Adalah dana yang diperoleh dari APBN dan dialokasikan untuk tujuan pemerataan keuangan pada setiap daerah dalam hal pembiayaan kebutuhan serta pengeluarannya untuk proses desentralisasi (UU No. 32 Tahun 2004). Berdasarkan definisi ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kenaikan DAU akan berbanding lurus dengan penyerahan dan pengalihan kewenangan pemerintah pusat kepada daerah dalam rangka desentralisasi. d. DAK Adalah bentuk dana yang berasal dari APBN yang dianggarkan kepada setiap daerah dalam rangka untuk membantu pembiayaan atas kebutuhan tertentu (UU No. 33 Tahun 2004). Dengan demikian menurut pengertian ini DAK dialokasikan kepada daerah yang berisi usulan-usulan kegiatan dan juga sumber pembiayaan yang telah diajukan kepada menteri teknis di daerah tersebut. e. IPM IPM
(Indeks
Pembangunan
Manusia)
merupakan
pengukuran
perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia (Katalog BPS, 2009). Lebih lanjut lagi Katalog BPS (2009) menjelaskan bahwa IPM menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia yang menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian maka
24
berdasarkan katalog BPS (2009) tingkat kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari nilai IPM.
2. Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini baik dependen (belanja daerah) maupun independen (PAD, DAU, DAK dan IPM) diukur berdasarkan undangundang maupun peraturan menteri dalam negeri yang terkait antara lain : a. Belanja modal Berdasarkan UU No. 71 Tahun 2010 belanja modal merupakan gabungan dari belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, serta belanja modal fisik lainnya. Dalam penelitian akan menegaskan kembali penjelasan dari UU No. 71 Tahun 2010. Dengan demikian belanja daerah dapat dirumuskan: BM=
(BL - BP- BBJ)
Keterangan: BM
: belanja modal
BL
: belanja langsung
BP
: belanja pegawai
BBJ
: belanja barang dan jasa
b. PAD Pengukuran PAD diperoleh dari hasil total atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (Permendagri No. 13 Tahun 2006). Penelitian ini
25
menggunakan pengukuran dari Permendagri No. 13 Tahun 2006 dikarenakan seluruh komponen PAD telah disebutkan dalam peratuan ini. Dengan demikian, PAD dapat dirumuskan: PAD=
(PD + RD + HPKDP + LPADS)
Keterangan: PAD
: penghasilan asli daerah
PD
: pajak daerah
RD
: retribusi daerah
HPKDP
: hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
LPADS
: lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
c. DAU Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 DAU merupakan total atas alokasi dasar dan celah fiskal. Peneliti mengambil pengukuran berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 dikarenakan pada peraturan ini telah dijelaskan secara rinci bagaimana perhitungan alokasi dasar dan celah fiskal tersebut. Dengan demikian, DAU dapat dirumuskan: DAU=
(AD + CF)
Keterangan: DAU
: dana alokasi umum
AD
: alokasi dasar
CF
: celah fiskal
26
d. DAK Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 DAK dihitung dari selisih atas penerimaan APBD dan belanja pegawai daerah. Pengukuran DAK menggunakan peraturan Permendagri No. 13 Tahun 2006 ini dikarenakan perhitungan DAK ini sesuai dengan perhitungan pemerintah daerah. Dengan demikian, DAK dapat dirumuskan: DAK =
(PU APBD – Belanja Pegawai Daerah)
Keterangan: DAK
: dana alokasi khusus
PU APBD
: penerimaan APBD ( PAD + DAU + (DBH-DBHDR))
DBH
: dana bagi hasil
DBHDR
: dana bagi hasil dana reboisasi
e. IPM Pengukuran IPM menurut Katalog BPS, (2009) Indonesia merupakan gabungan dari tiga tataran dimensi yakni : umur panjang dan sehat, kehidupan yang layak dan pengetahuan. Lebih lanjut lagi Katalog BPS, (2009) menjelaskan untuk bisa mengukur dimensi kesehatan maka digunakan harapan hidup waktu lahir. Pengukuran pada dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk bisa mengukur dimensi hidup yang layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai suatu pendekatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup yang layak. Pengukuran IPM menggunakan katalog
27
BPS (2009) dikarenakan pengukuran ini sudah sesuai dengan perhitungan internasional yakni dari pihak UNDP. Dengan demikian, IPM dapat dirumuskan: IPM = (UPS + KL + TP) Keterangan: UPS
: umur panjang dan sehat
KL
: kehidupan yang layak
TP
: tingkat pengetahuan
D. Pengujian Statistik 1. Rancangan Pengujian Pengujian statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi linier data panel. Model tersebut menggabungkan observasi lintas sektoral dan data runtun waktu sehingga jumlah observasi meningkatkan derajat kebebasan dan mengurangi kolinieritas antara variabel penjelas dan kemudian akan memperbaiki efisiensi estimasi ekonometri (Rahayu, 2012). Sebelum melakukan pengujian regresi linier data panel maka perlu dilakukan analisis deskriptif statistik, pemilihan model estimasi untuk variabel dependen dan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolonieritas, uji heterokesdastisitas dan uji autokorelasi dengan menggunakan software eviews 8 dan Microsoft Excel 10.
28
2. Definisi Operasional Pengujian a) Analisis Deskriptif Statistik Digunakan dalam hal untuk menghitung dan memperlihatkan tabel yang berisikan rata-rata (means), median, nilai maksimum dan minimum, standar deviasi dan statistik deskriptif lainnya dari satu atau beberapa variabel dalam kelompok (Rahayu, 2012). b) Pemilihan Metode Estimasi Untuk Variabel Dependen Terdapat dua tahapan dalam hal untuk memilih metode estimasi variabel dependen yakni dengan uji chow untuk memilih antara metode pooled Least Square dan Fixed Effect dan uji Hausman dengan membandingkan metode Fixed Effect dan Random Effect (Gujarati, 2004). 1) Uji Chow (Pooled Least Square vs Fixed Effect) Uji chow yaitu pengujian untuk bisa menentukan model Pooled Least Square atau Fixed Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel (Widarjono, 2009). Hipotesis dalam uji chow adalah : H0 : Pooled Least Square H1 : Fixed Effect Dasar
dari
pengujian
hipotesis
di
atas
adalah
dengan
cara
membandingkan nilai probabilitas dari uji chow. Apabila nilai probabilitas > tingkat signifikansi (α=5%) maka menerima H0. 2) Uji Hausman (Fixed Effect vs Random Effect) Pengujian ini bertujuan untuk bisa membandingkan antara metode fixed effect dan metode random effect. Hasil dari pengujian dengan
29
menggunakan metode ini adalah untuk bisa mengetahui metode mana yang dipilih antara metode fixed Effect dan Random Effect (Gujarati, 2004). Dasar dari pengujian hipotesis adalah dengan cara membandingkan nilai probabilitas dari uji chow. Apabila nilai probabilitas > tingkat signifikansi (α=5%) maka menerima H0, dengan hipotesis: H0 = metode random effect H1 = metode fixed effect c) Uji Asumsi Klasik Pengujian dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda data panel, maka tentu saja terdapat permasalahan yang mungkin saja terjadi pada model ini yang tidak terlepas dari 3 jenis asumsi klasik yaitu, heteroskedastisitas (heterocedasticity), autokorelasi (autocorrelation) dan multikolinieritas (multicolinearity). Di dalam penelitian ini tidak menggunakan uji normalitas, hal ini dikarenakan uji normalitas pada eviews hanya digunakan jika jumlah observasi kurang dari 30 dan digunakan untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal (Ajija, Sari, Setiano dan Primanti, 2011). Lebih lanjut lagi Ajija et al., (2011) menjelaskan bahwa jika jumlah observasi lebih dari 30 maka tidak perlu dilakukan uji normalitas, hal ini dikarenakan distribusi sampling error term telah mendekati normal. 1) Uji Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk bisa mengetahui ada tidaknya masalah multikolinieritas dalam suatu model empirik, pengujian ini dapat dilakukan
30
dengan dua cara yakni dengan menggunakan korelasi parsial, pendekatan Koutsoyiannis dan dengan uji korelasi matriks (Rahayu, 2012). Di dalam penelitian ini pendekatan yang dipilih untuk uji Multikolinieritas adalah dengan menggunakan pendekatan korelasi matriks. Hal ini dikarenakan pendekatan ini langsung menjelaskan hubungan antar variabel bebas, sehingga ada tidaknya permasalahan mulitikolinieritas akan dapat segera terlihat. Pendekatan korelasi matriks dilakukan dengan cara membandingkan antar variabel bebas. Untuk bisa menentukan apakah terjadi permasalahan Multikolinieritas adalah apabila koefisien korelasi antar variabel melebihi atau sama dengan 0,8. 2) Uji Autokorelasi Adanya korelasi antar variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam hal sampel kecil maupun dalam sampel besar. Metode autokorelasi
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan metode Durbin Watson d test. Alasan menggunakan metode Durbin Watson d test adalah metode ini dapat menjelaskan secara lengkap baik autokorelasi positif dan negatif dari permasalahan autokorelasi. Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah : H0 : tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif Untuk bisa menguji hipotesis nol tidak ada autokorelasi, terdapat tabel Durbin Watson (DW) dengan kriteria hasil pengujian DW statistik dibandingkan dengan tabel (DW) sebagai berikut :
31
Jika d < dL
= menolak H0
Jika d dU < d < 4-dU = tidak menolak H0 3) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians yang sama (Rahayu, 2012). Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara seperti ini : 1) Melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan maka tidak ada heteroskedastisitas. Akan tetapi, jika residual membentuk pola tertentu maka hal tersebut mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. 2) Dengan melihat hasil pada langkah yang pertama tadi, sebenarnya kita sudah dapat menduga bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak membentuk pola tertentu. Akan tetapi untuk memastikannya kita bisa mengambil salah satu pengujian yakni dengan uji park. Uji park dikembangkan oleh Park pada tahun 1966, dengan menggunakan data panel menggunakan
fungsi log dan kuadrat maka pengujian bisa
dilakukan. Uji park memberikan gambaran secara lebih terperinci, hal ini dikarenakan uji park dapat melihat dan membandingkan dengan masing-masing variabel bebas.
32
d) Pengujian Hipotesis Pada Masing- Masing Variabel Bebas
Terhadap
Variabel Dependen Langkah ini dilakukan dengan dua tahap uji bagi masing-masing variabel bebas pada model penelitian ini, yakni uji signifikansi dengan probabilitas atas p-value dan uji arah atas nilai koefisiennya. Uji signifikansi dengan menggunakan nilai probabilitasnya digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan uji arah digunakan untuk mengetahui apabila variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen kita dapat mengetahui pengaruhnya bersifat positif atau negatif.