BAB III METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN Desain
penelitian
adalah
rencana
dari
struktur
penelitian
yang
mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004). Apabila dilihat dari tujuannya, penelitian ini termasuk dalam pengujian hipotesis. Studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006). Dilihat dari situasi studinya, penelitian ini dikategotorikan dalam eksperimen
lapangan.
Menurut
Sekaran
(2006),
eksperimen
lapangan
menentukan hubungan sebab akibat menggunakan lingkungan alami yang sama. Apabila ditinjau dari horizon waktunya, penelitian ini termasuk studi crosssectional. Studi cross-sectional adalah studi yang dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2006).
B. POPULASI, SAMPEL, DAN SAMPLING Menurut Sekaran (2006) Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang ingin penulis investigasi. Kelompok populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, hasil pengukuran ataupun perhitungan, kualitatif, atau kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kelompok yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi
25
26
dalam penelian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi PT. Kimberly – Clark Indonesia yang berjumlah 332 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah tapi tidak semua, elemen populasi akan membentuk sampel (Sekaran, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan karyawan dari keseluruhan karyawan bagian produksi PT. Kimberly – Clark Indonesia. Menurut Roscoe (dalam Sekaran, 2006), ada beberapa acuan umum untuk menentukan ukuran sampel: 1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. 2. Jika
sampel
dipecah
ke
dalam
subsampel
seperti
pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya, ukuran sampel minimum 30 untuk setiap kategori adalah tepat. 3. Dalam penelitian multivariate termasuk analisis regresi berganda, ukuran sampel sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. 4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah yang mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20. Mengacu pada Roscoe (dalam Sekaran, 2006) maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 130 sampel. Hal tersebut digunakan untuk langkah antisipasi apabila ada kuesioner yang rusak maupun tidak kembali. Selain itu, pihak perusahaan hanya mengijinkan untuk menyebarkan <150 kuesioner.
27
Teknik Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran, 2006). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain non probability sampling, yaitu besarnya peluang elemen untuk terpilih sebagai subyek tidak diketahui (Sekaran, 2006). Dengan melihat karakteristik populasi yang ada dan tujuan penelitian ini, maka penentuan responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode convenience sampling, yakni memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti (Sekaran, 2006). Hal ini dilakukan karena pihak perusahaan tidak mengizinkan peneliti memberikan kuesioner langsung kepada karyawan sehingga penyebaran kuesioner dilakukan oleh pihak personalia perusahaan. C. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL Untuk mendefinisikan dan menggambarkan lebih jelas mengenai penelitian ini, maka akan disampaikan definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : a) Variabel Emotional Stability Variabel emotional stability yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepribadian karyawan yang ditunjukkan melalui tingkat emotional stability yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Hal ini diantaranya ditunjukkan melalui seringnya karyawan tersebut merasa sedih, mudah mengalami stress kerja, mudah marah, mudah terganggu dan memiliki suasana hati yang mudah berubah-ubah. Tingkat emotional stability ini akan mempengaruhi karyawan untuk mendapatkan abusive supervision. Dalam penelitian ini, variabel emotional stability diukur dengan
28
menggunakan 10 item pertanyaan yang diadaptasi dari International Item Pool (Goldberg et. al, 2006). Setiap item diukur menggunakan lima skala Likert dari (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat Setuju. b) Variabel Conscientiousness Variabel conscientiousness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepribadian karyawan yang ditunjukkan melalu tingkat conscientiousness yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Hal ini diantaranya ditunjukkan melalui seringnya karyawan tersebut lupa untuk meletakkan segala sesuatu kembali ke tempat yang tepat, sering melalaikan tugas, selalu memperhatikan detail pekerjaan, dan selalu mengikuti jadwal yang sudah diberikan. Tingkat conscientiousness ini akan mempengaruhi karyawan untuk mendapatkan abusive supervision. Dalam penelitian ini, variabel conscientiousness diukur dengan menggunakan 10 item pertanyaan yang diadaptasi dari International Item Pool (Goldberg et. al, 2006). Setiap item diukur menggunakan lima skala Likert dari (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat Setuju. c) Variabel Agreeableness Variabel agreeableness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepribadian seseorang yang ditunjukkan melalui tingkat agreeableness yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Hal ini diantaranya ditunjukkan melalui sikap bersimpati dengan perasaan orang lain, dapat membuat orang lain merasa nyaman, memiliki hati yang lembut, dan suka menghina orang lain. Tingkat agreeableness ini akan mempengaruhi karyawan untuk mendapatkan abusive supervsion. Dalam penelitian ini, variabel agreeableness diukur dengan menggunakan 10 item pertanyaan yang diadaptasi dari International Item Pool
29
(Goldberg et. al, 2006). Setiap item diukur menggunakan lima skala Likert dari (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat Setuju. d) Variabel Negative Emotions Variabel negative emotions yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan karyawan untuk menampilkan emosi negatifnya di dalam perusahaan yang dikarenakan ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan mereka. Negative emotions dapat menjadi provokator untuk menyebabkan meningkatnya peluang seseorang
untuk mendapatkan abusive supervision
dikarenakan kepribadian yang ditunjukkan kurang sesuai dengan norma sosial yang ada. Hal ini ditunjukkan diantaranya dengan adanya penunjukkan emosi atas rasa jengkel, bosan, frustasi, marah, bingung dan marah terhadap pekerjaan yang mereka miliki. Dalam penelitian ini, pengukuran variabel negative emotions diukur dengan menggunakan 15 item pertanyaan yang diadaptasi dari
Van
Katwyk et al., (2000). Setiap item diukur menggunakan lima skala Likert dari (1) Tidak Pernah, (2) Jarang, (3) Kadang-Kadang, (4) Sering, dan (5) Selalu. e) Variabel Abusive Supervision Variabel abusive supervision yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi karyawan atas atasan yang memperlakukan atau mempermainkan mereka karena atasan tersebut kurang menyukainya. Abusive supervision pada penelitian dalam penelitian ini terjadi karena adanya ketidaksukaan atasan terhadap kepribadian dari bawahan dan adanya provokator yang berupa negative emotions yang ditunjukkan oleh karyawan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan mendiamkan bawahan tanpa sebab yang jelas, menyinggung privasi bawahan, tidak memberikan apresiasi yang sepantasnya atas apa yang sudah
30
dikerjakan, memarahinya di depan banyak orang, dan tidak menepati janji yang sudah diberikan kepada bawahan tersebut. Dalam penelitian ini, variabel abusive supervision diukur dengan menggunakan 15 item pertanyaan yang diadaptasi dari Tepper (2000). Setiap item diukur menggunakan lima skala Likert dari (1) Tidak Pernah, (2) Jarang, (3) Kadang-Kadang, (4) Sering, dan (5) Selalu.
D. SUMBER DATA Jenis data dikelompokkan menjadi dua sesuai dengan sumber-sumber data penelitian, yaitu sebagai berikut: a. Data Primer Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minar untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2006). Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitan dengan mengenakan alat pengkuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan kepada karyawan PT. Kimberly – Clark Indonesia dan diisi oleh responden. b. Data sekunder Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tinjauan pustakan dari artikel, jurnal, dan data yang diperoleh dari perusahaan. E. METODE PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
31
a. Kuesioner Kuesioner adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang diformulasikan untuk merekam jawaban responden, biasanya dalam bentuk alternatif-alternatif yang terdefinisikan secara dekat (Sekaran, 2009). Desain kuesioner ini adalah kuesioner tertutup, maksudnya alternatif jawaban atas pertanyaan tersebut telah disediakan dan responden tidak diberi kesempatan menjawab yang lain di luar jawaban yang telah disediakan. Kuesioner diberikan kepada bagian personalia perusahaan
PT. Kimberly Clark Indonesia yang kemudian dibagikan kepada
para karyawan bagian produksi di perusahaan tersebut. b. Kepustakaan Kepustakaan adalah dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan nonpublikasi yang diperoleh dari sumber sekunder (Sekaran, 2009). Teknik kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan melalui literatur-literatur yang terkait dengan topik penelitian.
F. UJI INSTRUMEN PENELITIAN 1. Uji Validitas Validitas instrumen penelitian atau tingkat ketepatan instrumen penelitian adalah
tingkat
kemampuan
instrumen
penelitian
(kuisioner)
untuk
mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkap dan untuk mengetahui seberapa tepat suatu tes dalam melakukan fungsi pengukuranya. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan. Valid berarti instrumen tersebut dapat
32
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur serta mampu mengungkap apa yang seharusnya perlu diungkap. Semakin tinggi validitas suatu fungsi ukur, semakin tinggi pengukuran mengenai sasarannya (Sekaran, 2006). Uji validitas yang digunakan adalah teknik analisis faktor. Analisis faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu himpunan variabel observasi. Uji validitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) di mana kriteria data yang dianalisis adalah data yang menunjukkan KMO (Kaiser Meyer Olkin of Sampling Adequency) > 0,5 dan Bartlett’s Test of Sphencity pada signifikansi < 0,05. Tinggi rendahnya validitas suatu kuesioner dapat melihat Factor Loading dengan bantuan software SPSS 16.00 for Windows. Dimana apabila Factor Loading suatu item ≥ 0,4 maka item tersebut valid dan sebaliknya jika Factor Loading dalam kuesioner ≤ 0,4 maka item tersebut tidak valid (Ghozali, 2005). 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran pada obyek yang sama, selain itu uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur. Reliabilitas suatu pengukuran mencerminkan apakah suatu pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2006). Untuk menguji reliabilitas atau keandalan alat ukur atau instrumen dalam penelitian ini
33
digunakan koefisien Cronbach Alpha (α). Sekaran (2006) mengklasifikasikan nilai Cronbach’s Alpha, sebagai berikut: a. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,80-1,0 dikategorikan reliabilitas baik. b. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,6-0,79 dikategorikan reliabilitas dapat diterima. c. Nilai Cronbach’s Alpha ≤ 0,6 dikategorikan reliabilitas buruk. Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan Cronbach’s Alpha dengan bantuan software SPSS 16.00 for windows. G. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Analisis Deskiptif Menurut Sekaran (2006) analisis deskriptif adalah analisis data yang dilakukan dengan mengubah data awal yang masih mentah menjadi bentuk data yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Di dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui frekuensi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja serta untuk mengetahui distribusi respon dari setiap responden atas kuesioner yang sudah diberikan. 2. Analisis Regresi Analisis regresi adalah salah satu alat analisis kausal yang digunakan untuk mengukur pengaruh satu atau beberapa variabel dependen terhadap satu variabel independen tertentu (Ferdinand, 2002). Di dalam penelitian ini digunakan analisis regresi sederhana dan uji mediasi Baron dan Kenny (1986).
34
a. Analisis Regresi Sederhana Menurut Cooper (2006) analisis regresi sederhana digunakan apabila kita ingin mengambil nilai-nilai X yang diamati untuk melakukan estimasi atau memprediksi nilai Y. Pada penelitian ini analisis regresi sederhana digunakan untuk
mengukur
pengaruh
variabel
independen
(emotional
stability,
conscientiousnes dan agreeableness terhadap variabel dependen (abusive supervision). Untuk menguji pengaruh variabel tersebut maka digunakan tiga langkah analisis regresi sederhana sebagai berikut: 1. Menguji
pengaruh
variabel
emotional
stability
pada
abusive
conscientiousness
pada
abusive
supervision. 2. Menguji
pengaruh
variabel
supervision. 3. Menguji pengaruh variabel agreeableness pada abusive supervision. b. Uji Mediasi Untuk menguji mediasi, digunakan tiga tahap metode analisis yang dikembangkan oleh Baron dan Kenny (1986), ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut: Tahap 1 Melakukan analisis regresi sederhana dengan variabel independen (emotional stability, conscientiousness dan agreeabless) memprediksi variabel dependen (abusive supervision). Tahap 2 Melakukan analisis regresi sederhana dengan variabel independen (emotional stability, conscientiousness dan agreeabless) memprediksi variabel mediasi (negative emotions).
35
Tahap 3 Melakukan analisis regresi berganda variabel independen (emotional stability, conscientiousness dan agreeabless) dan variabel mediasi (negative emotions) untuk memprediksi variabel dependen (abusive supervision).