BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti menjelajahi kancah dan menggunakan sebagian besar waktunya dalam mengumpulkan data secara langsung, dan data yang ditangkap benar-benar berdasarkan perspektif para subyek yang diteliti. Penelitian ini cenderung cenderung mengarahkan kajian pada perilaku manusia sehari-hari dalam keadaannya yang rutin secara apa adanya ( Sutopo, 2002 : 34 ). Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam tema “Kajian visual Batik Lukis di Surakarta” menggunakan metode kualitatif. Metode ini dilakukan melalui pendekatan baik sacara teoritik dan deskriptif
berdasarkan sumber
tertulis dan pengambilan media visual yang tertuang dalam sebuah gambar. Pengkajian batik lukis diruntut dari latar belakang Batik lukis di Surakarta hingga visual batik lukis yang menjadi unsur khas dari batik ini yang terdiri dari munculnya karya - karya batik lukis dan pengembangan batik lukis menjadi tekstil pakaian dikaji berdasarkan visualnya.
B. Lokasi Penelitian Lokasi yang diambil sebagai sasaran penelitian adalah Surakarta tepatnya di kelompok “Cantimg Kakung” Laweyan, peneliti memilih tempat di Laweyan, Surakarta sebagai lokasi penelitian karena di wilayah ini terdapat
17
18
beberapa sentra pembatikan yang mengerjakan batik lukis ( kelompok “Canting Kakung”, Saud Effendi Batik Art and Painting, Batik Mahkota), dan beberapa seniman batik lukis seperti Tanto Suheng, Saud Effendi, Chosaeri dan Pandono.. C. Populasi dan Sample Pilihan sample dalam penelitian kualitatif diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting berkaitan dengan permasalahan yang
sedang diteliti. Sample atau cuplikan
berkaitan dengan pembatasan
jumlah dan jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian (Sutopo, 2002 : 54). Cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Fokus cuplikan dalam penelitian kualitatif arahannya dipusatkan pada pemakaian cuplikan (sample) sering juga dinyatakan sebagai internal sampling yang berlawanan dengan sifat cuplikan dalam penelitian kuantitatif. Cara pengambilan cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalaman yang tidak perlu diteintukan oleh jumlah sumber datanya. Asumsi tersebut karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan benar, dari pada informasi yang diperoleh dari jumlah sumber yang lebih banyak, namun mereka kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya (Sutopo, 2002:55).
19
Teknik cuplikan atau sampling yang diambil oleh peneliti adalah sistem purposive sampling. Teknik pengambilan cuplikan secara purposive dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal ( Sutopo, 2002: 36). Penerapan teknik ini mengarakan pada sumber data yang dipandang memiliki sumber data yang penting sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Pertama peneliti menentukan terlebih dahulu apa saja data yang akan dicari berdasarkan permasalahan “Kajian Visual Batik Lukis Di Surakarta”, kemudian mencari sumber-sumber yang berkompeten guna mendapatkan data sesuai dengan yang diinginkan. Perwakilan dari populasi sesuai dengan tema penelitian “Kajian Visual Batik Lukis Di Surakarta” adalah Laweyan, peneliti memilih tempat di Laweyan, Surakarta sebagai lokasi penelitian karena di wilayah ini terdapat beberapa sentra pembatikan yang mengerjakan batik lukis ( kelompok “Canting Kakung”, Saud Effendi Batik Art and Painting, Batik Mahkota), dan beberapa seniman batik lukis seperti Tanto Suheng, Saud Effendi, Chosaeri, Parman dan Pandono, selain itu juga diambil contoh karya seni berupa kain batik lukis Surakarta.
D. Strategi Dan Bentuk pendekatan Strategi, dalam metode penelitian meliputi metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data, dengan
kata lain, pemilihan
strategi yang menjelaskan bagaimana tujuan penelitian yang akan dicapai dan juga berbagai masalah yang dihadapi
didalam penelitian akan dikaji dan
dipecahkan untuk dipahami (Sutopo, 2002:123).
20
Strategi
yang dilakukan penulis berdasarkan permasalahan tentang
“Kajian Visual Batik Lukis Di Surakarta” adalah kualitatif deskriptif dengan studi kasus terpancang (embedded case study research). Studi kasus terpancang didasarkan dari permasalahan atau fokus permasalahan yang ditentukan terkait dengan desain batik lukis di Surakarta saat ini. Berdasarkan teknik tersebut maka setelah menentukan permasalahan yang ada, kemudian data dicari dan ditelaah dengan terjun ke lapangan serta menggali sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan. Bentuk pendekatan yang menjadi landasan dalam pengkajian batik lukis di Surakarta adalah pendekatan desain. Berdasarkan pendekatan peneliti mengkaji pola hias batik lukis di Surakarta berdasarkan material, teknik, fungsi, estetis, nargonomi/kenyamanan.
E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh (Sutopo, 2002 : 49). 1. Narasumber Jenis sumber data yang berupa manusia dalam penelitian pada umumnya dikenal sebagai responden. Istilah tersebut sangat akrab digunakan dalam penelitian kuantitatif, dengan pengertian bahwa peneliti memiliki posisi yang lebih penting. Responden posisinya
21
sekedar memberikan tanggapan (respond) pada apa yang diminta atau ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber disini memiliki memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (Sutopo, 2002 : 50). Manusia sebagai sumber data perlu dipahami bahwa mereka terdiri dari berbagai individu yang juga memiliki beragam posisi. Adanya posisi yang beragam tersebut mengkibatkan adanya perbedaan macam akses dan kelengkapan mengenai berbagai informasi yang dapat diperoleh dan dimilikinya. Narasumber dapat terdiri dari pelaku aktivitas, pengamat, orang yang secara langsung mengelola atau merencanakan sesuatu, kelompok sasaran program atau kegiatan (Sutopo, 2002 : 51). Beberapa narasumber berdasarkan permasalahan yang terdapat pada penelitian “Kajian Visual Batik Lukis Di Surakarta: narasumber yang telah dipilih oleh peneliti adalah : Tanto Suheng, Chosaeri, Parman Saud effendi, dan Pandono. Tanto Suheng sebagai pendiri kelompok ”Canting Kakung”, Tanto Suheng sebagai narasumber saksi hidup yang melihat kegiatan pembatikan di Surakarta sejak tahun 70an. Tanto
22
menyatakan bahwa batik di Surakarta sebagian besar merupakan batik klasik, kemudian Tanto menciptakan batik dengan teknik lukis.
Chosaeri juga sebagai anggota
kelompok Canting Kakung, chosaeri juga sebagai desainer batik yang paling tua di Perusahaan Batik Danar Hadi. 2. Peristiwa atau aktifitas Berdasarkan pengamatan dari peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat mengetahui
proses bagaimana sesuatu terjadi secara sengaja
atau-pun tidak, aktivitas rutin berulang atau yang hanya satu kali terjadi, aktivitas yang formal maupun tidak formal, dan juga yang tertutup maupun terbuka untuk bisa diamati oleh siapa saja (Sutopo, 2002: 51). Peristiwa atau aktivitas iyang peneliti amati selama proses pencarian data adalah kegiatan produksi batik Banyuwangi, seperti yang dilakukan di sentra-sentra pembatikan.
3.
Tempat atau Lokasi Tempat atau lokasi berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian. Informasi mengenai kondisi dari suatu peristiwa atau aktivitas dapat dilakukan dengan menggali sumber lokasinya baik berupa tempat maupun lingkungannya. Sehubungan dengan tema Kajian Visual Batik lukis Di Surakarta, peneliti menetapkan lokasi penelitian di Surakarta. Lokasi
23
tersebut merupakan tempat seniman - seniman menghasilkan karya batik lukis melalui kelompok yang bernama “Canting Kakung”.
4. Benda, gambar, dan rekaman Benda sebagai alat perlengkapan dapat menjadi sumber informasi mengenai bagaiamana suatu kegiatan dilakukan , dan juga seberapa sering dia digunakan yang tampak dari segi fisiknya. Beragam gambar yang ada dan berkaitan dengan aktivitas dan kondisinya dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber data. Visual dapat berupa gambar apa saja yang memang berkaitan dengan masalah yang dikaji. Gambar atau benda yang sesuai dengan tema penelitian batik Lukis di Surakarta dapat berupa foto atau karya batik Batik Lukis di Surakarta. 5. Dokumen dan arsip Dokumen dan arsip merupakan bagian tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Mereka dapat berupa rekaman tertulis, tetapi dapat juga berupa gambar atau benda-benda tertentu (Sutopo, 2002: 54). Dokumen atau arsip dapat berupa data dari sentra pembatikan di Surakarta yaitu tempatnya di Laweyan, Surakarta. 6. Teknik Pengumpulan Data Beragam sumber data yang didapatkan menuntut cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. Strategi pengumpulan data
24
penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua cara, yakni metode atau teknik pengumpulan data secara interaktif dan noninteraktif (Sutopo, 2002 : 58). Metode interaktif
meliputi wawancara mendalam, observasi
berperan dalam beberapa tingkatan , focus group discussion, sedangkan noninteraktif meliputi kuesioner, mencatat dokumen atau arsip (content analisys), dan juga observasi tak berperan. a. Wawancara Wawancara bertujuan untuk sekarang dalam suatu konteks
menyajikan konstruksi
saat
mengenai para pribadi, peristiwa,
aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan. Narasumber yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan tema Kajian batik lukis di Surakarta adalah tokoh yang membentuk kelompok “Canting Kakung” adalah Tanto, desainer Perusahaan Danar Hadi adalah chosaeri, pemilik perusahaan batik Saud Effendi Art And Painting adalah Saud Effendi. Hasil
wawancara
masing-masing
membahas
tentang
permasalahan dalam penelitian diantaranya: Latar munculnya batik lukis di Surakarta dan perkembangan desain batik lukis di Surakarta.
b. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta
25
rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung dapat dilakukan dengan mengambil peran atau tak berperan. (Sutopo, 2002 : 64) menjelaskan bahwa pelaksanaan teknik dalam observasi dibagi menjadi
teknik
berperan sama sekali, dan Observasi berperan, yang terdiri dari berperan pasif , berperan aktif, dan berperan penuh. Observasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan tema Kajian batik lukis di Surakarta adalah teknik obervasi yang berperan pasif, dalam teknik observasi ini peneliti dapat melakukan obervasi baik secara formal maupun informal. Pengamatan dalam lingkup formal peneliti mengamati aktivitas kerja di lingkungan pengrajin batik lukis di Surakarta, sedangkan untuk aktivitas informalnya peneliti mengamati hasil dari kain batik lukis yang telah diproduksi serta melihat bagaimana desain yang ada di dalamnya, guna menjaga kekonsistensian hasil dalam observasi kegiatan tersebut dapat dilakukan lebih dari satu kali. Observasi dilakukan di Sanggar Canting Kakung. c. Mengkaji Dokumen dan Arsip Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Terutama bila sasaran pengkajian mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau dan berkaitan dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang telah diteliti. Dokumen dapat memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana hingga yang lebih
26
lengkap, dan bahkan dapat berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau. Peneliti perlu kritis dan cermat dalam menyikapi serta mencatat data-data dari dokumen dan arsip sesuai dengan permasalahan yang ditelitinya (Sutopo, 2002:69). Perekaman Alat kamera foto, film dan video sering juga digunakan dalam penelitian kualitatif, hal ini karena alat tersebut dapat membantu di dalam pengumpulan data. Keterlibatan alat perekam biasanya terjadi pada proses wawancara, ataupun mengamati suatu aktivitas yang terjadi, sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sutopo, 2002 : 72). E. Validitas Data Dalam proses penelitian, dikumpulkan data untuk menjamin validitas data dengan menggunakan teknik trianggulasi data. Teknik trianggulasi data memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis, tekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain (Sutopo, 2006: 93). Peneliti bisa memperoleh dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik wawancara dan observasi, sehingga informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber yang lainnya. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya bila mana dibandingkan dengan sejenis data yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik sumber sejenis atau sumber yang berbeda jenisnya.
27
F. Teknik Analisis Data Proses analisis data terdapat tiga komponen utama, yaitu: reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga komponen tersebut diterapkan secara interaksi, baik antar komponennya maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus, yang disebut dengan model analisis interaktif. Untuk lebih memperjelas proses penelitian yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data, maka model analisis interaktif dapat diggambarkan sebagai berikut:
Bagan 2. Bagan Model Analisis Interaktif Sumber: Sutopo (2002) Dengan memperhatikan alur tersebut diatas, maka prosesnya dapat dilihat secara jelas bahwa pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data. Artinya, data yang berupa catatan
28
lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut peneliti menyusun rumusan pengertian secara singkat, berupa berupa pokok-pokok temuan yang penting dalam arti inti pemahaman segala peristiwa yang dikaji yang tersebut reduksi data. Kemudian dilakukan penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dan logis degan suntingan penelitian supaya makna peristiwanya menjadi lebih jelas dipahami, dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan (matriks, gambar, dan sebagainya) yang sangat mendukung kekuatan sajian data. Pengumpulan data dan analisis dilakukan melalui pembuatan catatan lapangan yang berupa visual batik lukis dan latar belakang batik lukis di Surakarta. Aktivitas analisis dilakukan setelah pengumpulan data. Dalam proses ini peneliti bergerak di antara komponen analisis, termasuk pengumpulan data selama proses analisis data berlangsung. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah siklus interaksi dipandang memungkinkan sebagai kegiatan dalam analisis data (Sutopo, 2000: 95-96).