61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi ini karena masyarakatnya masih menjunjung tinggi adat-istiadat dan masih mempraktikkan adat batagak pangulu dalam kehidupannya. Sedangkan waktu penelitian untuk mengumpulkan data upacara batagak pangulu dilakukan pada 9 – 10 Februari 2014. Data penelitian tentang konteks penghulu bagi masyarakat Minangkabau dan revitalisasi penulis kumpulkan melalui wawancara pada 12 – 16 Juni 2014 dan 4 – 7 September 2014 di Gando, Piobang, dan Padang karena ada informan yang bekerja dan tinggal di Padang. Khusus untuk data revitalisasi tidak berhenti pada tanggal yang sudah disebutkan di atas. Ketika penulis mengalami kekurangan data revitalisasi, penulis setiap saat menghubungi beberapa informan untuk melengkapi data tersebut. Data ini berguna untuk membuat model revitalisasi batagak pangulu di Minangkabau.
3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini berusaha menggali, menemukan, mengungkapkan, dan menjelaskan makna dan pola tradisi batagak pangulu secara holistik. Makna dapat dipahami sebagai fungsi, nilai, norma, dan kearifan lokal; sedangkan pola dapat dipahami sebagai
Universitas Sumatera Utara
62
kaidah, struktur, dan formula. Kedua hal itulah yang menjadi tujuan akhir penelitain kualitatif (Sibarani, 2012:266-227). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah emik. Pendekatan emik adalah pendekatan yang mengkategorikan fenomena budaya menurut warga setempat/pemilik budaya (Kaplan dan Manners, 1999:256-258). Pendekatan emik digunakan untuk menarik pendapat-pendapat di lapangan untuk menyusun konsep tertentu. Dalam kaitan dengan penelitian ini, penulis menganalisis datadata revitalisasi dari informan lalu ditarik kepembentukan konsepsi (model/pola). Untuk
model
analisis,
penulis
menggunakan
model
analisis
antropolinguistik yang sudah penulis modifikasi sesuai dengan data tradisi batagak pangulu di Minangkabau. Menurut Sibarani (2012:304-305) model analisis antropolinguistik dapat diterapkan dalam kajian tradisi lisan karena kajian antropolinguistik terhadap tradisi lisan dimulai dari unsur-unsur verbal, kemudian masuk ke unsur-unsur nonverbal. Struktur dan formula unsur verbal dan nonverbal tradisi lisan dapat dijelaskan melalui pemahaman teks, ko-teks, dan konteks. Namun, dalam penelitian ini tidak semua unsur yang ada pada teks, ko-teks, dan konteks diteliti. Teks yang diteliti adalah teks pidato adat meliputi struktur makro, superstruktur (struktur alur), struktur mikro, kognisi sosial, dan analisis sosial; unsur ko-teks yang diteliti hanya dibatasi pada intonasi dan bendabenda material yang dipakai selama upacara batagak pangulu seperti pakaian penghulu, dekorasi, merawa, carano, tanduk kerbau, dan gong; sedangkan unsur konteks yang diteliti meliputi koteks budaya, sosial, situasi, dan idiologi yang
Universitas Sumatera Utara
63
terdapat dalam tradisi batagak pangulu tersebut. Untuk lebih jelasnya model penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.2 di bawah ini. Riset Awal
Peneliti
Studi Pustaka
Tradisi Batagak Pangulu
Performansi
Bentuk
Teks: Struktur Makro, Alur, Mikro, Kognisi Sosial, Analisis Sosial
Ko-Teks: Paraliguistik dan Material
Konteks: Budaya, Sosial, Situasi, Idiologi
Isi: Makna dan Fungsi Nilai dan Norma
Kearifan Lokal
Revitalisasi Tradisi Batagak Pangulu
Bagan 3.2 Model Analisis Tradisi Batagak Pangulu
Universitas Sumatera Utara
64
Keterangan: 1. Bagan ini merupakan bagan yang sudah dimodifikasi dari model analisis antropolinguistik yang bisa diterapkan dalam kajian tradisi lisan (lihat juga Sibarani, 2012:310). 2. Keterangan bagan: Garis penelitian pendahuluan Garis penelitian lanjutan Garis hasil penelitian Garis revitalisasi hasil penelitian
Berdasarkan bagan di atas terdapat empat tahapan penelitian, yaitu: (1) Penelitian pendahuluan berupa pematangan persiapan dengan cara mempelajari tradisi batagak pangulu di Minangkabau dan mencari serta membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan tradisi batagak pangulu tersebut. (2) Pengumpulan data dengan cara merekam acara batagak pangulu dan mewawancarai informan untuk mendapatkan data tambahan untuk merumuskan revitalisasi kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu tersebut. (3) Menganalisis data dengan memahami performansi, teks, ko-teks, dan konteks untuk menemukan makna dan fungsi serta memahami nilai dan
Universitas Sumatera Utara
65
norma budaya untuk menemukan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau. (4) Membuat model revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau. 3.3 Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data penelitian ini adalah rekaman peresmian pengangkatan penghulu sebagai data primer dan catatan pidato adat yang ada pada informan (ahli pidato adat) sebagai data sekunder. Sedangkan buku-buku yang memuat pidato adat pengangkatan penghulu seperti buku yang disusun oleh Sjamsuddin Rajo Endah (1961), Idrus Hakimy Dt.Rajo Pangulu (1978), Jamilus Jamin (1991), M.Dt.Mangkuto Rajo (1993), dan R. St. Tandiko dan M.I. Sutan Batuah (1994) dijadikan sebagai literatur atau bahan bacaan karena menurut Bungin (2007:122) apabila bahan-bahan dokumenter diterbitkan sebagai buku dan boleh dibeli dan dibaca orang setiap saat maka sifatnya berubah menjadi literatur atau sebagai bahan bacaan. Data penelitian performansi, teks pidato adat (struktur makro, superstruktur/struktur alur, struktur mikro, kognisi sosial, analisis sosial), paralinguistik (intonasi), benda material (pakaian penghulu, dekorasi, marawa, carano, tanduk kerbau, gong), dan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau serta hasil wawancara untuk revitalisasi.
3.4 Metode Pengumpulan Data Ada beberapa jenis metode pengumpulan data ditempuh dalam penelitian ini, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
66
3.4.1 Metode Observasi Partisipatoris Langsung Metode ini dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung jalannya upacara batagak pangulu. Alat bantu yang digunakan dalam pengamatan ini adalah handycam dan handphone. Alat-alat ini digunakan untuk merekam jalannya upacara batagak pangulu dan merekam kejadian dalam bentuk gambar.
3.4.2 Metode Wawancara Mendalam dan Terbuka Wawancara terbuka dan mendalam digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan sebagai data penelitian untuk dianalisis. Dengan metode ini peneliti mewancarai para informan. Informasi yang akan ditanyakan kepada para informan dapat berupa informasi bentuk, isi, dan model revitalisasi sesuai dengan konsep masyarakat.
3.4.3 Metode Diskusi Kelompok Terarah Data penelitian diperoleh dengan cara metode diskusi kelompok terarah dari para informan. Metode ini digunakan untuk melakukan deskripsi dan rekonstruksi sebuah tradisi lisan. Setiap peserta akan memberikan masukan mengenai model pengelolaan dan model revitalisasi yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau. Model diskusi kelompok ini penulis lakukan di sebuah kedai kopi di Piobang pada 5 September 2014. Dengan bantuan Z. Dt. Damuangso Nan Tinggi dapat dikumpulkan tiga orang penghulu, yaitu F. Dt. Patiah Baringek, Sy. Dt. Naroangso, dan U. Dt. Patiah nan Sabatang. Diskusi terarah kelompok ini
Universitas Sumatera Utara
67
mendiskusikan pengelolaan dan model revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau. Foto metode diskusi kelompok terarah dilaksanakan di kedai kopi dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1 Diskusi Kelompok Terarah di Kedai Kopi (Dokumen Isman 2014)
3.4.4 Metode Dokumenter Data penelitian juga dikumpulkan dengan cara metode dokumenter. Data ini diperoleh dari catatan pidato adat yang ada pada informan (ahli pidato adat) dan audio-visual berupa rekaman acara batagak pangulu.
3.5 Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution (2003) menyatakan analisis data kualitatif telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi
Universitas Sumatera Utara
68
pegangan bagi penelitian selanjutnya. Namun, dalam penelitian ini, analisis data lebih difokuskan pada proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
3.5.1 Analisis Data Sebelum di Lapangan Analisis data dilakukan terhadap data sekunder dari hasil studi pustaka atau studi pendahuluan yang digunakan untuk memfokuskan penelitian. Dalam hal ini sumber data adalah catatan pidato adat pasambahan batagak pangulu di Minangkabau yang ada pada ahli pidato adat dan buku-buku teks.
3.5.2 Analisis Data di Lapangan Teknik analisis data yang digunakan selama di lapangan adalah model teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) serta Spradley (1980). Miles dan Huberman (1992) menyatakan aktivitas dalam analisis data kualitatif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. a. Pengumpulan data Data penelitian ini adalah rekaman peresmian pengangkatan penghulu sebagai data primer dan catatan pidato adat yang ada pada informan (ahli pidato adat) sebagai data sekunder. b. Reduksi data Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya direduksi. Dalam hal ini peneliti memilih data yang pokok, memfokuskan pada data yang penting, lalu mencari tema dan polanya, serta membuang data yang tidak perlu. Kemudian
Universitas Sumatera Utara
69
peneliti akan memberi kode-kode pada aspek tertentu yang merupakan fokus penelitian. b.
Penyajian data Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Data yang disajikan adalah uraian upacara batagak pangulu.
c.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi Kesimpulan awal yang peneliti tetapkan tentang data-data penelitian tentang tradisi batagak pangulu di Minangkabau (adanya unsur ko-teks seperti intonasi dan benda-benda material yang dipakai selama upacara batagak pangulu seperti pakaian penghulu, dekorasi, merawa, carano, dan gong; unsur teks seperti struktur makro, superstruktur (struktur alur), dan struktur mikro; dan unsur konteks seperti koteks budaya, sosial, situasi, dan idiologi) baru bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap penelitian selanjutnya. Namun, apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten dari penelitian lapangan, kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Selanjutnya
Spradley
(2007)
menyatakan
teknik
analisis
data
disesuaikan dengan tahapan penelitian sebagai berikut. a.
Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grandtour and minitour question, analisis data dilakukan dengan cara analisis domain. Dalam hal ini peneliti menetapkan domain tertentu seperti struktur teks,
Universitas Sumatera Utara
70
intonasi, benda material, makna, fungsi, dan kearifan lokal yang terdapat dalam upacara batagak pangulu. b.
Pada tahap menentukan fokus, analisis data dilakukan dengan cara analisis taksonomi. Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
c.
Pada tahap seleksi, analisis data dilakukan dengan cara analisis komponensial. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi selanjutnya diorganisasi. Kalau ditemukan perbedaan data dilakukan triangulasi data sehingga setiap elemen yang berbeda akan dapat ditemukan.
d.
Pada tahap penentuan objek penelitian dilakukan analisis tema. Dengan analisis ini yang akan menjadi objek penelitian adalah teks (struktur makro, struktur alur, dan struktur mikro), paralinguistik (intonasi), benda material (pakaian penghulu, dekorasi, merawa, tanduk kerbau, carano, gong), makna dan fungsi, nilai dan norma, serta kearifan lokal yang terdapat dalam upacara batagak pangulu.
3.5.3 Analisis Data Setelah Selesai di Lapangan Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah data diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut. a.
Memaparkan dan menganalisis performansi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Universitas Sumatera Utara
71
b.
Menganalisis teks (struktur makro, superstruktur/struktur alur, struktur mikro, kognisi sosial, dan analisis sosial) yang terdapat dalam upacara batagak pangulu di Minangkabau.
c.
Menganalisis paralinguistik (intonasi) dan benda material (pakaian penghulu, dekorasi, merawa, tanduk kerbau, carano, gong) yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
d.
Menganalisis konteks batagak pangulu bagi masyarakat Minangkabau untuk menganalisis nilai dan norma budaya dalam rangka menemukan kearifan lokal.
e.
Menganalisis makna dan fungsi serta nilai dan norma yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
f.
Menemukan kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
g.
Membuat model revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
3.6 Pengecekan Keabsahan Data Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009:330). Selanjutnya Denkin (dalam Rahardjo, 2012) mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
72
Pertama, triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Kedua, triangulasi antarpeneliti. Triangulasi antarpeneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi. Ketiga, triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda yang
Universitas Sumatera Utara
73
selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Keempat, triangulasi teori. Triangulasi teori hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh Keabsahan data dicek dengan teknik triangulasi sumber data. Data pidato adat dan pasambahan batagak pangulu yang diperoleh dari observasi melalui teknik rekaman, dicek dengan data pidato adat yang dalam bentuk tertulis yang ada pada informan (ahli pidato adat) penulis peroleh dengan cara wawancara. Kemudian data ini juga dicek dengan buku-buku yang memuat pidato adat dan pasambahan. Sedangkan data upaya revitalisasi tradisi batagak pangulu akan dicek di antara sesama informan.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
4.1 Data Penelitian Berikut adalah paparan data penelitian berupa latar penelitian dan performansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Paparan latar penelitian ini adalah daerah lokasi penelitian sedangkan performansi tradisi batagak pangulu adalah jalannya upacara batagak pangulu tersebut.
4.1.1 Deskripsi Latar Penelitian 4.1.1.1 Provinsi Sumatera Barat Minangkabau secara administratif saat ini termasuk ke dalam Provinsi Sumatera Barat. Wilayah ini terletak 10 Lintang Utara - 30 Lintang Selatan dan 980 - 1020 Bujur Timur yang dilalui oleh garis kartulistiwa. Provinsi Sumatera Barat juga merupakan bagian dari kawasan pegunungan bukit barisan yang membujur dari barat laut (utara) hingga ke tenggara (selatan) Pulau Sumatera dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Riau, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat ini adalah Padang (BP PAAM dan LPAAM, 2012:776). Berikut peta Provinsi Sumatera Barat seperti terdapat pada gambar 4.2 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
75
Peta 4.2 Peta Provinsi Sumatera Barat (Sumber https://www.google.co.id/)
Provinsi Sumatera Barat terdiri atas 19 kabupaten dan kota, yaitu: Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawah Lunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan Kota Pariaman. Luas wilayah daratan Provinsi Sumatera Barat ini adalah 42.297,30 km per segi dan perairan laut 186.500 km per segi. Jumlah penduduk menurut data BPS tahun 2010 tercatat sebanyak 4.827.973 jiwa dengan mayoritas beragama Islam. Selain itu, ada juga yang beragama Kristen terutama di kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Budha (BP PAAM dan LPAAM, 2012:775-783).
Universitas Sumatera Utara
76
Mayoritas penduduk Sumatera Barat bersuku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minangkabau juga terdapat suku Batak dan suku Mandailing. Kemudian di kepulauan Mentawai terdapat suku Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis China, Tamil , dan suku Nias serta di beberapa daerah transmigrasi seperti Sitiung, Lunang Silaut, dan Padang Gelugur terdapat pula suku Jawa. Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu bahasa Minangkabau memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga bahasa Batak dan bahasa Mandailing. Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh seorang gubernur yang dipilih dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah berperan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010. Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukan subordinat, masingmasing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Sampai tahun 1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah nagari yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa, status nagari
Universitas Sumatera Utara
77
dihilangkan diganti dengan desa dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya menjadi desa. Kedudukan wali nagari juga dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh para kepala desa. Namun, sejak bergulirnya reformasi pemerintahan ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah atau yang lazim dikenal dengan undang-undang otonomi daerah, rakyat Sumatera Barat dengan penuh antusias mencanangkan kembali kesistem pemerintahan nagari yang dikukuhkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari kemudian diubah dengan Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari (BP PAAM dan LKAAM, 2012:774-775). Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang otonom, punya teritorial yang jelas dan menganut adat sebagai pengatur tata kehidupan anggotanya. Sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia. Sekarang pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi daerah terendah untuk daerah kabupaten mengantikan istilah pemerintah desa yang digunakan sebelumnya. Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan kota masih sebagai lembaga adat belum menjadi bagian dari struktur pemerintahan daerah. Nagari pada awalnya dipimpin secara bersama oleh para penghulu di nagari tersebut. Kemudian pada masa pemerintah Hindia Belanda dipilih salah seorang dari para penghulu tersebut untuk menjadi wali nagari. Dalam menjalankan pemerintahannya, wali nagari dibantu oleh beberapa orang kepala
Universitas Sumatera Utara
78
jorong atau wali jorong. Namun, pada saat ini dibantu oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negri sipil (PNS) bergantung pada kebutuhan masing-masing nagari. Wali nagari ini dipilih oleh anak nagari (penduduk nagari) secara demokratis dalam pemilihan langsung untuk 6 tahun masa jabatan. Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari (KAN), yakni lembaga yang beranggotakan tungku tigo sajarangan (tungku tiga sejerangan). Tiga tungku sejerangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri atas ninik mamak (penghulu), alim ulama, dan cerdik pandai (kaum intelektual), sama dengan Badan Musyawarah Desa (BPD) dalam sistem administrasi desa. Keputusan-keputusan penting yang akan diambil selalu dimusyawarahkan antara wali nagari dan tungku tiga sejerangan di Balai Adat atau Balairung Sari Nagari.
4.1.1.2 Kabupaten Lima Puluh Kota Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Lima Puluh Kota ini adalah kabupaten paling timur di Provinsi Sumatera Barat yang merupakan pintu gerbang utama jalur darat dengan Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota terletak pada 0025’28,710 Lintang Utara dan 0022’14,520 Lintang Selatan serta 10015’44,100 - 10050’47,800 Bujur Timur dan memiliki luas wilayah 3.354,30 km². Secara administrasi Kabupaten Lima Puluh Kota berbatasan dengan wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sijunjung, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman, dan sebelah
Universitas Sumatera Utara
79
timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau. Sebagai ibu kota Kabupaten Lima Puluh Kota ini adalah Sarilamak (BP PAAM dan LPAAM, 2012:983). Berikut peta Kabupaten Lima Puluh Kota seperti terdapat pada gambar 4.3 di bawah ini.
Peta 4.3 Peta Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumber https://www.google.co.id/) Kabupaten Lima Puluh Kota beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 2200 sampai dengan 3750 mm /tahun, suhu rata-rata berkisar antara 20°C sampai dengan 25°C. Jumlah penduduk menurut data BPS tahun 2010 tercatat sebanyak 348.249 jiwa dengan mayoritas beragama Islam. Selain itu, ada juga yang beragama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik dengan kehidupan beragama yang kondusif karena adanya kerjasama antarumat
Universitas Sumatera Utara
80
beragama diwujudkan dalam forum kerukunan umat beragama (BP PAAM dan LPAAM, 2012:785-788). Kabupaten Limapuluh Kota terdiri dari 13 Kecamatan, 79 Nagari, dan 401 Jorong. Berikut adalah nama kecamatan dan nagari di Kabupaten Lima Puluh Kota. Pertama, Kecamatan Akabiluru dengan ibu kota kecamatan Padang Laweh dan luas wilayah 94,26 km2. Kecamatan ini terdiri dari 7 nagari dan 26 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Tangah, (2) Nagari Batu Hampa, (3) Nagari Sariak Laweh, (4) Nagari Sungai Balantik, (5) Nagari Suayan, (6) Nagari Pauh Sangik, dan (7) Nagari Durian Gadang. Kedua, Kecamatan Bukik Barisan ibu kota kecamatan Banja Loweh dan luas wilayah 294,20 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan 37 jorong, yaitu (1) Nagari Maek, (2) Nagari Baruah Gunuang, (3) Nagari Banja Laweh (4) Nagari Koto Tangah (5) Nagari Sungai Naniang. Ketiga, Kecamatan Guguak dengan ibu kota kecamatan DanguangGanguang dan luas wilayah 106,20 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan 30 jorong, yaitu (1) Nagari Kubang, (2) Nagari GuguakVIII Koto, (3) Nagari VII Koto Talago, (4) Nagari Sungai Talang, dan (5) Nagari Simpang Sugiran. Keempat, Kecamatan Gunuang Omeh dengan ibu kota kecamatan Koto Tinggi dan luas wilayah 156,54 km2. Kecamatan ini terdiri atas 3 nagari dan 17 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Tinggi, (2) Nagari Pandam, dan (3) Nagari Talang Anau. Kelima, Kecamatan Harau dengan ibu kota kecamatan Tanjung Pati dengan luas wilayah 416.80 km2. Kecamatan ini terdiri atas 11 nagari dan 43
Universitas Sumatera Utara
81
jorong, yaitu (1) Nagari Sarilamak, (2) Nagari Harau, (3) Nagari Taram, (4) Nagari Koto Tuo, (5) Nagari Solok Bio-Bio, (6) Nagari Tarantang, (7) Nagari Batu Balang, (8) Nagari Bukit Limbuku, (9) Nagari Lubuak Batingkok, (10) Nagari Gurun, dan (11) Nagari Pilubang. Keenam, Kecamatan Kapur IX dengan ibu kota kecamatan Muaro Paiti dan luas wilayah 723,36 km2. Kecamatan ini terdiri atas 7 nagari dan 31 jorong, yaitu (1) Nagari Galugua, (2) Nagari Sialang, (3) Nagari Lubuak Alai, (4) Nagari Koto Lamo, (5) Nagari Muaro Paiti, (6) Nagari Koto Bangun, dan (7) Nagari Durian Tinggi. Ketujuh, Kecamatan Lareh Sago Halaban dengan ibu kota kecamatan Pakan Rabaa dan luas wilayah 394,85 km2. Kecamatan ini terdiri atas 8 nagari dan 49 jorong, yaitu (1) Nagari Sitanang, (2) Nagari Ampalu, (3) Nagari Halaban, (4) Nagari Balai Panjang, (5) Nagari Batu Payuang, (6) Nagari Tanjuang Gadang, (7) Nagari Labuah Gunuang, dan 8) Nagari Bukit Sikumpa. Kedelapan, Kecamatan Luak dengan ibu kota kecamatan Pakan Sabtu dan luas wilayah 61,68 km2. Kecamatan ini terdiri atas 4 nagari dan 34 jorong, yaitu (1) Nagari Sungai Kamuyang, (2) Nagari Tanjung Haro Si Kabu-Kabu, (3) Nagari Mungo, dan (4) Nagari Andaleh. Kesembilan, Kecamatan Mungka dengan ibu kota kecamatan Padang Loweh dan luas wilayah 83,76 km2. Kecamatan ini terdiri atas 5 nagari dan 20 jorong, yaitu (1) Nagari Simpang Kapuak, (2) Nagari Talang Maua, (3) Nagari Mungka, (4) Nagari Sungai Antuan, dan (5) Nagari Jopang Manganti.
Universitas Sumatera Utara
82
Kesepuluh, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan ibu kota kecamatan Pangkalan Koto Baru dan luas wilayah 712,06 km2. Kecamatan ini terdiri atas 6 nagari dan 33 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Alam, (2) Nagari Manggilang, (3) Nagari Pangkalan, (4) Nagari Gunung Malintang, (5) Nagari Tanjung Balik, dan (6) Nagari Tanjung Pauh. Kesebelas, Kecamatan Payakumbuh dengan ibu kota kecamatan Koto Baru Simalanggang dan luas wilayah 99,47 km2. Kecamatan ini terdiri atas 7 nagari dan 27 jorong, yaitu (1) Nagari Koto Baru Simalanggang, (2) Nagari Taeh Baruh, (3) Nagari Taeh Bukit, (4) Nagari Simalanggang, (5) Nagari Piobang, (6) Nagari Sungai Baringin, dan (7) Nagari Koto Tangah Simalanggang. Keduabelas, Kecamatan Situjuah dengan ibu kota kecamatan Situjuah Banda Dalam dan luas wilayah 74,18 km2. Kecamatan ini terdiri dari 5 nagari dan 27 jorong, yaitu (1) Nagari Situjuah Gadang, (2) Nagari Situjuah Ladang Laweh, (3) Nagari Situjuah Batua, (4) Nagari Tungka, dan (5) Nagari Situjuah Banda Dalam. Ketigabelas, Kecamatan Suliki dengan ibu kota kecamatan Suliki dan luas wilayah 136,94 km2. Kecamatan ini terdiri atas 6 nagari dan 29 jorong, yaitu (1) Nagari Suliki, (2) Nagari Tanjung Bungo, (3) Nagari Sungai Rimbang, (4) Nagari Kurai, (5) Nagari Limbanang, dan (6) Nagari Andiang (BP PAAM dan LPAAM, 2012:798-1013).
4.1.1.3 Kecamatan Payakumbuh dan Nagari Piobang Kecamatan Payakumbuh merupakan salah satu wilayah administrasi pemerintahan dalam Kabupaten Lima Puluh Kota dengan ibu kota kecamatan
Universitas Sumatera Utara
83
Koto Baru Simalanggang. Luas wilayah mencapai 99,47 km2 yang berarti 2,97 % dari luas wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yang luasnya 3.354,30 km2 dengan batas wilayah sebelah utara Kecamatan Mungka, sebelah selatan Kecamatan Akabiluru dan Kota Payakuumbuh, sebelah timur Kecamatan Harau dan Kota Payakumbuh, dan sebelah barat Kecamatan Mungka dan Guguak. Salah satu nagari yang berada di Kecamatan Payakumbuh adalah Nagari Piobang dengan luas wilayah 9,83 km2. Nagari Piobang ini dibentuk pada tahun 2001. Dasar pembentukan adalah Perda No. 1 Tahun 2001 dengan kode wilayah 130801006. Nagari Piobang ini terdiri atas 3 jorong, yaitu (1) Jorong Piobang, (2) Jorong Gando, dan (3) Jorong Ampang dengan batas-batas wilayah sebelah utara dengan Nagari Koto Baru Simalanggang, sebelah selatan dengan Nagari Durian Gadang, sebelah Barat dengan Nagari Sungai Talang, dan sebelah Timur dengan Sungai Beringin. Berikut monografi Nagari Piobang seperti terdapat pada gambar 4.4 di bawah ini.
Peta 4.4 Monografi Nagari Piobang (Sumber Dokumen Isman 2014)
Universitas Sumatera Utara
84
Jumlah penduduk Nagari Piobang berdasarkan data Desember 2012 adalah 4.454 jiwa tersebar di tiga jorong, yaitu Jorong Ampang 1513 jiwa, Jorong Gando 1682 jiwa, dan Jorong Gando 1259 jiwa. Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk nagari Piobang berkerja di berbagai sektor seperti petani, pegawai negeri sipil, tentara, wirawasta, perawat, bidan, pedagang, tukang, dan pensiunan. Struktur pemerintahan Nagari Piobang dipimpin oleh walai nagari yang mempunyai hubungan yang setara dengan Ketua Kerapatan Adat Nagari dan Ketua Badan Musyawarah Nagari. Kemudian dalam pemerintahan nagari wali nagari dibantu oleh sekretaris dan kepala jorong. Di bawah sekretsris terdapat Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan. Masing-masing kepala urusan dibantu oleh staf. Struktur organisasi Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari Piobang 2009 – 2014 dipimpin oleh seorang ketua dibantu oleh dua orang wakil ketua dan tiga orang anggota serta dua orang dubalang, di bawahnya bendahara dan sekretaris lalu dibantu oleh bagian urusan adat; urusan kepemudaan, seni, dan permainan anak nagari; urusan pusaka/tanah ulayat; dan urusan sengketa seperti terdapat pada gambar 4.5 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
85
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Kerapatan Adat Nagari Piobang (Sumber Dokumen Isman 2014) Di Nagari Piobang terdapat berbagai macam suku yang terhimpun ke dalam empat pesukuan atau sering juga disebut dengan niniak mamak ampek suku (ninik mamak empat suku).
Masing-masing persukuan dipimpin oleh
seorang ninik mamak (penghulu) yang dipilih secara musyawarah yang dikenal dengan sangsoko17. Daftar soko18 dan sangsoko sekenagarian Piobang dapat dilihat pada lampiran 1. 4.1.2 Performansi Tradisi Batagak Pangulu Persiapan acara batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat menurut Bapak Iskandar sebagai ketua panitia baralek pangulu (berhelat 17
Sangsoko adalah gelar kebesaran yang diberikan oleh kerapatan bersama dengan jalan mufakat dan sifatnya tidak turun-temurun sebagaimana soko. Sangsoko dipilih berdasarkan mufakat penghulu-penghulu dalam dalam satu-kesatuan pesukuan atau kesatuan satu nagari (Penghulu, 1984:33).
18
Soko adalah gelar yang diterima turun-temurun di dalam suatu kaum yang fungsinya adalah sebagai kepala kaum atau kepala adat atau penghulu (Penghulu, 1984:32).
Universitas Sumatera Utara
86
penghulu) sudah dirancang sejak Oktober 2013. Acara baralek pangulu ini diikuti sebanyak 16 orang penghulu yang gelar penghulunya sudah dilekatkan di perkuburan, terbenam, dan talipek (terlipat)19 yang akan dilewakan atau diresmikan di Balai Adat Gando. Sebelum dilewakan atau diresmikan di balai adat, ke-16 penghulu ini telah melakukan tahapan sebelumnya yaitu mamuntiang20. Acara puncak batagak pangulu atau malewakan gola pangulu di Jorong Gando dilaksanakan hari Senin tanggal 10 Februari 2014. Sebelum acara puncak ini digelar, hari Minggu tanggal 9 Februari 2014 diadakan persipan yakni penyembelihan seekor kerbau. Penyembelihan kerbau dilaksanakan setelah sholat Zuhur yang disaksikan oleh pemangku adat Nagari Piobang, calon penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan/diresmikan), keluarga penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan/diresmikan), para perantau, dan masyarakat yang ada di Jorong Gando sekitarnya. Setelah kerbau disembelih pada siang hari, pada malam hari kerbau tersebut dimasak oleh keluarga niniak mamak yang akan dikukuhkan (diresmikan) gelarnya dan dibantu oleh masyarakat. Masakan ini akan dihidangkan pada esok harinya ketika upacara batagak pangulu dilaksanakan. Masakan ini dihidangkan di balai adat dan dimakan bersama-sama dengan pemangku adat yang ada di Nagari Piobang, niniak mamak (penghulu/datuk) 19
Talipek artinya ketika penghulu meninggal dunia dan belum ada kesepakatan kaum siapa penggantinya, pengangkatan penghulu tertunda sampai ada kesepakatan baru. Penghulu baru bisa diangkat apabila sudah ada kesepakatan kaum (Dirajo, 2009:184).
20
Mamuntiang adalah menyembelih seekor kambing di rumah gadang kaum atau suku lalu mengundang penghulu pucuk adat nagari, niniak mamak empat suku, niniak mamak di Kenagarian Piobang, dan seluruh anggota kaum atau suku. Tujuannya adalah memberitahu masyarakat nagari bahwa seluruh anggota kaum sudah sepakat menerima dia sebagai penghulu.
Universitas Sumatera Utara
87
yang baru diangkat, bundo kanduang, keluarga penghulu yang baru dikukuhkan, undangan, dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Pada malam hari diadakan acara kesenian untuk memeriahkan acara batagak pangulu atau malewakan gola pangulu tersebut. Kesenian yang ditampilkan berupa saluang samalam suntuak (salung semalam suntuk)21. Acara ini juga diselingi dengan tarian yang dipersembahkan oleh muda-mudi Jorong Gando tersebut. Pada hari Senin tanggal 10 Februari 2014 diadakan acara puncak, yakni mengukuhkan 16 orang penghulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Acara ini dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten 50 Kota sekaligus Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten, Muspida Kabupaten Lima Puluh Kota, Ketua DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Walikota Payakumbuh atau yang mewakili, Camat Kecamatan Payakumbuh yang juga ketua LKAAM Kecamatan, Wali Nagari Piobang, Ketua KAN Nagari Piobang, niniak mamak (penghulu), alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, generasi muda Nagari Piobang, Prof. Dr. Dorojatun Kuncaraningrat sebagai tamu, dan anak Nagari Piobang. Acara dimulai pukul 9.00 WIB. Seluruh niniak mamak (penghulu) yang akan diresmikan diarak dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Nagari Piobang yang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjemput niniak mamak pucuak dan 21
Saluang samalam suntuak maksudnya hiburan kesenian salung selama satu malam dan berakhir ketika masuknya waktu subuh.
Universitas Sumatera Utara
88
niniak mamak ampek suku (ninik mamak pucuk dan ninik mamak empat suku). Di samping itu, tujuan arak-arakan ini adalah untuk memberitahu masyarakat nagari bahwa di Jorong Gando diadakan acara batagak pangulu. Arak-arakan ini disertai dengan manti, bundo kanduang, malin, dan dubalang masing-masing niniak mamak yang akan diresmikan atau dikukuhkan serta anggota kaum para penghulu yang akan diresmikan atau dikukuhkan dan masyarakat. Sesampai di Balai Adat Nagari Piobang dimintalah niniak mamak pucuak dan niniak mamak ampek suku untuk datang ke Balai Adat Gando untuk mengukuhkan gelar penghulu dengan sembah kata adat. Setelah selesai permintaan ini dengan sembah kata adat lalu niniak mamak pucuak dan niniak mamak ampek suku berserta niniak mamak yang akan diresmikan berserta rombongan kembali berarak ke Balai Adat Jorong Gando. Setelah sampai di Balai Adat Gando niniak mamak pucuak, niniak mamak ampek suku, bundo kanduang, manti, malin, para undangan duduk di kursi yang sudah disediakan. Tidak lama kemudian datanglah Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang diwakili oleh Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota berserta rombongan yang disambut dengan tari pasambahan dan diberi sirih pinang sebagai penghormatan kepada tamu. Setelah selesai tari pasambahan kemudian staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota beserta rombongan dipersilakan duduk di tempat yang sudah disediakan. Acara mengukuhkan (meresmikan) gelar penghulu dimulai pukul 10.00 WIB. Pembukaan dilakukan oleh protokol. Acara pertama adalah pembacaan
Universitas Sumatera Utara
89
wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan dengan doa Ustad Hendri. Pesan yang disampaikan dalam doa adalah Haji Piobang telah membawa pembaharuan dalam Islam dan di Jorong Gando terdapat satu Balai Adat untuk bermusyawarah bagi niniak mamak untuk menegakkan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Enam belas orang niniak mamak yang baru berilah hidayah untuk mendampingi niniak mamak yang terdahulu, jadikan niniak mamak yang takut kepada Allah dan sayang pada kemenakan sehingga terwujud Jorong Gando yang sejahtera. Acara berikutnya adalah mengukuhkan/meresmikan gelar penghulu oleh F Dt. Patiah Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt.Kiraiang/Dt.Sirah, Dt.Tan Marajo, dan Dt.Sidi Panduko. Pidato adat dan pasambahan malewakan gala pangulu dapat dilihat pada lampiran 2. Setelah gelar penghulu dikukuhkan atau diresmikan, acara selanjutnya adalah pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuak adat nagari. Sebelum pemasangan deta (destar) dilakukakan dulu pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak ampek suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali S, H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo. Setelah pemasangan deta (destar) acara berikutnya adalah pembacaan nama-nama penghulu yang baru dikukuhkan (lihat lampiran 3 dan penyerahan surat tanda penghulu oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari Piobang oleh F. Dt. Bijo sekaligus penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan yang telah ditunjuk.
Universitas Sumatera Utara
90
Setelah pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya oleh sekretaris KAN Piobang F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dikukuhkan atau diresmikan yang telah ditunjuk, yaitu Z. Dt. Panduko (Suku Caniago), H. Dt. Sinaro (Suku Sambilan), H.P. Dt. Mangiang Sati (Suku Bendang), dan Dt. Bijo (Suku Ompek Ibu). Sesudah penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dikukuhkan atau diresmikan selanjutnya sepatah kata dari niniak mamak yang baru dikukuhkan atau diresmikan yang disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang. Dalam sambutannya R. Dt. Rajo Nan Panjang meminta kepada niniak mamak yang senior dan LKAAM membimbing niniak mamak yang baru dilantik untuk mewujudkan nagari yang berbasis adat dan syarak serta roda ekonomi masyarakat digerakkan dan ditingkatkan. Selanjutnya R. Dt. Rajo nan Panjang mengajak seluruh niniak mamak untuk memakmurkan mesjid karena ada sinyalemen bahwa mesjid semakin hari semakin lengang seperti tedapat pada kutipan pidato di bawah ini. Ada sinyalemen mesjid makin ke desa semakin lengang semakin ke kota semakin ramai, mari kita kembali kehidupan desa yang religius. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tentu niniak mamak yang terlebih dahulu ke mesjid. Mesjid semua pusat kegiatan apabila sifatnya positif. Setelah pidato sambutan dari penghulu yang baru dilewakan yang disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang, acara berikutnya laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar. Dalam laporannya Bapak Iskandar menyampaikan acara baralek pangulu dirancang sejak Oktober 2013 dan baru
Universitas Sumatera Utara
91
terlaksana Februari 2014 ini. Malewakan gola dilaksanakan 10 Februari 2014 ini adalah niniak mamak yang sudah 20 sampai dengan 25 tahun yang terbenam, terlipat, gadang di pekuburan tetapi belum diresmikan, serta ada juga yang dibangkit baru. Disamping itu, ada juga ninik mamak yang baru dilewakan ini baru kelas 5 Sekolah Dasar, yaitu Dt. Rajo Nan Sati. Biaya malewakan gola pangulu (mengukuhkan gelar penghulu) ini 4,5 juta per orang atau total keseluruhannya Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Anggaran ini belum termasuk persiapan yang dilakukan oleh tiap-tiap penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan atau diresmikan). Anggaran persipan ini lebih kurang 3 juta rupiah per penghulu. Acara berikutnya adalah laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara. Dalam laporannya Japilus Simbara menyatakan renovasi dimulai tahun 2009 sampai dengan Februari 2014. Dana renovasi ini berasal dari masyarakat, perantau, niniak mamak, wali nagari, Ketua LKAAM, dan lain-lain. Kemudian Ketua Renovali Balai Adat Gando ini berpesan kepada niniak mamak yang baru dilantik penghulu baru harus belajar adat istiadat dan belajar itu tidak ada batasnya. Karena sekarang tahun politik, masyarakat jangan terjadi terkotak-kotak mari dibangun nagari ini saciok bak ayam sadantiang bak basi22. Berikutnya adalah sambutan pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno. Dalam sambutannya pucuk adat Nagari Piobang menyampaikan di Nagari Piobang terdapat sekitar 73 niniak mamak (penghulu), ada 29 orang lagi 22
Saciok bak ayam sadantiang bak basi maksudnya seiya sekata, sama-sama mau mengerjakan pekerjaan apapun resikonya.
Universitas Sumatera Utara
92
yang belum ke balerong atau yang belum dilewakan (dikukuhkan). Istimewa di Nagari Piobang mempunyai dua balai adat yaitu di Piobang dan Gando, tetapi adat tetap satu yang dipakai (adat selingkar nagari). Datuk-datuk (penghulupenghulu) yang belum sampai ke balerong (balai adat) mudah-mudahan bisa mengikuti
jejak-jejak
datuk
(penghulu)
yang
sudah
dilewakan
(dikukuhkan/diresmikan). Niniak mamak di Nagari Piobang, soko (gelar) tidak boleh dibawa ke rantau dipilih kemanakan sebagai tungkek (tongkat), soko (gelar) tinggal di kampung. Amanat pucuk adat Nagari Piobang kepada penghulu yang baru dilantik dapat dilihat pada lampiran 4. Acara berikutnya adalah sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S.H., Dt. Pobo. Dalam sambutannya Wali Nagari Piobang berpesan niniak mamak yang baru dilewakan (dikukuhkan/diresmikan) menjaga martabat dan wibawa sebagai seorang penghulu. Kalau niniak mamak tidak bisa menjaga martabat dan wibawa tidak ada orang yang akan segan dan hilang bangsa karena budi seperti terdapat pada kutipan di bawah ini. Indak martabat jatuah wibawa, tak ado urang nan kasagan, nan banyak basuo musim kini, dek manuruik putaran maso, ilang bangso karano budi, malotak indak ditampeknyo, nan ndak didonga lah didonga, nan tak tasuo lah tasuo, gajah tadorong gadiang patah, harimau malompek dek bolangnyo. Tidak martabat jatuh wibawa, tak ada orang yang akan segan, yang banyak bersua sekarang ini, karena menurut putaran masa, hilang bangsa karana budi, meletakkan tidak di tempatnya, yang tidak didengar telah didengar, yang tak bersua telah bersua, gajah terdorong gading patah, harimau malompat karena belangnya. Kemudian Wali Nagari Piobang berharap kepada niniak mamak yang baru dilewakan (dikukuhkan/diresmikan) yang sudah diantarkan sampai ke balerong
Universitas Sumatera Utara
93
yang duduknya sudah sama rendah dan tegaknya sudah sama tinggi untuk bersama-sama membangun Nagari Piobang agar terjuwud masyarakat yang makmur menuju masyarakat yang sejahtera. Kerja sama dan kebersamaan seluruh niniak mamak dalam membangun nagari akan bisa menjadi nagari adatnya bersandi syarak, syarak telah menjadi adat, adat elok agama rancak (bagus), tujuannya sama untuk selamat sehingga terwujud masyarakat makmur dan sejahtera seperti kata papatah padi masak jagung meupih, mentimun mengarang bunga, ternak berkembang biak, nagari aman dan sentosa. Berikutnya sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Dalam sambutan Gubernur Sumatera Barat menyatakan bahwa Sumatera Barat memiliki potensi sumber daya kultural yang kaya, unik, dan bernilai tinggi sebagai potensi kearifan lokal yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. Untuk itu, gubernur berharap penghululah untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal tersebut karena dalam perkembangan global yang terus terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan terjadinya pendangkalan nilai-nilai kearifan lokal tersebut di tengah masyarakat. Pidato Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang dibacakan oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. dapat dilihat pada lampiran 5. Acara berikutnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota sekaligus sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. Bupati Lima Puluh Kota dalam sambutannya menyatakan pemerintah Sumatera Barat memberi atensi dan
Universitas Sumatera Utara
94
apresiasi terhadap adat Minangkabau yang dituangkan dalam bentuk undangundang. Karena itu, pemerintah daerah sangat memberi apresiasi yang setinggitingginya terhadap niniak mamak telah dilewakan (dikukuhkan/diresmikan) di Kanagarian Piobang ini. Kemudian niniak mamak diharapkan betul-betul memahami adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pemahaman ini jangan sampai keliru dalam memahami adat Minangkabau. Selanjutnya juga dingatkan kepada niniak mamak tidak semua masalah kriminal diselesaikan dengan hukum positif. Niniak mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar. Dengan berakhirnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota berakhir pulalah acara batagak pangulu atau melewakan gola pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Acara ini berakhir tepat pukul 14.00 WIB. Acara berikutnya adalah peresmian Balai Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang. Sebelum acara makan bersama dimulai didahului oleh sembah kata dan sesudah makan bersama dan maurak selo (membuka sila untuk berdiri dan pergi) juga dututup dengan sembah kata.
Universitas Sumatera Utara
95
Acara berikutnya adalah pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama dan foto-foto oleh penghulu yang baru dilewakan (dikukuhkan/diresmikan). Pada malam hari diadakan acara kesenian talempong oleh Sanggar Seni Tradisional Tolang Pitunang dan tari-tarian yang ditampilkan oleh muda-mudi Jorong Gando. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Gando dan sekitarnya, penghulu yang baru dilewakan, dan para perantau yang pulang khusus menghadiri acara batagak pangulu. Berdasarkan perfomansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat di atas dapat disimpulkan dalam bentuk tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Performansi Tradisi Batagak Pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat No. 1.
Hari/Tanggal Minggu, 9 Februari 2014
2.
Senin, 10 Februari 2014
Uraiaian Kegiatan 1. Penyembelihan kerbau setelah sholat zuhur dan pada malam hari kerbau itu dimasak oleh ibu-ibu anggota kaum penghulu yang akan diresmikan. 2. Pada malam hari diadakan acara kesenian saluang samalam suntuak dan diselingi dengan tari-tarian oleh pemuda-pemudi Jorong Gando. 1. Tepat pukul 9.00 WIB arak-arakan penghulu yang mau dikukuhkan atau diresmikan disertai dengan bundo kanduang, tuanku, manti, dubalang, dan anggota kaum lainnya dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Piobang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjeput penghulu pucuk dan penghulu empat suku. 2. Setelah sampai di Balai Adat Piobang dengan sembah kata diminta penghulu pucuk dan penghulu empat suku datang ke Balai Adat Gando menghadiri dan malewakan gala pangulu.
Universitas Sumatera Utara
96
3. Penghulu pucuk dan penghulu empat suku beserta rombongan penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan) kembali ke Balai Adat Gando. Setelah sampai di Balai Adat Gando penghulu pucuk, penghulu empat suku, penghulu yang akan diresmikan, bundo kanduang, manti, malin, para undangan duduk di kursi yang sudah disediakan. 4. Rombongan Gubernur yang diwakili oleh staf ahli Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Rahman Sani, M.Sc. dan Bupati Lma Puluh Kota beserta unsur muspida, anggota DPRD, dan undangan lainnya datang di Balai Adat Gando disambut dengan tari pasambahan dan setelah itu disilakan duduk di tempat yang sudah disediakan. 5. Pukul 10.00 WIB acara malewakan gala pangulu di Jorong Gando dimulai. Protokol membacakan susunan acara. a. Acara pertama adalah pembacaan wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan pembacaan doa oleh Ustad Hendri. b. Malewakan gala pangulu oleh F Dt. Patiah Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt. Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko. c. Pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuk adat nagari yang sebelumnya dilakukakan pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak empat suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali S, H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo. d. Pembacaan dan penyerahan surat tanda penghulu oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari Piobang F. Dt. Bijo sekaligus penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan yang telah ditunjuk sebelumnya. e. Setelah pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya oleh sekretaris KAN Piobanag F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan yang telah ditunjuk yaitu Z. Dt.Panduko (Suku Caniago), H. Dt. Sinaro (Suku Sambilan), H.P. Dt.
Universitas Sumatera Utara
97
f.
g. h.
i. j. k.
l.
m.
n.
o.
Mangiang Sati (Suku Bendang), dan Dt. Bijo (Suku Ompek Ibu). Sambutan dari niniak mamak yang baru dilewakan disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang. Laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar. Laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara. Amanat pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno. Sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S. H. Dt. Pobo. Sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Sambutan Bupati Lima Puluh Kota Sekaligus sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. Acara ini berakhir tepat pukul 14.00 WIB. Acara berikutnya adalah peresmian Balai Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang. Acara berikutnya adalah pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama penghulu yang baru dilewakan. Pada malam hari diadakan acara kesenian talempong oleh Sanggar Seni Tradisional Tolang Pitunang dan tari-tarian yang ditampilkan oleh pemuda-pemudi Jorong Gando. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Gando dan sekitarnya, penghulu yang baru dilewakan, dan para perantau yang pulang khusus menghadiri acara malewakan gola pangulu.
Universitas Sumatera Utara
98
4.2
Temuan Penelitian Berikut ini adalah temuan penelitian berupa (1) performansi, teks, ko-
teks, dan konteks; (2) makna dan fungsi; (3) kearifan lokal; dan (3) model revitalisasi. 4.2.1 Analisis Performansi, Teks, Ko-teks, dan Konteks Performansi tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokan menjadi (1) acara adat/inti, (2) seremonial, dan (3) hiburan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Temuan Data Performansi No. 1.
Kelompok Acara
Bentuk Kegiatan
Penyembelihan kerbau Acara Adat (Acara a. b. Malewakan gala pangulu oleh F Dt. Patiah Inti) Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt. Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko. c. Pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku pucuak adat nagari yang sebelumnya dilakukakan pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak empat suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali, S.H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo. d. Pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya oleh sekretaris KAN Piobanag F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan. e. Amanat pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno f. Makan bersama
Universitas Sumatera Utara
99
2.
Acara Seremonial
3.
Acara Hiburan
a.
Arak-arakan penghulu yang mau dikukuhkan dan rombongan dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Piobang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjeput penghulu pucuk dan penghulu empat suku Setelah arak-arakan itu kembali lagi ke Balai Adat Gando b. Penyambutan gubernur yang diwakili oleh staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat Prof. Dr. Rahman Sani, M.Sc. dan Bupati Lma Puluh Kota beserta unsur muspida, anggota DPRD, dan undangan lainnya dengan tari pesembahan. c. Pembacaan wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan pembacaan doa oleh Ustad Hendri. d. Sambutan dari niniak mamak yang baru dilewakan disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang. e. Laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar. f. Laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara g. Sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S. H. Dt. Pobo. h. Sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. i. Sambutan Bupati Lima Puluh Kota Sekaligus sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. j. Peresmian Balai Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. k. Pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama penghulu yang baru dilewakan. a. Pada malam hari pertama diadakan acara kesenian saluang samalam suntuak dan diselingi dengan tari-tarian oleh muda-mudi Jorong Gando. b. Pada malam hari kedua diadakan acara kesenian talempong oleh Sanggar Seni Tradisional Tolang Pitunang dan tari-tarian yang ditampilkan oleh muda-mudi Jorong Gando.
Universitas Sumatera Utara
100
Berikut adalah hasil temuan analisis teks, ko-teks, dan konteks seperti terdapat pada table 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Temuan Data Teks, Ko-teks, dan Konteks Tradisi Analisis Lisan Batagak 1. Struktur Pangulu Wacana
Unsur a. Teks 1. Struktur Makro
Uraian Tema Melegitimasi Minangkabau
gelar
penghulu
di
2. Super Struktur 1. Pendahuluan a. Pembukaan dengan mengucapkan salam. b. Penyampaian pantun yang berisi pusaka nenek moyang dari dahulu tetap dipakai dan sedikit pun tidak akan hilang. c. Sejarah nenek moyang orang Minangkabau. 2. Isi a. Ninik yang berdua Dt. Patiah nan Sabatang dan Dt. Katumangungan dibutlah adat dan lembaga. Rantau diberi beraja dan luak diberi berpenghulu. Luak di Minagkabau terdiri atas Luak Tanah Datar, Luak Lubuk Agam, dan Luak Lima Puluh. b. Penekanan delapan perkara untuk anak laki-laki di Minangkabau sesuai dengan pepatah adat yang dikemukakan oleh Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan, yaitu: (1) menjadi tuanku; (2) kedua menjadi bilal; (3) menjadi khatib; (4) keempat menjadi imam; (5) menjadi hubalang; (6) menjadi pagawai; (7) menjadi penghulu; dan (8) menjadi raja. c. Mengukuhkan atau meresmikan 16 orang ninik mamak atau penghulu di Jorong Gando.
Universitas Sumatera Utara
101
d. Ninik mamak sudah sepakat menerima ninik mamak yang baru untuk dibawa seilir semudik. 3. Penutup
3. Struktur Mikro
a. Adat sudah diisi dan lumbago sudah dituang oleh ninik mamak atau penghulu yang baru maka ninik mamak yang lama sudah bisa membawa seilir semudik. b. Pengucapan salam penutup oleh penyampai pidato (F. Dt. Patiah Baringek) 1. Pantun a. si jorong menggali lambah mamakai baju bludru gandem kok terdorong saya menyembah sagari gawa mohon ampun b. di mana suluh pelita dicanda saluang yang bertali di mana asal nenek kita ya di lereng Gunung Merapi c. orang Padang mengumpal benang dikumpal oleh orang Pandai Sikek dirantang runding mau panjang dikumpal menjadi singkat d. Rama-rama si kumbang jati Katik Endah pulang berkuda Patah tumbuh hilang berganti Pusaka diterima di yang muda e. Birik-birik turun ke semak Tiba di semak ke halaman Dari ninik turun ke mamak Dari mamak turun ke kemanakan f. Birik-birik terbang ke sasak Dari sasak ke halaman Dari ninik turun ke mamak Dari mamak turun ke kemenakan
Universitas Sumatera Utara
102
2. Talibun Ulama mudik ke hulu mati ditembak ikan tilam kenalah anak bada baling pusako ninik yang dahulu ada dibuhul dikenakan setitik berpantang hilang 3. Pepatah Petitih a. Niniak mamak nan gadang basa batuah nan bapucuak sabana bulek nan baurek sabana tunggang. b. Bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang sumarak anjuang nan tinggi c. Kok bulek lah buliah digolongkan, kok pipiah lah buliah dilayangkan. d. Gayung basambuik kato bajawok. e. Barek nan sajinjiang
sapikua
ringan
nan
f. Bulek aia lah ka pambuluah, bulak kato karano mufakaik, dicari bulek nan sagolek, dicari pipih nan salayang. g. Karano cadiak pusako dulu, karano pandai pusako lamo, kok basiang dinan tumbuah, kok manimbang dinan ado. h. Karano licin cahayo alah datang, karano kilek alua alah labiah. i. Dibawo sailia samudiak sepantang sepajapian, diimbaukan di labuah nan golong dipanggikan di pakan nan rami. b. Kognisi Sosial
Teks pidato adat dan pasambahan batagak pangulu di Minangkabau
Universitas Sumatera Utara
103
disusun oleh tokoh-tokoh adat masa lalu. Kemudian dilanjutkan oleh para pemimpin adat pada masa sekarang. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh adat di Nagari Piobang disusun teks pidato dan pasambahan adalah untuk meligitimasi atau mengesahkan keberadaan penghulu di nagari. c. Analisis Sosial
2. Ko-teks
3. Konteks
a. Paralinguistik
Penghulu adalah pemimpin adat di Minangkabau. Jabatan penghulu adalah sebagai pemegang sako datuk secara turun-temurun menurut garis keturunan ibu dalam sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Sebagai pemimpin adat penghulu memelihara, menjaga, mengawasi, mengurusi, dan menjalankan seluk-beluk adat di nagari. Di samping itu, penghulu juga sebagai pemimpin dan pelindung kaumnya sepanjang adat. Intonasi
b. Benda Material
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Destar Baju Celana Keris Ikat Pinggang Sisamping Selempang Tongkat Gaba-gaba Morawa Tanduk Kerbau Carano Gong
a. Konteks Budaya
Konteks budaya tradisi batagak pangulu di Jorong Gando kenagarian Piobang adalah untuk kelansungan budaya tradisi batagak pangulu dan menjaga kelestarian adat batagak pangulu. Adat yang sudah digariskan oleh Dt. Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang sebagai nenek
Universitas Sumatera Utara
104
moyang Minangkabau agar tetap dilestarikan. Dalam tataran adat Minangkabau batagak pangulu ini termasuk dalam adat yang diadatkan. Adat ini tidak mungkin diubah lagi karena nenek moyang yang menyusun dan berhak mengubahnya sudah tidak ada lagi (Dirajo, 2009:144). Kalau ada pihak-pihak lain yang mencoba menghapus atau mengubahnya akan menimbulkan celaka pada orangnya dan kalau adat yang diadatkan dihapus akan menghancurkan adat Minangkabau. b. Konteks Sosial
Konteks sosial tradisi batagak pangulu adalah bertujuan untuk melihat faktor-faktor sosial yang mempengaruhi tadisi batagak pangulu tersebut. Faktor sosial kaum menjadi bangga, derajat kaum menjadi terangkat, penghulu menjadi terhormat, dsb.
c. Konteks Situasi
Konteks situasi batagak panglu atau malewakan gala di Minangkabau dilaksanakan pada hari kerja. Upacara batagak pangulu dilaksanakan pada hari Senin 10 Februari 2014. Tujuan dilaksanakan pada hari kerja adalah agar undangan terutama aparat perintah daerah dapat menghadirinya. Dalam acara ini dihadiri oleh aparat pemerintahan seprti staf ahli gubernur Sumatera Barat, Bupati 50 Kota, aparat muspida Kabupaten 50 Kota, anggota DPRD Kabupaten 50 Kota, Camat Payakumbuh, dan aparat muspika kecamatan. Kemudian tempat pelaksanaan di Balai Adat dengan halaman yang cukup luas untuk menampung undangan, ninik mamak, manti, cerdik pandai, bundo kanduang, dan anak nagari.
d. Konteks Idiologi
Konteks idiologi terlihat mendominasinya pimpinan adat yang belum membawa sehilir
Universitas Sumatera Utara
105
semudik penghulu yang belum dikukuhkan atau diresmikan untuk membicarakan masalah-masalah anak nagari yang menyangkut adat dan pembangunan.
4.2.2 Analisis Makna dan Fungsi serta Nilai dan Norma Berikut adalah hasil temuan analisis makna dan fungsi serta nilai dan norma seperti terdapat pada tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Temuan Data Makna dan Fungsi serta Nilai dan Norma Makna dan Fungsi
Makna
Fungsi
1. Sebagai alat Mengukuhkan pengesahan atau melegitimasi pranata dan keberadaan lembaga adat penghulu di Minangkabau Minangkabau 2. Sebagai pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi anggota kaum. 3. Sebagai sistem proyeksi, penceriminan angan-angan suatu kelompok masyarakat Minangkabau. 4. Sebagai alat pendidikan anak. 5. Sebagai suatu kebanggaan di masyarakat.
Nilai dan Norma
Nilai
Norma
1. Nilai Logika (Benar/Salah) 2. Nilai Etika 3. Nilai Estetika
1. Norma Agama 2. Norma Kesopanan 3. Norma Kesusilaan 4. Norma Kebiasaan 5. Norma Hukum Adat
Universitas Sumatera Utara
106
4.2.3 Analisis Kearifan Lokal Temuan data kearifan lokal tradisi batagak pangulu di Minangkabau terdapat sembilan unsur, yakni gotong royong, musyawarah dan mufakat, kerukunan dan penyelesaian konflik, kebenaran dan keadilan, kesopansantunan, komitmen, keharmonisan, pengelolaan gender, dan kesetiakawanan sosial yang dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Temuan Data Kearifan Lokal No. Kearifan Lokal 1.
Gotong royong
2.
Musyawarah Mufakat
Keterangan Biaya batagak pangulu di Minangkabau bisa mencapai 100 juta rupiah bahkan lebih. Biaya perhelatan yang sangat besar ini dan tidak semua penghulu dapat melaksanakannya. Biaya yang cukup besar ini dapat diatasi dengan meresmikan gelar penghulu secara bersama-sama. Kemudian kalau ada satu kaum atau suku akan meresmikan gelar penghulunya sendiri mereka bersama-sama menanggulanginya. Bantuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bantuan berupa uang, pemikiran, beras, kelapa, kayu bakar, dan tenaga. dan Musyawarah dan mufakat ini terlihat ketika kaum menetapkan siapa pengganti penghulu lama yang meninggal. Kaum dengan musywarah dan mufakat akan menunjuk salah seorang anggota kaum laki-laki sebagai penggantinya. Kalau tidak ada kesepakatan kaum gelar penghulu tidak bisa dilekatkan sehingga untuk sementara waktu gelar penghulu tersebut dilipat. Musyawarah ini juga terlihat ketika gelar penghulu tersebut dikukuhkan. Segala sesuatu yang dilakukan dan diputuskan selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu. Juru sambah yang akan tampil ditentukan terlebih dahulu melalui musyawarah. Demikian pula jawaban yang akan disampaikan oleh juru sambah dimusyawarahkan terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
107
3.
4.
5.
Kerukunan dan Penghulu di Minangkabau berfungsi untuk penyelesaian konflik menjaga kerukunan dan penyelesai konflik yang timbul di antara kemenakan. Hal ini terlihat ketika sambutan yang diberikan oleh staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota. Dalam sambutanya Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan penghulu yang menjadi suluh dendang dalam nagari dan sebagai panutan masyarakat kok kusuik nan kamanyalasaikan kok karuah nan kamajannihkan (jika kusut yang menyelesaikan jika keruh yang menjernihkan). Hal ini juga dipertegas oleh Buapati Lima Puluh Kota sekaligus Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) yang menyatakan tidak semua masalah kriminal diselesaikan dengan hukum positif. Niniak mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar. Kebenaran dan Penghulu di Minangkabau selalu dituntut berkata keadilan benar dan menghukum secara adil. Dalam sambutanya Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan bajalan dinan luruih bakato dinan bana di muko jadi tauladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong ka kanan elok (berjalan yang lurus berkata yang benar di muka jadi teladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong ke yang elok). Begitu juga dalam menjatuhkan hukuman dalam satu perkara kalau ada perselisihan di antara kemenakan penghulu menjatuhkan hukuman secara adil. Kesopansantunan Sebelum menyampaikan pidato adat batagak pangulu, penyampai teks pidato mengawalinya dengan pengucapan salam secara agama Islam kepada hadirin sesuai dengan adat bersendi
Universitas Sumatera Utara
108
6.
Komitmen
7.
Keharmonisan
8.
Pengelolaan gender
syarak, syarak bersendi kitabullah. Lalu dilanjutkan dengan permintaan ampun penyampai pidato adat kepada Tuhan sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut ada yang salah. Penyampai pidato adat menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan dan mempunyai ilmu yang sedikit bila dibandingkan dengan ilmu dimiliki Tuhan. Begitu juga dalam mengakhiri pidato adat juga diucapkan salam. Ada komitmen dan sinergi yang kuat antara adat dan agama. Dalam perjanjian Bukit Marapalam dinyatakan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Hal ini mengisyaratkan bahwa adat itu tidak bertentangan dengan agama dan adat itu sejalan dengan agama. Keharmonisan terlihat pada keserasian antara adat dan agama. Adat sejalan dengan agama yang terkenal dengan adaik basandi sarak, sarak basandi kitabullah (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah). Maksudnya, adat di Minangkabau sejalan dengan agama dan adat yang tidak bertentangan dengan agama. Adat Minangkabau adalah adat yang Islami yang bersumber pada Al Quran, sunnah nabi, ijmak, dan kiyas (Marajo, 2006:9-11). Hukum dan norma Islam bersumber kepada empat sumber tersebut. Karena bersifat universal, hukum dan norma Islam diterima oleh masyarakat Minangkabau dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Yang menjadi penghulu di Minangkabau adalah laki-laki bukan perempuan. Dalam sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau, kemenakan laki-lakilah yang menjadi penghulu jika penghulu yang tua sudah meninggal atau sudah uzur maka gelar penghulunya diwariskan kepada kemenakannya yang laki-laki. Kalau sekiranya tidak ada lagi kemenakan yang berhak menerimanya maka gelar
Universitas Sumatera Utara
109
9.
Kesetiakawanan sosial
penghulu tersebut akan dilipat (terbenam). Gelar penghulu ini kembali dipakai atau dikukuhkan apabila kemenakan perempuan tadi melahirkan anak laki-laki. Jadi, dalam hal pengelolaan gender anak laki-lakilah yang menjadi penghulu di Minangkabau. Sedangkan perempuan juga diberi kedudukan yang sama dengan laki-laki yang disebut dengan bundo kanduang. Bantuan kaum atau suku yang diberikan ketika diadakan acara batagak pangulu bermacammacam sesuai dengan kemampuan masingmasing. Kalau dia kaya dapat memberi bantuan dalam bentuk uang, kalau dia cerdik pandai dapat memberi bantuan dalam bentuk pemikiran, kalau dia punya beras dan kelapa dapat member bantuan dalam bentuk beras dan kelapa untuk dimasak, kalau dia tidak punya apa-apa hanya punya tenaga dan tenaganya ini bisa digunakan untuk membantu jalannya acara tersebut. Bagi orang Minangkabau tidak ada manusia yang tidak berguna, semua manusia berguna sesuai dengan kemampuannya masing-masing sesuai bunyi papatah nan cadiak bao baiyo, nan buto pahambuih lasuang, nan pakak pambao badia, nan lumpuah pangajuik ayam (yang cerdik dibawa berunding, yang buta penghembus lesung, yang tuli pembawa bedil, yang lumpuh penghalau ayam). Kemudian kestiakawanan sosial juga terlihat ketika makan bersama. Kerbau yang disembelih dimakan oleh anak nagari secara bersama-sama.
4.2.4 Analisis Revitalisasi Data penelitian revitalisasi melalui wawancara penulis kumpulkan 12 – 16 Juni 2014 dan 4 – 7 September 2014 di Gando, Piobang, dan Padang karena ada informan yang bekerja dan tinggal di Padang. Pengumpulan data revitalisasi tidak berhenti pada tanggal yang sudah disebutkan di atas. Ketika penulis mengalami
Universitas Sumatera Utara
110
kekurangan data revitalisasi, penulis setiap saat menghubungi beberapa informan untuk melengkapi data tersebut. Data ini berguna untuk membuat model revitalisasi batagak pangulu atau malewakan gala di Minangkabau. Berikut data penelitian dirangkum pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6 Temuan Data Revitalisasi No.
1.
Nama Informan
Afrizal Dt. Ajo Simarajo (57 tahun, Pitopang, SMA, wirawasta, Piobang)
2.
Murni Dt. Patiah nan Itam (65 tahun, Caniago, Tani,
Pertanyaan Siapa yang ikut menjaga keberlangsung an batagak pangulu?
Mengapa dilakukan batagak pangulu?
Bagaimana cara agar batagak pangulu tetap berlangsung di Nagari Piobang karena biayanya sangat besar?
Karena biaya batagak pangulu sangat besar, bagaimana pula cara agar tradisi batagak pangulu ini tetap berjalan di nagari-nagari lain di Minangkabau?
Kaum, penghulu empat suku, dan pemimpin adat nagari.
Untuk menjaga kelangsungan budaya Minangkabau. Adat yang sudah digariskan oleh ninik moyang orang Minagkabau agar terus berjalan.
Tetap seperti yang dilakukan di Jorong Gando karena bisa menghemat biaya pelaksanaan, kecuali yang mau melaksanakan sendiri.
Mengundang pemimpin adat nagari itu untuk melihat malewakan gala bersama-sama, pemimpin Kerapatan Adat Nagari
Anggota kaum karena kalau penghulu yang lama meninggal harus ada
Melanjutkan tradisi yang sudah dibuat oleh nenek moyang dahulu.
Mengikuti apa yang sudah dilakukan sekarang ini, yaitu secara bersama-sama
Bisa mempelajari dan mencontoh nagari yang sudah malewakan gala secara bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara
111
3.
Gando)
penggantinya
Mhd.Khatib Dt. Cakuk
Kaum atau suku apabila meninggal penghulu yang lama harus ada penggantinya dan pimpinan adat nagari serta ninik mamak empat suku juga ikut menyelesaikan sekiranya ada masalahmasalah yang timbul di antara anggota kaum siapa pengganti penghulu yang meninggal apabila anggota kaum tidak ada kesepakatan siapa penggantinya dan membawanya ke nagari.
Adat yang sudah digaris kan oleh nenek moyang orang Minangkabau Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggung an harus tetap dilanjutkan.
Melanjutkan seperti yang sudah dilakukan secara bersama-sama, kecuali kalau ada yang mau sendiri.
Mendatangi nagari-nagari yang sudah malewakan gala secara bersamasama lalu mempelajarinya.
Kaum atau suku karena harus ada penggantinya kalau penghulu yang lama meninggal, penghulu empat suku dan pemimpin adat nagari juga bertanggung
Menjaga keberlangsungan adat yang sudah digaris kan oleh Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan.
Malewakan gala secara bersama-sama ini tetap dilanjutkan, kecuali kalau ada yang mau melaksanakann ya sendiri.
Melakukan studi banding ke nagari-nagari yang sudah melaksanakan malewakan gala bersama-sana, melihat secara langsung nagari yang sudah malewakan gala bersama-sama,
(79 tahun, Pitopang, Tani, Sungai Baringin)
4.
Mashud Dt. Putih nan Bagadiang (46 tahun, Kuti Anyia, sarjana, guru, Padang)
Universitas Sumatera Utara
112
jawab menjaga kelangsungan tradisi batagak pangulu ini.
penayangan malewakan gala bersama-sama melalui TV, memuat berita malewakan gala bersama-sama di bulletin.
5.
Zulfikar Dt. Damuangso nan Tinggi
Sudah jelas kaum atau suku karena kalau penghulu (45 tahun, meninggal Pitopang, harus ada diploma tiga, gantinya, wirawasta, penghulu Gando) empat suku dan pemimpin adat nagari juga ikut bertanggung jawab.
Adat yang sudah dibuat oleh nenek moyang orang Minangkabau, yaitu Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt.Katumanggungan harus tetap berjalan.
Melanjutkan seperti yang sudah dilakukan secara bersama-sama karena sangat membantu bagi penghulu yang kurang mampu melaksanakan sendiri.
Mecontoh nagari yang sudah malewakan gala bersama-sama, mengundang pemimpin adat nagari yang sudah melaksanakan malewakan gala bersama-sama, memberikan penyuluhan, berkunjung ke nagari-nagari yang sudah melaksanakan malewakan gala bersama-sama, penayangan malewakan gala bersama-sama melalui TV.
6.
Firman Dt. Patiah Baringek
Melanjutkan adat yang sudah digaris kan oleh nenek moyang orang Minangkabau dahulu, yaitu Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggung
Melanjutkan seperti yang dilakukan di Gando karena membantu penghulu yang kurang mampu untuk melaksanakan sendiri, menghimbau
Mencontoh nagari-nagari di Minangkabau yang melaksanakan malewakan gala bersama-sama seperti di nagari Piobang
(70 tahun, Caniago, SMEA, tani, Piobang)
Kaum karena kalau tidak ada kesepakatan kaum apabila penghulu lama meninggal tidak ada penggantinya, penghulu empat suku dan pemimpin adat
Universitas Sumatera Utara
113
7.
Usman Dt. Patiah Sabatang (70 tahun, SMEA, Caniago, tani, Piobang)
8.
Syamsuar Dt. Naroangso (74 tahun, SMP, Sembilan, tani, Piobang)
nagari ikut memberi saran seandainya kaum membawa permasalah tersebut ke nagari.
an agar tetap berjalan dan sedikit pun tidak boleh hilang.
kepada penghulu yang belum dilewakan bermusyawarah agar bisa malewakan gala secepatnya.
Kaum karena kalau tidak ada kesepakatan kaum apabila penghulu lama meninggal tidak ada penggantinya, penghulu empat suku dan pemimpin adat nagari ikut memberi saran seandainya kaum membawa permasalah tersebut ke nagari.
Melanjutkan adat yang sudah digaris kan oleh nenek moyang orang Minangkabau dahulu, yaitu Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggung an agar tetap berjalan dan sedikit pun tidak boleh hilang.
Melanjutkan seperti yang dilakukan di Gando karena membantu penghulu yang kurang mampu untuk melaksanakan sendiri, menghimbau kepada penghulu yang belum dilewakan bermusyawarah agar bisa malewakan gala secepatnya.
Mencontoh nagari-nagari di Minangkabau yang melaksanakan malewakan gala bersama-sama seperti di nagari Piobang
Kaum karena kalau tidak ada kesepakatan kaum apabila penghulu lama meninggal tidak ada penggantinya, penghulu empat suku dan pemimpin adat nagari ikut
Melanjutkan adat yang sudah digaris kan oleh nenek moyang orang Minangkabau dahulu, yaitu Dt. Perpatih nan Sabatang dan Dt. Katumanggung an agar tetap
Melanjutkan seperti yang dilakukan di Gando karena membantu penghulu yang kurang mampu untuk melaksanakan sendiri, kalau penghulu, menghimbau
Mencontoh nagari-nagari di Minangkabau yang melaksanakan malewakan gala bersama-sama seperti di nagari Piobang
Universitas Sumatera Utara
114
9.
Prima Agni Dt. Pobo (47 tahun, Kuti Anyia, sarjana, wali nagari, Gando)
memberi saran seandainya kaum membawa permasalah tersebut ke nagari.
berjalan dan sedikit pun tidak boleh hilang.
kepada penghulu yang belum dilewakan bermusyawarah agar bisa malewakan gala secepatnya.
Yang bertanggung jawab sekali tentu kaum karena kalau seorang penghulu meninggal tentu ada gantinya kemenakan, lalu pemimpin nagari ikut juga bertanggung jawab, dan pemerintahan nagari mendorong dan memfasilitasinya.
Meneruskan adat yang sudah dibuat oleh nenek moyang orang Minangkabau dahulu agar tetap berjalan.
Tetap melaksanakan seperti apa sudah dilakukan ini. Bagi penghulu yang belum dilewakan duduk bersama bermusyawarah agar bisa ke balai secepatnya.
Mecontoh nagari yang sudah malewakan gala bersama-sama, studi banding ke nagari-nagari yang sudah melaksanakan malewakan gala bersama-sana, penayangan malewakan gala bersama-sama melalui TV, seminar.
Universitas Sumatera Utara
115
BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
5.1 Performansi Performansi
batagak
pangulu
di
Nagari
Piobang,
Kecamatan
Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota dikelompokkan atas tiga kelompok acara, yaitu acara adat (inti), seremonial, dan hiburan. Berikut uraian masingmasing performansi batagak pangulu tersebut.
5.1.1 Acara Adat (Acara Inti) Minggu, 9 Februari 2014 Sebelum upacara puncak batagak pangulu atau malewakan gala pangulu ini digelar, Minggu 9 Februari 2014 diadakan persipan yakni penyembelihan seekor kerbau. Penyembelihan kerbau dilaksanakan setelah sholat Zuhur yang disaksikan oleh penghulu pucuk, penghulu empat suku, penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan), anggota kaum para penghulu yang akan dilewakan (dikukuhkan ), para perantau, dan masyarakat yang ada di Jorong Gando sekitarnya. Kerbau yang disembelih untuk acara batagak pangulu atau malewakan gala pangulu ini harus mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah (1) kerbau jantan dan sudah cukup umur (4 tahun); (2) tidak cacat; (3) sehat; (4) tanduk panjangnya lebih kurang 40 cm seperti terdapat pada gambar 5.6 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
116
Gambar 5.6 Kerbau yang Akan Disembelih untuk Batagak Pangulu (Dokumen Isman 2014)
Penyembelihan
kerbau
menandakan
bahwa
penghulu
itu
sudah
dikukuhkan atau diresmikan. Tanda penghulu sudah dikukuhkan atau diresmikan adalah tanduk kerbau dipajangkan di rumah gadang kaum. Karena satu kerbau yang disembelih dan tanduk kerbau ini sudah dipajang di Balai Adat Gando, penghulu yang baru dikukuhkan atau diresmikan boleh membeli tanduk kepala kerbau lalu dipajangkan di rumah gadang kaum.
Senin, 10 Februari 2014 Acara puncak batagak pangulu diadakan Senin 10 Februari 2014. Acara dimulai pukul 10.00 WIB dihadiri Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang diwakili oleh Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota sekaligus Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten, Muspida Kabupaten Lima Puluh Kota, Ketua DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota,
Universitas Sumatera Utara
117
Walikota Payakumbuh atau yang mewakili, Camat Kecamatan Payakumbuh yang juga ketua LKAAM Kecamatan, Wali Nagari Piobang, Pucuk Adat Nagari Piobang sekaligus Ketua KAN Nagari Piobang, niniak mamak, alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang, generasi muda Nagari Piobang, Prof. Dr. Dorojatun Kuncaraningrat sebagai tamu, dan anak Nagari Piobang. Acara puncak ini diadakan di Balai Adat Gando. Di halaman Balai Adat dibuat pentas untuk melaksanakan upacara batagak pangulu tersebut. Dihadapan pentas terdapat beberapa deret kursi yang disediakan untuk para undangan, penghulu pucuk nagari, penghulu empat suku, penghulu yang akan dilewakan, cerdik pandai, alim ulama, bundo kanduang, keluarga penghulu yang akan dilewakan, dan anak Nagari Piobang. Deretan kursi bagian depan ditempati oleh staf ahli gubernur Provinsi Sumatera Barat, Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, Kapolresta Kabupaten Lima Puluh Kota, anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Camat Kecamatan Payakumbuh, Wali Nagari Piobang, penghulu pucuk nagari, penghulu empat suku, dan penghulu yang akan dilewakan. Kemudian deretan kursi yang kedua ditempati oleh bundo kanduang, tukang sembah kata, cerdik pandai, alim ulama, dan para tamu yang lain. Selanjutnya deretan kursi yang ketiga dan seterusnya ditempati oleh keluarga para penghulu yang akan dilewakan, para perantau, dan anak Nagari Piobang. Acara adat pertama adalah malewakan gala pangulu atau mengukuhkan gelar penghulu oleh F Dt. Patiah Baringek dengan pidato adat dan dilanjutkan dengan pidato pasambahan yang melibatkan Dt. Patiah Baringek, Dt.
Universitas Sumatera Utara
118
Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko seperti terdapat pada gambar 5.7 dan 5.8 berikut ini.
Gambar 5.7 Pidato Batagak Pangulu Disampaikan oleh F. Dt. Patiah Baringek (Sumber Dokumen Isman 2014)
Gambar 5.8 Pasambahan Kato Batagak Pangulu Disampaikan oleh Dt. Kiraiang/ Dt. Sirah (Sumber Dokumen Isman 2014) Acara selanjutnya adalah pengukuhan soko (gelar) oleh pucuk adat nagari dengan pemasangan destar kepada penghulu yang baru dikukuhkan. Sebelum
Universitas Sumatera Utara
119
pemasangan destar ini dilakukakan pemukulan gong tujuh kali oleh niniak mamak ampek suku, yaitu: A. Dt. Ajo Simarajo, M. Dt. Mangkuto, Prima Ali S, H. Dt. Pobo, A. Dt. Sidi Marajo. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan deta (destar) oleh A. Dt. Rajo Baguno selaku penghulu pucuak (pucuk) adat nagari seperti terdapat pada gambar 5.9 dan 5.10 di bawah ini.
Gambar 5.9 Pemukulan Gong oleh Salah Seorang Niniak Mamak Ampek Suku (Dokumen Isman, 2014)
Gambar 5.10 Pemasangan Destar oleh A. Dt. Rajo Baguno/Penghulu Pucuk Adat Nagari kepada Salah Seorang Penghulu yang Baru Dikukuhkan (Dokumen Isman, 2014)
Universitas Sumatera Utara
120
Setelah pemasangan deta (destar) acara berikutnya adalah pembacaan dan penyerahan surat tanda penghulu oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari Piobang oleh F. Dt. Bijo sekaligus penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak (penghulu) yang baru dilewakan yang telah ditunjuk sebelumnya. Berikut pembacaan nama enam belas penghulu baru dilewakan atau diresmikan beserta perangkatnya oleh sekretaris Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari Piobang F. Dt. Bijo. 1. Zulfahmi Dt. Panduko Kampuang/Kampung Suku Monti/Manti Bundo Kanduang Tuanku Dubalang/Hulubalang
:Lubuak Batang : Caniago : Indra Jaya : Puti Bagolau : Malin Putiah : Panglimo Gagah
2. Fahri Dt. Sumorajo Kampuang/Kampung Suku Monti/Manti Bundo Kanduang Tuanku Dubalang/Hulubalang
: Lubuak Batang : Caniago : Syafrizal : Eli Afrida : Nan Luhuak : Rajo Nan Kuniang
3. Kampuang/Kampung Suku Monti/Manti Bundo Kanduang Tuanku Dubalang/Hulubalang
H. Faisal Amir Dt. Rajo Pangulu : Caniago : Caniago : Ir. Fikri Amir : Nela : Sutan Mudo : Maruhun
4. Murni Dt. Patiah nan Itam Kampuang/Kampung :Suku : Caniago Monti/Manti : Ami Bundo Kanduang : Eka
Universitas Sumatera Utara
121
Tuanku Dubalang/Hulubalang
: Malin Mudo : Sutan Mudo
5. Nofri Irwan, S.T., Dt. Marajo Kumbang Jonti Kampuang/Kampung :Suku : Caniago Monti/Manti : Mardial Bundo Kanduang : Gusrina Tuanku : Mulia Batuah Dubalang/Hulubalang : Sutan Rajo 6. Amrinaldi Dt. Bandaro Kampuang/Kampung Suku Monti/Manti Bundo Kanduang Tuanku Dubalang/Hulubalang
: Singkuang : Caniago : Syafri Maret : Farida Hasni : Imam : Niko
7. Budi Setiawan Dt. Tungkek Omeh Kampuang/Kampung :Suku : Bodi Caniago Monti : Rosiwan Bundo Kanduang : Diah Tuanku : Budi Dubalang/Hulubalang : Tuanku Nan Elok 8. Sahir Ujang, S.H. Dt. Tumangguang Kampuang/Kampung : Tanjuang Suku : Sambilan Monti/Manti : Irwansyah Bundo Kanduang :Tuanku : Tuanku Tanjuang Dubalang/Hulubalang :9. Arzoni Dt. Sinaro Kampuang/Kampung Suku Monti/Manti Bundo Kanduang Tuanku Dubalang/Hulubalang
: Si Pisang : Sambilan : Hansarullah : Delwis Elvina : Tuanku Kotik : Pokih Kayo
Universitas Sumatera Utara
122
10. Yualdi Dt. Majo Sindo Kampuang/Kampung Suku Monti/Manti Bundo Kanduang Tuanku Dubalang/Hulubalang
: Sikumbang : Sambilan : Nazar : Desi Sukmayanti : Malin : Hasnil
11. Refrison, S.E. Dt. Rajo nan Panjang Kampuang/Kampung : Bendang Suku : Bendang Monti/Manti : Anwir Damanhuri Bundo Kanduang : Puti Linduang Bulan Tuanku : Kari Mudo Dubalang/Hulubalang : Sutan Diawang 12. Hemda Metris Dt.Gindo Marajo Kampuang/Kampung : Bendang Suku : Bendang Monti/Manti : Alfadri Bundo Kanduang : Titis Mareno Tuanku : Malin Bungsu Dubalang/Hulubalang : Tuak Barisai 13. Fadlan Aulia Dt. Rajo nan Sati Kampuang/Kampung : Melayu Suku : Bendang Monti/Manti : Irianto Bundo Kanduang : Efni Martin Tuanku : Malin Kociak Dubalang/Hulubalang : Saripado 14. Henky Putra, S.T. Dt. Mangiang Sati Kampuang/Kampung : Mandailing Suku : Bendang Melayu Monti/Manti : Sutan Keadilan Bundo Kanduang : Puti Nilam Sari Tuanku : Malin Panjang Dubalang/Hulubalang : Majo Nan Itam Panjang Lidah 15. Syafrizal Dt. Bijo Kampuang/Kampung Suku Monti/Manti Bundo Kanduang
: Kutianyia : Ompek Ibu : Syafriadi : Eli Supiani
Universitas Sumatera Utara
123
Tuanku Dubalang/Hulubalang
: Malin Batuah : Sutan Juaro
16. Masyhud, S.I.Q., S.Th. Dt.Putiah Nan Bagadiang Kampuang/Kampung : Kutianyia Suku : Ompek Ibu/Pitopang Monti/Manti : Waidi Azmi Bundo Kanduang : Linda Tuanku : Malin Putiah Dubalang/Hulubalang : Sutan Bagindo Setelah pembacaan nama-nama penghulu yang baru beserta perangkatnya oleh sekretaris KAN Piobang F. Dt. Bijo kemudian dilanjutkan penyerahan surat tanda penghulu penyerahan tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan yang telah ditunjuk yaitu Z. Dt. Panduko (Suku Caniago), H. Dt. Sinaro (Suku Sambilan), H. P. Dt. Mangiang Sati (Suku Bendang), dan Dt. Bijo (Suku Ompek Ibu). Dalam sambutan pucuk adat Nagari Piobang A. Dt. Rajo Baguno menyatakan di Nagari Piobang terdapat sekitar 73 niniak mamak (penghulu), ada 29 orang lagi yang belum ke balerong atau yang belum dilewakan (dikukuhkan). Istimewa di Nagari Piobang mempunyai dua balai adat yaitu di Piobang dan Gando, tetapi adat tetap satu yang dipakai (adat selingkar nagari). Datuk-datuk (penghulu-penghulu) yang belum sampai ke balerong (balai adat) mudahmudahan bisa mengikuti jejak-jejak datuk (penghulu) yang sudah dilewakan (dikukuhkan/diresmikan). Niniak mamak di Nagari Piobang, soko (gelar) tidak boleh dibawa ke rantau dipilih kemanakan sebagai tungkek (tongkat), soko (gelar) tinggal di kampung. Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru
Universitas Sumatera Utara
124
dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang. Sebelum acara makan bersama dimulai didahului oleh sembah kata dan sesudah makan bersama dan maurak selo (membuka sila untuk berdiri dan pergi) juga dututup dengan sembah kata.
5.1.2 Acara Seremonial Acara dimulai pukul 9.00 WIB. Seluruh niniak mamak (penghulu) yang akan diresmikan diarak dari Balai Adat Gando ke Balai Adat Nagari Piobang yang berjarak lebih kurang 1,5 km untuk menjemput niniak mamak pucuak dan niniak mamak ampek suku (ninik mamak pucuk dan ninik mamak empat suku). Di samping itu, tujuan arak-arakan ini adalah untuk memberitahu ke masyarakat nagari bahwa di Jorong Gando diadakan acara batagak pangulu. Arak-arakan ini disertai dengan manti, bundo kanduang, malin, dan dubalang masing-masing niniak mamak yang akan diresmikan serta anggota kaum penghulu yang akan dikukuhkan dan masyarakat. Sesampai di Balai Adat Nagari Piobang dimintalah niniak mamak pucuak dan niniak mamak ampek suku untuk datang ke Balai Adat Gando untuk mengukuhkan gelar penghulu dengan sembah kata adat. Setelah selesai permintaan ini dengan sembah kata adat lalu niniak mamak pucuak dan niniak mamak ampek suku berserta niniak mamak yang akan diresmikan berserta rombongan kembali berarak ke Balai Adat Jorong Gando. Setelah sampai di Balai Adat Gando niniak mamak pucuak, niniak mamak ampek suku, bundo kanduang, manti, malin, para undangan duduk di kursi yang sudah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
125
Tidak lama kemudian datanglah Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang diwakili oleh Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota berserta rombongan yang disambut dengan tari pasambahan dan diberi sirih pinang sebagai penghormatan kepada tamu. Setelah selesai tari pasambahan kemudian staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota beserta rombongan dipersilakan duduk di tempat yang sudah disediakan seperti terdapat pada gambar 5.11 di bawah ini.
Pucuk Adat Nagari Piobang Wali Nagari Piobang Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota Staf Ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat Anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota Kapolresta Kabupaten Lima Puluh Kota Gambar 5.11 Para Undangan (Dokumen Isman 2014)
Universitas Sumatera Utara
126
Acara mengukuhkan (meresmikan) gelar penghulu dimulai pukul 10.00 WIB. Pembukaan dilakukan oleh protokol. Acara pertama adalah pembacaan wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah Ibu Mulia lalu dilanjutkan dengan doa Ustad Hendri. Pesan yang disampaikan dalam doa adalah Haji Piobang telah membawa pembaharuan dalam Islam dan di Jorong Gando terdapat satu balai adat untuk bermusyawarah bagi niniak mamak untuk menegakkan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Enam belas orang niniak mamak yang baru berilah hidayah untuk mendampingi niniak mamak yang terdahulu, jadikan niniak mamak yang takut kepada Allah dan sayang pada kemenakan sehingga terwujud Jorong Gando yang sejahtera. Sesudah penyerahan surat tanda penghulu secara simbolis kepada empat niniak mamak yang baru dilewakan selanjutnya sepatah kata niniak mamak yang baru dilewakan disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang. Dalam sambutannya R. Dt. Rajo Nan Panjang meminta kepada ninik mamak yang senior dan LKAM membimbing niniak mamak yang baru dilantik untuk mewujudkan nagari yang berbasis adat dan syarak serta roda ekonomi masyarakat digerakkan dan ditingkatkan. Dalam sambutan ini juga R. Dt. Rajo Nan Panjang mengajak seluruh niniak mamak untuk memakmurkan mesjid karena ada sinyalemen bahwa mesjid semakin hari semakin lengang seperti tedapat pada kutipan pidato di bawah ini. Ada sinyalemen mesjid makin ke desa semakin lengang semakin ke kota semakin ramai, mari kita kembali kehidupan desa yang religius. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tentu niniak mamak yang terlebih dahulu ke mesjid. Mesjid semua pusat kegiatan apabila sifatnya positif.
Universitas Sumatera Utara
127
Setelah pidato sambutan dari penghulu yang baru dilewakan yang disampaikan oleh R. Dt. Rajo Nan Panjang, acara berikutnya laporan panita baralek pangulu oleh Bapak Iskandar. Dalam laporannya Bapak Iskandar menyampaikan acara baralek pangulu dirancang sejak Oktober 2013 dan baru terlaksana Februari 2014 ini. Malewakan gola dilaksanakan 10 Februari 2014 ini adalah niniak mamak yang sudah 20 sampai dengan 25 tahun yang terbenam, terlipat, gadang di pekuburan tetapi belum diresmikan, serta ada juga yang dibangkit baru. Di samping itu, ada juga niniak mamak yang baru dilewakan ini baru kelas 5 Sekolah Dasar, yaitu Dt. Rajo Nan Sati. Anggaran malewakan gola pangulu ini 4,5 juta per orang atau total keseluruhannya Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Anggaran ini belum termasuk persiapan yang dilakukan oleh tiap-tiap penghulu yang akan dilewakan. Anggaran persipan ini lebih kurang 3 juta rupiah. Acara berikutnya adalah laporan panitia pelaksana pemugaran Balai Adat Gando yang disampaikan oleh Japilus Simbara. Dalam laporannya Japilus Simbara menyatakan renovasi dimulai tahun 2009 sampai dengan Februari 2014. Dana renovasi ini berasal dari masyarakat, perantau, niniak mamak, wali nagari, Ketua LKAAM, dan lain-lain. Kemudian Ketua Renovali Balai Adat Gando ini berpesan kepada niniak mamak yang baru dilantik penghulu baru harus belajar adat istiadat dan belajar itu tidak ada batasnya. Karena sekarang tahun politik, masyarakat jangan terjadi terkotak-kotak mari dibangun nagari ini saciok bak ayam sadantiang bak basi.
Universitas Sumatera Utara
128
Acara berikutnya adalah sambutan Wali Nagari Piobang Prima Afni, S. H. Dt. Pobo. Dalam sambutannya Wali Nagari Piobang berpesan niniak mamak yang baru dilewakan menjaga martabat dan wibawa sebagai seorang penghulu. Kalau niniak mamak tidak bisa menjaga martabat dan wibawa tidak ada orang yang akan segan dan hilang bangsa karena budi seperti terdapat pada kutipan di bawah ini. Indak martabat jatuah wibawa, tak ado urang nan kasagan, nan banyak basuo musim kini, dek manuruik putaran maso, ilang bangso karano budi, malotak indak ditampeknyo, nan ndak didonga lah didonga, nan tak tasuo lah tasuo, gajah tadorong gadiang patah, harimau malompek dek bolangnyo. Terjemahan: Tidak martabat jatuh wibawa, tak ada orang yang akan segan, yang banyak bersua sekarang ini, karena menurut putaran masa, hilang bangsa karana budi, metetakkan tidak pada tempatnya, yang tidak didengar telah didengar, yang tak bersua telah bersua, gajah terdorong gading patah, harimau malompat karena belangnya. Kemudian Wali Nagari Piobang berharap kepada niniak mamak yang baru dilewakan yang sudah diantarkan sampai ke balerong yang duduknya sudah sama rendah dan tegaknya sudah sama tinggi untuk bersama-sama membangun Nagari Piobang agar terjuwud masyarakat yang makmur menuju masyarakat yang sejahtera. Kerja sama dan kebersamaan seluruh niniak mamak dalam membangun nagari akan bisa menjadi nagari adatnya bersandi syarak, syarak telah menjadi adat, adat elok agama rancak, tujuannya sama untuk selamat sehingga terwujud masyarakat makmur dan sejahtera seperti kata papatah padi masak jagung meupih, mentimun mengarang bunga, ternak berkembang biak, nagari aman dan sentosa.
Universitas Sumatera Utara
129
Berikutnya sambutan Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Dalam sambutan Gubernur Sumatera Barat menyatakan Sumatera Barat memiliki potensi sumber daya kultural yang kaya, unik, dan bernilai tinggi sebagai potensi kearifan lokal yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. Untuk itu, gubernur berharap penghululah untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal tersebut karena dalam perkembangan global yang terus terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan terjadinya pendangkalan nilai-nilai kearifan lokal tersebut di tengah masyarakat. Acara berikutnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota sekaligus sebagai Ketua Lemabaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sorimarajo. Bupati Liama Puluh Kota dalam sambutannya menyatakan pemerintah Sumatera Barat memberi atensi dan apresiasi terhadap adat Minangkabau yang dituangkan dalam bentuk undangundang. Karena itu, pemerintah daerah sangat memberi apresiasi yang setinggitingginya terhadap niniak mamak telah dilewakan di Kanagarian Piobang ini. Kemudian niniak mamak diharapkan betul-betul memahami adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pemahaman ini jangan sampai keliru dalam memahami adat Minangkabau. Selanjutnya juga dingatkan kepada niniak mamak tidak semua masalah kriminal diselesaikan dengan hukum positif. Niniak mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak dan kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar.
Universitas Sumatera Utara
130
Dengan berakhirnya sambutan Bupati Lima Puluh Kota berakhir pulalah acara batagak pangulu atau melewakan gola pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Acara ini berakhir tepat pukul 14.00 WIB. Acara berikutnya adalah peresmian Balai Adat Gando yang ditandai dengan penguntingan pita oleh staf ahli gubenur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama seluruh undangan, niniak mamak di lingkungan kenagarian Piobang, niniak mamak yang baru dilantik, manti, tuanku, dan dubalang di Balai Adat Gando. Sedangkan bundo kanduang makan di rumah gadang Dt. Rajo Nan Panjang. Sebelum acara makan bersama dimulai didahului oleh sembah kata dan sesudah makan bersama dan maurak selo (membuka sila untuk berdiri dan pergi) juga ditutup dengan sembah kata. Acara berikutnya adalah pelepasan tamu diringi dengan tari (anak Jorong Gando punya kreasi) dan kemudian dilajutkan dengan foto bersama penghulu yang baru dilewakan.
5.1.3 Acara Hiburan Acara hiburan dilaksanakan selama dua malam. Malam pertama Minggu 9 Februari 2014 diisi dengan kesenian saluang dan diselingi dengan tari-tarian oleh pemuda-pemudi Jorong Gando. Kesenian saluang ini didendangkan oleh dua orang biduanita dan seorang tukang tiup saluang seta diiringi dengan alat musik keyboard. Saluang ini berlangsung selama satu malam sehingga dinamakan juga saluang samalam suntuak. Berikut gambar 5.12 peniup saluang dan pendendangnya.
Universitas Sumatera Utara
131
Gambar 5.12 Peniup Saluang dan Pendendangnya (Dokumen Isman, 2014) Malam kedua Senin 10 Februari 2014 diisi dengan acara kesenian talempong oleh Sanggar Seni Tradisional Tolang Pitunang dan tari-tarian yang ditampilkan oleh muda-mudi Jorong Gando. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Gando dan sekitarnya, penghulu yang baru dilewakan, dan para perantau yang pulang khusus menghadiri acara batagak pangulu. Berikut gambar 5.13 kesenian talempong oleh Sanggar Seni Tradisional Tolang Pitunang.
Gamabar 5.13 Kesenian Talempong oleh Sanggar Seni Tradisional Tolang Pitunang (Dokumen Isman 2014)
Universitas Sumatera Utara
132
Berdasarkan analisis performansi di atas terlihat bahwa upacara batagak pangulu di Nagari Piobang sudah diisi oleh acara-acara yang bersifat seremonial. Padahal acara batagak pangulu dikategorikan kedalam acara yang bersifat sakral. Di sini juga terjadi perubahan yang pada masa lalu upacara batagak pangulu dihadiri oleh urang ampek jiniah (orang empat jenis), yaitu pangulu/penghulu, manti/menteri, malin/malim, dan dubalang/hulubalang (Navis, 2015:170). Namun, pada saat sekarang acara batagak pangulu selain dihadiri oleh urang ampek jiniah (orang empat jenis) juga dihadiri oleh para pejabat pemerintahan dan para undangan lain. Bahkan, para pejabat pemerintahan tersebut dapat memberikan kata sambutan. Walaupun tiap nagari bervariasi dalam hal pelaksanaan upacara batagak pangulu, tidak ditemukan ada pejabat pemerintah memberi kata sambutan. Menurut Navis (2015:170) setelah seorang penghulu setungku menyampaikan pidato penobatan, yang isinya antara lain meminta hadirin agar penghulu yang baru dibawa seilir semudik atau bekerja sama oleh yang hadir. Kemudian oleh penghulu yang tertua dari yang setungku meletakkan destar/saluk di kepalanya dan menyisipi sebilah keris di pinggangnya. Akhirnya diucapkanlah sumpah sakti oleh penghulu agar penghulu tersebut tidak menyimpang dalam melaksanakan tugasnya. Isi sumpah sakti itu adalah akan dimakan biso kawi, di ateh indak bapucuak, di bawah indak baurek, di tangahtangah digiriak kumbang (akan dimakan bisa kawi, di atas tidak berpucuk, di bawah tidak berurat, ditengah-tengah digerogoti kumbang). Setelah itu dilanjutkan dengan makan bersama didahului oleh pidato persembahan.
Universitas Sumatera Utara
133
5.2 Komponen-komponen Tradisi Batagak Pangulu Komponen-komponen yang terdapat dalam upacara batagak pangulu di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut. 5.2.1 Pelaku Pelaku tradisi batagak pangulu di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut. 5.2.1.1 Penyampai Pidato Adat Penyampaian pidato adat adalah dalam rangka mengukuhkan/meresmikan gelar penghulu. Pidato adat ini disampaikan oleh F Dt. Patiah Baringek salah seorang penghulu yang dituakan dan menguasai pidato adat dan sembah kata serta adat-istiadat Minangkabau.
5.2.1.2 Penyampai Pidato Persembahan Penyampaian pidato persembahan juga dalam rangka mengukuhkan atau meresmikan gelar penghulu. Penghulu yang sudah dikukuhkan sudah bisa dibawa sehilir semudik dan dilibatkan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak dan kemenakan serta masyarakat nagari. Penyampai pidato persembahan selain melibatkan F Dt. Patiah Baringek juga melibatkan Dt. Kiraiang/Dt. Sirah, Dt. Tan Marajo, dan Dt. Sidi Panduko. Penyampai pidato persembahan ini adalah penghulu-penghulu yang menguasai pidato persembahan dan adat-istiadat Minangkabau.
Universitas Sumatera Utara
134
5.2.1.3 Penghulu yang Dikukuhkan Penghulu yang dikukuhkan dalam batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat sebanyak 16 orang (lihat subbab 5.1.1). Keenambelas penghulu tersebut berasal dari suku yang berbeda di Jorong Gando, Nagari Piobang.
5.2.1.4 Penghulu Pucuk Penghulu pucuk adalah penghulu tua selaku pucuk adat nagari. Penghulu pucuk Nagari Piobang adalah A. Dt. Rajo Baguno. Penghulu pucuk inilah yang melakukan pemasangan destar dan memberi amanat kepada ke-16 penghulu yang baru dikukuhkan atau diresmikan.
5.2.2 Peserta Peserta dalam batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat selain diikuti oleh orang empat jenis (penghulu, mantri, malim, dan hulubalang) juga dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. sebagai staf ahli, Bupati Kabupaten 50 Kota sekaligus Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten, Muspida Kabupaten Lima Puluh Kota, Ketua DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Walikota Payakumbuh atau yang mewakili, Camat Kecamatan Payakumbuh yang juga ketua LKAAM Kecamatan, Wali Nagari Piobang, Ketua KAN Nagari Piobang, bundo kanduang, generasi muda
Universitas Sumatera Utara
135
Nagari Piobang, Prof. Dr. Dorojatun Kuncaraningrat sebagai tamu, dan anak Nagari Piobang.
5.2.3 Situasi dan Organisasi Pertunjukan Situasi dan organisasi pertunjukan merupakan pertunjukan yang berlangsung di berbagai jenis situasi baik yang terorganisir dan direncanakan maupun tidak terorganisir dan tidak direncanakan (dadakan). Batagak panglu di Jorong Gando, Nagari Piobang merupakan acara yang sudah direncanakan dan diorganisir dengan baik. Acara batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang dirancang sejak Oktober 2013 dan baru terlaksana Februari 2014. Situasi upacara batagak pangulu dilaksanakan hari kerja yaitu pada hari Senin 10 Februari 2014. Tujuan dilaksanakan pada hari kerja adalah agar para undangan terutama aparat perintah daerah dapat menghadirinya.
5.2.4 Organisasi Internal Setiap nagari di Minangkabau mempunyai suatu lembaga yang bernama Kerapatan Adat Nagari (KAN). Sebagai pengurus dan anggotanya adalah para ninik mamak (penghulu) yang berasal dari kenagarian tersebut. Karena masa lalu nagari juga merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang telah ada sesuai dengan sejarah perkembangan masyarakat Minangkabau, Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Barat melalui Perda Nomor 13 Tahun 1983 tentang Nagari Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat menetapkan bahwa nagari (baik di kabupaten maupun kota) diurus oleh suatu lembaga yang disebut Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang berfungsi:
Universitas Sumatera Utara
136
1. mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan dengan adat sehubungan dengan sako dan pusako (pusaka); 2. menyelesaikan perkara-perkara perdata adat dan istiadat; 3. mengusahakan perdamaian dan memberikan kekuatan hukum terhadap anggota-anggota masyarakat yang bersengketa; dan 4. memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut sepanjang adat. Keterlibatan KAN dalam acara batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat adalah ketika memberikan persetujuan dilaksanakan acara batagak pangulu tersebut. Kalau tidak ada persetuan dari KAN, acara batagak pangulu tidak bisa dilaksanakan.
5.2.5 Media Pertunjukan Media pertunjukan merupakan media yang digunakan dalam komunikasi verbal dalam tradisi lisan dan sastra lisan. Sampai saat ini paling menarik dalam tradisi lisan dan seni lisan telah difokuskan pada komunikasi verbal dengan sorotan utama pada speaker. Padahal media komunikasi pertunjukan secara keseluruhan meliputi media akustik, visual dan material, kinesik dan proksemik, dan indra. Media komunikasi yang digunakan dalam tradisi batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang masih dominan menggunakan media verbal (katakata) lalu disambungkan dengan speaker agar kedengaran oleh hadirin. Penyampaian pidato adat, persembahan, amanat, dan kata sambutan semuanya
Universitas Sumatera Utara
137
menggunakan speaker. Media komunikasi lain yang bisa dilihat adalah bendabenda material yang dipakai dalam acara batagak pangulu seperti destar, pakaian, tongkat, keris, carano, gong, dan umbul-umbul. Benda-benda material ini mempunyai makna yang ingin disampaikan kepada khalayak.
5.2.6 Keterampilan Pertunjukan dan Konvensi Keterampilan pertunjukan dan konvensi terlihat ketika penyampai pidato adat dan pasambahan meyampaikan pidato dan pasambahan pengukuhan penghulu. Penyampai pidato adat dan pasambahan dipilih dari penghulu yang luas pengetahuan adatnya dan terampil dalam berkata-kata serta pintar merangkai formula-formula yang merupakan kekayaan ingatan penyampai pidato adat dan pasambahan. Di samping itu, dalam hal penyampaian pidato adat dan pasambahan tidak lagi lama seperti yang dilakukan pada masa lalu yang sangat panjang dan dibutuhkan waktu yang cukup lama. Pada saat sekarang penyampaian pidato adat dan pasambahan sudah banyak yang diringkas dan diperpendek sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang.
5.3 Teks Pidato Adat dan Pasambahan Batagak Pangulu Analisis pidato adat dan pasambahan batagak pangulu penulis mengunakan teori analisis wacana van Dijk meliputi analisis teks, kognisi sosial, dan analisis sosial. Dengan pertimbangan akademik, tidak semua unsur-unsur dalam wacana dianalisis. Penulis hanya menganalisis unsur-unsur wacana yang mendukung untuk menemukan kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau sesuai dengan tujuan akhir penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
138
5.3.1 Teks Setelah teks pidato dan pasambahan batagak pangulu dideskripsikan selanjutnya dilakukan analisis teks mencakup: 5.3.1.1 Struktur Makro (Tema) Tema teks pidato adat batagak pangulu adalah mengukuhkan atau mersmikan gelar kebesaran penghulu di Minangkabau. Pengukuhan gelar penghulu ini bertujuan untuk membesarkan gelar penghulu tersebut di nagari agar mempunyai kedudukan yang sama dengan penghulu-penghulu yang sudah dikukuhkan sebelumnya sehingga dia sudah bisa dibawa sehilir semudik untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi oleh anak nagari. Penghulu yang belum dikukuhkan kedudukannya masih lemah di nagari seperti dikatakan duduknya belum sama rendah tegaknya belum sama tinggi. Misalnya, di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat tempat penelitian yang penulis lakukan ini penghulu atau niniak mamak yang belum dikukuhkan (1) belum bisa belum bisa memberikan pendapat, masukan, dan saran ketika rapat di balai adat atau di Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam membicarakan masalah anak nagari; (2) Kalau ada upacara batagak pangulu atau malewakan gala pengulu dia diundang oleh dubalang tanpa pakai tepak23 dan ketika hadir diacara tersebut dia hanya memakai pakaian biasa dan pakai peci; (3) Kalau ada upacara batagak panglu atau malewakan gala pangulu di rumah gadang tempat duduknya juga dibedakan; dan (4) Mereka tidak bisa menjadi pengurus inti di kantor Kerapatan Adat Nagari (KAN). Selama
23
Tepak merupakan tempat sirih lengkap (Bapayuang, 2015:437).
Universitas Sumatera Utara
139
penghulu ini belum dikukuhkan selama itu pula mereka tidak mempunyai hak yang sama dengan penghulu yang sudah dikukuhkan seperti yang dikemukan di atas. Setelah gelar penghulu dikukuhkan kedudukan penghulu tersebut secara adat sudah sama dengan penghulu-penghulu lain seperti dikatakan duduknya sudah sama rendah tegaknya sudah sama tinggi. Pendapat, masukan, dan saran mereka telah bisa dipertimbangkan dalam mengambil suatu keputusan tentang masalah-masalah adat dan pembangunan yang dihadapi oleh anak nagari. Dengan demikian, batagak pangulu tidak lain adalah melegitimasi kedudukan penghulu di nagari.
5.3.1.2 Superstruktur (Struktur Alur) Teks pidato adat batagak pangulu ini dapat dibagi atas pendahuluan, isi, dan penutup. a. Pendahuluan Bagian pendahuluan teks pidato adat batagak pangulu ini disampaikan oleh F. Dt. Patiah Baringek. Bagian pendahuluan ini merupakan pidato pengantar untuk meresmikan 16 orang penghulu yang baru. Dalam pidato pengantar ini berisi: Pertama, pembukaan dengan pengucapan salam oleh penyampai pidato kepada hadirin lalu permintaan ampun kepada Tuhan, niniak mamak, alim ulama, cerdik pandai, dan bundo kanduang. Kedua, penyampaian pantun yang berisi pusaka nenek moyang dari dahulu tetap dipakai dan sedikit pun tidak akan hilang.
Universitas Sumatera Utara
140
Ketiga, penyampaian sejarah nenek moyang orang Minangkabau yang menceritakan seorang raja dari awang-gumawang (angkasa) bernama Zulkarnaen turun ke Banu (Benua) Ruhum. Raja Zulkarnaen ini mempunyai anak tiga orang, yaitu (1) Maharaja Alif tinggal di Banur Ruhum; (2) Maharaja Dipang tinggal di Banu (Benua) China; dan (3) Maharaja Dirajo tinggal di Pulau Perca. Pada suatu saat ketika Maharaja Dirajo mengarungi laut dan sampai di tengah laut besar tampaklah api berkedip-kedip sebesar telur itik. Lalu api tersebut dituju tampaklah puncak Gunung Merapi. Dari sinilah asal mula dan turunnya nenek moyang orang Minangkabau.
Pembahasan: Berdasarkan struktur alur bagian pendahuluan teks pidato adat batagak pangulu di atas teks diawali dengan pengucapan salam secara agama Islam oleh penyampai pidato kepada hadirin sesuai dengan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Lalu dilanjutkan dengan permintaan ampun penyampai pidato adat kepada Tuhan sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut ada yang salah. Penyampai pidato adat menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan dan mempunyai ilmu yang sedikit bila dibandingkan dengan ilmu dimiliki Tuhan yang menguasai bumi dan langit seperti firman Tuhan dalam Surat Al Baqarah ayat 225. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Universitas Sumatera Utara
141
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Nilai kearifan
yang bisa diambil dari uraian di atas adalah
kesopansantunan. Dengan siapapun berjumpa hendaklah selalu mengucapkan salam sebagai tanda penghormatan terhadap orang tersebut. Begitu juga manusia selalu diajar untuk rendah hati dan tidak sombong karena pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan. Kemudian permintaan maaf juga disampaikan kepada niniak mamak, alim ulama, cerdik pandai, dan bundo kanduang sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut tidak sesuai dengan digariskan oleh adat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai manusia juga tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Nilai yang bisa diambil dari sikap seperti ini adalah kesopansantunan, rendah hati, dan tidak sombong seperti dikatakan dalam pribahasa contohlah ilmu padi semakin lama semakin merunduk. Artinya, manusia semakin berilmu semakin rendah hati bukan sebaliknya bukan menjadi sombong. Nilai inilah yang perlu diwariskan kepada generasi berikutnya untuk menjaga kehidupan yang berbudi dan bermatabat. Di bahagian pendahuluan teks pidato adat ini dikemukakan juga bahwa adat yang digariskan nenek moyang tetap dipakai dan tidak sedikit pun hilang. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang telah digariskan oleh moyang orang Minangkabau yaitu Dt. Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang sampai sekarang tetap dipegang teguh. Artinya, aturan-aturan adat yang telah dibuat yang berisi nilai dan norma tetap dipertahankan supaya masyarakat Minangkabau tetap hidup damai dan sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
142
Di bagian pendahuluan juga diceritakan sejarah asal-usul nenek moyang orang Minangkabau. Asal-asul nenek moyang orang Minangkabau terdapat dalam Tambo Minangkabau. Menurut Djamaris (1991:74-75) salah satu fungsi Tambo Minangkabau adalah menyatukan pandangan orang Minangkabau terhadap asal-usulnya. Dengan demikian, diuraikan kembali tambo dalam pidato adat batagak pangulu atau malewakan pangulu berarti mengingatkan kembali kepada penghulu yang baru dikukuhkan supaya tahu sejarah asal-usul nenek moyang orang Minangkabau.
b. Isi Bagian isi teks pidato adat batagak pangulu ini yang disampaikan oleh F. Dt. Patiah Baringek mencakup: Pertama, ninik yang berdua Dt. Patiah Nan Sabatang dan Dt. Katumangungan dibuatlah adat dan lembaga. Rantau diberi beraja dan luhak diberi berpenghulu. Luhak di Minangkabau terdiri atas Luhak Tanah Datar, Luhak Lubuk Agam, dan Luhak Lima Puluh. Kedua, penekanan delapan perkara untuk anak laki-laki di Minangkabau sesuai dengan pepatah adat yang dikemukakan oleh Dt. Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang, yaitu: (1) menjadi tuanku; (2) kedua menjadi bilal; (3) menjadi khatib; (4) keempat menjadi imam; (5) menjadi hubalang; (6) menjadi pagawai; (7) menjadi penghulu; dan (8) menjadi raja. Ketiga, mengukuhkan atau meresmikan 16 orang ninik mamak atau penghulu di Jorong Gando. Niniak mamak yang sudah dikukuhkan sudah bisa dibawa seilir semudik.
Universitas Sumatera Utara
143
Pembahasan: Pada bagian isi diceritakan nenek moyang orang Minangkabau, yaitu Dt. Katumangungan Dt. Patiah Nan Sabatang dan telah membuat adat dan lembaga. Rantau diberi beraja dan luhak diberi berpenghulu. Kemudian luhak dibagi menjadi tiga, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Lubuk Agam, dan Luhak Lima Puluh. Selanjutnya, penekanan delapan perkara untuk anak laki-laki di Minangkabau salah satu di antaranya adalah menjadi penghulu. Lalu dilanjutkan dengan pengukuhan 16 orang niniak mamak atau penghulu di Jorong Gando. Niniak mamak yang sudah dikukuhkan sudah bisa dibawa sehilir semudik Penghulu yang sudah dikukuhkan ditandai dengan pemotongan seekor kerbau berarti dia sudah membayar kewajiban terhadap adat seperti dikatakan adaik diisi limbago dituang (adat diisi lembaga dituang). Adat yang sudah digariskan
oleh
ninik
moyang
orang
Minangkabau,
yaitu
adat
Dt.
Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang. Penghulu yang sudah dikukuhkan kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain yang sudah diresmikan sebelumnya seperti dikatakan duduaknyo samo randah tagaknyo samo tinggi (duduknya sama rendah tegaknya sama tinggi). Penghulu ini sudah bisa dibawa sehilir semudik untuk membicarakan masalah-masah adat yang dialami anak nagari. Hal ini mengukuhkan aturan-aturan adat yang sudah digariskan
oleh
oleh
nenek
moyang
orang
Minangkabau,
yaitu
Dt.
Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang serta penghulu-penghulu di nagari.
Universitas Sumatera Utara
144
Bagi penghulu yang belum dikukuhkan atau diresmikan kedudukannya belum sama dengan penghulu-penghulu yang sudah dikukuhkan sebelumnya seperti dikatakan duduaknyo alun samo randah, tagaknyo alun samo tinggi (duduknya belum sama rendah, tegaknya belum sama tinggi). Mereka belum bisa dibawa sehilir semudik seperti kalau ada ada rapat-rapat penghulu mereka belum bisa membrikan pendapat, masukan, dan saran; kalau ada acara batagak pangulu dia hadir dengan pakaian biasa; tempat duduknya dibedakan di rumah gadang; dan tidak bisa menjadi pengurus inti Kerapatan Adat Nagari (KAN). Aturan-aturan adat yang dibuat oleh penghulu-penghulu di nagari menyebabkan mereka tidak berdaya menghadapinya. Selama penghulu atau niniak mamak itu belum dikukuhkan mereka akan tetap lemah dan terpingirkan dibalik aturan-aturan adat tersebut. Hal ini perlu dicari solusinya supaya keberadaan penghulu tersebut sama kedudukannya di nagari dengan penghulupenghulu yang lain yang sudah dikukuhkan atau diresmikan.
c. Penutup Bagian penutup ini berisi: Pertama, adat sudah diisi dan lembaga sudah dituang oleh niniak mamak atau penghulu yang baru maka niniak mamak yang lama sudah bisa membawa sehilir semudik. Kedua, pengucapan salam penutup oleh penyampai pidato adat (F. Dt. Patiah Baringek). Pembahasan: Ketika penghulu sudah melaksanakan kewajibannya seperti dikatakan adaik diisi limbago dituang (adat diisi lembaga dituang) dengan ditandai dengan
Universitas Sumatera Utara
145
penyembelihan seekor kerbau penghulu tersebut di nagari sudah sama kedudukannya dengan penghulu-penghulu yang lain. Mereka sudah bisa dibawa sehilir semudik untuk membicarakan masalah-masah adat yang dialami anak nagari karena duduaknyo alah samo randah tagaknyo alah samo tinggi (duduknya sudah sama rendah tegaknya sudah sama tinggi). Adat sudah diisi lembaga sudah dituang berarti penghulu yang baru sudah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan aturan adat yang sudah digariskan oleh nenek moyang orang Minangkabau, yaitu Dt. Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang. Dengan kata lain aturan adat yang sudah dibuat oleh nenek moyang orang Minangkabu tersebut kembali dikukuhkan atau dikuatkan. Kemudian teks pengukuhan penghulu diakhiri dengan pengucapan salam penyampai pidato adat oleh F. Dt. Patiah Baringek.
5.3.1.3 Struktur Mikro Struktur mikro yang penulis teliti dalam penelitian ini adalah pantun, talibun, dan pepatah-petitih. a. Pantun Pantun termasuk salah satu jenis puisi lama Indonesia dan hampir terdapat di seluruh daerah di Indonesia. Pantun mempunyai ciri-ciri (1) tiap-tiap bait terdiri atas 4 baris; (2) tiap-tiap baris terdiri atas 8 – 12 suku kata; (3) bersajak ab ab; dan (4) baris pertama dan kedua berupa sampiran dan ketiga dan kempat berupa isi. Menurut isinya pantun digolongkan menjadi (1) pantun anak-anak: (a) pantun bersuka cita dan (b) pantun berduka cita; (2) pantun muda: (a) pantun
Universitas Sumatera Utara
146
dagang atau nasib, (b) pantun jenaka, dan (c) pantun muda: 1. pantun berkenalan, 2. pantun berkasih-kasihan, 3. pantun perceraian, dan 4. pantun berhiba hati; (3) pantun jenaka dan pantun tua: (a) pantun nasihat, (b) pantun adat, dan (c) pantun agama (Balai Pustaka, 2005:13-16). Dalam teks pidato adat ditemukan juga pantun. Ada beberapa pantun yang penulis analisis dalam penelitian ini, yaitu: 1. si jorong menggali lambah mamakai baju bludru gandem kok terdorong saya menyembah sagari gawa mohon ampun. Pantun ini terdapat pada bagian awal teks pidato adat batagak pangulu. Pantun ini bermaksud sekiranya terdapat kesalahan dalam penyampaian pidato penyampai pidato meminta maaf. 2. di mana suluh pelita dicanda saluang yang bertali di mana asal nenek kita ya di lereng Gunung Merapi Pantun di atas termasuk pantun teka-teki. Pantun ini bermaksud memberitahu kepada penguhulu yang baru dikukuhkan asal-usul nenek moyang orang Minangkabau yaitu berasal dari Gunung Merapi. 3. orang Padang mengumpal benang dikumpal oleh orang Pandai Sikek dirantang runding mau panjang dikumpal menjadi singkat Pantun di atas bermaksud untuk mempersingkat pidato. Pidato adat bisa berlangsung lama dan bisa juga diperpendek. Saat sekarang kebanyakan pidato adat dan sembah kata dalam acara apapun sudah banyak yang diperpendek. Tidak seperti masa lalu memakan waktu yang cukup lama.
Universitas Sumatera Utara
147
4. Rama-rama si kumbang jati Katik Endah pulang berkuda Patah tumbuh hilang berganti Pusaka diterima di yang muda Pantun di atas bermaksud kalau ada seorang penghulu meninggal dunia maka gelarnya digantikan oleh kemenakannya yang lebih muda. Jadi, gelar ini terus digantikan seandainya pengulu yang tua meninggal lalu diganti oleh penghulu yang muda. 5. Birik-birik turun ke semak Tiba di semak ke halaman Dari ninik turun ke mamak Dari mamak turun ke kemanakan 6. Birik-birik terbang ke sasak Dari sasak ke halaman Dari ninik turun ke mamak Dari mamak turun ke kemenakan Kedua pantun di atas maksudnya sama hanya sampirannya berbeda. Maksud kedua pantun tersebut adalah seorang niniak bergelar penghulu meninggal lalu digantikan oleh mamak, kalau mamak meninggal lalu digantikan oleh kemenakan. Hal ini sudah terjadi dari dulu sejak adat dibuat oleh nenek moyang orang Minangkabau sampai sekarang.
b.
Talibun Talibun adalah sejenis pantun dengan ciri-ciri (1) jumlah barisnya lebih
dari 4 dan genap (6, 8, 10, dan seterusnya), (2) tiap-tiap baris terdiri atas 8 – 12 suku kata, (3) setengah bagian atas merupakan sampiran dan setengah bagian bawah merupakan isi, dan (4) bersajak abc abc, abcd abcd, dan seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
148
Dalam pidato adat batagak pangulu ditemukan satu bait talibun seperti terdapat di bawah ini. Ulama mudik ke hulu mati ditembak ikan tilam kenalah anak bada baling pusako ninik yang dahulu ada dibuhul dikenakan setitik berpantang hilang. Maksud talibun di atas adalah pusaka dari nenek moyang dahulu yaitu Dt. Katumanggunan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang masih tetap dijalankan dan sedikit pun tak pernah hilang.
c. Pepatah-Petitih Pepatah-petitih
merupakan
suatu
kalimat
atau
ungkapan
yang
mengandung pengertian yang dalam, luas, tepat, halus, dan kiasan (Djamaris, 2002:31-32). Dikemukakan oleh Bakar (1981:6) bahwa kelahiran pepatah-petitih ini disebabkan oleh kecendrungan watak masyarakat Minangkabau yang lebih banyak menyampaikan sesuatu dalam bentuk sindiran. Kemampuan seseorang menyampaikan sesuatu dalam bentuk sindiran dianggap sebagai kebijaksanaan. Demikian pula bagi orang yang menerimanya. Kemampuan memahami sindiran dianggap pula sebagai cirri kearifan. Fungsi utama pepatah-petitih ini adalah sebagai nasihat. Berikut beberapa pepatah-petitih yang ditemukan dalam teks pidato adat batagak panglu di Jorong Gando, Nagari Piobang. 1.
Niniak mamak nan gadang basa batuah nan bapucuak sabana bulek nan baurek sabana tunggang.
Universitas Sumatera Utara
149
Maksudnya adalah niniak mamak (penghulu) sebagai pemimpin kaum dan nagari yang sudah dibesarkan oleh kaum serta didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting merupakan peminpin yang teguh dengan pendirian di atas kebenaran dan mempunyai kedudukan yang kuat dalam masyarakat Minangkabau. Segala perkataan dan perbuatannya akan dituruti anak dan kemenakan sepanjang penghulu tersebut memimpin dengan benar sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. 2.
Bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang sumarak anjuang nan tinggi. Maksudnya, perempuan Minangkabau diibaratkan sebagai tiang utama bangunan rumah gadang yang letaknya di tengah rumah yang akan terlihat pertama sekali ketika orang akan naik ke rumah gadang. Pengibaratan bundo kanduang sebagai limpapeh karena ia jadi orang pertama dan utama kelihatan oleh masyarakat. Dia tampak menonjol, disegani, dihormati, dan diagungkan. Apabila tiang tengah ambruk, tiang yang lainnya juga akan berantakan. Pengertian limpapeh menurut adat Minangkabau adalah seorang bundo kanduang yang telah meningkat menjadi seorang ibu. Jadi, ibu sebagai seorang limpapeh rumah gadang adalah ibu yang ditiru dan diteladani. Seorang ibu bertugas membimbing dan mendidik anak yang dilahirkan dan semua anggota keluarga lainnya di dalam rumah tangga.
3.
Kok bulek lah buliah digolongkan, kok pipiah lah buliah dilayangkan. Maksudnya, telah terjadi kemufakatan dalam musyawarah. Sudah didapat kata sepakat dan diterima dengan ikhlas oleh semua pihak. Dalam pengangkatan penghulu di Minangkabau adanya dulu musyawarah anggota
Universitas Sumatera Utara
150
kaum untuk menunjuk seseorang menjadi penghulu. Setelah ada kesepakatan langkah selanjutnya malewakan gala pangulunya. Apabila hal ini sudah dipenuhi kedudukan dia di nagari sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain. 4.
Gayung basambuik kato bajawok. Artinya, menangkis serangan orang dan menjawab perkataan orang. Setiap perkataan orang harus dijawab sesuai dengan siapa yang dituju dalam pembicaraan tersebut. Dalam hal pengukuhan penghulu setelah pidato adat disampaikan
selanjutnya
ditanggapi
dengan
sembah
kata
untuk
mengukuhkan penghulu tersebut. 5.
Barek nan sapikua ringan nan sajinjiang. Artinya, seiya sekata, sama-sama mau mengerjakan sesuatu pekerjaan apapun resikonya. Batagak pangulu membutuhkan biaya yang sangat besar. Upacara ini bisa terlaksana apabila semua anggota kaum seiya sekata menyelenggarakannya.
6.
Bulek aia lah ka pambuluah, bulak kato karano mufakaik, dicari bulek nan sagolek, dicari pipih nan salayang. Maksudnya, dicari kata mufakat melalui musyawarah atau perundingan. Hal ini merupakan ciri khas adat Minangkabau. Setiap kesepakatan yang dibuat melalui musyawarah perlu dilaksanakan oleh pemimpin. Karena sudah sepakat, keputusan itu diterima dan dijalankan. Dalam hal batagak pangulu sebelumnya anggota kaum bermusyawarah dan berunding mencari kata sepakat untuk menentukan siapa yang akan ditunjuk menjadi penghulu kaum
Universitas Sumatera Utara
151
dan kemudian secara bersama-sama pula membesarkannya di nagari dengan cara melaksanakan baralek pangulu. 7.
Karano cadiak pusako dulu, karano pandai pusako lamo, kok basiang dinan tumbuah, kok manimbang dinan ado. Masudnya adalah apapun yang dilaksanakan sekarang karena sudah digariskan oleh nenek moyang masa lalu. Sedikit pun tidak ada yang berubah dan bergeser.
8.
Karano licin cahayo alah datang, karano kilek alua alah labiah. Maksudnya, seseorang diangkat menjadi penghulu karena dia sudah mempunyai kelebihan daripada yang lain sehingga pilihan jatuh kepada dia. Dalam kaum dia sudah besar dan mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan yang lain sehingga dia ditunjuk untuk menjadi penghulu.
9.
Dibawo sailia samudiak sepantang sepajapian, diimbaukan di labuah nan golong dipanggikan di pakan nan rami. Maksudnya,
niniak
mamak
(penghulu)
yang
sudah
dikukuhkan
kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain. Dia sudah dibesarkan yang ditandai dengan penyembelihan kerbau. Dia sudah bisa dibawa ke mana-mana. Hak sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain. Berdasarkan analisis terhadap pepatah-petitih di atas terlihat bahwa makna yang terkandung di dalamnya adalah menguatkan kedudukan penghulu yang dikukuhkan tersebut. Pepatah-petitih ini merupakan pesan-pesan yang disampaikan kepada penghulu yang baru diangkat.
Universitas Sumatera Utara
152
5.3.2 Kognisi Sosial Teks pidato adat dan pasambahan batagak pangulu di Minangkabau disusun oleh tokoh-tokoh adat masa lalu. Kemudian dilanjutkan oleh para pemimpin adat pada masa sekarang. Adat yang disusun dan dibuat oleh para tokoh adat masa lalu tersebut tetap terjaga sehingga keberlangsungan adat Minangkabau terus berjalan dan tetap dipertahankan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh adat di Nagari Piobang disusun teks pidato dan pasambahan adalah untuk meligitimasi atau mengesahkan keberadaan penghulu di nagari. Penghulu yang sudah disahkan kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain.
5.3.3 Analisis Sosial Penghulu adalah pemimpin adat di Minangkabau. Jabatan penghulu adalah sebagai pemegang sako datuk secara turun-temurun menurut garis keturunan ibu dalam sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Sebagai pemimpin adat penghulu memelihara, menjaga, mengawasi, mengurusi, dan menjalankan seluk-beluk adat di nagari. Di samping itu, penghulu juga sebagai pemimpin dan pelindung kaumnya sepanjang adat seperti kata-kata adat berikut: Bak baringin di tangah koto, ureknyo tampek baselo, batangnyo tampek basanda, dahannyo tumpek bagantuang, daunnyo tampek bataduah kahujanan, tampek balinduang kapanehan, nan didahulukan salangkah nan ditinggikun sarantiang, ka pai tampek bantanyo kapulung tampek barito.
Universitas Sumatera Utara
153
Seperti pohon beringin di tengah koto24, akarnya tempat bersila, batangnya tempat bersandar, dahannya tempat bergantung, daunnya tempat berteduh bila hujan, tempat berteduh bila kepanasan, yang didahulukan selangkah, yang ditinggikan seranting, kalau pergi tempat bertanya, kalau pulang tempat berita. Maksud kata-kata adat di atas adalah penghulu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dalam masyarakat Minangkabau merupakan tempat sandaran dan tempat bertanya tentang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh warga dalam suatu nagari. Tugas pokok seorang penghulu di Minangkabau adalah untuk memelihara dan memimpin anak dan kemenakannya sesuai dengan pepatah: Kaluak paku kacang balimbiang Tampuruang lenggang-lenggangkan Baok manurun ka Saruaso Tanamlah siriah jo ureknyo Anak dipangku kamanakan dibimbiang Urang kampuang dipatenggangkan Tenggang raso jo adatnyo Tenggang nagari jan binaso
Kelok paku kacang belimbing Tempurung lenggang-lenggangkan Bawa menurun ke Saruaso Tanamlah sirih dengan akarnya Anak dipangku kemenakan dibimbing Orang kampung dipertenggangkan Tenggang rasa dengan adatnya Tenggang nagari jangan binasa
Maksudnya, seorang penghulu mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap anak dan kemenakan. Terhadap anaknya sendiri dia pangku, kemenakannya dia bimbing dan selanjutnya dia arif pula terhadap orang kampungnya yang harus ditenggang atau diperhatikan pula dengan penerapan adat-istiadat yang berlaku. Agar kedudukan penghulu kuat dan diakui di nagari, seorang penghulu terlebih dahulu dikukuhkan yang ditandai dengan pemotongan seekor kerbau. Penghulu yang sudah dikukuhkan berarti dia sudah membayar kewajiban
24
Koto adalah pemukiman otonom menurut adat Minangkabau
Universitas Sumatera Utara
154
terhadap adat seperti dikatakan adaik diisi limbago dituang (adat diisi lembaga dituang sehingga kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain yang sudah diresmikan sebelumnya seperti dikatakan duduaknyo samo randah tagaknyo samo tinggi (duduknya sama rendah tegaknya sama tinggi). Penghulu ini sudah bisa dibawa sehilir semudik untuk membicarakan masalahmasah adat yang dialami anak nagari.
5.4 Ko-teks Berikut adalah uraian ko-teks yang terdapat dalam batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
5.4.1 Paralinguistik Unsur paraliguistik yang diteliti dalam teks pasambahan dan teks pidato adat adalah intonasi. Berdasarkan ciri bahasa, pasambahan dan pidato adat termasuk prosa liris/berirama (Djamaris, 2002:44). Kesatuan pengucapannya bukan kalimat dan bukan baris, tetapi panjang tertentu yang terdiri atas dua bagian yang berimbang. Keduanya dibatasi dengan caessura/penggalan puisi (Junus, 1984:17). Perhatikanlah kutipan pidato adat batagak pangulu bagian awal, tengah, dan akhir di bawah ini. a. Kutipan pidato adat bagian awal: Minta ampun saya/kapada Tuhan//selanjutnya/kapada ninik mamak//yang gadang/besar bertuah//yang berpucuk/sebenar bulat//yang berurat/sebenar tunggang//alim ulama dituanku/suluh bendang dalam nagari//cerdik pandai/pagaran kokoh dalam nagari//bundo kanduang/limpapeh rumah nan gadang/semarak anjuang nan tinggi//
Universitas Sumatera Utara
155
b. Kutipan pidato adat bagian tengah Bersentak turun ke bawah/sampai ke Pariangan Padang Panjang//sampai gelundi/yang bersila//sampai ke lakon/simpang jua//Oleh niniak/kita yang berdua// Dt. Patiah nan Sabatang/serta Dt. Katumangungan//dibutlah adat/ dan lembaga//rantau/diberi beraja//luak/diberi berpenghulu//dalam yang/ tiga luak//yang pertama/Luak Tanah Datar//yang kedua/Luak Lubuk Agam//yang ketiga/Luak Lima Puluh.
c. Kutipan pidato adat bagian akhir Pusaka diterima/di yang muda//yang sakarang/ waktu ini//dibaca tambo lama/panjangnya/seperti ketiak ular//yang kecil/beri bernama//yang besar/ beri bergelar// Tanda garis miring (/) dan tanda dua garis miring (//) yang terdapat pada kutipan pidato adat batagak pangulu di atas adalah tanda garis miring (/) merupakan satuan pengucapan sedangkan tanda dua garis miring (//) merupakan sebagai pembatas satuan pengucapan-pengucapan sebelumya dengan satuan pengucapan-pengucapan susudahnya. Di dalam teks buku bisa diganti dengan tanda koma, tetapi bukan tanda koma dalam bacaan yang sebenarnya melainkan pengganti garis pembatas (Basa dalam Junus, 1984:17).
5.4.2 Unsur Material Unsur material yang dibahas dalam penelitian ini adalah pakaian penghulu, gaba-gaba, marawa (merawal/panji-panji), tanduk kerbau, gong, dan carano (cerana). Unsur-unsur material tersebut mempunyai makna simbolik yang mengandung nilai-nilai kearifan yang perlu dijelaskan. 5.4.2.1 Pakaian Penghulu Pakaian penghulu secara adat mengandung makna simbolik baik warna maupun model. Pakaian penghulu umumnya serba hitam mulai dari destar, baju
Universitas Sumatera Utara
156
sampai
dengan
celana.
Menurut
Navis
(2015:166-167)
warna
hitam
melambangkan ketahanan, keuletan, dan ketidaktercelaan sedangkan model pakaian Minangkabau lazim
juga disebut sarawa aceh (model celana aceh),
baju guntiang cino (model baju gunting cina), dan deta jao (destar berbatik jawa). Namun, dalam beberapa buku tambo mempunyai perbedaan atau variasi dalam membicarakan makna pakaian dan alat perlengkapan penghulu tersebut. Di antara pakaian penghulu tersebut adalah deta (destar), baju, sarawa (celana), sisampiang (sisamping/kain samping), cawek (ikat pinggang), salempang (selempang), karih (keris), dan tungkek (tongkat). Perhatikanlah gambar 5.14 di bawah ini.
Deta (destar)
Baju
Karih (keris) Tungkek (tongkat) Sisampiang (Sisamping) Sarawa (Celana)
Gambar 5.14 Pakaian Kebesaran Penghulu (Koleksi Iskandar 2014)
Universitas Sumatera Utara
157
Pakaian kebesaran panghulu juga mengandung makna budi, kepribadian, dan perangai panghulu. Makna simbolik yang terkandung dalam pakaian kebesaran penghulu menurut Mauzar (2009) sebagai berikut. 1. Deta (Destar) atau Saluak (Saluk) Penghulu atau ninik mamak di Minangkabau memakai deta atau saluak. Desta (destar) dari bahasa Persia, artinya ikat kepala. Saluak (saluki) bahasa Minangkabau artinya saling terikat. Jadi, pakaian di kepala yang terbuat dari kain yang saling terikat (berseluk-beluk). Bagian atas dipiuh kiri-kanan. Ini melambangkan dua kelarasan yaitu Laras Koto Piliang dan Laras Bodi Caniago. Kerutnya bertingkat-tingkat, berarti bajanjang naiak batanggo turun (berjenjang naik bertangga turun), prinsip adat Minangkabau yang lazim dalam Laras Koto Piliang. Dapat juga diartikan banyak undang-undang yang harus dipahami oleh seorang penghulu. Apabila destar itu dikembangkan kerutnya akan lebar. Demikian pulalah hendaknya luas pengetahuan penghulu sehingga sanggup melaksanakan tugasnya, menyelamatkan anak dan kemenakan serta korong25 dan kampung.
2. Baju Baju penghulu itu hitam warnanya. Hal ini mengandung makna seorang penghulu harus tabah dan tahan hati dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehingga apa yang dimaksud akan tercapai dengan sebaik-baiknya. 25
Korong unit pemerintahan jorong terkecil di Minangkabau yang penduduknya saling mempunyai tali keturunan menurut adat, merasa serasa, semalu, seadat, dan bersatu. Biasanya dipimpin oleh pejabat yang disebut Wali Korong/Kepala Korong (Bapayuang, 2015:222-223).
Universitas Sumatera Utara
158
Lengan baju itu lebar. Ini berguna bagi penghulu sehingga dia bebas menggerakkan tangannya. Artinya, seorang penghulu wajib mengipas yang panas agar menjadi dingin sehingga tidak sampai hangus. Jika terjadi sengketa, peselisihan antara anak dan kemenakan cepat diselesaikannya sehingga tidak berdampak buruk lebih jauh. Siba batanti, siba adalah sambungan badan dengan lengan. Sambungan keduanya itu diles dengan benang makau 26. Artinya, seorang penghulu bisa menyambung tidak kelihatan dan membuhul tidak membuku. Lilitan benang makau yang merupakan strip, menunjukkan tanda kebesaran penghulu itu sendiri dalam memegang peraturan sehingga seluruh aturan yang ada dia taati sebagaimana mestinya. Leher bajunya berbelah ke bawah hampir ke dada dan tidak pakai buah. Ini diartikan sebagai bayangan kesabaran. Seorang penghulu hendaklah berhati sabar, sebab sabar itu merupakan martabat bagi penghulu. Walaupun demikian sabar itu tentu ada batas-batasnya seperti pepatah tangangnyo bajelo-jelo, kanduanyo badantiang-dantiang, hati lapang pikiran saiyo, cukuik sarat kato barundiang. Artinya, seorang penghulu tidak kaku dalam berpendirian, akan tetapi tetap memegang perinsip dengan kokoh.
3. Sarawa (Celana) Celana penghulu itu hitam dan kakinya lebar. Ini merupakan kebesarannya dalam menjalani peristiwa buruk dan baik dalam mengurus keperluan anak dan kemenakan serta korong dan kampung, walaupun bukan di dalam wilayahnya. Warna hitam mengandung makna paham hakikat tanpa terpa dan kotor tidak kelihatan. Kokoh menggengam yang sabinjek (sebinjit) dan 26
Benang makau adalah kain yang ditenun dengan warna keputih-putihan (Bapayung, 2015:261)
Universitas Sumatera Utara
159
pahamnya bijaksana serta melangkah selangkah menghadap surut dan berkata sepatah dipikirkan.
4. Sisampiang (Sisamping/Kain Samping) Sisampiang atau kain samping sebidang kain di atas lutut biasanya terbuat dari sutera warna merah dan ada juga warna hitam. Kain samping itu bertaburkan benang makau serta beragi pucuk rebung dan dipasang di pinggang hingga dalamnya di atas lutut. Warnanya yang merah melambangkan keberanian. Tabur dan ragi kecil dari benang makau membayangkan ilmu dan keberanian. Artinya, keberanian hendaknya dipergunakan dalam mengurus masyarakat luas. Kain yang baik dan indah itu menunjukkan hatinya kaya dan senteang (sayup) kain itu hingga lutut, menyatakan hatinya miskin di atas yang benar. Artinya miskin, jika kehendak dan permintaan anak dan kemenakan bertentangan dengan adat atau agama, penghulu dengan cara halus menolaknya dengan tidak merusak atau mengecilkan hati dan hubungan baik dengan anak dan kemenakan.
5. Cawek (Ikat Pinggang) Cawek (ikat pinggang) melambangkan kekukuhan ikatan atau pegangan penghulu dalam menyatukan warga kaum baik yang di dalam maupun di luar kampung.
6. Salempang (Selempang) Salempang
(selempang)
yang
digantung
dibahu
melambangkan
kemampuan memikul tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
160
7. Karih (Keris) Keris itu adalah senjata kebesaran bagi penghulu. Keris kebesaran itu mengandung makna yang dalam. Pemakainya pada upacara tertentu disertai kelengkapan pakaian penghulu. Hulunya condong ke kiri, supaya tidak mudah menyentakkannya keluar. Makna simboliknya adalah apabila penghulu ingin juga menyentakkan keris keluar sarung, mesti diputar lebih dahulu ke kanan. Di sini tersirat makna, ada ruang untuk berpikir bagi penghulu dalam mengendalikan emosi dan rasa amarahnya. Gambo tumpuan punting, yaitu di bawah punting ada palang, sudah itu baru punting dan batu hulu. Semua itu mengisyaratkan agar penghulu menjadi tumpuan bagi anak dan kemenakan. Hulunya kayu kamat, maksudnya segala sesuatu pekerjaan disesuaikan dengan adat, sebab kewibawaan penghulu tercermin dari perbuatannya sendiri. Keris tersebut bengkok, ada yang bengkoknya dua setengah patah dan ada pula yang yang lebih. Bengkok itu bermakna menarik orang yang salah yang tetap mempertahankan kebenarannya. Orang tersebut tidak dapat menerima kebenaran secara lurus-lurus saja, setelah dituruti pendapatnya, kemudian diberikan pelajaran baik, sampai akhirnya dia sadar dan sedia menerima kebenaran tidak dengan paksaan, melainkan dengan keinsafan sendiri. Inilah yang disebut menurut ilmu adat kato bahelo (kata berhela) perkataan yang dapat menarik hati orang lain. Mata keris itu timbal balik. Artinya, kebesarannya diakui oleh anak dan kemenakan serta isi nagari. Mata keris itu sangat tajam. Jika dihembuskan rambut akan putus. Tajamnya itu tidak pernah melukai, artinya penghulu itu tidak turut-
Universitas Sumatera Utara
161
turutan kepada pendapat orang lain karena ia percaya pada dirinya sendiri. Falsafah keris itu ialah ilmu, paham, dan keyakinan yang bulat untuk memelihara dan menjalankan kewajiban yang bulat seorang penghulu. Lebih-lebih untuk dirinya sendiri sesuai dengan bunyi pepatah karih sampono ganjo erah, lahiabatin pamaliharo diri, patah lidah tampek kalah, patah karih tampek mati (keris sampono ganjo erah, lahir batin pemelihara diri, patah lidah tempat kalah, patah keris tempat mati).
8. Tungkek (Tongkat) Tungkek (tongkat) adalah mainan penghulu. Tongkat terbuat dari kayu kamat, ujungnya pakai tanduk berkepala perak. Jika penghulu memakai pakaian adat, tangan penghulu memegang tongkat. Makna simboliknya adalah penghulu itu orang yang dituakan dalam sebuah payung dan diakui oleh nagari. Penghulu berkewajiban
mempertahankan
adat
dan
lembaga
kepenghuluanya.
Kewajibannya itu dijunjung tinggi oleh anak dan kemenakan serta masyarakat nagari.
5.4.2.2 Dekorasi Pintu Gerbang Jorong dan Kampung Ketika memasuki Jorong Gando tempat diadakan batagak pangulu, pintu gerbang dihiasi dengan gaba-gaba dan ditempelkan foto-foto penghulu yang akan dikukuhkan. Begitu juga ketika memasuki kampung atau rumah penghulu yang akan dikukuhkan, pintu gerbang kampung atau rumah penhulu juga dihiasi dengan gaba-gaba dan foto penghulu yang akan dikukuhkan bersama foto bundo kanduang seperti terdapat pada gambar 5.15 dan 5.16 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
162
Gambar 5.15 Dekorasi Pintu Gerbang Jorong (Koleksi Isman 2014)
Gambar 4 Dekorasi Pintu Gerbang Kampung Penghulu
Gambar 5.16 Dekorasi Pintu Gerbang Kampung (Koleksi Isman 2014) Makna simbolik yang terkandung dari pintu gerbang jorong yang dihiasi gaba-gaba dan ditempeli foto-foto penghulu yang akan dikukuhkan adalah memberi tahu masyarakat Gando, nagari, dan luar bahwa di Jorong Gando akan
Universitas Sumatera Utara
163
diadakan acara baralek pangulu (berhelat penghulu) atau acara pengukuhan gelar penghulu. Begitu pula makna simbolik terdapat di pintu gerbang kampung atau rumah penghulu yang dihiasi dengan gaba-gaba dan ditempeli foto penghulu beserta bundo kanduang mengandung makna memberitahu masyarakat jorong, nagari, dan luar bahwa kaum atau suku itu baralek pangulu.
5.4.2.3 Marawa (Umbul-umbul/Panji-panji) Ketika memasuki Jorong Gando sepanjang jalan dipasang marawa. Makna simbolik yang terkandung adalah memberitahu masyarakat Jorong Gando, Nagari Piobang, dan masyarakat luar bahwa di Jorong Gando akan diadakan batagak pangulu seperti terdapat pada gambar 5.17 di bawah ini.
Gambar 5.17 Marawa Sepanjang Jalan Jorong Gando (Koleksi Isman 2014)
Universitas Sumatera Utara
164
5.4.2.4 Tanduk Kerbau Upacara batagak pangulu ditandai dengan penyembelihan seekor kerbau. Setelah kerbau disembelih lalu tanduknya diambil dan diletakkan di Balai Adat atau di rumah gadang kaum penghulu yang dikukuhkan. Karena kerbau yang dipotong satu ekor, penghulu-penghulu yang dilewakan atau dikukuhkan boleh membeli tanduk kerbau dan meletakannya di rumah gadang kaum. Makna simbolik yang tersembunyi dari tanduk kerbau ini adalah memberitahu masyarakat nagari dan masyarakat luar bahwa penghulu kaum tersebut sudah diresmikan atau dikukuhkan. Makna lain yang tersirat dari tanduk kerbau ketika kerbau itu disembelih adalah tanduak ditanam, dagiang dilapah, kuah dikacau (tanduk ditanam, daging dipotong-potong, kuah dikacau). Tanduak ditanam mempunyai makna agar penghulu yang diangkat ini membuag sifat-sifat buruk yang mungkin melukai orang. Dagiang dilapah maknanya sari daging dimakan dan tulangnya dibuang. Hal ini berarti bahwa dalam diri seseorang penghlu harus ada sifat-sifat yang baik dan membuang sifat-sifat yang buruk. Kuah dikacau mengibaratkan agar penghulu itu pandai mempergunakan sesuatunya menurut sifat dan keadaannya. Gulai kerbau yang dimasak tidak pakai santan mengibaratkan, indak lamak karano santan, indak kuniang karano kunik (tidak enak karena santan, tidak kuning karena kunyit), artinya seorang penghulu itu kebesarannya bukan lantaran orang lain, melainkan besarnya itu lantaran dari dirinya sendiri. Berikut gambar 5.18 tanduk kerbau yang dipajang di Balai Adat Gando.
Universitas Sumatera Utara
165
Gambar 5.18 Tanduk Kerbau Diletakkan di Balai Adat Gando (Koleksi Iskandar 2014) 5.4.2.5 Carano (Cerana) Carano adalah tempat sirih berserta kelengkapannya seperti pinang, gambir, kapur sirih, dan rokok/tembakau (Bapayung, 2015:84). Carano dengan kelengkapan isinya dan ditutup dengan kain digunakan untuk mengundang niniak mamak untuk datang ke acara baralek pangulu dan menyambut tamu seperti terdapat pada gambar 5.19 dan 5.20 di bawah ini.
Gambar 5.19 Carano untuk Mengundang Ninik Mamak (Koleksi Isman 2014)
Universitas Sumatera Utara
166
Pada gambar 5.19 terlihat seorang dubalang memegang carano untuk mengundang pangulu pucuak dan pangulu ampek suku di Balai Adat Piobang untuk datang ke Balai Adat di Jorong Gando untuk malewakan gala pangulu. Sedangkan gambar 5.20 di bawah ini penerima tamu menyuguhkan sirih pinang dalam carano kepada tamu sebagai penghormatan terhadap tamu. Makna simbolik yang terkandung adalah penghormatan terhadap orang yang diundang dan tamu yang datang.
Gambar 5.20 Carano untuk Menyambut Tamu (Koleksi Isman 2014) 5.4.2.6 Gong Upacara batagak pangulu juga ditandai dengan pemukulan gong. Makna simbolik yang terkandung adalah memberitahu masyarakat nagari bahwasanya di Jorong Gando diadakan baralek pangulu dan penghulu yang dikukuhkan tersebut yang ditandai dengan pemukulan gong kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain. Perhatikanlah gambar 5.21 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
167
Gambar 5.21 Pemukulan Gong oleh Pangulu Ampek Suku (Koleksi Isman 2014)
5.5 Konteks Konteks tradisi batagak pangulu berkaitan dengan konteks budaya, sosial, situasi, dan idiologi. Konteks budaya bertujuan untuk melihat tujuan budaya apa yang terdapat dalam tadisi batagak pangulu, konteks sosial bertujuan untuk melihat faktor-faktor sosial yang mempengaruhi tadisi batagak pangulu, konteks situasi bertujuan untuk melihat waktu, tempat, dan cara pelaksanaan tadisi batagak pangulu, serta konteks idiologi bertujuan untuk melihat idiologi yang mendominasi dan mengusai pikiran masyarakat. Idiologi ini dapat secara positif dan dapat pula dilihat secara negatif.
5.5.1 Konteks Budaya Konteks budaya tradisi batagak pangulu di Jorong Gando kenagarian Piobang adalah untuk menjaga kelangsungan budaya tradisi batagak pangulu dan kelestarian adat Minangkabau. Adat yang sudah digariskan oleh Dt.
Universitas Sumatera Utara
168
Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang sebagai nenek moyang orang Minangkabau agar tetap berjalan. Dalam tataran adat Minangkabau batagak pangulu ini termasuk dalam adat yang diadatkan. Adat ini tidak mungkin diubah lagi karena nenek moyang yang menyusun dan berhak mengubahnya sudah tidak ada lagi (Dirajo, 2009:144).
Kalau ada pihak-pihak lain yang mencoba
menghapus atau mengubahnya akan menimbulkan celaka pada orangnya dan kalau adat yang diadatkan dihapus akan menghancurkan adat Minangkabau.
5.5.2 Konteks Sosial Konteks sosial tradisi batagak pangulu di Minangkabau bisa dilihat dari fungsi penghulu itu sendiri dalam masyarakat Minangkabau. Dalam masyarakat Minangkabau penghulu merupakan pemimpin kaum atau suku dan nagari. Sebagai pemimpin penghulu bertanggung jawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum atau suku dan nagarinya. Di samping itu, penghulu juga berkewajiban memelihara harta pusaka yang dimiliki oleh kaumnya dan bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terdapat dalam masyarakat. Dalam hal ini dikatakan sebagai kewajiban penghulu, seperti kata pepatah kusuik manyalasaikan, karuah mampajaniah (kusut menyelesaikan, keruh memperjenih). Karena seorang penghulu (datuk) itu merupakan seorang pemimpin yang
sangat dihormati di dalam kaumnya, ia harus memperlihatkan sikap, tingkah laku, dan perbuatan sebagai seorang pemimpin. Seorang penghulu (datuk) harus memperlihatkan tingkah laku yang baik, dapat melindungi masyarakat kaumnya, memiliki sifat arif dan bijaksana serta harus bisa juga menjaga dan melindungi harta pusaka yang ada dalam kaumnya agar harta pusaka itu tidak habis.
Universitas Sumatera Utara
169
Makna batagak pangulu bagi kaum adalah penghulu yang sudah dikukuhkan merupakan suatu kebanggaan kaum karena dia sudah bisa dibawa sehilir semudik membicarakan masalah-masalah adat dan pembangunan. Kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain seperti kata pepatah duduaknyo alah samo randah, tagaknyo alah samo tinggi (duduknya sudah sama rendah, tegaknya sudah sama tinggi). Di sisi lain penghulu yang sudah dikukuhkan di mata masyarakat mengangkat derajat kaum itu sendiri karena mereka bisa menyelenggarakan upacara tersebut yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Makna batagak pangulu bagi penghulu itu sendiri adalah merupakan suatu kebanggaan karena di mata kaum dia didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting. Di samping itu, di nagari kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain. Dia sudah bisa dibawa sehilir semudik dan membicarakan masalah adat dan pembangunan nagari.
5.5.3 Konteks Situasi Konteks situasi batagak panglu atau malewakan gala di Minangkabau dilaksanakan pada hari kerja. Upacara batagak pangulu dilaksanakan pada hari Senin 10 Februari 2014. Tujuan dilaksanakan pada hari kerja adalah agar para undangan terutama aparat perintah daerah dapat menghadirinya. Dalam acara batagak pangulu tersebut dihadiri oleh aparat pemerintahan seperti staf ahli Gubernur Provinsi Sumatera Barat, Bupati Lima Puluh Kota, aparat muspida Kabupaten Lima Puluh Kota, anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota, Camat Payakumbuh, dan aparat muspika kecamatan. Kemudian tempat
Universitas Sumatera Utara
170
pelaksanaan di balai adat dengan halaman yang cukup luas untuk menampung undangan, niniak mamak, manti, cerdik pandai, bundo kanduang, dan anak nagari.
5.5.4 Konteks Idiologi Konteks idiologi terlihat mendominasi pimpinan adat nagari yang belum membawa
penghulu
yang
belum
dikukuhkan
atau
diresmikan
untuk
membicarakan masalah-masalah anak nagari dan adat. Aturan-aturan adat sudah digariskan oleh oleh nenek moyang orang Minangkabau serta penghulu-penghulu di nagari menyebabkan mereka tidak berdaya menghadapinya. Selama penghulu atau niniak mamak itu belum dikukuhkan mereka akan tetap lemah dan terpingirkan dibalik aturan-aturan adat tersebut. Hal ini tentu merugikan penghulu yang belum dikukuhkan.
Universitas Sumatera Utara
171
BAB VI KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI BATAGAK PANGULU DI MINANGKABAU
Analisis kearifan lokal tradisi batagak pangulu di Minangkabau menggunakan teori lapisan yang dianalogikan juga sebagai teori “bawang merah” (Sibarani, 2015:51-53). Untuk mendapatkan kearifan lokal tradisi batagak pangulu di Minangkabau langkah pertama adalah menganalisis lapisan luar (outer layer). Lapisan ini memperlihatkan makna dan fungsi tradisi batagak pangulu di Minangkabau yang dapat diamati, ditonton, didengar atau dinikmati secara empiris. Setelah lapisan luar dianalisis selanjutnya dianalisis adalah lapisan tengah (middle layer). Lapisan ini memperlihatkan nilai dan norma tradisi batagak pangulu di Minangkabau. Sesudah lapisan luar dan lapisan tengah dianalisis barulah diperoleh lapisan inti (the cor layer) yang merupakan kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau yang menjadi keyakinan, kepercayaan, dan asumsi dasar yang dapat menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapi manusia dalam komunitasnya. Dengan pembedaan ketiga lapisan tersebut akan dapat membedakan makna dan fungsi, norma dan nilai, serta kearifan lokal secara jelas. Berikut bagan 6.3 lapisan pemaknaan tradisi lisan untuk mendapatkan kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
Universitas Sumatera Utara
172
Makna dan Fungsi Tradisi Batagak Pangulu Nilai dan Norma Budaya Tradisi Batagak Pangulu Kearifaan Lokal Batagak Pangulu
Tradisi
Bagan 6.3 Lapisan Pemaknaan Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
6.1 Makna dan Fungsi Tradisi Batagak Pangulu 6.1.1 Makna Tradisi Batagak Pangulu Makna
batagak
pangulu
bagi
masyarakat
Minangkabau
adalah
mengukuhkan atau melegitimasi keberadaan penghulu di Minangkabau. Penghulu yang belum dikukuhkan atau diresmikan yang ditandai dengan penyembelihan kerbau, penghulu tersebut keberadaannya belum diperhitungkan di nagari. Tiap-tiap nagari di Minangkabau bisa saja mempunyai peraturan yang sama dan bisa juga berbeda satu sama yang lain disesuaikan dengan kebutuhan nagari yang bersangkutan. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Nagari Piobang penghulu yang belum dikukuhkan atau diresmikan kalau ada rapat-rapat di balai adat atau di Kerapatan Adat Nagari (KAN) membicarakan masalah adat dan pembangunan nagari, penghulu tersebut belum bisa memberikan pendapat, masukan, dan saran karena kedudukan penghulu tersebut belum sama dengan penghulu-penghulu yang sudah dikukuhkan seperti dikatakan duduaknyo alun
Universitas Sumatera Utara
173
samo randa, tagaknyo alun samo tinggi (duduknya belum sama rendah, tegaknya belum sama tinggi). Di samping itu, ketika ada acara-acara bagatak pangulu cara mengundang dan pakaian yang dipakai juga dibedakan. Begitu juga ketika ada acara adat di rumah gadang tempat duduknya juga dibedakan. Dengan mengukuhkan keberadaan penghulu di Minangkabau juga mewariskan sako (gelar) kepada kemenakan. Gelar ini diwariskan turun-temurun menurut cupak adat dan ketentuan adat. Misalnya, Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang adalah contoh gelar kebesaran. Sako diwariskan kepada kemenakan menurut garis lurus (sapayuang sapatagak)27 bila pemangkunya meninggal dunia. Namun, tetap dalam lingkungan kaum itu. Gelar (sako) dipakai apabila diperoleh kata sepakat kaum. Kesepakatan ini disampaikan kerapatan suku dan Kerapatan Adat Nagari (KAN) untuk dapat diterima sehilir semudik dan ikut serta dalam setiap kegiatan. Setelah memenuhi syarat yang berlaku dalam adat selingkar nagari, gelar (sako) diresmikan dalam upacara batagak pangulu. Selain itu dengan adanya pengukuhan penghulu ini juga merupakan suatu kebanggaan kaum karena dia sudah bisa dibawa sehilir semudik membicarakan masalah-masalah adat dan pembangunan. Kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain seperti kata pepatah duduaknyo alah samo randah, tagaknyo alah samo tinggi (duduknya sudah sama rendah, tegaknya sudah sama tinggi). Di sisi lain penghulu yang sudah dikukuhkan di mata masyarakat mengangkat derajat kaum itu sendiri karena mereka bisa menyelenggarakan 27
Sapayuang sapatagak artinya gelar (sako) diwariskan menurut garis keturunan ibu (matrilineal).
Universitas Sumatera Utara
174
upacara tersebut yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Sedangkan bagi penghulu itu sendiri adalah merupakan suatu kebanggaan karena di mata kaum dia didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting. Di samping itu, di nagari kedudukannya sudah sama dengan penghulu-penghulu yang lain. Dia sudah bisa dibawa sehilir semudik dan membicarakan masalah adat dan pembangunan yang menyangkut anak nagari. Hal yang tidak kalah pentingnya dari pengukuhan penghulu ini adalah menjaga kelangsungan atau kelestarian adat itu sendiri. Adat sudah digariskan oleh nenek moyang orang Minangkabau Dt. Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang akan terus hidup di Minagkabau.
6.1.2 Fungsi Tradisi Batagak Pangulu Setelah dilakukan kajian terhadap tradisi batagak pangulu di Minangkabau ditemukan fungsinya sebagai berikut. Pertama, sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga adat Minangkabau. Fungsi ini dapat dilihat dari: (1) Pengukuhan gelar kebesaran dan kedudukan penghulu dalam masyarakat Minangkabau. Hal ini ditandai dengan penyembelihan seekor kerbau yang menandakan kebesaran seorang penghulu seperti dikatakan adat sudah diisi lembaga sudah dituang. Batagak pangulu pada dasarnya adalah mengesahkan kedudukan penghulu di masyarakat. Dengan demikian, adat yang sudah digariskan oleh kedua nenek moyang orang Minangkabau, yaitu Dt. Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang tetap dilanjutkan atau dilestarikan di tengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
175
(2) Pengukuhan sako (gelar) jatuh kepada kemenakan. Dalam sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau sako (gelar) penghulu jatuh kepada kemenakan. Apabila seorang penghulu meninggal dunia gelar penghulunya (datuk) dilekatkan kepada kemenakan seperti pantun berikut ini. Birik-birik turun ke semak Tiba di semak ke halaman Dari ninik turun ke mamak Dari mamak turun ke kemanakan atau Birik-birik terbang ke sasak Dari sasak ke halaman Dari ninik turun ke mamak Dari mamak turun ke kemenakan Pantun di atas terdapat dalam teks pidato adat dan teks pasambahan pengukuhan penghulu. Kedua, sebagai pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi anggota kaummnya. Fungsi terlihat ketika seorang penghulu sudah dikukuhkan anggota kaum harus patuh kepada penghulunya. Dalam pepatah adat dikatakan kamanakan saparintah mamak28, mamak saparintah pangulu (kemenakan seperintah mamak, mamak seperintah penghulu). Ketiga, sebagai sistem proyeksi, penceriminan angan-angan suatu kelompok masyarakat Minangkabau. Fungsi ini terlihat pada: (1) Penyatuan pandangan orang Minangkabau terhadap asal-usul, adat, dan negeri Minangkabau karena hal ini bisa terlihat pada bagian pendahuluan teks pidato adat yang diambil dari isi Tambo Minangkabau. Hal ini dimaksudkan untuk 28
Mamak saudara ibu yang laki-laki
Universitas Sumatera Utara
176
mempersatukan masyarakat dalam satu kesatuan. Mereka merasa bersatu karena seketurunan, seadat, dan senegeri (lihat juga Djamaris, 1991:74-75). (2) Keinginan anak laki-laki menjadi penghulu seperti yang sudah digariskan oleh Dt. Katumanggungan dan Dt. Perpatih Nan Sabatang. Namun, tidak semua anak laki-laki itu bisa menjadi penghulu karena yang menjadi penghulu adalah anak laki-laki yang mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan anak laki-laki yang lain. Kelebihan tersebut adalah sebelum dia diangkat dan memegang jabatan penghulu dia sudah besar dan tinggi pula di dalam kaumnya. Karena kelebihannya itu pilihan jatuh kepada dia atau dikatakan juga tingginyo manyintak rueh (tingginya menyentak ruas). Keempat, sebagai alat pendidikan karena dalam tradisi batagak pangulu terdapat nilai dan norma. Nilai dan norma itu tidak lain adalah nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi tersebut. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut, antara lain: (1) gotong royong, (2) musyawarah dan mufakat, (3) kerukunan dan penyelesaian konflik, (4) kebenaran dan keadilan, (5) kesopansantunan, (6) komitmen, (7) keharmonisan, (8) pengelolaan gender, dan (9) kesetiakawanan sosial. Kelima, sebagai suatu kebanggaan di masyarakat karena seseorang yang bergelar penghulu (datuk) adalah orang gadang yang selalu disegani dan dihormati. Begitu juga dengan kaum atau suku akan menjadi terpandang dan tehormat di tengah-tengah masyarakat. Fungsi kelima ini merupakan fungsi tambahan dari empat fungsi folklor (tradisi lisan) yang sudah dikemukakan oleh William R. Bascom.
Universitas Sumatera Utara
177
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat bagan makna dan fungsi tradisi batagak pangulu di Minangkau sebagai berikut. Makna dan Fungsi Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
Makna Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
Mengukuhkan atau melegitimasi keberadaan penghulu di Minangkabau
Fungsi Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
1. Sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga adat Minangkabau 2. Sebagai pemaksa dan pengawas agar normanorma masyarakat selalu dipatuhi anggota kaum. 3. Sebagai sistem proyeksi, penceriminan angan-angan suatu kelompok masyarakat Minangkabau. 4. Sebagai alat pendidikan anak. 5. Sebagai suatu kebanggaan di masyarakat.
Bagan 6.4 Makna dan Fungsi Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
6.2 Nilai dan Norma Tradisi Batagak Pangulu Theodorson (dalam Pelly, 1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Nilai merupakan suatu bentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia sebagai penentu dan acuan dalam melakukan suatu tindakan. Dengan adanya nilai seseorang dapat menentukan bagaimana ia harus bertingkah laku agar tingkah lakunya tersebut tidak menyimpang dari norma yang berlaku karena di dalam nilai terdapat norma-norma yang dijadikan suatu
Universitas Sumatera Utara
178
batasan tingkah laku seseorang. Seuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memilki sifat sebagai berikut: (a) menyenangkan (peasent), (b) berguna (useful, (c) memuaskan (satisfying), (d) menguntungkan (profitable), (e) menarik (interesting), (f) keyakinan (Herimanto dan Winarno, 2011:126-127). Daroeso (dalam Suelaiman, 2015) menyatakan nilai mempunyai ciri-ciri, yaitu: Pertama, suatu realitas yang abstrak (tidak dapat ditangkap melalui panca indra, tetapi ada). Nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misalnya, manusia mengakui adanya keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah abstrak (tidak dapat diindra). Yang dapat diindra adalah objek yang memiliki nilai keindahan itu. Misalnya, lukisan atau pemandangan. Kedua, normatif yang seharusnya, ideal, sebaiknya, dan diinginkan. Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan (das solen) oleh manusia. Nilai merupakan sesuatu yang baik dicita-citakan oleh manusia. Contohnya, semua manusia mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah alternatif. Ketiga, berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator). Nilai menjadikan manusia terdrong untuk melakukan tindakan agar harapan yang terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia seagai mendorong manusia berbuat. Misalnya, mahasiswa berharap akan kepandaian lalu mahasiswa melakukan berbagai kegiatan agar pandai. Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau didorong oleh nilai. Dilihat dari segi filsafat, nilai dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu: Pertama, nilai logika yaitu nilai mengenai benar atau salahnya tindakan
Universitas Sumatera Utara
179
atau kejadian. Dalam hal ini nilai logika berkaitan dengan tindakan atau kejadian yang dilakukan oleh seseorang. Kedua, nilai etika yaitu nilai tentang baik dan buruk (jahat) yang berkaitan dengan perilaku manusia. Jadi, kalau dikatakan etika orang itu buruk, bukan berarti wajahnya buruk, tetapi menunjuk perilaku orang itu buruk. Nilai etika adalah nilai moral. Jadi, moral yang dimaksudkan disini adalah nilai moral sebagai bagian dari nilai. Ketiga, nilai estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan, penampilan fisik, bukan nilai etik. Nilai estetika berkaitan dengan penampilan, sedangkan nilai etik atau buruk moral berkaitan dengan perilaku manusia. Bentuk nyata dari nilai-nilai di dalam masyarakat yang berbudaya disebut dengan norma (www.artikelsiana.com). Jadi, norma dapat diartikan nilai-nilai sosial di dalam masyarakat yang berbudaya yang memiliki aturan-aturan dan kaidah-kaidah baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Norma-norma ini mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Di dalam norma terkandung aturan-aturan dan petunjuk kehidupan mengenai benar dan salah, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, yang harus ditaati oleh warga masyarakat. Jika norma itu dilanggar, si pelanggar akan terkena sanksi. Norma memiliki kekuatan yang mengingat dan memaksa pihak lain untuk mematuhi aturan yang berlaku. Jadi, secara sederhana pengertian norma adalah aturan yang mengandung sanksi. Terbentuknya norma didasari oleh kebutuhan demi terciptanya hubungan yang harmonis, selaras, dan serasi di antara warga masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
180
Norma-norma
yang
ada
di
masyarakat
yang
dikutip
dari
www.artikelsiana.com dapat berupa:
Pertama, norma agama. Norma agama merupakan peraturan atau petunjuk hidup yang berisi perintah-perintah, larangan-larangan, dan anjuran-ajuran yang berasal dari Tuhan. Norma agama bersumber dari Tuhan yang dimuat dalam kitab suci agama tertentu. Dalam norma agama diwajibkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya untuk mencapai kebahagian baik yang ada di dunia maupun di akhirat nanti. Apabila melanggar norma agama akan diberi sanksi dan hukuman oleh Tuhan baik di dunia maupun di akhirat. Sanksi dan hukuman yang diterima oleh manusia di dunia dapat berupa depresi, goncangan jiwa, dan perang batin hati nurani sedangkan sanksi dan hukuman di akhirat adalah berupa siksaan yang tiada taranya apabila selama di dunia banyak berbuat dosa. Norma agama yang merupakan petunjuk dari Tuhan mempunyai ciri-ciri (1) bersumber dari Tuhan, (2) bersifat universal atau abadi, (3) dilaksanakan akan mendapat pahala dan jika dilanggar mendapat dosa, dan (4) bersifat luas dan berlaku untuk seluruh umat. Dalam praktiknya bentuk norma agama yang dilakukan manusia dapat berupa (1) rajin bersembahyang, (2) membaca kitab suci, (3) mendoakan orang lain, (4) tidak berbohong, (5) tidak mencuri, dan (5) berbakti kepada orang tua. Kedua, norma kesopanan. Norma kesopanan merupakan peraturan sosial yang mengarah ke hal-hal berkenaan dengan cara seseorang bertingkah laku
Universitas Sumatera Utara
181
wajar dalam kehidupan bermasyarakat atau norma kesopanan juga dapat berarti norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri dalam mengatur pergaulan sehingga setiap anggota masyarakat saling hormat-menghormati. Akibat pelanggaran norma kesopanan adalah mendapatkan celaan, kritik, dan pengucilan dari masyarakat. Norma kesopanan atau sopan-santun sangat penting untuk diterapkan dalam bermasyarakat karena norma ini sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Norma
kesopanan
merupakan
tuntutan
dalam
hidup
bersama
dalam
bermasyarakat dan norma ini harus dipenuhi supaya diterima secara sosial. Karena norma kesopanan berkaitan dengan masyarakat, norma kesopanan mempunyai ciri-ciri (1) bersumber dari pergaulan, (2) bersifat lokal atau kedaerahan, dan (3) sanksi berupa hinaan dari masyarakat. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan disebut dengan sopan- santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan hanya berlaku khusus dan di tempat tertentu yang berlaku bagi golongan masyarakat tertentu. Contoh norma kesopanan adalah (1) tidak meludah di sembarang tempat, (2) memberi atau menerima makanan dengan tangan kanan, (3) tidak berbicara saat makan, (3) menghormati orang yang lebih tua, (4) memakai kata-kata yang sopan dan bertingkah laku yang baik, (5) memakai pakaian yang sopan dan sesuai dengan tempatnya, dan (6) membuang sampah pada tempatnya, dan (7) tidak berkatakata kotor, kasar, dan takabur.
Universitas Sumatera Utara
182
Ketiga, norma kesusilaan. Norma kesusilaan merupakan peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan perilaku atau akhlak sehingga seseorang dapat membedakan sesuatu yang dianggap baik dan sesuatu yang dianggap buruk. Norma kesusilaan termasuk dalam norma yang tidak tertulis, tetapi dilakukan karena berdasarkan hati nurani. Norma kesusilaan ini merupakan norma yang paling tua karena lahir bersamaan dengan kelahiran manusia atau keberadaan manusia, sejak manusia pertama (Adam). Norma ini terdapat dalam jiwa setiap manusia tanpa mengenal batas wilayah, bangsa, dan masyarakat. Barang siapa yang melanggar norma ini berarti dianggap sebagai orang yang asusila atau tidak bermoral. Oleh sebab itu, norma kesusilaan disebut juga norma moral karena bersumber dari kesusilaan yang juga moral manusia. Karena norma kesusilaan bersumber dari kesusilaan, norma kesusilaan mempunyai ciri-ciri (1) bersumber dari hati nurani, (2) bersifatl lokal atau terpelihara dari masyarakat, dan (3) sanksi berupa rasa malu. Wujud norma kesusilaan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari dapat berupa (1) bertindak dan berprilaku jujur, (2) meminta maaf bila melakukan kesalahan, (3) berpakaian sesuai dengan situasi, (4) berbicara hal-hal yang baik, (5) menghormati orang yang lebih tua dan menghargai yang muda, (6) tidak boleh mengambil hak orang lain (7) tidak boleh berzinah, (8) tidak boleh memfitnah orang lain, (9) tidak boleh menipu atau berbuat curang, dan (10) tidak boleh menghina orang lain. Sanksi norma kesusilaan bersifat individual. Bentuk pelanggaran kesusilaan merupakan pengingkaran terhadap hati nurani karena setiap orang
Universitas Sumatera Utara
183
dianggap mempunyai bisikan hati yang mengarah kepada kebenaran yang merupakan dasar norma kesusilaan. Sanksi atas pelanggaran norma ini muncul dalam bentuk pengucilan secara fisik seperti dipenjara dan diusir atau batin seperti (penyesalan, rasa malu, dan kegelisahan). Keempat, norma kebiasaan. Norma kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus dengan bentuk yang sama seacara sadar dengan tujuan yang jelas dan dianggap baik dan benar. Norma kebiasaan ini keberadaannya dalam masyarakat dapat diterima sebagai bentuk aturan yang mengikat walaupun tidak ditetapkan pemerintah seperti upacara adat, syukuran kelahiran bayi, menghormati yang lebih tua, berprilaku sopan-santun, dan berpakaian rapi waktu pesta. Kebiasaan sering disamakan dengan adat istiadat. Karena norma kebiasaan ini keberadaannya dalam masyarakat dapat diterima sebagai bentuk aturan yang mengikat, norma kebiasaan ini mempunyai ciri-ciri: (1) dilakukan secara terus-menerus atau berulang-ulang, (2) bersifat adat-istiadat, (3) dilakukan secara sadar dan tujuan yang jelas, dan (4) mengikat walaupun tidak ditetapkan pemerintah. Kelima, norma hukum. Norma hukum adalah aturan yang dibuat oleh negara atau alat-alat perlengkapan negara dan berlakunya dapat dipaksakan oleh alat-alat kekuasaan negara seperti polisi, jaksa, dan hakim. Norma hukum dapat juga diartikan sebagai aturan-aturan hidup yang dibuat oleh negara ataupun lembaga adat tertentu. Dengan kata lain, norma hukum ialah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang
Universitas Sumatera Utara
184
Norma hukum sifatnya memaksa dan mengikat. Aturan-aturan yang terdapat dalam norma hukum mengikat setiap masyarakat atau orang. Memaksa berarti aturan-aturan hukum harus dipatuhi oleh siapa pun, sedangkan kata mengikat berarti berlaku untuk semua anggota masyarakat atau setiap orang. Apabila terjadi pelanggaran dapat dikenakan sanksi berupa hukuman penjara atau denda. Norma hukum yang dimaksud dalam penelitian ini tentu berbeda dengan norma hukum yang dibuat oleh negara atau hukum positif yang berlaku saat ini. Norma hukum yang dimaksud adalah hukum adat. Hukum adat adalah aturan kebiasaan. Hukum adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem dan memiliki sanksi riil yang sangat kuat. Dalam
perkembangannya,
menurut
Musa
(2015)
hukum
adat
mengandung dua arti, yaitu: Pertama, hukum kebiasaan yang bersifat tradisional disebut juga hukum adat, yaitu hukum yang dipertahankan dan berlaku di lingkungan masyarakat hukum adat tertentu. Misalnya, hukum adat Batak, hukum adat Minangkabau, hukum adat Jawa, dan hukum adat Toraja. Kedua, hukum kebiasaan, yaitu hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, dalam hubungan pergaulan antara yang satu dan yang lain, dalam lembaga-lembaga
masyarakat
dan
dalam
lembaga-lembaga
kenegaraan,
kesemuanya yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan.
Universitas Sumatera Utara
185
Ciri-ciri hukum adat adalah (1) tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi, (2) tidak tersusun secara sistematis, (3) tidak dihimpun dalam bentuk kitab perundangan, (4) tidak tertatur, (5) keputusannya tidak memakai konsideran (pertimbangan), dan (6) pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan. Norma dapat dijadikan sebagai suatu pedoman orientasi kehidupan warga masyarakat dalam proses sosialisasi yaitu suatu proses seseorang individu dalam masyarakat belajar berbagai hal yang dibutuhkan dalam hidupnya. Norma yang telah dipelajari setiap warga masyarakat dalam proses sosialiasasi menentukan bagaimana tingkah laku dari individu pendukung nilai tersebut. Misalnya, seorang anak harus hormat kepada orang yang lebih tua khususnya kepada orang tua dan guru. Norma yang terkandung di dalamnya adalah norma kesopanan. Apabila ada seorang anak yang melanggar norma tersebut atau tidak menganut norma kesopanan yang diharapkan dia akan mendapatkan sanksi sosial. Di samping norma dijadikan sebagai suatu pedoman orientasi kehidupan warga masyarakat dalam proses sosialisasi, norma juga dapat dijadikan sebagai: (1) memberikan batasan yang berupa perintah ataupun larangan dalam bertindak dan berperilaku, (2) memaksa individu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dan menyerap nilai-nilai yang diharapkan, (3) menjaga kebersamaan dan solidaritas antara anggota masyarakat, (4) menjaga ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat, dan (5) menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
186
Dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau juga terdapat nilai dan norma. Nilai yang ditemukan berupa nilai logika, etika, dan estetika sedangkan norma yang ditemukan adalah norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Berikut bagan 6.5 yang menggambarkan nilai dan norma yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
Nilai dan Norma Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
Nilai Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
1. Nilai Logika (Benar/Salah) 2. Nilai Etika 3. Nilai Estetika
Norma Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
1. 2. 3. 4. 5.
Norma Agama Norma Kesopanan Norma Kesusilaan Norma Kebiasaan Norma Hukum Adat
Bagan 6.5 Nilai dan Norma Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
6.2.1 Nilai Tradisi Batagak Pangulu Berikut adalah nilai yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau. 6.2.1.1 Nilai Logika Nilai logika berhubungan dengan benar atau salahnya tindakan yang dilakukan oleh seorang penghulu. Seorang penghulu di Minagkabau dalam bertindak dan bertutur selalu dituntut berkata benar karena dia adalah seorang
Universitas Sumatera Utara
187
pemimpin. Dia harus berjalan di jalan yang lurus dan berkata dikata yang benar, di muka jadi teladan di samping jadi pambimbing, dan di belakang menjadi pendorong ke arah yang elok. Seorang penghulu tidak boleh bersifat pendusta atau pembohong. Kalau seorang penghulu tidak lagi berkata benar hancurlah anak dan kemenakan, kemakmuran akan menjauh, serta kebenaran dan keadilan sukar ditegakkan. Karena itu, seorang penghulu hendaklah bersifat benar dan memperjuangkan kebenaran.
6.2.1.2 Nilai Etika Nilai etika berkaitan dengan baik dan buruk perilaku manusia. Nilai etika adalah nilai moral. Jadi, moral yang dimaksudkan disini adalah nilai moral sebagai bagian dari nilai. Nilai etika yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau adalah
kesopansantunan,
rendah
hati,
dan
tidak
sombong.
Nilai
kesopanansantunan ini terlihat ketika penyampai pidato adat batagak pangulu mengawalinya dan menutupnya dengan pengucapan salam secara agama Islam kepada hadirin sesuai dengan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Lalu dilanjutkan dengan permintaan ampun penyampai pidato adat kepada Tuhan sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut ada yang salah. Penyampai pidato adat menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan dan mempunyai ilmu yang sedikit bila dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki Tuhan.
Universitas Sumatera Utara
188
Nilai kesusilaan berkaitan dengan moral sorang penghulu. Penghulu di Minangkabau harus mempunyai moral yang baik karena dia sebagai pemimpin anak dan kemenakan. Dia sebagai contoh teladan anak dan kemenakan. Segala ucapan dan tindakan penghulu akan diikuti oleh anak dan kemenakan. Karena itu, seorang penghulu tidak boleh berbuat maksiat seperti mencuri, menipu, mabukmabukan, dan berzina. Perangai penghulu yang seperti ini sudah merusak martabat dan kebesaran penghulu itu sendiri serta kaum. Bagi kaum yang arif akan segera mengganti penghulunya dengan penghulu yang baru.
6.2.1.3 Nilai Estetika Nilai estetika berbeda dengan nilai etika. Nilai estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan suatu objek sedangkan nilai etika berkaitan dengan perilaku manusia. Nilai estetika dapat diindra adalah objek yang memiliki nilai keindahan itu seperti lukisan, dekorasi, pakaian, dan pemandangan. Dalam tradisi batagak panglu di Minangkabau ini nilai estetika ini juga ditemukan. Misalnya, nilai estetika ini terlihat pada pakaian penghulu dan bundo kanduang, dekorasi panggung dan balai adat tempat upacara batagak pangulu dilaksanakan, dan hiasan-hiasan yang terdapat di gerbang pintu desa dan kampung rumah penghulu yang dilewakan.
6.2.2 Norma Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau Berikut adalah norma yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau.
Universitas Sumatera Utara
189
6.2.2.1 Norma Agama Norma agama dalam batagak pangulu sudah mulai terlihat ketika protokol membuka dan menutup upacara batagak pangulu dengan mengucapkan salam secara agama Islam kepada hadirin. Ucapan salam ini tidak hanya dilakukan oleh protokol, tetapi juga oleh dilakukan oleh para penghulu yang terlibat dalam meresmikan gelar penghulu tersebut, panitia acara, dan para undangan seperti staf ahli Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota ketika memberi kata sambutan. Norma agama ini juga terlihat pada pembaca wahyu ilahi oleh Ismet dan saritilawah oleh Ibu Mulia serta doa oleh Ustad Hendri. Kemudian penyampai pidato adat mengucapkan alhamdulillah setelah pengukuhan penghulu selesai. Ucapan alhamdulillah berarti segala puji bagi Allah. Ucapan ini untuk menyatakan rasa syukur karena telah selesai meresmikan gelar penghulu.
6.2.2.2 Norma Kesopanan Norma kesopanansantunan ini terlihat ketika penyampai pidato adat batagak pangulu memulainya dengan permintaan maaf kepada niniak mamak, alim ulama, cerdik pandai, dan bundo kanduang sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut tidak sesuai dengan digariskan oleh adat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai manusia juga tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Nilai yang bisa diambil dari sikap seperti ini adalah kesopansantunan, rendah hati, dan tidak sombong seperti dikatakan dalam pribahasa contohlah ilmu padi semakin lama semakin merunduk. Artinya, manusia semakin berilmu semakin rendah hati
Universitas Sumatera Utara
190
bukan sebaliknya bukan menjadi sombong. Nilai inilah yang perlu diwariskan kepada generasi berikutnya supaya berbudi dan bermatabat.
6.2.2.3 Norma Kesusilaan Norma kesusilaan dalam tradisi batagak pangulu berkaitan dengan moral sorang penghulu. Penghulu di Minangkabau harus mempunyai moral yang baik karena dia sebagai pemimpin anak dan kemenakan. Dia sebagai contoh teladan anak dan kemenakan. Segala ucapan dan tindakan penghulu akan diikuti oleh anak dan kemenakan. Karena itu, seorang penghulu tidak boleh berbuat maksiat seperti mencuri, menipu, mabuk-mabukan, dan berzina. Perangai penghulu yang seperti ini sudah merusak martabat dan kebesaran penghulu itu sendiri serta kaum. Bagi kaum yang arif akan segera mengganti penghulunya dengan penghulu yang baru.
6.2.2.4 Norma Kebiasaan Norma kebiasaan terlihat adanya musyawarah dan mufakat untuk menetapkan sesuatu. Ketika kaum menetapkan siapa pengganti penghulu lama yang meninggal dilakukan dengan musyawarah. Kaum dengan musyawarah dan mufakat akan menunjuk salah seorang anggota kaum laki-laki sebagai penggantinya. Kebiasaan musyawarah ini juga terlihat ketika gelar penghulu tersebut dikukuhkan. Segala sesuatu yang dilakukan dan diputuskan selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu. Juru sambah yang akan tampil ditentukan terlebih dahulu melalui musyawarah. Demikian pula jawaban yang akan disampaikan oleh juru sambah dimusyawarahkan terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
191
Selain musyawarah dan mufakat, norma kebiasaan lain yang ditemukan dalam tradisi batagak pangulu adalah gotong royong. Acara batagak pangulu bisa terlaksana karena semua anggota kaum saling bekerja sama dan bergotong royong untuk melaksanakannya. Kalau tidak ada musyawarah dan mufakat serta kerjasama dan gotong royong di antara anggota kaum, upacara batagak pangulu tidak akan terlaksana. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya musyawarah untuk mendapatkan kata mufakat menetapkan calon penghulu pengganti penghulu yang lama sehingga tidak terjadi konflik di antara anggota kaum. Begitu pula dengan gotong royong, acara batagak pangulu dapat terlaksana berkat kerja sama di antara anggota kaum.
6.2.2.5 Norma Hukum Adat Norma hukum adat ini terlihat ketika seorang penghulu yang sudah dikukuhkan dia harus bersikap dan bertindak sesuai adat yang sudah digariskan oleh nenek moyang orang Minangkabau. Begitu juga dengan anggota kaum harus patuh kepada penghulunya. Dalam pepatah adat dikatakan kamanakan saparintah mamak, mamak saparintah pangulu (kemenakan seperintah mamak, mamak seperintah penghulu).
6.3 Kearifan Lokal dalam Tradisi Batagak Pangulu Setelah diuraikan makna dan fungsi serta nilai dan norma, langkah selanjutnya menemukan kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau. Berdasarkan analisis makna dan fungsi serta nilai dan norma
Universitas Sumatera Utara
192
ditemukan kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau seperti terdapat pada bagan 6.6 di bawah ini.
Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
Makna dan Fungsi Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
Norma dan Nilai Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
Kearifan Lokal Tradisi Batagak Pangulu: 1.
Gotong royong : 5. Komitmen
2. 3. penyelesaian konflik 4.
Musyawarah dan mufakat : 6. Keharmonisan Kerukunan dan : 7. Pengelolaan gender Kebenaran dan keadilan :
Kesetiakawanan sosialTradisi Batagak Pangulu di Minangkabau Bagan8.6.6 Kearifan Lokal 5. Kesopansantunan
6.3.1 Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Tradisi Batagak Pangulu Berikut adalah uraian bentuk-bentuk kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau. 6.3.1.1 Gotong Royong Kearifal lokal gotong royong terlihat ketika suatu kaum melaksanakan pengukuhan gelar kebesaran penghulu. Biaya yang bibutuhkan bisa mencapai 100 juta rupiah bahkan lebih tergantung pada besarnya acara yang dilakukan oleh kaum. Biaya perhelatan yang sangat besar tersebut tidak semua penghulu dapat
Universitas Sumatera Utara
193
melaksanakannya. Biaya yang sangat besar ini dapat diatasi dengan cara mengukuhkan gelar penghulu secara bersama-sama. Kemudian kalau ada satu kaum atau suku meresmikan gelar penghulunya secara sendiri semua anggota kaum atau suku bersama-sama menanggulanginya. Bantuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Misalnya, kalau ada anggota kaum yang kaya bantuan yang diberikan dapat berupa uang, kalau ada anggota kaum yang cerdik pandai bantuan yang diberikan dapat dalam berupa pemikiran, kalau ada anggota kaum yang punya beras dan kelapa bantuan yang diberikan dapat berupa beras dan kelapa, serta kalau ada anggota kaum yang hanya punya tenaga bantuan yang diberikan berupa tenaganya seperti mencari kayu bakar, mengangkat air, dan memasak. Berdasarkan uraian di atas terlihat adanya kebersamaan untuk mengatasi biaya yang besar untuk melaksanakan batagak pangulu tersebut. Biaya yang sangat besar bisa diatasi asalkan ditanggulangi secara bersama-sama sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal ini memberikan masukan kepada masyarakat sekarang ini untuk bisa saling bekerjasama sehingga masalahmasalah yang muncul bisa diatasi secara bersama-sama.
6.3.1.2 Musyawarah dan Mufakat Musyawarah dan mufakat ini terlihat ketika kaum menetapkan siapa calon pengganti ketika penghulu yang lama meninggal. Kaum dengan musyawarah dan mufakat akan menunjuk salah seorang anggota kaum laki-laki sebagai penggantinya. Kalau tidak ada kesepakatan kaum gelar penghulu tidak bisa dilekatkan sehingga untuk sementara waktu gelar penghulu tersebut dilipat.
Universitas Sumatera Utara
194
Musyawarah ini juga terlihat ketika gelar penghulu tersebut dikukuhkan. Segala sesuatu yang dilakukan dan diputuskan selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu. Juru sambah yang akan tampil ditentukan terlebih dahulu melalui musyawarah. Demikian pula jawaban yang akan disampaikan oleh juru sambah dimusyawarahkan terlebih dahulu.
6.3.1.3 Kerukunan dan Penyelesaian Konflik Penghulu di Minangkabau berfungsi untuk menjaga kerukunan dan penyelesaian konflik yang timbul di antara kemenakan. Hal ini terlihat ketika sambutan yang diberikan oleh Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Lima Puluh Kota. Dalam sambutanya Gubernur Sumatera Barat yang diwakili oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan penghulu yang menjadi suluh dendang dalam nagari dan sebagai panutan masyarakat kok kusuik nan kamanyalasaikan kok karuah nan kamajannihkan (jika kusut yang menyelesaikan jika keruh yang menjernihkan). Hal ini juga dipertegas oleh Buapati Lima Puluh Kota sekaligus Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) yang menyatakan tidak semua masalah kriminal diselesaikan dengan hukum positf. Ninik mamak harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak dan kemenakan. Kalau ada permasalahan yang muncul langsung diselesaikan jangan sampai masalah itu menjadi besar. Ketika terjadi perselihan antarkemenakan dalam satu kaum atau dengan kaum lain, penghulu sebagai pemimpin kaum berusaha untuk meredam dan menyelesaikan konflik tersebut secara damai. Konflik ini timbul karena harta pusaka, perkelahian, pertengkaran suami istri, dan sebagainya. Konflik yang
Universitas Sumatera Utara
195
timbul tidak langsung ditangani oleh polisi sebagai penegak hukum formal, tetapi terlebih dahulu diselesaikan oleh penghulu sebagai pemimpin kaum atau suku tersebut. Apabila konflik ini tidak dapat diselesaikan barulah diserahkan kepada aparat penegak hukum. Dalam hal ini keberadaan penghulu perlu diberdayakan kembali dalam menyelesaikan konflik di antara kemenakan. Untuk memberdayakan kembali peran penghulu dalam menyelesaikan silang sengketa atau konflik dalam kaum atau suku dan antarkaum atau suku, menurut Isman (2015:94-96) usaha yang bisa dilakukan adalah: a. Kalau ada anggota kaum atau suku yang melapor ke polisi sebagai penegak hukum formal karena terjadi konflik di antara mereka, polisi tidak langsung memproses perkara tersebut. Polisi terlebih dahulu memanggil penghulu atau niniak mamak kaum atau suku tersebut dan menyerahkan perkara tersebut kepada penghulu atau niniak mamak tersebut untuk diselesaikan. b. Penghulu dibekali dengan ilmu adat dan diberi pemahaman bahwa dia adalah sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin salah satu fungsinya adalah menyelesaikan konflik yang terjadi dalam kaum atau sukunya. Untuk itu, dia dituntut menyelesaikan konflik tersebut secara arif dan bijaksana seperti kata pepatah menarik rambut dalam tepung.
Rambutnya tidak putus dan
tepungnya tidak berserak. c. Penghulu selalu dituntut untuk berkata benar dan menghukum secara adil. Sebagai seorang pemimpin segala perkataan dan perbuatan penghulu dituntut selalu benar. Begitu pula dalam hal menghukum suatu perkara dia juga
Universitas Sumatera Utara
196
dituntut untuk menjatuhkan hukum secara adil. Itulah sebenarnya jati diri seorang penghulu. Ketika seorang penghulu tidak lagi berkata benar dan menghukum secara adil, kewibawaan penghulu sebagai pemimpin akan jatuh di hadapan kaumnya. Bahkan, suatu kaum atau suku akan mengganti penghulu tersebut apabila kesalahan yang dilakukan terlalu besar. Apabila panghulu bisa berkata dengan benar dan menhukum secara adil fungsi pangulu sebagai penyelesai konflik akan didengar dan diterima oleh kaum atau sukunya. Sebaliknya, kalau penghulu tidak lagi berkata benar dan menghukum secara adil semua perkataan dia tidak lagi didengar dan diterima oleh kaum atau sukunya. d. Adanya komunikasi yang baik dan lancar antara penghulu dan anggota kaum atau sukunya. Komunikasi yang lancar dan berjalan terus-menerus antara penghulu dan anggota kaumnya juga memperkokoh kedudukan penghulu di mata kaumnya. Penghulu harus mengenal semua anggotanya. Adanya anggota kaum yang melaporkan masalah yang dihadapi kepada polisi karena kurangnya komunikasi dengan penghulunya. Dengan adanya komunikasi yang baik dan lancar tersebut fungsi penghulu sebagai penyelesai konflik dapat dimanfaatkan secara maksimal. e. Kesejahteraan penghulu perlu juga diperhatikan. Kurangnya peran penghulu dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum atau sukunya selama ini juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Penghulu sekarang ini sibuk dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya sehingga perhatian terhadap anggota kaumnya berkurang. Agar
Universitas Sumatera Utara
197
perhatian penghulu fokus kepada kaum atau sukunya, kaum atau suku perlu juga memperhatikan ekonomi penghulunya. 6.3.1.4 Kebenaran dan Keadilan Penghulu di Minangkabau selalu dituntut berkata benar dan menghukum secara adil. Benar atau sidik adalah salah satu dari sifat Nabi Muhammad Saw. Sifat inilah juga yang harus dimiliki oleh seorang penghulu atau datuk di Minangkabau. Seorang penghulu tidak boleh bersifat pendusta atau pembohong. Kalau seorang penghulu tidak lagi berkata benar hancurlah anak dan kemenakan, kemakmuran akan menjauh, serta kebenaran dan keadilan sukar ditegakkan. Karena itu, seorang penghulu hendaklah bersifat benar dan memperjuangkan kebenaran seperti yang dikatakan pepatah:
Bajalan luruih bakato bana Jalan luruih alua tarantang Luruihnyo manahan liliak Balabeh manahan cubo Basilang tombak dalam parang Baribu batu panarungan Pariek tarantang manghalangi Tatagak paga nan kokoh Badindiang sampai kalangik Namun nan bana dianjak tidak
berjalan lurus berkata benar jalan lurus alur terentang lurusnya menahan lilit belebas menahan coba bersilang tombak dalam perang beribu batu penerungan parit terentang menghalangi tertegak pagar yang kokoh berdinding sampai ke langit namun yang benar dianjak tidak
Hal ini juga diperkuat oleh Gubernur Sumatera Barat. Dalam sambutanya dibacakan oleh staf ahli Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. menyatakan penghulu bajalan dinan luruih bakato dinan bana di muko jadi tauladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong kanan elok (berjalan yang luruih berkata yang benar di muka jadi teladan di samping jadi pambimbing di belakang menjadi pendorong ke yang elok). Kemudian sifat berkata benar ini juga
Universitas Sumatera Utara
198
dikuatkan dalam satu hadis yang dinyatakan katakanlah yang benar itu walau pahit sekalipun. Begitu juga dalam menjatuhkan hukuman dalam satu perkara kalau ada perselisihan di antara kemenakan penghulu bertindak sebagai hakim yang adil. Kalau ada terjadi perselihan antarkemenakan, dia akan menyelesaikan konflik tersebut secara adil. Penghulu tidak boleh berat sebelah. Ketika dia bertindak tidak adil, jatuhlah wibawanya dia di hadapan kemenakan. Penghulu yang bersifat seperti ini diibaratkan sebagai pangulu balah batuang (penghulu belah bambu), yaitu penghulu yang sikapnya seperti orang membelah bambu yang sebelah ditekan dan sebelah ditarik. Di samping sifat sidik, sifat nabi yang lain melekat dalam diri penghulu adalah amanah, fatanah, dan tabligh. Seorang penghulu adalah orang yang amanah atau orang yang dipercaya. Hal ini menghendaki dalam diri penghulu selalu dituntut untuk jujur. Apa yang dikatakan itulah yang diperbuat, antara kata dan perbuatan harus sesuai. Kemudian seorang penghulu juga bersifat fatanah, artinya seorang penghulu adalah orang cerdas atau cerdik. Karena itu, seorang penghulu dituntut untuk menuntut ilmu pengetahuan seperti ilmu agama, ilmu pengetahuan umum, dan ilmu seluk-beluk adat. Dengan ilmu inilah penghulu memimpin anak dan kemenakan serta masyarakat. Kalau penghulu tidak cerdas, tujuan kepemimpinan seorang penghulu di dalam adat tidak bisa tercapai, dia tidak akan bisa memimpin anak dan kemenakannya serta masyarakat, adat akan mengalami kemunduran dan kehancuran. Selanjutnya, seorang penghulu bersifat tabligh artinya menyampaikan. Penghulu berkewajiban menyuruh anak dan
Universitas Sumatera Utara
199
kemenakan untuk selalu berbuat baik dan melarang kalau anak dan kemenakan akan berbuat salah seperti yang dikatakan pepatah: syarak mangatakan, adat memakai, adat bersendi syarak, syarak bersedi kitabullah. Dengan demikian, dapat dikatakan penghulu tidak hanya mengurus adat semata, tetapi juga mencakupi keagamaan yang harus diamalkan dan ditinggalkan oleh anak dan kemenakannya.
6.3.1.5 Kesopansantunan Nilai kesopanansantunan ini terlihat ketika penyampai pidato adat batagak pangulu mengawalinya dengan pengucapan salam secara agama Islam kepada hadirin sesuai dengan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Lalu dilanjutkan dengan permintaan ampun penyampai pidato adat kepada Tuhan sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut ada yang salah. Penyampai pidato adat menyadari bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan dan mempunyai ilmu yang sedikit bila dibandingkan dengan ilmu dimiliki Tuhan. Kemudian permintaan maaf juga disampaikan kepada ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, dan bundo kanduang sekiranya dalam penyampaian pidato tersebut tidak sesuai dengan digariskan oleh adat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai manusia juga tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Nilai yang bisa diambil dari sikap seperti ini adalah kesopansantunan, rendah hati, dan tidak sombong seperti dikatakan dalam pribahasa contohlah ilmu padi semakin lama semakin merunduk. Artinya, manusia semakin berilmu semakin rendah hati bukan sebaliknya bukan menjadi sombong. Nilai inilah yang perlu diwariskan kepada generasi berikutnya untuk menjaga kehidupan yang berbudi dan
Universitas Sumatera Utara
200
bermatabat. Begitu juga dalam mengakhiri pidato adat, pemyampai pidato adat juga menutupnya dengan salam.
6.3.1.6 Komitmen Ada komitmen dan sinergi yang kuat antara adat dan agama. Dalam piagam perjanjian Bukit Marapalam29 yang dibuat antara pemuka adat dan ulama yang mengakhiri perdebatan dan perselisihan antara kaum adat dan kaum Padri. Kaum adat dan ulama bersepakat untuk menetapkan asas hidup orang Minangkabau dengan adaik basandi sarak, sarak basandi kitabullah (adat bersedi syarak, syarak bersendi kitabullah). Suku bangsa Minangkabau sejak pascaperang Paderi telah memantapkan diri dengan mematrikan sumpah sakti di Bukit Marapalam bahwa adaik basandi sarak, sarak basandi kitabullah (adat bersedi syarak, syarak bersendi kitabullah). Amir (2013) menyatakan meskipun naskah sumpah itu sulit untuk dibuktikan, identitas kultural itu telah ditancapkan pada setiap hati sanubari orang Minangkabau. Ulama dan pemuka adat atau penghulu senantiasa mengawal keberadaannya di tengah masyarakat. Kitabullah (Al Quran) yang ada dalam falsafah hidup orang Minangkabau itu tidak bisa diberi makna yang lain. Hal senada juga dikatakan Gebu Minang (BP PAAM –
29
Piagam Bukik Marapalam (Sumpah sati Bukik Marapalam) adalah piagam perjanjian yang dibuat antara pemuka adat dan ulama yang mengakhiri perdebatan dan perselisihan antara kaum adat dan kaum Padri. Perjanjian ini merupakan tindak lanjut dari pelanggaran Belanda terhadap Pelakat Panjang. Kaum adat dan ulama bersepakat untuk menetapkan asas hidup orang minangkabau dengan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Perjanjian ini dipercaya dilaksanakan di puncak Bukik Pato, Tanah Datar, yang dikenal dengan sebutan Bukik Marapalam (Ensiklopedi Minangkabau).
Universitas Sumatera Utara
201
LPAAM, 2012:564) bahwa adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah merupakan fatwa ishlah Tuanku Imam Bonjol dengan pemuka adat. Hal ini mengisyaratkan bahwa adat itu tidak boleh bertentangan dengan agama dan adat itu sejalan dengan agama. Ketika komitmen ini dilanggar tidak lagi menjalan adat-istiadat dan agama, nilai-nilai kearifan lokal ini mulai goyah. Seperti dikatakan oleh Gubernur Sumatera Barat dalam sambutannya yang dibacakan oleh staf ahli gubernur Prof. Dr. Rahman Sani, M. Sc. dalam upacara batagak pangulu sebagai berikut. Semangkin rendahnya minat dan tipisnya pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai adat istiadat dan agama yang diwarisi dari leluhur dalam filosofi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, yang sejak lama telah terbukti mampu menjadi pilar keseimbangan dan kekuatan hidup masyarakat di Minangkabau ini. Nilai-nilai global yang umum bersifat pragmatif dan sering hanya memberikan keuntungan jangka pendek merupakan salah satu produk global yang tidak saja mempengaruhi generasi muda, namum telah merasuki hampir seluruh komponen masyarakat. Akibatnya, masyarakat nagari yang diharapkan dapat dijadikan benteng terakhir dalam upaya menjaga nilai-nilai kearifan lokal sudah mulai goyah.
Berdasarkan kata sambutan staf ahli gubernur Sumatera Barat di atas jelas terlihat bahwa tipisnya pemahaman generasi muda terhadap agama dan adat menyebabkan nilai-nilai kearifan mulai goyah. Untuk itu, supaya generasi muda ini tidak terpengaruh dengan nilai-nilai global yang bisa merusak generasi muda itu sendiri harus dibentengi dengan ajaran agama dan adat.
6.3.1.7 Keharmonisan Keharmonisan terlihat pada keserasian antara adat dan agama. Adat sejalan dengan agama yang terkenal dengan adaik basandi sarak, sarak basandi
Universitas Sumatera Utara
202
kitabullah (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah). Maksudnya, adat di Minangkabau sejalan dengan agama dan adat yang tidak bertentangan dengan agama. Adat Minangkabau adalah adat yang Islami yang bersumber pada Al Quran, sunnah nabi, ijmak, dan kiyas (Marajo, 2006:9-11). Hukum dan norma Islam bersumber kepada empat sumber tersebut. Karena bersifat universal, hukum dan norma Islam diterima oleh masyarakat Minangkabau dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pandangan hidup adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah diterapkan dalam dalam struktur suku sehingga perangkat suku terdiri atas penghulu (perangkat adat) didampingi oleh khatib dan malin sebagai perangkat agama kemudian dilengkapi oleh balai dan mesjid sebagai sarana nagari. Balai adat (balairung) adalah tempat musyawarah perangkat nagari seperti penghulu (ninik mamak), imam khatib, dan cerdik pandai (tungku tigo sajarangan/tungku tiga sejerangan). Sedangkan mesjid dan musalla menjadi pusat ibadah dan pendidikan agama bagi anak nagari. Selanjutnya dikatakan adaik basandi sarak, sarak basandi kitabullah; sarak mangato, adaik mamakai; alam takambang menjadi guru (adat bersedi syarak, syarak bersendi kitabullah; syarak mengatakan, adat memakai; alam terkembang jadi guru), barulah menjadi ukuran di nagari dan alam Minangkabau dalam menyelesaikan persolan dunia dan akhirat. Ketiga ketiga tolak ukur itulah yang menjadi falsafah. Apa yang dikatakan syarak itulah yang dipakai adat, sarak mangato adaik mamakai/syarak mengatakan, adat memakai (Marajo, 2006:11).
Universitas Sumatera Utara
203
Pengaruh agama Islam melahirkan ungkapan adat dalam satu kesatuan pola pikir, yaitu adaik diisi, limbago dituang, sarak nan lazim, adaik nan kawi, sarak mandaki, adaik manurun (adat diisi, lembaga dituang, syarak yang lazim, adat yang kawi, syarak mendaki, adat menurun). Adat yang demikianlah yang sesuai dengan dinamika kehidupan di Minangkabau sepanjang masa. Masyarakat akan hidup aman dan sentosa karena adanya keharmonisan hubungan antara adat dan agama. Bila keduanya sama dijalankan oleh masyarakat dengan bimbingan tungku tigo sajarangan/tungku tiga sejarangan (penghulu, imam khatib, dan cerdik pandai) bersama pemerintah daerah masyarakat akan hidup dalam kedamaian.
6.3.1.8 Pengelolaan Gender Yang menjadi penghulu di Minangkabau adalah laki-laki bukan perempuan. Dalam sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau, kemenakan laki-lakilah (anak laki-laki dari saudara perempuan) yang menjadi penghulu. Jika seorang penghulu meninggal dunia atau sudah tua/uzur, gelar penghulunya diwariskan kepada kemenakannya. Kalau sekiranya tidak ada lagi kemenakan laki-laki yang ada hanya kemenakan perempuan ketika penghulu meninggal dunia, gelar pusaka tersebut untuk sementara dilipek/dilipat. Gelar penghulu ini kembali dipakai atau dikukuhkan ketika
kemenakan
perempuan tadi melahirkan anak laki-laki. Jadi, dalam hal pengelolaan gender anak laki-lakilah yang menjadi penghulu di Minangkabau. Perempuan di Minangkabau juga mempunyai posisi yang sangat tinggi dan mulia. Sebagai seorang ibu dalam masyarakat Minangkabau disebut juga
Universitas Sumatera Utara
204
dengan bundo kanduang. Bundo kanduang secara harfiah berarti, bundo adalah ibu dan kanduang adalah sejati. Jadi, bundo kanduang (bunda kandung) berarti ibu sejati. Bundo kanduang kemudian berkembang menjadi panggilan kehormatan kepada kepemimpinan Minangkabau, perlambang ibu yang bijaksana dalam kehidupan adat di rumah gadang seperti dikatakan limpapeh rumah nan gadang, amban puro pagangan kunci, amban puruak aluang bunian, pusek jalo kumpulan tali, hiasan di dalam kampuang, sumarak dalam nagari. Artinya, bundo kanduang sebagai hiasan rumah gadang. Dengan adanya perempuan Minangkabau rumah menjadi berseri. Mereka pemegang kunci harta dan hasil pertanian dan menjadi hiasan di dalam kampung serta semarak di dalam nagari (Marajo, 2006:55-56). Menurut Thaib (2013) konsep gender dalam sistem masyarakat Minangkabau meletakkan posisi perempuan dan laki-laki seimbang. Perempuan dan laki-laki sama pentingnya yang membedakan hanya fungsinya. Dalam budaya Minangkabau keputusan tertinggi dipegang perempuan atau bundo kanduang. lbarat sebuah perusahaan bisa diandaikan owner-nya perempuan, direkturnya laki-laki. Bundo kanduang disebut sebagai penerus keturunan, pewaris harta pusaka, penjaga kesejahteraan dalam masyarakat, dan pemegang kedaulatan utama. Oleh karena itu, peran bundo kanduang itu banyak sekali, mulai dari memotivasi kaum, mengayomi, hingga mendistribusikan bantuan jika ada keluarga yang tidak mampu. Segala persoalan kaum dan penyelesaiannya berpulang kepada bundo kanduang. Kedudukan itu menuntut perempuan harus kuat karena itu tanggung jawabnya berat.
Universitas Sumatera Utara
205
Manusia secara fitrahnya baik perempuan maupun laki-laki di sisi Allah Swt. derajatnya sama yang membedakannya adalah hanya tingkat ketakwaannya semata. Demikianlah syariat Islam mengangkat derajat perempuan ketempat yang mulia sehingga dalam Al-Quran Allah Swt. berfirman: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu (QS. Al-Hujuraat [49]:13.) Dalam ayat tersebut Allah Swt. menjelaskan bahwa tolak ukur yang dapat membedakan kemulian manusia satu sama lainnya baik perempuan maupun lelaki adalah ketakwaan. Relevan dengan hal tersebut sebagai manifestasi menyatunya adat dan agama Islam, hukum adat Minangkabau disusun atau dibentuk berdasarkan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, alam terkembang jadi guru. Karena pentingnya keberadaan bundo kanduang, budaya Minangkabau telah menempatkan kedudukannya pada posisi yang sangat tinggi dan mulia serta menjadikannya memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau terutama membentuk akhlak generasi muda. Di samping itu, bundo kanduang juga diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial baik di lingkungan keluarga, sanak famili, maupun di lingkungan tempat tinggal sesuai dengan perannya sebagai pemimpin dalam kaum atau sebagai pemimpin masyarakat dalam kampung dan nagari.
Universitas Sumatera Utara
206
6.3.1.9 Keseitakawanan Sosial Bantuan kaum atau suku yang diberikan ketika diadakan acara batagak pangulu bermacam-macam sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota kaum. Kalau anggota kaum kaya dapat memberi bantuan dalam bentuk uang, kalau dia cerdik pandai dapat memberi bantuan dalam bentuk pemikiran, kalau dia punya beras dan kelapa dapat memberi bantuan dalam bentuk beras dan kelapa untuk dimasak, kalau dia tidak punya apa-apa hanya punya tenaga dan tenaganya ini bisa digunakan untuk membantu jalannya acara tersebut. Bagi orang Minangkabau tidak ada manusia yang tidak berguna, semua manusia berguna sesuai dengan kemampuannya masing-masing sesuai bunyi papatah nan cadiak bao baiyo, nan buto paambuih lasuang, nan pakak pamasang badia, nan lumpuah paunyi rumah, nan lumpuah pangajuik ayam, nan kayo bakeh batenggang (yang cerdik dibawa berunding, yang buta penghembus lesung, yang tuli pemasang bedil, yang lumpuh penghuni rumah, yang patah penghalau ayam, yang kaya tempat bertenggang). Kearifan lokal yang terlihat dari uraian di atas selain gotong royong adalah kesetiakawan sosial. Selanjutnya kestiakawanan sosial ini juga terlihat ketika makan bersama. Kerbau yang disembelih dimakan bersama oleh anak nagari tanpa pengecualian.
6.3.2 Pendidikan Penghulu untuk Mempertahankan Kearifan Lokal Pendidikan penghulu dalam rangka mempertahankan kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau bisa dilakukan secara lisan dan praktik.
Universitas Sumatera Utara
207
Pendidikan yang diberikan adalah pendidikan adat yang dilakukan oleh seorang penghulu kaum kepada calon penghulu yang sudah dipersiapkan kaumnya sejak kecil atau kepada penghulu yang baru diangkat menggantikan penghulu tua yang meninggal. Bagi calon penghulu yang sudah dipersiapkan kaumnya dari kecil pendidikan penghulu diberikan oleh seorang penghulu kepada kemenakannya pada malam hari. Penghulu tersebut akan menjelaskan segala sesuatu tentang adat seperti: kewajiban seorang penghulu terhadap kaumnya atau kemenakannya, berapa jumlah harta pusaka dan di mana saja letaknya, pantangan seorang penghulu, silsilah kaum, bagaimana cara mengelola kaum beserta harta pusakanya, untuk apa saja harta pusaka itu dipergunakan, seluk-beluk adat Minangkabau, dan kaum mereka sendiri. Pengetahuan adat itu diberikan sedikit demi sedikit, kemenakan yang dengan patuh mendengarkan pelajaran mamaknya itu diharuskan mengetahui (hafal) seluruh kata-kata adat (pepatah) yang diajarkan itu. Proses pendidikan seorang calon penghulu ini memakan waktu yang lama. Selama penghulu itu masih hidup dia belum boleh digantikan, kecuali apabila dia sudah uzur. Bagi penghulu yang diangkat menggantikan penghulu terdahulu kalau dia belum tahu seluk-beluk adat Minangkabau mereka disuruh untuk berguru atau belajar kepada penghulu yang mengetahui seluk-beluk adat Minangkabau agar penghulu ini menguasai adat secara mantap. Apabila seluk-beluk adat ini sudah dikuasai dia tidak akan canggung lagi melaksanakan tugasnya. Tempat pelaksanaan pendidikan adat penghulu ini tidak ditetapkan pada suatu tempat, tetapi dapat saja dilakukan di rumah adat kaum, rumah
Universitas Sumatera Utara
208
kemenakannya, balai adat, sewaktu istirahat kerja di rumah, atau sambil dudukduduk pada sore hari. Yang perlu diperhatikan adalah jangan mengajar seorang kemenakan di depan umum. Waktu penyelenggaraan pendidikan adat itu juga tidak ditentukan dan dapat dilakukakan kapan saja. Pendidikan adat yang dilakukan secara lisan memungkinkan terjadi tanya jawab antara penghulu dengan kemenakannya, bahkan kadang-kadang terjadi perdebatan. Keadaan yang demikian memberikan hasil-hasil yang positif dalam pendidikan tersebut karena kemenakan betul-betul dapat menguasai masalah adat secara mantap. Pendidikan adat melalui praktik biasanya dilakukan pada upacara adat seperti upacara batagak penghulu (penggantian penghulu), upacara perkawinan, upacara batagak rumah (mendirikan rumah), dan upacara kematian. Dalam upacara adat itu kemenakan disuruh penghulunya untuk memperhatikan jalannya upacara adat dari awal sampai selesai atau kemenakan disuruh penghulunya untuk mewakilinya. Kemenakan tersebut betul-betul ikut memegang peranan dalam upacara adat tersebut dan dapat membandingkan pengetahuan adat yang diperolehnya secara lisan dengan pelaksanaan yang sesungguhnya. Apabila dia sudah menjadi penghulu dia tidak akan canggung lagi menjalankan tugasnya. Dengan cara lisan dan praktik adat itulah adat Minangkabau diwariskan kepada generasi berikutnya. Walaupun cara ini memakan waktu yang lama, tetapi sebaliknya pengetahuan adat yang diperoleh betul-betul mantap. Dengan demikian, materi adat yang diwariskan kepada generasi berikutnya itu dapat diberikan secara wajar tanpa adanya unsur paksaan.
Universitas Sumatera Utara
209
Pendidikan adat diberikan kepada calon penghulu dan penghulu yang baru diangkat ini hakikatnya adalah mewariskan nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam tradisi batagak pangulu di Minangkabau. Secara sederhana model pendidikan penghulu dalam rangka mempertahankan kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu seperti terlihat pada bagan 6.7 di bawah ini.
Calon Penghulu dan Penghulu yang Baru Diangkat
Lisan
1. 2. 3. 4.
Praktik Adat
Rumah Adat Kaum Balai Adat Rumah Kemenakan Surau
1. 2. 3. 4.
Upacara Batagak Pangulu Upacara Perkawinan Upacara Batagak Rumah Upacara Kematian
Pendidikan Penghulu di Minangkabau
Bagan 6.7 Pendidikan Penghulu di Minangkabau
Universitas Sumatera Utara
210
BAB VII MODEL REVITALISASI TRADISI BATAGAK PANGULU DI MINANGKABAU
Biaya yang digunakan untuk batagak pangulu saat ini sangat besar. Biaya yang dibutuhkan bisa mencapai 100 juta rupiah bahkan lebih tergantung pada kesiapan dan besarnya acara yang akan dilaksanakan oleh kaum. Biaya yang sangat ini ditanggung oleh kaum yang bersangkutan. Bagi kaum yang mampu dan kaya serta masih mempunyai harta pusaka, biaya yang besar tersebut tidak ada masalah untuk melakukan prosesi batagak pangulu. Hal ini merupakan suatu kebanggaan karena mampu melaksanakan batagak pangulu. Namun, bagi kaum yang tidak mampu atau tidak lagi memiliki harta pusaka akan menimbulkan masalah karena prosesi batagak pangulu akan tertunda karena ketidakadaan biaya. Bahkan, bisa saja gelar penghulunya ini tidak dilewakan atau dikukuhkan sampai penghulu tersebut meninggal dunia. Untuk mengatasi masalah ketidakadaan biaya tersebut perlu musyawarah atau kebijakan yang diambil oleh niniak mamak atau penghulu dalam satu nagari supaya penghulu tersebut dapat dilewakan atau dikukuhkan. Kalau sebelumnya untuk melewakan atau mengukuhkan penghulu menyembelih satu ekor kerbau untuk satu orang penghulu dalam satu kaum sekarang penyembelihan satu ekor kerbau bisa digunakan untuk beberapa orang penghulu dalam kaum yang berbeda. Biaya pengukuhan atau peresmian penghulu itu ditanggung secara bersama-sama. Namun, ada juga ketentuan yang berlaku tidak semua penghulu
Universitas Sumatera Utara
211
bisa diangkat bersama-sama. Bagi penghulu pucuk peresmian penghulu tetap dilakukan sendiri oleh kaumnya dengan menyembelih satu ekor kerbau. Kalau dikaji pengangkatan penghulu dilakukan secara bersama-sama tentu akan memberi dampak positif dan negatif. Dampak positif apabila batagak pangulu dilakukan secara bersama-sama adalah keberlangsungan tradisi batagak pangulu akan tetap berjalan sehingga nilai-nilai kearifan yang terdapat di dalamnya akan tetap bertahan dan tidak akan hilang. Di samping itu, biaya prosesi batagak pangulu yang begitu besar dapat ditanggulangi secara bersamasama sehingga bagi penghulu kurang mampu untuk melaksanakan batagak pangulu dapat teratasi. Di sisi lain, dampak negatif apabila batagak pangulu dilakukan secara bersama-sama adalah nilai kesakralannya akan berkurang karena adanya kesan bahwa acara batagak pangulu adalah acara biasa sehingga dapat dilihat dan dihadiri oleh siapa saja serta diisi dengan acara yang bersifat seremonial seperti banyaknya sambutan-sambutan dari pejabat pemerintah. Di samping itu, ada juga kesan bahwa penghulu tidak mempunyai finansial yang kuat sehingga dikhawatirkan penghulu tersebut tidak bisa memimpin kaumnya. Hal tersebut bukan penentu keberhasilan seorang penghulu dalam memimpin kaumnya. Keberhasilan seorang penghulu dalam memimpin kaumnya adalah apabila penghulu tersebut memimpin sesuai dengan aturan adat yang berlaku. Jika hal ini dilaksanakan dengan baik penghulu tersebut akan dihormati oleh kaumnya. Sebaliknya, apabila penghulu memimpin tidak sesuai dengan aturan adat yang berlaku, kaum akan menurunkan dan menggantikan dengan penghulu yang baru.
Universitas Sumatera Utara
212
Sekiranya pengukuhan penghulu tetap dilaksanakan seperti yang sudah digariskan sebelumnya penyembelihan satu ekor kerbau untuk satu penghulu, bagi penghulu dan kaum yang tidak mampu sampai meninggal pun penghulu tersebut gelar kebesaran penghulunya tidak akan pernah dikukuhkan. Untuk itu, perubahan-perubahan yang ada ini bisa disikapi dengan baik sehingga bagi nagari-nagari yang masih bertahan menyembelih satu ekor kerbau untuk satu penghulu dapat teratasi. Dengan demikian, keberlangsungan adat akan tetap berjalan. Pengukuhan atau peresmian penghulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat tanggal 10 Februari 2014
sebanyak 16 orang penghulu (datuk) hanya
menyembelih satu ekor kerbau. Masing-masing mengumpulkan uang 4,5 juta rupiah yang diserahkan kepada panitia acara peresmian penghulu tersebut lalu persiapan di rumah masing-masing menyediakan 3 juta rupiah. Jadi, total keseluruhan biaya yang dikeluarkan tiap-tiap penghulu sebanyak 7,5 juta rupiah. Kalau dijumlahkan keseluruhannya mencapai 120 juta rupiah. Sekiranya upacara batagak pangulu ini dilakukan oleh satu orang penghulu biaya pelaksanaan tersebut tergolong sangat besar. Bila hal ini dapat dicontoh oleh nagari-nagari lain di Minangkabau dapat mengatasi ketidakadaan biaya peresmian penghulu tersebut. Memang pepatah mengatakan Adat sapanjang jalan Cupak sepanjang batuang Lain lubuak lain ikannyo Lain nagari lain adatnya
Adat sepanjang jalan Cupak sepanjang bambu Lain lubuk lain ikannya Lain nagari lain adatnya
Universitas Sumatera Utara
213
Pepatah ini menyatakan bahwa adat suatu nagari berbeda satu sama lain atau lebih dikenal dengan adaik salingka nagari (adat selingkar nagari). Namun, adat ini bisa diperbaharui atau diubah karena termasuk ke dalam adat yang teradat. Kalau niniak mamak atau penghulu di suatu nagari sepakat mengubahnya adat yang teradat ini bisa diubah asalkan tidak bertentangan dengan adat sebenar adat dan adat yang diadatkan. Adat yang sebenar adat adalah adat yang bersumber pada firman-firman Tuhan melalui kitab suci Al Quran. Al Quran inilah sumber adat yang sebenarnya sehingga dikatakan: Adat nan sabana adat Indak lapuak dek hujan Indak lakang dek paneh Kok dicabuik indak mati Kok diasak indak layua Adat basandi syarak Syarak basandi kitabullah Syarak mangato, adat mamakai
Aadat yang sebenarnya adat Tidak lapuk kena hujan Ttidak lekang kena panas Kalau dicabut tidak mati Kalau dipindahkan tidak layu Adat bersendi syarak Syarak bersendi kitabullah Syarat mengatakan, adat memakai
Sedangkan adat yang diadatkan adalah adat yang disusun berdasarkan adat yang sebenar adat yang didukung dengan kesepakatan para pemuka adat lainnya. Adat ini diterima dari Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang. Adat ini tidak mungkin diubah lagi karena nenek moyang yang menyusun dan berhak mengubahnya sudah tidak ada lagi (Dirajo, 2009:144). Untuk adat yang diadatkan pepatah mengatakan: Adat nan diadatkan Kok dicabuik mati Kok diasak layua
Adat yang diadatkan Kalau dicabut mati Kalau digeser akan layu
Universitas Sumatera Utara
214
Maksud pepatah tersebut adalah kalau ada pihak-pihak yang mencoba menghapus atau mengubahnya akan menimbulkan celaka pada orangnya dan kalau adat yang diadatkan dihapus akan menghancurkan adat Minangkabau. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adat yang teradat yang berlaku dalam satu nagari dapat diubah asalkan niniak mamak atau penghulu bermusyawarah untuk mengubahnya dan tidak bertentangan dengan adat yang sebenar adat dan adat yang diadatkan. Pengangkatan penghulu bersama-sama bisa juga dilalukan di nagari lain asalkan tidak bertentangan dengan adat yang sebenarnya dan adat yang diadatkan serta para niniak mamak atau penghulu sepakat untuk melakukannya. Bagi nagari-nagari di Minangkabau yang masih memegang teguh adat dalam hal peresmian penghulu menyembelih seekor kerbau dapat mencontoh seperti yang dilakukan masyarakat Jorong Gando batagak pangulu. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan tradisi batagak pangulu tersebut. Cara ini termasuk salah satu usaha merevitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau dalam hal pengelolaan tradisi tersebut. Sibarani (2012:294) menyatakan ada tiga komponen revitalisasi tradisi lisan, yaitu: Pertama, penghidupan atau pengaktifan kembali tradisi lisan. Maksudnya, tradisi lisan yang tidak lagi hidup di masyarakat diupayakan dihidupkan kembali, sedangkan pengaktifan kembali adalah tradisi lisan yang masih hidup, tetapi sudah tidak aktif lagi atau tidak lagi menjadi bagian hidup masyarakatnya lalu diaktifkan kembali. Dalam hal tradisi batagak pangulu komponen revitalisasi
Universitas Sumatera Utara
215
menghidupkan atau mengaktifkan kembali ini tidak perlu dilakukan karena tradisi batagak pangulu masih hidup dan aktif di masyarakat Minangkabau. Kalau ada penghulu yang meninggal, kaum akan langsung mencari penggantinya. Sangat jarang penghulu yang meninggal tidak ada penggantinya kecuali tidak ada kesepakatan kaum untuk penggantinya atau calon penghulu pengganti belum lahir. Kedua, pewarisan tradisi lisan. Maksudnya, pewarisan dilakukan untuk menjamin masa depan tradisi lisan. Dalam hal pewarisan tradisi batagak pangulu di Minangkabau sampai saat ini masih tetap berjalan dan perawisan ini tidak akan mati karena penghulu bagi masyarakat Minangkabau merupakan suatu kebanggaan. Orang bergelar penghulu di masyarakat merupakan orang terpandang dan derajatnya di mata masyarakat lebih tinggi daripada masyarakat biasa. Begitu juga bagi kaum kalau ada anggota kaum bergelar penghulu, hal itu merupakan kebanggaan kaum yang bersangkutan. Karena itu, pewarisan gelar penghulu tidak akan berhenti dan akan tetap berjalan selagi adat Minangkabau masih ada di tengah-tengah masyarakat. Ketiga, pengelolaan. Maksudnya, pengelolaan agar tradisi lisan tetap berjalan dan menjawab kebutuhan masyarakat pada saat sekarang ini. Dalam hal revitalisasi tradisi batagak pangulu di Minangkabau, komponen pengelolaan yang perlu direvitalisasi. Komponen penghidupan atau pengaktifan dan pewarisan belum saatnya untuk direvitalisasi karena tradisi batagak pangulu masih hidup dan diwariskan sampai saat ini. Namun, dalam hal pengelolaan perlu direvitalisasi karena biaya upacara batagak pangulu tersebut sangat besar yang
Universitas Sumatera Utara
216
bisa mencapai seratus juta rupiah bahkan lebih tergantung pada besarnya acara yang dilaksanakan. Hal ini tentu memberatkan bagi kaum yang akan melakukan batagak pangulu. Bagi penghulu dan kaum yang mampu, biaya yang besar itu tidak ada masalah, tetapi bagi penghulu dan kaum yang kurang mampu akan menimbulkan masalah karena mereka tidak mampu melaksanakannya sehingga gelar kebesaran penghulunya tidak akan pernah dikukuhkan atau diresmikan. Perumusan model revitalisasi tradsisi lisan harus dilakukan secara seksama agar benar-benar dapat diterapkan dan diterima oleh komunitasnya. Hal ini perlu apalagi kalau tradisi lisan itu telah lama ditinggalkan oleh komunitasnya. Penelitian dan perencanaan dilakukan secara bersama-sama dan seimbang dengan tujuan utama menghidupkan kembali suatu tradisi lisan atau membuat tradisi lisan itu lebih digemari oleh komunitas pendukungnya. Penelitian melibatkan pengumpulan data secara kualitatif. Informasi yang dikumpulkan berkenaan dengan model revitalisasi yang akan dilakukan sesuai dengan pandangan komunitas pemiliknya. Informasi itu bermanfaat untuk merencanakan program revitalisasi. Dalam perencanaan partisipatoris ini, masyarakat setempat harus diikutsertakan, bahkan merekalah yang menentukan mereka pulalah yang menentukan program dan mengimplementasikan kegiatan revitalisasi tradisi lisan itu (Sibarani, 2012:297). Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan di lokasi penelitian ada dua cara yang bisa dilakukan untuk keberlangsungan tradisi batagak pangulu tersebut, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
217
Pertama, pengelolaan keberlansungan tradisi batagak pangulu di Nagari Piobang dilakukan dengan musyawarah dan gotong royong.
Menurut ketua
Kerapatan Adat Nagari Piobang ada 29 orang lagi niniak mamak yang belum dikukuhkan dari 73 niniak mamak yang ada. Ke-29 ninik mamak yang belum ke balerong atau yang belum dilewakan ini diminta duduk bersama dan bermusyawarah membicarakan malewakan gala seperti yang sudah dilakukan oleh niniak mamak di Jorong Gando Nagari Piobang. Kendala biaya yang besar bisa diatasi bersama-sama sehingga datuak-datuak yang belum sampai ke balerong secepatnya dilewakan. Kedua, bagi nagari-nagari lain di Minangkabau model batagak pangulu di Nagari Piobang dapat dicontoh. Masih ada nagari-nagari lain di Minangkabau yang malakukan acara batagak pangulu yang menyembelih satu ekor kerbau untuk satu penghulu. Bagi penghulu yang anggota kaumnya mampu tidak ada persoalan dalam hal penyelenggaraan mereka sanggup untuk melaksanakannya. Namun, bagi penghulu yang anggota kaum kurang mampu hal ini menjadi masalah. Mereka tidak sanggup melaksanakannya karena membutuhkan biaya pelaksanaan yang sangat besar. Untuk mengatasi masalah tersebut cara mengukuhkan gelar kebesaran penghulu dapat diatasi dengan mencontoh atau meniru seperti yang dilakukan oleh Nagari Piobang atau nagari lain di Minangkabau yang sudah melaksanakan seperti yang dilaksanakan di Nagari Piobang. Biaya pelakasanaan yang sangat besar tersebut dapat diatasi secara bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara
218
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terhadap beberapa penghulu di Nagari Piobang ada beberapa cara mensosialisasikan model yang diterapkan di Nagari Piobang ini dapat dicontoh atau ditiru oleh nagari-nagari lain yang masih menyembelih satu ekor kerbau untuk satu penghulu, yaitu: 1. Pemimpin Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) kecamatan dan pemimpin Kerapatan Adat Nagari (KAN) beserta anggotanya melakukan wisata budaya ke nagari-nagari yang sudah melaksanakan batagak pangulu secara bersama-sama untuk melihat dan mempelajari batagak pangulu yang dilakukan secara bersama-sama tersebut. Para pemimpin adat tersebut bisa melihat dan mempelajari cara melaksanakan upacara batagak pangulu tersebut dan setelah itu mendiskusikan hasil kunjungannya itu di balai adat atau di Kerapatan Adat Nagari. Dengan cara seperti ini diharapkan para pemimpin adat bisa mengambil kebijakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh penghulu dalam melaksanakan upacara batagak pangulu tersebut. Aturan-aturan yang berlaku selama ini bisa diubah asalkan ada kesepakan di antara niniak mamak yang ada di nagari karena aturan-aturan seperti ini termasuk ke dalam adat yang teradat. 2. Penayangan acara batagak pangulu yang dilakukan secara bersama-sama melalui televisi (TV). Dengan ada penayangan ini diharapkan para pemimpin adat yang melihatnya bisa memberi masukan dan inspirasi bagi mereka lalu ketika ada rapat-rapat di balai adat atau di Kerapatan Adat Nagari persoalan ini bisa dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
219
3. Pemimpin Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) kecamatan bekerjasama dengan pemimpin adat nagari mengadakan seminar dengan mengundang pemimpin LKAAM kecamatan atau nagari yang sudah melaksanakan batagak pangulu bersama-sama. Dengan adanya seminar seperti ini diharapkan dapat membuka wawasan pemimpin adat nagari tentang batagak pangulu dilakukan secara bersama-sama. 4. Memberikan penyuluhan kepada pemimpin-pemimpin adat atau niniak mamak yang masih memegang teguh dengan pendirian bahwa setiap penghulu yang akan batagak pangulu menyembelih satu ekor kerbau. Dengan adanya penyuluhan tersebut diharapkan dapat membuka wawasan pemimpin adat atau niniak mamak tersebut tentang batagak pangulu dilakukan secara bersama-sama. 5.
Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) tingkat provinsi aktif membuat buletin kegiatan-kegiatan adat lalu menyebarkan buletin tersebut sampai ke tingkat nagari. Melalui buletin tersebut para pemimpin adat nagari mendapat pencerahan dalam adat termasuk batagak pangulu yang dilakukan secara bersama-sama. Berikut model revitalisasi batagak pangulu di Minangkabau seperti
terlihat pada bagan 7.8 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
220
Tradisi Batagak Pangulu di Minangkabau
Cara Pengelolaan untuk Nagari Piobang:
Menyembelih Satu Ekor Kerbau
Sekarang: Banyak Penghulu
Dahulu: Satu penghulu
Menghimbau kepada Penghulu Belum Dilewakan untuk ke Balai Adat, Musayawarah
Model untuk Nagari Lain yang Masih Menerapkan Menyembelih Satu Ekor Kerbau untuk Satu Penghulu
Caranya: 1. 2. 3. 4. 5.
Wisata Budaya Penayangan Batagak Pangulu Melalui TV Seminar Penyuluhan Buletin
Bagan 7.8 Model Revitalisasi Batagak Pangulu di Minangkabau
Universitas Sumatera Utara
221
BAB VIII SIMPULAN DAN SASRAN
8.1 Simpulan Setelah dilakukan penelitian tradisi batagak pangulu di Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat simpulan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, performansi upacara batagak pangulu di Jorong Gando, Nagari Piobang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokan menjadi (1) acara adat/inti, (2) acara seremonial, dan (3) acara hiburan. Berdasarkan performansi tersebut terdapat perubahan dalam acara batagak pangulu karena masuknya unsur-unsur seremonial. Komponen-komponen performansi mencakup: (1) pelaku (pemain), (2) peserta, (3) situasi dan organisasi pertunjukan, (4) organisasi internal, (5) media pertunjukan, dan (6) keterampilan pertunjukan dan konvensi.
Analisis teks, ko-teks dan konteks menguatkan kedudukan penghulu itu di mata kaum dan nagari. Tema teks pidato adat batagak pangulu adalah mengukuhkan atau mersmikan gelar kebesaran penghulu di Minangkabau. Batagak pangulu ini mengukuhkan aturan adat yang dibuat oleh nenek moyang orang Minangkabau dan pemimpin adat nagari. Begitu juga dalam hal ko-teks dan konteks menguatkan keberadaan dan kedudukan penghulu di hadapan kaum dan nagari. Kedua, makna dan fungsi batagak pangulu. Makna batagak pangulu bagi masyarakat Minangkabau adalah mengukuhkan atau melegitimasi keberadaan
Universitas Sumatera Utara
222
penghulu di Minangkabau serta mengukuhkan sako (gelar) diwariskan kepada kemenakan. Fungsi batagak pangulu di Minangkabau adalah: (1) sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga adat Minangkabau. Fungsi ini terlihat pada pengukuhan gelar kebesaran penghulu dan pengukuhan sako (gelar) jatuh kepada kemenakan; (2) sebagai pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi anggota kaum. Fungsi terlihat ketika seorang penghulu sudah dikukuhkan anggota kaum harus patuh kepada penghulunya. Dalam pepatah adat dikatakan kamanakan saparintah mamak, mamak saparindah pangulu (kemenakan seperintah mamak, mamak seperintah penghulu); (3) sebagai sistem proyeksi, pencerminan angan-angan masyarakat Minangkabau dalam hal asalusul, adat, dan negeri Minangkabau karena hal ini bisa terlihat pada bagian pendahuluan teks pidato adat yang diambil dari isi Tambo Minangkabau. Hal ini dimaksudkan untuk mempersatukan masyarakat dalam satu kesatuan. Mereka merasa bersatu karena seketurunan, seadat, dan senegeri. Kemudian keinginan anak laki-laki menjadi penghulu seperti yang sudah digariskan oleh Dt. Perpatih Nan Sabatang dan Dt. Katumanggungan; (4) sebagai alat pendidikan karena dalam tradisi batagak pangulu terdapat nilai dan norma yang berwujud dalam bentuk kearifan lokal; dan (5) sebagai suatu kebanggaan karena penghulu adalah orang terpandang dan tehormat di masyarakat. Ketiga, kearifan lokal dalam tradisi batagak pangulu berupa nilai dan norma yang diwujudkan dalam bentuk kearifan lokal. Kearifan lokal tersebut mencakup (1) gotong royong, (2) musyawarah dan mufakat, (3) kerukunan dan
Universitas Sumatera Utara
223
penyelesaian konflik, (4) kebenaran dan keadilan, (5) kesopansantunan, (6) komitmen, (7) keharmonisan, (8) pengelolaan gender, dan (9) kesetiakawanan sosial. Keempat, revitalisasi tradisi batagak pangulu berupa pengelolaan baik di Nagari Piobang maupun di nagari-nagari lain. Pengelolaan keberlangsungan tradisi batagak pangulu di Nagari Piobang dilakukan dengan musyawarah dan gotong royong. Bagi niniak mamak (penghulu) yang belum dikukuhkan diminta duduk bersama dan bermusyawarah membicarakan malewakan gala seperti yang sudah dilakukan oleh niniak mamak di Jorong Gando Nagari Piobang. Kendala biaya yang besar bisa diatasi bersama-sama sehingga datuak-datuak yang belum sampai ke balerong secepatnya dilewakan. Bagi nagari-nagari lain di Minangkabau model batagak pangulu di Nagari Piobang bisa dicontoh. Masih ada nagari-nagari lain di Minangkabau yang malakukan acara batagak pangulu yang menyembelih satu ekor kerbau untuk satu penghulu. Bagi penghulu yang anggota kaumnya mampu tidak ada persolan dalam hal penyelenggaraan. Mereka sanggup untuk melaksanakannya. Namun, bagi penghulu yang anggota kaum kurang mampu hal ini merupakan persoalan. Mereka tidak sanggup melaksanakannya karena biaya pelaksanaan yang sangat besar. Untuk mengatasi masalah tersebut cara pengukuhan gelar kebesaran penghulu dapat diatasi dengan mencontoh atau meniru seperti yang dilakukan oleh Nagari Piobang atau nagari lain di Minangkabau. Biaya pelakasanaan yang sangat besar dapat diatasi secara bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara
224
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terhadap beberapa penghulu di Nagari Piobang ada beberapa cara mensosialisasikan model yang diterapkan di Nagari Piobang ini untuk bisa dicontoh atau ditiru oleh nagari lain, yaitu: 1.
Pemimpin Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) kecamatan dan pemimpin Kerapatan Adat Nagari (KAN) beserta anggotanya melakukan wisata budaya ke nagari-nagari yang sudah melaksanakan batagak pangulu secara bersama-sama untuk melihat dan mempelajari batagak pangulu yang dilakukan secara bersama-sama tersebut. Para pemimpin adat tersebut bisa melihat dan mempelajari cara melaksanakan upacara batagak pangulu tersebut dan setelah itu mendiskusikan hasil kunjungannya itu balai adat atau di Kerapatan Adat Nagari (KAN) setempat. Dengan cara seperti ini diharapkan para pemimpin adat bisa mengambil kebijakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh anak nagari dalam melaksanakan upacara batagak pangulu tersebut. Aturan-aturan yang berlaku selama ini bisa diubah asalkan ada kesepakan di antara niniak mamak yang ada di nagari karena aturan-aturan seperti ini termasuk ke dalam adat yang teradat.
2. Penayangan acara batagak pangulu yang dilakukan secara bersama-sama melalui televisi (TV). Dengan ada penayangan ini diharapkan para pemimpin adat yang melihatnya bisa memberi masukan dan inspirasi bagi mereka lalu ketika ada rapat-rapat di balai adat atau di Kerapatan Adat Nagari (KAN) persoalan ini bisa dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
225
3. Pemimpin Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) kecamatan bekerjasama dengan pemimpin adat nagari mengadakan seminar dengan mengundang pemimpin LKAAM kecamatan atau nagari yang sudah melaksanakan batagak pangulu secara bersama-sama. 4. Memberikan penyuluhan kepada pemimpin-pemimpin adat atau niniak mamak yang masih memegang teguh dengan pendirian bahwa setiap penghulu yang akan batagak pangulu menyembelih satu ekor kerbau. 5. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) tingkat provinsi aktif membuat buletin kegiatan-kegiatan adat lalu menyebarkan buletin tersebut sampai ke tingkat nagari. Melalui buletin tersebut para pemimpin adat nagari mendapat pencerahan mengenai adat termasuk batagak pangulu yang dilakukan secara bersama-sama.
8.2 Saran Berdasarkan kajian terhadap tradisi batagak pangulu di Minangkabau ada beberapa saran yang perlu dikemukakan. Pertama, agar tradisi batagak pangulu berjalan dengan baik di Nagari Piobang perlu mempertahankan cara pelaksanaan seperti sekarang ini dan dikelola dengan baik agar penghulu yang belum dilewakan secepatnya dilewakan. Kedua, bagi nagari-nagari lain di Minangkabau yang masih menerapkan penyembelihan satu ekor kerbau untuk satu penghulu bisa mencontoh pelaksanaan batagak pangulu yang diadakan di Nagari Piobang karena cara baralek pangulu ini termasuk adat yang teradat yang bisa dibuat sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
226
kebutuhan anak nagari. Dengan mencontoh seperti yang dilaksanakan di Nagari Piobang penyembelihan satu ekor kerbau untuk beberapa orang penghulu dapat mengatasi biaya baralek pangulu yang sangat besar. Ketiga, pengurus Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau diharapkan aktif memberikan penyuluhan-penyuluhan agar ada perubahanperubahan dalam pelaksanaan batagak pangulu di nagari-nagari di Minangkabau terutama bagi nagari-nagari yang masih menerapkan penyembelihan satu ekor kerbau untuk satu orang penghulu. Keempat, pemerintah juga diharapkan ikut mendorong pelestarian budaya tradisi batagak pangulu karena di dalamnya banyak nilai-nilai kearifan lokal yang bisa diambil untuk mendidik generasi muda sekarang.
Universitas Sumatera Utara