40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balitkabi yang terletak di Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang pada
bulan Agustus
sampai dengan November 2008. 3.2 Jenis dan Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) tiga ulangan. Percobaan dilaksanakan pada kondisi tempat yang homogen, digunakan prinsip pengawasan setempat (lokal kontrol). 3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat : Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : Timbangan digital ohaus, autoklaf, oven, chlorophyl meter, pipet tahoma, tabung , gelas ukur 300 & 1000 ml, tabung reaksi, beacker glas 250 & 500 ml, Jarum Inokulan, ayakan 270 mess, sendok pengaduk. 3.3.2
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : dolomit,
bokashi, ammonium hepta molibdat, pasir, aquades, Lem (gom arabika), sodium perklorat 1,05 %, kedelai varietas Sinabung (toleran kering masam), tanah masam Ultisol Lampung dengan pH 4,6, Multi-Isolat Rhizobium ILeTRIsoy 2, 3 dan 4, YEM (Yeast Extract Mannithol) netral, Rhizobium komersial legin, polybag ukuran 5 kg dan 1 kg, kertas minyak, SP36, KCl dan Urea. 40
41
3.4 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 18 perlakuan yang diulang 3 Kali : Tabel 2. Beberapa perlakuan formula pupuk hayati yang di uji di Rumah Kaca Balitkabi Pakisaji Malang 2008
No. 1.
Perlakuan A1
2.
A2
3
A3
4
B1
5
B2
6
B3
7
C1
8
C2
9
C3
10
D1
11
D2
12
D3
13
E1
14
E2
Keterangan Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 2 (tidak dalam bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 3 (tidak dalam bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 4 (tidak dalam bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 2 + pupuk P (SP36) + Dolomit + Mo (bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 3 + pupuk P (SP36) + Dolomit + Mo (bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 4 +pupuk P (SP36)+ Dolomit + Mo (bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 2 + pupuk P (SP36)+ Dolomit + Mo (bentuk pelet) + Pupuk dasar (50 Kg SP36/ha+ 100 kg KCl/ha) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 2 + pupuk P (SP36)+ Dolomit + Mo (bentuk pelet) + Pupuk dasar (50 Kg SP36/ha+ 100 kg KCl/ha) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 4 + pupuk P (SP36) + Dolomit + Mo (pelet) + Pupuk dasar (50 Kg SP36/ha+ 100 kg KCl/ha) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 2 + pupuk P (SP36)+ Dolomit + Mo (tidak dalam bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 3 + pupuk P (SP36) + Dolomit + Mo (tidak dalam bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 4 + pupuk P (SP36) + Dolomit + Mo (tidak dalam bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 2 + pupuk P (SP36) + Dolomit + pupuk dasar (50 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha) (tidak dalam bentuk pelet) Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 3 + pupuk P (SP36) + Dolomit + pupuk dasar (50 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha) (tidak dalam bentuk pelet)
42
15
E3
16
F
17
G
18
H
Multi isolat Rhizobium ILeTRIsoy 4 + pupuk P (SP36) + Dolomit + pupuk dasar (50 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha) (tidak dalam bentuk pelet) Tanpa inokulasi + pupuk dasar (100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha) (tidak dalam bentuk pelet) Inokulasi Rhizobium komersial + pupuk dasar (100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha) (tidak dalam bentuk pelet) Tanpa inokulasi + pupuk dasar (100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha) + 75 kg Urea/ha (tidak dalam bentuk pelet)
Keterangan : Setiap perlakuan dilampiran 17-19).
dosis pupuk, dolomit dan bokashi (bisa dilihat
3.5 Cara Kerja Penelitian 3.5.1 Persiapan 3.5.1.1 Persiapan Benih Kedelai Benih yang dipakai ialah kedelai varietas Sinabung yang disterilkan dengan menggunakan sodium perklorat 1.05 % selama 10 menit dan setiap 2 menit sekali dikocok. Setelah itu benih dibilas 6 kali dengan menggunakan aquades steril (perlakuan ini dikhususkan pada benih yang tidak dalam bentuk pelet). Benih kedelai steril ini akan dikecambahkan pada media pasir steril sampai dengan umur 4 hari agar benih tersebut tidak terkontaminasi. Proses sterilisasi pasir adalah sebagai berikut : pasir dicuci, dikeringkan, kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Pada umur 4 hari kecambah kedelai dipindahkan (transplanting) pada media tanah pada masing-masing polybag. 3.5.1.2 Analisis Tanah Analisis sifat kimia tanah Ultisol Lampung dilakukan di Laboratorium tanah Balitkabi (Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Benih).
43
3.5.1.3 Pembuatan Pelet atau Formula Pupuk Hayati dan Persiapan Benih Kedelai dalam Bentuk Pelet Menyiapkan multi Isolat terbaik 1,2,3 dimasukkan ke dalam beacker glass dan diberi kode sesuai kode isolat masing-masing. Lem di timbang sebanyak jumlah biji. Biji yang sudah dipilih dimasukan kedalam masing-masing multiisolat sesuai perlakuan. Bersama benih kedelai dimasukkan ke dalam beacker glass yang telah dimasukkan
multi–isolat Rhizobium unggul yang telah
tercampur lem dan Mo. Diaduk sampai merata hingga benih terlapisi dengan multi–isolat Rhizobium unggul kemudian Dolomit dan pupuk P (SP36) yang telah diayak dicampur sampai merata benih yang sudah terlapisi multi isolat Rhizobium unggul dimasukkan ke dalam campuran Dolomit dan pupuk P hingga sampai terlapisi dengan sempurna. Kemudian dicetak dalam bentuk pelet, setelah pelet dihasilkan dikeringkan pada suhu kamar kemudian dimasukkan ke dalam kulkas maka pelet yang terdiri dari biji dan pupuk hayati siap digunakan sebagai pupuk majemuk kandungan bahan organik 40 %. 3.5.1.4 Persiapan media tanam Media tanam yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tanah Ultisol Lampung. Tanah dikering angin, dihaluskan dan diayak dengan ayakan berukuran 4 mm x 4 mm. Tanah diisikan pada polybag sebanyak 1 dan 5 kg pada masing-masing sebanyak 54 polybag. Polybag yang berisi tanah 1 kg digunakan untuk pengambilan bintil akar dan polybag 5 kg digunakan untuk parameter panen masak fisiologis.
44
3.5.2 Pemberian amelioran tanah Amelioran tanah seperti dolomit dan bokashi diberikan 2 minggu sebelum tanam. Amelioran diberikan dengan mencampurkan bahan tersebut dengan tanah. Pemberian ammonium hepta molibdat dilakukan bersamaan pupuk SP36 dan KCl saat dipindahkan. Pemberian amelioran tanah yaitu dengan dosis yang ditentukan (lihat lampiran 17-18). 3.5.3 Pemupukan Masing-masing perlakuan sebagian diberi pupuk 50 kg SP36/ha + 100 kg ha-1 KCl, dan 100 kg ha-1 SP36 + 100 kg ha-1 KCl (perhitungan pupuk lampiran 4), Sp-36 dan KCl untuk masing-masing perlakuan dilakukan mencampur keduanya di dalam polibag sampai merata. Kemudian disiram dengan air steril. Pemupukan dilakukan awal tanam dengan dicampurkan langsung dengan tanah. 3.5.4 Inokulasi Isolat Rhizobium Masing-masing Multi-isolat yang telah dipilih diinokulasikan pada tanaman kedelai yang berumur 4 hari. Inokulasi diberikan dengan merendam akar kedelai ke dalam larutan isolat. 3.5.5 Penanaman Kedelai Kecambah kedelai ditanam (transplanting) pada media tanah masam setelah terlebih dahulu diinokulasi Rhizobium. Kecambah yang ditanam sebanyak 1 tanaman per polybag.
45
3.5.6 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan
tanaman
meliputi
penyiangan,
penyiraman,
dan
pengendalian hama penyakit tanaman. Tanaman setiap hari disiram dengan air steril. Jika pada tanaman terlihat tanda-tanda terserang hama dan penyakit, tanaman tersebut disemprot dengan pestisida Confidor 5WP dengan bahan aktif Imidakloropid 5% sebanyak 0,4 – 0,8 gram liter-1. Penyiangan dilakukan secara manual apabila ditemukan sejumlah gulma yang tumbuh. 3.5.7 Pengamatan 3.5.7.1 Pengamatan Non Destruktif 1. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur dengan cara diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman pada tiap perlakuan dengan menggunakan penggaris dengan interval pengamatan 10 hari mulai umur 27 hst dan 37 hst (polibag 1 kg) dan polibag 5 kg saat tanaman berumur 27 hst, 37 hst, 47 hst, 57 hst. 2. Kadar klorofil daun Pengukuran dilakukan dengan menggunakan clorophylmeter dengan interval 10 hari, dimulai umur 27 hst, 37 hst, 47 hst, 57 hst, sebelum panen. Pengukuran menggunakan klorofil meter, daun yang diukur adalah daun ketiga dari atas (pucuk). 3. Jumlah cabang per tanaman Dihitung semua cabang yang telah terbentuk pada tanaman yang ditandai dengan telah terbentuknya dua daun sempurna.
46
3.5.7.2 Pengamatan Destruktif 1. Jumlah Bintil Akar Pada saat panen bintil akar dipisah dari akar dengan cara bintil akar diambil dari akar kemudian dipisahkan antara bintil akar yang efektif dan yang tidak efektif dan masing-masing dihitung jumlahnya. Untuk pemilihan bintil akar yang efektif dengan cara dibelah. Jika pada tengah bintil akar berwarna merah maka bintil akar tersebut efektif. 2. Bobot Kering Bintil Akar Efektif dan Non Efektif Pada saat panen, bintil akar dipisahkan. Kemudian akar dioven selama selama 2 x 24 jam pada suhu 80oC setelah itu akan ditimbang berat keringnya. Sedangkan saat panen masak fisiologis, pengamatan yang dilakukan sebagai berikut : 1. Bobot kering biji per tanaman Diukur dengan dioven selama 48 jam pada suhu 80°C hingga didapatkan bobot yang konstan. 2. Jumlah polong isi per tanaman Dihitung polong total tiap tanaman yang meliputi polong isi dan hampa 3. Bobot polong total per tanaman Dilakukan dengan cara menimbang semua polong per tanaman. 3.6 Analisis Data Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah pengamatan, dan Uji Duncan taraf 5 % jika ada perbedaan.
47