62
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Kajian tentang hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies (kajian budaya) dengan menerapkan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah proses penelitian dan pemahaman yang menyelidiki fenomena sosial dan masalah manusia (Iskandar, 2009:11). Penelitian kualitatif menggunakan prosedur observasi langsung terhadap permasalahan yang dikaji, sehingga pemerolehan data cenderung bersifat dinamis dan berkembang sesuai keadaan di lapangan. Sebelum melakukan penelitian secara mendalam, terlebih dahulu melakukan penjajagan untuk mengetahui permasalah sesungguhnya yang terjadi di masyarakat, kemudian berlanjut pada usaha mencari masalah yang menjadi problematik empiris di masyarakat. Berbekal pengetahuan medalam dan problematika empiris di masyarakat maka dapat dinentukan topik dan permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan. Penentuan topik bahasan merupakan akselerasi menuju penyusunan rancangan penelitian yang meliputi larat belakang permasalahan, perumusan masalah, serta penentuan teori. Selanjutnya, topik pembahasan dirancang dalam bingkai hegemoni dan kontra hegemoni dalam penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan
63 meliputi bentuk-bentuk hegemoni, faktor-faktor pendukung, dan dampak yang ditimbulkan seperti uraian berikut. (a) Bentuk-bentuk hegemoni dan kontra hegemoni yang diekspresikan dalam perilaku manifes maupun simbolik oleh masyarakat maupun pemerintah. Secara manifes dikaji entuk-bentuk perilaku nyata dari sekketa tersebut, sedangkan perilaku simbolik merupakan perilaku tersembunyi yang tidak diungkap secara nyata baik oleh pemerintah maupun masyarakat. (b) Faktor-faktor pendukung adanya hegemoni dan kontra hegemoni, yang terfokus pada pengidentifikasian latar belakang empiris di lapangan dan ditunjang latar belakang teoritis berdasarkan generalisasi umum di masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan perumusan masalah yang menjadi pokok bahasan serta menentukan kerangka teori yang dugunakan sebagai alat analisis. (c) Dampak positif maupun negatif akibat hegemoni dan kontra hegemoni antara masyarakat dengan pemerintah dalam memperebutkan penguasaan cendana. Dampak positif maupun negatif ditinjau dari tiga sudut yakni keberadaan kayu cendana itu sendiri, masyarakat, dan pemerintah.
3.2 Lokasi Penelitian Tahap penentuan lokasi penelitian diawali dengan penjajagan awal tentang eksistensi cendana sebagai identitas daerah Kabupaten Timor Tengan Selatan. Pada tahap ini dikumpulkan informasi awal tentang kondisi cendana dari berbagai sumber pustaka serta orang-orang yang mengetahui tentang keadaan wilayah Kabupaten
64 Timor Tengah Selatan. Penjajagan awal meliputi pencarian informasi mengenai lokasi atau daerah penghasil cendana terbanyak, kondisi wilayah, sarana dan prasarana pendukung, akses wilayah, serta kehidupan sosial budaya masyarakat wilayah bersangkutan. Berdasarkan hasil penggalian informasi awal kemudian dilanjutkan dengan pemetaan lokasi penelitian berdasarkan keberadaan populasi cendana, kondisi wilayah, akses menuju wilayah, maupun perilaku masyarakat terhadap keberadaan cendana. Berdasarkan pemetaan tersebut selanjutnya ditentukan lokasi penelitian yang paling representatif digunakan sebagai lokasi penelitian. Berdasarkan rancangan dan pemetaan wilayah yang telah ditetapkan sebelumnya, lokasi penelitian ditentukan berdasarkan hasil penjajagan sebelumnya yakni daerah penghasil cendana terbanyak, kondisi wilayah, sarana dan prasarana pendukung, akses wilayah, serta kehidupan sosial budaya masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut ditentukan lokasi penelitian yang paling representatif digunakan sebagai lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang memiliki populasi cendana terbesar serta mendukung gejala hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana dipilih beberapa desa antara lain ; Desa Fatumnasi Kecamatan Fatumnasi, Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara, Desa Nule, Desa Supul, dan Desa Mnelalete Kecamatan Amanuban Barat, dan Desa Boti Kecamatan Ki’e. Selain sebagai daerah pertumbuhan cendana serta kemiripan budaya, ciri-ciri topografi dan identitas desa-desa tersebut hampir mirip satu sama lain menyangkut kemiripan lingkungan alam, sistem kemasyarakatan, sistem pemerintahan, sejarah masyarakat, maupun karakteristik masyarakat.
65 Sebelum melakukan observasi lapangan dan wawancara, terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, khususnya kepala dinas yang berkompeten menangani masalah kebudayaan dan masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dalam kaitan ini peneliti menuju instansi terkait yakni Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selaku pemegang otoritas dalam menangani masalahmasalah kebudayaan, tradisi dan adat-istiadal masyarakat setempat. Koordinasi juga dilakukan pada Dinas Kehutanan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk mengetahui data-data terkait peraturan pemerintah tentang penguasaan cendana serta mengetahui keberadaan pohon cendana terkait kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Di samping itu juga dilakukan koordinasi pada pihak Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara di Kupang yang telah banyak melakukan penelitian dan pengembangan budidaya cendana. Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kehutanan, dan Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, peneliti berhasil memasuki suatu daerah penghasil cendana di Kabupaten Timor Tengah
Selatan dan menjumpai
kepala desa, tokoh masyarakat, serta pihak-pihak yang mengetahui dan terlibat langsung dengan keberadaan cendana di lokasi penelitian.
3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digali terkait penelitian hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana terdiri atas data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh berdasarkan kondisi nyata di lapangan, di dalamnya dilakukan pengamatan
66 langsung tentang gejala-gejala objektif di lapangan. Jenis data yang digali meliputi data primer maupun data sekunder. Kedua data ini saling mendukung satu sama lain sehingga menghasilkan suatu kumpulan data yang sahih. Data primer berupa teks hasil wawancara yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan (Sarwono, 2006:209). Pemerolehan data primer difokuskan pada penggalian data tentang latar belakang atau faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perbedaab pandangan antara masyarakat dan pemerintah yang menunjukkan adanya hegemoni dan kontra hegemoni dalam penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Selanjutnya penggalian data primer juga meliputi bentuk-bentuk hegemoni yang diterapka pemerintah dan kontra hegemoni atau perilaku masyarakat terkait penguasaan cendana tersebut. Setelah faktor-faktor penyebab dan bentuk-bentuk hegemoni maupun kontra hegemoni teridentifikasi, jenis data yang dikumpulkan berikutnya menyangkut dampak hegemoni dan kontra hegemoni terhadap keberadaan cendana, masyarakat, maupun pemerintah. Data primer merupakan data utama yang diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara langsung dengan para informan di lapangan. Jadi, data primer menggambarkan secara langsung hegemoni dan kontra hegemoni antara pemerintah dengan masyarakat dalam penguasaan cendana. Kelengkapan dan keabsahan pemerolehan data primer didukung dengan kualitas data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara membaca dari sumber-sumber data tertulis (Sarwono, 2006:209). Khususnya dari sumber kepustakaan yang ada kaitannya dengan topik permasalahan. Sumber-sumber
67 kepustakaan selain memberi tambahan data sekunder juga memberi kontribusi terhadap pemahaman konseptual dan teoritis tentang cendana secara umum. Pemerolehan data sekunder diperoleh dari kepustakaan atau buku-buku yang berkaitan dengan keberadaan cendana bukan semata-mata menyangkut sengketa masyarakat dan pemerintah dalam penguasaan cendana, tetapi juga menyangkut sejarah perdagangan cendana di Pulau Timor, perilaku masyarakat terhadap keberadaan cendana, kebijakan-kebijakan pemerintah daerah terkait dengan penguasaan hutan dan cendana, serta buku-buku yang menulis tentang tanggapan aktif masyarakat pasca berlakunya penguasaan cendana oleh pemerintah. Di samping buku-buku, data sekunder juga diperoleh dari sumber-sumber tertulis seperti internet, koran, dan majalah.
3.4 Penentuan Informan Upaya menjaring data primer maupun data sekunder menerapkan beberapa tahapan operasional dengan metode dan teknik tertentu. Guna menunjang pemerolehan data maksimal, penentuan informan menerapkan teknik pourposive, yakni cara-cara penentuan subjek atau informan berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu (Iskandar, 2009: 114). Sesuai teknik pourposive pemilihan informan ditentukan berdasarkan beberapa kriteria berikut. - Memahami lingkungan alam. keadaan wilayah, desa, dan peka terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya. - Memahami kehidupan sosial budaya dan adat istiadat masyarakat di lingkungannya.
68 - Mengetahui dan berinteraksi langsung dalam kehidupan masyarakat setempat. - Terlibat langsung dan tidak langsung dengan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan keberadaan cendana. Berdasarkan kriteria tersebut, pemelihan informan dipilih orang-orang yang terlibat langsung dan memiliki pengetahuan memadai tentang cendana. Pemilihan informan meliputi aparat pemerintah selaku penguasa daerah yang memiliki hak dominan dalam pengelolaan cendana, maupun masyarakat umum yang memahami dan berperan aktif ferkait keberadaan cendana. Di samping teknik pourposive, penelitian ini juga dibantu dengan teknik snowball atau bola salju (Iskandar, 2009:15). Teknik snowball dimulai dengan menetapkan beberapa informan kemudian secara bertahap kepadanya dimintai keterangan dan arahan siapa nama-nama informan yang memiliki pengetahuan tentang cendana dan terlibat dengan aktivitas cendana. Teknik ini digunakan untuk menjaring data yang cenderung bersifat sensitif khususnya menyangkut, penerabasan anakan cendana, pencurian cendana, dan perdagangan gelap. Sesuai kriteria yang telah ditentukan, informan kunci dipilih orang-orang yang mengetahui seluk beluk kehidupan pohon cendana, memahami kehidupan sosial budaya masyarakat, serta memahami adat-istiadat masyarakat setempat yakni pemuka agama, tetua adat, kepala instansi beserta jajarannya yang menangani masalah cendana, tokoh-tokoh desa seperti kepala desa beserta perangkat pemerintahan desa, budayawan, tokoh agama, dan tokoh-tokoh masyarakat. Sedangkan informan biasa dipilih orang-orang yang terlibat langsung dengan
69 keberadaan cendana meskipun pengetahuan tentang adat-istiadat dan kehidupan sosial masyarakat terbatas. Informan biasa terdiri dari masyarakat umum yang terlibat langsung atau pun tidak langsung dengan kehidupan sosial budaya masyarakat dan cendana terdiri dari petani yang di lahannya tumbuh cendana, pemilik cendana, pekerja perusahaan minyak cendana, maupun tukang ojek yang sering mengantar penumpang ke daerah-daerah terpencil dan mengetahui berbagai aktivitas terkait penebangan kayu cendana di daerah tersebut.
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan tindak lanjut dari penentuan sampel maupun pemilihan informan. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan alat-alat yang mendukung proses wawancara. Pedoman wawancara disiapkan setelah penentuan sampel penelitian dan nama-nama informan diperoleh sesuai kriteria yang telah ditentukan. Pedoman wawancara digunakan sebagai bahan acuan menggali dan mengumpulkan data primer di lapangan dan menghindarkan proses wawancara ke luar dari jalur topik pembahasan. Dengan demikian, pedoman wawancara disusun secermat mungkin agar memuat berbagai pokok-pokok pertanyaan yang tepat dan mewadahi semua penggalian data sesuai dengan materi pembahasan dan mampu menjawab rumusan permasalahan. Meskipun demikian, pedoman wawancara bukan bersifat mutlak dan kaku, itu tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan topik-topik pertanyaan lain selama masih ada kaitan dengan materi pembahasan.
70 Pedoman wawancara diaplikasikan di lapangan ketika melangsungkan observasi lapangan dan wawancara. Pengaplikasian pedoman wawancara ini dibantu dengan istrumen lain yakni alat-alat tulis, tape recorder (alat rekam), dan kamera. Instrumen tersebut bermanfaat untuk mencatat, merekam, dan mendokumentasikan data-data yang diperoleh selama wawancara dengan informan dan melakukan observasi langsung di lapangan. Alat tulis dan tape recorder (alat rekam) digunakan ketika melangsungkan wawancara dengan informan. Sedangkan kamera bermanfaat saat observasi langsung untuk mengabadikan kegiatan masyarakat maupun pemerintah terkait hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana.
3.6 Teknik Pengumpulan Data Penggalian data primer maupun sekunder diterapkan beberapa teknik pengumpulan data terdiri dari kepustakaan, observasi, dan wawancara (Bungin, 2010 : 108). Masing-masing teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian hegemoni dan kontra hegemoni dalam penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri atas tiga teknik berikut. - Wawancara Mendalam Wawancara mendalam adalah proses pemerolehan keterangan
dengan cara
melakukan tatap muka dan tanya jawab dengan informan. Sebelum menjalankan proses wawancara terlebih dahulu disiapkan pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi pembahasan. Pedoman wawancara berguna untuk mengatasi beberapa kemungkinan penyimpangan proses
71 wawancara dari jalur topik yang dikehendaki. Namun penyusunan pedoman wawancara tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan topik-topik pertanyaan lain selama masih ada kaitan dengan materi pembahasan. - Observasi Observasi digunakan untuk mengumpulkan data dalam satu kesatuan gejala dan peristiwa yang dapat diamati. Observasi lapangan diterapkan dalam bentuk pengamatan secara langsung gejala-gejala yang terjadi di masyarakat terkait hegemoni dan kontra hegemoni dalam penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Realisasi metode ini dibantu teknik pencatatan, perekaman menggunakan alat rekam, dan pengabadian moment menggunakan kamera, sehingga keseluruhan proses tersebut dapat diabadikan dalam bentuk catatan, rekaman, dan gambar foto. - Kepustakaan Pengumpulan data melalui kepustakaan diterapkan sejak awal penelitian untuk mengali data sekunder, mendalami wawasan, dan materi penelitian. Terutama mendalami konsep, model, dan kerangka teoritis untuk kepentingan analisis. Penerapan metode kepustakaan dibantu teknik pencatatan untuk mencatat data terkait konsep, kerangka pemikiran maupun teori yang telah direncanakan sebelumnya. Selanjutnya, dari sumber-sumber kepustakaan dibentuk suatu susunan sumber-sumber pustaka dan uraian-uraian relevan dengan topik penelitian.
72 3.7 Analisis Data Sesuai topik pembahasan mengenai hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana yang melibatkan masyarakat dan legitimasi pemerintah, maka proses analisis data dilaksanakan secara deskriptif sesuai data yang diperoleh .Analisis data dilakukan secara intensif sejak proses pengumpulan data. Data yang diperoleh kemudian diseleksi berdasarkan tingkat validitasnya. Setelah data terseleksi secara keseluruhan selanjutnya dilakukan teknik klasifikasi berdasarkan pokok-pokok kriteria pembahasan. Apabila ada suatu data yang memiliki kesamaan dan terkait satu sama lain, maka dilakukan suatu proses pengintegrasian data. Pengintegrasian data primer didukung dengan data-data sekunder yang diperoleh dari penelitian pustaka, untuk selanjtnya dilakukan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan setelah seluruh data terkumpul dan terklasifikasi sesuai kriteria pembahasan. Analisis deskriptif ditunjang dengan analisis kualitatif yakni analisis yang berdasarkan pada adanya hubungan makna antar variabel yang diteliti untuk menjawab permasalahan penelitian (Sarwono, 2006 : 239). Prinsip pokok analisis kualitatif adalah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematik. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan kata-kata yang disusun dalam sebuah teks atau naskah dideskripsikan. Pada saat analisis ini disertai pemaparan dan interpretasi data berdasarkan kemampuan interpretasi penulis. Interpretasi diterapkan mulai dari tahap pendahuluan sampai pada tahap analisis. Pemaparan dan interpretasi di sini bukan
73 merupakan pemaparan subjektif semata, tetapi didukung dengan data-data lapangan dan ulasan-ulasan kepustakaan yang telah peroleh sebelumnya.
3.8 Penyajian Hasil Analisis Data Tahap akhir proses penerapan metodologi penelitian adalah penyajian hasil analisis. Data-data yang telah dianalisis sajikan secara formal dan informal. Penyajian secara formal adalah penyajian hasil analisis menggunakan simbol atau tanda-tanda tertentu. Sedangkan secara informal adalah penyajian hasil analisis dengan menggunakan hasil analisis menggunakan kata-kata biasa. Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini cenderung menerapkan cara informal yakni menuangkan hasil analisis dalam bentuk tulisan atau rangkaian kata-kata berdasarkan kerangka pembahasan yang telah ditentukan sebelumnya. Pola penyajian informal dibantu dengan penyajian secara formal dengan menggunakan simbol dan tanda-tanda tertentu, terutama analisis yang berkait dengan konsepsi dan simbol-simbol budaya lokal maupun beberapa tradisi yang berkembang pada masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan. Meskipun ada perpaduan antara metode informal dan metode formal, metode informal merupakan metode dominan yang diterapkan dalam penyajian hasil analisis sehingga terbentuk naskah final hasil peneltian tentang hegemoni dan kontra hegemoni dalam penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan.