BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti setelah kejadian. Peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari peubahpeubah. Peubah terikat dan persoalan utama peneliti dalam penelitian ini segera dapat diamati selanjutnya menemukan penyebab yang menimbulkan akibat tersebut. Rancangan penelitian pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum kegiatan dilaksanakan yang mencakup komponen-komponen penelitian yang diperlukan. Metode dalam penelitian merupakan cara memperoleh kebenaran ilmiah yang sistematis, akurat dan berdasarkan fakta atau data empiris. Mengacu pada tujuan penelitian, dirumuskan suatu kerangka proses berpikir, konsep dan hipotesis sehingga dapat dibuat suatu desain penelitian. Desain penelitian mempunyai peranan sangat penting, karena keberhasilan suatu penelitian sangat dipengaruhi oleh pilihan desain atau model penelitian. Selanjutnya dari desain penelitian dilaksanakan penelitian. Untuk mengetahui pengaruh peubah bebas pada peubah terikat, dan menguji hipotesis penelitian dilanjutkan dengan model Structural Equation Model (SEM). Dengan uji SEM menggunakan PLS dapat diketahui seberapa jauh peubah-peubah yang diobservasi berpengaruh dengan faktor-faktor yang dihipotesiskan. Dari hasil penelitian dirangkum suatu kesimpulan hasil penelitian dan diajukan saran-saran yang dapat dimanfaatkan oleh petani, penyuluh maupun
41
42
pengambil kebijakan di Kabupaten Gianyar untuk merumuskan kebijakan yang dapat mempercepat adopsi inovasi PTT.
4.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada subak yang ada di Kecamatan Sukawati yang telah melaksanakan program SL-PTT padi pada tahun 2012 yang merupakan studi kasus pada adopsi inovasi PTT padi.
Pemilihan lokasi penelitian ditentukan
dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kecamatan
Sukawati
dipilih
sebagai
lokasi
penelitian
dengan
pertimbangan bahwa (1) luas sawah di Kecamatan Sukawati memiliki potensi paling besar untuk ditingkatkan produktivitasnya dibandingkan dengan kecamatan lainnya, hal ini dilihat dari luas sawah di Kecamatan Sukawati terluas diantara tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar; (2) Dalam kaitannya dengan program SL-PTT tahun 2012 maka luas sawah pelaksana SL-PTT di Kecamatan Sukawati 850 Ha dengan jumlah petani terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Gianyar sebanyak 1.568 orang, dan (3) berdasarkan atas tersedianya data yang memadai
serta kemudahan mengumpulkan data bagi
peneliti. Dengan demikian pemilihan Kecamatan Sukawati ini cukup representatif dan relevan untuk menunjang penelitian yang dilakukan.
43
4.3 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi merupakan kumpulan individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang telah mengikuti program SL-PTT tahun 2012 di Kecamatan Sukawati. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1568 petani.
4.3.2 Sampel penelitian Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan mewakili populasi untuk diamati dan dikaji. Penentuan responden yang merupakan sampel dari populasi dilakukan dengan proporsional random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 157 petani responden, diperoleh dari 10 % jumlah populasi yang ada. Tabel 4.1 Sebaran Data Populasi dan Sampel Penelitian No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Desa
Kemenuh Batuan Kaler Batuan Celuk Sukawati Singapadu Singapadu Kaler Singapadu Tengah Batubulan Kangin Batubulan Guwang Ketewel Jumlah
Jumlah Petani yang mengikuti program SL-PTT tahun 2012 (orang) 137 123 113 68 336 104 134 135 56 107 130 125 1.568
Jumlah Responden 14 12 11 7 33 10 13 14 6 11 13 13 157
44
Adapun pertimbangan menggunakan sampel penelitian adalah : (1) ketepatan dan kepercayaan bahwa sampel yang diambil telah dapat mengukur parameter yang diduga dalam penelitian ini, (2) tingkat keragaman dalam populasi untuk variabel yang diukur dapat diwakili oleh sampel yang diambil, (3) waktu, biaya dan sumber daya yang dimiliki peneliti, karena sampel yang besar akan memerlukan biaya yang mahal, memakan waktu lama, dan membutuhkan sumber daya yang lebih besar. 4.4 Jenis dan Sumber Data 4.4.1 Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka-angka tetapi berupa penjelasan atau gambaran umum yang berhubungan dengan obyek penelitian yaitu kompetensi penyuluh sebagai sumber (source), sifat inovasi PTT padi sebagai pesan yang disampaikan (message), dan karakteristik petani sebagai penerima pesan (receiver) yang mempengaruhi perilaku petani dan adopsi inovasi PTT di Kecamatan Sukawati. Data kuantitatif adalah data yang berupa angkaangka dan dapat dihitung.
4.4.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber aslinya dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penelitian. Data primer dikumpulkan dengan wawancara dan kuesioner dibagikan langsung kepada petani sebagai responden penelitian.
45
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur maupun dokumen dari instansi pemerintah. Data sekunder bersumber
dari Dinas Pertanian,
Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Gianyar maupun Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukawati sebagai pelaksana teknis penyuluhan di tingkat kecamatan . Bentuk yang dikumpulkan meliputi laporan tahunan SL-PTT, hasil penelitian atau demplot dan catatan-catatan lainnya yang berkaitan dengan variabel penelitian. 4.5 Variabel Penelitian Pengukuran variabel menurut model penelitian diukur berdasarkan indikator-indikator variabel / konstruk penelitian yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Pengukuran adalah pemberian angka atau bilangan pada obyek atau kejadian-kejadian berdasarkan kaidah-kaidah tertentu (Kerlinger,2000). Konstruk laten dalam penelitian ini merupakan konstruk dengan multidimensi yaitu terdiri dari first order construct dan second order construct. Variabel eksogen terdiri dari karakteristik petani dan sifat inovasi PTT dan kompetensi penyuluh. Second order construct kompetensi penyuluh (eksogen) diukur dengan tiga first order yaitu kemampuan berkomunikasi, penguasaan materi penyuluh dan kemampuan penyuluh memotivasi, selanjutnya masingmasing diukur dengan indikator-indikatornya. Variabel endogen ada dua yaitu perilaku petani dan adopsi, konstruk perilaku yang merupakan second order construct
diukur dengan first order
construct pengetahuan, sikap dan keterampilan.Variabel
adopsi merupakan
46
second order construct yang diukur dengan first order 12 komponen inovasi PTT dengan masing-masing indikatornya. Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel atau konstruk yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan diuraikan definisi secara operasional dan indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian : a) Karakteristik Petani (X1) adalah ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang yang membedakannya dengan individu lainnya. Sumber Daya Petani yang berkualitas akan lebih cepat dalam menerima inovasi PTT. Adapun indikator yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Pengukuran Konstruk Karakteristik Petani (X1) Indikator
Parameter
1. Umur (X1.1)
Jumlah tahun sejak lahir hingga menjadi responden
2. Tingkat pendidikan (X12)
Jumlah tahun mengikuti pendidikan formal
3. Pengalaman usahatani (X1.3)
Jumlah tahun sejak menjadi petani sampai dilakukan penelitian
4. 4. Luas lahan Usahatani (X1.4)
Luas lahan yang dikuasai untuk diusahakan yang dinyatakan dalam satuan luas
5. 5. Jumlah tanggungan keluarga (X1.5)
Jumlah anggota keluarga dalam satu dapur
Kriteria 20-30 >30-40 >40-50 >50-60 >60 0-6 >6-9 >9-12 >12-15 >15 <5 5-10 >10-15 >15-20 >20 <0,25 0-25-0,50 >0,50-0,75 >0,75-1,00 >1,00 1-2 3-4 5-6 7-8 >8
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Hektar Hektar Hektar Hektar Hektar Orang Orang Orang Orang Orang
47
b)
Kompetensi Penyuluh (X2) adalah kemampuan yang dimiliki penyuluh untuk mengubah perilaku petani menuju kondisi yang lebih baik untuk mencapai tujuan adopsi inovasi PTT.
Tabel 4.3 Pengukuran Second Order Konstruk Kompetensi Penyuluh (X2) Indikator / Parameter
First Order Konstruk 1. Kemampuan Berkomunikasi (X2.1)
(1) (2) (3) (4)
Penyuluh mampu menjelaskan materi Petani dapat memahami materi Penyuluh lancar menyampaikan materi Penyuluh dapat menggunakan alat peraga untuk memperjelas materi (5) Pengertian yang sama antara penyuluh dan petani
2. Penguasaan materi penyuluh (X2.2)
(1) Penyuluh dapat menyampaikan materi dengan jelas. (2) Materi mudah dipahami oleh petani (3) Penyuluh dapat menggunakan alat bantu dlm menyampaikan materi (4) Penyuluh dapat menjelaskan materi secara sistematis. (5) Penyuluh bisa menunjukkan kegunaan inovasi
3. Kemampuan penyuluh memotivasi (X2.3)
(1) Mampu menumbuhkan semangat (2) Dapat memberikan dorongan (3) Dapat mengajak petani (4) Dapat menunjukkan harapan-harapan (5) Mampu menggerakkan tindakan petani
Kriteria 5 = Sangat Tinggi 4 = Tinggi 3 = Sedang 2 = Rendah 1 = Sangat Rendah
c) Sifat inovasi PTT (X3) adalah keragaan inovasi yang diajarkan di dalam SLPTT padi dan diukur berdasarkan penilaian petani terhadap ciri-ciri inovasi yang dapat digambarkan peluangnya untuk diadopsi.
48
Tabel 4.4 Pengukuran Konstruk Sifat Inovasi PTT (X3) Indikator
Parameter
1. Keuntungan relatif (X3.1)
Kriteria
Teknologi PTT Relatif menguntungkan
2. Tingkat Kesesuaian (X3.2) 3. Tingkat Kerumitan (X3.3) 4. Dapat Dicoba (X3.4) 5. Mudah Diamati (X3.5)
5 = Sangat Tinggi Tidak bertentangan dengan aturan yang 4 = Tinggi 3 = Sedang ada, kondisi di petani. 2 = Rendah Teknologi PTT sangat mudah dipahami 1 = Sangat Rendah Teknologi PTT mudah dicoba Teknologi PTT dapat dirasakan Manfaatnya
d) Perilaku Petani (Y1) adalah fungsi interaksi antara sifat individu dengan lingkungannya yang dapat dilihat dari ucapannya, gerakan dan gaya seseorang atau merupakan refleksi perubahan yang terjadi pada seorang petani setelah menerima informasi dalam SL-PTT Padi. Unsur perilaku terdiri atas pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Pengukuran Second Order Konstruk Perilaku Petani (Y1) Indikator / Parameter
Kriteria
1. Pengetahuan (Y1.1)
(1) Komponen-komponen inovasi PTT
2. Sikap (Y1.2)
(1) Komponen-komponen inovasi PTT
3. Keterampilan (Y1.3)
(2) Komponen-komponen inovasi PTT
5 = Sangat Tinggi / Sangat Setuju / Sangat Baik 4 = Tinggi/ Setuju / Baik 3 = Sedang 2 = Rendah / Kurang Setuju / Kurang Baik 1 = Sangat Rendah / Tidak Setuju / Tidak Baik
First Order Konstruk
e) Adopsi Inovasi PTT (Y2) adalah kecepatan relatif inovasi PTT diterapkan oleh petani peserta SL-PTT.
49
Tabel 4.6 Pengukuran Second Order Konstruk Adopsi Inovasi PTT (Y2) First Order Konstruk
Parameter
1. Tanam Varietas Padi Unggul (Y2.1)
(1) Selalu menanam varietas unggul (2) Selalu melaksanakan pergiliran varietas
2. Benih bermutu dan berlabel (Y2.2)
(1) Menggunakan benih bermutu dan berlabel
3. Pemberian Bahan Organik (Y2.3)
(1) Menggunakan pupuk organik (2) Jerami dibenamkan ke tanah
4. Penanaman (Y2.4)
(1)Menggunakan caplak atau tali untuk mengatur jarak tanam (2)Menerapkan jajar legowo (3)Penanaman dilakukan secara serempak pada satu hamparan.
5. Pemupukan (Y2.5)
(1)Pemupukan sesuai anjuran Dinas Pertanian (2)Pemupukan I, kurang dari 14 HST (3)Pemupukan II Umur 25-28 HST (4)Kebutuhan N sesuai BWD
6. Pengendalian Hama dan Penyakit (Y2.6)
(1) (2) (3) (4)
Melakukan pengamatan berkala Melakukan rotasi tanaman Menggunakan pestisida hayati Pestisida kimia digunakan sebagai alternatif terakhir
7. Pengolahan tanah (Y2.7)
(1) Pengolahan tanah dilakukan untuk mendapatkan media tanah yang baik.
8. Penggunaan Bibit Muda (Y2.8)
(1) Bibit sudah ditanam pada umur kurang dari 21 hari.
9. Tanam Bibit 1-3 bibit per lubang (Y2.9)
(1) Menanam 1-3 bibit pada setiap lubang tanaman.
10.Pengairan secara efektif dan efisien (Y2.10)
(1) Pemberian air terputus-putus (2) Fase pembentukan malai digenangi air (3) Menjelang panen, sawah dikeringkan.
11. Penyiangan (Y2.11)
(1) Penyiangan dengan menggunakan tangan atau alat landak/gasrok untuk membasmi gulma. (2) Penyiangan dilakukan 2 kali atau lebih
12. Panen (Y2.12)
(1) Panen setelah menguningnya bulir padi secara merata
Kriteria 5 =Sangat Tinggi 4 = Tinggi 3 =Sedang 2 =Rendah 1=Sangat Rendah
50
4.6 Teknik Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) wawancara dengan responden dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelum ke lokasi penelitian, (2) dokumentasi untuk melengkapi data yang dikumpulkan dengan kuesioner, (3) studi kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara megumpulkan dokumen-dokumen atau catatan yang ada baik di petani, subak maupun di BPP atau Dinas yang terkait dengan penelitian. 4.7 Instrumen Penelitian 4.7.1 Uji validitas Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang arti sebenarnya yang diukur. Sebuah intrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Keabsahan kuisener dapat diperoleh jika pernyataan pada kuisener mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisener. Validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total seluruh item pertanyaan. Daftar pernyataan dalam kuisener mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan dalam berbagai pustaka, isi pernyataan disesuaikan dengan responden serta masukan dari para ahli. Dari uji validitas diperoleh nilai koefisien korelasi lebih dari 0,3 maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen tersebut dinyatakan valid.
51
4.7.2 Uji reliabilitas Reliablitas adalah derajat ketepatan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran dimana pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Menurut Ghozali (2006) variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpha lebih dari 0,6. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan bantuan software SPSS 17.0 telah dicapai nilai koefisien instrumen penelitian sebesar 0,908 yang menyatakan bahwa instrument yang dibuat reliable, artinya pernyataan atau pertanyaan yang disusun dapat dipercaya dan diandalkan. 4.8 Metode Analisis Data 4.8.1 Metode Analisis Deskriptif Metode analisis data secara diskriptif dalam penelitian berfungsi mendiskripsikan variabel-variabel yang diteliti dan memberikan interprestasi sesuai tujuan penelitian untuk mendiskripsikan karakteristik petani, kompetensi penyuluh, sifat inovasi, perilaku petani dan adopsi inovasi PTT di Kecamatan Sukawati. Semua indikator dan parameter dari variabel penelitian diukur dengan skala ordinal dengan rentang nilai 1 sampai 5. Data yang diperoleh dikonversikan ke dalam kategori yang berbeda, penentuan kategori variabel dilakukan berdasarkan skor yang dicapai responden dengan menggunakan rumus interval class sebagai berikut :
i
Jarak Jumlah Kelas
52
Keterangan : I Jarak Jumlah Kelas
: interval kelas : nilai skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah : adalah jumlah kelas atau kategori yang ditentukan
Dengan jumlah kategori adalah 5 maka I K = (5-1)/5
= 0,8
Atau Persentase pencapaian skor adalah I K = (100% - 20 %)/5 = 16 % Hasil akhir dari setiap variabel diklasifikasikan menjadi lima kategori seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Kategori Pencapaian Skor Variabel Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5.
Angka >4,2-5 >3,4-4,2 >2,6-3,4 >1,8-2,6 1-1,8
Pencapaian skor Persentase >84-100 >68-84 >52-68 >36-52 20-36
Kategori penilaian Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
4.8.2 Analisis SEM dengan PLS Analisis data penelitian bertujuan menjawab masalah dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Data yang terkumpul ditabulasi berdasarkan masingmasing kategori dan dilakukan analisis statistika. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan struktural (Structural Equation Modeling-SEM) berbasis variance atau Component based SEM, yang terkenal disebut Partial Least Square (PLS) Visual version 1.04bl. Ghozali (2011) menyatakan bahwa PLS merupakan metode analisis yang powerfull, oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi, data tidak harus
53
berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif. PLS-SEM bertujuan untuk menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar konstruk tersebut. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Kategori pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading). Kategori ketiga adalah berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta). Evaluasi model PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non parametrik, Oleh karena itu, model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model dan inner model. 4.8.2.1 Evaluasi model pengukuran (outer model) Evaluasi outer model disebut pula dengan evaluasi model pengukuran dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Model pengukuran dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity
54
untuk indikator pembentuk konstruk laten, serta melalui composite reliability dan cronbach alpha untuk blok indikatornya (Ghozali,2011). Validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa pengukurpengukur (manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas convergent indikator refleksif dapat dilihat dari nilai loading factor untuk setiap konstruk. Kriteria penilaian uji validitas convergent dan discriminant dapat dilihat pada Tabel 4.8 Tabel 4.8 Kriteria Penilaian Uji Validitas Convergent dan Discriminant Validitas Validitas Convergent
Validitas Discriminant
Parameter Loading Factor
AVE (Average Variance Extracted) Cross Loading
Akar AVE dan korelasi Antar konstruk laten
Kriteria Penilaian a. > 0,70 untuk confirmatory research b. 0,50 - 0,60 untuk penelitian tahap awal pengembangan skala dianggap cukup. > 0,50 untuk confirmatory dan exploratory research Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap variabel laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten variabel lainnya. Akar AVE > korelasi antar konstruk laten.
Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji keakuratan (reliabilitas) suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Uji reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha. Penggunaan Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai yang lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk mrnggunakan
55
Coposite Reliability dalam menguji reliabiitas suatu konstruk. Kriteria penilaian untuk uji reliabilitas konstruk dengan indikator refleksif dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Kriteria Penilaian Uji Reliabilitas Konstruk Parameter Composite Reliability Cronbach’s Alpha
Kriteria Penilaian a. 0,60 – 0,70 masih dapat diterima untuk exploratory reseach a. > 0,70 untuk confirmatory research b. 0,60 masih dapat diterima untuk exploratory reseach
4.8.2.2 Evaluasi model struktural (inner model) Dalam menilai model struktural dengan PLS dapat dilihat dari nilai RSquare untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Nilai R-Square merupakan uji goodness fit model. Perubahan nilai R-Square digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel endogen, apakah mempunyai pengaruh substantive. Hasil dari PLS R-Square mempresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model. Selain melihat besarnya R-Square, evaluasi model struktural PLS dapat juga dilakukan dengan Q2 predictive relevance atau sering disebut predictive sample reuse (Ghozali,2011). Kriteria penilaian evaluasi model struktural dapat dilihat pada tabel 4.10
56
Tabel 4.10 Kriteria Penilaian Model Struktural Kriteria
Kriteria Penilaian
R-Square
- 0,67; 0,33; dan 0,19 menunjukkan model kuat, moderat dan lemah.
Q2 predictive Relevance
- Q2 > 0 menunjukkan model mempunyai predictive relevance - Q2 < 0 menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance.