BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Unit Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah Inceptisol dan tipe curah hujan C atau (agak basah) menurut tipe klasifikasi curah hujan Schmidt dan Fergusson (1951). Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012.
3.2 Bahan dan Alat Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih kubis bunga kultivar White Shot, pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk Urea 250 kg/ha , SP36 200 kg/ha, dan KCl 200 kg/ha, pupuk kandang kotoran ayam 10 ton/ha, dan herbisida yang mengandung bahan aktif glifosat.. Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : seed tray, timbangan analitik untuk menimbang bobot kering tanaman, timbangan kiloan, oven, takaran pupuk, sprayer, leaf area meter, hand sprayer, alat penyiram tanaman, besi kuadran berukuran 0,5 m x 0,5 m, label, patok penanda sampel, papan nama, meteran, cangkul, kored, serta alat - alat tulis.
12
13
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan dalam metode eksperimen /
percobaan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 12 perlakuan dan 3 ulangan sehingga dalam percobaan ini terdapat 36 satuan perlakuan. Adapun perlakuannya antara lain :
W1 : Bergulma 0 - 7 hari setelah tanam (HST) W2 : Bergulma 0 - 14 HST W3 : Bergulma 0 - 21 HST W4 : Bergulma 0 - 28 HST W5 : Bergulma 0 - 35 HST W6 : Bergulma 0 – umur panen (kontrol) W7 : Bebas gulma 0- 7 HST W8 : Bebas gulma 0 - 14 HST W9 : Bebas gulma 0 - 21 HST W 10: Bebas gulma 0 - 28 HST W 11 : Bebas gulma 0 - 35 HST W 12 : Bebas gulma 0 – umur panen (kontrol) .
14
3.3.2 Rancangan analisis Menurut Gasperz (2006) model linier yang diperlukan dalam rancangan penelitian ini adalah : Yij = µ + ri + αj + ∑ij Yij : Nilai pengamatan (respons) pada ulangan ke-i perlakuan ke-j µ : Nilai rata-rata sebenarnya ri : Pengaruh ulangan ke-i (i = 1,2,3) αj : Pengaruh perlakuan ke-j (j = W1, W2, W3,…,W12) ∑ij : Pengaruh galat penelitian pada ulangan ke-i yang memperoleh perlakuan ke-j Tabel 2.
Analisis Ragam untuk Rancangan Acak Kelompok
Sumber
Derajat
Ragam
Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat tengah
F hitung
Ulangan (U)
r-1
JKU = (∑J2/t)-X..2/rt
KTU = JKU/r-1
KTU/KTG
Perlakuan (P)
t-1
JKP = (∑J2/r)-X..2/rt
KTP = JKP/t-1
KTP/KTG
Galat
(t-1)(r-i)
JKG = JKT-JKU-JKP
KTG = JKG/(r-1)(t-1)
Total
rt-1
JKT
Sumber: Gasperz, 2006 Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya perlakuan yang berbeda nyata adalah uji F pada taraf 5%. Untuk menguji perbedaan nilai rata-rata perlakuan digunakan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%.
15
3.3.3
Perhitungan Periode Kritis Penentuan periode kritis kubis bunga terhadap gulma digunakan cara Nieto et
al., (1968) yaitu dengan membuat grafik pengaruh periode bebas gulma dengan periode bergulma terhadap hasil panen tanaman (bobot krop kubis bunga per plot). Pada saat hasil panen mulai menurun secara mencolok akibat adanya gulma yang tumbuh bersama-sama secara terus-menerus pada kurva pengaruh periode bergulma menandakan awal periode kritis tanaman dan pada saat pertumbuhan tanaman menjadi semakin kompetitif yang ditandai dengan hasil panen yang mulai mencapai maksimum pada grafik pengaruh periode bebas gulma maka saat tersebut adalah akhir periode kritis tanaman.
3.3.4
Perhitungan Kehilangan Hasil Kehilangan hasil kubis bunga dihitung dengan rumus dari Buangan dan
Mercado (1976)
A-B L=
x 100 % A
Keterangan : L = Kehilangan hasil A = Hasil yang diperoleh pada petak bebas gulma B = Hasil yang diperoleh pada petak bergulma
16
3.4 Pelaksanaan Percobaan 3.4.1
Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui keragaman komunitas gulma
yang ada. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat dengan petak contoh berukuran 0,5 m x 0,5 m secara acak sebanyak lima kali lemparan ke seluruh areal pertanaman, kemudian gulma yang berada dalam besi kuadran tersebut dipisahkan menurut spesiesnya. Pengambilan gulma dalam besi kuadran 0,5 m x 0,5 m dapat dilihat pada Gambar 1.
3.4.2 Persemaian dan Pembibitan Benih kubis bunga disemai dalam baki persemaian yang telah diisi dengan media tanam campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 3:1. Jumlah benih yang disemai sebanyak 1.200 benih. sehingga media baki persemaian yang digunakan sebanyak 4 buah. Selanjutnya pada media dalam baki persemaian dibuat larikan selebar 2 cm dan jarak antar larikan adalah 5 cm, lalu benih kubis bunga disebarkan ke dalam larikan tersebut, kemudian ditutup dengan campuran media. Setelah itu media tanam disiram sampai basah. Penyemaian bibit kubis bunga dalam baki persemaian dapat dilihat pada Gambar 2 dan bibit kubis bunga dalam baki persemaian dapat dilihat pada Gambar 3. Pada umur 10-15 hari setelah semai atau setelah bibit memiliki 1-2 helai daun, bibit dipindahkan ke dalam seed tray yang terbuat dari
plastik, 1 seed tray terdiri dari 100 lubang dengan setiap lubang
berdiameter 4-5 cm dan tingginya 5 cm sehingga seed tray yang digunakan sebanyak
17
12 buah. Pemindahan bibit kubis bunga dari baki persemaian ke seed tray dapat dilihat pada Gambar 4 dan bibit kubis bunga yang sudah ditanam di seed tray dapat dilihat pada Gambar 5. Selama di persemaian, bibit memerlukan air, oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi tanah dalam kokeran. Penyiraman menggunakan hand sprayer. Bibit kubis bunga siap dipindah tanamkan pada saat bibit berusia 28 hari setelah tanam, dengan kriteria bibit telah memiliki 4-5 helai daun dan kemudian dipindahtanamkan ke lahan.
3.4.3 Persiapan Lahan Lahan diolah menggunakan cangkul lalu dibuat plot-plot penanaman berupa bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 0,15 m, lebar 1,2 m dan panjang 8,6 m. Jarak antar bedeng 30 cm. Parit dibuat antar bedengan dengan ukuran 30 cm. Jumlah bedengan yang dibuat berjumlah 36 bedengan sesuai dengan banyaknya satuan perlakuan. Setiap bedengan ditanam 2 baris (jalur) tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm, pada setiap baris tanaman terdapat 15 lubang tanam, masing-masing lubang tanam diisi 1 bibit kubis bunga sehingga dalam satu bedeng terdapat 30 tanaman. Bedengan yang siap ditanam dapat dilihat pada Gambar 6 dan tata lahan percobaan disajikan pada Lampiran 2. Tiap jarak tanam dibuat lubang tanam menggunakan tugalan. Setiap lubang tanam diberi pupuk kandang ayam dengan dosis sebanyak 10 ton/ha (300 g/lubang tanam). Pupuk kandang tersebut diaduk dan dicampur ratakan dengan tanah.
18
3.4.4 Penanaman Penanaman bibit kubis bunga dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.0010.00 saat penguapan air oleh pengaruh sinar matahari dan temperatur udara tidak terlalu tinggi. Bibit yang dipilih untuk ditanam adalah bibit yang sehat yaitu bibitnya kokoh, tidak layu dan tidak terserang hama atau penyakit. Bibit kubis bunga satu per satu ditanam pada lubang tanam yang telah dibuat dengan menggunakan tugal, kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan tanah dan sedikit dipadatkan agar bibit yang baru ditanam dapat berdiri dengan kokoh. Setelah penanaman, bibit disiram sampai kondisi tanah di sekitarnya basah (lembap). Bibit kubis bunga yang sudah ditanam di lahan dapat dilihat pada Gambar 7.
3.4.5 Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk KCl dan SP36 yaitu masingmasing 200 kg/ha (6 gr/tanaman) dan pupuk urea 125 kg/ha (3,75 gr/tanaman). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membuat lubang di kiri kanan tanaman menggunakan tugalan sedalam ± 5 cm dan sejauh ± 10 cm dari lubang tanam. Pupuk urea diaplikasikan secara tunggal dalam satu lubang sedangkan pupuk KCl dan SP36 diaplikasikan secara bersamaan dalam satu lubang tanam. Pemberian pupuk susulan dilakukan pada umur 14 HST (Hari Setelah Tanam) dengan menggunakan pupuk urea dengan dosis sebanyak 125 kg/ha (3,75 gr/tanaman). Perhitungan dosis pupuk selengkapnya pada Lampiran 3.
19
3.4.6 Pemeliharaan Tanaman a. Penyulaman Penyulaman hanya dilakukan dua kali pada saat 3-4 hari setelah pemindahan bibit. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman muda yang mati. b. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan dengan cara disiangi. Waktu penyiangan gulma sesuai dengan perlakuan percobaan. Penyiangan gulma dilakukan secara fisik yaitu dengan mencabut gulma dengan tangan atau membersihkannya dengan alat bantu kored maupun cangkul secara hati-hati. c. Pembumbunan Pembumbunan
dilakukan
bersamaan
dengan
penyiangan
gulma.
pembumbunan dilakukan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan ke dalam bedengan. Pembumbunan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman parit dan ketinggian bedeng serta meningkatkan kegemburan tanah sehingga akar akan dapat menyerap air serta unsur hara secara optimal. d. Penyiraman Penyiraman dilakukan dengan menggunakan embrat, dilakukan agar kondisi tanah tetap lembap. Intensitas penyiraman sesuai dengan kondisi cuaca. e. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik yaitu dengan membunuh langsung hama yang ditemui, begitu juga dengan serangan penyakit, langsung memotong bagian tanaman yang terserang penyakit,
20
3.5 Parameter Pengamatan 3.5.1 Pengamatan Penunjang a. Data curah hujan, temperatur, dan kelembapan selama percobaan b. Serangan hama dan penyakit yang menyerang selama percobaan c. Analisis vegetasi sebelum percobaan Analisis vegetasi menggunakan rumus Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) adalah nilai penting dibagi jumlah besaran. Jenis gulma yang mempunyai nilai NJD terbesar berarti gulma tersebut merupakan jenis gulma yang dominan. Penghitungan Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) adalah : Kerapatan relatif suatu jenis =
Nilai kerapatan mutlak satu golongan X 100% Jumlah nilai kerapatan mutlak semua golongan
Frekuansi relatif suatu jenis
=
Nilai frekuensi mutlak satu golongan X 100 % Jumlah nilai frekuensi mutlak semua golongan
Dominansi relatif suatu jenis =
Nilai dominansi mutlak satu golongan X 100% Junlah nilai dominansi mutlak semua golongan
Nilai Penting
= Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
Nisbah Jumlah Dominansi
=
Nilai Penting 3
3.5.2 Pengamatan Utama Pengamatan utama meliputi pengamatan terhadap gulma (bobot kering) dan tanaman kubis bunga (pertumbuhan serta hasilnya)
21
1. Pengamatan Gulma Pengamatan pada gulma dilakukan terhadap bobot kering gulma pada 14 HST, 28 HST dan pada 42 HST dengan mengambil dari petak destruktif 0,25 m2 dan setiap pengambilan contoh dilakukan 2 petak contoh per petak perlakuan. Gulma diambil dengan akarnya, dibersihkan kemudian dikelompokkan menurut jenisnya yaitu gulma berdaun lebar, gulma rumput, dan gulma teki. Bobot kering diukur dengan cara menimbang gulma yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 80 0C selama 48 jam, kemudian ditimbang. Apabila setelah 3 kali penimbangan bobotnya sama, maka dicapai bobot kering konstan. 2)
Pengamatan Komponen Pertumbuhan Tanaman
Untuk mengetahui respon tanaman terhadap perlakuan di lapangan dengan mengambil tanaman sebagai sampel dari setiap plot perlakuan yang dipilih secara acak. Adapun pengamatan pertumbuhan tanaman yang dilakukan antara lain : a. Tinggi tanaman (cm), diukur dari bagian batang diatas permukaan tanah hingga bagian tanaman tertinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 7 HST, 14 HST, 21 HST, 28 HST, dan 35 HST. Perhitungan dilakukan pada 3 tanaman setiap plot secara acak. b.
Indeks Luas daun ( cm2 ), data luas daun diambil dengan menggunakan leaf area meter yaitu pada saat tanaman berumur 30 HST : ILD =
Luas Daun Luas Area Tanah
22
c. Bobot kering tanaman (gr) diukur setiap 14 HST, 28 HST, 42 HST (panen) dan dengan cara mengoven 2 tanaman kubis bunga pada suhu 80 oC selama 72 jam hingga mencapai bobot konstan.
3) Pengamatan Komponen Hasil Tanaman Kubis Bunga : a. Bobot krop kubis bunga per plot (kg), dihitung pada saat panen dengan menimbang seluruh massa bunga pada tiap plot. Bunga ditimbang bersama sedikit daun yang melekat pada batang yang dibentuk merata setinggi kubis bunga. b. Diameter krop kubis bunga (cm), pengukuran menggunakan penggaris, diukur pada bagian tengah massa bunga.