BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksploratif, yakni menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan atau dugaan yang sifatnya masih baru dan untuk memberikan arahan bagi penelitian selanjutnya (Kuncoro, 2009). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh menonton tayangan Paranoia terhadap perilaku gaya hidup SMA Bakti Mulya 400 Jakarta. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini berdasarkan atas filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, data yang berbentuk yang sifatnya dapat dihitung dan diukur jumlahnya untuk diolah menggunakan metode statistik (Riduwan, 2004:106). Sedangkan menurut Kriyantono (2006:60) pendekatan kuantitatif merupakan riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variable-variabel sebagai obyek penelitian dan variable-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasional variable masing-masing. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam 40
41 hubungannya dengan penafsiran angka statistic bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya (Jonathan Sarwono, 2006:258). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Penelitian survey merupakan cara penelitian yang paling sesuai untuk dapat menguji hubungan sebab-akibat. Penelitian survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak.Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Van Dalen mengatakan : Their objective ( of survey ) may not merely be to as certain status, but also to determine the adequacy of status by comparing it with selected or established standards, norms or criteria. Jadi survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis (Slamet Yulius, 2006). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Pada umumnya survey menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan data. Survey menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin besar sampel, semakin mencerminkan populasi hasilnya. Pendekatan survei yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai factor-faktor yang merupakan pendukung kemudian menganalisis factor-faktor
42 tersebut. Menurut Wibisono mengatakan survey merupakan teknik riset dimana informasi dikumpulkan melalui penggunaan kuesioner (Arikunto, 2006:108). Sedangkan
menurut Masyhuri
mengatakan
bahwa
metode
survey
adalah
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual (2008: 34) 3.2 Metode dan Riset Teknik Purposive Sampling Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari cirri-ciri sampel yang ditetapkan (Sugiyono, 2008). Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Bakti Mulya 400 Jakarta yang beralamat di Jl. Lingkar Selatan, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Lokasi ini di pilih karena peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh menonton tayangan Paranoia terhadap perilaku gaya hidup Siswa/I SMA Bakti Mulya 400 kelas 1, 2 dan 3 angkatan 2011-2012. Para pelajar SMA Bakti Mulya 400 berasal dari latar belakang keluarga yang kelas ekonomi sosialnya. Oleh karena itu alasan bagi peneliti untuk menjadikannya sebagai responden. Karena mereka dianggap dapat mewakili.
43 3.3 Operasional Penelitian Definisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Menurut Umar (2008: 63) variable independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen. Suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobeservasi dari apa yang edang didefinisikan “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang mengaambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Jonathan Sarwono, 2006:68). Variabel bebas penelitian ini adalah pengaruh menonton tayangan “Paranoia” (X), sedangkan variable tak bebas penelitian ini adalah perilaku gaya hidup SMA Bakti Mulya 400 dalam menyukai dunia malam khusunya dunia gemerlap (Y). Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep Variabel
Dimensi
Indikator
Pengaruh Tayangan Paranoia
Frekuensi
(X)
Tingkat keseringan menonton sebulan 4 kali
Lama menonton selama 30 menit tiap Durasi
penayangannya
44
Atensi
Memperhatikan secara keseluruhan tanpa melakukan aktivitas lainnya
Perilaku Gaya Hidup SMA Bakti Mulya 400
Aktivitas
(Y) Aktivitas menonton Ketertarikan
remaja SMA Tertarik mencari tahu dan mencoba kehidupan
Pendapat
malam
Berpikir clubbing dapat menyegarkan pikiran
Berpendapat clubbing hal yang wajar dan dapat menambah teman baru
45 3.4 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 55). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Siswa/I SMA Bakti Mulya 400 Jakarta kelas 1, 2 dan 3 angkatan 2011-2012 yang pernah menonton tayangan Paranoia. Dari jumlah murid Siswa/I SMA Bakti Mulya 400 Jakarta kelas 1, 2 dan 3 angkatan 2011-2012 yang totalnya 377 murid, terdapat 71 murid yang pernah menonton tayangan Paranoia. Pertimbangan memilih SMA Bakti Mulya 400 sebagai unit analisis dalam penelitian ini adalah karena SMA Bakti Mulya 400 sebagai salah sekolah dengan siswanya yang cenderung menonjol dalam gaya hidupnya yang suka dengan dunia malam. Sehingga peneliti merasa siswa SMA Bakti Mulya 400 berkompeten dijadikan sebagai unit analisis penelitian. 3.5 Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Sukandarumidi, 2006:50). Rancangan sampel yang digunakan adalah non probabilitas dengan teknik purposive sampling. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Peneliti memilih siswa SMA Bakti Mulya 400 kelas 1, 2 dan 3 angkatan 2011-2012) yang pernah menonton tayangan Paranoia. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah selurtuh jumlah populasi, yaitu berjumlah 71 responden yang tersebar dari berbagai kelas.
46 3.6 Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti yaitu jawaban dari responden yang diberikan melalui kuesioner. Data primer sesungguhnya yang diperoleh dengan melakukan riset yang dilakukan para peneliti untuk memenuhi tujuan khusus (Schiffman dan Kanuk, 2004: 21) Data primer mencakup data yang berhubungan dengan variabel yang berpengaruh terhadap perilaku penonton yang diperoleh melalui kuesioner yang dirancang sesuai dengan keperluan penelitian, antara lain tentang data-data responden, kuesioner yang berisikan pertanyaan aktivitas, ketertarikan serta pendapat. Kuesioner atau angket adalah suatu alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang diajukan kepada subyek atau responden penelitian (Faisal, 2008; 122). Berdasarkan pertanyaan dalam penelitian ini, digunakan dua tipe pertanyaan, yaitu: a. Pertanyaan Terbuka, yaitu jenis pertanyaan yang memberi kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri, tentang usia, jenis kelamin, kelas. b. Pertanyaan Tertutup, yaitu responden tinggal memilih pilihan jawaban yang telah disediakan untuk masing-masing pertanyaan yang diberikan. Kuesioner sebagian besar disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup untuk memperoleh data eksploratif dalam rangka menguji hipotesis dan model kajian yang memiliki dimensi interval 5 jawaban, untuk masing-masing pertanyaan yang diajukan dalam daftar pertanyaan. Alternatif jawaban menggunakan skala likert
47 dengan 5 alternatif jawaban, misalnya sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala yang digunakan adalah: sangat tinggi (score = 5), tinggi (score = 4), ragu-ragu (score = 3), rendah (score = 2) dan sangat rendah (score = 1). Skala yang digunakan merupakan skala likert, yaitu serangkaian pernyataan pendapat yang positif dan negatif tentang suatu konstruk. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Kriyantono, 2006:44). Data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas masalah dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan pada data sekunder yang tersedia dan dapat mengetahui komponen-komponen situasi lingkungan yang mengelilinginya. Hal ini akan menjadi lebih mudah bagi peneliti untuk memahami persoalan yang akan diteliti, khususnya mendapatkan pengalaman-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti (Jonathan Sarwono, 2006:124). Data sekunder mencakup gambaran umum program acara Paranoia dalam hal ini melalui TV lokal Jakarta O Channel. Selain itu, data sekunder juga akan diperoleh peneliti dengan studi kepustakaan yaitu mencari data atau informasi melalui internet, buku-buku referensi, catatan kuliah dan bahanbahan publikasi yang tersedia di perpustakaan. 3.7 Uji Validitas dan Realibilitas Suatu instrumen pengukuran (misal kuesioner) dikatakan reliabel bila memberikan hasil score yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran mungkin reliabel tapi tidak valid, tetapi suatu pengukuran tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel. Ini berarti reliabilitas (reliability) merupakan syarat perlu tapi
48 tidak cukup (nessary but not sufficient condition) untuk validitas (validity). Sedangkan validitas adalah pengukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan (kesahihan) ukuran suatu instrumen terhadap konsep yang diteliti. Suatu instrumen adalah tepat untuk digunakan sebagai ukuran suatu konsep jika memiliki tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, jika tingkat validitas rendah mencerminkan bahwa instrumen kurang tepat untuk diterapkan. Uji Validitas Uji validitas internal dilakukan kepada sejumlah responden yang menjadi bagian dari populasi. Setelah itu, akan diperoleh item-item pernyataan yang valid dan item-item yang tidak valid akan diperbaiki atau tidak digunakan lagi dalam analisis lebih lanjut. Adapun langkah-langkah dalam pengujian validitas adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur. 2. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden. Jumlah responden untuk diuji coba dalam penelitian ini sebesar 30 orang . 3. Menghitung korelasi antara masing-masing item pernyataan dengan skor total yang menggunakan rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0: ρ = 0 (item pernyataan tidak valid) H0: ρ > 0 (item pernyataan valid) Kemudian angka korelasi terkoreksi yang dapat dibandingkan dengan angka korelasi dari Tabel r (Singarimbun & Effendi, 1995), kriteria pengujinya adalah:
49 a) Bila rpq dari hasil olahan uji tersebut diperoleh item-item pernyataan dengan rpq bernilai positif dan rpq > r tabel maka tolak H0 sehingga item tersebut valid. b) Bila rpq bernilai negatif dan rpq ≤ r tabel, maka item tersebut tidak valid berarti item tersebut tidak dapat digunakan. Untuk menentukan batas suatu pertanyaan dikatakan valid atau tidak dapat dilihat dari tabel r dibawah ini: DF 3 4 5 6 7 8 9
r 0,05 0,9969 0,9500 0,8783 0,8114 0,7545 0,7067 0,6664
DF 10 11 12 13 14 15 16
r 0,05 0,6319 0,6021 0,5760 0,5529 0,5324 0,5140 0,4973
DF 17 18 19 20 21 22 23
r 0,05 0,4821 0,4683 0,4555 0,4438 0,4329 0,4227 0,4132
DF 24 25 26 27 28 29 30
r 0,05 0,4044 0,3961 0,3882 0,3809 0,3739 0,3673 0,3610
Karena dalam penelitian ini menggunakan 30 responden untuk uji instrument penelitian yang berarti DF nya adalah 30 – 2 = 28, maka r tabel = 0,3739. Uji Realibilitas Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas adalah metode konsistensi internal. Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dengan menggunakan konsistensi internal dilakukan dengan cara mencobakan instrumen cukup sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis. Uji reliabilitas instrumen ini diujicobakan bersamaan dengan uji validitas internal, terhadap sampel yang sama dan instrumen yang sama sehingga dari survei uji coba ini diperoleh pula data skor responden yang mencakup variabel Menikmati tayangan Paranoia (X) dan variabel Gaya Hidup (Y).
50 Nilai koefisien Alpha berkisar antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1, alat ukur semakin reliabel. Menurut Malhotra dalam Sunu (2001), pengukuran suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel jika nilai koefisien Alpha-nya > 0,6. Menurut Arikunto (2002), koefisien korelasi reliabilitas dapat dikelompokkan menjadi lima kriteria, yaitu: 1. 0,800 < α ≤ 1,000 = sangat tinggi 2. 0,600 < α ≤ 0,800 = tinggi 3. 0,400 < α ≤ 0,600 = cukup tinggi 4. 0,200 < α ≤ 0,400 = rendah 5. 0,000 ≤ α ≤ 0,200 = sangat rendah (tak berkorelasi)
3.8 Analisis Data 3.8.1 Uji Korelasi Korelasi adalah ukuran hubungan antara dua variabel, terutama untuk variabel kuantitatif. Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila satu variabel diturunkan, maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan negatif, bila nilai satu variabel dinaikkan maka akan menurunkan nilai variabel lain, dan sebaliknya bila nilai
51 satu variabel diturunkan, maka akan menaikkan nilai variabel lain. Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi mendekati nilai +1 atau -1 menunjukkan bahwa jika kedua variabel itu mempunyai hubungan positif atau negatif yang kuat. Sedangkan apabila koefisien korelasi adalah sebesar 0 maka kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Dalam arti kejadian-kejadian pada variabel yang satu akan dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variabel yang lain tanpa terjadi kesalahan (error). Semakin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar kesalahan untuk membuat prediksi. Menurut
Arikunto
(2002),
koefisien
korelasi
dapat
dikelompokkan menjadi lima kriteria, yaitu: 1. 0,800 < α ≤ 1,000 = sangat tinggi 2.
0,600 < α ≤ 0,800 = tinggi
3. 0,400 < α ≤ 0,600 = cukup tinggi 4. 0,200 < α ≤ 0,400 = rendah 5. 0,000 ≤ α ≤ 0,200 = sangat rendah (tak berkorelasi)
3.8.2 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kesesuaian suatu model persamaan regresi. Nilai R2 menunjukkan besarnya variasi tak bebas yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas. Koefisien determinasi perlu diukur untuk melihat seberapa besar variabel bebas yang dimasukkan dalam model penelitian memiliki andil dalam mempengaruhi variabel tak bebas dibandingkan dengan faktor-faktor lain yang mungkin tidak dimasukkan dalam model tapi sebenarnya ikut mempengaruhi variabel tak bebas pada kenyataan.
52
3.8.3 Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi sederhana (Simple Regression Analysis) digunakan untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen y berdasarkan nilai variabel independen x. Analisis regresi juga dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen x terhadap variabel dependen y. Variabel independen x sering disebut sebagai variabel prediktor, sedangkan variabel dependen y sering disebut sebagai variabel respons. Analisis regresi mencerminkan bentuk persamaan matematika yang mengungkapkan
hubungan
antara
variabel
dependen
dan
variabel
independen. Model regresi ini berbentuk Y = a + bX + e, dimana Y adalah variabel dependen, a adalah konstanta, b adalah koefisien regresi, X adalah variabel independen dan e adalah error atau kesalahan. Manfaat dari hasil analisis regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau tidak. Dalam penelitian inivariabel yang digunakan adalah: X = Tayangan Televisi (Program Acara Paranoia di O Channel) Y= Perilaku Gaya Hidup Siswa SMA Bakti Mulya 400
53
3.9 Perumusan Hipotesis Statistik Pengujian hipotesis statistik dilakukan berdasarkan atas rumus sebagai berikut: Ho : β = 0 (Tayangan program acara Paranoia tidak mempengaruhi gaya hidup aktivitas, ketertarikan dan pendapat SMA Bakti Mulya 400 Jakarta tentang dunia hiburan malam) Ha : β > 0 (Tayangan program acara Paranoia mempengaruhi gaya hidup aktivitas, ketertarikan dan pendapat SMA Bakti Mulya 400 Jakarta tentang dunia hiburan malam) Rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat presisi atau basis ketidakakuratan sebesar 5%=0,05 Bila signifikansi ≥ 0,05 maka Ho tidak di tolak Bila signifikansi < 0,05 maka Ho di tolak