BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Novel Ritournelle de La Faim karya Le Clezio adalah representasi kehidupan pribadinya. Ia menjadikan pengalaman sang ibu sebagai inspirasi novel. Le Clezio juga memiliki beberapa karya lainnya yang dibuat berdasarkan pengalaman hidupnya di berbagai negara. Sebagian besar novelnya menyuarakan tentang kemanusiaan. Ia membangun tokoh yang berasal dari kamu minoritas atau subordinat sehingga pembaca bisa melihat sesuatu permasalahan dari sisi yang lain. Ritournelle de La Faim merupakan sebuah novel yang menceritakan kehidupan seorang gadis bernama Ethel Brun yang pada awal cerita berusia sepuluh tahun. Ia berasal dari keluarga borjuis yahudi keturunan Mauritius yang tinggal di kota Paris sebelum dan selama perang dunia kedua berlangsung. Diceritakan dalam novel ini jika Ethel tidak merasakan kebahagiaan meskipun hidup di keluarga kaya karena ia mengalami dan melihat dominasi yang terjadi di sekitarnya. Tema kolonial muncul secara implisit melalui peristiwa pameran kolonial dan holocoust. Dominasi sosial terjadi tidak hanya antara orang dengan orang lain namun juga dilakukan oleh antar kelompok. Penelitian ini menggunakan teori dominasi sosial untuk menemukan wujud dominasi sosial yang ada di dalam novel Ritournelle de La Faim. Felicia 65
Pratto, Jim Sidanius, dan Shana Levin membagi sistem dominasi sosial ke dalam tiga struktur berdasarkan umur, jenis kelamin, dan kesewenang-wenangan. Yang pertama adalah sistem dominasi umur di mana orang dewasa memiliki kekuatan yang tidak seimbang terhadap anak-anak. Di dalam novel Ritournelle de La Faim, terdapat dua wujud dominasi umur yaitu yang terjadi didalam hubungan kakekcucu antara Soliman dengan Ethel dan dalam hubungan ayah-anak antara Alexandre dengan Ethel. Kedua wujud dominasi tersebut memiliki persamaan yaitu orang dewasa yang menguasai pikiran anak kecil sehingga dapat mewujudkan keinginannya sendiri. Soliman dan Alexandre adalah orang dewasa dominan sedangkan Ethel sebagi anak kecil menjadi pihak subordinaat. Soliman menjadikan Ethel alat penyelamat kekayaannya dari orang yang tidak disukainya. Sementara Alexandre mengkhianati Ethel demi dapat menguasai warisan yang didapatkan Ethel. Keduanya menjalankan kekuasaan melalui saluran ideologi yang membuat pikiran Ethel patuh serta percaya pada kedua orang dewasa tersebut. Adanya unsur rasa cinta, dan percaya yang dirasakan Ethel kepada Alxandre dan Soliman juga mendukung terjadinya dominasi umur tersebut. Yang kedua adalah jenis kelamin, dimana laki-laki memiliki memiliki kekuatan sosial, politik, dan militer yang lebih besar daripada perempuan. Di dalam novel Ritournelle de La Faim dominasi ini ditemukan dalam hubungan pasangan suami-istri yang bernama Alexandre dan Justine. Sang suami memiliki hubungan gelap dengan perempuan lain tanpa memikirkan perasaan istrinya. Meskipun demikian sang istri tetap mencintai suaminya dan bertahan dalam
66
pernikahannya. Unsur kekuasaan berupa rasa cinta yang dirasakan Justine kepada Alexandre menjadi pendukung terjadinya dominasi jenis kelamin tersebut. Yang terakhir adalah sistem dominasi kesewenang-wenangan, dimana kelompok ini dibangun berdasarkan kesewenang-wenangan, sehingga tidak berhubungan dengan siklus hidup manusia, sekaligus memiliki akses sosial yang berbeda dalam hal positif maupun negatif. Di dalam novel Ritournelle de La Faim, terdapat beberapa wujud dominasi kesewenang-wenangan. Yang pertama di dalam hubungan persahabatan Ethel dan Xénia. Ethel kembali menjadi tokoh subordinat yang didominasi oleh Xénia. Rasa sayang Ethel kepada Xénia membuatnya rela berkorban supaya dapat selalu bersama Xénia. Namun Xénia justru sering melakukan tindakan yang membuat Ethel sakit hati. Dominasi yang dilakukan Xénia kepada Ethel muncul karena ia memiliki kekuasaan akibat unsur rasa cinta yang dirasakan Ethel kepadanya. Selanjutnya wujud dominasi kesewenang-wenangan
dapat ditemukan
dalam dua peristiwa yang tergolong ke dalam dominasi antarkelompok. Yang pertama adalah peristiwa pameran kolonial yang diselenggarakan di taman kota Paris. Negara penjajah melakukan dominasi pada negara jajahannya dengan memamerkan kebudayaan yang dimiliki negara jajahan dengan tujuan-tujuan tertentu. Sebaik atau seindah apapun kebudayaan yang dimiliki negara jajahan, tidak akan memberikan nilai sosial positif yang lebih banyak kepada negara jajahan tersebut karena statusnya sebagai negara yang dijajah (subordinat). Selain itu yang akan mendapat keuntungan dari hasil penjualan barang-barang kebudayaan di pameran kolonial adalah negara kolonial bukan negara penjajah. 67
Yang kedua adalah peristiwa holocoust yang terjadi antara kelompok tentara nazi Jerman dengan kelompok penganut yahudi. Pada novel Ritournelle de La Faim dijelaskan bahwa kelompok nazi sebagai pihak dominan menguasai kelompok yahudi dengan cara mengeluarkan dekrit. Para yahudi diwajibkan mematuhi peraturan yang ada di dalam dekrit tersebut dan menggunakan ancaman hukuman penjara bagi para yahudi yang melanggarnya. Tentara nazi Jerman melakukan dominasi melalui saluran militer sehingga para yahudi tunduk akibat adanya unsur kekuasaan yaitu rasa takut. Analisis yang telah dilakukan terhadap novel Ritournelle de La Faim menghasilkan kesimpulan bahwa teori dominasi sosial berhasil mengungkap sistem dominasi sosial yang dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur kekuasaan. Dominasi tersebut terjadi pada tindakan, ucapan, ataupun pemikiran dalam hubungan antarindividu maupun antarkelompok. Pada awalnya dominasi terjadi karena adanya perbedaan kekuasaan yang dimiliki tiap individu atau kelompok. Peran dan status sosial individu atau kelompok di masyarakat mempengaruhi nilai sosial positif yang bisa diraihnya sehingga mempengaruhi seberapa besar individu atau kelompok tersebut dapat memiliki kekuasaan dan melakukan dominasi kepada individu atau kelompok lain. individu atau kelompok dominan memiliki nilai sosial positif lebih banyak daripada individu atau kelompok subordinat. Adanya unsur kekuasaan yang berasal dari perasaan manusia juga mempengaruhi seberapa besar kemampuan individu atau kelompok melakukan dominasi pada individu atau kelompok lain. Unsur kekuasaan memperbesar kesempatan penggunaan kekuasaan hingga menimbulkan dominasi. Unsur-unsur kekuasaan 68
memperbesar kesempatan penggunaan kekuasaan yang dapat menimbulkan dominasi dari individu atau kelompok dominan kepada individu atau kelompok subordinat. Segala peristiwa yang ada di dalam novel Ritournelle de La Faim telah dihubungkan dengan sistem dominasi sosial milik Felicia Pratto, Jim Sidanius, et Shana Levin. Dominasi tersebut tidak hanya terjadi antarkelompok namun juga terjadi antarindividu di dalam tubuh kelompok itu sendiri. Dominasi sosial yang terjadi tidak sekedar mengandalkan kekuatan fisik namun juga kekuasaan dalam mempengaruhi, mengendalikan, dan mengatur pikiran orang lain. Dominasi di dalam tubuh kelompok terjadi di dalam hubungan keluarga tokoh utama novel Ritournelle de La Faim yaitu di dalam hubungan antara kakek dengan cucu, antara ayah dengan anak, antara suami dengan istri. Dalam hubungan tersebut baik kakek, ayah, ataupun suami telah melakukan dominasi pada lawannya dengan cara memanfaatkan unsur kekuasaan yang berupa rasa cinta, dan kepercayaan demi mewujudkan impiannya sendiri. Unsur kekuasaan itu dimiliki oleh pihak subordinat dalam hal ini cucu, anak, dan istri. Dominasi antarkelompok ditunjukkan melalui dua peristiwa. Yang pertama adalah pameran kolonial. Dalam peristiwa ini dominasi dilakukan oleh negara
penjajah
yang
menggunakan
kekuasaannya
untuk
mendominasi
kebudayaan negara jajahan. Yang kedua adalah peristiwa holocaust dimana kelompok tentara nazi Jerman menggunakan kekuasaanya untuk mengatur dan membatasi ruang gerak kelompok yahudi. Tentara nazi Jerman menggunakan 69
saluran militer dengan hukuman penjara sebagai imbalan bagi para yahudi yang tidak mengikuti aturan mereka. Hasil analisis yang telah dipaparkan telah menjawab dua permasalahan dalam penelitian, yang pertama mengenai wujud dominasi sosial dan yang kedua mengenai hubungan kekuasaan dan dominasi sosial di dalam novel Ritournelle de La Faim. Penelitian ini belum membahas hal-hal menarik lain yang dapat ditemukan di dalam novel Ritournelle de La Faim, misalnya psikologi tokoh, kolonialisme, ataupun penelitian dengan pendekatan sosiologi sastra. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat membahas tema-tema tersebut atau tema-tema menarik yang lain yang masih bisa digali dari cerita dalam novel Ritournelle de La Faim.
70