BAB III HASIL PENELITIANPENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIDKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 SUBAH KABUPATEN BATANG
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang 1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang berdiri pada tahun pelajaran 1984/1985 dengan Surat Keputusan Mendikbud RI No. 0558/0/1984 pada tanggal 20 November 1984. Di atas areal tanah seluas 25.000 m2 di Desa Jatisari Kecamatan Subah Kabupaten Batang Kabupaten Batang. Tahun pelajaran baru 1984/1985 dimulai bulan Juli 1984 masuk sore hari sementara menempati gedung SMA Negeri Batang diampu oleh Kepala SMA Negeri Batang bapak Sudjarwo Pudjolasmono, BA sampai terakhir hari Sabtu Wage tanggal 27 April 1985. Pada hari Senin Legi tanggal 29 April 1985 dari gedung SMA Negeri Batang pindah ke gedung baru yang sudah selesai dibangun masuk SMA Negeri Subah Kabupaten Batang Kabupaten Batang sampai sekarang. Untuk hari dan waktu-waktu
selanjutnya
hari
41
kepindahan
ke
Subah
Kabupaten
42
Batanginilah yang ditetapkan sebagai hari ulang tahun SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang.1 2. Letak Sekolah SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang merupakan SMA yang terletak di Jl. Raya Jatisari Subah Kabupaten Batang Telepon (0285) 666240 Kode Pos 51262. SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang merupakan SMA kedua yang berdiri di daerah Kabupaten Batang setelah SMA Negeri 1 Batang. SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang dibangun diatas tanah seluas kurang lebih 25.000 m2. Sebelah utara dan barat dibatasi dengan hutan jati yang termasuk batas Desa Jatisari dan Desa Kalimanggis. Sebelah selatan SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang adalah jalan pantura dan merupakan batas Desa Padurekso sementara sebelah timur dibatasi oleh Desa Padurekso.2 3. Struktur Organisasi Demi kelancaran mekanisme kerja suatu lembaga pendidikan perlu adanya suatu pembagian kerja sehingga tugas yang telah ditetapkan dapat terselesaikan secara maksimal. SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang merupakan suatu lembaga pendidikan formal, sudah semestinya ada kepala Sekolah sebagai pemimpin dengan dibantu oleh beberapa wakilnya dan staf-staf lainnya dibidang masing-masing guna menjalankan tugasnya secara terstruktur demi tercapai suatu tujuan pendidikan. Adapun
1
Untung, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, Senin 14 Maret 2016. 2 Observasi Letak Geografis SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Senin, 14 Maret 2016.
43
organisasi SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang adalah sebagai berikut:3
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SMA NEGERI SUBAH KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Kepala Sekolah H. Untung, S.Pd.,M.Pd. NIP 196205171987031014
Wakasek. Kurikulum Agustinus Mulana, S.Pd.M.Si NIP 1962081719 85011002
Kelom -pok
Pelasksanaan Urusan
Jabatan Fungsional
TU
Wakasek. Humas Imam Barozi, S.Pd.,M.Si NIP 1963103019 87031012
Wakasek. Kesiswaan
Wakasek Sarana
Lusiantono, S.Pd.
Sudrajad, S.Pd.
NIP. 1961121319 85031007
NIP. 19630215 19860110 01
Guru
3
Dokumentasi Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, Senin, 14 Maret 2016.
44
4. Visi dan Misi a. Visi SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Terwujudnya lulusan yang menguasai IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) dan IMTAQ (Keimanan dan Ketaqwaan) berpijak pada budaya bangsa. b. Misi SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang 1) Menyediakan
dan
melaksanakan
pelayanan
proses
belajar
mengajar yang efektif dengan sumber belajar yang memadai. 2) Menyediakan dan melaksanakan pelayanan pembinaan siswa bidang non akademis, melalui kegiatan ekstrakurikuler. 3) Menyediakan dan melaksanakan pelayanan pembinaan mental dan spiritual yang berkesinambungan. 4) Menyediakan dan melaksanakan pelayanan komunikasi koordinasi antara sekolah, orang tua, masyarakat dan instansi terkait untuk menunjang terlaksananya program sekolah. 5) Menyediakan dan melaksanakan pelayanan pendidikan budi pekerti melalui kegiatan belajar mengajar.4 5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan guru Salah satu komponen dalam proses belajar mengajar
di
lingkungan sekolah adalah guru, masing-masing guru tersebut mempunyai bidangnya dan memegang per mata pelajaran yang dipimpin oleh kepala sekolah. Tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang berjumlah 56 orang. Para guru 4
Dokumentasi Visi dan Misi SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, Senin, 14 Maret 2016.
45
bertugas secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, juga diberi tugas untuk membina dan membimbing serta bertanggungjawab terhadap program kegiatan sekolah. Berikut daftar nama guru SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang beserta mata pelajaran yang diampunya tahun pelajaran 2015/2016.5 Tabel 1 Keadaan Guru SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016 No.
NIP
Nama
1 2
196205171987031014 H. Untung, S.Pd 196105081986031010 Drs. Hadi Wibowo
Bahasa Inggris Geografi
3
195602011986031006 Drs. Alwianto
Pend. Agama Islam
4
196107311985021001 Drs. Supriyono Drs. Slamet Riyadi, 196402091992031003 M.Pd.,Kons Dra. Prasasti 196203011988032005 Etnaningrum 196302151986011001 Sudrajad, S.Pd 196403161989032012 Dra. Kainah Veronika
Matematika
5 6 7 8
9 196301231985011002 Turut Raharjo, S.Pd 10 196112131985031007 Lusiantono, S.Pd 11 195507091982032004 Marsudiningsih, S.Pd Imam Barozi, S.Pd, 12 196310301987031012 M.Si Ineke Sila Melayani, 13 196305181987032006 S.Pd 14 196504111988032007 Sri Untari, S.Pd 15 196508091991011001 Muhtadi, S.Pd 5
Mata Pelajaran
BK Sejarah BK Matematika Fisika Penjaskes Bahasa Indonesia Ekonomi/Akuntansi Ekonomi/Akuntansi Sosiologi Kimia
Dokumentasi Keadaagn Guru SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, Senin, 14 Maret 2016.
46
Agustinus Kimia Mulana,S.Pd, M.Pd 196711261995121003 Haris Listiyono, S.Pd Biologi Pendidikan 196901041998021004 Sugito, S.Pd, M.S.i Kewarganegaraan 196811271998021001 Budiyono,S.Pd Sejarah 196510311989011002 Rahyatno, S.Pd Biologi
16 196208171985011002 17 18 19 20
Joko Prasetyo, S.Pd, M.Si 22 196405141995121001 Drs. Medi Prihatmana 23 197411142005011002 Dwi Setiawan, S.Pd.I 24 196703072005011009 Nasoka, S.Pd 21 196909191991031006
25 26 27 28 29
196809202005011003 196708122005011015 197304142005011013 196408262006042006 197209182006042019
Pujo Suparno, S.Sn Amat Kambali, S.Pd Warnoto, S.Pd Daliyem, S.Pd, M.Si. Kiptiyah, S.Pd, M.Si.
30 196611152007012011 Trianah, S.Pd Linda Eko Winasih, 31 197805282007012006 S.Pd 32 197512052007012009 Wiwik Aryani, S.Pd 33 196805242007012008 Masminah, S.Pd Teguh Kusumanto, 34 197912062008011008 S.Pd 35 197302022008012005 Puji Hastuti, S.Pd Drs. Yulius Idris 36 196604122008011011 Widiyana 37 197606202008011007 Hardoko, S.Pd 38 196909272008012024 Siti Jamilah, S.Pd Suci Diyah 39 197612292008012006 Setiyawati, S.Pd 40 197012282008011004 Subaedi, S.Pd.,M.Pd. 41 197612052008012012 Evi Susiantie, S.Pd
Matematika Seni Rupa Pend Agama Islam Bahasa Inggris Seni Rupa BK Fisika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Kimia Bahasa Inggris Fisika Bahasa Indonesia Matematika Biologi Pend. Agama Khatolik Penjaskes Ekonomi/Akuntansi Kimia
43 197812162008011004 Sutiyono, S.Pd
Biologi Bahasa Inggris Pendidikan Kewarganegaraan Biologi
44 198403142009032009 Dwi Astika Aryani,
BK
42 197309192008012005 Rofiah, S.Pd
47
45 198308142009032008 46 197509172009032001 47 198608222009031004 48 198008122009031005
S.Pd Mamik Miyarti, S.Pd Anne Widayati, S.Sos Afrizal Noorkrisna,S.Pd Andhy Prasetyo Nugroho, S.Pd.
49 198309172010012020 Murdiana, S.Pd 50 198311022010012025 Pudya Saras Ati, S.Pd Tri Ari Werdiningsih, 51 198405252010012030 S.Pd Firsti Manah Asri, 52 198511162010012023 S.Kom Nur Faisal Edi Nugroho, S.Pd Siti Juliati, S.Pd Meita Puspitasari, S.Pd Dwi Fitriana, S.Pd.I
53 54 55 56 -
Bahasa Perancis Sosiologi Bahasa Jawa Bahasa Indonesia Sosiologi Geografi Pendidikan Kewarganegaraan TIK, Kewirausahaan Olah Raga BK Matematika Pend. Agama Islam
b. Keadaan Karyawan SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang dibantu 22 karyawan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sekolah. Hal ini dapat dilihat dibawah ini.6 Tabel 2 Keadaan Karyawan SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016 No. NIP NAMA TUGAS 1 19590423198103 Rajiya, S.P Kepala Tata Usaha 2 196611281989032005 Rustini, SE Bend.Rutin 3 197110261999031004 Retno Sri Bendh Komite Hadiasih, Amd 6
Dokumentasi Keadaan Karyawan SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, Senin, 14 Maret 2016.
48
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22
196706072007011019 Slamet Hartoyo, Kesiswaan S.E. 196308171986022003 Sri Rejeki Pemungut Komite 196212272006042002 Siti Solekha Pemungut Komit& Inv 198208312009011006 Munawar Kepegawaian & Kearsipan 195801011986031021 Kustono Kebersihan Heru Mursodo Kebersihan Salimin Kebersihan Nur Saripah Kebersihan 197601292008012008 Nugraheni Perpustakaan Sarasanti, Amd. Setiono Perpustakaan Nanang R. Teknisi Lab Kompt Galuh Nalang Teknisi Lab Kompt Prakorsa Darsono & Penjaga Malam Mistiyanto Prahara Budiyono Satpam Heribertus Satpam Crhistiono DS, SE. Suharti Koperasi Galuh Nalang Kesiswaan Prakorsa Rudi Hermanto, Lab. Fisika S.E Sujiman, SP. Lab. Kimia dan Biologi
c. Keadaan Siswa Siswa SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang berasal dari masyarakat sekitar dari berbagai lapisan masyarakat maupun dari daerah lain yang secara akademis memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh sekolah. Secara keseluruhan jumlah siswa SMA Negeri 1 Subah
49
Kabupaten Batang tahun pelajaran 2015/2016 adalah 876 siswa yang terbagi atas tiga kelas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:7 Tabel 3 Data Siswa SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016 Jumlah Siswa Laki-laki 92 perempuan 198 Jumlah 290
Jumlah Siswa Laki-laki 98 perempuan 202 Jumlah 300
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Kelas X
Kelas XI
Jumlah Siswa Laki-laki 100 perempuan 186 Jumlah 286 Tabel 3.3 Kelas XII
6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana bagi sebuah lembaga pendidikan merupakan hal yang mutlak. Hal ini karena berkenaan dengan penyediaan fasilitas pembelajaran. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara baik, lancar dan nyaman, sehingga memungkinkan diraihnya prestasi bagi peserta didik. Demikian halnya dengan SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang menyediakan sarana dan prasarana guna menunjang suatu tujuan pembelajaran. Adapun sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang adalah sebagai berikut:8
7
Dokumentasi Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, Senin, 14 Maret 2016. 8 Dokumentasi Keadaan Sarana da Prasarana SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, Senin, 14 Maret 2016.
50
Tabel 4 Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Jenis ruang Ruang Teori/Kelas Laboratorium IPA Laboratorium Biologi Laboratorium Kimia Laboratorium Fisika Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan Ruang Keterampilan Ruang UKS Koperasi/Toko Ruang BP/BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang OSIS Kamar Mandi/WC Guru Kamar Mandi/WC Murid Gudang Ruang Ibadah Rumah Penjaga Sekolah
jumlah 23 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 1 1 1
Luas (m2) 2.890 540 180 180 180 180 180 180 28 28 36 462 299 104 108 70 420 33 200 75
7. Pembelajaran di Sekolah a.
Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu tersebut mencakup tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
51
dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Struktur kurikulum untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi Alquran Hadis, Fiqih, Akidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).9 b.
Sumber Dana Sumber dana yang digunakan di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang adalah alokasi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari pemerintah. Kebijakan seperti ini dapat mengimbangi kurangnya dana yang dapat digali dari para siswa berupa SPP setiap satu bulan sekali Rp 120.000,-/bulan yang secara langsung membantu para siswa memenuhi kebutuhan sekolahnya. Melalui peningkatan anggaran pendidikan itu juga. Berbagai program yang secara sistematis mengarah pada peningkatan mutu dapat dilakukan
9
Dokumentasi SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, diambil pada 3 Mei 2016.
52
tentunya dan senantiasa berusaha meningkatkan efektifitas, efesiensi, kualitas, relevan dan akuntabilitas.10
B. Langkah Penerapan Metode Coorperative Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Subah Kabupaten Batang Cooperative learning merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersamasama
(kerja
kelompok)
diantara
sesama
anggota
kelompok
akan
meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Hal ini dilakukan oleh SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang demi kelangsungan kehidupan sosial di kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya, karena manusia sebagai individu juga bagian dari kehidupan sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Sikap kerjasama ini jug dituangkan SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang dalam misinya. Dengan adanya model cooperative learning di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, termasuk dalam pembelajaran pendidikan agama Islam maka akan terjadi hubungan antar siswa dan guru yang dirasakan harmonis
10
Dokumentasi SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016, Senin, 14 Maret 2016.
53
serta dapat mewujudkan apa yang dijadikan tujuan akhir dalam pendidikan agama Islam. Ada beberapa hal penting kaitannya dengan penerapan cooperative learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, antara lain persiapan guru pendidikan agama Islam dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Dalam menerapkan cooperative learning perlu persiapan yang matang dari seorang guru. Guru harus tahu dan paham persiapan dan penerapan metode, serta baik atau buruknya metode tersebut, kemudian persiapan pembentukan kelompok belajar pengelolaan kelas serta penugasan dan yang terakhir adalah evaluasi atau penilaian akan dipaparkan sebagai berikut: 1.
Tahap Persiapan serta Memilih Metode Pembelajaran Coorperative Learning Langkah persiapan pertama yang dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran cooperative learning adalah penyampaian materi. Materi pembelajaran pertama-tama diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini dilakukan oleh guru melalui instruksi langsung atau diskusi ceramah, tak jarang pula dilakukan ditampilkan melalui slide-slidepower point atau audio visual. Dalam presentasi ini guru benar-benar menyajikan materi pembelajaran sejelas dan seringkas mungkin kepada siswa, pada saat presentasi guru benar-benar harus memastikan bahwa siswa benar-benar memperhatikannya karena hal tersebut akan
54
membantu mereka mengerjakan soal-soal kerja kelompok dalam pembelajaran cooperative learning. Mengenai
hal-hal
yang
perlu
dipresentasikan
sebelum
pembelajaran cooperative learning dimulai sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Dwi Fitriana, S.Pd.I yang merupakan salah satu guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang: “Dalam materi pembelajaran biasanya saya menjelaskan beberapa komponen yang perlu dijelaskan terlebih dahulu diantaranya pokok pembahasan, pengetahuan dasar, standar kompetensi, kompetensi dasar, tugas dan penilaian, ketrampilan yang diharapkan, alat/bahan, serta teknik/prosedur.”11 Kemudian Ibu Dwi Fitriana, S.Pd.I menambahkan bahwasannya masing-masing materi tentu memiliki format pembelajaran yang berbedabeda. Akan tetapi, delapan komponen yang telah disebutkan setidaknya perlu disajikan oleh guru dalam presentasinya sebelum pembelajaran cooperative learning dimulai. Mempersiapkan bahan/materi ajar dalam bentuk segmentasi teks atau tugas yang disesuaikan dengan silabus. Beliau memilih bahan atau materi ajar yang dapat didiskusikan atau tidak, maupun mempertimbangkannya dengan metode-metode dalam model cooperative learning yang lain. Langkah berikutnya yang harus dilalui guru adalah memilih metode, teknik dan struktur cooperative learning yang tepat sesuai
11
Dwi Fitriana, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, 16 Maret 2016.
55
dengan materi pembelajaran yang ingin diterapkan, hal tersebut disampaikan oleh Bapak Dwi Setiawan, S.Pd.I, sebagai berikut: “meskipun ada banyak metode pembelajaran dalam cooperative learning dengan prosedurnya masing-masing, guru harus memilih metode yang dianggap paling sesuai dengan materi pembelajaran, mempersiapkan rencana pembelajaran, yang didalamnya terdapat skenario pembelajaran yang sesuai dengan metode-metode yang digunakan untuk menyampaikan materi.”12 Bapak Dwi Setiawan, S.Pd.I juga menjelelaskan bahwa dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang beliau dan Ibu Dwi Fitriana, S.Pd.I sebagai guru pendidikan agama Islam sering kali menggunakan beberapa metode cooperative learning diantaranya metode mencari pasangan (Make A Match), debat aktif (Active Debate), diskusi kelompok kecil (Small Group Discussion), serta Jigsaw. Karena keempat metode tersebut dianggap lebih mudah di aplikasikan. Selain itu, menurutnya guru benarbenar harus memahami setiap prosedur dengan jelas jika ingin mengkombinasikan beberapa metode, teknik atau struktur cooperative learning, sekedar mengkombinasikan tanpa mengetahui prosedurprosedurnya bisa membuat kelompok diskusi siswa menjadi kacau.13 2.
Pembentukan Kelompok dan Pelaksanaan Cooperative Learning Pembagian kelompok cooperative learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang
12
Dwi Setiawan, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, 15 Maret 2016. 13 Dwi Setiawan, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, 15 Maret 2016.
56
meliputi kelompok informal, formal dan permanen. Kelompok informal berlangsung hanya dalam satu periode pelajaran karena pengelompokan ini digunakan untuk memperdalam pengetahuan tentang suatu materi. Kelompok formal dibentuk jika ada tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok dalam beberapa hari, misalnya resume materi fiqh tentang pernikahan yang diambil dari berbagai sumber (internet, perpustakaan, koran dan lain-lain). Sedangkan kelompok permanen yang dibentuk untuk satu tahun sebagai kelompok belajar permanen, guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang mengikuti pengelompokan yang dilakukan oleh sekolah. Setelah diketahui persiapan guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang dalam menerapkan cooperative learning secara global, selanjutnya penulis akan paparkan persiapan guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang dalam menggunakan metode mencari pasangan (make a match), debat aktif (active debate), diskusi kelompok kecil (small group discussion), dan tukar delegasi
antar kelompok (jigsaw) sebagai implementasi model
cooperative learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu: a.
Metode mencari pasangan (Make A Match) Dalam metode ini siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu
konsep
atau
topik
dalam
suasana
yang
menyenangkan. Metode ini bisa diterapkan dalam mempelajari
57
semua materi pendidikan agama Islam. Guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang menerapkan metode ini untuk mempelajari materi Qur‟an Hadits tentang ilmu tajwid yang diambil dari Q.S. Fatir : 32 (bab kompetensi dalam kebaikan). Langkah-langkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep, yaitu kartu pertama berisi bacaan Idzhar dan kartu kedua berisi hukum bacaan mendengung. Kartu ketiga berisi bacaan IdghambiGhunnah sedangkan kartu keempat berisi hukum bacaan jelas, begitu seterusnya sampai jumlah kartu tersebut dibuat sesuai jumlah siswa. 2) Setiap siswa diberi satu buah kartu. Misalnya siswa bernama Nurul mendapatkan kartu pertama, sedangkan siswa bernama Ilham mendapat kartu nomer empat. 3) Setiap siswa mencari pasangan sesuai dengan kartu yang sama. Di sini karena Nurul dan Ilham mendapatkan kartu yang cocok maka Nurul berpasangan dengan Ilham. 4) Guru memberi pertanyaan seputar materi yang tertulis di kartu (Apakah benar bacaan idzhar itu jelas?). 5) Siswa pemegang kartu yang cocok mendiskusikan materi yang didapat, kemudian jubir mempresentasikan. 6) Kelompok lain memberi tanggapan.
58
7) Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.14 b.
Debat aktif (Active Debate) Peserta didik dalam metode ini mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan masalah yang kontroversial. Mereka berdebat secara aktif, melakukan pemikiran dan perenungan yang mendalam, akan tetapi mereka saling menghormati dan menghargai terhadap perbedaan pendapat yang ada. Dalam hal ini guru menerapkan metode dalam materi aqidah/keimanan (bab iman kepada Nabi dan Rasul). Langkah-langkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Guru memberi pertanyaan kontroversial dalam suatu topik yang relevan dengan SK/KD/Indikator (Setujukah anda tentang masyarakat muslim di Indonesia yang sudah tidak percaya lagi terhadap kenabian Rasulullah sebagai nabi akhir zaman dengan indikasi munculnya beberapa orang yang mengaku sebagai nabi terakhir?). 2) Guru membagi kelas menjadi dua tim, yakni kelompok pro dan kelompok kontra.
14
Hasil Observasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas dan Interiew dengan Guru Pendidikan Agama Islam (Dwi Fitriana, S.Pd.I), Subah Kabupaten Batang, Rabu, 23 Maret 2016.
59
3) Guru meminta setiap kelompok untuk menunjuk wakil mereka, dua atau tiga orang sebagai juru bicara dengan posisi duduk atau berdiri saling berhadapan. 4) Masing-masing
juru
bicara
mengawali
debat
dengan
mengemukakan pendapatnya secara bergantian. 5) Juru bicara kembali ke kelompoknya masing-masing untuk meminta pendapat dan mengatur strategi untuk membuat bantahan pada kelompok lainnya. 6) Karena sudah merasa cukup, maka akhirnya guru menghentikan debat pada saat puncaknya. 7) Masing-masing kelompok menulis kesimpulan.15
c.
Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion) Salah satu tujuan metode ini adalah untuk menciptakan proses belajar secara aktif, selain itu agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari. Materi yang digunakan oleh guru adalah materi tentang akhlak (bab menyantuni kaum dhuafa‟). Langkah-langkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut:
15
Hasil Observasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas dan Interiew dengan Guru Pendidikan Agama Islam (Dwi Setiawan, S.Pd.I), Subah Kabupaten Batang, Senin, 21 Maret 2016.
60
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil (6 kelompok, ada yang 5 siswa dan ada yang 6 siswa), dengan menunjuk ketua dan sekretaris. 2) Guru memberi soal studi kasus sesuai dengan SK/KD. Contoh salah satu soal studi kasus yang disajikan oleh guru: “Kemiskinan di negeri Indonesia setiap tahunnnya terus merangkak
naik.
Angka
ini
terus
ditunjukkan
dengan
membludaknya masyarakat untuk berebut sesuatu yang gratis yaitu berupa zakat dan bantuan langsung tunai. Bahkan kejadian tersebut sampai menimbulkan korban jiwa. Keadaan yang memprihatinkan ini membuat pemerintah untuk mengubah cara penyantunan
dhuafa‟
dengan
sistem
terorganisir
seperti
ditangani oleh lembaga zakat. Nah, bagaimana pendapatmu tentang cara penyampaian santunan kepada kaum dhuafa‟ secara baik?” 3) Masing-masing kelompok mendiskusikan jawaban soal tersebut (setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif di dalamnya). 4) Masing-masing kelompok menunjuk juru bicara (jubir). 5) Jubir mempresentasikan hasil diskusi. 6) Kelompok lain memberi tanggapan. 7) Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.16 d. 16
Tukar Delegasi Antar Kelompok (Jigsaw)
Hasil observasi pembelajaran pendidikanagama Islam di kelas dan interview dengan guru pendidikan agam Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang (Dwi Fitriana, S.Pd.I), Sabtu, 18 Maret 2016.
61
Metode ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja dengan siswa lainya dalam suasana gotong rotong dan mempunyai banyak kesempatan
untuk
mengolah
informasi
dan
meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Meskipun dilakukan dalam suasana gotong royong, namun masing-masing siswa bertanggungjawab secara
individu
untuk
memahamkan
materi
kepada
teman
sekelasnya. Materi yang digunakan dalam metode ini adalah materi aqidah (keimanan) tentang iman kepada Nabi dan Rasul. Langkahlangkah penerapan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Guru memilih materi yang dibagi menjadi 5 segmen, yaitu keistimewaan Rasul Ulul „Azmi Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Isa a.s., dan Muhammad saw. 2) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (ada yang 7 siswa dan 6 siswa). 3) Setiap anggota kelompok bertugas membaca dan memahami materi. 4) Setiap kelompok mendiskusikan materi. 5) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok, kemudian apa yang didapat pada kelompok lain siswa menyampaikan pada kelompok masing-masing.
62
6) Guru mengembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian siswa menanyakan persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok. 7) Guru memberi klarifikasi, kesimpulan dan tindak lanjut.17 3.
Evaluasi/penilaian Setelah
pelaksanaan
metode-metode
cooperative
learning,
langkah selanjutnya adalah evaluasi sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di kelas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dengan metode cooperative learning di mana secara otomatis akan diketahui apakah metode yang diterapkan berhasil atau tidak. Sesuai yang dikatakan oleh Bapak Dwi Setiawan, S.Pd.I: “Beberapa evaluasi atau penilaian yang kami gunakan dalam kaitannya dengan pembelajaran Coorperative Learning materi pendidikan agama Islam adalah kuis, penilaian proses, penilaian performance, penilaian tertulis, penilaian produk, tes perbuatan dan porto folio. ”18 Penjelasannya sebagai berikut: a.
Kuis Bentuk kuis ini digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat dan dilakukan sebelum pelajaran. Sebelum proses
17
Hasil Observasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas dan Interiew dengan Guru Pendidikan Agama Islam (Dwi Setiawan, S.Pd.I), Subah Kabupaten Batang, Senin, 21 Maret 2016. 18 Dwi Setiawan, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, Selasa, 15 Maret 2016.
63
belajar mengajar, guru menanyakan pertanyaan singkat kepada siswa (biasanya selama 10 menit). Siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru akan mendapat point nilai tersendiri yang akan dicatat khusus oleh guru. b. Penilaian proses Penilaian ini digunakan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku yang positif (psikomotorik positif). Cara mengevaluasi dengan penilaian proses ini dilakukan pada waktu pelaksanaan metode pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam secara kooperatif. Siswa akan mendapat nilai atau penghargaan jika selalu berpartisipasi aktif dan melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dalam proses belajar kelompok pendidikan agama Islam. Sedangkan nilai atau penghargaan kelompok juga akan diperoleh jika kelompok tersebut menunjukkan prestasinya dengan kesuksesannya mengorganisir anggota maupun terselesaikannya tugas dengan baik. c. Penilaian Performance Penilaian ini berhubungan erat dengan ranah psikomotorik siswa dimana melalui penilaian ini, guru akan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam mempraktekkan materi pelajaran.
64
Penilaian performance ini merupakan cara mengevaluasi tingkah laku siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian jenis ini dilakukan karena siswa tidak mungkin mendapat penilaian mutlak hanya dengan tingkat intelektual dan pengetahuannya saja. Tetapi tingkah laku sehari-hari juga dapat dijadikan ukuran dalam mengevaluasi siswa karena pendidikan agama Islam bertujuan selain sebagai peningkatan iman dan taqwa juga bertujuan membentuk kepribadian muslim yang utama serta berakhlak mulia. d. Tes Tertulis Cara mengevaluasi dengan tes tertulis merupakan tes yang sering digunakan baik secara individual maupun kelompok. Di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, biasanya tes ini dilakukan pada akhir pembelajaran satu pokok bahasan. Tes ini bisa berbentuk pilihan ganda maupun essay yang bermanfaat sebagai alat ukur keberhasilan dalam ranah kognitif dan afektif. e. Penilaian produk Penilaian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana daya tangkap siswa dalam proses belajar mengajar. Cara ini tidak bisa dipandang sebelah oleh guru karena biasanya sumber informasi dari tes produk ini tidak hanya diperoleh dari dalam kelas saja tetapi juga dari luar kelas. Tes ini biasanya berbentuk pembuatan laporan resume materi secara kelompok. f. Tes Perbuatan
65
Tes ini dilakukan untuk menilai peserta didik terhadap kemampuan yang membutuhkan praktek. Penilaian tersebut bisa dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, misalnya materi pendidikan agama Islam pada aspek ibadah yang membahas tentang sholat. Guru bisa dibantu oleh siswa dalam penilaian karena biasanya materi ini disampaikan melalui tutor sebaya. g. Portofolio Portofolio adalah koleksi suatu tugas yang dikerjakan peserta didik. Portofolio digunakan sebagai alat yang dapat mengetahui kemajuan kompetensi peserta didik. Penilaian berbentuk portofolio bidang studi pebdidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang hanya berupa kumpulan tugas yang dikerjakan secara individu, dengan mencari informasi lewat majalah, koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan materi pendidikan agama Islam. Kemudian tugas tersebut dibuat kliping dan makalah yang biasanya dipresentasikan secara kelompok. Beberapa tes yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam di atas digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang terjadi di kelas, serta untuk mengetahui keefektifan metode-metode yang diterapkan dalam pengajaran yang terwujud dalam pencapaian prestasi siswa.19
19
Dwi Setiawan, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, Selasa, 15 Maret 2016.
66
C. Kendala Penerapan Metode Cooperative learning dalam Pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Pembelajaran dengan model kooperatif tentu sudah bukan sesuatu yang asing. Pembelajaran model ini memungkinkan siswa mencapai taraf penguasaan materi yang sama di antara anggota kelompok. Hal ini disebabkan dalam pelaksanaanya, model ini menuntut kerjasama aktif yang disebabkan ketergantungan aktif antar anggota. Dengan demikian, model ini akan menghadirkan interaksi positif antar anggorta kelompok yang pada gilirannya akan membangun kemampuan pemahaman dan kepercayaan diri dari anggota kelompok. Meski sedemikian baik hasil yang bisa dicapai, pembelajaran model ini bukan tanpa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain: 1.
Kesiapan Guru Dalam
kenyataannya
guru
seringkali
mendapat
kendala
bagaimana memilih dan menggunakan metode dalam pembelajaran, metode dan strategi yang bagaimana yang paling tepat untuk membahas satu materi pembelajaran, atau metode apakah yang paling diminati oleh sebagian besar siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang efektif. Sebagai salah satu guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang menurut Ibu Dwi Fitriana, S.Pd.I, sering kali menghadapi berbagai kendala dalam menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode, apalagi mata
67
pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang merupakan mata pelajaran non-eksakta yang disampaikan secara terpadu terdiri dari materi Al-quran Hadits, Aqidah Ahlak, Fiqh, dan Sejarah kebudayaan Islam yang dianggap materi pelajaran hapalan yang membosankan. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Dwi Fitriana, S.Pd.I sebagai berikut: “Dalam kenyataan yang kami hadapi saat ini minat siswa khususnya siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam masih kurang yang menyebabkan hasil belajarnyapun belum maksimal, seringkali ketika kami sebagai guru memberikan tugas untuk hafalan, mereka sedikit mengalami kesulitan apalagi materi hafalan yang kami berikan ayat-ayat Al-quran atau Hadits yang menurut mereka sulit dihafalkan, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil penilaian hafalan mereka yang masih kurang.”20 Kekomplekan materi ini membutuhkan ekstra kerja keras agar pembelajaran tidak membosankan, pembelajaran yang membosankan tentu akan terus berlangsung apabila para guru khususnya guru pendidikan agama Islam hanya menggunakan metode yang konvensional saja, tidak melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajarannya. 2. Kesiapan Siswa
Kendala yang yang dihadapi selanjutnya adalah dari siswa itu sendiri, diantaranya kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti
20
Dwi Fitriana, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, Rabu, 16 Maret 2016.
68
datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia. Kemudian terjadi debat sepele, ini sering terjadi di dalam kelompok.Sesuai yang dikatakan oleh Atma Suryani Wongso salah satu murid kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang: “Jika dalam perdebatan antar kelompok, sering kali kami takut untuk menjadi juru bicara (jubir kelompok) kami takut apa yang akan kami katakan itu salah, dan merugikan seluruh anggota kelompok.”21 Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma.Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah.
3. Manajemen Waktu Kendala terakhir adalah waktu, strategi cooperative learning memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran. Kemudian Ibu Dwi Fitriana, S.Pd.I menambahkan: “Di antara ketiga kelemahan tersebut, bagi saya sebagai pendidik nomor tigalah agaknya yang paling sulit diatasi. Bagaimana tidak, Seperti kita ketahui bersama, beban kurikulum kita begitu banyak.
21
Atma Suryani Wongso, Siswa SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, Rabu, 13 Maret 2016.
69
Masing-masing pelajaran hanya mendapatkan jatah belajar yang relatif sedikit.”22 Kemudian
beliau
mengatakan
bahwasannya
mengunakan
cooperative learning memerlukan banyak waktu dalam pengkodisian kelas, guru cenderung kesulitan ketika mengatur siswa untuk duduk berkelompok. Selanjutnya perlu kemampuan guru dalam membagi kelompok agar setiap kelompok memiliki anggota yang merata. Manajemen kelas sedikit rumit, dengan pembelajaran yang berkelompok dalam cooperative learningmemungkinkan siswa untuk ngobrol dan main-main sesama anggotanya.23 Dari kendala di atas, maka seharusnya semua pihak bekerja sama terutama bagi guru dan orang tua untuk senantiasa memperhatikan bagaimana kelemahan-kelemahan yang ada tersebut ditangani, sehingga dalam penerapan metode cooperative learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang tidak terhambat dan bisa berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Cooperative learning menawarkan pendekatan lain yang bisa digunakan oleh guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.Demikianini menjadipentingagarmetodepengajaran pendidikanIslam tidak 22
hanya
melakukan
pengulangan
demi
pengulangan
yang
tak
Dwi Fitriana, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, Rabu, 16 Maret 2016. 23 Dwi Fitriana, Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang, Wawancara Pribadi, Subah Kabupaten Batang, Rabu, 16 Maret 2016.
70
berkesudahan.
Metodeinidirasakanmenjadibentukreformasipengajaran
pendidikanagamaIslamdisekolahagarsesuaidenganperubahan semangat zaman di masa sekarang. Tentunya,dengansegalakekurangannya,metodeiniperlu diapresiasi menjadi salah satu solusi kebuntuan metode pendidikan di masa sekarang.