20
BAB II MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DAN MAPEL SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)
A. Model Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Model atau metode dapat diartikan sebagai bentuk atau cara1. Definisi lain dari kata model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh. Jadi pengertian model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. 2 Model sebagai suatu bentuk dari cara yang digunakan dalam melakukan sesuatu untuk memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Model secara umum diartikan sebagai cara atau teknik sebagai upaya yang digunakan seseorang dalam melakukan suatu hal tertentu. Bila model dikaitkan dengan kegiatan pendidikan dalam hal ini sebagai proses pembelajaran, maka model diartikan sebagai cara atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap para siswa agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. 3 Pemaknaan model sebagai suatu jalan atau upaya dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dinyatakan dalam The Encyclopaedia of Islam dirumuskan: A Methode is the way to acquire the of vices or the way 1
Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Alumni, 2005), hlm. 412 www.damandari.or.id/file/abdwahidchairulahunairbab2.pdf 3 M. Basyirudin Usman, Metodelogi Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 23 2
21
how to planing agains them. 4 Yang maksudnya model sebagai jalan atau cara untuk diikutinya, atau cara untuk tujuan yang telah direncanakannya. Secara umum model yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus memenuhi karakter-karakter dalam proses pembinaan terhadap para peserta didik atau siswa yang memiliki kedudukan sebagai berikut: 1. Model sebagai alat motivasi ekstrinsik Dalam hal ini model dapat berperan sebagai alat perangsang dari luar diri siswa untuk mau melakukan kegiatan belajar. Model tersebut mampu membangkitkan minat dan kenginan kepada peserta didik untuk mengetahui lebih mendalam terhadap materi-materi yang sedang diajarkan oleh pendidik atau guru tersebut. 2. Model sebagai srategi pengajaran Dalam hal ini model dapat berperan dalam memberikan pengaruh daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Model tersebut mampu menempatkan pada perbedaan masing-masing penerimaan peserta didik terhadap materi yang diberikan kepada mereka, baik yang cepat maupun yang lambat dalam penyerapannya". 3. Model sebagai alat mencapai tujuan pendidikan Dalam hal ini model dapat berperan sebagai langkah mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. Model tersebut mampu menghantarkan tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan dalam pendidikan, di mana
4
Har Gibb, et al (eds) The Encyclopaedia of Islam, (London: Luzac, 1960), hlm. 327
22
model sebagai pelicin jalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditargetkan kegiatan pendidikan yang dilakukan".5 Sedangkan kata "pembelajaran" berasal dari kata “belajar” yang mempunyai makna proses pengalaman perubahan perilaku, yang berbentuk kegiatan yang dapat diamati/tidak dapat diamati, artinya keseluruhan interaksi antara seseorang dengan rangsangan lingkungan yang sesuai. 6 Dengan demikian dalam hal ini pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah prilaku anak didik (siswa) kearah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. 7 Menurut
Basyarudin
Usman,
pembelajaran
atau
pengajaran
merupakan teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap anak didik (siswa/santri) agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.8 Sehingga arti pembelajaran dalam hal ini adalah usaha yang dilakukan pendidik (guru) dalam menyampaikan bahan atau materi pelajarann kepada anak didik (siswa) sesui dengan standar kurikulum yang telah ditentukan. Pembelajaran dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan sebutan atta'lim, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Mahmud Samani dalam
5
Moeslichatun R., Metode Pembelajaran Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 32-33. 6 Setiawan B, dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 2000), hlm. 246. 7 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kecana Prenada Media Group Cet. Ke-2, 2006), hlm. 78 8 Basyarudin Usman, Metodelogi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 4.
23
kitab "At-Taujih Tadrisil Lughotul Arabiyah" bahwa pengertian at-ta'lim adalah:
التعليم بمعناه االصطالحي هو ايصال المعلم العلم والمعرفة الى ادهان التالميد بطريقة قويمة "Pembelajaran menurut istilah adalah menyampaikan ilmu dan pengetahuan dari guru kepada peserta didik (siswa/santri) dengan model yang sesuai"9 Dengan demikian pembelajaran berarti kegiatan menyampaikan ilmu dan pengetahuan yang dilakukan oleh pengajar (guru) kepada peserta didik (siswa) dengan menggunakan model-model tertentu yang sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Selanjutnya model pembelajaran merupakan upaya yang ditempuh atau dilakukan oleh guru sebagai pendidik untuk memaksimalkan cara penyampaian bahan ajar agar atau materi pelajaran dapat diterima oleh siswa sebgai peserta didik dengan tepat dan efektif. Sehingga ketercapaian tujuan pendidikan dapat diserap atau diperoleh oleh peserta didik secara optimal dan menyeluruh.10 Adapun model pembelajaran cooperative learning adalah suatu upaya untuk memotivasi belajar siswa, yang mana dengan adanya belajar bersama, maka satu dengan yang lainnya dapat menjadi kelompok11 Dengan adanya kegiatan belajar yang menekankan adanya kerja sama, siswa akan merasa senang dan gembira dalam belajar. Perasaan semacam 9
Mahmud Samani,Terjemahan Muhammad Yunus, At-Taujih Tadrisil Lughotul Arabiyah (Semarang: Toha Putra, Cet. VII, 2002), hlm. 12. 10 Sukmadinata, Nana, Kurikulum dan pembelajaran Kompetensi (Bandung: Kusuma Karya, 2004), hlm, 23. 11 Basyarudin Usman, Metodelogi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 4.
24
ini akan meletuskan semangat mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada mereka. Model atau teknik belajar dengan kerja sama atau berkelompok (cooperative) dalam satu tim ini sering dilakukan di dalam atau di luar kelas bahkan di luar sekolah sehingga menimbulkan rasa semangat dalam bekerjasama diantara siswa. cara belajar yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan diri saling mendukung satu sama lain. Sehingga model belajar ini sering didukung oleh para orang tua siswa atau masyarakat.12 Cooperative learning juga bisa dinyatakan sebagai upaya penggabungan antara metode demonstrasi dengan metode problem sloving dalam upaya
menyelesaikan persoalan-persoalan dihadapi dengan
menunjukkan suatu sikap atau perbutan kerjasama dan saling peduli terhadap satu sama lain dalam suatu kelompok. Metode ini lebih menitikberatkan pada proses kerjasama mengatasi kesulitas belajar. 13 Pada dasarnya bentuk metode kooperatif learning merupakan suatu upaya memahami dan menguasai materi yang terdapat dalam mata pelajaran tertentu, terutama pelajaran yang harus dipahami dengan latihanlatihan kepada siswa dari guru yang mengajarkan mata pelajaran tersebut yang kemudian dipersilahkan pada siswa untuk mendiskusikannya dan berlatih bersama, di mana yang telah menguasai membantu yang belum menguasai materi yang sedang dipelajari. 12
Ibid, hlm. 76. Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran, Buku 2 (Pekalongan: STAIN Press, 2009) hlm. 112. 13
25
Model pembelajaran cooperative learning dilakukan dalam bentuk kerjasama tim atau kelompok dalam melakukan kegiatan belajar terhadap materi-materi pelajaran tertentu. Model belajar ini memiliki tujuan untuk melatih dan memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari. Model pembelajaran ini juga melahirkan rasa kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Dengan model pembelajaran cooperative learning diharapkan siswa akan tertarik untuk memahami suatu pelajaran dengan bekerja sama sehingga mencapai semangat belajar dalam rangka mencapai tujuan berupa ketuntasan belajar dengan mendapatkan point di atas kriteria ketuntasan minimun (KKM) sebagai batas keberhasilan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan model pembelajaran cooperative learning adalah untuk membuktikan akan kekompakkan atau kerja sama siswa yang satu dengan yang lainya dalam satu kelompok yang berusia sebaya, yaitu berupa saling memotivasi, kerjasama dan kepedulian. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif learning sebagai bentuk pengembangan sikap saling membantu satu dengan yang lain. Sebab nilai-nilai yang bersifat teoritis akan lebih berhasil guna bila diikuti dengan praktek atau penerapan secara bersama-sama. 14 Dengan demikian model pembelajaran cooperative learning merupakan metode atau teknik belajar yang meletakkan prinsip belajar peserta didik dengan memberikan peran yang besar pada diri siswa yang
14
Ibid, hlm. 183.
26
memiliki kesamaan peran atau kedudukan sebagai siswa dan bentukbentuk interaksi positif melalui kerja kolektif atau kelompok dalam kegiatan belajar bersama dalam sebuah tim belajar. 2. Teknis Model Pembelajaran Cooperatif Learning Model pembelajaran cooperative learning dilakukan dalam bentuk penugasan-penugasan kepada siswa berkenaan dengan upaya pengusaaan materi pelajaran tertentu. Model cooperative learning itu dilakukan dalam bentuk diskusi tentang tema-tema dari mata pelajaran yang sedang atau akan dipelajari. Di mana guru membentuk kelompok siswa dalam satu kelas, masing-masing kelompok ditentukan ketua kelompok untuk mengkoordinasi berbagai tugas yang diberikan oleh guru terkait dengan tema/topik pelajaran yang sedang atau akan dipelajari. Model pembelajaran cooperative learning juga dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama dalam peran. Artinya dalam kelompok dibagi dalam berbagai peran dalam menyelesaikan tugas atau pertanyaan yang diberikan oleh guru selaku pendidik. Masing-masing kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 anak mendapatkan peran berbeda-beda terkait dengan pembahasan materi untuk diselasaikan secara berkelompok. Setiap kelompok diberi tugas problem solving atau memecahkan masalah terkait dengan tema-tema yang ada dalam bahan atau materi pelajaran. 15 Model pembelajaran cooperative learning dalam prakteknya dilakukan dengan membentuk formasi melingkar bagi peserta didik 15
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridhi dan Sri Harmianto, Model-model Pembelajaran Inovatif (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 55
27
dengan membagi satu kelompok masing-masing 5 atau 6 siswa. Salah satu dari masing-masing kelompok dipilih yang terpandai untuk menjadi pemandu bagi teman-temannya yang lain. Semuanya harus saling berinteraktif dalam tugas kelompok yang tetap diawasi oleh guru. 16 Bentuk-bentuk
model
pembelajaran
cooperative
learning
bervariasi, namun pengelompokkan harus disesuai dengan kemampuan siswa dan arah tujuan kegiatan belajar. Hal ini dimaksudkan agar model pem belajaran cooperative learning dapat berjalan sesuai dengan srategi yang telah ditentukan oleh guru sebgai pendidikan yang memahami karakteristik peserta didiknya. 17 3. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tahap pertama, guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari serta memotivasi siswa. Tahap kedua, guru menyajikan informasi / materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Tahap ketiga, guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Tahap keempat, guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
16
Zaenal Mustakim, Op.Cit., hlm 113. Tim Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis (Bandung: PT Imtika, Cet. II, 2007).hlm 87. 17
28
Tahap kelima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Tahap keenam, guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.18 3. Keunggulan Pembelajaran Cooperative Learning Model pembelajaran cooperative learning yang merupakan bagian dari srategi belajar mengenai yang dilakukan oleh guru atau pendidik dalam kegiatan pengajaran di dalam dan di luar kelas maupun di luar sekolah berupa kegiatan belajar bersama yang dilakukan tentu memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: a. Peserta didik atau siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan menghayati akan materi-mataeri pelajaran yang harus dikerjakan secara kolektif dan kerjasama satu tim. b. Peserta didik atau siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif, para siswa dituntut untuk dapat mengemukakan ide-ide baru tentang kesimpulan dari materi pelajaran yang dipelajari. c. Bakat kepemimpinan yang dimiliki oleh para siswa dapat akan dapat terlihat melalui tugas fasilitator belajar terhadap teman-temannya sehingga kemungkinan akan muncul dan tumbuhnya potensi baru.
18
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:Raja Grafindo, 2011), hlm.23.
29
d. Kerja sama antara siswa yang menjadi satu tim atau kelompok dalam mengatasi kesulitan memahami materi pelajaran akan menumbuhkan rasa kerja sama dan kepedulian antara yang satu dengan yang lain. e. Peserta didik atau siswa akan memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab akan tugas dan peranannya dengan sesama kelompok atau tim work-nya. f. Peserta didik atau siswa akan mampu mengendalikan sikap dari kestabilan emosi yang dilakukan sesuai dengan tugas atau peran yang dipikulnya dalam kegitan tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. g. Peserta didik atau siswa secara psikologi memiliki keberanian untuk tampil dihadapan teman-temanya dalam diskusi atau belajar bersama yang telah disepakati dan tentunya akan berpengaruh pada kestabilan emosi yang dimilikinya. h. Peserta didik atau siswa dapat mengembangkan imajinasi positif dari tugas dan peranan yang dilakukannya yang diharapkan dapat meningkatan daya berfikirnya. i.
Peserta didik atau siswa secara langsung dapat memahami orang lain terutama dalam satu tim untuk memahami masalah atau kendala belajar yang dihadapi diantara teman-temannya agar diselesaiakan dengan tepat akurat.19
19
Zaenal Mustakim, Op.Cit, hlm. 90-91.
30
Menurut Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Educating for Character Our Schools Can Teach Respect and Responsibility menyebutkan beberapa manfaat atau keunggulan cooperative learning sebagai berikut : a. Cooperative learning teaches the value of cooperation. Yang maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai kerjasama. b. Cooperative learning builds community in the classroom. It helps student get to know and case about each other and feel member ship in small social units as well as in the whole group. Maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif membangun komunikasi di dalam kelas. Itu membantu siswa mengenal dan peduli satu sama lainnya sebagai satu anggota kelompok serta di seluruh kelompok. c. Cooperative learning teaches basic life skills. Maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan dasar tentang hidup. d. Cooperative learning improves academic, self-esteem and attitude toward
school.
Maksudnya
bahwa
pembelajaran
kooperatif
meningkatkan prestasi akademik, harga diri, dan sikap terhadap sekolah. e.
Cooperative learning offers an alternative to tracking. Cooperative learning, Oakes argues, offers one of the best ways to avoid the negative effects of tracking and achieve educational equity.
31
Maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif menawarkan alternatif pelacakan. Oakes berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif menawarkan salah satu cara terbaik untuk menghindari efek negatif dari pelacakan dan mencapai mencapai pemerataan pendidikan. 20 Pada dasarnya kelebihan-kelebihan dari model cooperative learning dengan kegiatan belajar berupa kerja sama sebagai bagian dari kegiatan belajar dengan peran dan tugas secara langsung dari permasalahan-permasalah yang harus diselesaikan secara bersama atau kolektif. Penggunaan model pembelajaran cooperative learning dalam kegiatannya dengan penekanan pada bentuk saling bekerja sama yang baik dari suatu materi pelajaran yang diberikan kepada siswa-siswa tersebut. Dengan belajar secara kooperatif atau bekerjasama akan terasa besar manfaatnya. Karena metode tersebut secara langsung ditunjukkan pada suatu kerja sama yang saling interatif atau tindakan-tindakan positif yang berujung pada akibat secara langsung yaitu meningkatkan semangat belajar.21 Dari kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran cooperative learning akan sangat terasa terhadap suatu usaha pendidikan yang bertujuan untuk membimbing dan membina anak didik untuk memiliki sikap dan prilaku yang positif. Sebab dengan metode tersebut siswa akan
20
Thomas Lickona, Educating for Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility ( United States and Canada: The New York Time Company, 1991), hlm. 185-188. 21 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 63.
32
cepat menangkap dan menerimanya dikarenakan materi itu diberikan dengan cara kerja sama dan saling berbagi. Para peserta didik tentunya akan cepat menerima suatu pemahaman dan menerapkan suatu pengertian apabila teori dari nilai-nilai yang ada dalam mata pelajaran tertentu dilakukan konsep kerja sama yang saling mengerti antara satu dengan yang lain karena memilliki kesamaan peran sebagai siswa atau peserta didik yang sedang belajar. Kelebihan dari model pembelajaran cooperative learning tersebut adalah keefektifan dalam merubah prilaku belajar siswa dan membentuk suatu sikap mental dan kepribadian siswa yang baik dikarenakan anakanak dilatih untuk mandiri dan bekerja sama dengan baik sehingga muncul rasa kesetiakawanan dan kepedulian yang tinggi. Para
siswa sebagai
peserta didik akan terdorong dan termotivasi untuk melakukan tugas dengan penuh kesungguhan dan melakukannya dengan gembira. 22 Disamping
itu
model
pembelajaran
memberikan kepercayaan diri bagi para siswa
cooperative
learning
dalam menemukan
informasi baru dari berbagai sumber dalam kegiatan belajar. Para siswa juga akan perhatian pada orang lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan atas kemampuan masing-masing dari setiap siswa yang menjadi temantemannya. Model
pembelajaran
cooperative
learning
pada
akhirnya
membawa pada motivasi bagi peserta didik dalam mengembangkan pola
22
Ibid., hlm 24.
33
fikir dalam kegiatan belajar. Sehingga model pembelajaran cooperative learning memiliki efektifitas dan dorongan yang kuat bagi para siswa untuk secara sadar meningkatkan kegiatan belajar dalam upaya mencapai hasil atau prestasi belajar yang optimal. 23 4. Peran Guru dalam Pembelajaran Cooperative Learning Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning antara lain sebagai berikut : a. Sebagai fasilitator Sebagai fasilitator guru diharapkan mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, membantu dan mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya, menyediakan peralatan dan sumber belajar, serta menjelaskan tujuan kegiatan pada masing-masing kelompok. b. Sebagai mediator Sebagai mediator guru berperan sebagai penghubung dalam mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran cooperative learning dengan permasalahan atau tema yang akan dipelajari. Peran ini sangat penting dalam menerapkan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). c. Sebagai evaluator Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi 23
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran Buku 2 (Pekalongan: STAIN Press), 2008), hlm 126-128.
34
lebih menekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Alat yang digunakan dalam evaluasi selain bentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di dalam kelas. d.
Sebagai director-motivator Sebagai director-motivator guru berperan dalam membimbing, serta mengarahkan
jalannya
diskusi,
membantu
diskusi
tapi
tidak
memberikan jawaban. Selain itu juga memberi semangat pada siswa untuk aktif berpastipasi dalam diskusi. 24 5. Upaya Untuk Memaksimalkan Kesuksesan dalam Pembelajaran Cooperative Learning Menurut Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Educating for Character How Our Schools can Taech Respect and Responsibility disebutkan bahwa ada sembilan cara atau upaya dalam memaksimalkan pembelajaran cooperative learning antara lain sebagai berikut : a. Explain that cooperation is an important classroom goal, maksudnya adalah menjelaskan pentingnya kerjasama yang merupakan tujuan kelas. b. Build community. Teachers can do various community building activities to help students get to know and feel comfortable with each other, maksudnya adalah guru dapat membangun komunikasi untuk membantu siswa mengenal dan merasa nyaman satu sama lain.
24
Isjoni. “Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif”. http://dedi26.blogspot.com/2014/11/ peran-guru-dalam-pelajaran-kooperatif.html/posted 01 november 2014.
35
c. Teach the specific skills needed to corporate, you have to students, step by step, the process of cooperative groupdecision-making. maksudnya adalah mengajarkan ketrampilan khusus yang diperlukan untuk kerjasama, seorang guru harus menunjukkan kepada siswa langkah demi langkah, proses pengambilan keputusan dalam kelompok. d. Establish rules for cooperation, maksudnya adalah menetapkan dalam kerja sama. e. Foster the accountability of every group member to cooperate and attribute, maksudnya adalah mendorong akuntabilitas tiap anggota kelompok untuk bekerjasama dan berkontribusi. f. Engage students in continuing on cooperation, maksudnya adalah melibatkan para siswa dalam melanjutkan refleksi kerjasama. g. Assign roles to group member, maksudnya adalah memberikan peran untuk anggota kelompok. h. Match cooperative learning to the task, maksudnya adalah mencocokkan pembelajaran kooperatif untuk tugas. i.
Use a variety of cooperative learning strategies, maksudnya adalah menggunakan berbagai strategi pembelajaran kooperatif. 25
B. Mapel Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 1. Pengertian Mapel SKI
25
Thomas Lickona, Educating for Character How Our Schools can Teach Respect and Responbility ( the United Stated and Canada : The New York Times Company ), hlm.197-198.
36
Mata pelajaran SKI merupakan bagian dari pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan pemahaman terhadap sejarah peradaban umat Islam termasuk sang pembawa risalah Islam yaitu Nabi Muhammad SAW diteruskan dengan generasi para sahabat, tabiin, tabiit tabiin dan sampai umat Islam saat ini. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan materi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang menguraikan tentang sejarah perkembangan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang diteruskan oleh para sahabat dan generasi Islam sesudahnya dengan berbagai bidang kehidupan yang telah diukir selama masa kehidupannya.26 Sejarah perkembangan agama Islam dengan berbagai upaya dan cara penyebarannya dari masa ke masa sejak awal disiarkan oleh nabi Muhammad SAW dan dikembangkan oleh penerusnya kemudian dipotret dalam penelusuran sejarah sebagai bentuk kebudayaan Islam. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai bentuk penggalian dari perkembangan dan kejayaan umat Islam pada masa lampau untuk dijadikan cerminan bagi umat Islam saat ini.
27
Mempelajari mata pelajaran SKI berarti belajar tentang biografi dari Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan juga para sahabat. Khusus para sahabat yang sukses menjadi khulafaur-Rosyidin sebagai penerus perjuangan para Nabi dan juga mempelajari tentang generasi
26
Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve,2002),
hlm. 78. 27
Tim Penyusun, Buku SKI untuk Siswa Madrasah Tsanawiyah kelas VIII, Sesuai KTSP (Semarang: Toha Putra, 2008), hlm. 4.
37
gemilang umat Islam masa lampau yang dapat dijadikan teladan bagi generasi Islam saat ini. Dengan demikian pengertian mata pelajaran SKI merupakan ilmu yang mempelajari materi tentang sejarah perkembangan agama Islam yang disertai pengetahuan tentang berbagai hasil karya dan peninggalan yang bermanfaat dari para tokoh pelaku sejarah dalam perkembangan agama Islam hingga saat ini sebagai bentuk ibrah atau pelajaran bagi umat Islam pada kehidupan sesuadahnya. 2. Dasar dan Tujuan Mapel SKI Sejarah Kebudayaan islam (SKI) sebagai sumber dasar utama hukum Islam merupakan materi yang harus dimengerti dan dipahami oleh umat Islam, maka mempelajari mata pelajaran SKI sebagai bagian dari materi Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah kewajiban umat Islam. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai tuntunan umat Islam saat ini untuk mengetahui sejarah dan perkembangan lebudayaan umat Islam pada masa lampau atau masa sebelumnya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:28
Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah 28
hlm. 2.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2001),
38
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf: 111) 29 Dasar dari mata pelajaran SKI yang merupakan proses penguatan dasar keimanan Islam dan juga membina terhadap pengetahuan dan pemahanan tentang sejarah Islam terkait dengan berbagai perjuangan dan kebudayaan yang dilakukan umat Islam. Mempelajari mapel SKI sebagai bentuk penguasaan sejarah kehidupan Nabi Muhmammad SAW selaku pembawa risalah agama Islam dan generasi sesudahnya untuk dapat diambil nilai-nilai perjuangan dan hasil karya mereka terhadap kontribusi kebudayaan Islam. Adapun tujuan mata pelajaran SKI adalah mencapai pengetahuan dan pemahaman yang kuat mengenai sejarah Islam yang dapat memberikan keteladanan yang tepat bagi umat manusia dalam menjalani kehidupannya. Dengan mengetahui dan memahami sejarah Islam diharapkan peserta didik mampu mengembangkan prinsip-prinsip yang tepat dalam kehidupannya sehingga tidak menyimpang dari nilai-nilai ajaran Islam dan meneladani tokoh-tokoh Islam yang menakjubkan. Tujuan lainnya dari pembelajaran mata pelajaran SKI adalah agar setiap peserta didik benar-benar bisa meneladani perjuangan para tokoh Islam sebelumnya. Dengan kata lain, bahwa mata pelajaran SKI menuntut umat Islam untuk tidak melupakan perjuangan para tokoh Islam
29
Departemen Agama RI, Al Quran dan terjemahanya (Bandung: CV Diponegoro, 2000), hlm. 653.
39
sebelumnya yang gigih dalam memperjuangkan dan mempertahankan agama Islam dengan berbagai cara dantaranya dengan kebudayaan dan kesenian.30 3. Ruang Lingkup Mapel SKI Intisari ajaran Islam adalah apa yang telah dikerjakan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya. Maka mempelajari biografi beliau dangan berbagai kebudayaan yang terjadi pada masa beliau diikuti denagan kebudayaan yang dibina oleh imat islam selama kurun waktu penyiaran dan penyebaran agama Islam merupakan sesuatu yang penting dan bermanfaat bagi umat islam sekarang ini. Secara umum ruang lingkup mata pelajaran SKI mencakup hal-hal yang berkenaan dengan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, generasi para sahabat termasuk empat sahabat besar yang dikenal dengan sebutan khulafahur rosyidin, dinasti Umayah dan dinasti Abbasiyah yang menjadi pusat kemajuan peradaban umat Islam saat itu untuk dijadikan teladan bagi umat Islam saat ini. Ruang lingkup mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang diajarkan di tingkat MTs disesuaikan dengan isi kurikulum KTSP MTs berdasarkan jenjang kelasnya. Berdasarkan kurikulum KTSP mapel SKI untuk tingkat MTs meliputi materi-materi sebagai berikut: Materi SKI tingkat MTs Berdasarkan Kurikulum KTSP 31
30
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis; Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat. Pers, 2002), hlm. 27.
40
Kelas/ Semester VII/1
Standar Kompetensi 1. Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW
2. Peninggalan Nabi Muhammad SAW
VII/2
3. Pemerintahan Islam di masa Khulafaur Rosyidin
4. Perkembangan Islam yang dihasilkan Pemerintahan Islam Khulafaur Rosyidin
VIII/1
5. Perkembangan Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti Umayah
6. Perkembangan 31
Kompetensi Dasar 1.1. Peristiwa Kelahiran Nabi Muhammad SAW 1.2 . Masa Remaja Nabi Muhammad SAW 1.3. Diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagi Rasul 1.4. Perjuangan Nabi SAW sebelum Hijrah ke Madinah 1.5. Perjuangan Nabi SAW sesudah Hijrah ke Madinah 2.1. Tempat dan benda yang menjadi Peninggalan Nabi SAW 2.2 Masjid yang dibangun semasa Nabi Muhammad SAW 3.1. Kepeminpinan Kholifah Abu Bakar As-Shidiq 3.2 Kepeminpinan Kholifah Umar Bin Khotob 3.3. Kepeminpinan Kholifah Utsman Bin Affan 3.4. Kepeminpinan Kholifah Ali Bin Abu Tholib 4.1. Kemajuan peradaban Islam pada masa Kholifah abu Bakar As-Shidiq 4.2 Kemajuan peradaban Islam pada masa Kholifah Umar bin Khotob 4.3. Kemajuan peradaban Islam pada masa Kholifah Utsman bin Affan 4.4. Kemajuan peradaban Islam pada masa Kholifah Ali bin Abu Tholib 5.1 Kepemimpinan KholifahKholifah pada Dinasti Umayah 5.2 Kemajuan Pemerintahan Islam pada dinasti Umayah 5.3 Kemunduran Pemerintahan Islam pada dinasti Umayah 6.1 Kepemimpinan Kholifah-
Tim Penyusun, GBPP Mata Pelajaran SKI tingkat MTs, (Jakarta: Depatertemen Agama Pusat, 2007)
41
Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah VIII/2
7. Perkembangan Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti Fatimiyah
8. Perkembangan Islam Setelah Runtuhnya masa Dinasti/Kerajaan IX/1
9. Masuknya Islam di Indonesia
10. Masuknya Islam di Pulau Jawa IX/2
11. Penyebaran Islam oleh Walisongo
Kholifah pada Dinasti Abbasiyah 6.2. Kemajuan Pemerintahan Islam pada Dinasti Abbasiyah 6.3 Kemunduran Pemerintahan Islam pada Dinasti Abbasiyah 7.1. Kepemimpinan KholifahKholifah pada Dinasti Fathimiyah 7.2 Kemajuan Pemerintahan Islam pada Dinasti Fathimiyah 7.3. Kemuduran Pemerintahan Islam pada Dinasti Fathimiyah 8.1 Kondisi Umat Islam setelah runtuhnya Dinasti Fathimiyah 8.2 Berbagai Karya Umat Islam Peninggalan Dinasti Islam 9.1 Kerajaan-Kerajaan Islm di Indonesia 9.2 Cara Penyebaran agama Islam di Indonesia 9.3 Akulturasi Budaya Islam di Indonesia 10.1 Kerajaan Islam di Pulau Jawa 10.2 Cara Penyebaran Islam di Pulau Jawa 11.1 Sejarah Hidup Para Walisongo 11.2 Budaya Islam yang Diwariskan oleh Walisongo
4. Manfaat Mempelajari Mapel SKI Mempelajari mata pelajaran SKI memiliki manfaat yang besar bagi setiap manusia sebagai hamba Allah, termasuk juga bagi kalangan siswa. Dengan mempelajari mata pelajaran SKI, maka akan diketahui dan dipahami tentang perjuangan Nabi Muhhamad SAW dalam membawa dan menyebarkan risalah agama Islam yang diikuti pula oleh generasi khulafaur-Rosyidin sebagai empat sahabat yang terdekat dengan
42
Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabat lainnya dan genersi sesudah sahabat seperti dinasti Umayah, Dinasti Abbasiyah dan seterusnya dengan mengukir peradaban budaya yang mendunia. Manfaat yang nyata dari mempelajari mapel SKI yang dilaksanakan di madrasah adalah untuk mebinan semangat siswa untuk lebih mencintai sosok Nabi Muhammad SAW dan kalangan generasi terbaik sesudahnya untuk dapat dicontoh dan diteladani oleh generasi islam atau siswa madrasah saat ini. Dengan mengetahui manfaat mempelajari mapel SKI yaitu untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Berupa pengetahuan dan pemahaman akan sejarah perkembangan agama islam dengan berabagai kemajuan-kemajuan serta peninggalan-peninggalan seni budaya yang bermanfaat bagi umat Islam saat ini sehingga siswa mampu mewarnai budaya yang sesuai dengan dasar landasan agama Islam. Para siswa yang mempelajari SKI secara rutin dan sungguh-sungguh tentunya akan terbawa untuk benar-benar menghayati kehidupan nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan juga meneladani perjuangan para sahabat dan generasi sesudahnya dalam memperjuangkan agama Islam. Dalam mapel SKI diuraikan pula tentang kisah perjuangan pemimpin Islam dalam memperluas kekuasaan dengan pendekatan yang bijaksana dan tanpa melakukan paksaan atau kekerasan. 32
32
Departemen Agama RI, Pedoman Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) untuk tingkat Madrasah Tsamawiyah (MTs) (Jakarta: Depag RI, 2009), hlm. 12.
43
Dengan demikian manfaat mempelajarai mapel SKI
bagi siswa
adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap perkembangan Islam melalaui pengetahuai riwayat Nabi Muhammad dan juga tokoh Islam sesuadahnya dari kalangan sahabat dan generasi berikutnya untuk dapat diteladani dan juga mampu mengembangan kebudayaan yang mereka tinggalkan sebagai budaya Islam.