Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis dan Demografi Wilayah Kaliwungu Kabupaten Kendal terletak di sebelah Timur Kabupaten Kendal bersebelahan dengan Kabupaten Semarang Kota. Dengan jumlah penduduk 15.241 jiwa dan 11.559 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk laki-laki 12.593 jiwa dan perempuan 12.648 jiwa. (Sistem Informasi Kependudukan , 2014) Pengelompokan penduduk berdasarkan umur yang peneliti peroleh dari Sistem Informasi Kependudukan pada klasifikasi kelompok umur keadaan tanggal 25 April 2014 tampak pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok Umur
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0-4
1216
1184
2400
5-9
1213
1196
2409
10-14
1197
1183
2380
15-19
1164
1191
2355
20-24
1205
1215
2420
25-29
1287
1316
2603
30-39
1503
1486
2989
40-49
1338
347
2685
50-59
1236
1242
2478
60 +
1234
1288
2522
JUMLAH
12593
12643
Sumber : Sistem Informasi Kependudukan , 01 Maret 2014
Pengelompokan penduduk Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal berdasarkan agama tampak pada tabel di bawah ini :
40
Hasil Penelitian
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasar Agama
No
Keterangan
1.
Islam
2.
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
12123
12149
14272
Kristen
394
426
820
3.
Katholik
25
20
45
4.
Hindu
0
1
1
5.
Budha
34
42
76
6.
Kong Hu Chu
0
0
0
7.
Lainnya
0
0
0
Sumber : Sistem Informasi Kependudukan , 01 Maret 2014
B. Laporan Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Tradisi Saparan Di jaman yang maju dan modern seperti saat ini, ritual-ritual budaya Jawa masih sering mewarnai kehidupan warga masyarakat di sejumlah daerah, bahkan semakin kuat dipertahankan didaerah-daerah lain. Bagi mereka yang bertekad melestarikan tradisi nenek moyang tersebut, hal itu terkait persepsi tuah keselamatan dan kemuliaan hidup yang dibawanya. Tidak terkecuali dengan warga masyarakat Kaliwungu Kabupaten Kendal Kelurahan Randuacir, Kaliwungu, yang rutin menggelar kegiatan bersih desa atau merti dusun setiap tahun, tepatnya pada hari Rabu Pon bulan Sapar. Bukan hanya dimaksudkan untuk mengejar berkah, rahmat, dan anugrah, ritual adat yang telah berlangsung puluhan tahun itu dipercaya dapat menghindarkan dari bahaya dan malapetaka. Kegiatan tersebut di awali dengan upacara pembersihan sumber air Jagersari, Andongsari, dan Gambirsari pada lima hari sebelum hari H, yaitu Jumat Pon, ritual merti dusun di Kaliwungu Kabupaten Kendal dirangkai dengan kegiatan bersih makam, upacara kenduri, dan dilanjutkan hiburan pada Rabu Pon. Acara puncak dari runtutan sejumlah ritual itu
41
Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal
terjadi pada acara kenduri, yang dipopulerkan dengan istilah Sedekah Dusun. Dalam kegiatan tersebut, semua warga membawa makanan dalam bakul atau baskom, lengkap dengan berbagai jenis makanan yang dipersyaratkan. Setelah dilakukan pembacaan doa oleh sesepuh atau tokoh masyarakat setempat, warga melanjutkan dengan acara makan bersama. Anggota masyarakat terlihat rukun
dan
bersatu
dalam
kesempatan
tersebut.
Sedekah Dusun mulai dilaksanakan sekitar pukul 12.00 WIB dan berlangsung selama hampir satu jam. Puluhan warga masyarakat dari berbagai golongan dan umur yang terlibat pada acara tersebut terlihat khusyuk ketika dua orang sesepuh dukuh (tokoh masyarakat), Suroto dan Karsono, tampil di panggung dan memimpin jalannya upacara mengatakan bahwa "Kami hanya nguri-uri tradisi nenek moyang dalam mencari keselamatan dan mencegah timbulnya bahaya dan malapetaka yang mengancam warga. Dengan ritual merti dusun, warga masyarakat berharap kelancaran rejeki, tanah pertanian subur, ternak bisa berkembang, dan pedagang laris berjualan," ungkap sesepuh Kaliwungu Kabupaten Kendal, Karsono, seusai acara Sedekah Dusun. Ketua Panitia Kegiatan Merti Saparan Kecamatan Kaliwungu, Suroto, menyebutkan bahwa setelah melewati ritual utama Sedekah Dusun, kegiatan segera dilanjutkan hiburan gambyong dan pergelaran kethoprak, mulai Rabu Pon sore hingga Kamis pagi. "Pendanaan kegiatan murni swadaya masyarakat. Total anggaran mencapai Rp 9 juta, dengan masing-masing warga dikenai pungutan Rp 20.000." Kegiatan rutin di Bulan Shafar yang selalu jatuh pada hari Rabu Pon itu dimeriahkan oleh kethoprak Ngesti Tunggal dari Banyubiru Kabupaten Semarang. Karsono mantan bekel (warga masyarakat) Randuacir menyampaikan bahwa masyarakat Randuacir menyukai kethoprak yang dipimpin oleh Nur Rohmad Hidayat itu. Suherman tokoh masyarakat setempat menambahkan bahwa kethoprak yang didirikan oleh MH Kasmari pada tahun 1980 an itu disenangi masyarakat karena selain cerita yang dikemas cukup bagus juga pentasnya bisa sampai menjelang pagi sehingga penonton puas menyaksikannya.
42
Hasil Penelitian
Retno Widayatsih warga Kaliwungu yang menyaksikan bersama temannya mengaku senang dengan pertunjukan yang mengambil judul “Wahyu Katentreman” itu dan di acara saparan tahun depan dia akan menyaksikan kembali pentas kethoprak itu ,tentu dengan mengajak temannya yang lebih banyak lagi. Acara Merti Dusun Gemah Ripah Loh Jinawi itu dibuka oleh Camat Kaliwungu
Yayat
Nurhayat
AP,M.Si.
Dalam
sambutannya
Yayat
memperkenalkan diri sebagai pejabat baru di Kaliwungu dan mantan Sekretaris Kecamatan Sidomukti itu berharap tradisi saparan harus tetap dijaga dan dilestarikan. Warga Kaliwungu Randuacir biasa menyebut dengan istilah “Maringi Buangan”, hal itu untuk menggambarkan orang yang sedang punya hajat dengan memberikan sesaji di tempat tertentu. Bagi masyarakat Kendal yang tidak tinggal disekitar wilayah itu, kondisi tersebut pastilah sesuatu yang asing, namun tidak buat warga Kaliwungu Randuacir. Sebagian masyarakat disitu menyakini bahwa sesaji harus diberikan pada tempat-tempat tertentu yang sudah turun-temurun dilakukan nenek-moyang dulu. Keluarga yang sedang mempunyai hajat baik itu pernikahan dan sunatan, atau kegiatan lain yang mendatangkan banyak tamu, diharuskan untuk memberikan buangan (sesaji) di persimpangan jalan, wuwungan rumahnya, dan di bererapa tempat seperti Pelantaran, Pandean, Kramat Jati, Pungkuran, serta kali Sawahjati. Apabila kebiasaan ini dihindari, dipercaya akan mendatangkan hal-hal yang tidak baik bagi keluarga atau masyarakat Kaliwungu. Bekas buangan atau sesaji dapat kita jumpai di tempat itu. Wadah berupa kotak dari bambu yang dianyam terlihat bertumpuk, seperti terlihat di Kaliblorong, salah satu Punden warga Kaliwungu. Dipercaya oleh masyarakat bahwa Kali Blorong adalah batas tengah antara Kaliwungu Kabupaten Kendal dan Kecamatan Brangsing Kabupaten Kendal. Cerita ini Konon didengar dari kakekkakek sesepuh Kaliwungu Kabupaten Kendal. Mbah Suraji, orang yang dituakan (tokoh agama) di Kaliwungu Kabupaten Kendal menuturkan bahwa menurut kakek-nenek dulu, Kali Andong adalah tempat yang diyakini “paling tua”, dan kemudian menurunkan “anak” mbarep yaitu Kali Jager dan seorang “anak” ragil putri yaitu Kali Gambir. Adapun
43
Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal
nama putri itu adalah Nyai Gadung Mlathi. Maka dari itulah ada semacam larangan tak tertulis kepada masyarakat Kaliwungu untuk tidak mengenakan corak dan motif Gadung Mlathi dalam segala benda yang dipakai, baik itu iket, lendang,stagen, klambi,dan jarik. Mbah Suraji (tokoh agama) sendiri menyebut bahwa pemberian sesaji ini sebagai naluri jaman kuno yang keberadaannya dipercaya dan tetap akan dilakukan oleh masyarakat Kaliwungu. Kegiatan pemberian sesaji ini juga dilakukan pada acara Saparan Merti Desa. Aneka makanan dan jajan pasar lengkap ditempatkan di sebuah kotak bambu dan dibawa orang untuk diletakkan pada tempat-tempat yang telah ditunjuk. Pernah suatu ketika terjadi sesaji yang dikirimkan ternyata masih kurang satu buah Kedondong, karena pada saat dibawa jatuh menggelinding tanpa diketahui. Pada saat acara Saparan tengah berlangsung ternyata ada salah seorang tamu dari luar kota menjadi kesurupan dan meminta buah Kedondong. “Dondongku digigolake”, ucapnya berkali kali sambil terus berjoget secara tidak sadar.
Gambar 1. Salah satu tempat keramat untuk meletakkan sesaji di Kaliwungu Kabupaten Kendal
Acara Saparan Merti Desa dilaksanakan oleh warga Kaliwungu Kabupaten Kendal setiap Bulan Sapar hari Rabu Pon malem Kamis Wage.
44
Hasil Penelitian
Hari H yang dipilih harus jatuh pada hari Rabu Pon. Namun apabila dalam bulan itu tidak ada hari Rabu dengan Pasaran Pon, maka akan diundur ke Bulan Mulud. Acara Saparan ini diawali dengan kegiatan bersih desa pada pagi hari, dan kemudian dilanjutkan dengan Kondangan (kenduri), dan pada malam hari diadakan pentas ketoprak. Sampai sekarang warga Kaliwungu Kabupaten Kendal tidak ada yang berani untuk meninggalkan tradisi ini, mengingat ketakutan akan adanya sesuatu hal buruk yang terjadi apabila acara ini dilewatkan.
45