BAB III GHAIB DALAM AL-QUR’AN
A. Ayat-ayat Ghaib dalam al-Qur'an Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat. Tidak diturunkan untuk satu umat atau satu abad, tetapi untuk seluruh umat dan untuk sepanjang masa. Karena itu luas ajarannya sama dengan luasnya umat manusia. Al-Qur’an diwahyukan untuk tujuan khusus yaitu menjadikan kita sadar pada Sang Pencipta, yang mengarahkan kita pada iman dan ibadah dan menata kehidupan individual dan kolektif agar kita mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat. Setelah penulis telusuri dalam al-Qur’an dengan mengutip dari berbagai buku praktis mencari ayat-ayat al-Qur’an, yaitu: Muhammad Fuad dan Abdul Baqi, Mu’jam al-Mufarraz Lafad al-Qur’anul Karim, NA, Baiquni, Syawaqi, RA.Aziz, Indek al-Qur’an Cara Mencari Ayat-Ayat alQur’an, ARKOLA, Surabaya, 1996, Afzalurrahman, Indek al-Qur’an, terj. Ahsin W. al-Hafidz, Bina Aksara, Jakarta, 1997, CD Holy Qur’an 30 jus versi Indonesia, M.S Khalil, Kunci-Kunci Untuk Mencari Ayat al-Qur’an, Bina Ilmu, Surabaya, 1984.
Maka penulis menemukan sebanyak 51 ayat-ayat
ghaib dalam al-Qur’an. Adapun rincian ayat-ayatnya yaitu:
No 1
Tema
Surat dan ayat
Segala sesuatu yang tidak ada Q. S. an-Naml : 65 dari kita karena belum terjadi, Q. S. al-Jîn: 26 dan
akan
terjadi
dimasa Q. S. an-Nahl : 77
datang. = as-Sirru (rahasia), = Q. S. al-Anbiya : 49 Q. S. Saba’ : 3, 14, 48, 53
mustatir (tersembunyi).
36
37 Q. S. ath-Thûr: 41 Q. S. al-A’raf : 188 Q. S. Maryam : 61, 78 Q. S. al-Baqarah : 44 Q. S. an-Najm: 35 Q. S. Hûd: 31 Q. S. al-An’am: 73 Q. S. al-Maidah: 109, 116 Q. S. az-Zumar: 46 Q. S. al-Jumu’ah: 8
2
Segala sesuatu yang tidak Q. S. al-Baqarah : 3 dapat dilihat oleh mata tetapi Q. S. Yâsîn : 11 dapat dihadirkan dalam hati Q. S. al-Mulk : 12 (bersifat batin) = al-majhul Q. S. al-Fâthir : 18, 38 >< tajalli.
Q. S. al-Mu’minûn : 92 Q. S. al-Hadid: 25 Q. S. Yusuf: 81 Q. S. Hûd: 123 Q. S. al-Hujurat: 18 Q. S. al-An’am: 59 Q. S. al-Maidah: 94 Q. S. Qaaf: 33
3
Segala sesuatu yang tidak Q. S. ar-Rôd: 9 dapat
diketahui
terhalang oleh sesuatu.
karena Q. S. an-Nahl : 77 Q. S. al-An’am: 50 Q. S. Hasyir: 22 Q. S. at- Taubah: 78, 94 & 105 Q. S. at-Taghabun: 18 Q. S. Sajdah: 6
38 Q. S. Ali-Imran : 179 4
Segala sesuatu yang pernah Q. S. Hûd: 49 ada atau tidak
terjadi
dan kita Q. S. Yusuf: 52, 102
mengalaminya
menyaksikannya
><
Syahadah.
atau Q. S. al-Kahfi: 22 & 26 asy- Q. S. at-Takwir: 24 Q. S. Yunus: 20 Q. S. al-Qalam: 47
B. Penafsiran Ayat-ayat Ghaib dalam al-Qur'an Dalam memberikan penafsiran terhadap kata ghaib dalam al-Qu’an, penulis berusaha untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi ayat-ayat ghaib sesuai dengan maksud artian yang megarah pada arti tertentu sehingga akan tersususun secara sistematis. Dalam menjelaskan kata ghaib penulis sengaja mengambil beberapa kitab tafsir yang kiranya menafsirkan ayat-ayat yang penulis sebutkan. Adapun klasifikasi dan penjelasan dari ayat-ayat ghaib tersebut sebagai berikut: 1. Segala sesuatu yang tidak ada dari kita karena belum terjadi, dan akan terjadi dimasa datang. = as-Sirru (rahasia) = Mustatir (tersembunyi). Segala hal yang belum nampak atau belum terjadi memang menjadi misteri bagi kita akan ada atau tidaknya peristiwa itu, dan sering kali diragukan bahkan ditolak eksistensinya bagi mereka yang tidak beriman, tetapi berbeda dengan yang beriman, akan selalu meyakini akan kedatangannya suatu saat karena telah banyak dijelaskan dalam firman Allah SWT. Diantara beberapa ayat ghaib yang termasuk dalam kategori ini yang menjelaskan tentang kiamat yaitu:
ﻌﺜﹸﻮ ﹶﻥ ﺒﻳ ﺎ ﹶﻥﻭ ﹶﻥ ﹶﺃﻳﻌﺮ ﺸ ﻳ ﺎﻭﻣ ﻪ ﺐ ِﺇﻟﱠﺎ ﺍﻟﱠﻠ ﻴﻐ ﺽ ﺍﹾﻟ ِ ﺭ ﺍﹾﻟﹶﺄﺕ ﻭ ِ ﺍﻤﻮ ﺴ ﻦ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﻣ ﻌﹶﻠﻢ ﻳ ﹸﻗ ﹾﻞ ﻟﹶﺎ Artinya: Katakanlah: ”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah, dan mereka
39 tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan“.1 Ayat di atas sebagai pembatalan terhadap kepercayaan mereka menyangkut pengetahuan tentang yang ghaib yang diakui oleh para penyembah berhala. Kaum musrikin bertanya kepada nabi Muhammad tentang waktu datangnya kiamat, Thahir Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa pertanyaan ini timbul akibat kepercayaan mereka bahwa agamawan bahkan nabi mengetahui yang ghaib. Pertanyaan ini ditujukan guna membuktikan bahwa Muhammad bukanlah nabi karena tidak mengetahui yang ghaib yaitu datangnya kiamat.2 Ayat ini menunjukkan bahwa nabi Muhammad pun tidak mengetahui yang ghaib kecuali apa yang disampaikan Allah kepada beliau. Adapun ghaib mutlak datangnya hari kiamat, maka Rasulullah sendiri menegaskan ketika beliau ditanya oleh malaikat Jibril as. Tentang waktunya: “Tidak yang ditanya tentang kiamat lebih mengetahui dari yang bertanya” (HR. Muslim dan lain-lainnya melalui Abdullah Ibn ‘Umar) Dalam hadis lain nabi bersabda: “Aku diutus sedang waktu datangnya hari kiamat itu seperti dua ini, sambil memperlihatkan telunjuknya dan jari tangannya”. Maksudnya ialah jarak waktu antara kiamat dengan beliau amatlah dekat, meskipun Allah SWT merahasiakan saat terjadinya hari kiamat, namun Allah SWT telah memberitahukan kepada nabi Muhammad SAW alamat-alamat atau tanda-tanda sebelum kaimat terjadi.
3
Maka suatu tanda yang nyata bahwa kiamat itu sudah
dekat ialah kebangkitan nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir kepada umat manusia.. Maka sesudah itu menyusulah penyempurnaan kehidupan material, dan apabila segala kesempurnaan itu telah tercapai, tibalah saatnya kehancuran dan kemusnahan.
1
Q. S. an-Naml/27 : 65 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Kelompok VI, Lentera Hati, hlm. 259 3 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Juz. 6, terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Pres, Jakarta, 2000, hlm. 63 2
40 Rasulullah bersabda mengenai lima kunci yang ghaib sebagaimana tersebut dalam surat al-An’am ayat 34: “Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia lah yang menurunkan hujan dan yang mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakan besok. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Seandainya manusia diberi perangkat untuk mengetahui perkara ghaib, niscaya gugurlah kekhalifahan di muka bumi ini. Karena mereka tidak disiapkan untuk menghadapinya kecuali dalam ukuran untuk menghubungkan ruhnya dengan penciptanya, dan untuk menghubungkan keberadaanya dengan keberadaan alam semesta ini. Dan seandainya seluruh perkara ghaib dan apa yang bakal terjadi ditunjukkan kepada mereka, niscaya mereka tidak akan menggerakkan kaki dan tangannnya untuk memakmurkan bumi, atau hati mereka akan terus menggoncang merenungkan apa yang bakal terjadi itu, tanpa hasrat untuk memakmurkan bumi ini sama sekali. Ayat ini menurut Thahir Ibn ‘Asyur adalah pengkhususan kepada mereka yang merasa mengetahui yang ghaib dari para dukun, peramal, dan para penyembah berhala. Bahwa tidak ada yang mengetahui yang ghaib melainkan hanya Allah Dalam surat al-Jîn ayat 26 mengisaratkan mengenai batilnya ramalan, nujum dan sihir sebab pelakunya itu adalah orang-orang yang paling jauh dai keridhaan dan paling dekat dengan kemungkaran. Ar-Razi berkata bahwa Allah tidak memberitahukan keghaiban-Nya yang khusus, yaitu datangnya hari kiamat, dan ada beberapa alasan yang menunjukkan hal itu: 1). Para penganut agama dan kepercayaan telah membuktikan kebenaran ilmu takwil dan tafsir mimpi, dan orang yang menafsirkan mimpi itu terkadang memberitahukan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimas datang, dan dia pun benar dalam penafsirannya itu. 2)
41 peramal al-Baghdadiyah yang diboyong oleh Sutan Sinjar Ibnu Malik Syah dari Bagdad ke Khurasan dan ditanyai tentang suatu yang akan datang, telah menyebutkan beberapa hal yang kemudian terjadi sesuai dengan pembicaraanya. 3). Kita menyaksikan diantara para ahli ilham (dan hal itu tidak khusus bagi para wali, tetapi terkadang didapat juga oleh tukang-tukang sihir), orang yang benar dalam pemberitahuannya. Begitu pula hukum-hulum perbintangan seringkali cocok dan sesui dengan apa yang akan terjadi. Apabila yang demikian itu dapat disaksikan dan dirasakan maka pendapat bahwa al-Qur’an menunjukkan yang sebaliknya dapat mendapatkan celaan terhadap al-Qur’anul Karim. Dijelaskan pula dalam ayat yang lain bahwa hanya Allah sajalah yang mengetahui keghaiban kiamat, yaitu:
ﺮﺏ ﻮ ﹶﺃ ﹾﻗ ﻭ ﻫ ﺼ ِﺮ ﹶﺃ ﺒﻤ ِﺢ ﺍﹾﻟ ﻋ ِﺔ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﻛﹶﻠ ﺎ ﺍﻟﺴﻣﺮ ﺎ ﹶﺃﻭﻣ ﺽ ِ ﺭ ﺍﹾﻟﹶﺄﺕ ﻭ ِ ﺍﻤﻮ ﺴ ﺍﻟﻴﺐﻭِﻟﻠﱠـ ِﻪ ﹶﻏ ﺮ ﻲ ٍﺀ ﹶﻗﺪِﻳ ﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛﻞﱢ ﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ Artinya: “Dan kepunyaan Allahlah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melaikan sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segaa sesuatu”.4 Dikhususkannya penyebutan kebangkitan kiamat diantara perkaraperkara ghaib disebabkan telah banyak terjadi perdebatan mengenainya diseluruh zaman dan masa, serta pada banyak umat, lalu banyak manusia yang mengingkari dan menjadikannya termasuk hal yang tidak mungkin. Allah menyajikan apa yang tampaknya merupakan keterangan atas kemungkinan dan kecepatan terjadinya kiamat, sesungguhnya Allah maha kuasa atas apapun yang Dia kehendaki, tidak ada sesuatupun yang dapat menolak kehendak-Nya. maka Dia kuasa untuk membangkitkan kiamat dalam masa yang lebih cepat dari pada kejapan mata.5 Senada dengan ayat ini ialah Q.S. al-Qamar/54: 50, ”Dan perintah
4 5
Q.S. an-Nahl/16: 77 Al-Maraghiy, Juz. 15, op.cit, hlm. 212
42 Kami hanya satu perkataan seperti kejapan mata”. Dan senada juga dengan Q.S. Lukman/31: 28, “Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur itu), melainkan hanya seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja”. Allah SWT
merahasiakan waktunya, agar manusia tidak
menghentikan kegiatan hidupnya. Seharusnya manusia tidaklah perlu memikirkan kapan hari kiamat itu akan terjadi.6 Sebab hal itu adalah urusan Allah SWT . Yang pokok bagi mereka menyelaraskan hidup mereka dengan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Perkara hari kiamat bagi Allah sangatlah mudah. Mudah atau sukar, cepat atau lambat itu adalah ukuran manusia. Allah SWT sesungguhnya sangat kuasa atas segala perkara. Bila Allah SWT berkehendak atas sesuatu Dia pun berfirman: “Kun” (adalah) maka terciptalah. Tidak suatupun yang dapat menghalangi kehendak-Nya. Kalau kehendak Tuhan sudah sampai, sekejap mata semuanya itu berubah. Bagi kita soal ini besar tetapi bagi Allah SWT masalah ini sangatlah kecil di hadapan-Nya. Tentang sekejap mata ini dapatlah kita memikirkannya apabila kita dengar keterangan ahli-ahli tentang kecepatan perjalanan alam, bagaimana cepatnya peredaran bumi, bagaimana kecepatan perjalanan cahaya. Kata ahli ilmu alam cakrawala ini semua yang ada ini beredar dengan cepat sekali, berkembang tidak berhenti-henti, dan tidak tahu dimana kesudahnanya. Maka Tuhan bersabda bahwa sa’at atau kiamat akan terjadi dalam sekejap mata. Sesungguhnya kiamat akan segera datang dan tidak ada yang akan bisa lari darinya, kemudian disana akan diperlihatkan hal-hal yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan apa saja yang telah diperbuat ketika hidup di dunia.
6
Haji Abduil Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 14, op.cit., hlm. 3942
43 Di dalam ayat yang lain juga diterangkan tentang keghaiban kiamat sebagaimana dalam surat al-Ambiya ayat 49, di samping percaya kepada adanya Allah SWT , maka percaya kepada adanya hari kiamat termasuk dalam objek iman. Tetapi banyak manusia yang mengakui adanya Allah SWT tetapi tidak mengakuai akan adanya hari kiamat atau hidup sesudah mati. 7 Seseorang yang bertakwa itu bila mendengar berita tentang akan terjadi hari kiamat mereka jadi gemetar ialah kerena mereka beriman, mereka percaya kepada Allah SWT , mereka percaya kepada rasul yang diutus Allah SWT , sebab itu mereka percaya kepada berita yang dibawa oleh rasul itu. Mereka sangat yakin bahwa kiamat itu pasti akan terjadi, sebab mustahil seorang rasul membawa berita yang dikarang-karang sendiri. Dalam ayat lain juga dinyatakan tentang keghaiban hari kiamat yaitu dalam firman Allah SWT :
ﺐ ﻟﹶﺎ ِ ﻴﻐ ﺎِﻟ ِﻢ ﺍﹾﻟﻢ ﻋ ﻨﻜﹸﻴﺘ ﹾﺄِﺗﻲ ﹶﻟﺭﺑ ﻭ ﺑﻠﹶﻰ ﻋﺔﹸ ﹸﻗ ﹾﻞ ﺎﺎ ﺍﻟﺴﺗ ﹾﺄﺗِﻴﻨ ﻭﺍ ﻟﹶﺎﻦ ﹶﻛ ﹶﻔﺮ ﻭﻗﹶـﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠـﺬِﻳ ﻭﻟﹶﺎ ﻚ ﻦ ﹶﺫِﻟ ِﻣﻐﺮ ﺻ ﻭﻟﹶﺎ ﹶﺃ ﺽ ِ ﺭ ﻭﻟﹶﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﺕ ِ ﺍﻤﻮ ﺴ ﺭ ٍﺓ ﻓِﻲ ﺍﻟ ِﻣﹾﺜﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﹶﺫﻨﻪﻋ ﺏ ﺰ ـﻳﻌ ﲔ ٍ ِﺒﺏ ﻣ ٍ ﺎ ِﺇﻟﱠﺎ ﻓِﻲ ِﻛﺘﺒﺮﹶﺃ ﹾﻛ Artinya: ”Dan orang-orang kafir berkata “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami”. Katakanlah:”Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, sesunguhnya kiamat itu pasti datang kepadamu”. Tidak ada yang tersembunyi dari kepada-Nya seberat zarohpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melaikan tersebut dalam kitab yang nyata (lauh magfudz)”. 8
7
Sayyid Quthb, Juz. 5, op.cit, hlm. 149
8
Q.S. Saba’/34: 3
44 Sesungguhnya
kedatangan
hari
kiamat
tidak
ada
yang
mengehuinya, selain Allah SWT Yang Maha Tahu segala yang ghaib, yang tidak luput dari pengetahuan-Nya sesuatupun di langit dan di bumi, baik itu dzarrah maupun yang lebih kecil dari itu, atau yang lebih besar dari padanya, dimana saja dan kemana saja perginya.9 Semua itu telah terlpelihara dalam kitab yang nyata. Jadi tulang-tulang yang telah hancur dan daging-daging yang telah bercerai-berai, maka Allah SWT mengetahui kemana perginya tulang belulang itu, dan kemana tercerai-berainya. Dan Allah SWT dapat mengembalikannya kembali sebagaimana Dia telah memulainya pada pertama kali. Ada segolongan orang-orang kafir mengatakan bahwa kehidupan akherat yang diberikan Muhammad SAW adalah omong kosong belaka. Suatu yang tidak mungkin terjadi karena tubuh manusia setelah masuk kubur dan hancur luluh lantak tak berbekas apalagi setelah berlalu atasnya masa yang panjang.10 Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada nabi Muhammad SAW supaya menolak dengan keras anggapan orang-orang kafir pada saat itu. Allah SWT memerintahkan supaya dia bersumpah dengan menyebut nama Allah SWT bahwa hari kiamat itu pasti datang. Hari berbangakit adalah suatu hikmah dan kebijaksanaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya. Suatu hikmah dan kebijaksanaan yang tidak dipahami oleh orang-orang kafir atau mereka tidak mau memahaminya. Hikmah dan kebijaksanan itu ialah Allah SWT tidak akan membenarkan hamba-hamba-Nya untuk berbuat sekehendak hatinya. Allah SWT telah menjelaskan dengan perantaraan rasul-rasul-Nya bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan atau kezaliman maka akan dibalas dengan balasan yang setimpal baik di dunia maupun di akherat. Kalau manusia belum mendapatkan balasan di dunia atas kejahatannya karena 9
Al-Maraghiy, Juz. 7, op.cit., hlm. 50
10
Universitas Islam Indonesia, Juz. 22, op.cit, hlm.61
45 kedududkannya atau kepintarannya menyembunyikan kejahatan itu, maka balasan pasti akan diterimanya di akherat nanti. Mengingkari hari kiamat dan hari pembalasan berarti mengingkari hikmah kebijaksanaan Allah SWT Yang Maha Adil dan Maha Kuasa. Kematian juga merupakan hal yang bersifat ghaib yang belum diketahui bagi orang yang masih hidup, karena dia belum mengalaminya. Melaui ayat ini Allah menunjukkan keluasan pengetahuaan-Nya tentang yang ghaib serta ketangguhan kekuasaan-Nya. Firman Allah yang menunjukkan kematian yaitu:
ﻮ ﹶﻥﺘﺒﻳ ﹾﻜ ﻢ ﻬ ﺐ ﹶﻓ ﻴﻐ ﺍﹾﻟﻢﺪﻫ ﻨﻡ ِﻋ ﹶﺃ Artinya:“Apakan ada pada sisi mereka pengetahuan sesuatu yang ghaib itu mereka menuliskannya?” 11
Dalam hal ini orang-orang musrik menganggap bahwa kematian nabi Muhammad akan tiba sebelum kematian mereka, hal ini ditujukan untuk menipu manusia pada waktu itu dan memperdayakan nabi. Yang akhirnya mereka (orang-orang musyrik) dibinasakan oleh Allah pada perang Badar.12 Dengan diceritakannya tukang ramal yang berusaha menebak halhal yang ghaib yang sebenarnya mereka tidak mengetahuinya, kalaupun mereka mengetahuinya karena mendapatkan bisikan dari setan yang selalu mencuri berita dari langit dengan sepotong-sepotong, sehingga menjadikan mereka menjadi sesat.13 Sedangkan term ghaib yang mengarah pada artian kematian dijelaskan juga dalam surat Saba’ ayat 14, pada ayat ini
11 12 13
Q.S. ath-Thûr/52: 41 Al-Maraghiy, Juz. 7, op.cit., hlm. 62-63 Haji Abduil Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 27, op.cit., hlm. 24
dengan
46 memperlihatkan kisah para jin pengikut nabi Sulaiman yang diperintahkan untuk membuatkan bangunan. Dengan segala ketakutan jin melakukannya dengan sungguh-sungguh. Ketika mengawasi para jin, nabi Sulaiman diambil nyawanya oleh Allah, tetapi masih dalam keadaan berdiri karena ditahan oleh tongkatnya. Dan para jin tetap saja meneruskan pekerjaannya karena tidak mengetahui kematian tuannya (nabi Sulaiman), dan akhirnya nabi Sulaiman tersungkur setelah rayap mengerogoti tongkatnya. Tidak ada yang mengetahui berapa lama nabi sulaiman bertelekan pada tongkatnya setelah beliau meninggal. Sesungguhnya bangsa jin tidaklah mengetahui yang ghaib, karena yang ghaib hanyalah hak prerogatif Allah.14 Dalam surat al-A’raf ayat 188 menjelaskan tentang ketidak tahuanya nabi Muhammad tentang datangnya kematian, beliau tidak tahu bila beliau akan meninggal, sehingga lantaran itu beliau tidak mengumpulkan harta kekayaan banyak-banyak untuk jaminan hidup bagi anak-anak yang akan ditingalkannya dan beliau tidak mendirikan gedunggedung yang indah.15 Dalam beberapa ayat al-Qur’an dijelaskan pula tentang term ghaib yang mengarah pada artian surga yaitu:
ﺎﻣ ﹾﺄِﺗﻴ ﻩﻋﺪ ﻭ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺐ ِﺇﻧ ِ ﻴﻐ ﺑِﺎﹾﻟﺩﻩ ﺎﻦ ِﻋﺒ ﻤ ﺣ ﺪ ﺍﻟﺮ ﻋ ﻭ ﺪ ٍﻥ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﻋ ﺕ ِ ﺎﺟﻨ Artinya: “Yaitu surga ‘And yang telah dijanjikan oleh Tuhan yang maha pemurah kepada hamba-hambanya, sekalipun surga itu tidak tampak. Sesunguhnya surga Allah SWT itu pasti ditepati” 16
Dengan kuatnya iman seseorang menjadikannya yakin dengan
14
Sayyid Quthb, Juz. 4, op.cit, hlm. 644 Haji Abduil Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 9, op.cit, hlm.2642 16 Q. S. Maryam/19 : 61 15
47 sepenuh hati bahwa ketaatannya di dunia ini tidaklah akan sia-sia. Manusia yakin akan janji Allah yang disediakan kepada hamba Allah, meskipun surga itu tidak tampak. Ghaib dalam ayat ini mengarah pada artian surga, sebagai taman-taman tempat tinggal yang kekal, tidak seperti taman-taman dunia. Allah SWT telah menjanjikannya bagi orang-orang yang bertakwa, sekalipun mereka tidak menyaksikannya.17 Surga yang dijanjikan-Nya akan menjadi tempat kediaman bagi arang-orang yang bertaubat dan bertakwa, ialah surga ‘Adn. Meskipun surga yang dijanjikan itu tidak dapat dilihat oleh manusia di dunia ini, karena masih dalam alam ghaib dan kapan manusia itu masuk ke dalamnya tidak pula dapat diketahui dengan pasti karena semua itu hanya diketahui oleh Allah. 18 2. Segala sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata tetapi dapat dihadirkan dalam hati (bersifat batin). Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh panca indra, percaya kepada yng ghaib yaitu mengiktikadkan adanya sesuatu “yang maujud “ yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Beriman kepada yang ghaib merupakan satu titik tolak kesempurnaan iman manusia. Puncak dari keimanan kepada yang ghaib adalah iman kepada Allah, konsep keiman ini dinampakan dengan melaksanakan ibadah shalat dan menafkahkan zakat.19 Dijelaskan dalam firman Allah:
ﻨ ِﻔﻘﹸﻮ ﹶﻥﻳ ﻢ ﻫ ﺎﺯ ﹾﻗﻨ ﺭ ﺎﻭ ِﻣﻤ ﺼﻠﹶﺎ ﹶﺓ ﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﻘِﻴﻤﻭﻳ ﺐ ِ ﻴﻐ ﻮ ﹶﻥ ﺑِﺎﹾﻟﺆ ِﻣﻨ ﻳ ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳ Artinya: (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka”. 20 Kata bil ghaib pada ayat di atas adalah Dzat Allah SWT, jadi sifat 17
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 16, op.cit, hlm. 4346
18
Al- Maraghiy, Juz. 16, op.cit, hlm. 61
19 20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, kelompok 1, Lentera Hati, Jakarta, 2000, hlm. 83
Q.S. al-Baqarah/2: 3
48 pertama
orang
yang
bertakwa
adalah
percaya
kepada
Allah.21
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Hujurat: 25. Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulallah SAW, bersabda: “Islam didirikan atas lima sendi: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan melaksanakan haji.”(HR Bukhari dan Muslim).22 Penafsiran ini sama halnya dengan Q. S. al-Mu’minûn : 92. Dalam firman Allah yang lain:
ﺟ ٍﺮ ﹶﻛ ِﺮ ٍﱘ ﻭﹶﺃ ﺮ ٍﺓ ﻐ ِﻔ ﻤ ِﺑﺮﻩ ﺸ ﺒﺐ ﹶﻓ ِ ﻴﻐ ﻦ ﺑِﺎﹾﻟ ﻤ ﺣ ﺮ ﻲ ﺍﻟ ﺸ ِ ﺧ ﻭ ﺮ ﻊ ﺍﻟ ﱢﺬ ﹾﻛ ﺒﺗﻣ ِﻦ ﺍ ﻨ ِﺬﺭﺎ ﺗﻧﻤِﺇ Artinya: “Sesunguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orangorang yang mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia”23 Bagi mereka yang mengasah potensi keimanannya sehingga bersedia secara bersungguh-sungguh mengikuti adz-Dzikr yakni tuntunan al-Qur’an dan yang takut bercampur harap serta kagum kepada ar-Rahman Sang Maha Penyayang, mesti Dia ghaib yakni meskipun mereka tidak melihat-Nya.
Mereka
itulah
yang
pantas
mendapat
maghfirah
pengampunan Ilahi dan ganjaran yang mulia berupa kebahagiaan yang tidak putus-putusnya.24 Iman kepada yang ghaib adalah pokok dasar kepercayaan kepada yang ghaib, kalau tidak percaya lagi kepada yang ghaib, berarti runtuhlah segenap kepercayaan. Anak kunci dari segala yang ghaib adalah Allah. Enam pokok dari keimanan kepada yang ghaib yaitu: Pertama, kepercayaan kepada Allah. Kedua, percaya kepada hari kiamat, ketiga,
21
Sayyid Quthb, juz.1, op.cit, hlm. 89 Ibnu Katsir, Juz. 4, op.cit, hlm. 76. 23 Q. S. Yâsîn/36 : 11 24 M. Quraish Shihab, Kelompok 1, op.cit, hlm.512 22
49 percaya kepada hari pembangkitan (ba’ats), hari perhitungan (hisab), hari penimbangan (mizan), dan hari menerima ganjaran (jaza’). Keempat, percaya kepada nabi-nabi yang telah lalu. Kelima, percaya akan adanya malaikat. Keenam, percaya bahwa baik dan buruk yang terjadi adalah atas qadha dan qadhar dari Allah.25 Di dalam al-Qur’an selalu bertemu dengan ayat-ayat yang menyuruh manusia memperhatikan perbuatan Allah, ciptaan Allah, takdir ketentuan Allah, supaya timbul rasa takut kepada Allah, lalu tunduk dengan penuh rasa cinta kepada-Nya, dan meskipun Dia ghaib, tidak tampak oleh mata namun Dia jelas kelihatan oleh hati. Imajinasi tentang Allah tidaklah dapat diterangkan, tetapi bekas perbuatan dan ciptaan-Nya dapat menimbulkan keyakinan akan kebesaran-Nya. apabila perasaan ini telah tumbuh dalam hati niscaya akan terbukalah hari depan yang baik, dan masa depan yang bahagia.26 Penjelasan dari surat Mulk ayat 12. Sedangkan dalam surat Fâthir ayat 18 menjelaskan bahwa peringatan Allah tidak akan berguna bagi kaum Musyrikin tetapi hanya bermanfaat bagi orang-orang yang takut akan adzab Tuhan yaitu kaum Muslimin, walaupun mereka tidak melihat-Nya, dan mereka senantiasa melaksanakan shalat secara baik dan sempurna.27 Dan tanda-tanda orang yang bertakwa adalah, Pertama, mereka senantiasa takut kepada azab Allah, walau azab itu tidak tampak oleh mereka. Kedua, mereka takut akan datangnya hari kiamat, Ketiganya, mereka yakin dan percaya bahwa Allah selalu mengawasi, memperhatikan dan mengetahui di mana dan keadaaan bagaimanapun mereka saat itu.
25
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar, Juz. 29, Pustaka Panji
Mas, Jakarta, 1988, hlm. 2058 26
Ibid, hlm. 7542
27
M. Quraish Shihab, Kelompok III, op.cit, hlm. 214
50 Dalam firman Allah yang lain dijelaskan juga keghaiban yang berhubungan dengan diri manusia, baik yang berhubungan dengan amal dan perasaan manusia Seperti diberitakan dalam al-Qur’an menjelaskan tentang prilaku dan fikiran orang-orang munafik, yang dijelaskan dalam alQur’anul karim yaitu:
ﻦ ﻪ ِﻣ ﺎ ﺍﻟﱠﻠﺒﹶﺄﻧﻧ ﺪ ﻢ ﹶﻗ ﻦ ﹶﻟ ﹸﻜ ﺆ ِﻣ ﻦ ﻧ ﻭﺍ ﹶﻟﺘ ِﺬﺭﻌ ﺗ ﻢ ﹸﻗ ﹾﻞ ﻟﹶﺎ ﻴ ِﻬﻢ ِﺇﹶﻟ ﺘﻌ ﺟ ﺭ ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ ﻴ ﹸﻜﻭ ﹶﻥ ِﺇﹶﻟﺘ ِﺬﺭﻌ ﻳ ﺩ ِﺓ ﺎﺸﻬ ﺍﻟﺐ ﻭ ِ ﻴﻐ ﺎِﻟ ِﻢ ﺍﹾﻟﻭ ﹶﻥ ِﺇﻟﹶﻰ ﻋﺮﺩ ﺗ ﻪ ﹸﺛﻢ ﻮﹸﻟﺭﺳ ﻭ ﻢ ﻤﹶﻠﻜﹸ ﻋ ﻪ ﻯ ﺍﻟﱠﻠﻴﺮﺳ ﻭ ﻢ ﺎ ِﺭ ﹸﻛﺧﺒ ﹶﺃ ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻌ ﺗ ﻢ ﺘﻨﺎ ﹸﻛﻢ ِﺑﻤ ﺌﹸﻜﹸﻨﺒﹶﻓﻴ Artinya: “Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan uzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah :”Janganlah kamu mengemukakan uzur, kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahhukan kepada kami beritamu sebenarnya. Dan Allah serta rasulnya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib dan Yang Nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.28
Allah mengetahui amal yang ghaib yang tersembunyi yang idak tampak oleh orang lain dan Allah pun mengetahui keghaiban rahasia hati ataupun perbuatan yang nyata. Mungkin manusia tidak mengetahui hakekat yang sebenarnya. Namun Tuhan tetap melihat dan kelak semua amalan itu baik amalan yang tulus ihklas maupun yang pura-pura, akan dibuka dipaparkan dihadapan Allah yang mengetahui yang ghaib dan nyata itu di akhirat.29 Dari ayat sesudahnya (ayat 95) diterangkan bahwa Allah akan memasukkan mereka (orang-orang munafik) ke dalam neraka Jahannam atas apa yang telah mereka lakukan. Menurut pendapat Qatadah, ayat ini turun mengenai Abdullah Ibn Ubai, dia bersumpah kepada nabi sesudah nabi kembali dari madinah dari peperangan Tabuk, akan tidak lagi mengikuti nabi dan meminta 28
Q. S. at-Taubah/11: 94
51 permohonannya (untuk tidak kembali keperang Tabuk), nabi menolak permohonan tersebut. Allah memberi tahu bahwa orang-orang munafik akan bersumpah dengan nama Allah bahwa benar-benar mereka itu mempunyai alasan (uzur) yang menghalangi mereka turut berjihad, kelak tempat mereka adalah neraka Jahanam sebagai pembalasan atas sesuatu yang telah mereka kerjakan.30 Dalam firman Allah yang lain juga diterangkan tentang amal manusia yang baik maupun yang buruk, yang sebenarnya semuanya diketahui oleh Allah, keterangan ini dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 105. Bahwasanya amal-amal manusia akan dilaporkan kepadanya pada hari kiamat, kepada rosul dan kepada kaum muslimin. Sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad dari Abi Said, bahwa Rasulullah bersabda: “Andaikan seseorang diantara kamu berbuat sesuatu di dalam sebuah batu karang
yang
menampakkan
padat,
tiada
perbuatannya
berpintu dan berlubang, Allah akan kepada
orang-orang,
bagaimanapun
keadaanya”. Begitu juga terdapat dalam riwayat Abu Daud dari Jabir Ibnu Abdullah dan riwayat Imam Ahmad dari Anas.31 Pada surat at-Taubah 78, kata ghaib di sini sama dengan kata siir yaitu yang tersembunyi atau disembunyikan karena dengan diketahui oleh pihak lain, sesuatu yang tersembunyi boleh jadi karena tidak disadari oleh seseorang seperti peristiwa-peristiwa lama yang tertimbun dalam bawah sadar, sedang yang disembunyikan adalah yang masih disadari dan di bawah kontrol yang menyembunyikannya. Kata rahasia di sini adalah
sesuatu yang disadari dan disembunyikan sedang yang lebih tersembunyi adalah yang telah terpendam di bawah sadar sehingga tidak diketahui 29
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 11, op.cit., hlm. 3089
30
Ibnu Katsir, Juz. 2, op.cit., hlm. 123
52 apalagi dikontrol oleh yang bersangkutan.32 Dalam ayat ini Allah memperingatkan orang-orang munafik bahwa bagaimanapun pintarnya mereka menyimpan rahasia, dalam hati mereka dan bagaimanapun liciknya mereka berbisik-bisik menjelekkan orangorang yang beriman dan Rasulullah. Sesunguhnya tidak ada yang tersembunyi bagi Allah sesuatupun juga baik yang di bumi ataupun yang di langit demikian pula yang tersunyi dalam hati, Allah mengetahui semua yang tersembunyi.33 Orang-orang munafik akan dikembalikan pada hari kiamat kelak kepada Tuhan yang mengetahui isi hati kalian, dan apa yang kamu terangkan, dan dikembalikan kepada Allah yang tidak samar bagai-Nya segala urusanmu yang batin-batin atau yang lahir-lahir, lalu Dia memberitahukan hasil amal kalian kepadamu, kemudian Dia beri balasan kepadamu atas amal tersebut dengan pahala yang baik atau dengan siksa yang buruk. Amal mereka akan diperlihatkan pula dihadapan rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat, dengan demikian akan terasingkap aib mereka, dan akan kelihatan begitu banayaknya kejahatan yang mereka lalukan dan begitu sedikit amal kabaikan yang diparbuatnya. Dan nantinya kabaikan akan dibalas dengan pahala kebaikan
dan keburukan akan
dibalas-Nya dengan siksaan. Allah selalu meperhatikan amal manusia baik yang zdahirnya maupun yang batinnyapun diketahui-Nya. Dan nanti di akherat akan diberitakan Allah bagaimana mutu amal itu, jujurkah atau curangkah, di waktu itu tidak bisa bersembunyi lagi. Rosul sebagai manusia dan orang mu’min kadang-kadang hanya melihat yang kulitnya saja, yang ghaib mereka tidak tahu. Kadang-kadang ada juga orang mukmin yang 31
Sayyid Quthb, Juz. 2, op.cit., hlm. 135-136
32
Quraish Shihab, Juz. 7, op.cit., hlm.624
33
Universitas Islam Indonesia, Juz. 10, op.cit, hlm.198
53 memperhatikan, melihat bahwa pekerjaan kita itu tidak ikhlas, tetapi iapun tidak sanggup membuka mulut mengatakan terus terang. Tetapi di hadapan Tuhan tidak ada rahasia dan mutu amal itu akan dibukakan. Sebuah hadis riwayat Imam Ahmad dari Abi Sa’id bahwa Rasulullah bersabda: “Andaikan seorang diantara kamu berbuat sesuatu di dalam sebuah batu karang yang padat, tiada berpintu dan berlubang Allah akan menampakkan perbuatannya kepada orang-orang bagaimanapun keadaannya”. Allah mengetahui perasan yang terkandung
dalam hati, Maha
Mengetahui rencana apa yang akan mereka lakukan. Allah pulalah yang mengetahui segala yang tak terlihat oleh panca indra manusia baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi, oleh karena itu hendaklah orangorang musyrik merasa takut kepada Tuhan, sebab segala gerak gerik mereka di bawah pengawasan-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yaitu:
ﻭ ِﺭﺼﺪ ﺕ ﺍﻟ ِ ﻢ ِﺑﺬﹶﺍ ﻋﻠِﻴ ﻪ ﺽ ِﺇﻧ ِ ﺭ ﺍﹾﻟﹶﺄﺕ ﻭ ِ ﺍﻤﻮ ﺴ ﺐ ﺍﻟ ِ ﻴ ﹶﻏﺎِﻟﻢﻪ ﻋ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ Artinya:“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui segala isi hati”. 34
Perasaan yang ada pada hati manusia dan ghaib bagi orang lain, tetapi tidak ghaib bagi Allah, baik itu berupa angan-angan yang ada dalam dada manusia, karena Allah mengetahui segala yang ghaib. Dijelaskan pada ayat sebelumnya (ayat 37) tentang isi hati orang-orang kafir yang meminta dikeluarkan dari neraka dan berjanji untuk berbuat baik, dan Allah mengetahui yang ada pada isi hati. Seperti dalam firman Allah yang menceritakan tentang keghaiban kondisi umat nabi Muhammad surat al-Maidah ayat 109, bahwa seorang rasul hanya mengetahui keadaan lahirnya saja dari keadaan umatnya, tetapi
54 tidak mengetahui keadaan batin mereka. Meskipun rasul mengetahui yang lahir tetapi lebih banyak keadan yang ghaib (batin) yang tidak diketahui. Yang ghaib bisa jadi bertentangan dengan yang lahir sehingga pengetahuan ini sesungguhnya tidak ada. Karena hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib.35 Disebutkan juga dalam riwayat yang lain, nabi mengatakan: ”Tak ada pengetahuan kami tentang keadaan dan sikap umat kami yang sebenarnya, karena walaupun kami mengetahui lahir mereka, tetapi yang ghaib tidak kami ketahui lebih banyak. Karena sesungguhnya Engkaulah Yang Mengetahui Perkara Yang Ghaib. Menegaskan bahwa ingat dan takutlah akan datangnya suatu hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul, yang ditugaskannya menyampaikan ketentuan-ketentuan Allah. Dan Allah akan menahan para saksi untuk diminta keterangannya.36 Dalam surat at-Taghâbun ayat 18, dijelaskan mengetahui yang ghaib tersembunyi, walupun
bahwa Allah
engkau simpan dan
mengetahui pula yang nyata kelihatan. Sebab itu jangan mencari dalih menyatakan tidak memeiliki harta ketika datang orang yang minta tolong, padahal memilikinya.37 Sesungguhnya orang yang kaya dan bakhil dalam sebentar waktu bisa saja dijatuhkan oleh Allah sehingga akan menjadi miskin. Sesungguhnya tidak ada yang mengetahui semua kebijaksanaankebijaksanaan Allah.38 Dalam surat Sajdah ayat 6, bahwa Allah yang mengatur semua urusan, yang mengetahui semua yang ghaib dari mata kalian, yaitu berupa hal-hal yang tersimpan di dalam kalbu dan terpendam di dalam jiwa. Dan 34
Q.S. Fâthir/35: 38
35
Quraish Shihab, Juz. 10, op.cit., hlm.215
36
Universitas Islam Indonesia, Juz. 7, op.cit., hlm.50
37
Ibid, hlm.527
38
Ibnu Katsir, Juz. 4, op.cit, hlm. 548
55 Dia maha keras pembalasannya terhadap orang-orang yang kafir, yang menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya, dan yang mendustakan rasulrasul-Nya.39 Diantara rasul-rasul, nabi Muhammad SAW dipilih oleh Allah dengan memberi keistimewaan kepada beliau berupa pengetahuan untuk menanggapi isi hati manusia, sehingga beliau daapat menentukan siapa diantara mereka yang betul-betul beriman dan siapa pula yang munafik dan kafir. 40 Penjelasan dalam surat Ali Imran 179. 3. Segala sesuatu yang tidak dapat diketahui karena terhalang oleh sesuatu, lawan dari hadhir. Sesuatu yang tidak terlihat ada tetapi sebenarnya ada, ketiadannya karena terhalangnya pandangan terhadap sesuatu itu. Dalam kategori ghaib ini diantaranya tentang kandungan rahim. Seperti telah dijelaskan dalam firman Allah:
ﺎ ِﻝﺘﻌﻤ ﺍﹾﻟﺩ ِﺓ ﺍﹾﻟ ﹶﻜِﺒﲑ ﺎﺸﻬ ﺍﻟﺐ ﻭ ِ ﻴﻐ ﺍﹾﻟﺎِﻟﻢﻋ Artinya: “Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak, yang Maha Benar lagi Maha Tinggi”.41
Allah memberitahukan kesempurnaan pengetahuaan-Nya sehingga tidak ada satu perkara pun yang samar bagi-Nya. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh para pengandung dari kaum perempuan dan betina. Hal ini senada dengan firman Allah, “dan dia mengetahui apa yang ada dalam rahim-rahim”. Dan senada pula dengan riwayat Ibnu Mas’ud (639) (Bukhari dan Muslim). Kata ghaib disini telah dijelaskan pada ayat sebelumnya (ayat 8) yaitu isi kandungan rahim perempuan. Dalam kategori ini dijelaskan juga tentang keghaiban kondisi alam, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah: 39
Al-Maraghiy, Juz. 18, op.cit hlm. 90
40
Departemen Agama, op.cit, hlm. 107
56
ِﺇﻥﱠﺮﺏ ﻮ ﹶﺃ ﹾﻗ ﻭ ﻫ ﺼ ِﺮ ﹶﺃ ﺒﻤ ِﺢ ﺍﹾﻟ ﻋ ِﺔ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﻛﹶﻠ ﺎ ﺍﻟﺴﻣﺮ ﺎ ﹶﺃﻭﻣ ﺽ ِ ﺭ ﺍﹾﻟﹶﺄﺕ ﻭ ِ ﺍﻤﻮ ﺴ ﺍﻟﻴﺐﻭِﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﻏ ﺮ ﻲ ٍﺀ ﹶﻗﺪِﻳ ﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛﻞﱢ ﻪ ﺍﻟﻠﱠ Artinya: “Dan kepunyaan Allah lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melaikan sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segaa sesuatu”.42
Dalam surat ini Allah menyatakan kesempurnaan ilmu-Nya tentang hal-hal yang ghaib dan ke Maha kuasaan-Nya diantara hal-hal yang ghaib itu, ialah hal-hal yang berada di luar jangkauan indra dan akal pikiran manusia baik yang ada di langit maupun yangada di bumi.43 Begitu banyak keghaiban alam yang belum bisa diketahui oleh manusia, manusia baru mengetahui sedilit. Ketika manusia mampu mengetahui Bulan, masih banyak planet-planet lain yang belum bisa diketahui oleh manusia. Ketika manusia mampu menemukan benda baru dari dalam bumi, dan masih benda-benda dalam bumi yang lain yang belum ditemukan manusia. Singkatnya masih terbentang luas keghaiban alam yang tidak ataupun belum diketahui oleh manusia. Dalam surat al-An’am ayat 53 mendefinisikan Al-ghaib adalah sesutu yang pengetahuannya ditutup dari manusia, karena ketidak mungkinannya
mereka
menjangkau
sebab-sebab
untuk
dapat
mengetahuinya. Ghaib terbagi dalam dua bagian: pertama, ghaib hakiki, yaitu poerkara yang ghaib dari seluruh mahluk, sampai malaikat sekalipun, yakni sebagimana dalam surat an-Naml/27: 65. Kedua, ghaib idhafi, yaitu perkara yang pengetahuannya tertutup dari sebagian mahluk saja, sedang sebagian lain mengetahuinya. Umpama perkara yang diketahui oleh para malaikat, seperti perkara alam mereka dan sebagainya. Perkara itu tidak 41 42
Q.S. ar-Rôd/13: 9 Q.S. an-Nahl/16: 77
57 diketahui oleh manusia.44 Adapun perkara yang diketahui oleh sebagian manusia, karena mereka dimungkinkan untuk menjangkau dan menggunakan sebabsebabnya, tetapi tidak diketahui oleh sebagian yang lain karena ketidak tahuannya tentang sebab-sebab itu, atau tidak bisa menggunakannya, tidak termasuk ke dalam umumnya perkara ghaib yang tercantum dalam kitab Allah. Sebab-sebab ini ada tiga macam: Pertama, yang sifatnya ilmiyah, seperti daalil-dalil ‘aqli dan ilmiah. Misalkan para ahli eksakta mampu menyimpulkan terjadinya gerhana matahari dan bulan secara tepat. Kedua, yang sifatnya praktis, seperti telepon non kawat. Ketiga, yang bersifat psikis, sepeerti firasat dan ilham.45 Sekalipun sebagian manusia telah diberi pengetahuan tentang yang ghaib, tetapi pengetahuan itu hanya sedikit bila dibanding dengan pengetahuan Allah. Seandainya ada yang mengatakan bahwa mereka mengetahui yang ghaib, maka pengetahuan itu hanyalah merupakan kulitnya saja, tidak sampai hahekat pada yang sebenarnya.46 Mereka tidak tahu dengan pasti akibat dan hikmat suatu kajadian. Bahwa Allah lebih mengetahui apa yang disaksikan oleh hamba Allah dengan mata-Nya ataupun yang ghaib jauh dari penglihatan-Nya. Sedang yang dapat disaksikan mata (syahadah) itu sendiri, tidak juga selengkapnya dapat diketahui oleh manusia, apatah lagi yang ghaib. Dan yang ghaib jauh lebih banyak jumlahnya dari pada yang nyata. Allah Yang Maha Besar dan Maha Tinggi yang menguasai dan mengatur seluruh alam ini. Mahluk betapapun besarnya, atau betapapun kecilnya semuanya adalah
43
Universitas Islam Indonesia, Juz. 14, op.cit, hlm. 428 Al-Maraghiy, Juz. 18, op.cit hlm. 218 45 Sayyid Quthb, Juz. 10, op. cit, hlm. 219 44
46
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 7, op.cit., hlm. 73
58 milik Allah belaka.47 Dalam Surat al-Hasyir ayat 22 juga dijelaskan bahwa Allah meliputi segala ruang dan waktu bagi Allah yang ghaib dan yang nyata sama saja. Sedang bagi kita sabagai mahluk lebih banyak yang ghaib dari pada yang nyata. Bahkan apa yang disangka nyata bagi kita ternyata ghaib. Apa yang terpendam dalam bumi apa yang terkandung dalam bintangbintang yang bertebaran di langit-langit, ternyata alangkah terbatasnya pengetahuan manusia dalam alam ini. Sedangkan yang nyata itu ternyata masih ghaib bagi kita. Kemurahan dan kasih sayang-Nya itulah yang kita lihat di mana-mana segalanya sesuai dengan bumi ini dan dapat kita manfaatkan. 4. Segala sesuatu yang pernah ada atau terjadi dan kita tidak mengalaminya atau menyaksikannya. Hal-hal yang ghaib yang termasuk dalam kategori ini diantaranya tentang kisah. Baik kisah para nabi maupun kisahnya orang-orang pilihan (misalkan; kisah Ashabul Kahfi). Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah:
ﻫﺬﹶﺍ ﺒ ِﻞﻦ ﹶﻗ ﻚ ِﻣ ﻮﻣ ﻭﻟﹶﺎ ﹶﻗ ﺖ ﻧﺎ ﹶﺃﻤﻬ ﻌﹶﻠ ﺗ ﺖ ﻨﺎ ﻛﹸﻚ ﻣ ﻴﺎ ِﺇﹶﻟﻮﺣِﻴﻬﺐ ﻧ ِ ﻴﻐ ﺎ ِﺀ ﺍﹾﻟﻧﺒﻦ ﹶﺃ ﻚ ِﻣ ِﺗ ﹾﻠ ﲔ ﺘ ِﻘﺒ ﹶﺔ ِﻟ ﹾﻠﻤﺎِﻗﺮ ِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟﻌ ﺻِﺒ ﻓﹶﺎ Artinya: “Itu adalah berita-berita penting tentang yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahui dan tidak (pula), kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah sesunggguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. 48 Dengan ini dijelaslah, bahwasanya cerita nabi Nuh di dalam alQur’an ini adalah semata-mata wahyu Allah kepada Muhammad. Dan bagi Muhammad sendiri cerita ini termasuk berita ghaib karena tidak diketahui
47
Ibid, Juz. 13, hlm.3739
48
Q.S. Hûd/11: 49
59 sebelumnya. Dan cerita yang dibawa oleh ahli kitab dari mulut-kemulut itu tidaklah semuanya benar karena hanya cerita sepotong-sepotong, dan cerita yang selengkapnya dengan secara terperinci yaitu cerita yang diwahyukan oleh Allah kepada beliau.49 Pada ayat ini Allah menjelaskan kepada nabi Muhammad bahwa kisah nabi Nuh AS itu dan yang serupa ialah di antra berita-berita penting yang termasuk dalam soal-soal ghaib yang diwahyukan kepadanya, yang belum pernah diketahuinya dan belum diketahui oleh kaumnya sebelum itu, seandainya ada di antara kaumnya yang pernah mendengar, maka pengetahuan mereka hanya secara global dan samar-samar.50 Kemu’jizatan nabi Muhammad juga diceritakan dalam firman-Nya:
ﻢ ﻫ ﻭ ﻢ ﻫ ﺮ ﻣ ﻮﺍ ﹶﺃﻤﻌ ﺟ ﻢ ِﺇ ﹾﺫ ﹶﺃ ﻳ ِﻬﺪ ﺖ ﹶﻟ ﻨﺎ ﻛﹸﻭﻣ ﻚ ﻴﻮﺣِﻴ ِﻪ ِﺇﹶﻟﺐ ﻧ ِ ﻴﻐ ﺎ ِﺀ ﺍﹾﻟﻧﺒﻦ ﹶﺃ ﻚ ﻣِـ ﹶﺫﻟِـ ﻭ ﹶﻥﻤ ﹸﻜﺮ ﻳ Atinya: “Demikian itu (adalah) diantara berita-berita yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal kamu tidak berada sisi mereka, ketika kamu memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya”. 51 Kisah-kisah yang telah Allah kisahkan kepadamu (Muhammad), berupa berita tentang Nuh dan kaumnya, adalah termasuk berita-berita ghaib yang tak pernah kamu saksikan, sehingga kamu tidak
mengetahuinya, hingga Kami wahyukan kepadamu, lalu Kami wahyukan
49
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 12, op.cit., hlm. 69
50
Universitas Islam Indonesia, al-Qur’an Dan Tafsiranya, Departemen Agama Republik
Indonesia, Jakarta, 1990, Juz. 12, hlm. 521. 51
Q.S. Yusup/12: 102
60 secara rinci. Boleh jadi nabi Muhammad sudah mengetahui kisah-kisah tetapi hanya secara garis besarnya saja.52 Kisah nabi Nuh manunjukkan kebenaran nubuwahnya nabi Muhammad. Kisah dari saudara Yusuf yang bermufakat hendak membunuh atau hendak membuanganya jauh-jauh agar hilang dari mata orang tuanya, yang keputusan akhirnya memasukkannya kedalam sumur. Khabar ini dapat diketahui oleh nabi Muhammad dengan sempurna dengan melalui wahyu yang diberikan oleh Allah kepadanya. Kisah ini dan semacamnya merupakan salah satu dari cerita keghaiban yang terdahulu. Diwahyukannya kepada nabi Muhammad tentang kisah itu, sebenarnya terdapat di dalam pelajaran bagi nabi dan bagi umatnya. Dan jalan keselamatan bagi mereka dalam kehidupan dunia dan agamanya.53 Sedangkan di dalam firman Allah yang lainnya diceritakan tentang kisah Ashabul Kahfi yang dijelaskan dalam surat al-Kahfi ayat 22, bahwa orang-orang Nasrani berdebat tentang jumlah bilangan para penghuni gua (Ashabul Kahfi) golongan al-Kaniyah (pengikut Malik) yang mengatakan tiga orang dan yang keempat anjingnya, golongan Ya’qubiyah yang mengatakan lima orang yang keenam anjingnya, golongan Nasthuriyah mengatakan tujuh orang, delapan dengan anjingnya.54 Tidak ada yang mengetahui tentang jumlah mereka, hanya Allah yang mengetahuinya. Umat nabi Muhammad yang menerka-nerka jumlah dari Ashabul Kahfi, dan sebenarnya mereka hanya menerka pada sesuatu
52
Al-Maraghiy, Juz. 13, op.cit., hlm.76
53
Sayyid Quthb, Juz. 4, op.cit, hlm. 115
54
Syaikh Ahmad Mushtafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi, Juz. 15, terj. Hery Noor Aly, Toha Putra, Semarang, 1987, hlm. 258
61 yang ghaib.55 Dalam surat al-Kahfi ayat 26, dijelaskan bahwa Allah lebih tahu mengenai mereka (Ashabul Kahfi) dari pada kalian, sesungguhnya Dia telah memberitahukan berapa lamakah mereka tinggal di dalam gua. Maka Dialah Yang Maha Benar yang tidak diliputi dengan keraguan.56 Keterangan ini termasuk perkara yang ghaib yang diberikan oleh Allah kepada Nabi SAW supaya menjadi mu’jizat bagi beliau. Dan bagi Allah mengenai hal-hal ghaib yang terdapat di langit dan di bumi, serta keadaan yang tersembunyi dari langit dan bumi tidaklah tersembunyi bagi Allah, maka serahkanlah kepada Allah yang mengetahui atas segala yang ghaib.57 Mu’jzat yang diberikan kepada rasul-Nya, tidak termasuk ilmuilmu mereka yang bersifat kasbi, sebab wahyu merupakan satu jenis ilmu dharuri yang didapati oleh nabi di dalam dirinya ketika Allah memperlihatkan kepadanya. Apabila wahyu ditahan penurunanya maka beliau tidak memiliki keluasan atau jalan kasbiyah untuk memperolehnya. Ringkasnya Allah tidak memberikan ilmu ghaib kepada para nabi atas dasar bahwa mereka memakainya dari ilmu-ilmu yang mereka peroleh (ilmu kasbi). Demikian pula Allah tidak memberi mereka keluasan untuk berbuat terhadap perbendaharaan Allah. Sebab Allah tidak memberikan kepada mereka, sebagaiamana kepada yang lain, untuk mendapat jalanjalan guna mencapai ilmu itu.58 Dalam ayat lain dijelaskan tentang wahyu yang diberikan oleh Allah kepada para nabi. Sebagaimana dijelaskan dalam firman allah:
55
Ibnu Katsir, Juz. 3, op.cit., hlm.125-126
56
Al-Maraghiy, Juz. 15, op.cit, hlm.265
57
Ibnu Katsir, Juz. 3, op.cit., hlm.128
58
Universitas Islam Indonesia, Juz. 7, op.cit., hlm.137
62
ﲔ ٍ ﻀِﻨ ﺐ ِﺑ ِ ﻴﻐ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﻮ ﺎ ﻫﻭﻣ Artinya: “Dan dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib”. 59
Yang ghaib ialah kabar-kabar wahyu yang datang dari langit itu. Maka tidaklah nabi Muhammad SAW itu dapat dituduh bahwa dia menambah atau mengurangi apa yang diwahyukan, ataupun mengadangadakan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu. Yang dimaksud wahyu pada ayat ini ialah al-Qur’an sebagai wahyu yang didatangkan dari langit dengan perantaraan Jibril yang amat dipercaya itu.60 Dalam surat al-Qalam ayat 47, menjelaskan tentang penentangan kaum musrikin yang mendustakan dan menolak adanya al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Kata ghaib yang dimaksud disini adalah wahyu, hanya Allah yang mengetahui yang ghaib dan hanya dia yang dapat memberikan informasi tentang ghaib itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, informasi itulah yang dinamakan wahyu.61 Dalam ayat ini menjelaskan bahwa manusia tidaklah mengetahui apa yang disembunyikan Allah kecuali Dia memberitahukannya dengan perantaraan wahyu. Ilmu-Nya meliputi segala yang pernah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi dalam ruang lingkup ciptaan-Nya ini.62 Mu’jizat yang dimiliki oleh seorang nabi sering kali mendapatkan pertentangan dikalangan umatnya, karena Allah menurunkan mu’jizat memang ditujukan untuk meluruskan kesalahan yang dilakukan oleh suatu
59
Q.S. at-Takwir/81: 24
60 61 62
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Juz. 30, op.cit., hlm, 7912 M. Quraish Shihab, Kelompok II, op.cit, hlm. 65 Universitas Islam Indonesia, Juz. 22, op.cit., hlm.63
63 umat. Penentangan ini juga terjadi pada umat nabi Muhammad ketika beliau menunjukkan kebenaran wahyu Allah menceritakan tentang alasan mereka ketika mengingkari kenabian Muhammad SAW, karena beliau tidak dituruni ayat kauniyah (mu’jizat) selain al-Qur’an, sekalipun al-Qur’an itu sendiri sudah memuat ayat-ayat tentang logika yang cukup menunjukkan atas kenabian dan risalahnya. Allah menceritakan pula bahwa orang-orang musrik itu, meminta kepada nabi supaya mendatangkan beberapa bukti (mu’jizat) dan mereka katakan akan beriman apabila permintaan dikabulkan. Kemudian Allah mengajarkan cara menjawab pertanyaan orang-orang musrik itu.63 Yang dimaksud dengan ghaib disini adalah mu’jizat.64 Allah mengetahui bahwa permintaan mereka untuk melihat mu’jizat, bukanlah dikarenakan mereka ingin agar menyadarkan mereka atau mepertebal iman mereka, akan tetapi hanya untuk menunjukkan kekerasan kepala mereka dan keangkuhan dan permusuhan yang sangat. Allah mengetahui bahwa mereka tidak mungkin beriman walaupun mereka telah melihat mu’jizat seperti apa yang mereka minta.65Penjelasan ini adalah dari surat Yunus: 20 Karena hanya Engkau semata yang meliputi segala ilmu yang ghaibghaib, baik yang telah ada maupun yang akan ada. Sedangkan ilmu selainMu bersumber dari limpahan-Mu, bukan dari diri nabi sendiri, baik diperolehnya melalui perasaan, indra dan akal, maupun diperolehnya sebagai pemberian dari-Mu, melalui wahyu dan ilham.66
63
Al-Maraghiy, Juz.11, op.cit., hlm.159 Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, 1983, hlm.309 64
65
Ibnu Katsir, Juz. 2, op.cit, hlm. 192-194
66
Al-Maraghiy, Juz. 6, op.cit, hlm.104