BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. DATA MENGENAI ASPEK FUNGSI DARI PRODUK RANCANGAN 1. Sejarah Pop-Up Book Jika dilihat dari sejarah perkembangannya, pop-up diawali dengan kontruksi yang masih sederhana, sekitar awal abad ke-13. Pada masa itu teknik ini disebut movable book (buku bergerak), dengan melibatkan peran mekanis pada kertas yang disusun sedemikian rupa sehingga gambar/objek/beberapa bagian pada kertas tampak bergerak, memiliki bentuk atau dimensi. Movable book pertama kali diterapkan di Eropa dan mulai diproduksi secara massal seiring berkembangnya movable type oleh Johannes Gutenberg. Movable book pertama kali muncul dengan teknik volvelles (atau yang kini dikenal sebagai teknik rotary), yakni melibatkan peranan poros pada susunan mekanis kertas. Teori tentang volvelles ini dicetuskan oleh Matthew Paris (1200-1259) dan Ramon Llull (1235-1316).
Gambar 5 : Teknik rotary yang diterapkan pada movable book Sumber : Cosmographia Petri Apiani, Peter Apian, 1495-1552
Pada
perkembangan
selanjutnya,
tahun
1500-an
movable
book dimanfaatkan untuk bidang medis dalam menggambarkan anatomi tubuh manusia. Andreas Vesalius (1514-1564), adalah seorang profesor anatomi dari Brussels yang menerapkan movable book pada bukunya yang
13
berjudul, De humani corporis fabrica librorum pada 1543. Para medis menyebut naskah ini dengan istilah lift the flap. Lift the flap dikemas dengan menyusun/menumpuk beberapa kertas, lalu mengunci salah satu sisi susunan kertas dan menyisakan sebagian besar bagian kertas agar dapat dibuka dan ditutup kembali.
Gambar 6 : Awal kemunculan lift the flap pada dunia medis Sumber : Anatomical fugitive sheet, 1566
Teknologi buku semacam ini memiliki peranan yang sangat penting yang disertai pula dengan berkembangnya teknik cetak, sehingga buku dapat diproduksi secara masal. Sampai sekarang pun lift the flap masih sering kita jumpai di pasaran, dengan istilah yang sama dengan awal kemunculannya di bidang medis. Pada tahun 1765, penerbit Robert Sayer memproduksi lift the flap book sebagai media hiburan baik untuk anakanak maupun dewasa.
Gambar 7 : Lift the flap book sebagai media hiburan untuk anak Sumber : Alit Ayu Dewantari, 16 Januari 2014 diupload pada dgi-indonesia.com
14
Movable book mengalami masa keemasan pada 1800-an. Di mana pada masa ini muncullah beberapa nama yang mengembangkan movable book dengan berbagai mekanis yang lebih rumit dan dengan target pasar yang lebih luas, terutama anak-anak. Salah satunya adalah Lothar Meggendorfer (1847-1925) dari Jerman. Karya yang dihasilkan saat itu lebih pada karya yang menghasilkan gerak dan bentuk yang lebih berdimensi (tekstur nyata) pada saat bagian halaman kertas dibuka. Baru pada tahun 1930-an, Amerika Serikat menggunakan istilah pop-up untuk produksi movable booknya. Akhirnya istilah pop-up-lah yang populer hingga saat ini. Pop-up dikenal pada saat teknisnya telah dieksekusi dengan lebih rumit.
Gambar 8 : Salah satu hasil dari perkembangan pop-up book Sumber : Grand Cirque International (1890), Karya Lothar Meggendorfer
Tidaklah heran apabila kita sering menjumpai di toko-toko buku, terutama pada kolom buku untuk anak-anak terdapat istilah lift the flap book dan pop-up book. Pop-up book lebih memiliki dimensi dibandingkan dengan lift the flap book. Hal inilah yang menjadikan pop-up book lebih mudah diingat, karena selain memiliki dimensi, pop-up book juga dikenal lebih memiliki efek mengejutkan dari pergerakan yang dihasilkan saat teknik-teknik pop-up ini beroperasi. Kerumitan pada komponen rakitan kertas, peran pisau pond yang lebih banyak, hingga peran kehati-hatian dan
ketelatenan
craftmanship
yang
dibutuhkan
pada
saat finishing, menjadi faktor utama tingginya harga produksi dan harga jual dari pop-up book jika dibandingkan dengan lift the flap book. Namun,
15
pada dasarnya kedua jenis buku ini sama-sama memiliki harga jual yang tinggi. Lift the flap dan pop-up pada produksi buku di masa kini, entah disadari atau tidak keduanya seolah tampak berdiri sendiri-sendiri. Bahkan bisa saja istilah movable book juga menjadi lebih asing lagi, yang akhirnya membuat kita tidak tertarik untuk mengetahui apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya. Lift the flap dan pop-up merupakan satu garis dari kisah perjalanan movable book. Memang, pada perkembangannya masing-masing tampak memiliki ciri tersendiri. Namun, sebenarnya mereka adalah satu rangkaian proses perkembangan. Baik lift the flap maupun pop-up adalah satu keluarga dalam movable book. Penggabungan berbagai teknik sebenarnya dapat membantu untuk membuat buku pop-up memiliki bentuk yang variatif, atraktif, sekaligus interaktif. Oleh karena itu, dengan adanya pop-up book tentang cerita rakyat yang akan dirancang ini. Diharapkan nantinya, dapat mengangkat eksistensi cerita rakyat Indonesia khususnya cerita rakyat Cindelaras pada anak-anak. 2. Pop-up Book Sebagai Media Pembelajaran Perkembangan penyebaran pop-up book ditoko-toko buku Indonesia tidak sebanyak penyebarannya di Amerika. Karena penerbit di Indonesia masih melihat pop-up book sebagai bahan bacaan yang memiliki tingkat kerumitan yang tinggi dalam pembuatannya. Padalah jika dilihat dari perkembangan sejarahnya, pop-up book berperan dalam perkembanganperkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga jenis buku ini sangat baik digunakan dalam mengangkat eksistensi cerita rakyat di Indonesia bagi anak-anak. Buku pop-up memiliki berbagai manfaat, seperti mengajarkan anakanak untuk lebih menghargai buku dan memperlakukannya dengan lebih baik, lebih mendekatkan anak dengan orang tua karena buku pop-up memiliki bagian yang mendekatkan hubungan sehingga memberikan 16
kesempatan untuk menikmati cerita, mengembangkan kreatifitas anak, merangsang imajinasi anak, menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda atau pengenalan benda (Aji 2011: 8). Manfaat lain dari pop-up book adalah media ini dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan kecintaan terhadap membaca. Kelebihan popup book adalah lebih dapat memberikan kenikmatan dalam membaca cerita dari pada buku cerita biasa. Dalam menikmati pop-up book, anak tidak hanya membaca sebuah cerita, mereka dapat berinteraksi dengan cerita yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu melalui sentuhan, pengamatan atau bahkan melalui suara yang disajikan dalam pop-up book. Unsur kejutan yang dimiliki buku pop-up book dapat menumbuhkan rasa penasaran anak terhadap kelanjutan suatu cerita sehingga membuat anak semakin gemar untuk membaca cerita rakyat nantinya. B. DATA MENGENAI ESTETIKA FUGNSI PRODUK RANCANGAN 1. Prinsip-Prinsip Dalam Penyusunan Pop-Up Book Dalam penyusunan rancangan pop-up book yang akan dibuat ini, terdapat beberapa prinsip-prinsip visual yang digunakan, yaitu : keseimbangan, kombinasi, kesatuan. Dengan diterapkannya beberapa prinsip desain kedalam rancangan yang akan dibuat, membuat rancangan yang akan dibuat diharapkan hasilnya dapat maksimal. a. Keseimbangan Keseimbangan atau balance merupakan prinsip dalam komposisi yang menghindari kesan berat sebelah atas suatu bidang atau ruang yang diisi dengan unsur–unsur rupa (Sunaryo, 2002:22). Pada rancangan kali ini, prinsip keseimbangan diterapkan dalam hal penempatan visualisasi pop-up pada objek gambar ilustrasi dengan pop-up pada teks cerita untuk menciptakan suatu keseimbangan yang tepat.
17
b. Kombinasi Unsur rupa pada dasarnya sama atau serupa, tetapi beraneka bentuk, warna, dan ukurannya. Penerapan dalam rancangan ini antara lain penggunaan ragam warna cerah yang merupakan kesukaan dari anak-anak yang dipadukan dengan variasi warna-warna batik serta bangunan candi khas dari Jawa Timur yang diterapkan pada tokoh dan ilustrasi pada setiap halaman pop-up book. Sehingga menghasilkan kesatuan yang menarik dan selaras. c. Kesatuan Kesatuan
adalah
hubungan
antar
bagian–bagian
secara
menyeluruh dari unsur–unsur visual pada karya seni sebagai satu kesatuan yang utuh. Kesatuan diperlukan dalam suatu karya grafis yang mungkin terdiri dari beberapa elemen di dalamnya (Sunaryo, 2003:31). Dalam pembuaatan rancangan pop-up book ini, prinsip kesatuan digunakan sebagai pengabungan elemen–elemen yang ada untuk saling mendukung antra gambar dan teks sehingga sebuah kesatuan dalam hasil rancangan. C. DATA MENGENAI ASPEK TEKNIS PRODUK RANCANGAN 1. Jenis-Jenis Teknik Pop-Up Jika dilihat secara keseluruhan, pop-up book tidak jauh berbeda dengan buku lainnya. Hanya saja, pada setiap pembuatan pop-up book desainer haruslah memiliki keterampilan khusus. Sama seperti buku lainnya, pembuatan buku diawali dengan penetuan konsep dan jalan cerita. Selanjutnya menentukan teknik-teknik yang dipakai dalam membuat bentuk Pop-up tersebut. Menurut Sabuda dalam Frequenty Asked Question, Creative Questions (Sabuda, 15 Agustus 2012) teknik popup ada berbagai macam antara lain, diantaranya teknik transformations, volvelles, peepshow, flaps, pull-tabs, pull-downs dan sebagainya, berikut ini adalah macam–macam teknik pop-up:
18
a. V-Folding Menambahkan panel lipat pada sisi gambar yang akan ditempelkan. Penel ini diletakkan disisi dalam kartu sehingga tidak tampak dari luar. Sudut harus diperhatikan agartidak terjadi kemiringan. (Mark Hiner, 1996 : 16)
Gambar 9 : Teknik pop-up v-folding Sumber : Syarif Hidayatullah, Kamis 24 November 2014
b. Internal Stand Biasanya digunakan sebagai sandaran kecil, sehingga pada saat dibuka, gambarnya akanberdiri. Dibuat dengan cara potongan kertas yang dilipat tegak lurus dan diberipanel untuk ditempelkan pada kartu.
Gambar 10 : Teknik pop-up internal stand Sumber : Syarif Hidayatullah, Kamis 24 November 2014
c. Mouth Teknik yang biasanya digunakan untuk gerakan mulut suatu karakter di film kartun. Teknikini merupakan gambaran dari teknik dua teknik single slit yang berhadapan. Dengan satu potongan dibagian yangdilipat, lalu satu sisi dilipat ke atas dan satu ke bawah 19
dengan suduttertentu. Lalu dua sisi yang dilipat dibuka kembali dan dilipat ke bagiandalam. (Paul Jackson, 1993 : 25)
Gambar 11 : Teknik pop-up mouth Sumber : Syarif Hidayatullah, Kamis 24 November 2014
d. Rotary Caranya dengan membuat dua bagian secara terpisah dan disatukan oleh poros ditegahnya.Harus diperhatikan ketepatan porosnya sehingga pada saat diputar, gambar yangtampak melalui lubang yang disediakan tidak melenceng.
Gambar 12 : Teknik pop-up rotary Sumber : Syarif Hidayatullah, Kamis 24 November 2014
e. Transformations Transformations adalah tampilan bentuk pop-up yang terdiri dari potongan–potongan pop-up yang disusun secara vertikal. Apabila menarik lembar halaman ke samping atau ke atas sehinga tampilan dapat berubah ke bentuk yang berbeda. f. Volvelles Volvelles adalah tampilan bentuk Pop-up yang mengunakan unsur lingkaran dalam pembuatannya, tampilan ini memiliki bagian-bagian yang dapat berputar.
20
g. Peepshow Peepshow atau juga disebut trowongan buku, tersusun dari serangkaian tumpukan kertas yang ditempatkan atau disusun bertumpuk menjadi satu di belakang kertas yang lain, menciptakan ilusi kedalaman dan perspektif, seperti melihat ke dalam sebuah terowongan. h. Carousel Carousel didukung dengan tali, pita, kancing, dan lain sebagainya jika dibuka dan dilipat kembali akan berbentuk benda yang kompleks. Hal ini menciptakan serangkaian tampilan dua dimensi ataupun tiga dimensi sehinga menyajikan bentuk nyata. i.
Box and Cylinder Box and cylinder atau kotak dan silinder adalah gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak naik dari tengah halaman ketika buku dibuka.
j.
Pull tabs Pull tabs atau tarik tab yaitu sebuah tab kertas geser, pita, atau bentuk yang ditarik dan didorong untuk mengungkapkan gerakan gambar baru. Tab dapat menjadikan objek gambar menjadi bergerak ketika kita menarik atau menggeser tab, misalnya penari bergoyang, anjing duduk, robot bergerak dan lain sebagainya.
Gambar 13 : Teknik pop-up pull tabs Sumber : Syarif Hidayatullah, Kamis 24 November 2014
21
D. DATA MENGENAI ASPEK EKONOMI PRODUK RANCANGAN 1. Melatih imajinasi anak Sudah banyak sekali, media yang membahas tentang manfaat pop-up book. Salah satu manfaat yang didapat dari pop-up book adalah melatih daya imajinasi dan motorik anak. Anak-anak adalah dimana seseorang berada pada usia tumbuh kembang otak. Oleh karena itu, pada usia anakanak para orang tua harus pintar dalam memilih sebuah bahan bacaan untuk anak. Salah satu bahan bacaan yang harus dicari oleh para orang tua ialah bahan bacaan yang dapat mengembangkan daya imajinasi dan motorik anak. Dengan adanya pop-up book, para orang tua dapat menghemat baiya pengeluaran yang mungkin saja dikeluarkan untuk memasukan
anaknya
kedalam
sebuah
kursus
yang
dapat
mengembangkan daya imajinasi dan motorik anak seperti yang terdapat dikota-kota besar seperti Jakarta. Tentu saja, biaya dalam pembelian bahan bacaan yang berkualitas untuk anak seperti pop-up book tidak sebanding dengan yang seharusnya dikeluarkan para orang tua untuk membayar kursus berbulan-bulan untuk melatih daya kembang imajinasi dan motorik anak. Pop-up book dapat membantu mereka berinteraksi dengan cerita yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu melalui sentuhan, pengamatan atau bahkan melalui suara yang disajikan dalam pop-up book. Hal ini lah yang dapat melatih daya imajinasi dan motorik sang anak. Selain itu secara tidak langsung dapat melatih anak untuk gemar membaca buku.
22