35 BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN TEOLOGI IBNU HAJAR AL-‘ASQALANI
Dalm bab ini penulis berusaha menjelaskan penafsiran-penafsiran Ibnu Hajar al-‘Asqalani terhadap hadis-hadis teologi. Namun sebelumnya akan diuraikan latar belakang dari pendidikan dan aktifitas Ibnu Hajar beserta karya-karyanya. Hal ini penting untuk dikemukakan mengingat hasil pemikiranya pada dasarnya tidak terlepas dengan ruang dan waktu yang sedang berlangsung ketika dan dimana Ibnu Hajar hidup.
A.
Riwayat Hidup Ibnu Hajar al-‘Asqalani 1. Biografi Ibnu Hajar Ibnu Hajar dilahirkan di Cairo pada tanggal 18 Februari 1449 M, bertepatan pada tanggal 12 Sya’ban 773 H, dari sebuah keluarga yang dikenal sangat relegius. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abu Fadl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad (Hajar al-‘Asqalani).1 Adalah seorang ulama hadist, sejarawan dan ahli fiqih madzhab Safi’i. Adapun julukan al-Asqalani adalah bagian dari tradisi keluarga-keluarga muslim yang menyebar kemana-mana. Nenek moyangnya mula-mula pindah ke Iskandariyah dan kemudian ke Cairo. Ayahnya, Nuruddin Ali (w.777 H/1375 M), adalah ulama besar yang selain dikenal sebagai mufti juga dikenal sebagai penulis sajak-sajak keagamaan. Ibunya, Tujjar, adalah seorang wanita kaya yang aktif dalam kegiatan perniagaan. Ibnu Hajar menjadi yatim piatu sejak masa kanak-kanak. Ayahnya meninggal dunia ketia Ibnu Hajar baru berumur empat tahun, sedangkan 1
al-‘Asqalani, Kitab Tahdzib al-tahdzib,Juz I,(Libanon:Baerut,t.th ),hlm.1,Lihat juga di alShan’any, Subul al-Salam, Juz I, (Libanon , Baerut, t.th), hlm.1, Ensiklopedi Islam, hlm.154.
36 ibunya telah lebih dahulu meninggal. Sepeninggal orang tuanya, Ibnu Hajar diasuh Zakiuddin Abu Bakar al-Kharrubi, seorang saudagar kaya yang telah ditunjuk ayahnya sebagai pembimbing utamanya. Kurang lebih 10 tahun kemudian, pembimbingnya meninggal dunia pada saat Ibnu Hajar berusia 14 tahun.2 2. Pendidikannya Sebagai anak yang dilahirkan dari sebuah keluarga yang taat beragama, Ibnu Hajar memperoleh pendidikan mula-mula dari bimbingan ayahnya sendiri. Pada usia 5 tahun Ibnu Hajar sudah masuk ke sekolah agama, pada tahun 782 H yakni ketika ia berumur 9 tahun telah mampu hafal alQur’an. Pada tahun 784 H yaitu ketika ia berusia 11 tahun belajar hadist di Makah al-Mukaramah kepada Syeh Afifuddin al-Naisabury dan belajar hadist Bukhari kepada Syeh al-Makky, disinilah ia untuk pertama kali berguru mengenai hadist.3 Dalam usia 23 tahun Ibnu Hajar telah menekuni hadist. Untuk menekuni studinya ini ia mengadakan perjalanan panjang ke Hedzajaz dan Yaman pada bulan Syawal 799 H atau Juli 1397 M sampai 801 H/1398 M, di Palestina dan Suriah. Perjalanan studinya itu berakhir ketika ia kembali dari Suriah pada tahun 803 H/1400 M. Diceritakan dalam kitab Subul al-Salam bahwa
Ibnu
Hajar
dalam
rangka
mengasah
hafalan
hadistnya
ia
menyempatkan waktunya sendiri, diantaranya adalah ia pernah membaca hadist Sunan Ibnu Majah di empat majlis, Sahih Muslim di empat majlis, Sahih Bukhari di sepuluh majlis dan Sunan al-Nasa’i sepuluh majlis. Dan didalam perjalanannya ke Syam ia juga pernah membaca Mu’jam al-Thabrani al-Saghir selama satu majlis.4
2 3
Ensiklopedi Islam,Op.Cit., hlm.154. M. Machfuddin Aladip, Terjemah Bulug al-Maram,( Semarang : Toha Putra , 1985 ),
hlm.xxvii. 4
Al- Shan’any, Subul al-Salam, Op.Cit., hlm.1.
37 Setelah berhasil menyelesaikan studinya, Ibnu Hajar dalam usianya yang relatif muda telah diberi otoritas untuk mengajar ilmu hadis, ilmu tafsir dan fiqih. Kuliahnya tentang ilmu hadis dimulai pada bulan sawal 808 H / maret 1406 M di Syaikhuniyah. Ia juga memberi kuliah di madrasah Jamaliah daan juga di Madrasah Mankutimuriyah. Karir Ibnu Hajar berlangsung sebagaimana ulama besar sebelumnya. Ia menjadi dosen, guru besar, pimpinan akademi,hakim,mufti,dan khatib. 3. Guru-gurunya Diantara guru-gurunya terdiri dari guru-guru yang ahli dalam disiplin ilmu dan berpengetahuan luas serta para tokoh agama terkemuka. Diantaranya adalah : a. Al-Burham al-Tanukhi (800 H), sebagai guru ilmu qira’at b. Al-Zainu al-‘iraqi (805 H), sebagai guru hadis c. Al-Haitsami (807 H), sebagai guru hafalan matan hadis d. Al-Siraj al-Bulqini (908 H), sebagai guru hafalan dan ilmu pengetahuan e. Siraj al-Din Ibnu Mulqin (804 H), sebagai guru jurnalistik f. Al-Majid al-Syairozi (817 H), sebagai guru bahasa dan ilmu pengetahuan g. Al-Ghamari (802 H), sebagai guru bahasa Arab h. Al-Muhib bin Hisyam (799 H), sebagai guru hadist, dan guru-guru lainnya yang tidak dapat disebutkan.5 4. Karya-karyanya Ibnu Hajar lebih dikenal dengan nama kakeknya, yaitu al-‘Asqalani, sehingga kitab-kitab karangannya sering disebut Ibnu Hajar al-‘Asqalani. sebagai seorang ulama yang produktif masalah keilmuan, Ibnu Hajar memang
5
Tahdzib al-Tahdzib, Op.Cit., hlm.6.
38 telah melahirkan beberapa tulisan. Ia mengarang hampir 150 kitab6 karyakaryanya meliputi berbagai bidang ilmu, seperti: ilmu al-Qur’an, metodologi hadis (ushul al-hadis), penjelasan hadis (syarh al-hadis), tahrij hadis, hukum Islam (kutub fiqih), tokoh-tokoh hadis (rijal al-hadis), kisah-kisah (almanaqib), sejarah (al-tarih), dan lain-lain. Diantara yang terbesar dari karyanya ialah kitab “Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari”7, yang banyak dikaji di pondok pesantren maupun perguruan tinggi. Akan tetapi dari beberapa karyanya itu, penulis hanya mendapatkan sebagian daripada yang dikutip dari kitab tahdzib al-Tahdzib8 diantaranya adalah: a. Ulum al-Qur’an : -
Asbab al-nuzul
-
Al-itqan fi jam’i ahaadis fadhail al-Qur’an
-
Ma waqa’a fi al-Qur’an min ghairi lughati al- Arab
b. Usul al-Hadis -
Nukhbah al-fikr fi musthalah ahl al-asar
-
Nuzhah al-nadhr fi taudhih nukhbah al-fikr
c. Sarh al-Hadis -
Fath al-Bary Syarh Sahih al-Bukhari
-
Nukt ala Tanqih al-Zarkasi al-Bukhari
d. Takhrijul al-hadis
6
-
al-Istidrak al-Saikhihi al-Iraqi
-
Takhrij al-Hadis Muntaha al-Suwali
-
Takhrij al-Hadis Azkar al-Nawawi
Terjemah Bulug al- Maram, Op.Cit., hlm.xxviii. Ibnu Hajar terkenal karena karya ilmiahnya terutama dalam ilmu hadis,seperti kitab Fath alBari Fi Syarh al- Bukhari (ulasan tentang hadis-hadis riwayat Bukhari ).Karya besar ini menjadi puncak kejayaannya pada tahun 833 H atau 1429 – 1430 M,ketika penguasa timur di wilayah mesirBaribay,untuk memberikan salinan kitab itu.Lihat Ensiklopedi Islam Op.Cit.,hlm.155. 8 Tahdzib al-Tahdzib, Op.Cit., hlm.11-13. 7
39 -
al-Tamyiz fi Takhrij al-Hadis (al-Ghazali)
-
al-Dariyah fi Takhrij al-Hadis al-Hidayah
e. Kutub al-Athraf -
Ithaf al-Mahrah
-
Annukt al-Dhiraf ala athraf
f. Kutub al-Fiqh -
Bulug al-Maram
g. al-Ma’ajim wa al-Masyakhat -
Tajrid asanid al-Kutub al-Mashuah
-
al-Mu’jam al-Mu’assis
h. Kutub al-Rijal -
al-Ishabah fi tamyiz al-Shahabah
-
Lisan al-Miyan
-
Tahdib al-Tahdib
-
Taqrib al-Tahdib
-
Ta’jil al-Manfaah birijal al-Aimmah al-Arba’ah
-
al-isyar bima’rifah ruwat al-Asar
-
Nuzhah al-Albab fi al-Alqab
i. Al-Manaqib -
Tarjamah Ibnu Taimiyah
-
Tawali al-Ta’sis bi ma’ali Ibnu Idris
j. Kutub al-Tarikh -
al-Durar al-Kaminah
-
al-Anba’ al-ghamr
-
Raf’ al-Ishar’ an qudhat misry
40 B.
Tinjauan Redaksi Hadis-hadis Teologi Ada beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. Yang menerangkan tentang
akidah Islam dengan redaksi dan sanad yang berbeda-beda pula. Hal ini sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat Arab pada masa itu. Dimana mayoritas Masyarakat Arab adalah penyembah berhala, atau dikenal dengan paganisme. Islam lewat Nabi Muhammad Saw., memberikan ajaran-ajaran tauhid, norma-norma kehidupan yang benar yang sama sekali berbeda dengan kultur Arab masa itu. Hadis-hadis tentang teologi yang ada pada kitab Sahih al-Bukhari ditemukan bab tersendiri yang membahas tentang teologi, yaitu
آﺘﺎب اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
آﺘﺎب اﻟﻘﺪر. dengan demikian penulis sedikit tidak merasa kesulitan dalam
dan
mengumpulkanya. Setelah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut terkumpul, penulis mencoba untuk melakukan klasifikasi dan kategorisasi ulang terhadap hadis-hadis tersebut. Maksud dari pengkategorian ulang adalah untuk memilah-milah manakah hadis yang lebih tepat untuk dijadikan sebagai hadis utama atau pokok. Hadis yang dikategorikan sebagai hadis utama adalah hadis-hadis yang apabila dilihat dari segi matannya relatif eksplisit menggambarkan teologi. Dalam operasionalnya, hadis-hadis yang penulis kategorikan sebagai hadis utama atau hadis pokok inilah yang akan penulis jadikan sebagai sample dalam melakukan pemahaman terhadap hadis-hadis teologi dalam Syarh Fath al-Bary. Hadis-hadis ini yang menurut hemat penulis, merupakan hadis-hadis yang lebih representatif sebagai bahan penelitian, meskipun pada kenyataannya hadis-hadis tentang teologi lainnya juga banyak. Setelah redaksi hadis-hadis tentang teologi dicantumkan, langkah selanjutnya adalah melakukan takhrij yang telah dilakukan oleh para ulama,9
9
Mahmud al-Tahhaan , Usul al-Takhrij Wa Dirasaat al-Asaaniid,Terj.Ridwan Nasir, (Surabaya, Bina Ilmu, 1995 ), hlm. 25-43.
41 demikian halnya dengan nilai hadis-hadis tersebut. Penulis disini tidak akan meneliti secara ketat segi otentisitas dari sanad-sanad hadis tentang teologi, melainkan cukup dengan penilaian yang telah dilakukan oleh para ulama.10 Hal ini dikarenakan ketika sebuah hadis sudah pernah dinilai shahih, hasan atau dhaif oleh salah seorang ulama hadis, misalnya al-Turmuzi, al-Baihaqi, al-Munziri dan lainnya, maka itu sudah cukup untuk mengikutinya dan tidak perlu lagi melakukan penelitian ulang lewat kitab al-Jarh, kitab-kitab al-Ta’dil, maupun kitab-kitab al-Asma’. Walaupun demikian, penggunaan program CD mausu’ah akan sangat membantu penulis dalam menelusuri keotentikan sanad-sanad dari hadis-hadis yang bersangkutan. Penilaian dari tiap-tiap hadis yang disebutkan di bawah nanti secara umum disebutkaan dengan perkataan ulama ang memuat hadis – hadis tersebut. Abu Dawud misalnya,beliau memuat 4800 hadis dengan kategori hadis sahih,hadis yang mendekati hadis sahih dan hadis yang lemah,yang semuanya disebutkan secara jelas.Adapun hadis yang tidak saya komentari (kata Abu Dawud )maka dia adalah hadis salih.11 Adapun Imam Muslim dalam muqaddimah-nya menyebutkan tidak semua hadis yang kuanggap sahih aku letakkan dalam kitab ini,tetapi aku hanya meletakkan hadis-hadis yang disepakati kesahihanya.12 Berkenaan dengan perkataan Imam Muslim ini,terjadi polemik diantara para ulama,karena dalam realitanya masih saja ditemukan pendapat yang menyatakan bahwa tidak semua hadis yang terdapat dalam kitab muslim itu sahih.seolah – olah apa yang dikatakan oleh Imam Muslim tidak sinkron dengan apa yang terjadi dalam realita. Dalam hal ini Ibnu Shalah berpendapat bahwa perkataan muslim di atas memiliki dua makna,pertamaa : beliau tidak memasukkan dalam kitabnya hadis – 10
Muhammad abd al-Rauf al-Manawi, Faid al- Qadir Syarh al-Jami’ al-Shagir, Jld.VI, (Baaerut: Dar al-Fikr , 1972 ), hlm.444. Juga Abi Muhammad al- Husain bin Mas’ud al-Baghawi, Syarh al-Sunnah, Juz III, (Baerut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992 ), hlm.196-197. 11 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud,juz I (ttp. : Dar al-Fikr tth.), hlm.10-11. 12 Al-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, jld.I (Baerut : Dar al-Fikr, 1980 ) hlm.16.
42 hadis
yang
menurutnya
telah
memenuhi
syarat
–
syarat
sahih
yang
disepakati,walaupun terpenuhinya syarat-syarat tersebut pada sebagian hadis tidak jelas bagi sebagian ulama lain.kedua : beliau tidak memasukkan dalam kitab sahihnya hadis-hadis yang diperdebatkan oleh ulama siqoh secara keseluruhan yang meliputi sanad dan matan,tetapi beliau hanya memasukkan hadis yang tidak diperdebatkan rawi-nya saja.Selanjutnya Ibnu Shalah mengatakan bahwa semua hadis yang dihukumkan keshahihanya.
shahih
menurut
muslim
dalam
kitabnya
dapat
dipastikan
13
Dengan demikian berdasarkan penilaian dan pengakuan para ulama mengenai beberapa kitab hadis,khususnya al-kutub al-sittah lebih khusus al-Bukhari yang memuat hadis-hadis tentang teologi dapat dipastikan kesahihanya. Penilaian tersebut juga didasarkan atas banyaknya periwat dengan jalur isnad yang berlainan. Artinya semakin banyak orang yang meriwayatkan hadis tersebut akan semakin tinggi pula nilainya.Hal ini menunjukkan bahwa hadis yang dimaksuk memiliki nilai yang lebih,dilihat dari segi kekuatanya.14
C.
Redaksi Hadis dan Pemikiran Teologi Ibnu Hajar 1. Hadis Tentang Perbuatan-perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia. a. Sahih al-Bukhari 15
13
Ibid.,hlm. 19. Ahmad Hasan, Kajian hadis metode takhrij (Jakarta : Pustaka al-Kautsar , 1993), hlm.34. 15 Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih Bukhari, juz IV (Baerut: Dar al-Fikr, 1995), hlm. 355-356. Selanjutnya disebut Sahih al-Bukhari. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah alDauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 7002-7004 menurut hitungan al-almiyyah. 14
43
ب َْﻗﻮِل اﻟﻠﺔ ﺕﻌﺎﻟﻰ :واﻟﻠﺔ ﺧﻠﻘﻜﻢ وﻣﺎ ﺕﻌﻤﻠﻮن اﻧﺎ آﻞ ﺷﺊ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﺑﻘﺪر ﺑَﺎ ّ ویﻘﺎل ﻟﻠﻤﺼﻮریﻦ اﺣﻴﻮا ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺘﻢ .إ ن رﺑﻜﻢ اﻟﻠﺔ اﻟﺬي ﺧﻠﻖ اﻟﺴﻤﻮات واﻻرض ﻓﻲ ﺳﺘﺔ ایﺎم ﺛﻢ اﺳﺘﻮى ﻋﻠﻰ اﻟﻌﺮش یﻐﺸﻰ اﻟﻠﻴﻞ اﻟﻨﻬﺎ ر یﻄﻠﺒﻪ ﺣﺜﻴﺜﺎ واﻟﺸﻤﺲ واﻟﻘﻤﺮ واﻟﻨﺠﻮم ﻣﺴﺨﺮات ﺑﺎﻣﺮﻩ اﻻ ﻟﻪ اﻟﺨﻠﻖ واﻻﻣﺮ ﺕﺒﺎرك اﻟﻠﺔ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ. ن ﻋ ْﻨﻬَﺎ َأ ﱠ ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ﺿَ ﺸ َﺔ َر ِ ﻦ ﻋَﺎ ِﺋ َ ﻋْ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ ﻦ ُﻣ َ ﺳ ِﻢ ْﺑ ِ ﻦ ا ْﻟﻘَﺎ ِ ﻋْ ﻦ ﻧَﺎ ِﻓ ٍﻊ َ ﻋْ ﺚ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ اﻟﻠﱠ ْﻴ ُ ﺳﻌِﻴ ٍﺪ َ ﻦ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ُﻗ َﺘ ْﻴ َﺒ ُﺔ ْﺑ ُ َﺣﻴُﻮا ل َﻟ ُﻬ ْﻢ َأ ْ ن َی ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ َو ُیﻘَﺎ ُ ﺼ َﻮ ِر ُی َﻌ ﱠﺬﺑُﻮ َ ب َه ِﺬ ِﻩ اﻟ ﱡ ﺹﺤَﺎ َ ن َأ ْ ل ِإ ﱠ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ َرﺳُﻮ َ ﺧَﻠ ْﻘ ُﺘ ْﻢ ﻣَﺎ َ ل ﻋ ْﻨ ُﻬﻤَﺎ ﻗَﺎ َ ﻲ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﺿَ ﻋ َﻤ َﺮ َر ِ ﻦ ُ ﻦ ا ْﺑ ِ ﻋْ ﻦ ﻧَﺎ ِﻓ ٍﻊ َ ﻋْ ب َ ﻦ َأیﱡﻮ َ ﻋْ ﻦ َز ْی ٍﺪ َ ﺣﻤﱠﺎ ُد ْﺑ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ ن َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ اﻟ ﱡﻨ ْﻌﻤَﺎ ِ َﺣﻴُﻮا ﻣَﺎ ل َﻟ ُﻬ ْﻢ َأ ْ ن َی ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ َو ُیﻘَﺎ ُ ﺼ َﻮ ِر ُی َﻌ ﱠﺬﺑُﻮ َ ب َه ِﺬ ِﻩ اﻟ ﱡ ﺹﺤَﺎ َ ن َأ ْ ﺳﱠﻠ َﻢ ِإ ﱠ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ﻲ َ ل اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ ﻗَﺎ َ ﺧَﻠ ْﻘ ُﺘ ْﻢ َ ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ ﺿَ ﺳ ِﻤ َﻊ َأﺑَﺎ ُه َﺮ ْی َﺮ َة َر ِ ﻋ َﺔ َ ﻦ َأﺑِﻲ ُز ْر َ ﻋْ ﻋﻤَﺎ َر َة َ ﻦ ُ ﻋْ ﻞ َ ﻀ ْﻴ ٍ ﻦ ُﻓ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ا ْﺑ ُ ﻦ ا ْﻟ َﻌﻠَﺎ ِء َ ﺤﻤﱠ ُﺪ ْﺑ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ُﻣ َ َﻖ ﺨُﻠ ُ ﺐ َی ْ ﻦ َذ َه َ ﻇَﻠ ُﻢ ِﻣ ﱠﻤ ْ ﻦ َأ ْ ﻞ َو َﻣ ْ ﺝﱠ ﻋ ﱠﺰ َو َ ل اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ل ﻗَﺎ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َیﻘُﻮ ُ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ﻲ َ ﺖ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ ﺳ ِﻤ ْﻌ ُ ل َ ﻋ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ َ َ ﺷﻌِﻴ َﺮ ًة ﺣ ﱠﺒ ًﺔ َأ ْو َ ﺨُﻠﻘُﻮا َ ﺨُﻠﻘُﻮا َذ ﱠر ًة َأ ْو ِﻟ َﻴ ْ ﺨ ْﻠﻘِﻲ َﻓ ْﻠ َﻴ ْ َآ َ Terjemahan Hadis. Bab firman Allah Ta’ala: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu; sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. Dikatakan pada pelukis pemahat : “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan”. Sesungguhnya Tuhan kalian iaalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam diatas arasy.Dia menutupkan malam kepada siang yang menutupinya dengan cepat,dan (diciptaka-Nya pula) matahari,bulan,dan bintang-bintang (masing-masing )tunduk kepada
44 perintah-Nya.Ingatlah menciptakan dan meemerintahkan hanyalah hak Allah.Maha ssuci Allah Tuhan semesta alam. (al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami qutaibah bin sa’id, dia berkata telah menceritakan kepada kami al-Laits, dari Nafi’,dari qasim bin Muhammad, dari ‘Aisah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw.bersabda: “Sesungguhnya para pelukis (pemahat) itu akan disiksa pada hari kiamat kelak. Dan dikatakan kepada mereka: “Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan”. (al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Abu Nu’man, dia berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid,dari Ayyub,dari Nafi’, dari Ibnu Umar ra. dia berkata: “Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya para pelukis (pemahat) itu akan disiksa pada hari kiamat kelak. Dan dikatakan kepada mereka: “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan”. (al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al‘Ala’, dia berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail, dari ‘umarah, dari Abi Zur’ah, dari Abu Hurairah ra., dia berkata: “Aku pernah mendengar Nabi saw bersabda: “Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah berfirman: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menciptakan seperti ciptaan-Ku. Maka hendaklah kalian ciptakan atom (atau hendaknya kalian ciptakan sebutir biji atau gandum)”.16
16
Ahmad Sunarto dkk., Terjemah Shahih Bukhari, jld.XI ( Semarang : CV. Asysyifa’, 1993), hlm. 632-637.
45 Skema Sanad
ﻧﺒﻲ
ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ
ﻋﺒﺪ اﷲ
ﻋﺎ ﺋﺸﺔ
اﺑﻮ زرﻋﺔ
ﻧﺎﻓﻊ
اﻟﻘﺎﺳﻢ
ﻋﻤﺎرة
ایﻮب
ﻟﻴﺚ
ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻔﻀﻞ
ﺣﻤﺎد ﺑﻦ زیﺪ
ﻗﺘﻴﺒﺔ
ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻌﻼء
ﺑﺨﺎرى
Keterangan, Dilihat dari matan ( redaksi ) hadis, hadis yang pertama dan kedua sama, kecuali pada kalimat dengan
ویﻘﺎل ﻟﻬﻢ. pada hadis yang pertama riwayat dari ‘Aisyah
menggunakan
huruf
sambung
“
و
“,
jadi
ﻟﻬﻢ
ویﻘﺎل
dan pada hadis yang kedua riwayat dari Ibnu Umar dengan tanpa menggunakan huruf “
“ و, jadi
یﻘﺎل ﻟﻬﻢ.
Keterangan tentang perbuatan hamba itu makluk ( diciptakan ), diriwayatkan dalam tarjamah al-Bukhari Tarikh Bukhara dengan sanad yang Sahih bersambung sampai pada Muhammad bin Nasar al-Maruzi, lewat jalur periwayatan dari Abi Umar dan Ahmad bin Nasr al-Naisaburi.
46 Dalam bab diatas Ibnu Hajar mengomentari dalam syarahnya bahwa perbuatan-perbuatan manusia dan ucapan-ucapannya pada dasarnya adalah hasil ciptaan Allah. Dalam hal ini Ibnu Hajar sependapat dengan kaum Asy’ariah yang mengatakan bahwa manusia bukanlah pencipta perbuatannya tetapi Tuhanlah yang menciptakan perbuatan itu. Karena bila dikatakan bila manusia mampu menciptakan perbuatannya, maka hal itu berarti sama saja dengan menetapkan adanya pencipta selain Allah. Untuk memperkuat pendapatnya Ibnu Hajar mengemukakan beberapa ayat al-Qur’an, ( إﻧﺎ آﻞ ﺷﺊ ﺧﻠﻘﻨﺎﻩ ﺑﻘﺪرSesungguhnya Kami telah ciptakan segala sesuaatu dengan qadar ) ( ﻓﻼ ﺗﺠﻌﻠﻮا اﷲ أﻧﺪاداMaka janganlah kamu jadikan Allah atas sekutu ).17 Disini Ibnu Hajar menjelaskan dengan adanya dua ( ﻧﻔﻰketiadaan), yaitu menafikan adanya pencipta selain Allah dan menafikan ada sesuatu wujud yang oleh Allah tidak ciptakan. Maka apabila ( أﻓﻌﺎلperbuatan-perbuatan) tidak diciptakan oleh Allah maka Allah hanya menciptakan sebagian sesuatu tidak menciptakan semuanya. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa ( أﻓﻌﺎلperbuatan-perbuatan) itu lebih banyak
dari pada ( أﻋﻴﺎنsumber), dan apabila Allah hanya menciptakan ( أﻋﻴﺎنsumber, pokok) dan
manusia pencipta أﻓﻌﺎل
(perbuatan-perbuatan), maka perbuatan-perbuatan
manusia itu lebih banyak dari perbuatan Allah. Maka hal ini adalah tidak patut bagi Allah.18 Lebih
lanjut
Ibnu
Hajar
dalam
memperkuat
pendapatnya
ia
mengemukakan pendapat al-Makky bin Abi Thalib dalam kitab fi I’rab al-Qur’an dalam mengomentari ayat “ “ واﷲ ﺧﻠﻘﻜﻢ و ﻣﺎﺕﻌﻤﻠﻮن Lafal
و ﻣﺎﺕﻌﻤﻠﻮن,
artikel
“ “ ﻣﺎ
(makna masdar)19 yakni, وﺧﻠﻖ ﻋﻤﻠﻜﻢ
menurutnya adalah ﻣﺼﺪریﻪ (dan Allah menciptakan
“perbuatanmu”) artinya semua perbuatan itu diciptakan oleh Allah, manusia tidak
17
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, juz XIII, (Baerut: Dar alFikr, 1995), hlm.528. 18 Ibid., hlm. 529. 19 Ibid.
47 mempunyai kuasa. Artikel “ “ ﻣﺎdisini bukan “ “ ﻣﻮﺹﻮﻟﻴﻪ
makna (isim mausul)20
sebagai yang dikehendaki oleh kaum Mu’tazilah takdirnya adalah
و ﺧﻠﻖ اﻟﺬي ﺕﻌﻤﻠﻮن
(dan Allah menciptakan ‘apa yang kamu buat’), artinya manusia kuasa menciptakan perbuatannya sendiri. Dalam hal ini Ibnu Hajar juga mencela seorang yang memahat sebagaimana dalam hadis yang telah disebutkan di atas dengan penjelasan sebagai berikut :
واﻟﺬى یﻈﻬﺮ أ ن ﻣﻨﺎﺳﺒﺔ ذآﺮ ﺣﺪیﺚ اﻟﻤﺼﻮریﻦ ﻟﺘﺮﺝﻤﺔ هﺬا اﻟﺒﺎب ﻣﻦ ﺝﻬﺔ أن ﻣﻦ زﻋﻢ أﻧﻪ: ﻗﻠﺖ یﺨﻠﻖ ﻓﻌﻞ ﻧﻔﺴﻪ ﻟﻮ ﺹﺤﺖ دﻋﻮاﻩ ﻟﻤﺎ وﻗﻊ اﻻﻧﻜﺎر ﻋﻠﻰ هﺆﻻء اﻟﻤﺼﻮریﻦ ﻓﻠﻤﺎ آﺎن أﻣﺮهﻢ ﺑﻨﻔﺦ اﻟﺮوح ﻓﻴﻤﺎ ﺹﻮروﻩ أﻣﺮ ﺕﻌﺠﻴﺰ وﻧﺴﺒﺔ اﻟﺨﻠﻖ اﻟﻴﻬﻢ أﻧﻤﺎ هﻲ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﺘﻬﻜﻢ واﻻﺳﺘﻬﺰاء دل 21
.واﻟﻌﻠﻢ ﻋﻨﺪاﷲ ﺕﻌﺎﻟﻰ,ﻋﻠﻰ ﻓﺴﺎد ﻗﻮل ﻣﻦ ﻧﺴﺐ ﺧﻠﻖ ﻓﻌﻠﻪ اﻟﻴﻪ أﺳﺘﻘﻼﻻ
Artinya, ( Saya berkata ) kiranya sudah jelas, bahwa penyebutan kedua hadis pemahat dalam penerjemahan bab ini dari sebuah pernyataan “sesungguhnya manusia dapat menciptakan perbuatanya sendiri “, dan apabila pernyataan itu benar, maka tiadalah inkar atas kedua hadis tersebut. Dan apabila perkara itu dikembalikan pada peniupan ruh atas apa yang dipahatya, maka itu merupakan suatu kelemahan dan penghinaan terhadap mereka ( karena hal tersebut tiada kuasa baginya ), sekaligus ini menunjukkan rusaknya pendapat orang yang menganggap bahwa manusia dapat menciptakan perbuatanya sendiri.Dan Allahlah Yang Maha Mengetahui.
20
Maushul dalam ilmu gramatika arab adalah merupakan kata penyambung. Maushul dibagi dua, yaitu Maushul Mukhtash (Khusus ) danMaushul Musytarak (umum ). Dalam hal ini “ “ ﻣﺎ termasuk maushul musytarak. Lihat, Abdullah bin Malik, Syarh Ibnu ‘Aqil Ala Alfiyyah, (semarang :Toha Putra, tth. ), hlm. 22-23. 21 Fath al-Bari, op.cit., hlm.535.
48 2. Hadis Tentang Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan a. Sahih al-Bukhari.22
ﺑﺎب ﻓﻰ اﻟﻤﺸﻴﺌﺔ واﻹرادة ﺕﺆﺕﻰ اﻟﻤﻠﻚ ﻣﻦ ﺕﺸﺎء – وﻣﺎ ﺕﺸﺎؤن اﻻ ا ن یﺸﺎءاﷲ – وﻻ ﺕﻘﻮﻟﻦ ﻟﺸﺊ إﻧﻰ ﻓﺎﻋﻞ: وﻗﻮل اﷲ ﺕﻌﺎﻟﻰ .ذاﻟﻚ ﻏﺪا إﻻ ان یﺸﺎءاﷲ – إﻧﻚ ﻻ ﺕﻬﺪى ﻣﻦ اﺣﺒﺒﺖ وﻟﻜﻦ اﷲ یﻬﺪى ﻣﻦ یﺸﺎء ﻦ ْﻋ َ ﺤﻤِﻴ ِﺪ َ ﻋ ْﺒ ُﺪ ا ْﻟ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨِﻲ َأﺧِﻲ َ ﻞ ُ ﺳﻤَﺎﻋِﻴ ْ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ِإ َ يحو ْ ن َأ ِ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ ا ْﻟ َﻴﻤَﺎ َ ﻦ اﻟ ﱡﺰ ْه ِﺮ ﱢ ْﻋ َ ﺐ ٌ ﺷ َﻌ ْﻴ ُ ﺧ َﺒ َﺮﻧَﺎ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬﻤَﺎ َ ﻲ ﻋِﻠ ﱟ َ ﻦ َ ﻦ ْﺑ َ ﺴ ْﻴ َﺣ ُ ن ﻦ َأ ﱠ ٍ ﺴ ْﻴ َﺣ ُ ﻦ ِ ﻲ ْﺑ ﻋِﻠ ﱢ َ ﻦ ْﻋ َ ب ٍ ﺷﻬَﺎ ِ ﻦ ِ ﻦ ا ْﺑ ْﻋ َ ﻖ ٍ ﻋﺘِﻴ َ ﻦ َأﺑِﻲ ِ ﺤ ﱠﻤ ِﺪ ْﺑ َ ﻦ ُﻣ ْﻋ َ ن َ ﺳَﻠ ْﻴﻤَﺎ ُ ﺖ َ ﻃ َﻤ َﺔ ِﺑ ْﻨ ِ ﻃ َﺮ َﻗ ُﻪ َوﻓَﺎ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ ن َرﺳُﻮ ﺧ َﺒ َﺮ ُﻩ َأ ﱠ ْ ﺐ َأ ٍ ﻦ َأﺑِﻲ ﻃَﺎِﻟ َ ﻲ ْﺑ ﻋِﻠ ﱠ َ ن ﺧ َﺒ َﺮ ُﻩ َأ ﱠ ْ ﺴﻠَﺎم َأ اﻟ ﱠ َ ن ﻗَﺎ َ ﺼﻠﱡﻮ َ ل َﻟ ُﻬ ْﻢ َأﻟَﺎ ُﺕ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َﻟ ْﻴَﻠ ًﺔ َﻓﻘَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ﺴﻨَﺎ ُ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ِإ ﱠﻧﻤَﺎ َأ ْﻧ ُﻔ َ ﺖ یَﺎ َرﺳُﻮ ُ ﻲ َﻓ ُﻘ ْﻠ ﻋِﻠ ﱞ َ ل ِ َرﺳُﻮ ﻚ َوَﻟ ْﻢ َ ﺖ َذِﻟ ُ ﻦ ُﻗ ْﻠ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﺣِﻴ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ف َرﺳُﻮ َ ﺼ َﺮ َ ن َی ْﺒ َﻌ َﺜﻨَﺎ َﺑ َﻌ َﺜﻨَﺎ ﻓَﺎ ْﻧ ْ ِﺑ َﻴ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ َﻓِﺈذَا ﺷَﺎ َء َأ ﺝ َﺪﻟًﺎ َ ﻲ ٍء ْ ﺷ َ ن َأ ْآ َﺜ َﺮ ُ ن ا ْﻟِﺈ ْﻧﺴَﺎ َ ل َوآَﺎ ُ ﺨ َﺬ ُﻩ َو َیﻘُﻮ ِ ب َﻓ ُ ﻀ ِﺮ ْ ﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺘ ُﻪ َو ُه َﻮ ُﻣ ْﺪ ِﺑ ٌﺮ َی َ ﺷ ْﻴﺌًﺎ ُﺛﻢﱠ َ ﻲ ﺝ ْﻊ ِإَﻟ ﱠ ِ َی ْﺮ
Terjemah Hadis (al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Abul al-Yaman, dia berkata telah menceritakan kepada kami Syuaib, dari al-Zuhri.Dan telah menceritakan kepada kami Ismail, dia berkata telah menceritakan kepada kami saudaraku Abdul Hamid bin Sulaiman,dari Abi ‘Atiq, dari Ibnu Syihab,dari Ali bin Husain,Dia berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Ali ra. Dia berkata telah menceritakan kepada kami Ali bin Abi 22
Sahih al-Bukhari, Juz IV,hlm.336. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al- Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6911 menurut hitungan al-almiyyah.
49 Thalib,Dia berkata : Aku dan Fatimah,putri Rasulullah Saw. Pada suatu malam dan bersabda kepada kami berdua : Apakah tidak sebaiknya kamu mengerjakan shalat?.Aku menjawab: Wahai Rassulullah,sesungguhnya jiwaku hanyalah ada paada genggaman Allah. Jika Dia menghendaki untuk membangunkan kami, tentulah Dia akan membangunkan kami. Maka Rasulullah pergi begitu mendengar ucapan itu dan tidaak kembali kepadaku barang sebentarpun.Kemudian aku mendengar beliau,ketika berpaling memukul pahanya seraya membaca aat ini: “Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”. 23
23
Ahmad Sunarto dkk, Op.Cit., jld., IX, hlm.543-544.
50 Skema sanad
ﻧﺒﻰ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ أﺑﻰ ﻃﺎﻟﺐ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ أﺑﻰ ﻋﺘﻴﻖ
ﺷﻌﻴﺐ
ﺳﻠﻴﻤﺎن ﺑﻦ ﺑﻼل
اﻟﺤﻜﻢ ﺑﻦ ﻧﺎﻓﻊ
ﻋﺒﺪ اﻟﺤﻤﻴﺪ إﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﺨﺎرى
Keterangan, Menurut al-Daruquthni jalur periwayatan hadis diatas yang diriwayatkan oleh Ali bin Husen dari Husen bin Ali dari Ali r.a., termasuk
أﺹﺢ اﻷﺳﺎﻧﻴﺪ
( sanadnya paling Sahih ). Dikarenakan diriwayatkan dari seorang anak, bapak, dan
51 kakeknya. Ini juga terjadi pada periwayat Hajjaj bin Abi Mani’ dari kakeknya dari Zuhri yang dijelaskan dalam tafsir Ibnu Marduwaih. Hadis diatas tergolong hadis Sahih, Sanadnya Muttasil dan Rawinya Siqah ( dapat dipercaya ). Hadis di atas menjelaskan keengganan sahabat Ali ra. Dalam menjalankan shalat malam, karena ia menganggap bahwa dirinya tadak kuasa untuk menjalankan shalat malam tanpa atas kehendak Allah.Trebukti dengan ucapanya
ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ إﻧﻤﺎ
( أﻧﻔﺴﻨﺎ ﺑﻴﺪ اﷲ ﻓﺈذا ﺷﺎء أ ن ﻳﺒﻌﺜﻨﺎ ﺑﻌﺜﻨﺎWahai Rassulullah,sesungguhnya jiwaku hanyalah ada paada genggaman Allah. Jika Dia menghendaki untuk membangunkan kami, tentulah Dia akan membangunkan kami ).24 Ibnu Hajar dalam syarahnya menjelaskan perkataan Ali sebagai berikut: 25
“Kalimat
وإن اﻟﻌﺒﺪ ﻻ یﻔﻌﻞ ﺷﻴﺄ اﻻ ﺑﺈرادة اﷲ, ﻓﻴﻪ إﺛﺒﺎت اﻟﻤﺸﻴﺌﻪ,) ﻗﻮﻟﻪ ( إﻧﻤﺎ أﻧﻔﺴﻨﺎ ﺑﻴﺪ اﷲ ( sesungguhnya diri kita ada pada genggaman Allah ) pernyataan ini
merupakan penetapan atas kehendak Allah, dan sesungguhnya manusia pada dasarnya tidak mempunyai kuasa untuk berbuat kecuali atas kehendak Allah.” Dari pernyataan diatas terlihat, bahwa menurut Ibnu Hajar pada dasarnya manusia tidak kuasa untuk menentukan kehendak dan perbuatanya, kecuali hanya sekedar mengikuti kehendak yang telah ditentukan oleh Allah, karena kekuasaan dan kehendak mutlak hanya hanya pada Allah semata.Untuk memperkuat pendapatnya Ibnu Hajar menguraikan beberapa ayat Al-qur’an seperti : وﻣﺎ ﺕﺸﺎؤن اﻻ أن یﺸﺎء اﷲ ( Dan kamu tidak menghendaki kecuali Allah menghendaki ). أﻧﻚ ﻻ ﺕﻬﺪى ﻣﻦ أﺣﺒﺒﺖ
( وﻟﻜﻦ اﷲ یﻬﺪى ﻣﻦ یﺸﺎءSesungguhnya kamu tidaklah akan dapat memberi petunjuk
24 25
Fath al-Bari, Juz III, hlm.11. Ibid.
52 kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya ).26 1. Hadis Tentang Taqdir a. Sahih al-Bukhari. 27
ﺑﺎب وآﺎن أﻣﺮ اﷲ ﻗﺪرا ﻣﻘﺪورا ﻦ ْﻋ َ ﻲ ﺴَﻠ ِﻤ ﱢ ﻦ اﻟ ﱡ ِ ﺣ َﻤ ْ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ َ ﻦ َأﺑِﻲ ْﻋ َ ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة ُ ﻦ ِ ﺳ ْﻌ ِﺪ ْﺑ َ ﻦ ْﻋ َ ﺶ ِ ﻋ َﻤ ْ ﻦ ا ْﻟَﺄ ْﻋ َ ﺣ ْﻤ َﺰ َة َ ﻦ َأﺑِﻲ ْﻋ َ ن ُ ﻋ ْﺒﺪَا َ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ ض ِ ﺖ ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر ُ ﺳﱠﻠ َﻢ َو َﻣ َﻌ ُﻪ ﻋُﻮ ٌد َی ْﻨ ُﻜ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﻲ ﺝﻠُﻮﺳًﺎ َﻣ َﻊ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ ُ ل ُآﻨﱠﺎ َ ﻋ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ َ ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ َﺿ ِ ﻲ َر ﻋِﻠ ﱟ َ ْ ﻞ ِﻣ ٌﺝ ُ ل َر َ ﺠﱠﻨ ِﺔ َﻓﻘَﺎ َ ﻦ ا ْﻟ ْ ﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر َأ ْو ِﻣ ْ ﺐ َﻣ ْﻘ َﻌ ُﺪ ُﻩ ِﻣ ﻞ یَﺎ ُ ﻦ ا ْﻟ َﻘ ْﻮ ِم َأﻟَﺎ َﻧ ﱠﺘ ِﻜ َ ﺣ ٍﺪ ِإﻟﱠﺎ َﻗ ْﺪ ُآ ِﺘ َ ﻦ َأ ْ ل ﻣَﺎ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َ َوﻗَﺎ ﻋﻄَﻰ وَا ﱠﺕﻘَﻰ ( اﻟْﺂ َی َﺔ ْ ﻦ َأ ْ ﺴ ٌﺮ ُﺛﻢﱠ َﻗ َﺮَأ ) َﻓَﺄﻣﱠﺎ َﻣ ﻞ ُﻣ َﻴ ﱠ ﻋ َﻤﻠُﻮا َﻓ ُﻜ ﱞ ْ ل ﻟَﺎ ا َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻗَﺎ َ َرﺳُﻮ
Terjemah Hadis, ( al – Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abdan,dari Abi hamzah, dari al – A’mas, dari Sa’d bin Ubaidah, dari Abi Abdul Rahman alSalami,dari Ali ra.dia berkata : “Kami duduk bersama Nabi Saw.biliau membawa sebatang kayu yang ditancapkan di tanah dan bersabda : “ Setiap seseorang diantara kamu, mesti telah ditetapkan tempat tinggalnya di neraka ataukah di surga”. Seseorang lelaki bertanya : Tidakkah kami pasrah (kapada ketetapan Allah ) ?. Beliau menjawab Tidak!. Berusahalah maka masing – masing orang telah disiapkan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat
26
Ibid. Sahih al- Bukhari, Juz IV, hlm.18. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6115 menurut hitungan al-almiyyah. 27
53 “ FA AMMA MAN A’THA WATTAQA” (Adapun orang yang memberikan hartanya dan bertaqwa ).28
Skema sanad
ﻧﺒﻰ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ أﺑﻰ ﻃﺎﻟﺐ ﻋﺒﺪاﻟﻠﺔ ﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﻴﺪة ﺳﻠﻴﻤﺎن ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮن ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﺨﺎرى
Hadis ini menjelaskan bahwa nasib baik dan buruk termasuk masuk surga dan neraka itu sudah di tentukan oleh taqdir Allah Swt. Meskipun demikian manusia tidak
boleh
hanya
pasrah
dengan
taqdirnya,
tetap
diwajibkan
ikhtiyar
(berusaha ). Kewajiban ikhtayar ( berusaha ) sebagaimana termaktub dalam hadis di atas sebagai berikaut :
28
Ahmad Sunarto dkk, Op.Cit., jld VII, hlm.502.
54
إﻋﻤﻠﻮا ﻓﻜﻞ ﻣﻴﺴﺮ, ﻻ: أﻻ ﻧﺘﻜﻞ یﺎ رﺳﻮل اﷲ ؟ ﻗﺎل “ Tidakkah kami hanya pasrah ya Rasulullah?, beliau menjawab : Tidak.” Ibnu Hajar dalam syarahnya menjalaskan :
:( ) ﻻ,)ﻗﻮﻟﻪ ( أﻻ ﻧﺘﻜﻞ یﺎ رﺳﻮل اﷲ ؟ اى أﻻ ﻧﺘﺮك ﻣﺸﻘﺔ اﻟﻌﻤﻞ ﻓﺈﻧﺎ ﺳﻨﺼﻴﺮ اﻟﻰ ﻣﺎ ﻗﺪر ﻋﻠﻴﻨﺎ29
. وهﻮ یﺴﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ یﺴﺮﻩ اﷲ,اى ﻻ ﻣﺸﻘﺔﻷن آﻞ أﺣﺪ ﻣﺴﻴﺮ ﻟﻤﺎ ﺧﻠﻖ ﻟﻪ
Kalimat “ ( ) أﻻ ﻧﺘﻜﻞ یﺎرﺳﻮل اﷲ: yakni,tidakkah kita meninggalkan berusaha dan kita hanya
menunggu
taqdir
dari
Allah?,Rasul
menjawab:
Tidak.yakni,tidak
meninggalkan usaha, karena setiap seseorang dimudahkan atas apa yang diperbuatnya,dan kemudahan itu diberikan oleh Allah kepada seseorang yang dikehendaki. Berdasarkan keterangan diatas, maka dapatlah dikatakan baahwa dalam pandangan Ibnu Hajar sesungguhnya kebahagiaan dan celaka itu pada dasarnya sudah ditentukan oleh Allah. Meskipun demikian manusia wajib berusaha untuk memperoleh suatu tujuan. Dalam pandanganya ia menolak pendapat kaum Jabariah yang menafikan adanya al-Taisit
30
( kemudahan / ikhtiyar ) lawan dari al- Jabr
(keterpaksaan ) yakni manusia hanya mengandalkan taqdir, pasrah tanpa berusaha atau berkarya untuk suatu keberhasilan. Dan secara langsung ia juga tidak setuju dengan pendapat qadariah, yang menganggap bahwa manusia mampu menciptakan perbuatanya sendiri.31
29 30 31
Fath al-Bari, juz XI, hlm. 497. Ibid. hlm. 498. Ibid.
55 b. Sahih al-Bukhari. 32
ﺑﺎب ﻣﺎ یﺬآﺮ ﻓﻰ اﻟﻄﺎ ﻋﻮن ﻦ ﻦ َز ْی ِﺪ ْﺑ ِ ﻦ ْﺑ ِ ﺣ َﻤ ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ ْ ﻦ َ ﺤﻤِﻴ ِﺪ ْﺑ ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ ا ْﻟ َ ﻦ َ ﻋْ ب َ ﺷﻬَﺎ ٍ ﻦ ِ ﻦ ا ْﺑ ِ ﻋْ ﻚ َ ﺧ َﺒ َﺮﻧَﺎ ﻣَﺎِﻟ ٌ ﻒ َأ ْ ﺳ َ ﻦ یُﻮ ُ ﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ َ ﻦ ﻋ َﻤ َﺮ ْﺑ َ ن ُ س َأ ﱠ ﻋﺒﱠﺎ ٍ ﻦ َ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ِ ﻦ َ ﻋْ ﻞ َ ﻦ َﻧ ْﻮ َﻓ ٍ ث ْﺑ ِ ﻦ اﻟﺤَﺎ ِر ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ِ ﻦ َ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ِ ﻦ َ ﻋْ ب َ ﺨﻄﱠﺎ ِ ا ْﻟ َ ﻦ ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة ْﺑ ُ ﺝﻨَﺎ ِد َأﺑُﻮ ُ غ َﻟ ِﻘ َﻴ ُﻪ ُأ َﻣﺮَا ُء ا ْﻟَﺄ ْ ﺴ ْﺮ َ ن ِﺑ َ ﺣﺘﱠﻰ ِإذَا آَﺎ َ ﺸ ْﺄ ِم َ ج ِإﻟَﻰ اﻟ ﱠ ﺧ َﺮ َ ﻋ ْﻨ ُﻪ َ ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ﺿَ ب َر ِ ﺨﻄﱠﺎ ِ ا ْﻟ َ ع ﻟِﻲ ﻋ َﻤ ُﺮ ا ْد ُ ل ُ س َﻓﻘَﺎ َ ﻋﺒﱠﺎ ٍ ﻦ َ ل ا ْﺑ ُ ﺸ ْﺄ ِم ﻗَﺎ َ ض اﻟ ﱠ ن ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ َء َﻗ ْﺪ َو َﻗ َﻊ ِﺑَﺄ ْر ِ ﺧ َﺒﺮُو ُﻩ َأ ﱠ ﺹﺤَﺎ ُﺑ ُﻪ َﻓَﺄ ْ ح َوَأ ْ ﺠﺮﱠا ِ ا ْﻟ َ ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻗ ْﺪ ل َﺑ ْﻌ ُ ﺧ َﺘَﻠﻔُﻮا َﻓﻘَﺎ َ ﺸ ْﺄ ِم ﻓَﺎ ْ ن ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ َء َﻗ ْﺪ َو َﻗ َﻊ ﺑِﺎﻟ ﱠ ﺧ َﺒ َﺮ ُه ْﻢ َأ ﱠ ﺳ َﺘﺸَﺎ َر ُه ْﻢ َوَأ ْ ﻦ َﻓ َﺪﻋَﺎ ُه ْﻢ ﻓَﺎ ْ ﻦ ا ْﻟَﺄ ﱠوﻟِﻴ َ ﺝﺮِی َ ا ْﻟ ُﻤﻬَﺎ ِ ﺹﻠﱠﻰ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ ب َرﺳُﻮ ِ ن َﺕ ْﺮ ِ ﺖ ِﻟَﺄ ْﻣ ٍﺮ َوﻟَﺎ َﻧﺮَى َأ ْ ﺝ َ ﺧ َﺮ ْ َ ﺹﺤَﺎ ُ س َوَأ ْ ﻚ َﺑ ِﻘﱠﻴ ُﺔ اﻟﻨﱠﺎ ِ ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻣ َﻌ َ ل َﺑ ْﻌ ُ ﻋ ْﻨ ُﻪ َوﻗَﺎ َ ﺝ َﻊ َ ل ا ْدﻋُﻮا ﻟِﻲ ا ْﻟَﺄ ْﻧﺼَﺎ َر ﻋﻨﱢﻲ ُﺛﻢﱠ ﻗَﺎ َ ل ا ْر َﺕ ِﻔﻌُﻮا َ ﻋﻠَﻰ َهﺬَا ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ ِء َﻓﻘَﺎ َ ن ُﺕ ْﻘ ِﺪ َﻣ ُﻬ ْﻢ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َوﻟَﺎ َﻧﺮَى َأ ْ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ع ل ا ْد ُ ﻋﻨﱢﻲ ُﺛﻢﱠ ﻗَﺎ َ ل ا ْر َﺕ ِﻔﻌُﻮا َ ﺧ ِﺘﻠَﺎ ِﻓ ِﻬ ْﻢ َﻓﻘَﺎ َ ﺧ َﺘَﻠﻔُﻮا آَﺎ ْ ﻦ وَا ْ ﺝﺮِی َ ﻞ ا ْﻟ ُﻤﻬَﺎ ِ ﺳﺒِﻴ َ ﺴَﻠﻜُﻮا َ ﺸﺎ َر ُه ْﻢ َﻓ َ ﺳ َﺘ َ ﻋ ْﻮ ُﺕ ُﻬ ْﻢ ﻓَﺎ ْ َﻓ َﺪ َ ن ﺝﻠَﺎ ِ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َر ُ ﻒ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َ ﺨ َﺘِﻠ ْ ﻋ ْﻮ ُﺕ ُﻬ ْﻢ َﻓَﻠ ْﻢ َی ْ ﺢ َﻓ َﺪ َ ﺝ َﺮ ِة ا ْﻟ َﻔ ْﺘ ِ ﻦ ُﻣﻬَﺎ ِ ﺶ ِﻣ ْ ﺨ ِﺔ ُﻗ َﺮ ْی ٍ ﺸ َﻴ َ ﻦ َﻣ ْ ن هَﺎ ُهﻨَﺎ ِﻣ ْ ﻦ آَﺎ َ ﻟِﻲ َﻣ ْ ﻋﻠَﻰ ﺢ َ ﺼ ﱢﺒ ٌ س ِإﻧﱢﻲ ُﻣ َ ﻋ َﻤ ُﺮ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠﺎ ِ ﻋﻠَﻰ َهﺬَا ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ ِء َﻓﻨَﺎدَى ُ س َوﻟَﺎ ُﺕ ْﻘ ِﺪ َﻣ ُﻬ ْﻢ َ ﺝ َﻊ ﺑِﺎﻟﻨﱠﺎ ِ ن َﺕ ْﺮ ِ َﻓﻘَﺎﻟُﻮا َﻧﺮَى َأ ْ ك ﻗَﺎَﻟﻬَﺎ یَﺎ َأﺑَﺎ ﻏ ْﻴ ُﺮ َ ﻋ َﻤ ُﺮ َﻟ ْﻮ َ ل ُ ﻦ َﻗ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ َﻓﻘَﺎ َ ح َأ ِﻓﺮَارًا ِﻣ ْ ﺠﺮﱠا ِ ﻦ ا ْﻟ َ ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة ْﺑ ُ ل َأﺑُﻮ ُ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ﻗَﺎ َ ﺹ ِﺒﺤُﻮا َ ﻇ ْﻬ ٍﺮ َﻓَﺄ ْ َ ﺣﺪَا ُهﻤَﺎ ن ِإ ْ ﻋ ْﺪ َوﺕَﺎ ِ ﺖ وَا ِدیًﺎ َﻟ ُﻪ ُ ﻄ ْ ﻞ َه َﺒ َ ﻚ ِإ ِﺑ ٌ ن َﻟ َ ﺖ َﻟ ْﻮ آَﺎ َ ﻦ َﻗ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ ِإﻟَﻰ َﻗ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ َأ َرَأ ْی َ ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة َﻧ َﻌ ْﻢ َﻧ ِﻔ ﱡﺮ ِﻣ ْ ُ ﻋ ْﻴ َﺘﻬَﺎ ِﺑ َﻘ َﺪ ِر ﺠ ْﺪ َﺑ َﺔ َر َ ﺖ ا ْﻟ َ ﻋ ْﻴ َ ن َر َ ﻋ ْﻴ َﺘﻬَﺎ ِﺑ َﻘ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ َوِإ ْ ﺼ َﺒ َﺔ َر َ ﺨ ْ ﺖ ا ْﻟ َ ﻋ ْﻴ َ ن َر َ ﺲ ِإ ْ ﺝ ْﺪ َﺑ ٌﺔ َأَﻟ ْﻴ َ ﺧﺮَى َ ﺼ َﺒ ٌﺔ وَا ْﻟُﺄ ْ ﺧ ِ َ ﻋ ْﻠﻤًﺎ ﻋ ْﻨﺪِي ﻓِﻲ َهﺬَا ِ ن ِ ل ِإ ﱠ ﺝ ِﺘ ِﻪ َﻓﻘَﺎ َ ﺾ ﺣَﺎ َ ن ُﻣ َﺘ َﻐ ﱢﻴﺒًﺎ ﻓِﻲ َﺑ ْﻌ ِ ف َوآَﺎ َ ﻋ ْﻮ ٍ ﻦ َ ﻦ ْﺑ ُ ﺣ َﻤ ِ ﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮ ْ ل َﻓﺠَﺎ َء َ اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َوِإذَا َو َﻗ َﻊ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ ﺖ َرﺳُﻮ َ ﺳ ِﻤ ْﻌ ُ َ ض َﻓﻠَﺎ َﺕ ْﻘ َﺪﻣُﻮا َ ﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺘ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ِﺑَﺄ ْر ٍ ل ِإذَا َ ﺳﱠﻠ َﻢ َیﻘُﻮ ُ ف ﺼ َﺮ َ ﻋ َﻤ ُﺮ ُﺛﻢﱠ ا ْﻧ َ ﺤ ِﻤ َﺪ اﻟﱠﻠ َﻪ ُ ل َﻓ َ ﺨ ُﺮﺝُﻮا ِﻓﺮَارًا ِﻣ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ َ ض َوَأ ْﻧ ُﺘ ْﻢ ِﺑﻬَﺎ َﻓﻠَﺎ َﺕ ْ ِﺑَﺄ ْر ٍ
32
Sahih al-Bukhari, Juz IV, hlm.18. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 5288 menurut hitungan al-almiyyah.
56 Skema Sanad
ﻧﺒﻰ ﻋﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻋﻮف ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ اﻟﺤﺎرث ﻋﺒﺪاﻟﺤﻤﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ أ ﻧﺲ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ یﻮﺳﻒ ﺑﺨﺎرى
Terjemah Hadis. (al- Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abdullah bin Yusuf,dia berkata telah berceruta pada kami Malik,dari Ibnu Syihab,dari Abdul Hamid bin Abdul Rahman bin Zaid bin al-Khatab,dari Abdullah bin Abdullah bin al – Haris bin al-Naufal,dari Abdullah bin Abbas, sesungguhnya Umar bin alKhattab ra. Suatu hari bepergian ke syam.sesampai di daerah saragh,dia bertemu dengan sang komandan pasukan Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan sahabat – sahabatnya.Mereka memberitahukan kepada beliau bahwa negeri syam sedang dilanda wabah penyakit menular.Umar lalu mengatakan :
57 panggilkan aku orang – orang muhajirin senior untuk aku ajak bermusyawarah mengenahi wabah penyakit yang sedang melanda syam. Mereka ternyata berselisih pendapat.sebagian mereka berpendapat supaya umar tetap terus dan tidak usah pulang.Sementara sebagian yang lain berpendapat supaya tetap bersama beberapa orang sahabat Rasulullah Saw.mereka tidak usah meneruskan perjalanan serta menerjang bencana tersebut.Umar mengatakan : sekarang tinggalkan saja aku, dan panggilkan aku orang – orang anshar untuk aku ajak bermusyawarah mengenahi masalah ini.Sebagaimana halnya orang – orang muhajirin, ternyata mereka juga berselisih pendapat.Umar lalu meminta supaya mereka juga meninggalkanya, dan meminta supaya dipanggilkan sesepuh Quraisy yang pernah ikut dalam peristiwa penaklukan kota mekah.ternyata jumlah mereka hanya tinggal dua oraang saja. Mereka berpendaapat sebaiknya beliau
pulang saja bersama
rombonganya dan tidak usah meneruskan perjalanan menerjang wabah tersebut.Akhirnya Umar menyeru dihadapan orang – orang bahwa dia telah mengambil keputusan untuk pulang saja dan menganjurkan mereka untuk tidak perlu meneruskan perjalanan yang membahayakan itu.Mendengar keputusan tersebut, Abu Ubaidah bin al-Jarrah merasa keberatan : “Anda mau lari dari takdir Allah ? “. Umar berkata: seandainya bukan anda yang mengajukan pertanyaan tersebut,wahai abu ubaidah tentu aku jawab : “ Ya, aku memang lari dari takdir Allah menuju ke takdir Allah.Bagaimana pendapatmu jika seekor ontamu turun di sebuah lembah yang memiliki dua sebrang tanah dimana salah satunya subur dan yang lain tandus, bukankah kalau kamu memilih menggembalakanya di tempat yang subur berarti kamu menggembalakanya
karena
takdir
Allah?.Demikian
pula
sebaliknya.Kemudian datanglah Abdul rahman bin Auf, dimana sebelumya dia tidak kelihatan karena ada keperluan yang harus dia selesaikan. Dia berkata : “Sesungghnya dalam masalah ini saya punya ilmu,saya pernah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: “Apabila kalian mendengar ada suatu
58 negeri yang sedang dilanda suatu bencana maka janganlah kamu memasukinya,dan apabila kalian sudah terlanjur berada di dalamnya, maka janganlah kamu keluar daripadanya karena melarikan diri”.Kemudian Umar memuji pada Allah dan pulang.33 Hadis tersebut menerangkan perjalanan sahabat Umar bin al-Khattab ra. ke negeri syam karena suatu perintah. Akan tetapi di tengah perjalanan dihadang oleh sekelompok sahabat yang mengkabarkan bahwa di negeri syam ditimpa suatu musibah penyakit menular yang mematikan.Hal ini yang menjadikan kebimbangan sahabat Umar, apakah beliau masih tetap melanjutkan perjalananya ke syam dengan mengambil resiko dilanda bencana atau pulang dengan selamat tanpa resiko. Sesuai dengan keterangan hadis bahwa Umar bin Khattab memutuskan pulang, tidak jadi melanjutkan perjalananya ke syam.Dalam hal ini di protes oleh Abu Ubaidah,apakah anda mau lari dari takdir Allah? Dan di jawab oleh Umar,Ya,kami lari dari takdir Allah menuju ke takddir Allah. Ibnu Hajar dalam menafssirkan perkataan umar tersebut dengan menggambarkan bahwa umar pada hakekatnya tidak lari dari takdir Allah,melainkan menyelamatkan diri dari bahaya yang menimpa, dan itu merupakan takdir Allah.Karena usaha menjauhkan diri dari suatu yang mendatangkan madharat adalah masyru’ ( diperintah oleh agama ) dan usaha menjerumuskan diri ke jurang kerusakan adalah mamnu’ ( dilarang oleh agama ).34 Hal semacam itu sesuai dengan dasar alQur’an ( وﻻ ﺕﻠﻘﻮا ﺑﺄیﺪیﻜﻢ إﻟﻰ اﻟﺘﻬﻠﻜﻪdan jangan kamu jatuhkan dirimu dalam kerusakan)
33 34
Ahmad Sunarto dkk., Op.Cit., Jld. VII, hlm. 502. Fath al-Bari, Op.Cit., Juz X, hlm. 186.
59 c. Sahih al-Bukhari. 35
آﺘﺎ ب اﻟﻘﺪر ﺐ ٍ ﻦ َو ْه َ ﺖ َز ْی َﺪ ْﺑ ُ ﺳ ِﻤ ْﻌ َ ل َ ﺶ ﻗَﺎ ُ ﻋ َﻤ ْ ن ا ْﻟَﺄ ُ ﺳَﻠ ْﻴﻤَﺎ ُ ﺷ ْﻌ َﺒ ُﺔ َأ ْﻧ َﺒَﺄﻧِﻲ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ ﻚ ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ ا ْﻟ َﻤِﻠ َ ﻦ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ ا ْﻟ َﻮﻟِﻴ ِﺪ ِهﺸَﺎ ُم ْﺑ َ ﺣ َﺪ ُآ ْﻢ َ ن َأ ل ِإ ﱠ َ ق ﻗَﺎ ُ ﺼﺪُو ْ ق ا ْﻟ َﻤ ُ ﺳﱠﻠ َﻢ َو ُه َﻮ اﻟﺼﱠﺎ ِد َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َرﺳُﻮ َ ل َ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻗَﺎ َ ﻦ ْﻋ َ ْ ن ُﻣ ُ ﻚ ُﺛﻢﱠ َیﻜُﻮ َ ﻞ َذِﻟ َ ﻋَﻠ َﻘ ًﺔ ِﻣ ْﺜ َ ﻦ َی ْﻮﻣًﺎ ُﺛﻢﱠ َ ﻦ ُأ ﱢﻣ ِﻪ َأ ْر َﺑﻌِﻴ ِﻄ ْ ﺠ َﻤ ُﻊ ﻓِﻲ َﺑ ْ ُی ﺚ اﻟﱠﻠ ُﻪ َﻣَﻠﻜًﺎ ُ ﻚ ُﺛﻢﱠ َی ْﺒ َﻌ َ ﻞ َذِﻟ َ ﻀ َﻐ ًﺔ ِﻣ ْﺜ ﺣﺘﱠﻰ َ ﻞ اﻟﻨﱠﺎ ِر ِ ﻞ َأ ْه ِ ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ ُ ﻞ َی ْﻌ َﻤ َﺝ ُ ﺣ َﺪ ُآ ْﻢ َأ ْو اﻟ ﱠﺮ َ ن َأ ﺳﻌِﻴ ٌﺪ َﻓﻮَاﻟﱠﻠ ِﻪ ِإ ﱠ َ ﻲ َأ ْو ﺷ ِﻘ ﱞ َ ﺝِﻠ ِﻪ َو َ َﻓ ُﻴ ْﺆ َﻣ ُﺮ ِﺑَﺄ ْر َﺑ ٍﻊ ِﺑ ِﺮ ْز ِﻗ ِﻪ َوَأ ن ﺧُﻠﻬَﺎ َوِإ ﱠ ُ ﺠ ﱠﻨ ِﺔ َﻓ َﻴ ْﺪ َ ﻞ ا ْﻟ ِ ﻞ َأ ْه ِ ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ ُ ب َﻓ َﻴ ْﻌ َﻤ ُ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ َ ﻖ ُ ﺴ ِﺒ ْ ع َﻓ َﻴ ٍ ع َأ ْو ِذرَا ٍ ﻏ ْﻴ ُﺮ ﺑَﺎ َ ن َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻪ َو َﺑ ْﻴ َﻨﻬَﺎ ُ ﻣَﺎ َیﻜُﻮ ب ُ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ َ ﻖ ُ ﺴ ِﺒ ْ ﻦ َﻓ َﻴ ِ ﻋ ْﻴ َ ع َأ ْو ِذرَا ٍ ﻏ ْﻴ ُﺮ ِذرَا َ ن َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻪ َو َﺑ ْﻴ َﻨﻬَﺎ ُ ﺣﺘﱠﻰ ﻣَﺎ َیﻜُﻮ َ ﺠﱠﻨ ِﺔ َ ﻞ ا ْﻟ ِ ﻞ َأ ْه ِ ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ ُ ﻞ َﻟ َﻴ ْﻌ َﻤ َﺝ ُ اﻟ ﱠﺮ ع ٌ ل ﺁ َد ُم ِإﻟﱠﺎ ِذرَا َ ﺧُﻠﻬَﺎ ﻗَﺎ ُ ﻞ اﻟﻨﱠﺎ ِر َﻓ َﻴ ْﺪ ِ ﻞ َأ ْه ِ ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ ُ َﻓ َﻴ ْﻌ َﻤ
Terjemah Hadis. Kitab Ketentuan Allah. (al – Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abu al-Walid Hisyam bin Abdul Abdul Malik,dia berkata telah bercerita pada kami Syu’bah,dia berkata telah bercerita pada kami Sulaeman al – A’mas,dia berkata telah aku dengar dari Zaid bin wahab,dari Abdullah,dia berkata telah bercerita pada kami Rasulullah Saw. Aitu Seorang yang senantiasa benar lagi dibenarkan,bersabda : “ Sesungguhnya seseorang diantara kamu dikumpulkan diperut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah (selama empat puluh hari ) itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama ( empat 35
Sahih al-Bukhari, Juz IV, hlm.162. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil.Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al- Islamiyyah al-Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6105 menurut hitungan al-almiyyah.
60 puluh hari ) itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat, lalu diperintahkan mencatat empat hal, yaitu : rizkinya, batas waktu kematianya, dan ia adalah orang yang celaka ataukah bahagia. Demi Allah, seseorang atau seorang laki – laki di antara kamu mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, sehingga tidak ada lagi jarak diantara dia dan neraka, kecuali hanya satu depa atau satu hasta,lalu ia telah lebih dahulu ditetapkan (sebagai penghuni surga ) dan ia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, maka akhirnya ia masuk surga.Dan sesungguhnya ada seorang lelaki mengerjakan amal perbuatan penghuni surga,sehingga tidak ada lagi jarak di antara dia da surga,kecuali hanya satu depa atau dua hasta,lalu ia telah lebih dahulu ditetapkan ( sebagai penghuni neraka ) da ia mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, maka akhirnya ia masuk neraka.” 36 Skema Sanad
ﻧﺒﻰ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ یﻮﺳﻒ زیﺪ ﺑﻦ وهﺐ ﺳﻠﻴﻤﺎن ﺑﻦ ﻣﻬﺮان ﺷﻌﺒﻪ ﺑﻦ اﻟﺤﺠﺎج هﺸﺎم ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻤﻠﻚ ﺑﺨﺎرى
36
Sunarto dkk., op.cit., Jld. XIII, hlm. 481-482.
61 Keterangan, Dalam catatan lain hadis yang diriwayatkan oleh Adam dari Syu’bah dengan menggunakan lafaz periwayat ﺣﺪﺛﻨﺎ
tidak
أﻧﺒﺄﻧﺎ, dalam redaksi أﻧﺒﺄﻧﻲ
اﻷﻋﻤﺶ, dalam hal ini Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan bahwa periwayatan اﻟﺘﺤﺪیﺚ و اﻹﻧﺒﺎءmenurut Syu’bah adalah mempunyai satu makna. Jadi hal ini tidak ada masalah baginya. Ketiga Hadis diatas dinilai Sahih, Marfu’ , Muttasil, dan Siqah. Menurut al-Thabari derajad hadis yang ketiga dinilai Hasan, lewat jalur periwayat Ibnu Mas’ud. Namun demikian, menurut Jumhur Ulama hadis tersebut tetap berkualitas Sahih. Ibnu Hajar dalam syarahnya Fath al - Bari menjelaskan, bahwa setiap yang wujud itu sudah menjadi catatan dan atas kehendak allah semata.37 Artinya, mati dan hidup, kebahagiaan dan kesengsaraan,surga dan neraka itu semua sudah takdir. sampai pada perbuatan manusia yang secara kasat mata merupakan kehendak dan perbuatan manusia sendiri pada hakekatnya itu tidak akan terjadi kecuali atas kehendak Allah.Dalam hal ini Ibnu Hajar berkomentar sebagai berikut :
ﻗﻮﻟﻪ ) ﻓﻴﺴﺒﻖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻜﺘﺎب ( واﻟﻤﻌﻨﻰ أﻧﻪ یﺘﻌﺎرض ﻋﻤﻠﻪ ﻓﻰ إﻗﺘﻀﺎء اﻟﺴﻌﺎدة واﻟﻤﻜﺘﻮب ﻓﻰ ﻓﻌﺒﺮ ﻋﻦ ذاﻟﻚ ﺑﺎﻟﺴﺒﻖ ﻷن اﻟﺴﺎﺑﻖ یﺤﺼﻞ ﻣﺮادﻩ دون.إﻗﺘﻀﺎء اﻟﺴﻘﺎوة ﻓﻴﺘﺤﻘﻖ ﻣﻘﺘﻀﻰ اﻟﻤﻜﺘﻮب 38
.اﻟﻤﺴﺒﻮق
Kalimat ( ) ﻓﻴﺴﺒﻖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻜﺘﺎبyakni, hal itu bertentangan dengan amal perbuatanya yang menampakkan perbuatan-perbuatan ahli surga, akan tetapi pada tulisanya ia ditetapkan sebagai orang yang celaka (aahli neraka ),maka hal itu dikenbalikan pada catatanya () اﻟﻜﺘﺎب. Dari itu bisa diambil ibarat, 37 38
Fath al-Bari, Juz XI, hlm. 478. Ibid. hlm. 487.
62
bahwa sesuatu yang mendahului ( ) اﻟﺴﺎﺑﻖakan menyisihkan pada yang didahului () اﻟﻤﺴﺒﻮق. Lebih lanjut Ibnu Hajar memberikan beberapa arti yang terkandung dalam hadis ini yaitu antara lain: 39 -
Sesungguhnya perbuatan baik dan jelek itu merupakan tanda (alamat )
bukan suatu kewajiban . -
Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu yang awal dan akhir dari
kehidupan manusia didalam kebahagiaanya atau kesengsaraanya. -
Secara dhahir kebahagiaan terkadang bisa berubah menjadi kesengsaraan
atau sebaliknya, akan tetapi didalam catatan Allah tidak akan berubah. -
Sesungguhnya setiap dari kebahagiaan atau kesengsaraan terkadang akan
terjadi tanpa dengan perbuatan atau factor usia. -
Anjuran untuk selalu menerima atas takdir Allah ( ) ﻗﻨﺎﻋﻪdan larangan
atas perbuatan yang teledor. -
39
Anjuran untuk selalu mohon lindung kepada Allah atas su’ul khatimah.
Ibid. hlm. 488.