BAB III BANDARA SILANGIT 3.1.
Sejarah Pembangunan Bandara Silangit Di lihat dari sejarahnya, pembangunan Bandara Silangit memiliki sejarah
yang cukup panjang. Sebelum Era tahun 1995, Bandara Silangit telah dibangun pada masa penjajahan Jepang yaitu pada tahun 1943 dengan panjang landasan pacu 500 meter2. Pembangunan kembali bandara ini mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landas pacu sepanjang 900 meter2 sehingga menjadi 1.400 meter2. Masyarakat yang berada di sekitaran bandara silangit tepatnya di Desa Pariksabungan ini masih belum mengalami perubahan. Masyarakat masih tetap
bermata
pencaharian
sebagai
petani.
Hal
ini
dikarenakan
pembangunanbandara silangit belum sepenuhnya sempurna. Pada Maret 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan langsung pengoperasian Bandara Silangit, sejak saat itu pembangunan Bandara pun mulai kembali dilakukan secara terus menerus. Pada tahun 2011, Bandara Silangit akhirnya memiliki landas pacu sepanjang 2.250 meter2 dan direncanakan pada tahun 2015 akan diperpanjang kembali menjadi 3.800 by 45 meter (12,467 × 148 ft), sehingga bisa didarati pesawat berbadan lebar. Dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini Bandara Silangit adalah satu-satunya bandara kelas IV yang memiliki fasilitas dan kemampuan setara bandara kelas II di Indonesia. Pada 14 Desember 2012, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi menyerahkan operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT. Angkasa Pura II (Persero).
48
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, status bandara ini secara otomatis berubah dari bandara UPT (Unit Pelaksana Teknis) menjadi bandara komersial15. Hingga pada Bulan April 2016 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Bandara Silangit Tapanuli Utara Sumatera Utara oleh Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan dan Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi. Pada Bulan Desember 2016 Presiden Jokowi ditemani Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan melakukan peresmian Bandara Silangit yang saat ini memiliki ukuran landasan pacu 2400 meterx 30 m. Luas terminal saat ini, terminal A 100 m2 dan terminal B 700 m2. 3.1.1. Sejarah Pemerintahan Kepala Bandara Silangit Pemerintahan
di
Bandara
silangit
memiliki
sejarah
mulai
dari
pembangunan Bandara Silangit yang sudah ada pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1943 dan kini kembali di bangun pada tahun 1995. Berawal dari pembangunan dan pemimpinnya yang memiliki masa periode yang berbeda-beda. Adapun daftar nama-nama Kepala Bandara Silangit sebelum dan sesudahnya Bandara Silangit beroperasi. 1. Hasan Basri sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 1995-2000 2. Golden Damanik sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 20003003 3. Koyo Susanto sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2003-2004 15
Komersial merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang baik pribadi atau Badan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu keuntungan, baik secaralangsung ataupun tidak langsung .
49
Universitas Sumatera Utara
4. Marthinus Hutasoit sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 20042011 5. Poltak Gordon Siburian sebagai Kepala Bandara yanag berperiode dari tahun 2011-2013 6. Hotasi Manalu sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2011sampai saat ini. 3.2. Gambaran Umum Bandara Silangit 3.2.1. Letak dan Profil Bandara Silangit Bandara Silangit berada di Jl. Simpang Muara no. 1 Silangit, Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun profil Bandara Silangit sebagai berikut: 1. Nama Bandar Udara
: Bandar Udara Silangit
2. Kelas
: IV
3. Pengelola
: PT. Angkasa Pura II (Persero)
4. Kode
: WIMN
5. Koordinat
: 02º15’37,804”N-098º59’39,153”E
6. Jam Operasi
: 08.00-15.00 Wib
7. Airlines yang beroperasi : Wings Air Type ATR 72-500 : Susi Air Type C208-B : Garuda Indonesia Type CRJ 1000 : Garuda Indonesia Type ATR 72-500 : Sriwijaya Air Type Boeing 737-500 8.
Ground Handling yang beroperasi: CV Mitra Angkasa Semesta
50
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Komposisi Karyawan Bandara Komposisi karyawan Bandara Silangit pada tahun 2017 sebanyak 74 orang yang berasal dari berbagai daerah. Karyawan yang bekerja di Bandara Silangit tersebut mayoritas suku Batak Toba. Jika dilihat karyawan yang bekerja di Bandara Silangit berdasarkan agama terdiri dari agama kristen protestan, katolik dan muslim. Secara umum karyawan yang bekerja di Bandara Udara berasal dari luar daerah Desa Pariksabungan seperti dari Siantar, Medan, Tarutung, Balige, Parapat, Porsea, Muara, Sipahutar, Silando, Dolok Sanggul, Sibolga, Jakarta dan lainnya. Hal ini merupakan ketidakseimbangan antara karyawan yang bekerja di Bandara Silangit yang berasal dari dalam Desa Pariksabungan dan karyawan yang bekerja di Bandara Silangit yang berasal dari luar daerah Desa Pariksabungan. Terjadinya ketidakseimbangan ini dikarenakan tingkat pendidikan di Desa Pariksabungan sangat rendah secara umum hanya bertamatan SD. Sangat minim untuk melanjutkan tingkat selanjutnya, tidak memenuhi syarat untuk menjadi tenaga kerja di Bandara Silangit dan banyaknya anak remaja yang merantau setelah tamat dari Sekolah SMP, SMA, maupun tamat dari perkuliahan. Tabel. 3.1 Jumlah karyawan Bandara Silangit Berdasarkan Jenis Kelamin No Keterangan Jumlah (jiwa) 1
Laki-laki
63
2
Perempuan
11
Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit 2017 Berdasarkan tabel di atas jumlah karyawan Bandara Silangit sebanyak 74 orang, yang terdiri dari karyawan laki-laki berjumlah 63 orang dan karyawan
51
Universitas Sumatera Utara
perempuan berjumlah 11 orang. Hal ini merupakan bahwa karyawan Bandara Silangit laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan karyawan perempuan.
Tabel 3.2 Jumlah karyawan Bandara Silangit berdasarkan agama No Agama Jumlah (jiwa) 1
Kristen Protestan
60
2
Katolik
2
3
Islam
12
4
Budha
0
5
Hindu
0
Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit 2017 Berdasarkan tabel di atas, jumlah karyawan Bandara Silangit berdasarkan agama terdiri dari karyawan yang beragama kristen protestan berjumlah 60 orang, karyawan yang beragama katolik berjumlah 2 orang, karyawan yang beragama muslim berjumlah 12 orang, karyawan yang beragama budha tidak ada dan karyawan yang beragama hindu tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa karyawan yang bekerja di Bandara Silangit terdapat 3 macam agama yaitu kristen protestan, katolik dan muslim.
Tabel 3.3 Jumlah Karyawan yang Berasal dari Desa Pariksabungan dan Luar Desa Pariksabungan No Keterangan Jumlah (jiwa) 1
Asal Desa Pariksabungan
15
2
Luar Desa Pariksabungan
59
Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit Tabel di atas menjelaskan jumlah karyawan Bandara Silangit yang berasal dari Desa Pariksabungan maupun luar Desa Pariksabungan. Terdapat jumlah 52
Universitas Sumatera Utara
karyawan Bandara Silangit yang berasal dari Desa Pariksabungan berjumlah 15 orang dan jumlah karyawan yang berasal dari luar Desa Pariksabungan berjumlah 59 orang orang. Hal ini trejadi ketidakseimbangan antara karyawan yang berasal dari Desa Pariksabungan maupun dari luar Desa Pariksabungan. Terjadinyat ketidakseimbangan karena tingkat pendidikan yang rendah, tidak memenuhi syarat untuk menjadi tenaga kerja di Bandara Silangit dan minimnya jumlah anak remaja di desa tersebut karena setelah menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA banyak anak remaja yang merantau untuk mencari pekerjaan. 3.2.3. Fasilitas Sisi Darat 1. Toilet Foto3.4 Toilet yang berada di luar Bandara Silangit
Sumber: Dokumentasi pribadi Toilet sebagai salah satu fasilitas yang ada di Bandara Silangit. Terdapat 8 toilet di Bandara Silangit. 4 toilet berada di dalam Bandara Silangit yaitu toilet laki laki dan toilet wanita. Di luar bandara terdapat 4 toilet yaitu toilet laki-laki
53
Universitas Sumatera Utara
dan wanita. Biasanya toilet ini dimanfaatkan oleh pengunjung bandara maupun masyarakat yang bekerja dibandara. 2. Parkir Kendaraan Parkir kendaraan yang ada di bandara terdapat 2 parkiran yaitu parkiran khusus kendaraan roda dua dan roda empat. Kedua parkiran ini berbeda lokasinya. Adapun pengutipan uang parkir yang dilakukan oleh pihak bandara sendiri. Seperti parkir kendaraan roda dua Rp. 2000 dan roda empat Rp. 5000. Keadaan parkir roda empat msih mengalami kerusakan, dimana hanya beralaskan tanah dan jika hujan datang maka parkiran roda empat becek dan terendam air. Foto 3.5 Parkir kendaraan roda empat di Bandara Silangit
Sumber: Dokumentasi Pribadi 3. Cargo adalah semua barang yang dikirim melalui pesawat udara atau darat untuk diperdagangkan, baik antar wilayah/kota didalam negeri maupu antar negara yang dinekal ekspor dan impor. Apapun jenis barang yang dikirim, kecuali benda-benda pos dan bagasi penumpangbaik yang diperdagangkan untuk keperluan lainnya. 54
Universitas Sumatera Utara
Fasilitas navigasi terdapat NDB, AFIS, PAPI dan DVOR/DME. Fasilitas keamanaan
penerbangan sebagai berikut: X-ray baggage, X-ray cabin, walk
through metal detector dan handleld metal detecktor. Fasilitas keselamatan penerbangan yairu PKP-PK type V, gunebo dan ambulance. Fasilitas listrik seperti generator set 25 dan 125 kva, airfield lighting system, apron light dan apron flood light. Fasilitas terminal seperti conveyor belt, timbangan digital, runnung text, lcd, dan infomation dan fasilitas peralatan seperti shell tractor rotary mower dan mower. 3.2.4. Sarana dan Prasarana Bandara Bandara Silangit memiliki beberapa fasilitas sarana dan prasarana antara lain :
1. ATM (Anjungan Tunai Mandiri) seperti Bank Mandiri dan BRI
Foto 3.6 Fasilitas ATM
Sumber: Dokumentasi Fasilitas ATM ini dimanfaatkan oleh masyarakat atau penumpang yang ada di Bandara Silangit walaupun masih hanya 2 jenis ATM saja yang telah
55
Universitas Sumatera Utara
disediakan. Hal ini untuk mempermudah akses mengambilan uang dan mentransfer uang tanpa harus pergi ke Bank yang ada di pasar Siborongborong. 2. Baggage Claim (Klaim bagasi) untuk Baggage Claim DomesticGaruda, Baggage Claim Domestic Airlines, Wings Air, Sriwijaya Air dan Batik Air 3. Baggage Handling System (Sistem Penanganan Bagasi) 4. Security check point 5.
Gedung terminal kargo
6.
Apron terminal kargo
7. Musholla 8. Kantin Bandara 9. Wifi Gratis 10. Ruang VI
3.3. Sistem Pengoperasian Bandara Silangit 3.3.1. Jadwal pengoperasian Bandara Jadwal penerbangan di Bandara Salangit dilakukan setiap harinya baik jadwal kedatangan maupun jadwal keberangkatan. Namun tidak semua maskapai yang melakukan penerbangan setiap hari seperti maskapai Garuda Indonesia tujuan jakarta hanya dilakukan di hari tertentu seperti selasa, jumat dan minggu. Sebelum melakukan keberangkatan, terlebih dahulu bandara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II telah siap menyambut kedatangan ketadangan dan keberangkatan penggunan jasa udara. Setelah tiba, pengguna jas audara bisa masuk area keberangkatan dengan terlebih dahulu melalui proses security check
56
Universitas Sumatera Utara
point. Disini petugas aviation security bandara meminta pengguna jasa untuk melalui alat pemeriksaan termasuk barang. Selanjutnya, penumpang bisa melakukan proses check in. Setelah proses check in, penumpang kembali melalui proses security check point agar bisa masuk ke area boarding lounge atau ruang tunggu keberangkatan. 3.3.2. Rute dan Maskapai Penerbangan Di bandar udara Silangit, terdapat 4 macam pilihan maskapai yang tersedia dengan rute destinasi diantaranya sebagai berikut : 1. Garuda Indonesia 2. Susi Air 3. Sriwijaya Air 4. Wings Air Saat ini penerbangan Bandara Silangit dilayani operator Wings Air tujuan rute Medan-Silangit, Susi Air tujuan Medan-Silangit. Garuda Indonesai tujuan Jakarta dan Sriwijaya Air tujuan Jakarta. Tabel 3.7 Maskapai dan Rute Penerbangan Domestik Maskapai Domestik Garuda Indonesia
Jakarta- Silangit-Silangit-Jakarta
Susi Air
Medan-Silangit
Sriwijaya Air
Jakarta-Silangit
Wings Air
Medan-Silangit
Garuda dan Wings
Medan-Silangit
Garuda
Jakarta, Silangit- Pinangsori
Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit
57
Universitas Sumatera Utara
3.4.
Perubahan Sebelum dan Sesudah Renovasi Bandara Silangit 3.4.1. Keadaan Bandara Silangit Sebelum Renovasi Sebagaimana kita ketahui sebelum renovasi bandara, fasilitas sangatlah
minim, begitu juga dengan gedung-gedung yang kecil, karyawan yang bisa dihitung jumlahnya dan jalan menuju bandara yang masih berlubang. Gedung lama bandara msih terlihat kecil namun gedung tersebut masih memiliki ciri khas dengan orrnamen batak toba.
Foto 3.8 Gedung Bandara Silangit Sebelum Renovasi
Sumber: www.silangitairport.ac.id (Akses 1 Juni 2017) Keadaan Bandara Silangit dulunya memiliki fisik yang cuku sederhana dibandingkan dengan yang sekarang. Bangunan di renovasi dan ruangan semakin bertambah luas.
58
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.9 Ruang Keberangkatan Bandara Silangit
Sumber:www.silangit airport.ac.id (Akses 1 Juni 2017) Ruang atau area keberangkatan sebelum dilakukan renovasi, gedung masih terlihat biasa dengan orrnamen dengan ciri khas batak toba. Kurangnya fasilitas membuat para penumpang tidak nyaman, dimana para penumpang harus menunggu diluar dengan fasilitas bangku yang kurang memadai. Foto 3.10 Ruang Kedatangan Bandara Silangit
Sumber: http://id.images. fotobandarasilangit.com (Akses 1 Juni 2017)
59
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Keadaan Bandara Silangit Sesudah Renovasi Keadaan bandara sesudah dilakukannya renovasi, banyak terjadi perubahan seperti fasilitas yang bertambah, menambah landasan pacu, gedung yang lebih besar, jumlah karyawan yang meningkat, jumlah penumpang yang kian hari bertambah. Hal ini dilakukan oleh PT. Angkasa Pura untuk lebih berkembangnya bandara dari tahun sebelumnya. Tercatat jumlah penerbangan pada bulan april 2017 penerbangan wing air kualanamu dengan jumlah kedatangan 1640 orang dan jumlah keberangkatan 1987. Penerbangan garuda Indonesia dengan tujuan kualanamu, jumlah kedatangan 655 orang dan jumlah keberangkatan 829. Penerbangan garuda Indonesia tujuan Jakarta jumlah kedatangan 585 orang dan jumlah kedatangan dengan jumlah 309. Terakhir penerbangan sriwijawa 1 dan 2 dengan jumlah kedatangan 6170 orang dan kedatangan 6218 orang. Maka dapat kita lihat jumlah penumpang pada bulan April 2017 dengan kedatangan 9.050 dan jumlah keberangkatan 9.343 orang.
60
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.11 Gedung Bandara Setelah di Renovasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Setelah dilakukan renovasi sangat terlihat jelas bagaimana perbedaan bandara yang dulu dengan bandara yang sekarang. Rencanya renovasi terus dilakukan sampai tahun akhir untuk memperlancar agar tercapainya bandara ini menjadi bandara internasional. Saat ini juga gedung kedatangan juga masih melakukan renovasi dan perluasan ruangan. Renovasi dilakukan pada bulan 3 dan diperkirakan selesai pada bulan Agustus mendatang.
61
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.12 Ruang Kedatangan Bandara Silangit
Sumber:
Dokumentasi
Pribadi
Rencananya ruang kedatangan ini akan berpindah lokasi sebelah dengan ruang keberangkatan yang saat ini masih dalam pembangunan. Pemindahan ruang kedatangan ini dilakukan agar nantinya terjadinya kenyamanan pengunjung dan tercapainya fasilitas yang memadai. Bagi penumpang yang baru tiba di Bandara Silangit terdapat ruang atau area kedatangan yang gedungnya terpisah. Penggunan jasa akan disambut dengan udara tapanuli Utara yang sejuk.
62
Universitas Sumatera Utara
BAB IV RESPON, PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI, DAN DAMPAK KEBERADAAN BANDARA SILANGIT DI DESA PARIKSABUNGAN
4.1.
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Bandara Silangit Masyarakat Desa Pariksabungan mengetahui pembangunan Bandara
Silangit sejak tahun 1995 namun pada saat itu Bandara Silangit belum berkembang dan dapat dioperasikan. Pembangunan Bandara Silangit kembali dilakukan pada tahun 2005. Pada saat itu masyarakat mulai mengetahui bahwa PT. Angkasa Pura membangun kembali Bandara Silangit dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini salah satu pemahaman yang didapat masyarakat tentang Bandara Silangit. Dalam melakukan pembangunan Bandara Silangit, masyarakat setempat memiliki pengetahuan yang beragam mengenai Bandara Silangit. Masyarakat harus mengetahui dan memahami beberapa hal yang berkaitan dengan keberadaan Bandara Silangit antara lain seperti pemahaman mengenai Bandara Silangit, sejarah Bandara Silangit, program dan kegiatan yang dilakukan Bandara Silangit, kepemilikan tanah dan dampak yang ditimbulkan oleh Bandara Silangit. Informan P. Tambunan (39 Tahun) seorang wirausaha panglong mengatakan: “Bandara Silangit merupakan sebuah bandara yang dibangun pada masa penjajahan Jepang dan dibangun kembali pada tahun 1995. Dengan kata lain Bandara silangit ini memiliki sejarah yang
63
Universitas Sumatera Utara
cukup panjang sampai saat ini sudah mulai berkembang dan beroperasi seperti yang kita lihat ini”.
Sesuai dengan pernyataan informan bahwa Bandara Silangit merupakan sebuah bandara yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimana Bandara Silangit sudah ada sejak masa penjajahan Jepang namun pembangunan kembali dilakukan pada tahun 1995. Hingga sampai saat ini Bandara Silangit sudah mulai berkembang dan dapat dilakukan penerbangan. Informan J. Hutagaol (60 Tahun) seorang
petani dan pedagang minuman
mengatakan: “Bandara
Silangit
itu
bandara
yang
memiliki
sejarah
pembangunan yang cukup lama dibandingkan dengan bandarabandara yang ada di Indonesia ini. Meskipun lama melakukan pembangunan tetapi sekarang ini Bandara Silangit ini menjadi alat transportasi yang canggih. Saya bangga bandara ada di desa ini, karena dengan adanya bandara di desa ini pastinya mudah untuk pergi ke luar kota terutama anak yang merantau untuk bekerja dan kuliah jadi lebih mudah pulang ke kampungny”.
Dari penjelasan di atas bahwa Bandara Silangit adalah bandara yang memiliki masa pembangunan yang cukup lama di Indonesia ini. Selain itu Bandara Silangit ini juga sebagai alat transportasi canggih yanga ada di Desa Pariksabungan maupun Kabupaten Tapanuli Utara. Dulunya masyarakat yang berada di Desa Pariksabungan hanya bisa menaiki bus untuk ke luar kota tetapi sekarang ini semenjak adanya Bandara Silangit ini masyarakat jadi lebih mudah untuk pergi ke luar kota.
64
Universitas Sumatera Utara
Informan E. Siahaan (50 Tahun) sebagai pedagang minuman dan makanan mengatakan: “Bandara Silangit ini sebagai alat transportasi udara yang saat ini berada di Desa Pariksabungan atau di daerah Kabupaten Tapanuli Utara yang dimana bandara ini sudah berkembang dan dapat dijalankan oleh pihak bandara sendiri. Sehingga nantinya bandara ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar ini untuk pergi ke luar kota tanpa harus ke Medan. Kalau dulunya mau ke Jakarta harus singgah ke Medan tetapi sekarang sudah tidak lagi”.
Dari penjelasan di atas bahwa Bandara Silangit ini merupakan alat transportasi yang bertambah di Tapanuli Utara khususnya di Desa Pariksabungan. Semenjak adanya Bandara Silangit masyarakat lebih memanfaatkan Bandara ini untuk pergi ke luar kota tanpa harus pegi ke Medan. Dengan kata lain dari keberadaan Bandara Silangit sudah mempermudah perjalanan masyarakat sekitar untuk pergi ke luar kota. Informan M. Tampubolon (50 Tahun) salah satu Kepala Desa Pariksabungan mengatakan: “Menurut saya Bandara Silangit ini adalah suatu alat transportasi yang proses pembangunannya sangat lama. Dimana butuh proses yang cukup panjang hingga sampai akhirnya berkembang sampai saat
ini.
Namun
adanya
bandara
silangit
ini
di
Desa
Pariksabungan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat setempat. Seperti dampak positif dan negatif. Dampak positifnya seperti
perekonomian
masyarakat
semakin
maju,
semakin
ramainya penduduk yang tinggal di daerah Bandara Silangit dan
65
Universitas Sumatera Utara
sebagai dampak negatifnya seperti hilangnya atau semakin berkurangnya lahan pertanian masyarakat yang ada di desa ini”.
Selain sebagai alat transportasi yang canggih di Desa Pariksabungan ini, masyarakat beranggapan bahwa adanya Bandara Silangit membawa pengaruh dampak terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dampak yang positif maupun negatif. Seperti dampak positif dan negatif. Dampak positifnya seperti perekonomian masyarakat semakin maju, semakin ramainya penduduk yang tinggal di daerah Bandara Silangit dan sebagai dampak negatifnya seperti hilangnya atau semakin berkurangnya lahan pertanian masyarakat yang ada di desa ini. Selain itu keberadaan Bandara Silangit ini juga membawa perubahan fisik. Informan Yosapath Tambunan (35 Tahun) sebagai salah satu karyawan Bandara Silangit yang berposisi sebagai Sevices dan Maintance Junior Manager mengatakan: “Menurut saya sendiri Bandara Silangit sebagai bandara yang sudah ada pada pasa penjajahan Jepang pada Tahun 1943. Namun pada tahun 2012 pemerintah melalui kementerian perhubungan secara resmi menyerahkan operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT. Angkasa Pura II hingga saat itu Bandara mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain itu Bandara Silangit ini sebagai alat transportasi udara yang saat ini berkembang di Desa Pariksabungan. Dimana pada proses pembangunan dan pelebaran landas pacu Bandara Silangit ini memakan
tanah
warga
yang
berhektar-hektar”.
66
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan pernyataan salah satu informan bahwa Bandara Silangit ini sudah ada pada tahun 1943. Dilihat dari sejarahnya Bandara Silangit ini salah satu bandara yang termasuk dalam kategori bandara tertua di Indonesia. Setelah Bandara Silangit dikelolah oleh PT. Angkasa Pura II, bandara ini berkembang cukup pesat hingga saat ini. Informan Ibu Simanjuntak (45 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “songon diama dohonokku adek, ai molo Bandara Silangit on alat transportasi na berkembang di desa on. Ale sbenarnya bandara on nunnga leleng hian, sonarionma berkembang, ngaboi be lao manang na tu luar kota. Ale berkembang pe bandara on tikki Pemerintah melalui Dinas Perhubungan mengaleon serah terima tu PT. Angkasa Pura II.Ale tikki masa pembangunan Bandara Silangit sampai nungga beroperasi tong do adong dampak ni Bandara Silangit on. Salah satu nai ma akka tanah milik warga nadison tekkhusus no jonk tu bandara dang di lehan tua hami”. (Gimana lah mau ku bilang adek, kalau Bandara Silangit ininya alat transportasi yang berkembang di desa ini. Tapi sebenarnya bandara ini udah lama ada, sekarang ajanya baru berkembang. Berkembang pun karena waktu pemerintah melalui Dinas Perhubungan menyerahkan serah terima kepada PT. Angkasa Pura Waktu masa pembangunannya sampai sudah beroperasi tetapnya ada dampak ke masyarakat ini, Salah satunya adalah sebagian masyarakat terhusus yang dekat bandara belum mendapatkan ganti rugi tanah tersebut).
Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa Bandara Silangit ini sebuah alat transportasi yang berkembang di Desa Pariksabungan. Bandara Silangit juga dari
67
Universitas Sumatera Utara
tahun ketahun mengalami perubahan yang bergitu cepat. Perubahan yang yang sekarang ini dilakukan semanjak Pemerintah melalui Dinas Perhubungan menyerahkan serah terima kepada PT Angkasa Pura II. Jdi dengan demikian seenjak itu Bandara Silangit dikelola oleh PT. Angkasa Pura II. Informan Ibu Sitanggang (37 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Bandara Silangit adalah sebuah bandara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II yang memakan ribuan rektar tanah masyarakat. Dimana hal ini juga mengakibatkan dampak terhadap kehidupan masyarakat maupun terhadap pertanian masyarakat. Seperti hilangnya lahan pertanian masyarakat, selain itu masyarakat juga terlihat saling iri kepada sesama tetangga yang membuka usaha dagang”.
Selain membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat di Desa Pariksabungan, keberadaan Bandara Silangit ini juga membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat dan membawa dampak terhadap pertaniannya baik dampak positif dan dampak negatifnya. Informan B. Sianturi (63) salah satu Toko Adat di desa tersebut mengatakan: “Molo nanisukkun mu mengenai aha bandara on, holan saotik do na huboto. Bandara Silangit on bandara nungnga adong tikki masa penjajahan Jepang. Tikki i dang dope beroperasi Bandara Silangit on. Mulai ma sian i dibangun ma bandara, diperpanjang luas ni bandara i, sampai saonari pe tong do di bangun dan renovasi. Tikki pembangunan bandara adong do dampak na tu masyarakat nadison misalnya akka lahan pertanian masyarakat
68
Universitas Sumatera Utara
ngaberkurang
be
sehingga
akka
mangula
nadisonpe
ngaberkurang”. (Kalau yang kau tau tanya apa bandara ini, sedikit yang ku tau. Bandara Silangit ini udah ada semenjak masa penjajahan Jepang. Waktu itu Bandara Silangit ini belum beroperasi. Mulai dari situ dibangunlah bandara, diperpanjang luas bandara ini sampai sekarng tetaplah dibangun bandara dan di renovai. Waktu pemabangunna Bandara ada dampaknya ke masyarakat misalnya lahan pertanian
masyarakat udah berkurang sehingga yang
bertani disini juga berkurang).
Masyarakat Desa Pariksabungan memiliki beragam pengetahuan mengenai Bandara Silangt. Seperti pernyataan di atas bahwa adanya Bandara Silangit ini pada masa pembangunannya membawa dampak terhadap lahan pertanian masyarakat seperti berkurangnya lahan pertanian masyarakat sehingga hal ini membuat ebagian masyarakat kehilangan pekerjaan sebagai petani. Informan Ibu Martini Lase (35 tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Bandara Silangit adalah sebuah alat transportasi darat yang cukup berkembang di Desa Pariksabungan ini. Selain itu Bandara ini juga memiliki nilah sejarah yang begitu panjang sampai akhirnya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat disini maupun masyarakat dari luar kota sehingga dengan adanya bandara ini maka masyarakat setempat disini juga mengalami perkembangan dari sisi ekonomi dan dengan memberikan peluang kerja atau kesempatan kerja kepada masyarakat yang ada di desa ini”.
69
Universitas Sumatera Utara
Selain membawa dampak terhadap masyarakat sekitar seperti yang di sampaikan oleh B. Sianturi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Ibu Lase dimana dengan adanya Keberadaan Bandara Silangit ini memberikan dampak seperti memberi peluang kerja dan usaha kepada masyarakat untuk berdagang ataupun bekerja di Bandara Silangit. Informan J Simanjuntak (40 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Bandara Silangit ini sebuah fasilitas dimana pesawat terbang seperti helikopter dan pesawat udara dapat mendarat dna lepas landas. Dengan adanya bandara di desa ini pasti membutuhkan banyak karyawan untuk bekerja disana demi kemajuan dan perkembangan di desa ini. Namun hal sesuai tidak sesuai yang diharapkan. Banyak pekerja bandara itu diambil dari luar desa bukan dari desa ini. Persentasenya tidak merata antara karyawan dari luar desa maupun dari dalam desa. Hal ini tentunya ada ketidakadilan untuk kami masyarakat ini”.
Setiap pembangunan yang baru pasti membutuhkan banyak orang untuk menjadi karyawan disebuah perusahaan manapun termasuk Bandara Silangit. Seperti pernyataan di atas bahwa semenjak beroperasinya bandara sangat terlihat tidak adanya keseimbangan antara karyawan yang berasal dari desa maupun dari luar desa. Hal ini tentunya adanya ketidakadilan terhadap masyarakat. Informan Ibu Putri (35 Tahun) salah satu masyarakat setempat yang berdomisilih di desa tersebut mengatakan: ”Sebuah perusahaan atau tempat bandara udara melakukan kegiatan lepas landas dan mendarat. Bandara ini juga semasa
70
Universitas Sumatera Utara
pembangunan memakai tanah masyarakat dan memberikan dampak kebisingan dan mengganggu waktu istirahat masyarakat selain itu banyak tanah masyarakat yang belum mendapatkan ganti rugi dari pemerintah setempat”.
Selain dampak yang ditimbulkan bandara terhadap masyarakat seperti berkurangnya lahan pertanian, bandara juga memberikan dampak kebisingan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitaran bandara. Hal ini pastinya mengganggu aktivitas dan waktu istirahat masyarakat. Selain banyak warga yang merasa dirugikan semenjak pembangunan Bandara Silangit. Dimana tanah-tanah yang sudah terkena paska pembangunan belum mendapatkan ganti rugi dan sampai saat ini masalah belum mendapatkan kepastian dari pemerintah. Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Menurut saya, bandara ini kan sebuah alat transportasi udara yang dikelolah oleh PT. Angkasa Pura II. Dengan adanya bandara di desa ini dapat mempermudah perjalanan ke Medan, Jakarta dan ke luar kota lainnya. Bandara ini juga sekarang ini sedang melakukan pengupayaan menuju bandara internasional yang akan datang.Seperti melakukan renovasi pembangunan bandara dan menambah fasilitas bandara”.
Pernyataan diatas bahwa dengan adanya Bandara Silangit ini dapat mempermudah dan mempercepat sampai ke tujuan. Bandara ini juga selalu mengupayakan pembangunan dan merenovasi gedung bandara agar terlaksananya bandara bertafar internasional untuk kedepannya. Seperti melakukan renovasi pembangunan bandara dan menambah fasilitas bandara”. 71
Universitas Sumatera Utara
Informan L. Siahaan (25 Tahun) salah satu karyawan (sekretaris) bandara dan salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Menurut saya sendiri bandara silangit ini adalah sebuah fasilitas tempat pesawat melakukan pendaratan ataupun lepas landas. Bandara ini memiliki sebuah landas pacu dilengkapi dengan fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penunggunanya. Adapun fasilitasnya seperti landasan pacu, apron, terminal, toilet, mushola, wifi, dan lain sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Bandara ini juga nantinya akan menjadi bandara internasional. Sekarang ini pihak bandra dan PT.Angkasa Pura II terus melakukan penyempurnaan gedung dan fasilitas untuk mendukung bandara ini menjadi bandara internasional”.
Banyak pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai Bandara Silangit, mulai dari sejarah pembangunan bandara, dampak positif dan negatifnya, perubahan yang terjadi dan
sampai saat ini Bandara Silangit akan berubah
menjadi Bandara Internasional. Hal ini didukung dengan fasilitas yang ada dan penumpang pesawat yang semakin hari semakin mengalami kenaikan setahun bekalangan ini.
4.2.
Respon Masyarakat Mengenai Keberadaan Bandara Silangit Respon atau tanggapan merupakan umlah kecenderungan dan perasaan,
kecurigaan dan prasangka pada pemahaman yang mendetail terhadap ide-ide suatu hal yang khusus. Respon/tanggapan pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk
72
Universitas Sumatera Utara
bertingkah laku dalam menhadapi suatu masalah tertentu. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon atau tanggapan mereka terhadap kondisi tertentu. Sikap dapat diketahui melalui pengaruh atau penolakan , penilaian suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan. Berikut ini tanggapan masyarakat Desa Pariksabungan terhadap kehadiran Bandara Silangit. Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Bandara ini sudah ada sejak pada masa penjajahan Jepang. Semenjak beroperasinya bandara ini langsung terlihat dampakdampak yang ditimbulkan oleh bandara terhadap masyarakat setempat.
Terutama
pada
tanah
masyarakat
yang
belum
mendapatkan ganti rugi. Hal ini membuat masyarakat memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Seperti ada yang menerima kehadiran bandara ataupun yang tidak menerima kehadiran bandara ini”.
Dari pernyataan tersebut ada respon masyarakat mengenai kebaradaan bandara ini, tanggapan itu berupa respon negatif dan respon positf. Setiap orang memiliki tanggapan yang berbeda-beda. 4.2.1. Masyarakat yang Menerima Kehadiran Bandara Silangit Respon masyarakat Desa Pariksabungan terlihat ketika mereka dapat melihat dan memahami suatu fasilitas bandara udara, suatu tanggapan bahwa keberadaan Bandara Silangit menimbulkan berbagai dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia ataupun masyarakat sekitar bandara misalnya dalam kebutuhan ekonomi, masyarakat Desa Pariksabungan merasa keberadaan tambang 73
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan membuat ekonomi masyarakat semakin meningkat, seperti yang terjadi di daerah lain masyarakat sekitar bandara akan memiliki lapangan pekerjaan selain itu masyarakat juga akan lebih mudah membuat usaha sendiri di daerah mereka. Hal inilah yang membuat adanya masyarakat yang menerima kehadiran bandara di daerah mereka sendiri. Sebagian masyarakat Desa Pariksabungan yang menerima keberadaan bandara, di mulai dari unsur-unsur masyarakat yang menerima dengan positif. Informan
P. Tambunan (39 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan: “Saya sangat menerima kehadiran tambang ini karena dengan adanya bandara di daerah ini dapat b meningkatkan kehidupan kami baik dari segi ekonomi dan sosial budaya karena ketika kehadiran bandara ini ini banyak orang berdatangan
untuk
tinggal di daerah ini sehinggabanyaknya usaha dagang yang bermunculan”.
Informan L Siahaan (25 Tahun) sekretaris Bandara Silangit dan salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Kalau di tanya masalah menerima atau tidak menerima adanya bandara ini, jelas saya sangat meneriman sekali. Karena dengan adanya bandara di daerah ini, maka disini pun pasti berkembang. Dari segi ekonomi juga mendukung sekali karena dengan adanya bandara masyarakat banyak membuka usaha toko-toko, warung kopi, rumah makan dan lainnya. Maka dengan adanya ini masyarakat terpenuhi secara ekonominya”.
74
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat dari kedua pernyataan di atas bahwa Secara umum kebanyakan masyarakat Desa Pariksabungan menerima kehadiran Bandara Silangit Di lihat dari segi ekonomi tersebut akan menambah pendapatan masyarakat dan juga meningkatkan perkembangan masyarakat Desa Pariksabungan yang dulunya hanya dibilang masyarakat tradisional bisa menjadi masyarakat modern. Informan E. Siahaan (50 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Saya menerima kehadiran Bandara Silangit ini karena dengan adanya bandara ini maka masyarakat di desa ini dengan mudah pergi ke luar kota tanpa harus menaiki bus untuk pergi ke luar kota”.
Informan M. Tampubolon (50 Tahun) Kepala Desa Pariksabungan mengatakan:
“Pasti saya sangat menerima sekali bandara ada di desa ini karena beberapa hal, yang pertama dari segi transportasi sudah menambah transportasi canggih sehingga masyarakat dari dalam desa maupun dari luar desa ini dengan mudahnya sampai di tempat tujuan, Kedua karena adanya bandara dapat memberikan kesempatan kerja untuk masyarakat yang menganggur dan ketiga perekonomian masyarakat juga semakin meningkat dengan membuka usaha dagang”. Masyarakat menerima kehadiran bandara ini karena mereka menganggap bandara ini bisa meningkatkan kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi dan sosial budaya. Ini bisa di lihat ketika kehadiran bandara banyak pendatang untuk tinggal di daerah sekitar bandara Dan ini akan meningkatkan pertumbuhan penduduk
75
Universitas Sumatera Utara
dari daerah lain dan juga akan membuat masyarakat membuat usaha-usaha dagang untuk kepentingan masyarakat itu. Informan B. Sianturi (60 Tahun) salah satu tokoh adat di Desa Pariksabungan mengatakan:
“Kalau ditanya menerima atau tidak menerima adanya bandara di desa ini, pasti saya menerima bandara ada di desa ini. Selain memberikan peluang usaha kerja untuk masyarakat tetapi dengan adanya bandara masyarakat disini tidak perlu bersusah payah untuk pergi ke luar kota. Dengan bandara ini dapat mempercepat sampai di tempat tujuan”.
Masyarakat di Desa Pariksabungan rata-ratanya menerima kehadiran bandara ini dengan alasan yang berbeda-beda. Memberikan alasan hanya karena dapat meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat dan memberikan peluang usaha untuk membuka warung kecil-kecilaan di depan rumah mereka masing-masing. Informan Y. Tambunan (35 Tahun) salah satu masyarakat yang bekerja di Bandara Silangit mengatakan:
“Saya menerima bandara ada di desa ini karena dapat meningkatkan kebutuhan ekonomi mereka, selain itu dengan adanya bandara ini banyak para wisatawan datang untuk berkunjung dan dapat memudahkan perjalanan masyarakat jika inin pergi keluar kota terutama anak-anak di desa yang merantau dengan mudah untuk pulang kampung dan tidak perlu untuk naik bus tetapi semuanya hanya tergantung perekonomian keluarga”.
Selain meningkatkan perekonomian masyarakat, keberadaan bandara ini juga memeprmudah perjalanan masyarakat dan luar masyarakat seperti para
76
Universitas Sumatera Utara
wisatawan dengan mudah berwisata ke daerah Tapanuli, ini menjadi suatu kebnaggaan masyarakat setempat karena dengan datangnya wisatawan maka tempat wisata yang ada di daerah tersebut menjadi terkenal. Informan Martini
Lase (35 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
“Keberadaan tambang juga merupakan suatu bentuk bantuan yang positif kepada masyarakat sekitar. Dengan adanya bandara ini banyak para wisatawan datang untuk berkunjung dan dapat memudahkan perjalanan masyarakat jika inin pergi keluar kota terutama anak-anak di desa yang merantau dengan mudah untuk pulang kampung dan tidak perlu untuk naik bus tetapi semuanya hanya tergantung perekonomian keluarga”.
Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Saya menerima saja adanya bandara di daerah ini, jika kita lihat dari dampak positifnya dan jika kita melihat dari dampak negatifnya pastinya tidak menerima kehadiran bandara di Desa Pariksabungan. Saya menerima sekali ya karena dengan adanya bandara ini penduduk disini menjadi ramai karena banyak yang berdomisilih untuk tingggal di daerah tersebut”. Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa keberadaan bandara akan meningkatkan keramaian dan juga meningkatkan perkembangan di daerah tersebut. Selain itu perusahaan baik PT. Angkasa Pura dan pihak bandara juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat umum dan hal inilah yang membuat banyak pertambahan penduduk dengan adanya banyak pendatang yang tinggal didaerah
77
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Masyarakat yang Menolak Kehadiran Bandara Silangit Respon masyarakat Desa Pariksabungan terlihat ketika mereka dapat memahami keberadaan Bandara Silangit. Masyarakat yang memberikan respon negatif terhadap suatu bandara merupakan salah satu yang memiliki bentuk bentuk penolakan akan keberadaan bandara. Mereka semua menolak kehadiran bandara di desa Pariksabungan karena mereka beranggapan bahwa bandara itu akan merugikan masyarakat terkait dengan tanah mereka yang belum mendapatkan kepastian dari pemerintah, pencemaran lingkungan seperti membuat kebisingan sehingga waktu istirahat masyarakat menjadi terganggu. Selain itu mereka juga menolak karena terjadi ketidakkeseimbangan mengenai karyawan yang bekerja di Bandara Silangit lebih mengutamakan dari luar Desa Pariksabungan. Informan I. Simanjuntak (45 Tahun) salah satu warga setempat mengatakan: “Saya menolak kehadiran bandara ada di desa ini. Awalnya saya menanggapinya biasa saja ketika disosialisasikannya bandara akan dioperasikan dan setiap tanah masyarakat yang terkena pasca pembangunan akan mendapatkan ganti rugi. Tetapi sampai sekarang belum ada mendapatkan ganti rugi sampai rumah saya digusur, tanah saya dan tanah orangtua saya juga terkena pasca pembangunan belum mendapatkan ganti rugi sampai sekarang”.
Keberadaan bandara mengakibatkan munculnya berbagai pemahaman terhadap masyarakat seperti dalam pernyataan di atas masyarakat mengetahui bahwa adanya bandara akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat
78
Universitas Sumatera Utara
sekitar. Ini di jelaskan dalam segi pertanian dimana yang dulunya dijadikan lahan pertanian sekarang jadi areal bandara dan bahkan lahan pertanian atau tanah mereka yang terkena pasca pembangunan sampai saat ini belum mendapatkan ganti rugi dan kepastian dari pemerintah setempat. Informan Ibu Putri (35 Tahun) salah satu masyarakat pindahan
dan
tinggal di Desa Pariksabungan mengatakan: “Saya menolak ya dengan adanya bandara disinit karna memberikan dampak terhadap kami yang dekat dengan lokasi bandara. Seperti kebisingan yang sangat mengganggu waktu istirahat saya dan masyarakat disini. Apalagi kalau jadwal penerbangan yang sangat padat pasti istirahat pun tidak bisa”.
Dari pernyataan di atas bahwa hadirnya bandara di desa tersebut sangat mengganggu masyarakat tertutama masyarakat yang dekat dengan lokasi bandara tersebut akan mengalami kebisingan setiap harinya dan hal ini tentunya mengganggu waktu istirahat masyarakat setempat. Dampak (impact) merupakan akibat dari suatu kegiatan misalnya kegiatan pembangunan. Dampak dari kegiatan pembangunan ini muncul karena adanya pihak yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan maka penilaian dampak sosial ekonomi juga perlu mengacu kepada mereka yang diuntungkan maupun yang dirugikan dari kegiatan pembangunan karena dampak dari suatu pembangunan itu. Informan Ibu Simanjuntak (45 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Menerimanya bandara ini atau tidak, saya tidak menerima karena saya merasa dirugikan disini. Bukan hanya saja saja
79
Universitas Sumatera Utara
mungkin banyak masyarakat lain merasa dirugikan. Hal ini karena banyak tanah masyarakat yang belum mendapatkan ganti rugi tanah dari pemerintah. Baru-baru saja pada bulan Maret masyarakat disini demo ke pemerintah Taput agar hak kami secepatnya diganti. Selain itu saya juga merasa terganggu karena kebisingan kerap terjadi dan mengganggu aktivitas saya”.
Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa bandara memerlukan lahan yang luas untuk menambah landasan pacu, dimana lahan pertanian masyarakat setempat bisa dijadikan menjadi area pembangunan bandara. Kebisingan juga membuat aktifitas masyarakat setempat menjadi terganggu. Ini bisa terjadi ketika masyarakat mau memberikan lahan pertaniannya untuk berubah menjadi area pertambangan. Dengen demikian akibatnya akan sangat buruk bagi kehidupan masyarakat, apalagi selama ini masyarakat sekitar hidup dari hasil bertani saja. Selain itu masalah pergantian tanah sampai saat ini belum dapat terselesaikan dan masih sering terjadi demo antara masyarakat dan pemerintah setempat.
Informan
J. Simanjuntak (40 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan: “Saya kurang setuju bandara ada di desa ini karena yang saya lihat, adapun infrastruktur yang dibangun disetiap daerah untuk membangun masyarakat yang lebih maju dengan memperkerjakan masyarakat di perusahaan ataupun bandara ini. Yang saya lihat karyawan yang bekerja di bandara ini lebih banyak dari luar desa ini. Kami sebagai masyarakat tidak mengharapkan pekerjaan yang posisinya bagus, sebagai satpam aja kami sudah bersyukur karena bisa bekerja disini. Selain itu saya kasian melihat masyarakat yang
80
Universitas Sumatera Utara
tanahnya terkena pasca pembangunan sampai sekarang belum ada kepastian dari pemerintah”.
Selain tanah masyarakat yang menjadi alasan masyarakat menolak kehadiran bandara, kebisingan dan ketidakseimbangan antara karyawan yang berasal dari desa maupun dari luar desa pun menjadi alasan masyarakat untuk menolak kehadiran bandara. Informan
J. Hutagaol (65 Tahun) salah satu
masyarakat setempat
mengatakan: “Saya sangat menolak bandara ini karena saya merasa dirugikan. Tanah saya 3 hektar belum diganti rugi sama pemerintah sampai sekarang. Dulu katanya pas sosialisasi mau di ganti rugi dengan harga Rp. 300.000/meter tapi sampai
2 tahun ini belum
mendaptkan kepastian”. Selain itu karena adanya bandara yang memakai lahan pertanian yang banyak, maka mata pencaharian masyarakat petani disini juga berkurang”.
Banyak diketahui bahwa kehadiran bandara di daerah ini akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar, meskipun ada dampak positif yang memberikan pembangunan jangka pendek pada daerah itu sendiri. Hal inilah yang membuat masyarakat menolak kehadiran bandara tersebut. Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa keberadaan bandara sangat berdampak pada masyarakat seperti hilangnya mata pencaharian mereka sebagai petani.
81
Universitas Sumatera Utara
4.3.
Perubahan Keadaan Desa Pariksabungan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Bandara Silangit Perubahan keadaan yang paling mencolok sebelum atau sesudah
pengoperasian Bandara Silangit adalah terlihat pada perubahan keadaan fisik, perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Pariksabungan. 4.3.1. Keadaan Fisik Desa Sebelum dan Sesudah
Pembangunan
Bandara Silangit Sebagaimana diketahui sebelum kehadiran Bandara Silangit, akses jalan Desa Pariksabungan masih kurang baik. Jalan Desa masih banyak yang berbatuan dan penuh dengan lubang, hingga tergenang air ketika saat musim hujan datang. Kurangnya lampu-lampu penerangan jalan di Desa Pariksabungan. Hingga pada saat malam hari akses jalan sangat gelap. Ketika pengendara sepeda motor dan mobil yang berlewatan hanya memanfaatkan lampu sepeda motor dan mobilnya saja. Akses jalan Desa Pariksabungan menuju Bandara Silangit sebelum beroperasinya bandara sangatlah parah. Dimana jalan penuh dengan lubanglubang dan digenangi Air. Hal ini membuat sulitnya transportasi darat menuju Bandara Silangit.
82
Universitas Sumatera Utara
Foto. 4.1 Foto keadaan jalan Di Desa Pariksabungan sebelum di perbaiki
Sumber: http://bandarasilangit.ac.id (Akses 1 juni 2017) Selain jalan yang rusak, tidak ada bangunan kos-kosan, usaha bengkel, salon, panglong, ruko-ruko milik warga karena dulunya Desa Pariksabungan kebanyakan area perkebunan dan pertanian warga setempat. Setelah kehadiran Bandara Silangit, banyak perubahan yang Di Desa Pariksabungan. Baik dari perubahan fisik maupun perubahan sosial dan ekonomi. Akses jalan menjadi lebih baik. Jalan Desa Pariksabungan yang dulunya jalan berbatuan dan banyak ditemui jalan berlubang-lubang kecil maupun besar, sekarang jalan tersebut sudah diaspal dan jalan semakin diperlebar.
83
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.2 Jalan desa Pariksabungan setelah di perbaiki dan di aspal
Sumber: Dokumentasi Pribadi Jalan di Desa Pariksabungan ini sudah beberapa kali melakukan pengaspalan, namun karena tidak bertahan lama, pengaspalan dilakukan kembali pada tahun 2015. Sehingga jalan Desa Pariksabungan dan jalan menuju Bandara Silangit sudah mudah dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Begitu juga dengan lampu jalan yang belum ada dan rusak sekarang lampu sudah diperbaiki dan di tambahi di sekitar jalan. Selain perubahan pada akses jalan, perubahan juga terjadi pada usaha dagang. Di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang yang bermunculan, hal ini terlihat pada warung-warung kecil, kedai minuman
dan lainnya. Banyaknya
usaha dagang juga terlihat arah menuju Desa Pohan Tonga. Di sepanjang jalan sudah banyak usaha pedagang yang berkembang seperti apotik, swalayan kecil, tempel ban, fotocopi, warnet dan lainnya.
84
Universitas Sumatera Utara
Foto. 4.3 Usaha Dagang milik salah satu wara Desa Pariksabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi Selain arah menuju Desa Pohan Tonga usaha dagang juga bermunculan di sekitaran Bandara Silangit. Mulai dari kede kopi, rumah makan, penjual bakso hingga penjual dagangan juga berdatangan dari derah lain untuk berjualan di sekitaran bandara, seperti penjual sate, penjual ek krim, penjual tahu keliling dan lainnya. Berdirinya usaha dagang masyarakat guna untuk memenuhu kebutuhan sehari-hari dan salah satu sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. 4.3.2. Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesusah Pembangunann Bandara Silangit. Sebagian besar masyarakat di Desa Pariksabungan sebelum adanya Bandara Silangit kebanyakan masyarakat menggantungkan kehidupannya dengan bermata pencaharian sebagai petani, beternak dan berdagang. Hanya sedikit yang bermata pencaharian sebagian PNS, honor dan buruh.
85
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.4 Lahan kopi milik salah satu warga di Desa Parik Sabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi Mata pencaharian petani ini pendapatannya tidak sebanding dengan bekerja di sebuah perusahaan atau di bandara. Namun dari pada menjadi pengangguran masyarakat tetap mempertahankan lahan pertaniannya untuk diolah. Saya bertanya kepada salah satu informan saya J. Hutagaol seorang petani kopi dan berdagang: “Sebelum ada bandara ini, pendapatan masyarakat hanya bergantung mata hasil pertaniannya dan dagangan. Itupun hasilnya tidak seberapa karena dulu kan disini masih sepi, jadi yang beli dagangan pun masih hanya sekitar daerah ini saja. Selain itu kalau untuk hasil pertanian ini pun tidak seberapa. Kami harus menanam dan menunggu hasil tanaman dipanen dan dijual ke pasar. Kalau saya pendapatan dari berdagang ini ya sekitar Rp. 1.000.000 /bulan dapatlah sebulan. Itupun kalau ramai pembeli kalau sepi tidak sampai segitu. Kalau hasil dari kopi ini juga tidak 86
Universitas Sumatera Utara
menentu terkadang naik, terkadang juga menurun. Hasil tidak seberapa dengan hasil dagang ini.
Sebelum pembangunan bandara ini, rata-rata pendapatan masyarakat yang bergadang dan bertani berikisar Rp. 1.000.000/bulan tergantung ramainya pembeli. Jikalau pembeli sepi maka pendapatan mereka berkisar di Rp. 600.000Rp. 7.00.000/bulan. Dengan pendapatan tersebut mereka gunakan untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Foto 4.5 Foto lahan persawahan milik salah satu warga di Desa Pariksabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Lahan persawan juga sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. Hasil dari padi ini digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Masyarakat harus menunggu beberapa bulan untuk memanen hasil padi mereka dan ketika hasil panen banyak, sebahagian di jual ke pasar Siborongborong atau ke pasar Balige sisahnya untuk kebutuhan di rumah.
87
Universitas Sumatera Utara
Selain itu sebelum adanya bandara keadaan rumah-rumah milik warga masih terlihat biasa dengan bangunan apa adanya, begitu juga dengan kehidupan mereka yang masih tradisional serta kendaraan ataupun angkutan masih sedikit dan masih bisa dihitung dengan jari. Setelah adanya pembangunan Bandara Silangit perubahan juga terjadi pada usaha dagang. Di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang yang bermunculan, hal ini terlihat pada warung-warung kecil, kedai minuman dan lainnya. Banyaknya usaha dagang juga terlihat arah menuju Desa Pohan Tonga. Di sepanjang jalan sudah banyak usaha pedagang yang berkembang seperti apotik, swalayan kecil, tempel ban, fotocopi, warnet dan lainnya. Berdirinya usaha dagang masyarakat guna untuk memenuhu kebutuhan sehari-hari dan salah satu sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. Pada saat sekarang ini masyarakat yang mendiami Desa Pariksabungan mengalami berbagai perubahan sistem mata pencaharian. Awalnya masyarakat bergerak di bidang pertanian dan perdagangan, sekarang sudah beralih menjadi sektor usaha dagang dan jasa. Walaupun demikian tidak semua masyarakat langsung
meninggalkan
pertanian
mereka.
Ada
beberapa
yang
masih
mempertahankan pekerjaannya sebagai petani.
88
Universitas Sumatera Utara
Foto 4.6 Salah satu kos-kosan di Desa Pariksabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi Kos-kosan juga sebagai salah mata pencaharian masyarakat setempat, dimana kos-kosan ini dibuat untuk karyawan Bandara Silangit yang merantau di Desa Pariksabungan dan bagi mahasiswa/mahasiswi yang kuliah di Desa Pariksabunga. Misalnya mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari tarutung, muara nauli dan lainnya. Dengan membuka kos-kosan di desa Pariksabungan, maka pendapatan yang di dapat sudah sangat mencukupi kebutuhan ekonomi. Saya mewawancarai Ibu Silvi salah satu warga setempat dengan membuka kos-kosan di belakang rumahnya mengatakan: “Dengan membuka kos-kosan di daerah sini, kebutuhan ekonomi saya tercukupi dengan baik. Dulunya saya bekerja sebagai petani kopi dan beternak, namun karena bandara sekarang sudah beroperasi pasti membutuhkan banyak karyawan terutama karyawan
yang
berasal
dari
desa
ini,
tentunya
sangat
89
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan tempat tinggal. Semenjak itu saya membuat koskosan di belakang rumah saya ini, walaupun cuman hanya beberapa kamar tetapi hasilnya lumayan untuk kebutuhan. Dengan kos-kosan ini saya memperoleh Rp. 300.000/bulan. Hasilnya lumayan lah ketimbang saya hanya bertani dan beternak saja.
Membuka usaha kos-kosan lebih menjamin daripada harus menjadi petani. Kos-kosan yang ada di Desa Parik sabungan rata-rata Rp. 300.000/bulannya berbeda dengan uang air dan listrik. Ukuran kos 3m x 3m. Fasilitas kosan yang disediakan tidak ada sama sekali. Selain itu setelah adanya bandara keadaan rumah-rumah milik wargaa sudah berubah. Yang dulunya masih beralaskan semen sekarang rata-rata sudah berkeramik begitu juga dengan model bangunan sudah modern. Ada rumah masyarakat yang sudah bertingkat dua ada juga yang belum. Namun hanya sedikit rumah masyarakat yang bertingkat. Begitu juga dengan kehidupan masyarakat yang sudah berubah, kehidupan yang semakin modern dan angkutan yang sudah semakin banyak. Perubahan juga terjadi pada sikap masyarakat yang tidak peduli sesama masyarakat, terjadi saling iri kepada tetangga yang satu dengan yang lainnya seperti yang dikatakan oleh seorang informan saya Bapak E. Siahaan: “Semenjak adanya bandara di desa ini masyrakat saling iri kepada tetangganya. Seperti saya ini seorang pedagang yang membuka usaha kede kopi dan lainnya, di depan dan samping rumah saya juga membuka usaha yang sama. Tetapi dengan membuka usaha yang sama pastinya masyarakat maka akan menambah saingan dengan yang lainnya. Saya sudah lama berdagang seperti ini,
90
Universitas Sumatera Utara
tetapi sekarang pembeli saya juga sudah berkurang. Selain itu masyarakat juga sudah menjadi hidup secara individu dan kurang rasa saling tolong menolong.
Dari penjelasan di atas bahwa terjadi perubahan sosial di lingkungan masyarakat setempat. Misalnya dalam hal tolong menolong masyarakat sudah berkurang, membantu tetangga yang sedang kesusahan, dan terlebih munculnya sikap rasa iri kepada tetangga yang satu dengan yang lainnya. Namun sikap saling iri tidak sampai menimbulkan kericuhan, hanya saja masyarakat saling mendiamin tetangga lainnya.
4.4.
Dampak Keberadaan Bandara Silangit Bagi Masayarakat 4.4.1. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan Bandara Silangi Pembangunan Bandara Silangit dilakukan untuk pertumbuhan ekonomi
masyrakat Desa Pariksabungan. Pengaruh adanya bandara di Desa Pariksabungan terhadap ekonomi masyarakat, ketika terlihat pada tumbuhnya usaha-usaha dagang, perbaikan jalan dan juga memberi peluang kerja bagi masayarakat setempat. Semenjak kehadiran bandara di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang yang bermunculan ini terlihat pada warung-warung kecil, kede, rumah makan, bengkel, panglong dan lain-lain. Kehadiran bandara membuat usaha dagang yang ada di sekitar bandara sangatlah berkembang, dulunya usaha masyarakat masih sepi tapi semenjak kehadiran bandara tersebut usaha dagang tersebut semakin ramai dan meningkat. Seperti hal yang terlihat misalnya dalam usaha rumah
91
Universitas Sumatera Utara
makan, yang dulunya orang yang makan di tempat mereka hanyalah masyarakat sekitar tetapi semenjak kehadiran bandara rumah makan tersebut lebih ramai ketika banyak karyawan yang ada di bandara makan di rumah makan tersebut. Selain itu, kesempatan kerja atau peluang kerja juga menjadi salah satu dampak perekonomian masyarakat. Menurut pendapat salah satu informan saya I. Sitanggang (37 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan: “Sebelum adanya bandara tersebut sebagian penduduk hanya bekerja dibidang pertanian saja sedangkan yang bekerja diluar pertanian hanya sedikit . Tetapi setelah adanya bandara tersebut sebagian masyarakat bekerja di bandara walaupun memiliki persentasenya yang tidak seimbang antara pekerja yang berasal dari dalam desa maupun dari luar desa”.
Hal ini terlihat bahwa penduduk saat ini merasa senang, karena keberadaan bandara telah memberikan tambahan penghasilan bagi mereka dan memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat. Namun disisi lain bahwa persentase antar a karyawan yang berasal dari Desa maupun dari luar tidak seimbang, ini tentunya yang membuat salah satu respon masyarakat yang menolak keberadaan bandara di Desa Pariksabungan. Sebelum kehadiran
bandara di Desa Pariksabungan, umumnya mata
pencaharian masyarakat pada sektor pertanian saja, seperti yang dikatakan oleh seorang informan saya J. Simanjuntak salah satu masyarakat setempat mengatakan:
92
Universitas Sumatera Utara
“sebelum adanya tambang tersebut sebagian penduduk hanya bekerja dibidang pertanian saja sedangkan yang bekerja diluar pertanian hanya sedikit, itupun pekerjaan honor ,pegawai negeri sipil dan usaha dagang yang masih sedikit dan dapat dihitung. Tetapi setelah
adanya bandara tersebut semua berubah
masyarakat desa banyak yang memilih bekerja membuka usaha dagang di sekitaran bandara dan memilih bekerja di bandara walaupun saat ini persentase masyarakat yang bekerja di bandara masih sedikit. Sepintas memang terlihat bahwa penduduk saat ini merasa senang, karena keberadaan bandara telah memberikan tambahan penghasilan bagi mereka”.
Dari pernyataan di atas bahwa dengan adanya bandara dapat merubah mata pencaharian masyarakat. Hal ini terlihat jelas, semenjak kehadiran bandara masyarakat lebih memilih membuka usaha dagang di depan rumah atau di sekitaran bandara dan memilih memjadi karyawan di bandara karena memberikan pendapatan yang cukup bagi mereka ketimbang menjadi petani. Masyarakat pendapatan mereka
Desa
Pariksbungan
mengalami
peningkatan
terhadap
atas keberadaan Bandara Silangit di desa tersebut.
Pendapatan itu terlihat ketika mereka menjadi salah satu karyawan di bandara. Seperti yang di sampaikan oleh Ibu L. Siahaan salah satu masyarakat setempat yang bekerja di Bandara Silangit: “kerja di bandara ini enak dibanding dengan menjadi seorang buruh tani. Selain mendapatkan gaji yang cukup disini juga terjamin mendapatkan perlindungan terhadap kesehatan seperti Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS) dan bekerja di bandara ini juga mendapatkan uang makan karyawan perharinya Rp. 40.000/hari- Rp. 75.000/hari tergantung karyawan 93
Universitas Sumatera Utara
masa pemagangan dan karyawan tetap.Begitu juga dengan gaji karyawan yang berbeda-beda. Mulai dari Rp. 2.000.000/ bulan – Rp. 5.000.000/bulan”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan bekerja di
Bandara Silangit pendapatan semakin meningkat. Bandara Silangit memberikan BPJS kepada setiap karyawannya dan memberikan uang makan setiap harinya kepada karyawan. Hal ini terlihat adanya tanggung jawab pihak bandara kepada setiap karyawannya yang bekerja di bandara. Masyarakat Desa Parisabungan sudah mengalami peningkatan, apalagi semenjak masyarakat setempat ada yang di tetapkan sebagai karyawan tetap di bandara tersebut. Mereka bisa mendapatkan gaji perbulan layaknya sebagai pegawai negeri sipil. Pembagian gaji ini sesuai jabatannya di bandara. Tetapi tidak semua masyarakat mengalami hal demikian kebanyakan masyarakat setempat bekerja di perusahaan ini ditempatkan dilevel bawah misalnya seperti satpam dan cleaning servis. Namun hanya ada beberapa karyawan dari Desa Pariksabungan yang jabatannya diatas seperti sekretaris Bandara Silangit, bagian informasi dll. Pembagian gaji karyawan baik yang berasal dari desa maupun luar desa sama saja hanya saja tergantung posisi karyawan di bandara. Gaji mulai dari Rp. 2.000.000-Rp. 5.000.000/bulannya. Gaji Rp.2000.000 berada pada posisi karyawan sebagai cleaning servis, gaji
karyawan KMPG (Karyawan Masa
Pemagangan) sekitar Rp. 4.000.000/ bulan ditambah dengan uang makan sebesar
94
Universitas Sumatera Utara
Rp. 35.000/hari sedangkan gaji karyawan PT.Angkas Pura II (Persero) sebesar Rp. 5.000.000/bulan ditambah dengan uang makan Rp. 75.000/harinya. 4.6.
Dampak Kehidupan Sosial Atas Keberadaan Bandara Silangit Secara umum masyarakat di kategorikan menjadi dua, masyarakat yang
masih tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang tinggi dan dalam bentuk solidaritas mekanis yaitu hubungan antar individunya didasari atas kepentingan sedangakan masyarakat modern adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang rendah dan dalam bentuk solidaritas mekanis yaitu hubungan antar individunya didasari atas kepentingan individu itu sendiri. Dalam masyarakat Desa Pariksabungan termaksud di dalamnya ada masyarakat tradisional dan juga masyarakat modern, tetapi keduanya memiliki rasa solidaritas terhadap sesama, meskipun dalam masyarakat terlihat suatu hubungan yang di dasari oleh kepentingan individu itu sendiri. Semenjak kahadiran tambang di Desa Pariksabungan, pertambahan penduduk cukup pesat. Ini terlihat pada munculnya Etnik yang berbeda. Dulu di desa ini mayoritas etnik Batak Toba tetapi sekarang banyak pendatang. Seperti Suku Nias, Jawa dan lain-lain. Meskipun demikian itu tidak menimbulkan masalah ataupun konflik atas perbedaan etnik tersebut. Seperti yang dikatakan oleh seorang informan saya (Ibu Hutagaol) mengatakan: “Dulu disini hanya sedikit yang membuka usaha dan kedai kopi tetapi semenjak adanya bandara pedagang usaha juga semakin ramai. Hal ini membuat persaingan terhadap pedagang yang satu
95
Universitas Sumatera Utara
dengan yang lainnya. Dulu nya kedai kopi saya banyak yang berkunjung sekarang sudah semakin berkurang dan penghasilan juga sudah berubah. Dulu saya bisa mendapatkan hasil dagangan saya ini berkisar 1 juta sekarang sudah tidak lagi”.
Tetapi sejak kehadiran bandara ini juga yang membuat masyarakat menjadi terbelah, ini terlihat ketika masyarakat ada yang mendukung dan menolak kehadiran tambang tersebut. Hal inilah yang membuat hubungan antara yang menolak dan menerima terlihat. Misalnya ada saling rasa irian terhadap masyarakat yang membuka usaha dagang di sekitaran bandara. Terjadinya persaingan antara pedagang satu dengan pedagang lainnya. Tetapi walaupun begitu hal ini tidak sampai terjadi kericuhan. Kehidupan sosil juga terjadi pada masyarakat misalnya masyarakat hidup hidup dari mulai tradisional sekarang sudah mulai mengikuti hidup dalam pola modern, kesadaran hidup bersam dalam dmasyarakat desa sekarang kurangnya rasa peduli terhadap masyarakat. Misalnya dalam hal gorong-royong sudah tidak seperti dulu lagi, sikap saling membantu masyarakat yang kesusahan dan mengalami musibah juga sudah berkurang. Demontrasi juga terjadi pada masyarakat dan pemerintah. Hal ini terjadi karena kehadiran bandara di desa. Dulunya masyrakat tidak pernah mengalami demontrasi terkait dengan pergantian ganti rugi tanah tetapi semenjak bandara ada sering terjadi demontrasi. Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan hak mereka yang telah dijanjikan sebelumnya.
4.4.3. Dampak Positif dan Negatif atas Keberadaan Bandara Silangit
96
Universitas Sumatera Utara
Adapun dampak positif yang timbul atad keberadaan Bandara Silangit sebagai berikut: 1. Bertambahya ruko-ruko dan warung di Desa Pariksabungan 2. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang hendak bekerja di Bandara Silangit 3. Memberikan nilai ganti rugi tanah yang terkena dampak pembangunan bandara (bagi yang sudah mendapatkan ganti rugi tanah) 4. Berubahnya jalan menjadi jalan beraspal yang dapat memudahkan masyarakat setempat maupun orang luar yang akan pergi menuju Bandara Silangit Adapun dampak positif yang timbul atas keberadaan Bandara Silangit sebagai berikut: 1. Hilangnya lahan pertanian masyarakat akibat pembangunan Bandara Silangit 2. Pencemaran lingkungan seperti kebisingan 3. Tidak mendapatkan nilai ganti rugi tanah bagi tanah masyarakat yang terkena dampak pembangunan bandara 4. Semakin tingginya persaingan terhadap kebutuhan ekonomi menyebabkan tingkat kriminalitas semakin tinggi nantinya. 5. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan penduduk menyebabkan desa semakin padat shinggga tingkat polusi semakin tinggi.
97
Universitas Sumatera Utara
4.5.
Pengaruh Bandara Silangit Terhadap Sektor Pertanian Desa Pariksabungan Jika dilihat dari keadaan tanah di Desa Pariksabungan merupakan daerah
yang bagus untuk pertanian. Aktivitas pertanian ini diawali dari proses pengolahan tanah sampai dengan pemanenan. Pada masa dulu biasanya selama proses produksi sendiri oleh petani/pemilik sawah yang dibantu oleh keluarga dan beberapa tetangga dekat tanpa diberi upah melainkan pergantian tenaga bila suatu hari juga membutuhkan. Sebelum proses produksi, petani ini harus mencari tenaga tambahan dari para tetangga untuk dimintai bantuannya. Sebagai imbalan bagi petani tersebut cukup disediakan makanan selama pekerjaan berlangsung. Proses produksi ini dimulai
dari
pengolahan
tanah
sawah,
menanam
padi,
membersihkan
tanaman/menyiangi padi sampai pada memanen padi begitu juga dengan penanaman bibit kopi sampai memanen. Dalam masa produksi ini biasanya terdapat pembagian kerja antara lakilaki dan perempuan. Untuk pekerjaan yang dianggap berat seperti mengolah tanah pertanian dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaan ini dimulai dengan meratakan tanah disamping memperbaiki pematang serta membajak sawah dengan menggunakan kerbau. Sedangkan pekerjaan yang ringan dilakukan oleh perempuan, misalnya pada saat menanam padi kemudian membersihkan tanah pertanian dari rumputrumput yang tumbuh liar di sela-sela tanaman padi. Akan tetapi pada saat panen tiba, pekerjaan menuai padi ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan tanpa terkecuali.
98
Universitas Sumatera Utara
Biasanya untuk perempuan ini menggunakan ani-ani untuk memotong padi dan sabit/arit digunakan oleh laki-laki dan untuk merontokkan padi dengan batangnya mereka menggunakannya dengan alat yang terbuat dari bambu ataupun kayu. Setelah itu pada siap diangkat, biasanya dikerjaan oleh pihak laki-laki. Begitu juga dengan kopi, saat kopi di tanam oleh masyarakat setempat, mereka akan menunggu untuk beberapa bulan untuk memanen kopi. Biasanya ini dilakukan oleh siapa saja termasuk anak kecil. Ketika kopi sudah berwarna kemerahan, kopi siap dipetik. Setelah itu kopi dipisahkan dari kulitnya. Biasanya masyarakat menggunakan alat untuk memisahkan kopi dari kulitnya. Setelah itu kopi di keringkan di terik matahari sampai kopi mengering dan berubah menjadi warna kehitaman. Pengeringan dilakukan beberapa hari tergantung cuaca matahari. Setelah itu kopi siap dipasarkan atau dijual. Sektor pertanian masih mempunyai peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja, sektor ini diharapkan dapat menampung tambahan angkatan kerja pada waktu itu. Namun setelah keberadaan Bandara Silangit masyarakat Desa Pariksabungan masyarakat tidak hanya mengandalkan hidupnya dibidang pertanian saja tetapi sudah bergeser menjadi seorang karyawan di Bandara Silangit. Masyarakat setempat memilih hal tersebut karena menjadi seorang karyawan yang berada di Desa Pariksabungan lebih mencukupi dibandingkan dengan hasil pertanian. Sehingga pertanian dalam masyarakat setempat menurun tidak seperti dulu. Salah satu menurunnya hasil pertanian adalah ketika mereka memilih untuk menjual tanahnya kepada pihak Bandara Silangit. Saat ini
99
Universitas Sumatera Utara
masyarakat mengandalkan produksi padi, kopi dan lainnya. Selain itu masyarakat juga menggantungkan hasil pada usaha dagang yang mereka buka di depan rumahnya. Dahulu orang akan meminta bantuan ketika mereka menanam padi dan sampai memanen kepada para tetangganya, dan kemudian mereka juga akan bersedia disaat mereka dibutuhkan atau dimintai bantuan oleh tetangganya tanpa dibayar pake uang. Sekarang sistem ini sudah berganti orang tidak lagi mencari bantuan utuk bekerja disawah atau pertanian mereka. Tetapi mereka lebih baik mengerjakan sendiri atau membayar atau memberi upah kepada orang untuk mengerjakan pertaniannya.
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Berikut Saya Simpulkan Pada Perubahan Sosial yang Terjadi Pada Masyarakat Desa Dalam Penjelasan Tersebut: Perubahan Sosial
Masa Lampau
Penduduk
Umumnya masyarakat yang tinggal di Desa Pariksabungan adalah masyarakat lokal
Perubahan pada sikap, dan pola hidup Masyarakat
Sikap Saling Menghargai
Masa Kini Bertambahnya jumlah penduduk, dimana terdapat 27 kepala keluarga pendatang ke Desa Pariksabungan Munculnya sifat sirik antara tetangga satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam hal perdagangan yang semakin berkurangnya pembeli yang datang akibat pegadang baru. Masyarakat hidup pada pola tradisi menuju pola hidup modern
Masyarakat hidup dalam pola-pola hidup tradisional
Kesadaran hidup bersama dalam masyarakat desa
Berkurangnya kepedulian sesama masyarakat dalam hal gotong royong dan lainya. Bertambahnya Etnis lain ke daerah tresebut contohnya suku nias dan pakpak.
101
Universitas Sumatera Utara
Komposisi masyarakat dominan Batak Toba
Perubahan pada alat transportasi dan rumah masyarakat
Alat transportasi masih sedikit dan alat transportasi yang digunakan adalah KTM
Bertambahnya jumlah alat trasportasi seperti taxi. Taxi ini biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengantar dan menjempu masyarakat ke Bandara Silangit atau ke kota lainnya. Mulai mengikuti rumah modern misalnya
Rumah masyarakat masih tradisional
rumah
yang berkeramik, bergedung
dan
bertingkat.
102
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Berikut Saya Simpulkan Pada Perubahan Ekonomi yang Terjadi Pada Masyarakat Desa Dalam Penjelasan Tersebut: Perubahan Ekonomi
Masa Lampau
Usaha dagang
Masih sedikit misalnya warung kecil-kecilan
Mata pencaharian
Dominan Petani. Hanya sedikit yang menjadi PNS, guru, dll.
pendapatan
Upahan sebagai petani Rp. 30.000Rp 50.000/ hari
Berdagang Rp.1.500.000/bula
Masa Kini Bertambahnya usaha dagang di Desa Pariksabungan seperti rumah makan, warung minuman dan makanan, usaha bengkel, panglong, warnet, fotocopi dan lainnya Mulai bertambahnya mata pencaharian seperti usaha perdagangan/berwirau saha, karyawan/pegawai Bandara Silangit. Upahan sebagai petani Rp. 30.000Rp 50.000/ hari
Berdagang minuman dan makanan Rp. 2.500.00/bulan
n Supir angkutan Rp.1.500.000/bulan
Supir angkutan Rp.1.000.000/bula
Karyawan bandara Rp. 2.000.000 – Rp.5.000.000/bulan
n Wirausaha seperti warnet, fotocopi dan bengkel dll Rp. 2.000.000-4.000.000
103
Universitas Sumatera Utara
4.6.
Perubahan dan Konflik Tanah Desa Pariksabungan salah satu yang perlu dilihat adalah tentang
kepemilikan tanah saat bandara dibuka. Setelah di bukanya bandara banyak tanah kosong yang berada dekat dengan lokasi bandara sudah mempunyai hak kepemilikannya. Sebelum bandara beroperasi tanah tersebut kosong dan masih seperti hutan-hutan tetapi semenjak sudah beroperasinya bandara, tanah tersebut dibersihkan oleh pemilik tanah dan dibuat pamplet kecil, dengan nama pemilik tanah dan ukuran tanah tersebut. Hal ini dilakukan masyarakat agar ketika suatu saat nanti ada pembangunan kembali di daerah tersebut dan memakai tanah yang telah jelas pemiliknya maka tidak terjadi lagi masalah ganti rugi tanah yang sekarang ini masih belum jelas penyelesaiannya. Foto 4.9 Tanah warga di Desa Parik Sabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi 104
Universitas Sumatera Utara
Sebahagian besar pemilik tanah yang ada di Desa Pariksabungan berasal dari etnis batak
batak toba seperti marga simanjuntak, siahaan, sianturi,
simanjuntak dan juga banyak marga batak lainnya. Dulu Harga tanah dan sekarang sudah jauh berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh seorang informan saya B. Sianturi (63) Tahun, salah seorang tokoh adat di desa tersebut mengatakan:
“Kalau harga tanah dulu dan sekarang sangat berbedalah, tiap tahun naik harga tanah disini. Tahun 1995 tanah masyarakat yang diambil oleh pihak bandara diselesaikan secara adat batak yaitu adat pago-pago16 atau tidak sesuai harga tanah. Pada tahun 2005 harga tanah Rp. 5000/meter dan pada tahun 2008 harga tanah menjadi Rp. 30.000/meternya. Hingga saat ini tanah yang terkena pembangunan bandara dihargai senilai Rp. 300.000/meter. Tanah yang sekarang inilah yang belum mendapatkan ganti rugi karena status tanah masyaraka masih tanah adat”.
Keberadaan Bandara Silangit juga menimbulkan masalah area pertanahan antara masyarakat dan pemerintah Kabupaten sekitar terjadi konflik. Hal ini terjadi pada saat tanah masyarakat yang dekat dengan lokasi bandara diambil dan dijadikan untuk menambah landasan pacu Bandara Silangit. Awalnya masyarakat tidak mempermasalahkannya karena telah dijanjikan akan mendapatkan gani rugi tanah yang telah terkena pembangunan bandara, tetapi sampai saat ini tanah yang telah terkena pembangunan bandara belum terselesaikan sampai seakrang,
16
Pago-pago secara adat batak adalah upah raja yang diberi kepada orang-orang tua karena telah menjadi saksi untuk satu transaksi atau perkara.
105
Universitas Sumatera Utara
sehingga masyarakat menantang dan melakukan aksi demo dengan masyarakat setempat. Aksi demo ini dilakukan masyarakat sekitar tahun 2016 dan aksi demo ini sudah berkali dilakukan oleh masyarakat. Terakhir aksi demo dilakukan pada bulan Maret 2017
tepatnya di kantor Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara
mereka juga menuntut agar tanah yang telah diambil agar diganti rugi secepatnya sesuai yang telah dijanjikan. Akibat dari adanya bandara ini juga yang membuat perubahan kepemilikan tanah berubah, perusahaan membeli banyak tanah dengan harga yang cukup mahal untuk menambah landasan pacu. Sehingga kebanyakan masyarakat desa kehilangan hasil pertanian mereka. Ada juga masyarakat yang merasa menyesal karena menjual tanah mereka dulu dan sampai sekarang belum di ganti rugi oleh pemerintah. Informan B. Sianturi (63 Tahun) toko adat di Desa Pariksabungan mengatakan:
“Masalah ganti rugi tanah ini belum mendapatkan kepastian dari pemerintah hal ini karena sebahagian tanah masyarakat itu masih tanah adat dan belum mempunyai surat tanah. Rata-ta tanah masyarakat yang di ambil untuk pembangunan bandara sekitar 1-3 hektar. Seperti tanah saya yang dari 5 hektar sekarang menjadi 3 hektar. Saat ini dari pemerintah sendiri meminta surat tanah kepada masyarakat”. Adapun masyarakat yang memiliki surat tanah tetapi belum juga mendapatkan ganti rugi. Maka masalah ini terus berlanjut sampai sekarang. Dari pernyataan di atas jelas bahwa masalah ganti rugi tanah belum terselesaikan sampai saat ini. Masyarakat terus berusaha ingin mendapatkan hak
106
Universitas Sumatera Utara
ganti rugi tanah walaupun dengan aksi demo dan saat ini salah satu kepala adat di desa tersebut masih menangani kasus ini sampai selesai agar masyarakat dapat mendapatkan haknya. Menurut informasi yang saya dapat dari informan saya M.Tampubolon sebagai Kepala Desa Pariksabungan, bahwa ada sekitar 77 KK (Kepala Keluarga) yang tanahnya diambil untuk pembangunan Bandara Silangit. Dari sekitar 77 Kepala Keluarga ada sekitar 50% atau sekitar 39 KK yang belum mendapatkan ganti rugi tanah dari pemerintah setempat. Masing-masing tanah yang diambil untuk pembangunan Bandara Silangit sekitar ½- 3 hektar per keluarga.
107
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1.
KESIMPULAN Respon merupakan bentuk kesiapan dalam menentukan sikap baik dalam
bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Studi tentang respons bisa dilihat dalam perilaku individu atau kelompok. Perilaku merupakan keadaan jiwa atau berfikir dan sebagainya dari seseorang untuk memberikan respons atau tanggapan terhadap situasi di luar subjek tersebut Pemahaman masyarakat tentang bandara maka ada suatu respon atau tanggapan yang keluar dari masyarakat itu sendiri dan ini diketahui ketika akan ada terlihat dampak dari bandara kepada seluruh masyarakat, disini bisa dijelaskan dampak positif dan negatif dari adanya bandara tersebut, dampak positifnya adalah ketika masyarakat menerima pekerjaan di bandara dan membuka usaha perdagangan. Hal ini bisa dikatakan kebutuhan mereka setiap harinya terpenuhi bahkan bisa menabung. Dengan adanya suatu respon dari masyarakat maka dapat dijelaskan bagaimana respon masyarakat akan keberdaan bandara di lingkungan mereka, ada sebagian menganggap bahwa bandara itu bagus dan bisa meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat misalnya dalam hal lapangan pekerjaan, masyarakat sekitar pasti akan terlibat dalam hal itu, inilah yang membuat masyarakat dengan mudah menerima kehadiran suatu bandara. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa keberadaan bandara itu tidak bagus bagi masa depan masyarakat sekitar ini akan mengakibatkan dampak buruk, seperti lahan pertanian yangberkurang, kebisingan
108
Universitas Sumatera Utara
dan ketidakseimbangan karyawan bandara yang berasal dari desa maupun dari luar desa. Ada beberapa hal yang membuat masyarakat menerima dan menolak keberadaan bandara tersebut. Yang menjadi faktor utama dalam menerima kehadiran bandara tersebut adalah meningkatnya kebutuhan ekonomi, dan faktor yang menolak kehadiran tersebut ketika mereka menganggap akan banyak dampak negatif yang ditimbulkan bandara dan juga masalah ganti rugi tanah yang belum selesai sampai sekarang ini. Dari respon tersebut dapat disimpulkan bahwa ada masyarakat yang menolak dan menerima keberadaan bandara tersebut, pihak yang menerima seperti Kepala Desa, Tokoh Adat, pihak dari Bandara Silangit dan masyarakat setempat. Sedangkan pihak yang menolak lebih banyak dari masyarakat sendiri terutama masyarakat yang tanahnya terkena pasca pembangunan Bandara Silangit. Semenjak kehadiran bandara ini masyarakat saling irian terhadap masyarakat lainnya karena saling membuka usaha. Ada juga perubahan dalam masyarakat sekitar yaitu perubahan dalam sektor sosial dan ekonomi dapat dijelaskan pendapatan masih biasa dari hasil pertanian sebelum dibukanya bandara, belum banyak usaha perdagangan yang dibuka, lapangan pekerjaan yang kurang dan juga karena kurangnya faktor kemampuan. Tetapi setelah adanya bandara banyak terjadi perubahan yang terjadi seperti peningkatan pendapatan penduduk yang terlihat jelas dengan tumbuhnya banyak usaha perdagangan dan juga terbukanya lapangan pekerjaan yang luas.
109
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, keberadaan bandara akan selalu menjadi permasalahan bagi setiap masyarakat. Untuk itu respon
dari setiap masyarakat harus bisa
diterima oleh pihak yang mau merubah lingkungan mereka. Setiap repon itu akan bernilai positif bagi kelancaran masyarakat sekitar. Intinya jika masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik dalam hal lingkungan maka segala respon pun akan hadir ketika mereka memahami objek yang berada dilingkungan mereka karena pengetahuan
masyarakat
terhadap
bandara
merupakan salah satu untuk menerima dan menolak suatu kehadiran bandara. 5.2.
SARAN Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, maka peneliti memberikan
sedikit saran bagi para pembaca yaitu: Masyarakat harus memiliki rasa kerja sama dan saling membantu dan menerima apa pendapat teman lain, dan jangan terlalu mementingkan diri sendiri dan jangan saling punya rasa iri hati sesama masyarakat yang dikarenakan hanya masalah kecil. Karna hal ini nantinya yang membuat masyarakat satu dengan yang lainnya semakin terpecah belah. Masyarakat juga harus saling tolong-menolong terhadap masyarakat yang membutuhkan satu sama lainnya. Kepada pihak bandara, agar melihat masyarakat desa yang masih membutuhkan pekerjaan dibandara dan menopang mereka untuk bekerja dibandara karena hal nantinya selain dapat meningkatkan kebutuhan ekonomi masing-masing, dapat pula meningkatkan kesejahteraan di desa tersebut an desa tersebut semakin berkembang dan semakin maju.
110
Universitas Sumatera Utara
Kepada pihak pemerintah, agar melihat situasi masalah ganti rugi tanah. Lebih mengerti dengan keadaan masyarakat dan dapat menyelesaikan masalah tersebut agar kedepannya masalah ini tidak terus berlanjut dan tidak terjadi lagi demontrasi.
111
Universitas Sumatera Utara