BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis learner-centered dalam komunitas belajar. 3. Analisis pemodelan komunitas belajar learner-centered.
III.1 Analisis Komunitas Belajar Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. III.1.1 Definisi Komunitas Belajar Lima model komunitas belajar merepresentasikan model-model komunitas belajar yang digunakan pada lembaga pendidikan formal [KEL00]. Kelima model ini memberikan alternatif bentuk penerapan komunitas belajar pada perguruan tinggi. Pada intinya lima model komunitas belajar ini memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Memberikan proses belajar yang mengkombinasikan domain pengetahuan yang kaya akan konten dan aplikatif sehingga memberikan pengalaman belajar yang lebih dalam bagi pembelajar. 2. Menghubungkan beberapa domain pengetahuan yang saling berhubungan, baik dalam satu tema, periode sejarah, isu, ataupun masalah. 3. Meningkatkan kolaborasi antar pembelajar dan memudahkan proses adaptasi bagi pembelajar yang baru. 4. Memperkaya proses belajar dengan mengajak seorang ahli berkolaborasi dalam proses belajar sebagai pembelajar. Keempat fungsi komunitas belajar ini diberikan dalam bentuk belajar kolaborasi dalam kelas. Kelas ini memberikan pilihan dan kendali lebih dari pembelajar yang mengikutinya sehingga terdapat pendekatan belajar dari bawah ke atas. Merujuk kelima model komunitas belajar
III-1
III-2
berdasarkan fungsinya, komunitas belajar yang dimodelkan dalam Tugas Akhir ini memiliki karakteristik keempat fungsi-fungsi komunitas belajar di atas. Komunitas belajar yang dimodelkan dalam Tugas Akhir ini didefinisikan secara umum, mengikuti definisi komunitas belajar sebagai kumpulan agen yang berbagi bahasa dan dunia yang bernilai dan mengejar minat bersama yaitu belajar [SEU02]. Merujuk pada definisi ini, tiga model struktural dasar komunitas belajar dari referensi komunitas belajar sebagai model pembelajaran menjadi struktural dasar komunitas belajar. Tiga model struktural dasar komunitas belajar yaitu domain pengetahuan, komunitas orang, dan praktik bersama [BUF03]. Komunitas belajar sebagai model pembelajaran ini memiliki proses sebagai berikut: 1. Komunitas orang berkorelasi dengan domain pengetahuan yang menghasilkan materi dari berbagai disiplin ilmu untuk membangun pengetahuan pembelajar melalui praktik bersama. 2. Praktik bersama yang dilakukan komunitas orang mencakup perencanaan, kegiatan, dan refleksi diri dan penilaian formatif bertujuan untuk meningkatkan kemampuan diri. 3. Praktik bersama yang dilakukan komunitas orang akan memberikan timbal balik bagi komunitas orang dan domain pengetahuan sehingga terjadi proses yang terus berulang dan meningkat sejalan dengan berkembangnya komunitas belajar. Pada referensi komunitas belajar sebagai model pembelajaran terdapat beberapa aspek positif dan negatif, masing-masing sebagai berikut [BUF03]: 1. Aspek positif: a. Peluang lebih besar dalam mengembangkan produk yang nyata. b. Integrasi materi yang lebih dalam. c. Interaksi satu sama lain lebih besar. d. Proses belajar aktif. 2. Aspek negatif: a. Sulitnya mengendalikan motivasi individu.
III-3
b. Sulitnya penjadwalan aktivitas pembelajar. c. Hambatan mencapai komitmen komunitas belajar dari banyak orang. d. Sulitnya mengendalikan pengaruh negatif dari luar. Dengan pendekatan belajar bawah ke atas mengacu pada model struktural dasar komunitas belajar maka terdapat beberapa aspek vital yang perlu ditangani agar komunitas belajar efektif dalam mencapai tujuannya, yaitu seperti motivasi pembelajar, kolaborasi fungsional, dan perlindungan moral. Sebelum lebih jauh mencari cara untuk menangani beberapa aspek vital tersebut, dapat dilihat pemikiran inti dari kerangka kerja pengembangan komunitas belajar yang mendasari proses-proses yang terjadi dalam komunitas belajar. Beberapa pemikiran inti ini adalah sebagai berikut [CIR05]: 1. Kolaborasi penelitian dan belajar dalam mencapai tujuan belajar. 2. Integrasi interaksi fungsional antar pembelajar dalam mencapai tujuan belajar. 3. Membangun hubungan implisit dan eksplisit dari proses belajar ke hal lain dan pengalaman hidup pembelajar yang berhubungan. 4. Membangun lingkungan belajar yang mendukung keragaman pembelajar untuk memperkaya proses belajar. Pada komunitas belajar yang maju, keempat pemikiran inti diimplementasikan secara sistematis dan terus dievaluasi. Maka dengan diketahuinya hal-hal inti yang membentuk komunitas belajar dapat dijelaskan konsep komunitas belajar berdasarkan definisi komunitas belajar di atas. Untuk dapat membangun konsep komunitas belajar secara utuh, digunakan model referensi komunitas belajar online untuk melengkapi elemen-elemen pendukungnya. Model referensi komunitas belajar online memberikan empat lapisan cara pandang sehingga menghasilkan model yang lengkap. Keempat lapisan tersebut adalah sebagai berikut [SEU02]: 1. Pandangan komunitas Memandang komunitas belajar dari minat bersama sebagai nilai yang dipegang bersama, peran-peran yang ada, protokol yang menjelaskan aturan main, dan bahasa yang digunakan komunitas belajar. Dari pandangan ini menurut terdefinisi deskripsi umum dari
III-4
komunitas belajar yang terbagi menjadi dua yaitu komunitas kampus dan komunitas ruang kelas. 2. Pandangan implementasi Memandang komunitas belajar dalam model proses atau perancangan interaksi, sehingga dari pandangan komunitas lebih rinci lagi proses-proses yang terjadi dalam komunitas belajar. 3. Pandangan layanan Memandang komunitas belajar dengan layanan-layanan yang diberikan untuk memfasilitasi interaksi dalam komunitas belajar. 4. Pandangan infrastruktur Memandang komunitas belajar dengan komponen-komponen yang menyusun sebagai infrastruktur dari layanan-layanan yang diberikan dalam komunitas belajar. III.1.2 Pembahasan Tujuan dan Pendekatan Komunitas Belajar Berdasarkan model referensi komunitas belajar online, komunitas belajar dibangun untuk memenuhi tujuan sebagai berikut [SEU02]: 1. Kebutuhan menampilkan pengetahuan faktual maupun teknik pemecahan masalah dan keterhubungan diantaranya, dan juga keterhubungan antar disiplin pengetahuan maupun keterhubungan antara praktik bisnis dan penelitian saintifik. 2. Mendukung belajar berorientasi subjek dan proses. Penampang belajar harus menampilkan pengetahuan yang secara objektif benar sepanjang prosesnya agar mendukung berbagi pengetahuan dan makna antar individu dalam komunitas. 3. Mendukung pertumbuhan kemampuan pengendalian diri dan metakognitif, dan juga mengawasi proses dan memberikan panduan bila dibutuhkan. 4. Mendukung pola belajar kompleks dengan integrasi praktik bisnis dan penelitian saintifik dalam belajar bersama. 5. Mengembangkan komunitas yang terus berubah dan tahan lama. Tujuan ini dicapai melalui pendekatan metode belajar yang digunakan, sebagai contoh ada pengajaran online, tutorial online, tugas online, dan diskusi online [SEU02].
III-5
Berdasarkan kerangka kerja pengembangan komunitas belajar, komunitas belajar dapat memiliki tujuan belajar salah satu di antara [CIR05]: 1. Spesifik pada kelas dan aktivitas seseorang. 2. Secara luas membimbing keseluruhan organisasi belajar mengajar. Tujuan ini dicapai melalui pendekatan mengumpulkan orang untuk berbagi dalam belajar, melakukan penelitian, dan menghasilkan pengetahuan [CIR05]. Berdasarkan komunitas belajar sebagai model pembelajaran, komunitas belajar bertujuan mendorong pembelajar dalam menjaga komunitas memajukan kecintaan pada belajar dan potensi diri pembelajar. Dengan pendekatan struktur belajar bawah ke atas yang menekankan proses penentuan tujuan dan cara belajar dari pembelajar [BUF03]. Berdasarkan identifikasi tujuan dan pendekatan komunitas belajar di atas, komunitas belajar memiliki tujuan umum untuk mendorong anggotanya belajar dalam lingkungan belajar komunitas dan mengembangkan komunitas untuk meningkatkan pencapaian belajar anggotanya. Pada Tugas Akhir ini, komunitas belajar dipandang sebagai model pembelajaran dengan individu yang berkumpul atas kesamaan minat yaitu belajar. Komunitas belajar ini hanya bertanggung jawab sebagai pembelajaran kepada anggotanya dengan pendekatan belajar bawah ke atas. III.1.3 Identifikasi Fungsi Komunitas Belajar Mengacu pada referensi komunitas belajar di atas, teridentifikasi fungsi-fungsi komunitas belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunitas belajar, yaitu: 1. Pengalaman proses belajar dengan kombinasi pengetahuan aplikatif dan kaya akan konten. 2. Pengalaman proses belajar tematis yang membangun penggunaan kombinasi pengetahuan dalam menyelesaikan suatu kerja. 3. Pengalaman belajar kolaborasi dan belajar untuk bersosialisasi. 4. Pengalaman belajar dengan kolaborasi ahli di bidangnya.
III-6
5. Proses belajar yang fokus dalam mengembangkan produk yang nyata. 6. Pengalaman proses belajar aktif. 7. Pengalaman belajar yang terhubung secara implisit dan eksplisit ke pengalaman hidup pembelajar. 8. Pengalaman belajar dalam lingkungan belajar yang mendukung dan diperkaya keragaman pembelajar. Pada Tugas Akhir ini, komunitas belajar merupakan model pembelajaran dengan fungsifungsi ini untuk mencapai tujuan belajar anggotanya. Fungsi-fungsi ini digunakan berdasarkan persetujuan anggotanya. III.1.4 Identifikasi Elemen Komunitas Belajar Komunitas belajar memiliki elemen berdasarkan referensi dan fungsi komunitas belajar, selanjutnya dapat dilakukan proses identifikasi elemen komunitas belajar pada Lampiran C. Hasilnya adalah dinyatakan elemen-elemen komunitas belajar sebagai berikut: 1. Komunitas Orang Komunitas orang merupakan kumpulan orang berperan sebagai agen yang berkolaborasi untuk belajar dalam komunitas belajar. Komunitas orang menjadi komponen dasar penyusun komunitas belajar yang menguatkan kemauan untuk berbagi ide, membuka ketidak pedulian, menanyakan pertanyaan sulit, dan mendengarkan dengan baik. 2. Anggota Anggota adalah individu yang merupakan bagian dari komunitas orang. Anggota menjadi sasaran dari penerapan belajar kolaborasi yang difasilitasi komunitas belajar. Untuk menyusun komunitas belajar yang menjalankan belajar kolaborasi ini, anggota dapat memiliki dalam peran-peran sebagai berikut: a. Pembelajar Pembelajar melakukan kolaborasi belajar dalam suatu aktivitas komunitas belajar. b. Narasumber Narasumber berperan menyampaikan sumber materi belajar dalam suatu proses belajar komunitas belajar.
III-7
c. Fasilitator Fasilitator berperan memberikan layanan-layanan yang dibutuhkan untuk berjalannya komunitas belajar. 3. Domain Pengetahuan Domain pengetahuan merupakan kesamaan minat pada konten pengetahuan yang dipelajari komunitas belajar. Domain pengetahuan dapat berupa pengetahuan yang kaya akan konten maupun yang aplikatif dan dapat bersumber dari sumber informasi global maupun isu sehari-hari. Komunitas orang membentuk komunitas belajar dengan menjalankan proses belajar kolaborasi pada domain-domain pengetahuan yang diminati bersama. 4. Proses Belajar Kolaborasi Proses belajar kolaborasi adalah aktivitas utama komunitas belajar. Proses belajar kolaborasi adalah aktivitas belajar bersama untuk mencapai tujuan belajar. Proses belajar kolaborasi dapat didefinisikan sebagai situasi dimana suatu bentuk interaksi antar individu diharapkan terjadi dan mendorong mekanisme belajar. Proses belajar kolaborasi juga merupakan cara komunitas belajar berkembang dengan meningkatkan proses belajar kolaborasi secara berkesinambungan. Proses belajar kolaborasi dapat berfungsi sebagai berikut: a. Proses belajar yang memadukan pengetahuan yang kaya konten dan aplikatif. b. Proses belajar pada kumpulan pengetahuan secara tematis. c. Proses belajar untuk berkolaborasi dan bersosialisasi. d. Proses belajar yang menyertakan seorang ahli di bidangnya untuk berkolaborasi. e. Proses belajar yang fokus pada pengembangan suatu produk pengetahuan. f. Proses belajar dengan pembelajar berperan aktif. g. Proses belajar yang menghubungkan domain pengetahuan yang dipelajari dengan domain pengetahuan lainnya dan juga pengalaman hidup pembelajar. 5. Lingkungan Belajar Lingkungan belajar adalah wadah dari proses belajar yang mendukung proses belajar kolaborasi dengan mendukung keragaman dan kebutuhan pembelajar.
III-8
Elemen-elemen komunitas belajar inilah yang menyusun komunitas belajar secara utuh. Hubungan antar elemen ini dapat terlihat pada Gambar III-1. Pada hubungan ini dapat terlihat alur yang terjadi dalam komunitas belajar.
Gambar III-1 Hubungan Antar Elemen Komunitas Belajar III.1.5 Identifikasi Proses Komunitas Belajar Setelah diketahui elemen-elemen komunitas belajar dan keterhubungannya selanjutnya dapat didefinisikan, proses-proses yang dilakukan dalam komunitas belajar. Proses-proses ini menjelaskan siklus hidup komunitas belajar. Pendefinisian proses ini mengacu pada fase-fase dari model referensi komunitas belajar online [SEU02] sebagai berikut: Fase pengetahuan 1. Komunikasi informasi pengetahuan dalam interaksi sosial Kumpulan individu berkumpul karena kesamaan minat pada suatu domain pengetahuan. Fase niat: 2. Pengajuan pembentukan komunitas belajar Kumpulan individu melakukan interaksi untuk merencanakan suatu proses belajar kolaborasi dalam komunitas belajar Fase negosiasi 3. Proses persiapan Kumpulan individu membentuk komunitas belajar. Kumpulan individu merancang proses belajar kolaborasi untuk mengakomodasi segala kebutuhan individu sebagai anggota dan
III-9
kumpulan individu keseluruhan sebagai komunitas orang. Pada interaksi ini juga direncanakan perancangan terhadap lingkungan belajar. Fase pelaksanaan 4. Proses pelaksanaan Pada proses pelaksanaan, anggota bersama komunitas orang melakukan proses belajar kolaborasi dalam lingkungan belajar. Pelaksanaan proses belajar kolaborasi mengacu pada perancangan dalam proses persiapan. Proses belajar kolaborasi memberikan keluaran bagi domain pengetahuan. Proses ini ditekankan untuk mengembangkan pengetahuan dari setiap anggotanya. 5. Proses evaluasi Pada proses evaluasi, komunitas orang melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pelaksanaan proses belajar kolaborasi. Hasilnya menjadi timbal balik dalam proses persiapan berikutnya.
III.2 Analisis Penerapan Prinsip Psikologis Learner-Centered pada Komunitas Belajar Prinsip psikologis learner-centered merupakan panduan untuk menghasilkan cara belajar yang menjawab kebutuhan pembelajar sehingga proses belajar optimal. Untuk pencapaian belajar optimal dalam komunitas belajar maka diterapkan prinsip ini pada komunitas belajar. III.2.1 Fungsi Prinsip Psikologis Learner-Centered Metode pembelajaran learner-centered menyatakan pembelajar sebagai pusat dari pembelajaran, jadi kebutuhan pembelajar diutamakan dalam belajar. Individu pembelajar dipandang pada faktor keturunan, pengalaman, pola pikir, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan tujuan. Metode ini merujuk pada pengetahuan terbaik yang tersedia tentang sifat belajar dan bagaimana terjadinya. Metode ini juga melihat peran penting dari pengajar yang paling efektif untuk menghasilkan tingkat motivasi, belajar, dan pencapaian tertinggi untuk semua pembelajar. Berdasarkan pembelajar dan proses belajar ini lalu memberikan informasi dan menggerakkan pengambilan keputusan pendidikan. Prinsip psikologis learner-centered memberikan arahan bagi pembelajar dan proses belajar dalam metode pembelajaran learner-centered melalui domain kognitif dan metakognitif, motivasi dan emosi, perkembangan dan sosial, dan perbedaan individu. Prinsip ini
III-10
menunjukkan praktik belajar yang efektif dengan cara memandu interaksi dalam praktik belajar antara pembelajar, pengajar, dan pengetahuan baru. Dalam komunitas belajar, prinsip ini digunakan untuk memandu interaksi antar anggota dan dengan domain pengetahuan sehingga menjadi praktik belajar yang efektif. Panduan prinsip ini dapat dimodelkan melalui empat domain yang berpengaruh pada pembelajar dan proses belajar pada interaksi komunitas belajar. Penerapan prinsip ini pada setiap proses belajar dapat bermacam cara namun disini didapatkan hal-hal penting dalam mengintegrasikan empat domain ini dalam proses belajar. Prinsip psikologis learner-centered dalam Tugas Akhir ini digunakan sebagai panduan yang berfungsi sebagai berikut: 1. Mendefinisikan faktor kognitif dan metakognitif pada proses belajar dan pengaruhnya bagi interaksi dalam komunitas belajar. 2. Mendefinisikan pengaruh motivasi dan emosi pembelajar pada proses belajar dan pengaruhnya bagi interaksi dalam komunitas belajar. 3. Mendefinisikan pengaruh perkembangan pembelajar dan sosial pada proses belajar dan pengaruhnya bagi interaksi dalam komunitas belajar. 4. Mendefinisikan pengaruh perbedaan individu pembelajar, standar, dan peniliaian dalam proses belajar dan pengaruhnya bagi interaksi dalam komunitas belajar. 5. Memandu cara memenuhi kebutuhan pembelajar berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi pembelajar dan proses belajar. 6. Memandu implementasi model pembelajaran yang mengutamakan pembelajar dalam proses belajar III.2.2 Penjelasan Prinsip Psikologis Learner-Centered Solusi yang ditawarkan dalam prinip psikologis learner-centered ditujukan dalam memandu reformasi sekolah atau badan pendidikan. Jadi petunjuk penerapannya banyak tertuju pada pihak pendidik dalam memberikan perubahan pada proses belajar. Komunitas belajar merupakan kumpulan pembelajar yang memberikan proses belajar pada anggotanya sendiri maka terdapat perbedaan fokus di sini. Tetapi untuk menerapkan pembelajaran learnercentered yang berarti menggunakan fungsi dari prinsip psikologis learner-centered yang
III-11
telah dijelaskan terlebih dulu, komunitas belajar dapat menggunakan definisi yang diberikan pada empat domain prinsip ini karena merupakan definisi psikologis pembelajar yang berlaku pada setiap manusia yang melakukan proses belajar. Oleh karena itu, penerapan prinsip ini pada komunitas belajar dilakukan dengan pengkajian definisi domain-domain tersebut. Pendefinisian berikut ini dijelaskan berdasarkan fungsi prinsip psikologis learner-centered: Definisi faktor kognitif dan metakognitif: 1. Sifat belajar adalah belajar paling efektif ketika dilakukan dengan niat oleh pembelajar untuk membangun pemahaman dari suatu informasi atau pengalaman. Menggunakan definisi pertama ini, komunitas belajar adalah suatu model pembelajaran yang dibangun dari niat dan oleh pembelajar. Jadi komunitas belajar memang mendukung sifat belajar seperti ini. 2. Sifat stategis dari belajar adalah berorientasi pada tujuan yang bermakna pada pembelajar. Komunitas belajar dibangun oleh kumpulan pembelajar dengan tujuan yang merupakan kesamaan minat pribadi sehingga dasar dari komunitas belajar telah memiliki tujuan belajar yang bermakna pribadi pada pembelajar. 3. Belajar terjadi dengan adanya hubungan yang bermakna dari pengetahuan yang baru dengan yang telah dimiliki. Belajar yang terjadi seperti ini dapat dilakukan dengan kuatnya hubungan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan, kebiasaan, kepercayaan yang telah dimiliki sebelumnya oleh pembelajar. Komunitas belajar melakukan cara belajar kolaborasi yang merupakan persetujuan bersama. Untuk menerapkan definisi belajar ini, maka perlu dilakukan perancangan cara belajar melalui pengetahuan yang telah dimiliki setiap anggota komunitas belajar. 4. Pembelajar yang berhasil dapat menggunakan berbagai keahlian berpikir strategis untuk memecahkan permasalahan yang kompleks. Definisi ini merekomendasi perancangan proses belajar yang mendukung penguasaan pada berbagai keahlian berpikir strategis. Penguasaan keahlian ini memerlukan proses yang dalam dari pembelajar untuk selalu merefleksikan keahlian ini dalam pemecahan masalah sehingga dapat diterapkan pada masalah lainnya yang dihadapi pembelajar.
III-12
Penguasaan ini juga dapat didukung dengan adanya bimbingan dari pihak lain pada pembelajar. Komunitas belajar memberikan proses belajar kolaborasi dalam arti memberikan kerja sama antar anggota untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks. Komunitas belajar dapat meningkatkan perhatian untuk mendukung definisi ini dengan penerapan proses belajar yang menekankan setiap anggota untuk merefleksikan keahlian berpikir strategis dalam pemecahan masalah dan dapat dilakukan sesi yang menjadi wadah berbagi antar anggota dalam menggunakan keahlian berpikir strategis. 5. Pembelajar yang berhasil dapat merefleksikan cara belajarnya, membuat tujuan yang beralasan, memilih strategi belajar yang tepat, dan memantau kemajuannya mencapai tujuan. Definisi ini mengarahkan pada pencapaian proses belajar dimana pembelajarnya ahli mengambil keputusan belajarnya sehingga efektif dan berhasil. Komunitas belajar memberikan sarana bagi anggotanya untuk belajar dari komunitas, untuk mendukung strategi metakognitifnya perlu perancangan proses belajar yang memberikan timbal balik pada setiap anggota tentang keputusan yang dibuatnya seputar tujuan, metode, dan hasil dalam proses belajar. 6. Konteks dari belajar di lingkup budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran mempengaruhi belajar. Definisi ini menunjukkan peran penting dari budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran mempengaruhi pembelajar dalam belajar. Komunitas belajar telah memberikan konteks budaya kolaborasi yang perlu dioptimalkan untuk mendukung belajar. Teknologi dan praktik pembelajaran yang dirancang pada proses belajar perlu mendukung proses belajar setiap anggotanya. Definisi pengaruh motivasi dan emosi: 7. Pencapaian belajar dipengaruhi oleh motivasi dan motivasi dipengaruhi oleh emosi. Definisi ini menunjukkan peran penting emosi dan motivasi pembelajar dalam belajar. Komunitas belajar menjadi wadah bagi anggotanya untuk berinteraksi sosial yang berpengaruh pada emosi dan motivasi anggotanya. Perancangan proses belajar yang memberikan kemudahan dan manfaat bagi anggotanya dapat meningkatkan motivasi dan rasa penasaran dalam belajar.
III-13
8. Motivasi intrinsik yang tinggi mengoptimalkan kreativitas, strategi metakognitif, dan rasa penasaran pembelajar. Definisi ini menunjukkan pentingnya proses belajar dari pembelajar yang memiliki motivasi intrinsik. Komunitas belajar dibangun dari motivasi intrinsik anggota. Anggota perlu berkolaborasi memberdayakan motivasi intrinsiknya dengan merancang proses belajar yang menarik dan memberi kemudahan. 9. Motivasi berpengaruh pada usaha pembelajar dan dalam proses belajar yang kompleks pembelajar perlu memberikan usaha yang lebih. Definisi
ini
mendorong
lagi
definisi
sebelumnya
tentang
motivasi
dan
menghubungkannya dengan usaha yang dilakukan pembelajar. Komunitas belajar perlu mengoptimalkan terus usaha belajar anggotanya. Hal ini dapat dilakukan dengan perhatian pada motivasi belajar anggotanya yang telah dijelaskan sebelumnya. Definisi pengaruh perkembangan pembelajar dan sosial: 10. Perkembangan pembelajar dalam banyak aspek mempengaruhi peluang dan hambatan proses belajar. Aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial memiliki perkembangan masing-masing dan mempengaruhi proses belajar pembelajar. Definisi ini merekomendasi melakukan berbagai cara belajar untuk memenuhi ketidak seragaman perkembangan setiap individu dalam setiap aspeknya. Komunitas belajar dapat menerapkan berbagai pendekatan belajar dan bantuan kemudahan bagi anggota untuk mengakomodasi perkembangan yang berbeda-beda ini. 11. Belajar dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan antar personal, dan komunikasi dengan orang lain. Hubungan antar personal yang kuat, percaya, dan peduli dapat meningkatkan belajar. Definisi ini menjelaskan pengaruh sosial pada proses belajar. Komunitas belajar dibangun sebagai kebutuhan sosial antar anggotanya dalam belajar. Definisi pengaruh perbedaan individu pembelajar, standar, dan penilaian: 12. Pembelajar memiliki perbedaan strategi, pendekatan, dan kemampuan untuk belajar dan dipengaruhi dari pengalaman dan keturunan.
III-14
Definisi ini menjelaskan pengaruh dari perbedaan setiap individu pada proses belajar. Dengan perhatian pada perbedaan individu direkomendasi berbagai cara belajar untuk menjadi jembatan bagi adaptasi individu dalam melakukan proses belajar. Komunitas belajar memiliki banyak anggota dengan preferensi belajar masing-masing, dengan memberikan cara belajar dari berbagai preferensi ini, komunitas belajar dapat mendukung anggotanya berhasil dalam proses belajar. 13. Belajar efektif dengan perhatian pada keragaman latar bahasa, budaya, dan sosial. Prinsip-prinsip dasar belajar dan motivasi sama untuk semua pembelajar tetapi keragaman latar ini berbeda-beda dan mempengaruhi belajar. Definisi ini menunjukkan perlunya perhatian terhadap keragaman latar pembelajar sehingga kebutuhannya terpenuhi. Komunitas belajar memiliki banyak anggota yang memiliki latar masing-masing. Latar setiap anggota perlu diperhatikan pada proses belajar komunitas belajar sehingga meningkatkan motivasi anggotanya dan meningkatkan hasil belajar. 14. Memasang standar tinggi yang menantang dan membuat penilaian pada pembelajar dan proses belajar adalah bagian dari proses belajar. Definisi ini menjelaskan pentingnya standar dan penilaian dalam proses belajar. Sehingga dapat terjadi peningkatan yang berkesinambungan dengan diperolehnya timbal balik dan acuan. Komunitas belajar dapat meningkatkan proses belajarnya dengan menggunakan standar belajar yang tinggi dan penilaian untuk mendapatkan timbal balik dari proses belajar yang berjalan. Kesimpulan yang dihasilkan dari penjelasan penerapan prinsip psikologis learner-centered dan komunitas belajar adalah sebagai berikut: 1. Secara eksplisit prinsip pada domain sosial menjelaskan kebutuhan sosial dari proses belajar untuk membangun komunitas belajar. 2. Komunitas belajar dapat diterapkan dengan menerapkan prinsip psikologis learnercentered sehingga memenuhi kebutuhan belajar setiap anggotanya.
III-15
3. Memberikan pengarahan pada hal penting dari individu yang mempengaruhi efektivitas belajar dan dapat diterapkan dalam komunitas belajar dengan perancangan berbagai metode belajar berdasarkan masukan setiap anggota. 4. Prinsip standar dan penilaian dalam belajar telah disebutkan dalam komunitas belajar dalam proses merancang, menggunakan, dan mengevaluasi proses belajar yang disertai penilaian formatif pada komunitas belajar. 5. Prinsip motivasi telah didukung dengan pembentukan komunitas belajar yang berdasarkan minat pribadi dan pendekatan interaksi sosial pada emosi positif. Tetapi agak sulit mengendalikannya karena anggota bebas untuk berpartisipasi maupun tidak dalam komunitas belajar. 6. Prinsip ini secara umum mendefinisikan pentingnya membatasi dan mengarahkan subjek dan proses belajar sesuai dengan kemampuan dan tujuan pembelajar sehingga motivasi dan pencapaian belajar efektif. Selanjutnya komunitas belajar yang menerapkan pengaruh prinsip ini disebut komunitas belajar learner-centered. III.2.3 Pemetaan Prinsip Psikologis Learner-Centered pada Komunitas Belajar Melihat kesimpulan yang telah dilakukan dari penjelasan prinsip psikologis learner-centered maka dapat dilakukan pemetaan terhadap penerapan komunitas belajar. Pemetaan ini dilakukan untuk melihat elemen-elemen yang dipengaruhi oleh prinsip psikologis learnercentered sehingga terlihat keterhubungan antara komunitas belajar dengan prinsip tersebut. Keterkaitan ini dapat dilihat pada Tabel III-1.
III-16
Tabel III-1 Keterkaitan Komunitas Belajar dengan Penerapan Prinsip Psikologis Learner-Centered Komunitas Belajar Penerapan Prinsip Psikologis Learner-Centered Model pembelajaran dengan individu yang berkumpul atas kesamaan minat Prinsip belajar dengan definisi faktor-faktor yang Definisi mempengaruhi proses belajar dan pembelajar dalam melakukan belajar perancangan pembelajaran kolaborasi dengan pendekatan bawah ke atas. Hubungan keduanya Komponenkomponen
Keterkaitan antar komponen
Penerapan model pembelajaran dengan komunitas belajar mengikuti prinsip psikologis learner-centered. Anggota, komunitas orang, domain Domain kognitif dan metakognitif, domain motivasi pengetahuan, proses dan emosi, domain perkembangan dan sosial, dan belajar kolaborasi, dan domain perbedaan individu. lingkungan belajar Faktor individu menjadi pusat dari proses belajar. Menunjukkan pengaruh anggota pada keempat Anggota domain untuk diterapkan sebagai masukan perancangan proses belajar.
Komunitas orang
Menjadi konteks yang mempengaruhi belajar dan memberikan faktor sosial dan keragaman yang mendorong proses belajar.
Domain pengetahuan
Merupakan subjek belajar yang menjadi minat dan tujuan belajar. Memberikan pengaruh terhadap metode dan lingkungan belajar yang digunakan.
Proses belajar kolaborasi
Lingkungan belajar
Proses belajar dilihat sebagai proses aktif dengan niat oleh pembelajar untuk membangun pengetahuan baru dengan menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemanfaatan metode yang dipengaruhi oleh faktor individu dan domain pengetahuan. Lingkungan budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran yang memegang standar tinggi dan terdapat penilaian formatif.
III-17
Tabel III-1 Keterkaitan Komunitas Belajar dengan Penerapan Prinsip Psikologis Learner-Centered (lanjutan) Komunitas Belajar Penerapan Prinsip Psikologis Learner-Centered Komunikasi informasi Proses pengetahuan dalam interaksi sosial Pengajuan pembentukan komunitas belajar Perancangan metode dan lingkungan belajar dengan memperhatikan domain-domain prinsip psikologis Proses persiapan learner-centered yang didukung dengan masukan setiap anggota. Melakukan proses belajar yang mengikuti prinsip psikologis learner-centered. Melakukan evaluasi Proses pelaksanaan terhadap motivasi anggota dan membatasi proses belajar sesuai kemampuan pembelajar. Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar dan Proses evaluasi pengalaman proses belajar dengan melihat prinsip psikologis learner-centered. Kelompok individu Proses belajar learner-centered sehingga meningkatkan Hasil yang belajar dan kemampuan metakognitif dan cara belajar efektif. berkembang. Pencapaian hasil belajar, interaksi Mengikuti 14 prinsip psikologis learner-centered belajar, hubungan Kriteria dalam keseluruhan proses dan elemen badan yang sosial, dan menyelenggarakan proses belajar. pertumbuhan komunitas belajar. Berdasarkan keterkaitan ini maka dapat terlihat panduan bagi implementasi model pembelajaran komunitas belajar berdasarkan prinsip psikologis learner-centered. Panduan ini terdiri dari pengaruh prinsip psikologis learner-centered pada elemen dan proses komunitas belajar. Pemetaan komunitas belajar learner-centered dilakukan dengan penjelasan elemen komunitas belajar sebagai berikut: 1. Anggota Anggota sebagai pembelajar melakukan kolaborasi belajar dalam suatu aktivitas komunitas belajar. Pada komunitas belajar learner-centered, setiap pembelajar memiliki kebutuhan proses belajar dan lingkungan belajar yang mendukung hal-hal berikut: a. Pengetahuan sebelumnya Pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki pembelajar penting untuk menjadi dasar
III-18
dari pembelajaran pengetahuan baru. Tanpa terjadi relasi yang kuat dari pengetahuan baru terhadap pengetahuan sebelumnya, individu akan sulit menggunakan pengetahuan barunya dalam situasi yang berbeda atau pekerjaan baru. Pengetahuan sebelumnya ini dapat dikorelasikan dengan pengetahuan baru menggunakan peta konsep dan pengkategorian tematis. Mengikuti prinsip 3 tentang pembangunan pengetahuan. b. Keahlian berpikir strategis Keahlian yang dimiliki individu tentang penggunaan berbagai cara berpikir
dan
membuat pemahaman dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang kompleks. Dengan merefleksikan strategi penyelesaian pada suatu persoalan, seorang pembelajar dapat meningkatkan penggunaan cara berpikir strategis yang efektif dalam memecahkan persoalan-persoalan kompleks dalam belajar. Mengikuti prinsip 4 tentang berpikir strategis. c. Strategi metakognitif Strategi metakognitif adalah kemampuan mengoperasikan proses berpikir. Jadi seorang pembelajar mengembangkan strategi untuk menganalisis proses berpikirnya, membuat tujuan belajar, dan memantau kemajuan belajar terhadap tujuan belajar sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk tercapainya tujuan belajar. Mengikuti prinsip 5 tentang kebutuhan metakognitif. d. Status perkembangan dalam aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial Status perkembangan setiap individu dapat berbeda-beda berdasarkan faktor keluarga, sekolah, dan lingkungannya. Pembelajar dapat belajar dengan optimal ketika dilakukan cara belajar sesuai dengan status perkembangannya ini. Tingkat kesulitan, cara belajar, dan komunikasi dari proses belajar dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan anggota. Mengikuti prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar. e. Preferensi belajar Ada berbagai macam preferensi belajar dari setiap individu berdasarkan faktor pengalaman hidup dan bakat turunannya. Preferensi belajar yang dimiliki setiap individu belum tentu efektif dalam pencapaian belajarnya. Dengan mengetahui preferensi belajar setiap individu dapat ditentukan cara belajar yang disukai dan diberikan panduan untuk adaptasi bersama sehingga pencapaian belajar yang optimal.
III-19
Uraian mengenai preferensi belajar dapat dilihat pada Lampiran E. Mengikuti prinsip 12 tentang perbedaan individu. f. Keragaman latar bahasa, budaya, dan sosial Dengan memperhatikan latar bahasa, budaya, sosial, termasuk ras, etnis, kepercayaan, dan ekonomi dapat dibuat proses belajar dan lingkungan belajar yang sesuai sehingga berpengaruh pada motivasi dan pencapaian pembelajar. Mengikuti prinsip 13 tentang keragaman. Hal-hal yang berpengaruh dari pembelajar ini dapat diterapkan sebagai masukan dari setiap anggota pada perancangan interaksi komunitas belajar learner-centered dengan dibantu peran fasilitator. 2. Komunitas orang Komunitas orang merupakan kumpulan anggota dalam komunitas belajar. Komunitas orang merupakan elemen manusia sebagai pembelajar yang melakukan belajar kolaborasi dalam konteks sosial. Komunitas orang juga menjadi fasilitas bagi pembelajar untuk menjembatani keterbatasan, mempengaruhi emosi dan motivasi, dan memperkaya belajar dengan keragaman yang sekaligus memberikan standar belajar tinggi. Mengikuti prinsip 7 tentang motivasi dan emosi, prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 11 tentang kebutuhan sosial dalam belajar, prinsip 13 tentang keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian. 3. Proses belajar kolaborasi a.
Bersifat aktif dan kolaboratif sesuai prinsip 1 tentang sifat belajar, prinsip 3 tentang pembangunan pengetahuan, dan prinsip 11 tentang kebutuhan sosial dalam belajar.
b.
Menekankan aktivitas refleksi sesuai prinsip 2 tentang tujuan belajar, prinsip 4 tentang berpikir strategis, dan prinsip 5 tentang kebutuhan metakognitif.
c.
Membangun lingkungan belajar yang penuh kepercayaan dan keinginan berbagi, praktik belajar yang terus dievaluasi, dan teknologi yang mendukung kebutuhan belajar sesuai prinsip 6 tentang konteks belajar.
III-20
d.
Mendukung interaksi yang dimonitor oleh fasilitator untuk memenuhi kebutuhan motivasi dan meningkatkan partisipasi sesuai prinsip 7 tentang motivasi dan emosi, prinsip 8 tentang motivasi intrinsik, dan prinsip 9 tentang usaha dari motivasi.
e.
Mendukung interaksi yang fleksibel dan dipandu fasilitator untuk memenuhi berbagai keterbatasan dan preferensi anggota sesuai prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 12 tentang perbedaan individu, dan prinsip 13 tentang keragaman.
f.
Menekankan standar yang tinggi dan penilaian formatif sesuai prinsip 14 tentang standar dan penilaian.
4. Domain pengetahuan Domain pengetahuan menjadi penyatu komunitas belajar sebagai minat bersama komunitas orang. Komunitas belajar melakukan proses belajar kolaborasi dalam domain pengetahuan lintas disiplin yang kemudian dibangun menjadi pengetahuan anggota. Domain pengetahuan berperan memberikan tujuan belajar dan motivasi intrinsik anggota. Mengikuti prinsip 2 tentang tujuan belajar dan prinsip 8 tentang motivasi intrinsik. 5. Lingkungan belajar Lingkungan belajar berperan mengikuti definisi belajar yang terjadi pada konteksnya. Lingkungan belajar merupakan budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran yang dijalankan. Mengikuti prinsip 6 tentang konteks belajar. Dari analisis di atas maka dapat terlihat hubungan pada elemen-elemen komunitas belajar dengan adanya pemetaan prinsip psikologis learner-centered. Keterkaitan antar elemen komunitas belajar learner-centered dapat dilihat pada Gambar III-2.
III-21
Domain Pengetahuan (Teori)
Tujuan dan Motivasi Intrinsik Komitmen Bersama Komunitas Orang Refleksi
Anggota (Fasilitator)
Mendukung
Pengetahuan Sebelumnya
Perkembangan Fisik, Intelektual, Emosional, dan Sosial
Preferensi Belajar
Keragaman Latar
Proses Aktif Pembelajar
Memenuhi motivasi
Aktivitas Refleksi
Fleksibel
Budaya berbagi
Standar dan Penilaian
Anggota (Mahasiswa)
Emosi Positif Komunitas Orang (Kelas)
Kebutuhan Sosial Standar Belajar Tinggi
Proses Belajar Kolaborasi (Praktik)
Lingkungan Belajar (Teknologi, Budaya, Praktik Pembelajaran) Gambar III-2 Keterkaitan Elemen Komunitas Belajar Learner-Centered
III.3 Analisis Pemodelan Komunitas Belajar Learner-Centered Membuat model komunitas belajar merupakan usaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan pada komunitas belajar. Dalam tugas akhir ini untuk mendorong penggunaan prinsip psikologis learner-centered pada komunitas belajar maka dibuat sebuah model komunitas belajar dengan prinsip tersebut. Bercermin pada hasil pemetaan prinsip psikologis learner-centered pada komunitas belajar maka dapat didefinisikan komunitas belajar learner-centered menggunakan model referensi komunitas belajar online dalam empat pandangan [SEU02]. Model ini digunakan untuk menjelaskan elemen-elemen model komunitas belajar learner-centered berikut teknologi yang dibutuhkan. Pada analisis pemodelan ini diidentifikasi persoalan yang perlu ditinjau pada perancangan modelnya. III.3.1 Identifikasi Persoalan dan Prospek Komunitas Belajar Learner-Centered Berdasarkan penerapan prinsip psikologis learner-centered pada komunitas belajar maka dapat diidentifikasi persoalan dan prospeknya sebagai berikut:
III-22
Daftar Persoalan Komunitas Belajar Learner-Centered: 1. Sulitnya menjawab kebutuhan belajar yang berbeda-beda dari setiap anggota, maka diperlukan perancangan interaksi yang mengakomodasi ini. 2. Sulitnya mengendalikan motivasi anggota, karena setiap anggota bebas untuk berpartisipasi atau tidak, sehingga untuk menerapkan strategi motivasi perlu perancangan interaksi yang mengakomodasi ini. 3. Sulitnya mempertemukan waktu antar anggota, perlu peningkatan komunikasi dalam komunitas belajar dengan perancangan interaksi yang sesuai. Daftar Prospek Komunitas Belajar Learner-Centered: 1. Belajar yang efektif perlu memenuhi kebutuhan alamiah dari pembelajar dalam melakukan proses belajar yang dipengaruhi keempat domain prinsip psikologis learnercentered dan dapat dilakukan dengan implementasi pada perancangan organisasi dan interaksi. 2. Belajar yang efektif perlu menerapkan berbagai format belajar kolaborasi yang mendukung kebutuhan pembangunan pengetahuan, berpikir strategis, dan strategi metakognitif sebagai dasar dari perancangan interaksi belajar dan perancangan organisasi. 3. Pemanfaatan teknologi dan praktik pembelajaran yang sejalan dengan pengetahuan pembelajar, kemampuan kognitif pembelajar, dan strategi berpikir dan belajar pada perancangan organisasi dan interaksi. III.3.2 Analisis Organisasi Komunitas Belajar Learner-Centered Komunitas belajar learner-centered dapat dideskripsikan dengan analisis pada pandangan komunitas model referensi komunitas belajar online oleh Seufert. Berdasarkan identifikasi persoalan dan prospek, dapat dilihat perhatian pada sistem pengelolaan data anggota dan proses belajar kolaborasi yang menyesuaikan kebutuhan pembelajar dengan didukung komputer sebagai arah dari penerapan komunitas belajar learner-centered. Analisis organisasi dilakukan dengan mengidenifikasi persoalan dalam pendefinisian minat bersama, protokol, peran, dan bahasa sebagai berikut: 1. Minat bersama Minat bersama dipandang dalam empat aspek, yaitu pengetahuan, proses, metakognisi,
III-23
dan sosial. Komunitas belajar learner-centered dibangun atas kesamaan minat pada suatu domain pengetahuan dan komitmen bersama untuk melakukan proses belajar dalam domain tersebut. Elemen domain pengetahuan memiliki peran pada minat bersama ini. Aspek proses, metakognisi dan sosial pada komunitas belajar learner-centered mengacu pada penerapan prinsip psikologis learner-centered pada subbab III.2, yaitu : a. Proses belajar yang aktif mengikuti prinsip 1 tentang sifat belajar dan prinsip 3 tentang pembangunan pengetahuan. b. Interaksi sosial yang positif sesuai prinsip 11 tentang kebutuhan sosial dalam belajar. c. Mengejar peningkatan kemampuan metakognisi pribadi dari pembelajar sesuai prinsip 5 tentang kebutuhan metakognitif. Kategori belajar sebagai tujuan pedagogi belajar yang dilakukan pada komunitas belajar learner-centered adalah belajar kolaborasi yang ditentukan berdasarkan kebutuhan anggota sebagai pembelajar dari segi kognitif, metakognitif, motivasi, emosi, status perkembangan, sosial, preferensi belajar, dan latar belakangnya. Metode belajar sebagai pendekatan pedagogi dapat menggunakan sepuluh format belajar kolaborasi sesuai Lampiran F yang digunakan berdasarkan kebutuhan anggota tadi. 2. Protokol Komunitas belajar memiliki protokol-protokol sebagai aturan yang mendefinisikan berbagai penerapan proses belajar kolaborasi dan lingkungan belajarnya. Mengacu pada penerapan prinsip psikologis learner-centered pada subbab III.2 dan minat bersama sehingga dibentuk proses belajar kolaborasi dengan berbagai format dalam lingkungan budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran yang mendukung belajar sesuai prinsipprinsip dari domain kognitif dan metakognitif. Berbagai protokol selanjutnya didefinisikan untuk mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi proses belajar kolaborasi dan lingkungan belajar ini. Elemen komunitas orang, proses belajar kolaborasi, dan lingkungan belajar memiliki peran utama pada identifikasi protokol. 3. Peran Ada pun peran-peran dalam komunitas belajar dalam protokol komunitas belajar sesuai dengan definisi komunitas belajar dan penerapan prinsip psikologis learner-centered.
III-24
Peran dalam setiap protokol dihasilkan berdasarkan peran-peran anggota komunitas belajar sebagai berikut: a. Pembelajar Pembelajar melakukan kolaborasi belajar dalam suatu aktivitas komunitas belajar. b. Narasumber Narasumber berperan menyampaikan sumber materi belajar dalam suatu proses belajar komunitas belajar. c. Fasilitator Fasilitator berperan memberikan layanan-layanan yang dibutuhkan untuk berjalannya komunitas belajar. Pada komunitas belajar learner-centered, fasilitator berperan dalam mendorong motivasi pembelajar dan membimbing pembelajar untuk berkontribusi pada proses belajar sesuai penjelasan pada prinsip-prinsip yang ada. Elemen anggota dan komunitas orang memiliki peran utama pada identifikasi peran. 4. Bahasa Bahasa yang dibagi dalam komunitas belajar learner-centered adalah bahasa utama yang digunakan anggota, bahasa dan simbol dalam suatu domain pengetahuan tertentu, dan mengikuti media teknologi komunikasi yang digunakan. Elemen domain pengetahuan dan komunitas orang memiliki peran pada identifikasi bahasa. III.3.3 Pendefinisian Model Komunitas Belajar Learner-Centered Berdasarkan analisis organisasi komunitas belajar learner-centered dihasilkan model menggunakan empat pandangan dari model referensi komunitas belajar online, yaitu: 1. Perancangan organisasi menerapkan protokol dan peran dari komunitas belajar learnercentered yaitu berupa elemen-elemen yang telah dianalisis sebelumnya. 2. Perancangan interaksi menyesuaikan kebutuhan organisasi yang dihasilkan. 3. Perancangan saluran menyesuaikan kebutuhan interaksi yang dihasilkan. 4. Perancangan teknologi menyesuaikan kebutuhan saluran yang dihasilkan.