BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis kesalahan yang dibahas pada Bab III Analisis Data berdasarkan aspek gramatika.
2.1 Kalimat “A sentence is a group of words that says something, all by itself. It is complete, it can stand alone. It is followed by a period or, in certain cases, a question mark or an exclamation point” (Gucker, 1966:1). Sebuah kalimat adalah sekelompok kata yang memiliki makna lengkap, dapat berdiri sendiri, dan diikuti oleh tanda-tanya atau tanda seru. Adapun menurut Finoza (2002:107) kalimat adalah ujaran yang mempunyai struktur minimal Subjek (S) dan Predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
2.1.1 Simple Sentence Leech (2006) mendefinisikan simple sentence atau kalimat sederhana sebagai kalimat yang terdiri dari satu klausa independen. Kalimat sederhana hanya terdiri dari setidaknya satu subjek dan verba, seperti pada kalimat “John arrived”. John merupakan subjek kalimat, dan arrived sebagai verba kalimat.
11
12
2.1.2 Compound Sentence Biber (1999: 227) menyatakan bahwa ada tiga kata sambung utama dalam bahasa Inggris yaitu and, or, dan but. Ketiga kata sambung tersebut tidak hanya menghubungkan klausa, tapi juga kata atau frasa. Compound sentence atau kalimat majemuk terdiri dari 2 klausa atau lebih, dan klausa yang terdapat dalam satu kalimat berada pada tingkatan yang sama. Maka dapat dikatakan bahwa klausa dalam kalimat mejemuk dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, seperti pada kalimat “I came by car, and Peter arrived by train.” Dalam kalimat tersebut terdapat dua klausa, yaitu “I came by car” dan “Peter arrived by train”. Kedua klausa tersebut dihubungkan oleh “and” dan dapat berdiri sendiri (independent).
2.1.3 Complex Sentence Complex sentence atau kalimat komplek mirip dengan kalimat sederhana, yaitu terdiri dari satu klausa utama, namun kalimat kompleks memiliki satu atau lebih fungsi klausa subordinat sebagai unsur kalimat. Dengan kata lain, kalimat komplek terdiri dari satu klausa independen dan sedikitnya memiliki satu klausa dependen. Kalimat komplek juga dapat dihubungkan dengan menggunakan koma dan tidak menggunakan kata penghubung, seperti pada kalimat “Though he was very rich, he was still very unhappy.”
13
2.2 Part of Speech Part of speech dalam bahasa Indonesia berarti jenis-jenis kata atau kelas kata. Disebut “part of speech” karena kata-kata ini merupakan suatu sistem yang diperlukan untuk membentuk sebuah kalimat tanpa melihat apa tugas atau fungsinya masing-masing. Delahunty dan Garvey (2010: 77) menyatakan bahwa part of speech dibagi menjadi dua kelompok yaitu lexical (major) yang teridiri dari nomina (noun), verba (verb), adjektiva (adjective), dan adverbia (adverb), dan grammatical (minor) yang terdiri dari preposisi (preposision), pronomina (pronoun), kata sandang (article), dan konjungsi (conjunctions). Dengan kata lain, part of speech terdiri dari delapan unsur dan setiap unsur memiliki peran tersendiri dalam membangun suatu kalimat, klausa, ataupun frasa.
2.2.1 Nomina Nomina merupakan kata yang menyatakan orang, tempat, benda, atau gagasan (Delahunty and Garvey, 2010: 78). Nomina juga dapat diartikan sebagai setiap wujud yang abstrak atau nyata; orang (petugas kepolisian, Michael), tempat (London, Bandung, garis pantai), benda (dasi, televisi, meja), gagasan (kebahagiaan, persetujuan), atau sifat (keberanian, kegagahan, kelalaian). Contoh: (9) Happiness becomes main goal. Happiness dan goal merupakan nomina abstrak yang mengacu pada gagasan. (10) The best computer is your brain.
14
Computer dan brain merupakan nomina berwujud nyata yang mengacu pada benda. (11) The puppy loved peanut butter cookies. Puppy dan cookies merupakan nomina berwujud nyata yang mengacu pada benda. Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa nomina dapat berperan sebagai subjek kalimat dan dapat juga berperan sebagai objek kalimat.
2.2.2 Verba Delahunty dan Garvey (2010: 78) menyatakan bahwa verba merupakan kata yang mengacu pada tindakan (actions) dan keadaan (states of being). Ada pula Richard Nordquist, dalam situs webnya grammar.about.com, menyatakan bahwa verba merupakan kelas kata yang menggambarkan suatu aksi, kejadian, atau menandakan suatu kejadian. Selanjutnya Nordquist menjelaskan bahwa terdapat sepuluh macam verba, yaitu;
2.2.2.1 Auxiliary verbs dan Lexical verbs Auxiliary verbs dikenal juga dengan verba bantu yang muncul sebelum menunjukkan suatu keadaan (mood) atau kala (tense) dalam satu frasa. (12) It will rain tonight. Adapun primary auxiliaries terdiri dari are be, have, dan do. Sedangkan modal auxiliary terdiri dari can, could, may, must, should, will, dan would. Lexical verbs disebut juga verba utama, yaitu verba selain verba bantu yang menyatakan makna sesungguhnya dan tidak bergantung pada verba lain.
15
(13) It rained all night.
2.2.2.2 Dynamic verbs dan Stative verbs Dynamic verbs menyatakan suatu tindakan, proses, atau rasa. (14) I bought a new guitar. Stative verbs, seperti be, have, know, like, own, dan seem, menjelaskan suatu keadaan, situasi, dan kondisi. (15) Now, I own a Gibson Explorer.
2.2.2.3 Finite verbs dan Nonfinite verbs Finite verbs mengungkapkan kala dan dapat terjadi dengan sendirinya dalam klausa utama. (16) She walked to school. Nonfinite verbs (infinitive atau participle) tidak menunjukkan perbedaan pada kala dan dapat terjadi hanya pada dependent phrase atau klausa. (17) While walking to school, she spotted a bluejay.
2.2.2.4 Regular verbs dan Irregular verbs Regular verbs, disebut juga sebagai weak verb, merubah bentuk verba menjadi past tense dan past participle dengan menambahkan –d atau –ed (bisa pula –t) pada bentuk verba dasar. (18) We finished the project.
16
Irregular verb, disebut juga sebagai strong verb, tidak membentuk past tense dengan menambahkan –d atau –ed. (19) Gus ate the wrapper on his candy bar.
2.2.2.5 Transitive verbs dan Intransitive verbs Transitive verb diikuti oleh direct object. (20) She sells seashells. Intansitive verb tidak membutuhkan direct object. (21) He sat there quietly.
2.2.3 Pronomina Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikan nomina berupa orang, benda, hewan, tempat, atau konsep abstrak. Bentuk kata ganti ini tergantung pada peran subjek, objek, kepunyaan, jumlah, orang ke-, dan gender dari nomina yang digantikan. Contoh: (22) Your wallet is on the table. Your merupakan pronomina yang berperan sebagai subjek yang menunjukkan kepemilikan. Maksudnya adalah wallet yang dibicarakan adalah milik dari lawan bicara dari penutur. (23) I need to come to his house. His merupakan pronomina yang berperan sebagai objek yang menunjukkan kepunyaan.
17
2.2.4 Adjektiva Adjektiva merupakan kata sifat yang mengubah, memenuhi syarat, atau menjelaskan kata benda dan kata ganti. Umumnya, adjektiva muncul sebelum kata-kata yang diubah. Contoh: (24) She can cook a delicious chicken soup. Delicious merupakan adjektiva yang menggambarkan rasa. (25) I just bought a new cellphone. New merupakan adjektiva yang menggambarkan kondisi.
2.2.5 Adverbia Adverbia adalah kata yang memodifikasi verba, adjektiva, dan keterangan lainnya. Penggunaan “-ly” pada akhir kata hampir selalu merubah adjektiva menjadi sebuah adverbia. Contoh: (26) I always do my homework at night before I sleep. Always menunjukkan kebiasaan atau rutinitas, bahwa saya selalu mengerjakan tugas dimalam hari. (27) He ran quickly. Quickly berasal dari kata quick yang merupakan adjektiva, lalu berubah menjadi adverbia karena diikuti oleh akhiran “-ly”.
18
2.2.6 Konjungsi Konjungsi berfungsi sebagai penghubung antara kata, frasa, ataupun klausa. Konjungsi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu coordinating conjunctions (for, and, nor, but, or, yet, so), subordinating conjunctions (after, although, as, as if, because, since, dll), dan correlative conjunctions (both-and, not only-but also, whether-or, no sooner-than, dll). Contoh: (28) Not only Rena but also Meli can play guitar. Not only - but also pada kalimat di atas digunakan untuk menghubungkan nomina, yaitu Rena dan Meli. (29) The girl goes to school although she gets fever. Konjungsi “although” digunakan untuk menyambungkan dua kalimat majemuk setara, dan menyambungkan dua hal yang bertentangan.
2.2.7 Preposisi Preposisi adalah sebuah kata yang membentuk hubungan antara objek dan kata lain dalam kalimat. Hubungan yang dimaksud bisa menjadi salah satu dari waktu, ruang, arah, tempat iringan, penyebab, atau cara. Contoh: (30) Jack is born in 1985. Preposisi yang digunakan adalah in untuk menyatakan tahun. (31) We stand on the grass. Preposisi on digunakan untuk menyatakan keberadaan.
19
2.2.8 Artikel Artikel disebut juga kata sandang, merupakan kelas kata terakhir yang berhubungan dengan nomina. Artikel selalu berfungsi sebagai modifiers of the head noun dalam frasa nomina, terdiri hanya dari dua kata, yaitu indefinite article “a(n)” dan definite article “the”. Contoh: (32) a visitor (33) an actress (34) the United Nations
2.3 Analisis Kesalahan Analisis kesalahan merupakan sebuah prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, menggambarkan, dan menjelaskan kesalahan pembelajar. Adapun menurut James (1998), “Error analysis is the process of determining the incidence, nature, causes, and consequences of unsuccessful language.” Analisis kesalahan merupakan proses penentuan peristiwa, alamiah, penyebab, dan akibat dari kegagalan bahasa. Analasis kesalahan memiliki tujuan seperti yang diungkapkan oleh Pateda (1989: 35) bahwa analisis kesalahan dimaksudkan agar pengajar mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para pembelajar, memperbaiki metode dan teknik pengajarannya, serta merencanakan sistem pengajaran bahasa yang dipelajari dengan baik. Dalam hal ini, penulis sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Pateda, mengingat salah satu harapan penulis dalam penelitian ini adalah agar para pengajar dapat memahami kesalahan-
20
kesalahan yang biasa dilakukan oleh pembelajar dan meminimalisir kesalahan dalam berbahasa, khususnya dalam membuat esai bahasa Inggris. Selanjutnya Corder dalam Tarigan (1988:70) menyatakan bahwa analisis kesalahan
memiliki
fungsi
dalam
proses
pembelajaran,
yaitu
untuk
menginvestigasi proses pembelejar bahasa. Tentunya menganalisis kesalahan memberikan manfaat karena pemahaman terhadap kesalahan yang ada merupakan umpan balik (feedback) yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan. Pada proses pembelajaran, terdapat beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh pembelajar bahasa, yaitu kekeliruan (mistake), kesalahan (error), dan keseleo lidah (slip of the tongue). Corder (1967: 161) membedakan istilah error yang berarti kesalahan, dan mistake yang berarti kekeliruan. Corder dalam buku yang ditulis oleh Ellis and Barkhuizen (2005: 60) menyatakan “The description of errors is essentially a comparative process, the data being the original erroneous utterances and the reconstructed utterance”. Dapat dikatakan bahwa kesalahan pembelajar menentukan bagaimana bentuk yang dihasilkan oleh pembelajar berbeda dari yag dihasilkan oleh pembelejar penutur asli. Terdapat beberapa jenis analisis kesalahan, seperti yang diungkapkan oleh James dalam Ellis (2005: 60) yang menyatakan bahwa ada dua jenis taksonomi yang digunakan, yaitu (1) taksonomi linguistik; kesalahan berbahasa berdasarkan pada butir linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon), dan (2) taksonomi struktur permukaan; berhubungan dengan struktur kalimat, frasa verba, pelengkapan verba, frasa nomina, frasa preposisi, keterangan,
21
coordinate, dan subordinate construction, dan sambungan kalimat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan salah satu teori oleh James (1998) mengenai analisis kesalahan, yaitu taksonomi struktur permukaan karena penelitian yang dilakukan berdasarkan kesalahan gramatikal.
2.4 Taksonomi Struktur Permukaan (Surface Structure Taxonomy) Menurut Dulay, Burt, dan Krashen’s (1982: 150) taksonomi ini berdasarkan pada empat kategori umum dengan sub-kategorinya, yaitu omission, addition (regularisasi, penandaan ganda, dan penambahan sederhana), misinformation (regularisasi, archi-forms, penggantian bentuk), dan misordering.
2.4.1 Omission Omission atau penghilangan dicirikan oleh hilangnya sesuatu yang harusnya dimunculkan dalam bentuk ujaran yang benar. Contoh: (35) She is good student. (36) You are best student in our class. Pada kedua kalimat di atas, terdapat penghilangan article “a” pada kalimat contoh (35) yang seharusnya menjadi “She is a good student.” dan “the” untuk kalimat contoh (36) yang seharusnya menjadi “You are the best student in our class.”
22
2.4.2 Addition Addition merupakan kebalikan dari Omission, yaitu penambahan. Addition dicirikan oleh hadirnya sesuatu yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang tersusun dengan benar. Dullay, Burt, dan Krashen seperti dikutip oleh Haryono (2011:6) membagi addition error kedalam tiga jenis, yaitu seperti yang dijelaskan di bawah ini:
2.4.2.1 Double Marking Banyak kesalahan penambahan yang diartikan sebagai kesalahan menghapus bagian-bagian tertentu yang dibutuhkan dalam beberapa konstruksi linguistik. Contoh: (37) They didn’t went here. (38) I did not came to the party last night. Dalam setiap ujaran dari kalimat (37) dan (38) di atas, terdapat dua penanda yang sama (pada contoh di atas adalah tense).
2.4.2.2 Regularization Regularization error atau kesalahan regularisasi mengacu pada sebuah kesalahan yang memiliki pengecualian dari kelas tertentu yang tidak memiliki bentuk penanda. Contoh: (39) Mans → Men (bentuk jamak) (40) Buyed → Bought (bentuk lampau)
23
(41) Childs → Children (bentuk jamak) Contoh di atas merupakan kesalahan regularisasi dimana kata benda beraturan dan masing-masing penanda kala telah ditambahkan pada kata yang seharusnya tidak membutuhkan penanda.
2.4.2.3 Simple Addition Kesalahan ini mengacu pada penambahan suatu elemen pada ujaran yang benar. Contoh: (42) I am is a student. (43) You can to sleep in this bedroom tonight. Pada contoh ujaran (42), kalimat I am is a student adalah salah karena terdapat penambahan kata is. Kalimat yang benar adalah I am a student. Sedangkan pada kalimat (43) kesalahan terjadi karena penambahan kata to. Maka kalimat yang benar adalah You can sleep in this bedroom tonight.
2.4.3 Misformation Kesalahan pembentukan dicirikan oleh penggunaan bentuk-bentuk yang tidak dapat diterima morfem atau kalimat. Sedangkan pada kesalahan omission bentukbentuk tersebut tidak disertakan sama sekali. Pada kesalahan pembentukan ini, pembelajar menyertakan sesuatu walaupun yang disertakan adalah salah. Ada tiga jenis kesalahan pembentukan, yaitu:
24
2.4.3.1 Regularization Errors Regularization Errors atau kesalahan regularisasi adalah kesalahan dimana penanda beraturan digunakan pada bagian penanda tidak beraturan, seperti pada kata runned yang seharusnya adalah run, dan sheeps yang seharusnya adalah sheep.
2.4.3.2 Archi-forms Pemilihan penanda salah satu anggota kelas bentuk untuk mewakili yang lainnya pada kelas tersebut merupakan karakteristik umum dari semua tahapan pemerolehan bahasa kedua. Bentuk yang dipilih oleh pembelajar disebut archiforms. Contoh-contoh di bawah ini berhubungan dengan penggunaan kata sifat demonstratif this, that, these, dan those. Contoh: (44) That cats (45) This students (46) These book (47) Those table Jenis kesalahan pembentukan ini disebut archi-form. Kata that seharusnya diikuti oleh bentuk tunggal, sedangkan kata these seharusnya diikuti oleh bentuk jamak. Maka bentuk yang benar dari contoh di atas adalah: (48) That cat (49) This student
25
(50) These books (51) Those tables
2.4.3.3 Alternating Form Kesalahan ini ditandai dengan kesalahan dalam pemilihan ataupun penggunaan bentuk kata yang tepat. Contoh: (52) He seen you yesterday. (53) She would have saw them. Ujaran di atas memiliki kata kerja yang salah, yaitu pada seen dan saw yang seharusnya masing-masing adalah (52) saw dan (53) seen.
2.4.4 Misordering Penempatan morfem atau kumpulan morfem yang tidak tepat pada ujaran mencirikian misordering errors atau kesalahan pengurutan. Contoh: (54) I don’t know who is he. (55) What you are thinking about? Kesalahan penempatan pada kedua kalimat di atas terletak pada kata is dan are. Secara gramatikal, ujaran di atas seharusnya di tulis: (56) I don’t know who he is. (57) What are you thinking about?
26
Corder (1973: 11) memaparkan tiga alasan pentingnya pelaksanaan analisis kesalahan. Pertama, hasil analisis kesalahan berperan penting bagi pembelajar karena dapat mengetahui sejauh mana tujuan pembelajar tercapai dan hal-hal yang harus dikerjakan untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Kedua, dengan hasil analisis kesahalan, pengajar dapat mengetahui bagaimana pembelajar mempelajari atau memperoleh bahasa dan strategi atau proses yang digunakan oleh pembelajar dalam mempelajari bahasa. Ketiga, sebagai aspek terpenting, analisis kesalahan perlu dilakukan karena dapat membantu pembelajar dalam mempelajari dan memahami bahasa melalui kesalahan dan mempelajarinya.