BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Identitas Perusahaan Nama Perseroan
: PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Bidang Usaha
: Pelayanan Jasa Transportasi Perkeretaapian
Status Perusahaan
: Perusahaan Badan Usaha Milik Negara
Kepemilikan
: 100% dimiliki oleh Negara Republik Indonesia
Dasar Hukum Pendirian : 1 juni 1999 sesuai Akta Notaris Imas Fatimah, S.H., Sp.N., No.2 Kantor Pusat
: Jl. Perintis Kemerdekaan No. 1 Bandung 40117
No. Telp.
: (022) 4230031, 4230039, 4230054
No. Faks.
: (022) 121
Email
:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Website
: www.kereta-api.co.id
Contact Center
: (021) 121
Modal Dasar
: Rp9.880.000.000.000
Modal Ditempatkan
:Rp3.296.547.000.000
32
33
Dan Disetor Penuh Pembentukan Perseroan : 1 juni 1999 B. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan pada masa kolonial, industri perkeretaapian dimulai pada tahun 1864 ketika
Namlooze
Venotschap
Nederlance
Indische
Spoorweg
Maatschappij memprakarsai jalan kereta api dari semarang ke Surakarta, Jawa Tengah. Sejak itu tiga perusahaan lain berinvestasi membangun jalur-jalur kereta api di dalam dan luar pulau jawa. Perusahaan yang terlibat dalam industri kereta api zaman kolonial adalah Staat Spoorwegen, Verenigde Spoorwegenbedrifj, dan Deli Spoorwegen Maatscappij. Periode perusahaan berorientasi pada pelayanan publik bermula pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 25 mei berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1963, pemerintah Republik Indonesia membentuk Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada 15 september 1997 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Taun 1971, PNKA diubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Dengan status sebagai Perusahaan Negara dan Perusahaan Jawatan, KAI saat itu beroperasi melayani masyarakat dengan dana subsidi dari Pemerintah. Babak baru pengelolaan KAI dimuali ketika PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 1990. Dengan status barunya sebagai Perusahaan
34
umum, perumka berupaya untuk mendapatkan laba dari jasa yang disediakannya. Untuk jasa layanan penumpang, perumka menawarkan tiga kelas layanan, yaitu kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Pada tanggal 31 juli 1995 perumka meluncurkan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dengan merek Kereta Api Argo Bromo JS-950. Merek ini kemudian dikembangkan menjadi Kereta Api (KA) Argo Bromo Anggrek mengawali pengembangan KA merek Argo lainnya, seperti KA Argo Lawu, KA Argo Mulia, dan KA Argo Parahyangan. Untuk mendorong perumka menjadi perusahaan bisnis jasa, pada tangggal 3 februari 1998 pemerintah menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum (Perum) Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1998. Dengan status barunya, KAI beroperasi sebagai lembaga bisnis yang berorientasi laba. Untuk tetap menjalankan sebagian misinya sebagai organisasi pelayanan publik, pemerintah menyediakan dana Public Service Obligation (PSO). 2. Visi, Misi, dan Makna Logo Perusahaan a. Visi Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders. b. Misi Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan
35
kelestarian
lingkungan
bersasarkan
empat
pilar
utama:
Keselamatan, Ketepatan Waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan. c. Makna Logo Perusahaan 1) Bentuk Anak panah melambangkan nilai integritas, yang harus dimiliki insan dalam mewujudkan pelayanan prima. Garis
melengkung
melambangkan
gerakan
yang
dinamis dalam mencapai visi dan misinya. 2) Warna Warna biru melambangkan semangat inovasi yang harus
dilakukan
dalam
memberikan
nilai
tambah
ke
stakeholders. Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal terkecil sehingga dapat melesat. Warna oranye melambangkan proses pelayanan prima (kepuasan pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. 3. Tata Nilai Perusahaan a. Integritas Kami
bertindak
konsisten
sesuai
dengan
nilai-nilai
kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan
36
kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya. b. Professional Kami memiliki kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan, mampu menguasai untuk
menggunakan,
mengembangkan,
dan
membagikan
pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain. c. Keselamatan Kami memiliki sifat tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau proses kerja yang mempunyai potensi risiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian. d. Inovasi Kami
selalu
menumbuhkembangkan
gagasan
baru,
melakukan tindakan perbaikan yang berlanjutan, dan meciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. e. Pelayanan Prima Kami memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 unsur pokok: Kemampuan, Sikap, Penampilan, Perhatian, Tindakan, dan Tanggung Jawab.
37
4. Bisnis Perusahaan a. Angkutan Penumpang Angkutan penumpang menggunakan kereta api, yang mencakup angkutan rute jarak jauh, jarak menengah, dan jarak dekat. Untuk jasa angkutan penumpang jarak jauh dibagi menjadi angkutan penumpang kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi. b. Angkutan Barang Angkutan barang menggunakan kereta api, yang mencakup angkutan peti kemas, batu bara, parsel, barang curah, dan barang jenis lain. c. Pengusahaan Aset Aset perusahaan seperti tanah, bangunan dan aset lainnya dikomersialkan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Bentuk-bentuk pengusahaannya seperti persewaan tanah untuk Tower, Stockpile, Container Yard, Pipa, Fiber Optik, Toko, Hotel, Kantor, Rumah, Space Reklame, dll. Rumah perusahaan juga disewakan
untuk
dijadikan
Toko,
Hotel,
Kantor,
rumah,
Periklanan, dll. 5. Anak Perusahaan a. PT Reska Multi Usaha Service On Train, perparkiran, restorasi, Loko Cafe, Loko Kios, Catering.
38
Alamat Kantor : Stasiun Mangga Besar Lt. 1, Jl. Karannganyar No. 1, Jakarta pusat. b. PT KAI Commuter Jabodetabek Pengoperasian KRL Jabodetabek. Alamat Kantor : Stasiun Juanda Lt. 1 & 2, Jl. Ir. H. Juanda 1, Jakarta Pusat 101120 c. PT Kereta Api Logistik Layanan distribusi dan logistik berbasis kereta api. Alamat Kantor : Stasiun Gondangdia Lt. 1, Jl. KH. Wahid hasyim No. 11A, Jakarta Pusat 10340 d. PT KA Properti Manajemen Pengelolaan aset dan properti perkeretaapian milik KAI dan pihak lainnya. Alamat Kantor : Stasiun Sawah Besar Lt. 1, Jl. K.H. Samanhudi, Jakarta Pusat-107010 e. PT KA Pariwisata Menyediakan barang atau jasa di bidang Pariwisata Kereta Api. Alamat Kantor : Stasiun Gambir Lt. 2, Jl. Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat 10110 f. PT Railink Pengoperasian Kereta Api Bandara. Alamat Kantor : Gedung JRC Lantai 3, Jl. Ir. H. Juanda 18 No 8, Jakarta Pusat
39
C. Kinerja Keuangan PT Kerata Api Indonesia (Persero) Penulis dalam melakukan penulisan kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) tahun 2012-2014 menggunakan analisis dan pembahasan sebagai berikut : 1. Analisis Rasio Profitabilitas a. Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Asset) Tabel III.1 Perhitungan Hasil Pengembalian Aset Tahun 20122014
Tahun Laba Bersih 2012 425,104,824,890 2013 560,716,836,448 2014 943,427,321,132
Total Aset Hasil 8,961,061,032,414 0.05 15,258,770,767,387 0.04 16,894,609,265,406 0.06
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada rasio hasil pengembalian atas aset menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- total aktiva bersih mampu menghasilkan laba sebesar berdasarkan hitungan pada tahun 2012 menunjukkan rasio sebesar 0.05% kemudian turun menjadi 0.04% pada tahun 2013 dan diakhir tahun 2014 naik
menjadi 0.06%. Dari hasil perhitungan bahwa nilai
pengembalian atas aset cenderung meningkat yang menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba lebih besar dibanding dengan peningkatan investasinya dapat dilihat dari laba bersih setiap tahunnya.
40
Diagram 3.1 Hasil Pengembalian atas Aset tahun 2012-2014
b. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity) Tabel III.2 Perhitungan Hasil Pengembalian atas Ekuitas Tahun 2012-2014 Tahun Laba Bersih / Total Ekuitas Hasil 2012 425,104,824,890 / 5,323,413,045,422 0.08 2013 560,716,836,448 / 6,122,250,714,193 0.09 2014 943,427,321,132 / 6,925,389,312,682 0.14
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai hasil pengembalian atas ekuitas menunjukkan bahwa setiap Rp 1,ekuitas mampu menghasilkan laba bersih yang berdasarkan perhitungan pada tahun 2012 sebesar 0.08%, tahun 2013 0.09% kemudian tahun 2014 0.14%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pengembalian atas ekuitas cenderung terus meningkat hal ini disebabkan karena aktivitas penjualan perusahaan yang sudah
41
optimal
setiap
tahunnya
sehingga
perusahaan
mampu
menghasilkan laba bersih setiap tahunnya.
Diagram 3.2 Hasil Pengembalian atas Ekuitas tahun 2012-2014
c. Margin Laba Kotor (gross profit margin) Tabel III.3 Perhitungan Margin Laba Kotor Tahun 2012-2014 Tahun Laba Kotor / Penjualan Bersih Hasil 2012 1,941,441,208,165 / 6,966,237,422,231 0.28 2013 2,680,417,864,664 / 8,600,972,177,428 0.31 2014 3,410,047,285,030 / 10,478,074,413,236 0.33
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio margin laba kotor menujukkan bahwa setiap Rp 1,- penjualan bersih mampu menghasilkan laba kotor berdasarkan perhitungan pada tahun 2012 menunjukkan sebesar 0.28%, tahun 2013 sebesar 0.31 kemudian pada tahun 2014 sebesar 0.33%. Hal ini menjukkan bahwa margin laba kotor cenderung terus meningkat hal ini disebabkan karena perusahaan terus meningkatkan kinerja dengan
42
upaya efisiensi di berbagai lini operasional perusahaan dan menekan beban pokok sehingga laba kotor yang dihasilkan terus meningkat dari penjualan bersih. Dengan demikian telah terjadi peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba kotor bagi perusahaan.
Diagram 3.3 Margin Laba Kotor tahun 2012-2014
d. Margin Laba Operasional (operating profit margin) Tabel III.4 Perhitungan Margin Laba Operasional Tahun 2012-2014 Tahun Laba Operasional 2012 697,639,125,105 2013 1,060,114,022,233 2014 1,570,245,291,957
Penjualan Bersih Hasil 6,966,237,422,231 0.1 8,600,972,177,428 0.12 10,478,074,413,236 0.15
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio margin laba operasional menujukkan bahwa setiap Rp 1,-
43
penjualan
bersih
mampu
menghasilkan
laba
operasional
berdasarkan perhitungan pada tahun 2012 menunjukkan sebesar 0.10%, tahun 2013 sebesar 0.12%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 0.15%. Hal ini menunjukkan bahwa margin laba operasional terus meningkat hal ini disebabkan karena laba kotor perusahaan terus meningkat. Dengan demikian telah terjadi peningkatan
kinerja
manajemen
dalam
menghasilkan
laba
operasional bagi perusahaan.
Diagram 3.4 Margin Laba Operasional tahun 2012-2014
e. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Tabel III.5 Perhitungan Margin Laba Bersih Tahun 2012-2014 Tahun Laba bersih 2012 425,104,824,890 2013 560,716,836,448 2014 943,427,321,132
Penjualan Bersih Hasil 6,966,237,422,231 0.06 8,600,972,177,428 0.07 10,478,074,413,236 0.09
44
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio margin laba bersih menujukkan bahwa setiap Rp 1,- penjualan bersih mampu menghasilkan laba bersih berdasarkan perhitungan pada tahun 2012 menunjukkan sebesar 0.06%, tahun 2013 0.07%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 0.09%. Hal ini menunjukkan bahwa margin laba bersih terus meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan karena laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan beban usaha. Dengan demikian telah terjadi kenaikan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersih bagi perusahaan.
Diagram 3.5 Margin Laba Bersih tahun 2012-2014
45
2. Analisis Rasio Solvabilitas a. Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio) Tabel III.6 Perhitungan Rasio Utang terhadap Modal Tahun 2012-2014 Tahun Total Utang 2012 3,637,648,986,991 2013 8,879,243,300,390 2014 9,969,219,952,724
Total Modal Hasil 5,323,413,045,442 0.68 5,729,051,741,428 1.55 6,925,389,312,682 1.44
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio utang
terhadap
modal
menujukkan
bahwa
berdasarkan
perhitungan, setiap Rp 1,- hutang perusahaan dijamin pada tahun 2012 sebesar 0.68 untuk tahun 2013 sebesar 1.55, dan tahun 2014 sebesar 1.44. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasionya fluktuatif, kenaikan
rasio
pada
tahun
2013
disebabkan
perseroan
mendapatkan pendanaan untuk pembangunan kereta bandara dan telah disetujui oleh 4 bank, yaitu BRI, BNI, BCA, dan Bank Mandiri.
46
Diagram 3.6 Rasio Utang Terhadap Modal tahun 2012-2014
b. Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio) Tabel III.7 Perhitungan Rasio Utang terhadap Aset Tahun 2012-2014 Tahun Total Utang 2012 3,637,648,986,991 2013 8,879,243,300,390 2014 9,969,219,952,724
Total Aset Hasil 8,961,062,032,414 0.41 14,608,295,041,818 0.61 16,894,609,265,406 0.59
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio utang terhadap aset menujukkan bahwa berdasarkan perhitungan, setiap Rp 1,- hutang perusahaan dijamin pada tahun 2012 sebesar 0.41 untuk tahun 2013 sebesar 0.61, dan tahun 2014 sebesar 0.59. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasionya fluktuatif, kenaikan rasio pada tahun 2013 disebabkan perusahaan pada tahun ini membeli 144 lokomotif dari Amerika dan Jerman hal ini untuk mendorong pertumbuhan usaha.
47
Diagram 3.7 Rasio Utang Terhadap Aset tahun 2012-2014
c. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term Debt to Equity Ratio) Tabel III.8 Perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal Tahun 2012-2014 Utang Jangka Tahun Panjang 2012 749,746,442,333 2013 4,051,152,302,862 2014 4,146,521,743,277
total modal Hasil 5,323,413,045,442 0.14 5,729,051,741,428 0.71 6,925,389,312,682 0.6
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio utang jangka panjang menujukkan bahwa berdasarkan perhitungan setiap Rp 1,- utang jangka panjang dijamin pada tahun 2012 sebesar 0.41, untuk tahun 2013 sebesar 0.61, dan tahun 2014 sebesar 0.59. kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2013 hal ini disebabkan pada tahun ini struktur pembiayaan
48
perseroan lebih banyak menggunakan utang jangka panjang untuk mengembangkan bisnis perusahaan dimana ada 4 bank yang memberikan pinjaman jangka panjang, yaitu BRI, BNI, BCA dan Bank Mandiri.
Diagram 3.8 Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal tahun 2012-2014
d. Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest Earned Ratio) Tabel III.9 Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan Tahun 2012-2014
Tahun 2012 2013 2014
Laba Sebelum Bunga dan Pajak 697,639,125,105 824,810,408,422 1,570,245,291,957
Beban Bunga 71,468,080,476 299,201,889,828 602,118,533,697
Hasil 9.76 2.76 2.61
49
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio utang kelipatan bunga dapat dikatan rasio utang kelipatan bunga meninterprestasikan bahwa perusahaan mempunyai laba sebelum bunga dan pajak pada tahun 2012 : 9.76 kali, tahun 2013 : 2.76 kali, kemudian tahun 2014 : 2.61 kali. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasio kelipatan bunga pada setiap tahunnya semakin menurun, maka semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Hal ini juga dapat mengurangi kepercayaan terhadap kreditur untuk menambah pinjaman.
Diagram 3.9 Rasio Utang Kelipatan Bunga yang Dihasilkan tahun 2012-2014
50
e. Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating Income to Liabilities Ratio) Tabel III.10 Perhitungan Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban Tahun 2012-2014 Tahun laba Operasional 2012 697,639,125,105 2013 824,810,408,422 2014 1,570,245,291,957
Kewajiban 3,637,648,986,991 8,879,243,300,390 9,969,219,952,724
hasil 0.19 0.09 0.16
Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai rasio laba
operasional
terhadap
kewajiban
menujukkan
bahwa
berdasarkan perhitungan setiap Rp 1,- kewajiban hanya mampu ditutup laba operasional pada tahun 2012 sebesar Rp 0.21, tahun 2013 sebesar Rp 0.09, kemudian tahun 2014 sebesar Rp 0.16. Pada tahun 2013 terjadi penurunan hal ini disebabkan karena pada tahun ini terjadi kenaikan beban operasional perusahaan tentu dalam hal ini penting bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi atas beban operasional yang terlalu besar.
51
Diagram 3.10 Rasio Laba Operasional terhadap kewajiban tahun 2012-2014