BAB II VARIASI MENGAJAR, HASIL BELAJAR DAN MATA PELAJARAN FIQIH A. Variasi Mengajar 1. Pengertian Variasi Mengajar Pengertian variasi menurut kamus ilmiah popular adalah selingan, selang-seling, atau pergantian. Udin S. Winataputra (2004) mengartikan variasi sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Kejenuhan siswa dalam memperoleh pelajaran dapat diamati selama proses
belajar
mengajar
berlangsung
seperti
kurang
perhatian,
mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau kekamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya, pengajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi belajar mengajar berjalan normal. 1 Menurut Uzer Usman, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa
menunjukkan
ketekunan,
antusiasme,
serta
penuh
partisipasi.Adapun variasi mengajar merupakan mengajar yang tidak monoton bisa dari gaya mengajar, metode, media, materi dan juga interaksinya. Variasi mengajar sendiri memiliki fungsi yaitu sebagai
1
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 91.
24
25
penarik perhatian siswa dan juga sebagai motivasi ekstrinsik siswa dalam belajar.2 2. Tujuan dan Prinsip Variasi Mengajar Penggunaan variasi terutama ditujukan pada perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah: a. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar Mengajar Perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa kurang mengerti akan bahan yang diberikan guru. Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya, misalnya: faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang dirasakan siswa lebih menarik daripada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang menyenangi materi pelajaran yang diberikan guru. Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru dan materi pelajaran yang diberikan guru dapat diatasi dengan pemilihan variasi pembelajaran yang sejalan dengan gaya belajar siswa. 2
Zainal Mustakim, Strategi Dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 220.
26
Perhatian siswa dalam proses belajar mengajar lebih fokus karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang dijelaskan guru, akan mendukung tercapainya tujuan pelajaran yang dicapai. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan dalam diri siswa. Fokus perhatian siswa adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Variasi mengajar mampu meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum. Siswa menjadi aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. 3 b. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memberikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didalam diri setiap siswa selama pengajaran langsung. Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak semua siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang sisw menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu 3
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 181-182.
27
dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajarang yang diberikan. Peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan. 4 c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah Adalah kenyataan yang tidak biasa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negatif ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran kelas. Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya belajar guru tak sejalan dengan gaya belajar siswa. Metode mengajar yang digunakan itu – itu saja. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode mengajar yang lain.
4
Ibid, hlm. 182-183.
28
Misalnya, metode diskusi, resitasi, tanya jawab, probleng solving atau cerita. Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tidak peduli bagaimana tingkah laku dan perbuatan anak didik merupakan jalan pengajaran yang cepat membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa ingin selalu dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat sisi guru. Guru yang seperti itu biasanya gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Disela – sela pengajaran sering diselangi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.5
5
Ibid, hlm. 183-184.
29
d. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual Sebagai seoarang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan
yang
mendukung
tugasnya
dalam
mengajar.
Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tatapi lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan pemilihan metode, mana yang dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar dikelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode, media, pendekatan) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi, jika sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. 6 Jika guru mampu menghadirkan pengajaran yang bervariasi maka dengan sendirinya akan memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan pengajaran yang bervariasi. Atau setidak-tidaknyan siswa secara kreatif menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan ketika guru mengajar tersedia fasilitas yang memadai.
6
Ibid, hlm. 184-185.
30
e. Mendorong anak didik untuk belajar Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampumendorong anak didik selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan beajar mengajar. Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah dalam motivasi instrinsik yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun, sayangnya jarang ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap anak yang hadir didalam kelas selalu membawa motivasi yang berbeda. Perbedaan motivasi itu terlihat dari sikap dan perbuatan mereka ketika menerima pelajaran dari guru. Pada satu sisi, ada anak didik yang senang menerima materi pelajaran tertentu, tetapi dilain pihak ada juga anak didik yang kurang senang menerima materi pelajaran tertentu. Gejalanya terlihat ada anak didik yang malas mencatat, malas memperhatikan penjelasan guru dan sebagainya. 7 3. Komponen – komponen Variasi Mengajar Beberapa dimensi yang harus diperhatikan juga dalam variasi mengajar adalah sebagai berikut:
7
Ibid, hlm. 185-186.
31
a. Variasi suara dan sikap guru Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat dan sebaliknya.8 Suara guru memiliki peranan penting dalam melahirkan kualitas variasi mengajar. Karena itu, intonasi, nada, volume, dan kecepatan suara guru perlu diatur dengan baik. Umpamannya dalam melukiskan atau mendramatisasikan suatu peristiwa atau kata, guru mesti mengetahui kata atau peristiwa yang harus mendapat penekanan. Penekanan ini penting agar siswa mengetahui hal-hal yang dianggap penting dari materi pelajaran yang disampaikan guru. Dalam konteks diatas, beberapa hal perlu diperhatikan guru, sebagai berikut:9 1) Penekanan Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspen yang terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya. Umpamanya guru menggunakan kalimat “sekali lagi bapak/ibu tekankan” atau “coba anda perhatikan dan lain sebagainya. 2) Pemberian waktu Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan 8 9
Zaenal Mustakim, Op. cit. hlm. 240 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Op. cit. hlm. 95-96.
32
pertanyaan. Caranya setelah menjelaskan satu sub-bab materi guru berhenti sejenak sebelum melanjutkan pada sub-bab berikutnya. Ketika guru berhenti, siswa memiliki kesempatan untuk menelaah atau mungkin menyusun pertanyaan dari pernyataan-pernyataan guru yang belum jelas. 3) Kontak pandang Selama menyampaikan materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru hanya memandang keluar, keatas atau kesiswa tertentu saja. Guru hendaklah berbagi pandangan kepada seluruh siswa. Bagi pandangan ini penting agar siswa merasa diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk ngobrol atau gaduh. 4) Gerakan anggota badan Selama menyampaikan materi, seorang guru hendaklah tidak seperti patung (berdiri saja) atau tidak seperti orang yang lumpuh (duduk saja). Guru perlu bergerak secara leluasa seperti mengelilingi siswa atau bergerak didepan kelas. Begitu juga gerakkan kepala keberbagai arah perlu dilakukan. Gerakkan ini penting agar merasakan kehadiran guru dalam setiap dirinya, seluruh ruang dan waktu. 5) Pindah posisi Dengan bergerak, berarti guru tidak berada dalam satu posisi saja, melainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi
33
ini selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak monoton. Perpindahan posisi guru hendaklah terdapat pada tujuan, umpamanya karena sebelah kanan kelas terdapat siswa yang ribut, maka dengan perpindahan posisi guru kesebelah kanan, siswa menjadi tidak ribut. b. Variasi media dan bahan ajaran Penggunaan media belajar akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya atau terhadapmateri pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media, ada alih pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan dengan guru yang hanya berceramah saja. Bahkan melalui media memungkinkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran akan lebih baik. 10 Ada tiga komponen dalam variasi media, yaitu media pandang, (visual), media dengar (audio), dan media taktik. Ketiga media ini harus digunakan secara bervariasi dalam arti berganti-ganti bahkan mungkin ketiganya digunakan: 1) Variasi media pandang Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran diantarnya, buku, majalah, globe, peta, file, film strip, TV, radio, recorder, gambar dan sebagainya. Alat ini berguna untuk :
10
Ibid, hlm. 96.
34
Membantu
pemaham
konsep
yang
abstrak
kepada
penjelasan yang konkret Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa Mengembangkan cara berpikir siswa yang konsisten dan berkesinambungan. Memberikan pengalaman baru dan unik. 2) Variasi media dengar Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar anak didik. Karena itu, diperlukkan media lainnya yang memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman beru terhadap suara itu. Bisa saja guru merekam suaranya dirumah atau merekam suara lain yang pautu didengarkan dan punya relevansi dengan materi pelajaran. 3) Variasi media taktik Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk
kreatif.
Umpamanya,
guru
memeperlihatkan
dan
menjelaskan tentang peta pulau jawa, setelah itu siswa disuruh untuk menggambar peta tersebut. Cara ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pulau atau nama-nama kota, sungai, pasar, dan lain sebagainya yang terdapat dalam pulau tersebut.11
11
Ibid, hlm. 97
35
c. Variasi interaksi Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal yaitu : Siswa bealajar atau melakukan aktivitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru. Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangka guru berbicara secara aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didemonisasi guru. Namun diantara dua jenis tersebut jenis pertama akan lebih baik. Sekalipun yang ideal adalah guru dan siswa memiliki peranan yang proporsional. Dalam arti, guru tidak mendominanisasi kelas, dan siswa juga memiliki kebebasan tanpa berarti tidak ada kendali guru. Maka dalam konteks interaksi ini hendaklah guru berdiri ditengah – tengah. 12 4. Manfaat Variasi Mengajar Adapun manfaat dari variasi mengajar seperti yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman adalah sebagai berikut :13 a. Meningkatkan, menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap aspek – aspek belajar yang relevan. b. Memberi kesempatan untuk meningkatkan dan berkembangnya bakat ingin tahu dan berfungsinya motivasi belajar. 12 13
Loc. cit. Ibid, hlm. 227.
36
c. Memupuk dan membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik. Memberi pelayanan yang baik kepada siswa secara individual dalam menerima pelajaran agar mudah dan senang belajar. B. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.14 Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar.
14
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 3.
37
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Belajar dapat dipahami dengan kerangka berfikir sebagai berikut : a. Belajar berhubungan dengan tingkah laku manusia, b. Tingkah laku tersebut mengalami perubahan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, c. Perubahan tingkah laku manusia tersebut harus dapat dikontrol oleh diri sendiri atau oleh faktor-faktor eksternal. 15 Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiiki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Belajar dapat diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengalaman yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. 16 Belajar merupakan tindakan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.17
15
Suherli Kusmana, Model Pembelajaran Siswa Aktif, (Jakarta: Multi Kreasi, Satudelapan, 2012), hlm. 12. 16 Udin S. Winataputra dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 15. 17 Dimyati dan Mudjiono. Op. cit. hlm. 7.
38
Dari konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuanyang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini bisa didapatkan dari guru maupun dari pengalaman yang dialami dari lingkungan. 2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1) Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
39
2) Faktor psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. a) Kecerdasan/intelegensi siswa Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar
siswa.
Ini
berarti,
semakin
tinggi
kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan. Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan inteligensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya
menimbulkan
kesuksesan
belajar
siswa
yang
bersangkutan. Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya dia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat
40
tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.18 b) Motivasi Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).19 Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin. 20 Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi
aktivitas
kesenangannya
tetapi
sudah
mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
18
Muhibbin syah, Psikologi belajar (Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada,2003), Hlm. 147-
148. 19
Djali,Psikologi Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara, 2008),Hlm. 101. Nashar,Peranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan Pembelajaran (Jakarta: Delia press,2004), Hlm. 42. 20
41
Menurut Arden N. Frandsen, dalam Hayinah (1992) yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah: Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna baginya. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua,
danlain
sebagainya.
Kurangnya
respons
dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. c) Ingatan Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni : (I) Menerima kesan, (II) Menyimpan kesan, dan (III) Memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan
42
sebagai
kecakapan
untuk
menerima,
menyimpan
dan
mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa. Selain itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumusrumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada G (gudeg), D (dan), A (ayam), B (bebek) dan sebagainya. d) Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan
43
rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.21 Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya. Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain: 1) Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
21
Slameto,Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Hlm. 57.
44
2) Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya. e) Sikap Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.22 Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap
menerima,
menolak,
atau
mengabaikan.
Siswa
memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. f) Bakat Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.23
22
Muhibbin Syah. Op. cit. hlm. 123. Nana Syaodih.S,Landasan Psikologi Proses Pendidikan(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Hlm. 101. 23
45
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu,
akan
lebih
mudah
menyerap
informasi
yang
berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik, orang tua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya,
anatara
lain
dengan
mendukung,
ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. g) Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam
strategi
belajar-mengajar,
dan
46
memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit. h) Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan bermacam-macam penguat pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.
dan
memberikan
47
i) Kebiasaan Belajar Kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: Belajar pada akhir semester Belajar tidak teratur Menyia - nyiakan kesempatan belajar Bersekolah hanya untuk bergengsi Dating terlambat bergaya seperti pemimpin Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar. Kebiasaa-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. j) Cita-cita Siswa Umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.
48
Cita-cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan, penanaman memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Sekolah menengah memberikan pendididikan pemilikan dan pencapaian cita-cita semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian
cita-cita
sudah
sebaiknya
berpangkal
dari
kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit. Duahal ini yakni pemilikan cita-cita dan kemampuan berprestasi apabila dikaitkan, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri. b. Faktor Eksternal Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 24 1) Lingkungan sosial Berikut diantarayang termasuk dalam lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
24
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar(Jakarta: CV Rineka Cipta, 2002),hlm. 143.
49
keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. a) Lingkungan sosial sekolah Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. b) Lingkungan sosial masyarakat Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran
dan
anak
terlantar
juga
dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya. c) Lingkungan sosial keluarga Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
50
anatara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. 2) Lingkungan non sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;25 a) Lingkungan alamiah Lingkungan alamiah adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Melihat kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal. b) Faktor instrumental Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
25
Ibid, hlm. 144
51
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya. c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor
ini
hendaknya
disesuaikan
dengan
usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa. C. Mata Pelajaran Fiqih 1. Pengertian Fiqih Fiqih dalam arti tekstual dapat diartikan sebagai pemahaman dan perilaku yang diambil dari agama. 26 Kajian dalam fiqih meliputi masalah Ubudiyah (persoalan-persoalan ibadah), ahwal al-sakhsiyah (keluarga), mu’amalah (masyarakat), dan siyasah (negara). Fiqih artinya paham, menurut Abdul Wahab Khalaf yang dikutip oleh Ahmad Rofiq, pengertian fiqih secara terminologis adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil naqli yang rinci. 27 Oleh karena itu, fiqih merupakan salah satu mata pelajaran Islam yang paling dikenal oleh masyarakat, dari sejak lahir sampai dengan 26
M. Kholidul Adib, Fiqh Progressif: Membangun Nalar Fiqih Bervisi Kemanusiaan, dalam jurnal Justisia, Edisi 24 XI 2003, hlm. 4. 27 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet.4, hlm. 5.
52
meninggal dunia, manusia selalu berhubungan dengan fiqih. Maka, fiqih dikategorikan sebagai ilmu al-hal, yaitu ilmu yang wajib dipelajari, karena dengan ilmu itu pula seseorang aru dapat melaksanakan kewajibannya mengabdikan diri kepada Allah melalu ibadah shalat, puasa, haji dan sebagainya.28 Fiqih merupakan kajian ilmu yang digunakan untuk mengambil tindakan hukum terhadap sebuah kasus tertentu dengan mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam syari’at Islam yang ada. 29 Dalam pemahaman seperti ini maka kajian atau produk fiqih selayaknya bersifat dinamis. Dan lebih lanjut fiqih merupakan suatu metode pemaknaan hukum terhadap realitas. Dalam perkembangan selanjutnya fiqih mampu menginterpretasikan teks-teks agama secara kontekstual. Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI
yang berisi/meliputi fiqih ibadah, terutama
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang car-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannnya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan da minuman yang halal dan yang haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan pemahaman tentang aturan/ketentuan kepada pesera 28
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet.9 hlm.
295. 29
Sumanto al-qurtuby, KH.MA. Sahal Mahfudh; Era Baru Fiqih Indonesia (Yogyakarta: Cermin, 2000) hlm. 134.
53
didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. 30 2. Tujuan Pembelajaran Fiqih Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pembelajaran Fiqih terlebih dahulu dijelaskan apa sebenarnya makna dari ”tujuan”. Secara etimologi tujuan adalah arah, maksud, atau haluan, sasaran. Dalam bahasa Arab tujuan diistilahkan dengan ”ghayat, ahdaf, atau maqoshid”. Sementara dalam bahasa inggris diistilahkan dengan ”goal, purpose, obyektif, atau aim”. Secara terminologi tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai. 31 Pembelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, 32 bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
30
Permenag RI no.2 tahun 2008, tentang SKL & SI PAI dan B.Arab, hlm. 63. Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam(Jakarta: Ciputata Press,2002) hlm. 15. 32 Peraturan Menteri Agama nomor 2 tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 20. 31
54
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sbagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya. 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih. Ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah meliputi :33 1) Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. 2) Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar
kompetensi
mata
pelajaran
fikih
berisi
sekumpulan
kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh fikih di MI. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan
33
Ibid, hlm. 23
55
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan ibadah kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kompetensi dasar ini merupakan penjabaran dari kompetensi dasar umum yang harus dicapai di Madrasah Ibtidaiyah, yaitu:34 1) Mampu mengenal lima rukun Islam: terbiasa berperilaku hidup bersih, mampu berwudlu dan mengenal shalat fardhu. 2) Mampu melaksanakan shalat dengan menserasikan bacaan, gerakan dan mengerti syarat syah shalat dan yang membatalkannya, terbiasa melakukan adzan, dan iqamah, hafal bacaan qunut dalam shalat, dan mampu melakukan dzikir dan do’a. 3) Mampu memahami dan melakukan shalat berjama’ah shalat jum’at dan mengerti syarat sah dan sunnahnya, shalat sunah rawatib, tarawih, witir dan shalat I’d, dan memahami tata cara shalat bagi orang yang sakit. 4) Mampu memahami dan melakukan puasa ramadhan, memahami ketentuan puasa sunah dan puasa yang diharamkan, melaksanakan zakat menurut ketentuannya, dan memahami ketentuan zakat fitrah. 5) Mampu memahami dan melakukan shadaqah dan infaq, memahami ketentuan makanan dan minuman yang halal dan makanan minuman yangharam, memahami ketentuan binatang yang halal dan yang haram, danmemahami serta melakukan khitan.
34
Ibid, hlm. 59
56
6) Mampu memahami dan melakukan mandi setelah haid bagi wanita,memahami ketentuan jual beli dan mampu melakukannya, memahamiketentuan pinjam meminjam dan mampu melakukannya, memahamiketentuan memberi upah, dan ketentuan barang titipan dan barang temuan. 7) Mampu memahami dan mempraktekkan tata cara ibadah haji, syarat dan rukunhaji.