22
BAB II
URAIAN TORITIS
2.1
Kerangka Teori 2.1.1
Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication
berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut Wilbur Schramm, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 1992, hlm. 13). Proses komunikasi dapat dibandingkan dengan tata cara produksi dan konsumsi. Proses ini melibatkan produksi makna (production of meaning), melalui penggunaan bahan-bahan mentah yang terdiri dari katakata,
gambar-gambar,
lambang-lambang,
dan
tindakan-tindakan
komunikator, serta konsumsi makna (consumtion of meaning) melalui pendengaran, penglihatan, sentuhan, perasaan, dan penciuman yang dilakukan oleh khalayak. (Moore, 2005, hlm. 88) Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai penyampaian pesan yang dilakukan oleh seorang komunikator kepada komunikan untuk menciptakan
kesamaan
pengertian.
Lebih
lanjut,
beberapa
ahli
memberikan definisi yang beragam mengenai komunikasi. Moore
(2005)
dalam bukunya
me
jelaskan,
“komunikasi
melibatkan 3 unsur: pengirim (sender), media komunikasi, dan penerima (receiver). Keefektifan komunikasi bergantung pada ketiga unsur ini. Jika si pengirim tidak kompeten atau pesan yang disampaikan tidak jelas, maka si penerima tidak akan memahami makna dari tanda-tanda yang diberikan, dan proses komunikasi itu pun gagal.” (hlm. 87)
Universitas Sumatera Utara
23
Everett M Rogers memberikan definisi, “komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Cangara, 1998, hlm. 18) Lasswell memberikan sebuah formulasi yang banyak digunakan dalam ilmu komunikasi yakni “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?” yang menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu : a. Komunikator ( communicator, source, sender ) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi. b. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar dan sebagainya. c. Media (channel) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai penyampai pesan. d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator. e. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 1992, hlm. 10)
Jika komunikasi dipandang sebagai suatu proses, maka komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis. Menurut Effendy komunikasi sebagai proses terbagi dua tahap yakni:
a. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
24
lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. b. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya. (Effendy, 1992, hlm. 11)
Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya telah tergambarkan seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2005, hlm. 20). Lebih lanjut, dalam melakukan hubungan komunikasi dua arah yang baik antara manajemen dan karyawan didasarkan pada asas-asas sebagai berikut:
a. Manajemen harus bersedia secara sadar memberikan informasi kepada karyawannya. Setiap pelaksana harus memahami bahwa komunikasi merupakan tanggung jawab utama, dan dalam evaluasi pelaksanaan secara keseluruhan, tanggung jawab komunikasi yang diberikan adalah sangat berat.
Universitas Sumatera Utara
25
b. Komunikasi harus berfungsi sebagai suatu sistem yang lengkap antara manajemen dan karyawan. c. Papan tertulis harus digunakan untuk menghindari penyimpangan arti yang mungkin terjadi dalam komunikasi lisan. d. Pesan harus disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang lazim yang sesuai dengan tingkat pendidikan karyawan. e. Media komunikasi harus dipilih dan pesan harus disiapkan oleh komunikator yang berpengalaman. Terutama yang terpenting bahwa komunikasi tentang infomasi penting tidak dipercayakan kepada orang dengan pengalaman komunikasi yang terbatas. f. Komunikasi jangan secara sengaja disalah gunakan atau disesatkan tetapi harus faktual, saksama, dan tidak memihak. g. Informasi harus diberikan tepat pada waktunya dan pesan harus disampaikan dengan cepat untuk menghindari kesalahpahaman. h. Pengulangan adalah penting dalam komunikasi karyawan yang baik. Informasi harus diulang dalam cara yang berlainan agar mudah dipahami. i. Informasi harus dikomunikasikan dalam jumlah yang kecil agar mudah dipahami. j. Tanggung jawab terhadap komunikasi karyawan yang bersifat formal harus diserahkan kepada staf humas. ( Moore, 2005, hlm. 350)
2.1.2
Public Relations Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR),
yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987, “ humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memeliharaniat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”. (Anggoro, 2002, hlm. 2) Grunig dan Hunt (1984) mengatakan, “public relations (PR) adalah usaha untuk memanajemen penyebarluasan informasi antara individu atau
Universitas Sumatera Utara
26
organisasi dan publik,” (hlm. 6e) dan Fraser P. Seitel (2007) menjelaskan, “public relations juga berkaitan dengan usaha suatu organisasi atau individu
meningkatan
perhatian
khalayaknya
menggunakan
topik
kepentingan umum dan berita yang secara tidak langsung membutuhkan bayaran.” (hlm. 10e) Studi yang dilakukan oleh Gina Furia Rubel di tahun 2007 menjelaskan bahwa sasaran dari public relations sebuah perusahaan secara umum adalah untuk mempersuasi publik, investor, partner, karyawan, dan orang-orang yang memiliki kepentingan untuk mengubah pandangannya mengenai
perusahaan, kepemimpinannya, produk,
atau
keputusan
politisnya. Aktivitas umum termasuk berbicara dalam pertemuan, memenangkan penghargaan industri, bekerja dengan pers, dan komunikasi karyawan. Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978 telah menetapkan humas adalah suatu seni sekaligus disiplin
ilmu
sosial
yang
menganalisis
berbagai
kecenderungan,
memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya. (Anggoro, 2002, hlm. 2) Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public relations menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah:
a. Menunjang
kegiatan
manajemen
dalam
mencapai
tujuan
organisasi, b. Menciptakan
komunikasi
dua
arah
timbal
balik,
dengan
menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada organisasi, c. Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi kepentingan umum,
Universitas Sumatera Utara
27
d. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai khalayak sasarannya. (Kusumastuti, 2002, hlm. 23-24)
Menurut Jefkins (1992), public relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. (hlm. 9) Jefkins (2005) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang sangat memengaruhi tingkat efektifitas humas internal, yaitu:
a. Keterbukaan pihak manajemen, b. Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan pegawai, c. Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis. (hlm. 172)
2.1.3
Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam
suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal. (Sendjaja, 1994) Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang saling berubah-ubah. (Arni Muhammad, 2002, hlm. 67) Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 33) Proses komunikasi memiliki peranan penting di dalam sebuah organisasi. Dengan komunikasi sebuah organisasi dapat melakukan berbagai kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi seperti
Universitas Sumatera Utara
28
yang diutarakan oleh Redding dan Sanborn, "Communication organization is sending and receiving information in complex organizations. Included in this field is communication Internally, human relations, union relations managers, communication downward or communication from superiors upward communication/communication from subordinates to superiors, horizontal communication or communications of people–people in the same level, listening, writing, and communication evaluation program”. (Masmuh, 2008, hlm. 5) Komunikasi akan selalu terjadi dalam setiap kegiatan organisasi dengan tujuan untuk menciptakan saling pengertian dan kerjasama pada setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Seiring dengan pernyataan Roger (1976), “komunikasi adalah darah kehidupan yang mengalir dalam organisasi. Komunikasi meliputi seluruh kegiatan dalam organisasi yang dapat menghasilkan alat kerja yang penting di mana akan timbul saling pengertian serta kerjasama di antara anggota organisasi.” (hlm. 6) Aliran informasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi. Tantangan dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 170) Untuk menjalankan dan mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat empat arah formal aliran informasi dalam organisasi. Keempat aliran informasi itu adalah:
a. Komunikasi ke bawah, yaitu dalam sebuah organisasi bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen. (hlm. 184) Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen
Universitas Sumatera Utara
29
mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah; pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction); penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan (job retionnale); penyampaian
informasi
mengenai
peraturan-peraturan
yang
berlaku (procedures and practices); pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. (Sendjaja, 2002, hlm. 4.5) b. Komunikasi ke atas, dalam sebuah organisasi bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). (Pace dan Faules, 2001, hlm. 189) Semua karyawan dalam perusahaan kecuali pimpinan mungkin akan melakukan komunikasi ke atas. Meminta informasi kepada seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi, memberikan permohonan atau komentar merupakan alasan tujuan dari komunikasi ini. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah, penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang
sudah
dilaksanakan;
penyampaian
informasi
tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan; penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan; penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. (Sendjaja, 2002, hlm. 4.5) c. Komunikasi horizontal, komunikasi ini terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 195) Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah; memperbaiki koordanasi tugas; upaya pemecahan masalah; saling berbagi informasi; upaya memecahkan konflik; dan membina hubungan melalui kegiatan bersama. d. Komunikasi lintas saluran, komunikasi ini muncul dari keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional
Universitas Sumatera Utara
30
dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.
Empat aliran informasi yang telah disebutkan di atas merupakan komunikasi yang terdapat dalam organisasi dan ke empat aliran informasi tersebut juga terdapat dalam kegiatan employee relations. Secara fungsional kegiatan komunikasi di dalam suatu perusahaan adalah: •
Untuk memepngaruhi setiap tindakan ke arah kemajuan dan kesejahteraan perusahaan (the welfare of the enterprise).
•
Komuniksi adalah sesuatu yang penting untuk meningkatkan fungsi
manajerial
di
perusahaan
secara
internal
(internal
functioning). (Harold Koontz 1990)
2.1.4
Employee Relations Lewis, Thornhill, dan Saunders (2003) menjelaskan bahwa pada
awalnya employee relations merupakan bidang studi yang lebih dikenal dengan nama Industrial Relations namun telah mengalami perubahan definisi yang dapat dikatakan menjadi lebih luas. Industrial relations menjadi lebih dikenal dengan istilah employment relations atau employee relations menimbang pemakaian istilahnya pada hubungan karyawan nonindustri. (hlm.3) Menurut Kasali (1990), sasaran humas adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, salah satunya adalah hubungan dengan karyawan (employee relations) sebagai publik internal. Rhenald Kasali mengatakan bahwa, public relations adalah suatu pendekatan strategis dengan menggunakan konsepkonsep komunikasi dengan cara membujuk (persuasive). Tugas public relations adalah membina hubungan yang baik dengan berbagai pihak. (hlm. 284)
Universitas Sumatera Utara
31
Employee relations merupakan kegiatan penting dari internal public relations seperti yang dikemukakan oleh Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations (1992), bahwa publik internal atau employee relations tersebut sama pentingnya dengan external public relations, karena kedua bentuk hubungan masyarakat tersebut diumpamakan sebagai dua sisi mata uang yang mempunyai arti yang sama dan saling terkait erat satu sama lain. Inti dari kegiatan employee relations dapat kita pahami dari definisi employee relations oleh Yulianita (2005), “Employee relations yaitu kegiatan public relations untuk memelihara hubungan, khususnya antara manajemen dengan para karyawannya.”(hlm. 59) Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public relations menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah:
a. Menunjang
kegiatan
manajemen
dalam
mencapai
tujuan
organisasi. b. Menciptakan
komunikasi
dua
arah
timbal
balik,
dengan
menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada orgaisasi. c. Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi kepentingan umum. d. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai khalayak sasarannya. (Kusumawati, 2002, hlm. 23-24)
Studi yang dilakukan Moore pada tahun 2005 menjelaskan bahwa koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi adalah penting. Kegagalan dalam menyajikan
informasi
kepada
karyawan
tentang
kebijakan
dan
perkembangan perusahaan yang memengaruhi kepentingannya, akan menimbulkan kesalah pahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan
Universitas Sumatera Utara
32
membuat asumsinya sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat. (hlm. 347) Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen tentang pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingannya. Pelaksanaan komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan usulan kepada manajemen adalah penting. (Moore, 1988, hlm. 5) Cutlip, Center dan Broom (1985) dalam buku Effective Public Relations mengatakan, “No organization relationship are as important as those with employee all levels”. (hlm. 311) Pernyataan tersebut mengatakan bahwa, tidak ada hubungan komunikasi yang lebih penting dari hubungan antar karyawan pada semua tingkatan. Tujuan kegiatan employee relations adalah untuk mengenal, menyusun, dan kemudian memelihara hubungan yang harmonis antara organisasi dengan para karyawannya, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Sebagaimana bahwa employee relations adalah merupakan salah satu bentuk dari aktivitas internal public relations, maka berkaitan dengan itu Frank Jefkins mengatakan bahwa, “internal public relations is therefore one of the keys to successful management, requiring open management and closing the gap between the two sides.” Dengan demikian berarti bahwa, internal public relations kemudian menjadi salah satu kunci menuju manajemen sukses, menuntut pengelolaan terbuka dan menutup celah antara manajemen dan karyawan. (Jefkins, 1994, hlm. 355) Jefkins (2005) dalam bukunya menyebutkan ada tiga hal yang sangat memengaruhi tingkat efektifitas humas internal, yaitu:
a. Keterbukaan pihak manajemen. b. Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan pegawai.
Universitas Sumatera Utara
33
c. Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis. (hlm. 172) Dengan kata lain, rapat juga merupakan usaha untuk melakukan koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi agar tidak muncul kesalah pahaman, desas-desus palsu atau bahkan kecaman yang dapat memengaruhi hubungan publik internal.
2.1.5
Kepuasan Komunikasi Organisasi Pace dan Faules (2001) menjelaskan kepuasan adalah suatu konsep
yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan, jadi kepuasan dalam komunikasi berarti anda merasa nyaman dengan pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan
dalam
organisasi.
Kenyamanan
memiliki
kecenderungan, dalam hal ini kadang-kadang menyebabkan individu lebih menyukai cara-cara pelaksanaan terbaru, yang sering kali gagal menghasilkan
peningkatan
kinerja
tugas.
Sedangkan
Redding
menyebutkan bahwa kepuasan komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seorang
karyawan
mempersepsi
lingkungan
komunikasi
secara
keseluruhan. (hlm. 162-165) Arni Muhammad (2002) mendefinisikan, “kepuasan komunikasi karyawan adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.” (hlm. 88) Analisis paling komprehensif mengenai kepuasan komunikasi organisasi dilakukan oleh Downs dan Hanzen sebagai bagian dari usaha mereka untuk mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kepuasan komunikasi.
Mereka
mengidentifikasi
delapan
dimensi
kepuasan
komunikasi yang stabil, yaitu:
a. Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi,
Universitas Sumatera Utara
34
b. Sejauh
mana
para pimpinan
terbuka
pada
gagasan,
mau
mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan, c. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu, d. Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup. e. Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi horizontal yang cermat dan mengalir bebas, f. Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai, g. Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan memperkirakan kebutuhan pimpinan, h. Sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.
Menurut Down, kuesioner kepuasan komunikasi adalah pusaka berharga. Dilandasi suatu proses pengembangan yang kokoh, memiliki orientasi teoritis yang kaya, dan digunakan dalam berbagai situasi organisasi. Kuesioner ini terbukti merupakan sarana berguna, fleksibel, dan efisien untuk meninjau komunikasi organisasi.(Pace dan Faules, 2001, hlm. 164)
2.2
Kerangka Konsep Menurut Nawawi (1995), kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang
rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada rumusan hipotesa. (hlm. 40) Employee relations yang meliputi rapat rutin melibatkan seluruh hubungan komunikasi antar publik internal perusahaan (pihak perusahaan dan karyawan) baik horizontal maupun vertikal. Dengan kata lain kegiatan employee relations
Universitas Sumatera Utara
35
meliputi bentuk komunikasi downward (dari pihak perusahaan ke karyawan), upward (dari karyawan ke pihak perusahaan), dan linear (sesama karyawan).
Gambar 2.1 Kerangka konsep EMPLOYEE RELATIONS: 1. Downward 2. Upward 3. Linear
KEPUASAN KOMUNIKASI
KARAKTERISTIK RESPONDEN
2.3
Variabel Penelitian Dari kerangka konsep yang ada maka dapat ditarik variabel penelitian
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Variabel Penelitian VARIABEL
VARIABEL OPERASIONAL
TEORITIS
Variabel Bebas (X) Downward Employee
Upward
Relations
Linear Variabel Terikat (Y) Sejauh
mana
komunikasi
dalam
organisasi
memotivasi dan merangsang para karyawan untuk Kepuasan Komunikasi
memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi. Sejauh mana para pimpinan terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan
untuk
memecahkan
persoalan-
Universitas Sumatera Utara
36
persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu. Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup. Sejauh
mana
terjadinya
desas
desus
dan
komunikasi linear yang cermat dan mengalir bebas. Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai. Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan mempeerkirakan kebutuhan pimpinan. Sejauh mana karyawan merasa bahwa mereka mengetahui
bagaimana
mereka
dinilai
dan
bagaimana kinerja mereka dihargai.
2.4
Definisi Operasional Definisi operasional menurut Singarimbun dan Effendi (1995) merupakan
penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai bagaimana cara mengukur suatu variabel. (hlm. 46) Untuk menggambarkan definisi operasional secara lengkap dan rinci maka akan dibuat ke dalam tabel operasionalisasi konsep sebagai berikut:
Tabel 2.2 Operasionalisasi konsep Pengukuran variabel dan indikator employee relations dan kepuasan komunikasi. VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
SKALA
Variabel Bebas (X)
Universitas Sumatera Utara
37
Atasan
bersikap 5. Sangat sering (7-8 kali)
bijaksana dan tidak 4. Sering (5-6 kali) mempermalukan
3. Cukup (3-4 kali)
karyawan di depan 2. Jarang (1-2 kali) publik.
1. Tidak pernah
Atasan memberikan pesan-pesan dapat
yang
memotivasi
karyawan. Atasan
terlihat
kepercayaan
dan
kejujuran
dalam
menyampaikan
Relations
Downward
4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
memiliki
Employee
5. Sangat sering (7-8 kali)
5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
pesan-pesan. Atasan memberikan konsultasi
dan
informasi mengenai kebijakan perusahaan berkaitan
yang dengan
pekerjaan
5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
karyawannya. Informasi
yang
disampaikan
oleh
pimpinan mengenai kebijakan
pengembangan
4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali)
perusahaan, aktivitas
5. Sangat sering (7-8 kali)
dan
2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
disampaikan
Universitas Sumatera Utara
38
dengan jelas dan dapat dimengerti. Karyawan
dapat
menyampaikan apa yang
ada
dalam
pikirannya
kepada
pimpinannya
5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
dengan terbuka. Atasan mendengarkan dengan
sikap
terbuka
terhadap
saran-saran
dan
laporan yang
masalah disampaikan
5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
karyawan. Upward
Suasana
yang
terbuka
mewarnai
hubungan komunikasi karyawan
dari ke
pimpinan. Setiap
informasi
yang diterima dari karyawan dipandang
cukup
penting
oleh
pimpinan.
5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
Karyawan
dapat 5. Sangat sering (7-8 kali)
memberikan
saran 4. Sering (5-6 kali)
sebagai
masukan 3. Cukup (3-4 kali)
untuk pengambilan 2. Jarang (1-2 kali)
Universitas Sumatera Utara
39
suatu eputusan oleh 1. Tidak pernah pimpinan. Atasan memberikan kesempatan
bagi
karyawan
untuk
menyampaikan
Karyawan
5. Sangat sering (7-8 kali)
mendapatkan untuk
saling
dengan rekan kerja. dan
rekan kerja dapat saling berkonsultasi membahas masalah mengenai
3. Cukup (3-4 kali)
1. Tidak pernah
5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
pekerjaan. Suasana terbuka
4. Sering (5-6 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
berkomunikasi
Linear
3. Cukup (3-4 kali)
1. Tidak pernah
perbaikan.
Karyawan
4. Sering (5-6 kali)
2. Jarang (1-2 kali)
saran-saran
kesempatan
5. Sangat sering (7-8 kali)
yang 5. Sangat sering (7-8 kali) mewarnai 4. Sering (5-6 kali)
hubungan
3. Cukup (3-4 kali)
komunikasi
antar 2. Jarang (1-2 kali)
sesama karyawan
1. Tidak pernah
Karyawan memperoleh informasi
5. Sangat sering (7-8 kali) dengan 4. Sering (5-6 kali)
mudah
mengenai 3. Cukup (3-4 kali)
hal-hal
yang 2. Jarang (1-2 kali)
berkaitan pekerjaan
dengan 1. Tidak pernah dari
Universitas Sumatera Utara
40
rekan kerja. Dalam berkomunikasi
5. Sangat sering (7-8 kali)
karyawan merasakan
adanya
rasa
saling
pengertian
antar
sesama
rekan
4. Sering (5-6 kali) 3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah
sekerja. Variabel Terikat (Y) Pesan-pesan
yang
Sejauh
disampaikan
oleh
mana
pimpinan
komunikasi
membantu
dalam
karyawan
organisasi
membuat karyawan
memotivasi
merasa
dan
menjadi
bagian
merangsang
penting
bagi
para
perusahaan
Kepuasan
karyawan
Komunikasi antara
Komunikasi
untuk
karyawan
dengan
memenuhi
pimpinan
atau
tujuan
dengan
rekan
organisasi
sekerja
memiliki
dan
dapat
dan
telah
untuk pengaruh terhadap
berpihak
komitmen
kepada
karyawan terhadap
organisasi.
tujuan
5. Sangat puas 4. Puas 3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas
5. Sangat puas 4. Puas 3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas
berkinerja
tinggi. Sejauh mana
Kesediaan para pimpinan
5. Sangat puas 4. Puas
Universitas Sumatera Utara
41
pimpinan
mendengarkan
3. Cukup puas
terbuka
secara
2. Tidak puas
pada
berkesinambungan
1. Sangat tidak puas
gagasan,
dan
berwawasan
mau
luas
mengenai
mendengark semua saran atau an
dan laporan
masalah
menawarka
yang
disampaikan
n
oleh karyawan.
bimbingan
Kesediaan
untuk
pimpinan
memecahka
menawarkan
untuk 5. Sangat puas
n persoalan- bimbingan
kepada 4. Puas
persoalan
karyawan
yang
memecahkan
berkaitan
persoalan
dengan
berkaitan
pekerjaan.
pekerjaan.
untuk 3. Cukup puas
yang 1. Sangat tidak puas dengan
Karyawan
mana
para
individu menerima informasi tentang lingkungan kerja itu.
merasa 5. Sangat puas
cukup
Sejauh
saat
2. Tidak puas
dalam 4. Puas
menerima informasi 3. Cukup puas berkaitan
dengan 2. Tidak puas
pekerjaan.
1. Sangat tidak puas
Karyawan
merasa
cukup
dalam 5. Sangat puas
menerima informasi 4. Puas yang
berkaitan 3. Cukup puas
dengan
peraturan 2. Tidak puas
atau
kebijakan 1. Sangat tidak puas
perusahaan. Sejauh
Karyawan
mana
puas
merasa 5. Sangat puas terhadap 4. Puas
Universitas Sumatera Utara
42
pertemuan-
kecukupan
3. Cukup puas
pertemuan
komunikasi
diatur
diterima
dengan
lingkungan
baik,
komunikasinya.
yang 2. Tidak puas dalam 1. Sangat tidak puas
pengarahan ditulis singkat dan jelas,
dan
jumlah komunikasi dalam organisasi
Informasi
yang
disampaikan melalui
media
penyampaian pesan, dapat
dimengerti
dengan jelas.
5. Sangat puas 4. Puas 3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas
cukup. Karyawan
dapat
Sejauh
berkomunikasi
mana
dengan
terjadinya
sekerja
5. Sangat puas
rekan 4. Puas mengenai 3. Cukup puas
desas desus desas desus yang 2. Tidak puas dan
muncul
dalam 1. Sangat tidak puas
komunikasi
lingkungan kerja.
linear yang Komunikasi antara 5. Sangat puas cermat dan karyawan
dengan 4. Puas
mengalir
rekan sekerja selalu 3. Cukup puas
bebas.
mengalir bebas dan 2. Tidak puas terbuka.
1. Sangat tidak puas
Sejauh
Kemudahan
5. Sangat puas
mana
karyawan
informasi
mendapatkan
tentang
informasi mengenai 2. Tidak puas
organisasi
perusahaan.
sebagai
Informasi mengenai 5. Sangat puas
untuk 4. Puas 3. Cukup puas
1. Sangat tidak puas
Universitas Sumatera Utara
43
suatu
perusahaan
4. Puas
keseluruhan
disampaikan
3. Cukup puas
memadai.
dengan cepat dan 2. Tidak puas jelas.
Sejauh mana
1. Sangat tidak puas
Karyawan
dapat 5. Sangat puas
para memahami
setiap 4. Puas
karyawan
informasi
yang 3. Cukup puas
responsif
diberikan
oleh 2. Tidak puas
terhadap
pimpinan.
1. Sangat tidak puas
komunikasi ke
bawah Karyawan
selalu 5. Sangat puas
dan
tertarik
mempeerkir
setiap
akan
yang di sampaikan 2. Tidak puas
kebutuhan
oleh pimpinan.
terhadap 4. Puas informasi 3. Cukup puas
1. Sangat tidak puas
pimpinan. Sejauh
Karyawan
puas 5. Sangat puas
mana
terhadap
karyawan
penilaian
merasa
digunakan
bahwa
menilai karyawan.
sistem 4. Puas yang 3. Cukup puas untuk 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas
mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai
dan
bagaimana kinerja
Karyawan atas
puas penilaian
pimpinan mengenai kinerja karyawan.
5. Sangat puas 4. Puas 3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas
mereka dihargai.
Universitas Sumatera Utara
44
2.5
Hipotesis Sebagai asumsi awal penelitian maka diajukan beberapa hipotesis sebagai
berikut: H0
: Tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan employee relations dalam
bentuk rapat rutin terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT INALUM.
Ha
: Terdapat hubungan antara pelaksanaan employee relations dalam bentuk
rapat rutin terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT INALUM.
Dalam bentuk statistik dapat dituliskan sebagai berikut:
Ha H0
: 𝑟𝑟 ≠ 0
: 𝑟𝑟 = 0
Universitas Sumatera Utara