BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Terminologi Judul Pariwisata menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai kegiatan wisata serta layanan
yang disediakan oleh pemerintah , pengusaha, masyarakat,
pengusaha , dan Pemerintah Daerah . Menurut marpaung (2002) pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia untuk beristirahat dari kegiatan-kegiatan rutin untuk melakukan aktifitas ditempat yang dituju untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk meningkatkan kualitas pariwisata di daerah Tongging maka fasilitas wisata di daerah tersebut perlu di tingkatkan. Pengembangan pariwisata harus lah didukung oleh seluruh komponen yang ada didaerah tersebut agar para pengunjung dapat menikmati daerah wisata sesaui dengan harapan mereka. Penyediaan akomodasi berupa hotel resort di Desa Tongging diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Desa Tongging. Oleh sebab itu tema dan judul perancangan harus disesuaikan dengan kondisi alam dan masyarakatnya. Judul perancangan hotel resort tersebut adalah Taneh Tongging hotel Resort. Penamaan dengan “ Taneh Tongging “ diambil dari bahasa daerah Karo yang berarti “Tanah” atau “Bumi”.Taneh Tongging juga dinterpretasikan sebagai masyarakat Karo beserta adat dan budayanya . Tema perancangan yang diterapkan adalah arsitektur vernakular. Arsitektur vernakular merupakan ciri khas arsitektur dari suatu daerah. Arsitektur vernakular dikaitkan dengan adat istiadat, kepercayaan, kondisi lingkungan, material lokal,sehingga menghasilkan bentuk dan mempunyai makna dan filosofi tersendiri.oleh karena itu adat dan budaya Karo menjadi salah satu fokus perancangan . Terminologi judul perancangan diambil dari nama Desa Tongging dan penggunaan judul dengan bahasa Karo adalah interpretasi dari budaya
10
Universitas Sumatera Utara
karo dan masyarakatnya sekaligus mendukung tema arsitektur Vernakular sebagai identintitas bangunan dan kebudayaan Karo.
2.2
Tinjauan Fungsi Fungsi utama bangunan adalah hotel resort.
Menurut
Sihite
(2003), Fungsi hotel adalah sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dan wisatawan sebagi tempat tinggal sementara .Hotel resort yang akan di bangun berada di daerah Tongging, Kabupaten Karo. Lokasi site perancangan berbatasan langsung ke arah Danau Toba. Untuk itu perlu dilakukan studi literatur dan kajian pustaka untuk mendukung perancangan hotel resort tersebut. 2.2.1
Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis Sebagai perbandingan untuk desain yang akan dirancang maka perlu mencari literatur mengenai Hotel
resort sebagai
pertimbangan dalam menentukan konsep desain yang akan dirancang. a.
Hotel Le Meridien Jimbaran Bali
Hotel ini berada di di Jimbaran, Uluwatu ,Bali. Hotel ini adalah bearada di tepi pantai Uluwatu. Budaya dan kesenian yang ada di sekitarnya menjadi magnet bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah ini. Pertunjukan budaya yang sering dipertunjukkan di daerah tersebut adalah kesenian khas Bali seperti Tari kecak, tari kecak api dan pertunjukan budaya lainnya.
Gambar 2.1 Hotel Lemeridian Jimbaran Bali Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com 11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Tari kecak Bali Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com Hotel dibangun pada tahun 2012. Hotel terdiri atas 5 lantai. Hotel
berada di dekat laut namun tidak berbatasan
langsung dengan laut. Dari kamar Hotel
kita bisa melihat
langsung pemandangan ke arah laut. Jumlah kamar Hotel adalah 118 kamar dan memiliki satu bar dan dua restoran dan beberapa fasilitas penunjang lainnya
Gambar 2.3 Ground Plan Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
Hotel terdiri dari beberapa massa bangunan. Bangunan berorientasi ke arah tengah site.konsep multi massa membuat pngalaman ruang yang berbeda pada setiap sudut hotel.
12
Universitas Sumatera Utara
Daerah enterance utama dan parkir hotel berjarak jauh dari bangunan utama. Pemberian jarak yang jauh dengan area publik seperti daerah parkir dapat mengurangi kebisingan kendaraan . Pengunjung yang datang ke daerah hotel masuk melalui enterance utama yang ada pada area A yang terletak agak jauh dari bangunan hotel dan kemudian masuk ke daerah parkiran hotel pada area B ( gambar 2.3). Kapasitas parkir hotel adalah 40. Pengunjung akan berjalan melalui koridor untuk dapat menuju lobby hotel pada area C. Pada area C terdapat beberapa fasilatas penunjang hotel. Pada lantai satu terdapat Kids Club, dan retail. Pada lantai dua terdapat GYM, Serenity Spa & Salon. Pada lantai tiga terdapat lobby untuk pengunjung. Pada lantai 5 terdapat ruang rapat dan pada lanti 6 terdapat bale banjar ,ballroom ,dan celebration pavilion. Pengunjung yang ingin berenang dapat mengakses area D . Pada
area
E
terdapat
celebration
pavilion
untuk
melangsungkan perayaan-perayaan seperti pernikahan, ulang tahun dan lai-lain. Pada area F terdapat lagoon pool bar. Lagoon pool bar di khususkan untuk tamu yang mengunjungi bar & lounge dan restoran (area G). Lemeridien Hotel Jimbaran Bali memiliki hunian dengan banyak tipe kamar. Terdapat 11 jenis kamar hotel dengan fasilitas yang berbeda-beda (Tabel 2.1). Penyediaan kamar dengan banyak pilihan membuat
wisatawan dapat
memilih tipe kamar sesuai dengan keinginan masing-masing Kamar hotel juga menyediakan kamar dengan tempat tidur doble. Fasilitas tersebut dapat menambah kenyamanan tamu hotel apabila tamu yang datang bersama keluarga, ataupun berkelompok.
13
Universitas Sumatera Utara
Hotel menyediakan fasilitas kamar mulai dari kamar standar hingga kamar lux. Kamar dengan tpe lux menyediakan ruang yang luas dan fasilitas VIP yang dapat memanjakan tamu yang berkunjung. Tabel 2.1 Hunian Hotel Lemeridien No
Deskripsi Ruangan
1
Lagoon View Room King
Gambar kamar
Kamar tidur dengan single
bad
dengan
fasilitas standar. Kamar
(a) denah kamar
ini memiliki luas dengan
maksimal
pengunjungnya adalah 3 orang.
(b) suasana kamar Gambar 2.4 Lagoon View Room Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
14
Universitas Sumatera Utara
2
Lagoon View Twin Kamar tidur dengan twin bad dengan fasilitas standar
dengan
dengan luas maksimal
luas dengan
pengunjungnya
(a) denah kamar
adalah 4 orang.
(b) suasana kamar Gambar 2.5 Lagoon View Twin Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com 3
Lagoon Access Room Kamar dilengkapi dengan king bed dan juga tersedia ruangan lain untuk bersantai seperti balkon
(a) denah kamar
dan seating area. Kamar ini memiliki luas dengan kapasitas pengunjungnya maksimal 3 orang.
(b) suasana kamar Gambar 2.6 Lagoon View Twin Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
15
Universitas Sumatera Utara
4
Aqua Studio Suite Lagoon Access Kamar dilengkapi dengan king bed dan area kamar tidur
yang
pemandangan
luas langsung
(a) denah kamar
menghadap area kolam renang hotel. Kamar ini termasuk dengan
jenis
kamar
fasilitas
suite.
Kamar ini memiliki Luas sekitar kapasitas
dengan maximal
3
orang.
5
(b) suasana kamar Gambar 2.7 Lagoon View Twin Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
Classic Room King Kamar dengan fasilitas standar.
Kamar
memiliki
luas
dengan
ini (a) denah kamar
kapasitas
pengunjung maximal 3 orang.
(b) suasana kamar Gambar 2.7 Classic Room king Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
16
Universitas Sumatera Utara
6
Classic Room Twin Kamar dengan fasilitas standar namun memiliki twin
bed.
memiliki dengan
Kamar
ini
luas
(a) denah kamar kapasitas
pengunjung maximal 3 orang.
(b) suasana kamar Gambar 2.8 Classic Room Twin Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com 7
Aqua Pool Sky Penthouse Ruangan berada di atas roof top hotel dengan pemandangan langsung ke arah laut serta konsep out
(a) denah kamar
door. Kamar ini termasuk kedalam dengan
fasilitas berbagai
lux fitur
yang menarik. Luas kamar sekitar
.penghuni
maksimal 3 orang.
(b) suasana kamar Gambar 2.9 Aqua Pool Sky Penthous Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
17
Universitas Sumatera Utara
8
Avant-garde 1 Bedroom Suite Ruangan ini
termasuk
kedalam
kategori
kamar
superior.
Terlihat
yang dari
kmewahan-kemewahan yang
berada
(a) denah kamar
dalam
ruangan ya. Kamar ini memiliki
luas
dengan maksimal orang ang
dapat
menginap
adalah 3 orang. (b) suasana kamar
Gambar 2.10 Avant-garde 1 Bedroom Suite Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com 9
Avant-garde
Bedrooms
Suite Kamar
ini
termasuk
kedalam kategori kamar superior dengan fasilitas atas. Konsep ruangan yang dapat
membuat
(a) denah kamar
para
wisatawan nyaman untuk menikmati suasana hotel. Kamar ini memiliki luas dengan kapasitas yang
dapat
menginap
adalah maksimal 4 orang.
(b) suasana kamar Gambar 2.11 Avant-garde 1 Bedroom Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
18
Universitas Sumatera Utara
10
Grande Avant-garde Suite Ruangan dengan kategori lux dan fasilitas kelas atas. anyak hal yang
1 .
dapat memanjakan penghuninya seperti bekerja,bermain,
(a) denah kamar
bersantai,dan menikmati langsung suasana laut dari balkon kamar. ruangan ini memiliki luas dengan kapasitas
(b) suasana kamar
yangdapat menginap
Gambar 2.12 Grande Avant-garde
adalah 4 orang. S e 11 Oceanic View Sky Villa b Kamar ini termasuk a kedalam kategori kamar g suite. Kamar ini juga a menyediakan berbagai i fasilitas penunjang f a
tambahan. memiliki
l
luas
ini
sekitar
Gambar 2.13 Oceanic View Sky Villa
dengan
s i
Kamar
Suite Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
pengunjung maksimal 3
Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
orang.
i
Hotel juga menyediakan fasilitas yang dapat menambah kenyamanan bagi para pengunjung. Di dalam hotel tersedia
19
Universitas Sumatera Utara
beberapa fasilitas seperti fasilitas pertemeuan, perayaan dan lain-lain. Tabel 2.2 Fasilitas Hotel. No Deskripsi Ruangan 1
Gambar Ruangan
Celebration Pavilion Ruangan ini berada di roof top hotel.Digunakan untuk pertemuan,
resepsi
dan
kegiatan perayaan lainya. memilki Gambar 2.14 Suasana Celebration Pavilion ukuran dengan Sumber: kapasitas 50 orang. www.lemeridienbalijimbaran.com Ruangan
2
ini
Bale Banjar Ruangan ini berada di roof top hotel. Digunakan untuk pertemuan resepsi dan kegiatan perayaan
(a) denah bale banjar
lainnya. Memiliki ukuran yang lebih besar yakni 215
dengan kapasitas
pengunjung 150 orang. (b) suasana bale banjar Gambar 2.15. Bale Banjar Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
20
Universitas Sumatera Utara
3
Saltwater Lagoon Pool Kolam
renang
yang
sangat luas yang berada di tengah bangunan. . Kolam ini memiliki luas sekitar
Gambar 2.16 Suasana kolam
.
renang Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com 4
Meeting Facilities Meeting room terdiri dari beberapa
jenis
yaitu
Jimbaran 1 dengan Luas ,
Jimbaran
dengan luas
2
, dan
(a) denah Meeting facilities
Jimbaran 3 dengan luas .
(b) suasana meeting facilities Gambar 2.17. Meeting Facilities Sumber: www.lemeridienbalijimbaran.com
21
Universitas Sumatera Utara
5
Restoran dan bar hotel Restoran dan bar hotel berada
pada
area
H
(gambar 2.3). Restoran di desain
dengan
konsep
(a) suasana restoran
yang menarik dan elegan.
(b) suasana Bar and Lounge
(b) suasana restoran Gambar 2.18 Suasana Bar & Lounge Sumber: Dan restaurant. www.lemeridienbalijimbaran.com
2.2.2
Deskripsi Pengguna dan Kegiatan Deskripsi pengguna dan
kegiatan
adalah proses
penentuan kegiatan yang akan dilakukan di hotel resort. Menurut UU No.10 Tahun 2009 wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan Undang-Undang No.9 tahun 1969 menyebutkan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu. Wisatawan berdasarkan tempat asalnya dibagi menjadi tiga yaitu wisatawan/tamu lokal yang merupakan wisatawan yang berasal dari provinsi yang sama namun dari kabupaten berbeda
yang
berwisata
kesuatu
daerah
wisata.
Wisatawan domestik yang merupakan wisatawan yang berasal
22
Universitas Sumatera Utara
dari Indonesia namun berasal dari provinsi berbeda. Wisatawan mancanegara yang merupakan wisatawan yang berasal dari luar negeri.
Dalam kawasan hotel resort terdapat 2 jenis pengunjung yaitu pengunjung yang menginap dan pengunjung yang tidak menginap.
a. Wisatawan
yang
menginap/Tamu
hotel
adalah
wisatawan yang datang ke hotel bertujuan untuk menginap
dan
menikmati
fasilitas
hotel
lainnya.wisatawan yang menginap adalah menjadi tujuan utama pada permbuatan hotel resort.Dalam hal ini hotel memberikan pelayanan khusus bagi wisatawan yang menggunakan jasa penginapan. b. Wistawan yang tidak menginap/pengunjung hotel adalah wisatawan yang datang ke hotel resort untuk menggunakan fasilitas rekreasi dan fasilitas publik lain yang tersedia pada hotel resort, tanpa melakukan aktivitas menginap. wisatawan seperti ini biasanya datang hannya untuk menikmati fasilitas yang ada di dalam hotel seperti fasilitas terapis, fitness,kolam renang, restoran dan bar dan lain-lain. selain itu ada juga yang datang untuk mengikuti rapat, konfrensi, resepsi dan lain-lain. b.
Pengelolala dan pegawai Hotel Selain itu dalam kelompok yang menanganai dan bertanggung jawab atas berjalannya regulasi hotel dibagi menjadi pengelola hotel dan pegawai hotel. a. Pengelola adalah yang secara umum mengatur dan mengelola berjalannya hotel resort.
23
Universitas Sumatera Utara
b. Karyawan adalah orang yang datang ke hotel resort untuk bekerja dengan memberikan pelayanan kepada tamu hotel dan pengunjung. Pegawai merupakan orang yang langsung berhubungan dengan tamu hotel dan pengunjung 2.2.3
Deskripsi Perilaku Secara umum deskripsi perilaku pengguna hotel adalah sebagai berikut: a) Wisatawan yang menginap/ Tamu Hotel
Diagram 2.1 Perilaku Tamu Hotel b) Wisatawan yang tidak menginap/ Pengunjung Hotel
Diagram 2.2. Perilaku pengunjung Hotel c) Pengelola hotel
Diagram 2.3. Perilaku Pengelola Hotel
24
Universitas Sumatera Utara
`
d) Karyawan Hotel
Diagram 2.4. Perilaku karyawan hotel
2.2.4
Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran ruang Tabel dibawah ini
menunjukkan hubungan antara
pendekatan kelompok ruang penguna dan zona terhadap kebutuhan ruang hotel resort.
Tabel 2.3 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang No
Pengguna
Zona
Kebutuhan Ruang
1
Penghuni hotel
Private
Standard Deluxe Suite Standar Twin Deluxe Twin Deluxe Cottage Suite Cottage
25
Universitas Sumatera Utara
2
Pengelola
Semi
R .General Manajer
private
R.Sekretaris R .Manajer Keuangan R . Manajer Personalia R . Manajer Marketing R . Manajer Pengadaan Barang R. Manajer Operasional R. Manajer Teknik R .Rapat R . Tunggu R.Arsip Pantry
3
Pegawai Tata
Service
graha
Ruang Linen Ruang Loundry Ruang Jemur Ruang pegawai Locker R. Makan Pantry Gudang R. Persediaan Loading dock R. Sampah Toilet/WC
4
Restoran
Public
Ruang Makan Kasir Dapur Ruang saji Ruang Chef Gudang Basah Gudang Kering
26
Universitas Sumatera Utara
Gudang Alat Tempat cuci piring Kamar Mandi 5
Bar dan Cafe
Public
Area Duduk Meja bar dan pantry Kasir Toilet/WC
6
Kolam renang
Public
R.Registrasi Kolam Renang Dewasa Kolam Renang Anak Ruang Ganti Ruang Locker Ruang Bilas Toilet/WC
7
Area komersial
Public
Drug Store Money changer K . Biro perjalanan Toko Souvenir Ruang konektivitas
8
Pijat dan refleksi
Public
Receptionist Ruang Pijat Ruang sauna Ruang Ganti Locker Toilet /WC
9
Fitness center
Ruang Regitrasi Ruang Fitness Ruang ganti Ruang Bilas
10
Front office dan lobby
service
Lobby Resepsionist Front office
27
Universitas Sumatera Utara
Bell Boy Station Lounge 11
utilitas
Service
R. Genset R. Panel Kontrol R.PABX R. Pompa R. Water Tank R . sampah R . Trafo R. Tandon air Gudang
12
Mushola
Service
R.sholat T .Wudhu
Keamanan
Service
R.Satpam R.CCTV
2.2.5
Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Hotel Penyelenggaraan
pariwisata
sangat
erat
kaitannya
dengan Hotel. Hotel pada saat ini bukan saja sebagai akomodasi pada wisatawan semata. Hotel pada saat ini sudah menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Namun, keberhasilan suatu hotel tidak terlepas dari bagaimana mereka mengoptimalkan potensipotensi yang ada di daerah sekitarnya. Potensi–potensi tersebut dapat diadopsi dan menerapkannya pada hotel sehingga menghasilkan keharmonisan antara bangunan dan alam sekitar. Menurut SK Menparpostel No.KM 34/HK 103/MPPT87,
hotel
merupakan
suatu
jenis
akomodasi
yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta
28
Universitas Sumatera Utara
memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan pemerintah. Sedangkan
menurut
Surat
Keputusan
Menteri
Perhubungan RI No., PM 10/PW-301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum. Jadi dapat disimpulkan bahwa hotel adalah akomodasi berupa penginapan, makan, dan minum bagi orang-orang yang membutuhkan jasa tersebut yang dikelola secara komersial dan berada dalam koridor peraturan dan pengawasan pemerintah. Menurut Neufert ( 2002), jenis hotel berdasarkan lokasinya dibagi kedalam 4 jenis, yaitu : a. City Center Hotel .Termasuk hotel mewah, hotel yang digunakan untuk pertemuan-pertemuan besar dan hotel untuk para tamu kepariwisataan. b. Hotel for Motorists. Hotel jenis ini pelayanan utamanya diperuntukkan bagi para pengendara mobil atau sepeda motor, lokasinya terletak pada persimpangan jalan raya di pinggiran kota c. Airport Hotel. Perencanaannya mirip dengan hotel for motorist, perbedaannya hanya pada pelayanan pengadaan makanan khusus untuk penumpang pesawat udara. d. Resort Hotel. Terdapat di tepi pantai, di daerah gunung atau di daerah sumber air panas. Biasanya direncanakan untuk melayani akomodasi pengunjung dalam rombongan paket wisata tertentu dengan penataan penerimaan tamu yang banyak pada masa liburan akhir pekan atau mereka yang berkunjung hanya semalam.
29
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi hotel di Indonesia sesuai dengan peraturan pemerintah,
Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata
dengan SK : Kep-22/U/VI/78, hotel-hotel di Indonesia dibedakan menjadi hotel bintang dan non bintang. Hotel non bintang adalah hotel yang tidak memenuhi kelas pada hotel bintang. Hotel yang akan dirancang adalah Hotel dengan satandart bintang 4. Dibawah ini adalah kriteria hotel bintang 4 menurut Peraturan menteri pariwisata dan Ekonomi kreatif Republik
Indonesia
Nomor
PM.53/HM.001/MPEK/2013
tentang standar usaha hotel: . a.
Jumlah kamar minimal 50 kamar (temrasuk minimal 3 suite room, 48 m2)
b.
Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 24 m2 untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar double
c.
Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari kamar mandi, ruang makan (>100 m2) dan bar (>45m2)
d.
Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang berharga, penukaran uang asing, postal service dan antar jemput.
e.
Fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x jumlah kamar), ruang laundry (>40m2), dry cleaning (>20m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang makan).
f.
Fasilitas tambahan : pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai perjalanan, drugstore, salon, function room, banquet hall, serta fasilitas olahraga dan sauna.
30
Universitas Sumatera Utara
2.2.6
Tinjauan Hotel Resort Pada dasarnya pariwisata muncul karena kebutuhan para wisatawan untuk dapat menikmati alam suatu objek wisata. Oleh karena itu muncul pemikiran untuk memberikan akomodasi pada para wisatawan untuk untuk dapat menikmati tempat wisata dengan cara yang berbeda .Maka dari itu di daerah wisata muncul akomodasi berupa hotel resort dengan konsep dan pelayanan beragam untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan. Resort Hotel biasanya Terdapat di tepi pantai, di daerah gunung atau di daerah sumber air panas yang direncanakan untuk melayani akomodasi pengunjung dalam rombongan paket wisata tertentu dengan penataan penerimaan tamu yang banyak pada masa liburan akhir pekan atau mereka yang berkunjung hanya semalam (Neufert, 2002). Menurut Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah Air Indonesia, hal 13, November, 1988 Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kegiatan olaraga, kesehatan, konvensi, keagamaan, serta keperluan usaha lainnya. Menurut Chuck Y. Gee (1988) ,Resort adalah sebuah kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. Menurut SK Mentri Perhubungan RI No. 241/4/70 tanggal 15 Agustus 1970,hotel resort diperuntukkan bagi tamu yang sedang mengadakan wisata dan liburan. Hotel ini umumnya terletak didaerah rekreasi/wisata.
31
Universitas Sumatera Utara
Dari hal itu dapat di ambil kesimpulan bahwa hotel resort bukan hanya sekedar untuk menginap saja namun lebih kepada kegitan yang rekreatif yang dapat menyegarkan jiwa dan raga . selain itu wisatawan menginginkan rekreasi yang lebih menyehatkan jasmani dan rohani. Tipologi bentuk bangunan hotel resort menurut (Partners, 1962) adalah
Bentuk Cottage
,Terdiri dari unit-unit massa
bangunan yang berdiri sendiri dan massa bangunannya bersifat menyebar. Hubungan aktivitasnya berlaku secara horizontal. Bentuk Convention
yaitu terdiri dari satu bangunan yang
berlantai banyak. Sistem penataan ruang tersusun secara vertikal dengan fasilitas transportasi vertikal. Bentuk Kombinasi keduanya
yaitu
gabungan antara bentuk cottage dan
convention. Dengan hubungan aktivitas yang berlaku secara horizontal dan vertikal.
2.3
Elaborasi Tema Untuk dapat menerapkan arsitektur vernakular pada bangunan yang akan dirancang maka perlu pemahaman khusus mengenai makna, penerapan pada bangunan yang sudah ada, dan apa yang akan diterapkan pada bangunan sesuai dengan tema tersebut. 2.3.1
Pengertian Arsitektur Vernakular Vernakular pertama kali diperkenalkan oleh
Bernard
Rudofsky Tahun 1964. Istilah vernakular semakin populer dikalangan masyarakat sejak saat itu. Vernakular sendiri berasal dari kata “verna” yaitu bahasa latin yang artinya domestik atau bersifat lokal. Arsitektur vernakular yang ditemukan berupa hunian yang ada diberbagai belahan Dunia. Konsep arsitektur
dalam bidang vernakular meliputi
material , konstruksi , faktor teknologi , faktor iklim , lahan,
32
Universitas Sumatera Utara
sosial-budaya yang menjadi implikasi dari bentuk-bentuk dalam arsitektur vernakular . Aspek-aspek dalam arsitektur vernakular terdiri dari aspek teknis, budaya, dan lingkungan yang berkaitan dengan bentuk dan makna arsitektur.( Ira Mentayani & Ikaputra 2012). Bentuk-bentuk
atau
pemodelan pada
arsitektur
vernakular dapat disebabkan oleh enam faktor utama yaitu faktor bahan, metode konstruksi, faktor teknologi, faktor iklim, pemilihan lahan, faktor sosial-budaya. (Rapoport, 1969). Menurut
Turan
(1990)
arsitektur
vernakular
adalah
arsitektur yang lahir dari masyarakat adat dan bertumpu pada adat istiadat dan tradisi lokal , tumbuh dan berkembang dari arsitektur masyarakat, serta dibangun berdasarkan pengalaman menggunakan teknik dan material lokal. Menurut mentayani dan Ikaputra, arsitektur vernakular memiliki 2 (dua) ranah dan unsur yaitu BENTUK yang berada pada “fisik” bangunan dan “makna” dalam ranah “abstrak”.
Diagram 2.5 Kedudukan unsur dalam ranah arsitektur vernakular (sumber: Mentayani & Ikaputra, 2011)
Dari segi Teknisnya sifat vernakularnya pada bentuk dan makna berkaitan dengan kteknikan seperti cara membangun, konstruksi dari bagunan yang digunakan, dan penggunaan
33
Universitas Sumatera Utara
material dan berbagai sisi teknis lainnya yang mengandung makna sesuai dengan adat masyarakat setempat Dari segi budaya sifat vernakularnya pada bentuk maupun makna adalah berupa bentuk atap , pola ruang , pintu, jendela,elemen dekoratif seperti ornamen dan ukiran yang dibuat berdasarkan kepercayaan mayarakat setempat. Pada dasarnya hasil dari bentuk pada budaya adalah berupa simbol dan kemudian masyarakat setempat menginterpretasikan simbol tersebut menjadi pesan yang ingin disampaikan. Dari segi lingkungan sifat vernakularnya pada bentuk dan maknanya adalah bentuk-bentuk
rumah masyarakat
yang
mengikuti adaptasi terhadap lingkungan sekitar dan memaknai lingkungan seperti hutan, sungai, danau , dll
sesuai dengan
kepercayaan masyarkat ( Mentayani dan Ikaputra, 2011).
2.3.2
Studi Banding Bangunan Vernakular a. Gereja Katholik Santo Mikel Pangururan
Gambar 2.19. Gereja Katolik Inkulturatif Pangururan (sumber: Sitinjak ,2011) Gereja Katolik Inkulturatif Paroki Santo Mikael Pangururan atau lebih dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Inkulturatif Pangururan (GKIP) terletak di Jl. Putri Lopian, Pangururan, Samosir, Sumatera Utara. Bangunan baru ini memiliki daya
34
Universitas Sumatera Utara
tampung jemaat sampai ± 700 orang. Gereja ini memiliki aspekaspek yang terkait dengan Arsitektur Vernakular. Hal itu dapat dilihat dari bentuk fisik dari gereja yang menyerupai wujud arsitektur lokal Sumatera Utara yaitu Rumah adat Suku Batak Toba. Menurut Sitinjak (2011). Gereja Katholik Inkulturatif Pangururan telah menerapkan prinsip-prinsip
yang ada pada
Rumah batak Toba. Diantaranya adalah,Wujud arsitektural GKIP dari tampak depan, merupakan perpaduan 3 buah bentuk dasar, yaitu bidang empat persegi panjang (bagian bawah), bidang trapesium (bagian tengah) dan bidang segitiga (bagian atas).
Gambar 2.20. Perbandingan wujud tampak pada bangunan gereja dan rumah Batak. (sumber: Sitinjak ,2011) Bentuk suatu bangunan dapat menjadi ide Wujud tampak samping kanan tidak jauh berbeda dengan tampak depan, kecuali pada bagian atas. Bagian bawah membentuk bidang empat persegi panjang dan bagian tengah berbentuk bidang trapesium. Sedangkan bidang bagian atas berbentuk pelana. Sudut runcing
35
Universitas Sumatera Utara
bagian depan lebih menjorok panjang ke depan, sedangkan sudut runcing bagian belakang lebih naik keatas atau lebih tinggi.
Gambar 2.21 Tampak samping Gereja (sumber: Sitinjak ,2011) Bangunan ini menunjukkan kemiripan dengan wujud Ruma Batak Toba dengan 3 tingkat ide kosmologinya yaitu Tri Tunggal Banua yang terdiri dari banua toru (dunia bawah), banua tonga (dunia tengah), dan banua ginjang (dunia atas). Pemisahan bangunan tersebut dapat membedakan fungsi bangunan antara tiga bagian rumah tersebut
Gambar 2.22 Wujud rumah adat Batak Toba dan GKIP (sumber: Sitinjak ,2011)
36
Universitas Sumatera Utara
Pada badan bangunan terdapat ornamen
yang
selaras
dengan warna merah, putih, hitam dan patung-patung yang diuki layaknya ukiran pada rumah adat Toba.
Gambar 2.23 Ornamen-ornamen gorga pada bagian depan bangunan (sumber: Sitinjak ,2011) Orientasi bangunan GKIP berorientasi pada danau Toba dan pegunungan Pusuk Buhit dan merupakan tempat yang sangat sakral bagi orang batak yang mempunyai elemen penting pada kehidupan jasmani dan rohani masyarakat danau Toba.
Gambar 2.24. Orientasi Kosmolog Bangunan GKIP (sumber: Sitinjak ,2011) Secara visual bentuk Rumah batak memiliki bentuk visual yang memiliki proporsi yang serupa dengan Rumah Batak Toba.
37
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.25. Skema Derajat Konsentrasi Bentuk Tampak Gereja terhadap bidang dasar (sumber: Sitinjak ,2011) Gereja tersebut masih menerapkan pemakaian material lokal yang masih digunakan oleh Rumah Adat Batak seperti material kayu.Walaupun tidak secara keseluruhan menerapkan material lokal yang ada pada rumah adat Batak Toba. Hal ini disebabkan oleh bagunan gereja yang memiliki massa yang besar. sehingga tidak dapat mengadopsi konstruksi Rumah adat batak Toba secara keseluruhan .
Gambar 2.26 Struktur Atap Gereja (sumber: Sitinjak ,2011) Pada bagian depan bangunan terdapat halaman yang luas dan juga terdapat bangunan lain yang wujudnya sama namun dimensinya lebih kecil. Mirip dengan perkampungan adat Batak Toba yang pada sisi yang saling berhadapan memiliki bangunan lain yang disebut “sopo”.
38
Universitas Sumatera Utara
(a) perkampungan batak (Sumber: Napitupulu, 1997)
(b) peletakan gereja GKIP (sumber: Sitinjak ,2011)
Gambar 2.27 Perbandingan peletakan perkampungan batak dan GKIP Secara umum gereja GKIP telah menerapkan aspek-aspek vernakularitas yang ada pada bangunan rumah adat Toba. Bentuk gereja secara visual dapat di interpretasikan sebagai rumah adat Toba. Penerapan aspek-aspek vernakularitas pada Rumah adat Toba seperti ide kosmologi, penggunaan ornamen pada badan bangunan, orientasi bangunan, proporsi bangunan, penggunaan material bangunan, dan mengikuti pola perkampungan rumah adat Toba diterapkan dengan matang. Elemen-elemen yang digunakan tidak jauh berbeda dengan kondisi bangunan yang sebenarnya. Namun karena fungsi bangunan sebagai gereja dan ukuran yang jauh lebih besar sebagian elemen-elemen Rumah adat Toba tidak dapat diterapkan. 2.3.3
Interpretasi Tema Dalam Arsitektur Vernakular apa yang disebutkan tentang aspek fisik dan abstrak adalah hal yang tidak bisa di hilangkan. Dalam kaitannya bentuk dan makna arsitektur terhadap budaya harus saling melengkapi. Unsur–unsur tersebut harus selalu dipakai dalam pembuatan sebuah bangunan vernakular.
39
Universitas Sumatera Utara
Penerapan Arsitektur vernakular saat init banyak dipakai untuk bangunan-bangunan yang fungsinya bukan sesuai fungsi aslinya. Bangunan vernakuar dikemas kedalam bentuk dan fungsi yang lebih modern dengan penambahan material modern yang tersedia sekarang tetapi tidak meninggalkan esensinya sebagai bangunan yang bersifat lokal .Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur vernakular sudah popular diterapkan di dalam Masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa arsitektur vernakular dapat diterapkan pada bangunan dengan fungsi yang berbeda dari fungsi awalnya yang bersifat lokal dan dapat menambahkan materialmaterial yang non-lokal namun tidak meninggalkan sifat kelokalannya. 2.3.4
Keterkaitan Tema dengan Judul Sumatera Utara terkenal dengan keberagaman adat dan budaya karena disini terdapat berbagai macam suku dan budaya yang berbeda-beda. Tanah Karo adalah daerah budaya dimana adat dan budaya yang turun-temurun masih di teruskan hingga saat ini. Di daerah ini budaya, adat istiadat temasuk arsitektur nya masih banyak mengadopsi adat dan budaya Karo tersebut. Judul perancangan ini adalah “Taneh Tongging hotel resort
dengan
Konsep
Arsitektur
Vernakular”.
Arsitektur
vernakular yang diterapkan adalah arsitektur vernakular Karo. Mengingat
Kabupaten
Karo
yang
masih
menjaga
kebudayaan dan adat istiadat dengan baik. Perancangan Hotel resort di Tongging Kabupaten Karo dengan mengusung Tema “Arsitektur Vernakular” juga akan menambah daya tarik wisatawan
pada adat istiadat dan Arsitektur Karo itu sendiri
sehingga dapat menjadikan Desa Tongging menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karo.
40
Universitas Sumatera Utara
Dengan tema “Arsitektur Vernakular” diharapkan akan tetap menjaga kearifan lokal Kabupaten Karo. Selain itu dengan adanya hotel resort bertema
Arsitektur Karo dapat menarik
wisatawan untuk berkunjung ke ke Desa Tongging.
41
Universitas Sumatera Utara