BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Literasi Informasi Menurut kamus bahasa inggris pengertian literacy adalah kemelekkan huruf atau kemampuan membaca dan information adalah informasi. Maka literasi informasi adalah kemelekkan terhadap informasi. Istilah literasi informasi dalam kalangan masyarakat saat ini belum begitu familiar. Walaupun saat ini literasi informasi banyak dikaitkan dengan pengguna perpustakaan dan penggunaan teknologi informasi. Literasi informasi menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz (2004: 356) adalah: ...”Information literacy is skill in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques”.... Berdasarkan pengertian literasi informasi yang telah diuraikan, maka literasi informasi adalah sebuah kemampuan dalam menemukan infromasi yang dibutuhkan dan mengerti bagaimana perpustakaan mengorganisasikan koleksi, mengetahui sumber informasi yang tersedia di perpustakaan (termasuk format dan alat penelusuran informasi) dan pengetahuan umum untuk penelusuran informasi. Hal
ini
termasuk
kemampuan
untuk
mengevaluasi
informasi
dan
menggunakannya secara efektif seperti penambahan infrastuktur teknologi pada transfer informasi kepada orang lain, termasuk konteks sosial, politik dan budaya. Hal yang sama diungkapkan oleh Shapiro. Menurut Shapiro (1996: 31) literasi informasi adalah: ...”Information literacy is refer to a new liberal art that extends from knowing how to use computers and access information to critical reflection on the nature of information itself, its technical infrastructure, and its social, cultural and even philosophical context and impact”.... Berdasarkan pendapat tersebut literasi informasi merupakan sebuah seni liberal baru dalam rangka untuk mengetahui bagaimana menggunakan komputer,
18
Universitas Sumatera Utara
mengakses informasi dan berpikir secara kritis, infrastuktur teknologi dalam kontek sosial, budaya, konteks filosofi dan dampaknya. Menurut Bundy yang dikutip oleh Hasugian (2009: 200) “Literasi Informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi”. Sejalan dengan pengertian tersebut menurut laporan penelitian American Library Association’s Presidential Committee on Information Literacy (1989: 1) mengatakan bahwa ...“information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information”.... Pendapat
tersebut
menjelaskan
bahwa
literasi
informasi
adalah
seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui kapan sebuah informasi dibutuhkan, kemampuan untuk mendapatkan informasi, dapat mengevaluasi dan menggunakan secara efektif. Menurut Hepworth yang dikutip oleh Marais (1999: 2) mengatakan bahwa literasi informasi merupakan sebuah proses untuk memperoleh pengetahaun terhadap perilaku dan keahlian dalam bidang informasi, sebagai penentu utama manusia
mengeksploitasi
kenyataan,
membangun
hidup,
bekerja
dan
berkomunikasi dalam komunitas informasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Hancock yang dikutip oleh Andayani (2008: 3) mendefenisikan literasi informasi merupakan sebuah kemampuan
individu
untuk:
(1)
mengenali
kebutuhan
informasi,
(2)
mengidentifikasi dan mencari sumber informasi yang tepat, (3) mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi, (4) mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh, (5) mengorganisasikan informasi, (6) menggunakan informasi yang diperoleh secara efektif. Berdasarkan dua definisi tersebut maka dapat disimpulkan literasi informasi adalah suatu proses seseorang untuk memperoleh informasi dengan cara mengenali kebutuhan informasi, mencari informasi, megetahui bagaimana cara memperoleh informasi, mengevaluasi informasi, mengorganisasikan informasi dan menggunakan informasi yang telah diperoleh secara efektif.
19
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa definisi literasi informasi tersebut maka literasi informasi adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi untuk memecahkan berbagai masalah. 2.1.1 Manfaat Literasi Informasi Memiliki literasi informasi akan dapat memudahkan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi. Menurut Gunawan (2008: 3) literasi informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi yang utama adalah memampuan untuk belajar secara terus-menerus. Menurut Adam (2009: 1) terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu: 1. Membantu dalam pengambilan keputusan Peran literasi informasi dapat membatu pemecahan masalah suatu persoalan. Dalam mengambil keputusan untuk memecahkan masalah, seseorang harus memiliki informasi yang cukup untuk dapat mengambil sebuah keputusan. 2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang untuk menjadi manusia pembelajar. Dengan memiliki keterampilan dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, maka seseorang akan dapat melakukan pembelajaran secara mandiri. 3. Menciptakan pengetahuan baru Berdasarkan pemahaman literasi informasi maka akan terciptalah pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh. Menurut Hancock (2004: 1) manfaat literasi informasi adalah: 1. Untuk pelajar Literasi informasi berperan dalam membantu proses pembelajaran. Literasi informasi yang dimiliki oleh pelajar dan guru mereka dapat menguasai pelajaran mereka dan siswa tidak akan bergantung pada guru karena dapat belajar mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki.
20
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk masyarakat Untuk kehidupan sehari-hari masyarakat memerlukan literasi infomasi untuk dapat mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan. 3. Untuk pekerja Dalam dunia kerja literasi informasi berguna untuk menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh sehingga dapat mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan membantu dalam pengambilan sebuah kebijakan. Berdasarkan pendapat yang diuraikan maka literasi informasi memiliki manfaat bagi semua orang di era globalisasi baik bagi pelajar, pekerja, dan dalam lingkungan masyarakat. Setiap orang yang memiliki informasi akan dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika mengahadapi suatu persoalan dan dapat mengambil suatu kebijakan. 2.1.2 Tujuan Literasi Informasi Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang terutama dalam dunia pendidikan tinggi. Saat ini seseorang dihadapkan dengan berbagai jenis informasi yang berkembang sangat pesat, tetapi belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan para pencari informasi. Literasi informasi akan mempermudah seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi informasi juga sangat penting dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung
pendidikan
dan
mengimplementasikan
kurikulum
berbasis
kompentensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Dengan memiliki literasi informasi maka peserta didik akan mampu berfikir secara kritis dan logis. Tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu dilakukan evaluasi sebelum informasi tersebut digunakan.
21
Universitas Sumatera Utara
Menurut Doyle yang dikutip oleh Wijetuge (2005: 33) mengatakan bahwa dengan memiliki kemampuan literasi informasi maka seorang individu akan mampu: a. menentukan informasi yang akurat dan lengkap untuk menjadi dasar dalam pengambilan keputusan b. dapat menentukan batasan informasi yang dibutuhkan c. dapat mengidentifikasi sumber informasi yang potensial d. memformulasikan informasi e. mengembangkan strategi penelusuran f. mengakses sumber informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien g. mengevaluasi informasi h. mengorganisasikan informasi i. menggabungkan informasi menjadi dasar pengetahuan j. menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai sebuah tujuan. Menurut UNESCO (2005: 1) literasi informasi menuntut seseorang untuk dapat menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga mengatakan tujuan dari literasi informasi adalah: a. memampukan seseorang mengakses informasi sesuai profesi mereka b. memandu mereka dalam pengambilan keputusan c. seseorang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan mereka. Berdasarkan tujuan tersebut maka tujuan literasi informasi adalah untuk membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi baik untuk kebutuhan pribadi seorang individu maupun untuk lingkungan masyarakat. 2.1.3 Model Literasi Informasi Literasi informasi merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi. Ada banyak model literasi informasi yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur literasi informasi seseorang. Pengukuran literasi informasi yang sering digunakan di perguruan tinggi yaitu The Big Six, The Seven Pillars, dan The Empeworing Eight. Setiap model literasi tersebut memiliki langkah-langkah. Model-model literasi informasi tersebut adalah:
22
Universitas Sumatera Utara
1. The Big 6 (An Informastion Problem-Solving Proscess) Model ini dekembangkan oleh Michael B. Eisenberg and Robert E. Berkowitz pada tahun 1987. Berkowitz dan Eisenberg memberi nama model literasi informasi ini dengan The Big 6. The Big 6 terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah. Tiap-tiap keterampilan memiliki beberapa langkah yaitu: 1. Perumusan Masalah a. Merumuskan masalah informasi b. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi 2. Strategi Pencarian Informasi a. Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik b. Memilih sumber terbaik 3. Lokasi dan Akses a. Mengalokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik) b. Menemukan informasi dalam sumber-sumber tersebut 4. Pemanfaatan Informasi a. Membaca, mendengar b. Mengekstrasi informasi yang relevan 5. Sintesis a. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber b. Mempresentasikan informasi tersebut 6. Evaluasi a. Mengevaluasi hasil (efektivitas) b. Mengevaluasi proses (efesiensi) Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa model literasi informasi The Big 6 memiliki 6 keterampilan yaitu merumuskan masalah; strategi pencarian informasi; mengetahui lokasi dan akses informasi; memanfaatkan informasi; mensintesis informasi dan melakukan evaluasi terhadap informasi yang telah ditemukan.
23
Universitas Sumatera Utara
2. The Seven Pillars Model ini dibuat oleh SCONUL (Standing Conference of National and University Libraries) pada tahun 1999, dengan keterampilan: 1. Mengenal kebutuhan informasi 2. Membedakan cara mengatasi
kesenjangan,
mengetahui sumber
informasi 3. Membangun strategi menemukan informasi 4. Menentukan lokasi dan akses informasi 5. Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh 6. Mengorganisasi, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi ke orang lain 7. Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan mendukung penciptaan ilmu baru. Berdasarkan penjelasan tersebut, model literasi informasi seven pillars memiliki tujuh tahapan yaitu: mengenal kebutuhan informasi, mengetahui sumber informasi, membangun strategi penelusuran informasi, menentukan lokasi dan mengakses informasi, membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh, mengkomunikasikan informasi kepada orang lain, dan dapat membangun sebuah pengetahuan baru. 3. Empeworing Eight Empeworing Eight diperkenalkan pada tahun 2004 dalam International Workshop on Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri Lanka. Kegiatan ini didukung penuh oleh International Federation of Library Association/Action for Development through Library Programme (IFLA/ALP) dan National Institute of Library and Information Science (NILIS) di University of Colombo. Menurut Sudarsono [et al] (2007: 25) model literasi informasi ini dikembangkan oleh orang-orang Asia dan digunakan untuk orang Asia. Model ini dianggap model yang merefleksikan kondisi orang-orang Asia. Sekarang
24
Universitas Sumatera Utara
model ini menjadi hak milik intelektual NILIS Sri Langka dengan beberapa keterampilan yaitu: 1. Mengidentifikasi a. Menentukan topik atau subyek b. Menentukan dan memahami siapa target pendengar c. Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir d. Mengidentifikasi kata kunci e. Merencanakan strategi penelusuran f. Mengidentifikasi jenis sumber informasi di mana informasi dapat ditemukan 2. Mengeksplorasi a. Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan topik yang dipilih b. Menemukan informasi yang cocok dengan topik yang dipilih c. Melakukan wawancara atau penelitian luar lainnya 3. Menyeleksi a. Memilih informasi yang relevan b. Menentukan informasi mana yang terlalu mudah, terlalu sulit atau biasa saja c. Mencatat informasi yang relevan dengan cara mencatat atau membuat pengaturan visual seperti chart, grafik atau outline dan sebagainya d. Menentukan tahapan proses e. Mengumpulkan sitasi yang cocok 4. Mengorganisir a. Menyortir informasi b. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi c. Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber d. Menyusun informasi dalam susunan yang logis e. Menggunakan visual organiser untuk membandingkan atau menguji informasi
25
Universitas Sumatera Utara
5. Mencipta a. Menyiapkan informasi dalam bahasa yang dibuat sendiri b. Merevisi atau mengedit c. Menyelesaikan format bibliografi 6. Mempresentasi a. Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil karya penelitian b. Membagikan informasi kepada orang lain c. Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat sesuai dengan tingkat pendidikan seseorang d. Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan dengan semestinya 7. Menilai a. Menerima masukan dari orang lain b. Menilai penampilan orang lain sebagai respon hasil karya orang lain c. Merefleksikan sudah seberapa baik penelitian dilakukan d. Mengungkapkan keterampilan baru yang telah dipelajari dalam proses penelitian e. Memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dengan lebih baik lagi diwaktu mendatang 8. Mengaplikasi a. Meninjau ulang masukan dan penilaian yang telah diberikan b. Menggunakan
masukan
dan
penilaian
untuk
tugas
belajar
selanjutnya c. Mengusahakan
untuk
menggunakan
pengetahuan
baru
yang
diperoleh di dalam situasi yang beragam d. Menentukan subjek lain apa saja yang dapat menerapkan keterampilan ini e. Memberi tambahan pada portofolio yang dibuat Berdasarkan uraian pendapat tersebut dapat diketahui bahwa model literasi informasi Empeworing 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu mengidentifikasi masalah yang meliputi identifikasi topik, penerima
26
Universitas Sumatera Utara
informasi, format informasi, menentukan kata kunci, menetapkan strategi penelusuran dan sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan untuk menemukan dan memilih informasi yang sesuai dengan topik; memilih informasi yang relevan; mengorganisasikan informasi meliputi menyusun informasi secara logis; menciptakan informasi yang logis; merevisi dan membuat daftar bibliografi; menyajikan informasi kepada audien sasaran; menaksir yaitu menerima saran dari orang untuk perbaikan di masa yang akan datang; terakhir yaitu menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misalnya dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. 2.1.4 Keterampilan Literasi Informasi Literasi informasi sangat diperlukan agar dapat hidup sukses dan berhasil dalam era masyarakat informasi dan dalam penerapan kurikulum berbasis kompentensi di dunia pendidikan. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan berusaha terus belajar untuk memperoleh informasi dan menciptakan pengetahuan baru. Untuk itu ada beberapa langkah dalam memperoleh kemampuan tersebut. Menurut Gunawan (2008: 9) ada 7 (tujuh) langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi. Keterampilan tersebut adalah: 1. Merumuskan masalah Langkah awal untuk merumuskan masalah adalah mengidentifikasi masalah. Langkah-langkah dalam perumusan masalah adalah: a. Melakukan analisis situasi Analisis situasi adalah mencari informasi yang dapat diperoleh melalui perpustakaan, toko buku, internet, dan pusat-pusat informasi lainnya. b. Brainstroming Brainstroming
adalah
teknik
yang
digunakan
dalam
mengembangkan dan menciptakan ide baru untuk menyelesaikan suatu masalah. c. Mengajukan pertanyaan Kegiatan ini mendorong untuk berpikir secara kritis
27
Universitas Sumatera Utara
d. Memvisualisasikan pemikiran (mind mapping) Kegiatan
memvisualisasikan
pemikiran
dilakukan
dengan
penggambaran hubungan diantara konsep-konsep. 2. Mengidentifikasi sumber informasi Mengetahui bentuk dari sumber informasi tercetak maupun sumber elektronik. Kriteria pemilihan sumber informasi antara lain: a. Relevansi Relevansi adalah menilai sejauh mana informasi yang dikandung sesuai dengan topik yang dibahas dan dapat dilihat dari kedalaman dan sumber referensi yang jelas. b. Kredibilitas Kredibilitas adalah menentukan sejauh mana sumber informasi dapat dipercaya. Kredibilitas dapat dilihat dari: (a) Kredibilitas pencipta dan penanggung jawab dapat dilihat dari sejauh mana suatu lembaga dan pencipta menghasilkan karya dan begaimana latar belakang penanggung jawab dan pencipta bisa dilihat dari biografi penanggung jawab. (b) Proses pembuatan dapat dilihat dari proses penelaan. Sebuah karya akan semakin bekualitas bila sudah melewati suatu penelaan dari para ilmuan. (c) Pemanfaatan sumber informasi dapat dilihat dari seberapa sering orang menggunakan sumber informasi tersebut. c. Kemuktahiran Kemuktahiran sumber informasi dapat dilihat dari tahun terbit, keterangan kapan revisi terakhir kali, keterangan kapan jadwal refisi berkala dan daftar pustaka. Sedangkan melalui sumber internet, kemuktahiran dapat dilihat dari kapan situs tersebut dibuat dan kapan terakhir kali di up-date. 3. Mengakses informasi Langkah yang dilakukan dalam mengakses informasi adalah: a. Mengetahui kebutuhan informasi
28
Universitas Sumatera Utara
b. Mengidentifikasi alat penelusuran yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan c. Menyusun strategi penelusuran informasi 4. Menggunakan informasi Saat ini sumber informasi yang ditawarkan di era globalisasi sangat banyak tapi belum semua informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Sehingga perlu melakukan seleksi terhadap informasi dengan beberapa kriteria berikut: a. Relevan Kerelevannan informasi adalah yang sesuai dengan masalah yang dibahas. b. Akurat Merupakan informasi yang tidak menyesatkan, sehingga dapat dibuktikan dengan memeriksa informasi tersebut terlebih dahulu. c. Objektif Informasi yang didasarkan pada fakta dan fenomena yang dapat diamati. d. Kemutakhiran Kemutakhiran sebuah informasi dapat dilihat dari kapan informasi tersebut dikumpulkan, kapan di publikasikan, kapan di patenkan, dan kapan publikasi sumber bila informasi dalam bentuk tulisan. e. Kelengkapan dan kedalaman sebuah karya Kelengkapan dan kedalaman sebuah karya dapat dilihat dari sejauh mana kemampuan seorang penulis dalam menguasai bidang tulisannya. 5. Menciptakan karya a. Clarifity (kejelasan) Sebuah karya ditulis harus berdasarkan langkah-langkah, disusun secara logis, dan menggunakan sudut pandang yang konsisten. b. Organization (organisasi)
29
Universitas Sumatera Utara
Pengorganisaian sebuah karya dilakukan dengan cara menyusun ideide yang akan dibahas dalam karya tersebut. c. Coherence (koherensi dan pertalian) Penulisan sebuah karya dapat dilihat dari hubungan yang jelas antara ide-ide atau gagasan-gagasan yang dibahas dalam topik tersebut. d. Transision (transisi) Transisi diperlukan agar sebuah informasi mudah dimengerti. Transisi merupakan penghubung antara kalimat-kalimat, paragraf ke paragraf dan ide ke ide. e. Utility (kesatuan) Sebuah karya yang utuh harus memiliki suatu kesatuan misalnya kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf. f. Conciseness (kepadatan) Kepadatan sebuah karya dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan kata-kata atau frase-frase yang berlebihan dan berbelitbelit. 6. Mengevaluasi Mengevaluasi sebuah karya dapat dilakukan dengan cara membaca karya yang akan dievaluasi mulai dari pendahuluan, isi dan penutup. 7. Menarik pelajaran Pelajaran dapat diperoleh dari kesalahan-kesalahan, kegagalankegagalan
dan
pengalaman
baik
pengalaman
sendiri
maupun
pengalaman orang lain. Campbell yang dikutip oleh Jesus (2008: 11) juga mengatakan bahwa ada beberapa langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi yaitu: 1. Merumuskan kebutuhan masalah Merumuskan kebutuhan informasi merupakan tahap awal dalam melakukan penelusuran informasi. Identifikasi informasi berguna untuk mengetahui apa kegunaan informasi yang akan dicari misalnya untuk kebtuhan pendidikan, kesehatan dan hubungan dengan masyarakat.
30
Universitas Sumatera Utara
2. Mengalokasikan dan mengevaluasi kualitas informasi Mengalokasikan informasi dapat dilakukan dengan cara membuat database agar mudah ditemu kembalikan. Kualitas informasi dapat dilihat dari penggunaan informasi dan kredibilitas dari informasi tersebut. 3. Menyimpan dan menemukan kembali informasi Informasi yang telah diperoleh harus disimpan dengan baik dan bila diperlukan mudah dalam proses temukembali. Penyimpanan dapat dilkukan dengan cara manual dan elektronik. Penyimpanan secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan rak-rak di perpustakaan sedangkan sistem elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan komputer. 4. Menggunakan informasi secara efektif dan efisien Kemampuan ini digunakan agar seseorang mampu untuk menggunakan informasi yang diperoleh secara efektif dan efisien. 5. Mengkomunikasikan pengetahuan Kemampuan ini bertujuan untuk memampukan seseorang untuk menciptakan pengetahuan baru dan mampu mengkomunikasikan kepada orang lain yang membutuhkan informasi tersebut. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan maka dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh literasi informasi seseorang harus menguasai dan mempelajari langkah-langkah dalam memperolah kemampuan literasi informasi. Apabila langkah-langkah tersebut sudah dikuasai maka kemampuan literasinya akan semakin meningkat. 2.1.5 Standar Literasi Informasi Perguruan Tinggi Standar literasi informasi dibuat oleh ACRL merupakan standar untuk menilai kemampuan literasi informasi, kerangka ini memuat garis besar proses dimana mahasiswa, pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator
31
Universitas Sumatera Utara
tertentu untuk mengetahui apakah seorang mahasiswa dapat dikatakan memiliki kemampuan literasi informasi. Kompetensi literasi informasi ini berguna bagi mahasiswa karena dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir ketika mahasiswa berinteraksi dengan informasi yang berbeda-beda. Kompetensi ini juga akan menjadikan seorang mahasiswa lebih peka untuk mengembangkan pola pikir dalam sistem pembelajaran serta menjadikan mahasiswa dapat mengetahui tindakan yang diperlukan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan informasi. Standar Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi (information literacy competency standard for higher school) disetujui oleh ACRL Broad pada 18 Januari 2000. Standar ini terdapat 22 (dua puluh dua) indikator yang berfokus pada kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut yaitu: 1. Mahasiswa yang literet menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan 2. Mahasiswa yang literet mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien 3. Mahasiswa yang literet mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis 4. Mahasiswa yang literet menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu 5. Mahasiswa yang literet mamahami isu ekonmi, hukum dan sosial seputar penggunaan akses informasi secara etis dan legal Standar pertama menyatakan bahwa mahasiswa yang literet mampu menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan. Standar ini memiliki empat indikator yaitu: (1) mahasiswa yang leteret mendefinisikan dan menyatakan dengan jelas kebutuhan terhadap informasi; (2) mahasiswa yang literet menentukan jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial; (3) mahasiswa yang literet memperhitungkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan; dan (4) mahasiswa yang literet mengevaluasi jenis dan batas informasi yang diperlukan.
32
Universitas Sumatera Utara
Standar yang kedua menyatakan mahasiswa yang literet mengakses informasi yang diperlukan dangan efektif dan efisien. Standar ini memiliki lima indikator yaitu: (1) mahasiswa yang literet menentukan metode penelitian atau sistem penelusuran informasi yang sesuai untuk mengakses informasi; (2) mahasiswa yang literet membuat dan melakukan strategi penelusuran yang telah dirancang dengan efektif; (3) mahasiswa yang literet melakukan temu kembali informasi dengan berbagai metode; (4) mahasiswa yang literet memperbaiki strategi penelusurannya jika diperlukan; dan (5) mahasiswa yang literet mengutip, mencatat, dan mengelola informasi dan sumber-sumbernya dengan baik. Standar yang ketiga menyatakan mahasiswa yang literet mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis dan memasukkan informasi yang telah dipilih ke dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya. Standar ini memiliki tujuh indikator yaitu: (1) mahasiswa yang literet meragukan ide utama dari informasi yang dikumulkan; (2) mahasiswa yang literet menentukan dan menerapkan kriteria untuk mengevaluasi informasi dan sumbernya; (3) mahasiswa yang literet mensintesis atau menyatukan ide-ide utama untuk membentuk konsep baru; (4) mahasiswa yang literet membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada untuk menentukan nilai tambah, kontraksi, dan karakteristik yang unik lainnya dari informasi tersebut; (5) mahasiswa yang literet menentukan apakah pengetahuan baru memberikan pengaruh kepada sistem nilai dan mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan perbedaan; (6) mahasiswa yang literet memeriksa pemahaman dan interpretasi informasi melalui wawancara dengan individu lain, para ahli dibidangnya, dan para praktisi; dan (7) mahasiswa yang literet menentukan apakah query (pertanyaan) awal harus diperbaiki. Standar keempat adalah mahasiswa yang literet menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Standar ini memiliki tiga indikator yaitu: (1) mahasiswa yang literet memakai informasi yang baru dan yang sebelumnya untuk merencanakan dan menciptakan suatu hasil karya atau petunjuk tertentu; (2) mahasiswa yang literet memperbaiki proses
pengembangan
suatu
karya;
(3)
mahasiswa
yang
literet
mengkomunikasikan hasil karya secara efektif kepada orang lain.
33
Universitas Sumatera Utara
Standar kelima adalah mahasiswa yang literet memahami isu ekonomi, hukum dan sosial seputar penggunaan akses informasi secara etis dan sesuai hukum. Standar ini memiliki tiga indikator yaitu: (1) mahasiswa yang literet memahami isi etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan teknologi; (2) mahasiswa yang literet mematuhi undang-undang, peraturan, kebijakan institusi dan etika yang berkaitan dengan akses dan penggunaan sumber informasi; (3) mahasiswa yang literet mengakui penggunaan sumber-sumber informasi saat menunjukkan hasil karya. Dari indikator-indikator pada masing-masing standar yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa, standar satu berfokus pada tahap mengenali informasi yang dibutuhkan, pada standar dua berfokus pada tahap mengakses informasi, pada standar tiga berfokus pada tahap evaluasi informasi, pada standar empat berfokus pada tahap penciptaan informasi baru dan pada standar lima berfokus pada tahap menggunakan informasi secara etis dan legal. Standar kompentensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi terdiri dari serangkaian pekerjaan untuk mengatakan seseorang literet terhadap informasi. Kompentensi ini disajikan melalui proses kerjasama antara pihak institusi, pustakawan dan para pemegang peran penting lain yang mengidentifikasikan seorang mahasiswa dikatakan literet terhadap informasi. Mahasiswa akan menemukan kegunaan dari kompetensi tersebut karena disediakan sebuah kerangka kerja untuk mengontrol bagaimanakah seorang mahasiswa berinteraksi dengan informasi di sekitar mereka. Setiap mahasiswa seharusnya mahir terhadap kompentensi
yang telah dijabarkan, namun
untuk semua orang akan
menerapkannya pada tingkat atau profesi setra kecepatan yang sama. Untuk mengimplementasikan standar secara penuh, maka pertama yang harus dilakukan sebuah institusi adalah harus menjelaskan cara dan tujuan pendidikan untuk menentukan bagaimana literasi informasi akan dipelajari. Untuk mencapai tujuan dari konsep tersebut, peranan institusi pendidikan dan para pengajarnya sangat penting untuk meningkatkan literasi informasi pada mahasiswanya.
34
Universitas Sumatera Utara
2.2 Pencarian Informasi 2.2.1 Pengertian Pencarian Informasi Informasi tidak hanya sekedar produk sampingan, namun sebagai bahan yang menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan atau kegagalan, oleh karena itu informasi harus dikelola dengan baik. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih berarti dan bermanfaat bagi penggunanya. Information seeking adalah proses atau kegiatan yang mencoba untuk mendapatkan informasi dan teknologi baik dalam konteks manusia. Menurut Donohew dan Tipton (1973), Information Seeking menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Menurut Wilson (1999) menjelaskan beberapa definisi tentang perilaku informasi, yaitu: 1. Perilaku informasi (information behavior) Merupakan keseluruhan perilaku manusia yang berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Menonton televisi dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula dengan komunikasi face to face. 2. Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) Merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu atau upaya menemukan suatu informasi secara umum. Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi manual seperti koran, perpustakaan atau sistem informasi yang berbasis komputer. 3. Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) Merupakan perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi atau aktivitas khusus mencari informasi tertentu yang sedikit banyaknya sudah terencana dan terarah. Perilaku ini terdiri dari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer seperti penggunaan mouse atau
35
Universitas Sumatera Utara
tindakan mengklik sebuah link, maupun di tingkat intelektual dan mental seperti penggunaan strategi Boolean (bentuk information retrieval system/sistem temu kembali informasi) atau keputusan memilih buku yang paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan). 4. Perilaku penggunaan informasi (information user behavior) Terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang
ketika
seseorang
menggabungkan
informasi
yang
ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya. Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prilaku informasi merupakan keseluruhan dari perilaku setiap manusia bagaimana manusia itu mencari, menggunakan, atau mengolah suatu informasi yang didapat. Menurut Kuhlthau (2004: 1) terdapat beberapa proses dalam pencapaian penemuan informasi yaitu: 1. Inisiasi Dimulai dengan pengakuan kebutuhan informasi dan melibatkan upaya pertama untuk menyelesaikan ketidakpastian. 2. Seleksi Dalam
seleksi,
mengetengahkan
individu
informasinya
yang
berhubungan dengan topik umum atau bidang pengetahuan. Mencari informasi situasi formal mungkin memerlukan seorang individu untuk berhubungan dengan taksonomi yang sangat terorganisir area yang tunduk pada pertanyaan tertentu atau masalah. 3. Koleksi Pada titik ini, individu harus memiliki suatu pemahaman umum tentang prinsip-prinsip dan konsep yang mendasari masalah informasi. Koleksi memerlukan individu untuk memilih, tidak hanya berupa perhatian
36
Universitas Sumatera Utara
khusus tetapi menentukan bagaimana setiap ide baru terhubung dengan informasi. 4. Presentasi Tahap
presentasi
merupakan
tahap
untuk
mengkomunikasikan
informasi yang telah didapatkan kepada orang lain dengan cara berpidato, membuat laporan, atau produk lain. 5. Peranan information seeking dalam komunikasi pembangunan a. Memperlancar proses belajar b. Mempermudah proses belajar c. Memperkuat proses belajar d. Merangsang proses belajar, dan e. Menumbuhkan semangat motivasi dalam proses belajar Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pencarian informasi dimulai dari inisiasi yaitu penyeleksian ketidakpastian; seleksi informasi merupakan mencari informasi yang berhubungan dengan topik umum atau bidang pengetahuan; koleksi berhubungan dengan bagaimana seseorang menemukan setiap ide baru yang terhubung dengan informasi; presentasi merupakan tahap dimana seseorang mengkomunikasikan dan menyajikan informasi yang telah ditemukan kepada orang lain; information seeking berperan dalam komunikasi pembangunan untuk memperlancar proses belajar, mempermudah proses belajar, merangsang proses belajar dan menumbuhkan semangat dan motivasi dalam proses belajar. 2.2.2 Model Pencarian Informasi 1. Robert S. Taylor Model pencarian informasi Robert S. Taylor berfokus pada pencarian informasi media referensi di perpustakaan. Menurut Robert S. Taylor terdapat empat tingkatan pencarian informasi yaitu: (1) mengidentifikasi kebutuhan informasi; (2) merumuskan masalah yang menyatakan pernyataan keraguan; (3) menentukan kebutuhan informasi; (4)
37
Universitas Sumatera Utara
menentukan query dengan sistem informasi yang ada di perpustakaan atau database. 2. Nicholas Belkin Nicholas Belkin merupakan pendukung Anomalous States of Knowledge (ASK) konsep yang menjelaskan bagaimana kebutuhan informasi tersebut muncul. Kebutuhan informasi individu muncul ketika ada kesenjangan antara keadaan pengetahuan dengan masalah yang sedang dihadapi. Seseorang akan mengatasi keraguan dengan mencari informasi. Setelah memperoleh informasi seseorang harus melakukan evaluasi untuk memastikan tidak adannya keraguan, dan bila keraguan tidak ditemukan maka, seseorang akan melanjutkan informasi yang akan di cari. 3. Brenda Dervin Brenda Dervin sangat mendukung model yang berfokus pada sikap perilaku pencarian informasi. Dervin menggambarkan seseorang akan mencapai sikap pencarian informasi dimana sudah merasakan kebutuhan terhadap sebuah informasi. Tujuan seseorang mencari informasi adalah untuk memahami situasi saat ini. 4. Carol Kuhlthau Penelitian Carol Kuhlthau didasarkan pada karya psikolog George kelly. Kelly berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses pengujian sebuah susunan informasi. Kuhlthau mengembangkan teori Kelly yang disebut model Information Search Process (ISP) atau proses pencarian informasi. Kuhlthau membagi lima tahapan dalam pencarian informasi yaitu: (1) seleksi informasi; (2) eksprolasi informasi; (3) menggunakan formulasi informasi; (4) koleksi atau keyakinan; (5) presentasi. 5. T.D. Wilson T.D Wilson pernah mengajukan serangkaian model pencarian informasi yaitu pada tahun 1981, 1996, 1997, dan 1999. Wilson menjelaskan ada tiga aspek pencarian informasi yaitu: (1) mengapa mencari informasi dijadikan sumber utama dari pada kebutuhan yang lain; (2) mengapa
38
Universitas Sumatera Utara
sebuah sumber informasi menjadi perhatian yang lebih dari pada sumber yang
lain;
(3)
mengapa
masyarakat
mengangap
keberhasilan
mempengaruhi suatu informasi. Kesimpulan dari uraian tersebut adalah model pencarian informasi terdiri dari: Menurut Robert S. Taylor yang menyatakan bahwa ada empat tingkatan seseorang dalam pencarian informasi, sedangkan menurut Nicholas Belkin pencarian informasi muncul ketika adanya kesenjangan antara pengetahuan dengan masalah yang sedang dihadapi. Menurut Brenda Dervin seseorang akan mencari informasi bila telah memahami kebutuhan informasi yang akan dicari. Menurut Carol Kuhlthau memperkenalkan model Information Search Process (ISP) atau proses pencarian informasi dalam menemukan informasi. Menurut T.D. Wilson mengatakan pertanyaan mengapa seorang mencari informasi dan menjadikan informasi sebagai kebutuhan utama.
39
Universitas Sumatera Utara