BAB II TRANSAKSI EFEK SEMU DI PASAR SEKUNDER PADA PASAR MODAL A.
Tinjauan Umum Tentang Transaksi Efek Semu Pasal 1 angka 5 UUPM menyatakan bahwa Efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan utang,surat berharga komersial,saham,obligasi,tanda bukti utang.unit penyertaan kontrak investasi kolektif,kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif atas Efek. Instrumen yang disebut efek merupakan suatu komponen penting dalam memahami
konsep
penawaran
umum
dan
merupakan
instrumen
yang
diperdagangkan di pasar modal, sehingga pembahasan atas istilah ini merupakan hal yang sangat perlu dalam memahami hukum pasar modal. Bahkan dapat dikatakan bahwa efek merupakan satu-satunya unsur yang dapat menyebut apakah suatu penawaran umum yang dapat dikategorikan menjadi “penawaran umum” dalam pengertian UUPM. Pemahaman atas istilah efek sangat penting bukan hanya istilah ini akan terus berkembang, sebagaimana dikemukakan di atas. 31 Pengertian efek ini juga menjadi sangat penting karena Undang-Undang Pasar Modal dengan tegas mengecualikan beberapa instrumen atau efek/ surat berharga,yang karena sifatnya maka emiten atau perusahaan yang menerbitkan tidak diwajibkan untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran. 32 Dari pengertian efek sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 1 angka 5 UUPM , kiranya perlu
31
Hamud M.Balfas,Op.Cit.,hlm.80. Ibid.,hlm. 81
32
Universitas Sumatera Utara
disimak lebih lanjut bahwa efek itu ternyata bukan hanya terdiri atas saham dan obligasi semata sebagai surat berharga, melainkan terdiri surat berharga lainnya sebagaimana telah disebutkan di atas. Hal ini perlu mendapat perhatian karena pemahaman yang berkembang di masyarakat tentang pengertian surat berharga sangatlah terbatas. Pengertian efek tidaklah semata-mata seperti yang telah disebutkan secara limitatif dalam UUPM tersebut, tetapi termasuk di dalamnya adalah derivatif dari efek. 33 Defenisi yang universal dan tegas tentang istilah transaksi efek semu belum ada. Transaksi efek semu sendiri umumnya dikategorikan sebagai salah satu dari beberapa bentuk manipulasi pasar, maka kebutuhan untuk merumuskan kriteria ataupun ciri spesifik mengenai istilah transaksi efek semu dianggap terjawab dengan adanya penjelasan mengenai manipulasi pasar dan transaksi efek semu bukanlah dua hal yang berbeda, karena transaksi efek semu itu sendiri adalah merupakan salah satu bentuk dari manipulasi pasar. Manipulasi pasar atau market manipulation didefinisikan sebagai “a deliberate attempt to interfere with the free and fair operation of the market and create artificial, false or misleading apperances with the respect to the price of, or market for, a security, commodity or currency” 34 Artinya upaya sengaja untuk mengganggu pengoperasian yang bebas dan adil dari pasar dan menciptakan
33
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman,Hukum Investasi dan Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika,2015),hlm.191. 34 https://en.wikipedia.org/wiki/Market_manipulation (diakses pada tanggal 15 Februari 2016)
Universitas Sumatera Utara
penampilan buatan, palsu atau menyesatkan dengan sehubungan dengan harga, atau pasar untuk, keamanan, komoditas atau mata uang. 35 Transaksi efek di pasar sekunder merupakan pasar perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Pasar sekunder merupakan mekanisme yang mempertemukan penawaran jual dan permintaan beli saham diantara para investor atau pemodal melalui para pialang atau broker,sehingga terjadillah transaksi saham di bursa efek. Antara pasar perdana dengan pasar sekunder ada hubungan timbal balik. Pasar perdana bisa ramai apabila pasar sekundernya juga ramai, demikian juga sebaliknya. 36 Untuk dapat melakukan transaksi, terlebih dahulu investor harus menjadi nasabah di salah satu perusahaan efek 37. Setelah nasabah tercatat di perusahaan efek, maka nasabah dapat melakukan order jual atau beli di perusahaan efek yang bersangkutan. Biasanya perusahaan efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah tersebut layak melakukan jual beli saham. 38 Perusahaan efek membantu mencarikan dana
35
https://translate.google.co.id/?hl=id#en/id/a%20deliberate%20attempt%20to%20interfer e%20with%20the%20free%20and%20fair%20operation%20of%20the%20market%20and%20cre ate%20artificial%2C%20false%20or%20misleading%20apperances%20with%20the%20respect% 20to%20the%20price%20of%2C%20or%20market%20for%2C%20a%20security%2C%20comm odity%20or%20currency (diakses pada tanggal 15 Februari 2016). 36 Astungkoro Sudikno, Praktek Cornering Dalam Transaksi Efek Pada Bursa Saham Ditinjau Dari Aspek Hukum (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,2012),hlm.31. 37 Perusahaan efek merupakan bagian dari industri sekuritas yang sangat berperan penting dalam mata rantai kegiatan di pasar modal. Perusahaan efek adalah pihak yang membawa emiten masuk ke pasar modal, memasarkan efek yang dikeluarkan dan setelah dana terkumpul oleh emiten, perusahaan efek akan beralih dan berperan memberikan jasa-jasanya kepada masyarakat investor dengan memberikan perantaranya dalam perdangan efek dalam buku Hamud M. Balfas,hlm.313. 38 M.Irsan Nasarudin,et.al.Op.Cit.,hlm.134.
Universitas Sumatera Utara
bagi perusahaan, memberikan nasihat tentang pengelolaan dana dan selanjutnya memberikan jasa perantaraan bagi investor untuk berinvestasi. 39 Transaksi efek diawali dengan order (pesanan) untuk harga tertentu. Pesanan tersebut dapat disampaikan baik secara tertulis maupun lewat telepon dan disampaikan kepada perusahaan efek melalui sales/dealer. Pesanan tersebut harus menyebutkan jumlah yang akan dibeli atau dijual dan dengan menyebutkan harga yang akan diinginkan.
40
Transaksi semu atau sering disebut dengan
“penggorengan” saham bukanlah hal baru dalam dunia pasar modal di Indonesia. Transaksi efek semu tersebut pada prinsipnya adalah suatu transaksi di bursa yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh terjadi. Sebab, penjual dan pembeli sebenarnya adalah pihak yang sama. Transaksi semu bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari investor yang terjebak masuk ke dalamnya. 41 Perdagangan efek menjadi suatu mata rantai penting, karena tidak semua orang bermaksud untuk memegang efek tersebut untuk selamanya. Seorang yang memegang efek pada saat ini mungkin mempunyai kebutuhan besok hari, dan karena tidak ada sumber dana lain untuk mencukupi kebutuhan tersebut, maka efek yang dipegangnya menjadi alternatif untuk mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan tersebut. Dilain pihak, seorang yang mempunyai efek mungkin sedang tidak membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena merasa harga efek akan turun, atau menurut perkiraannya harga efek tersebut tidak akan naik lagi, maka ia memutuskan untuk menjualnya sehingga dia
39
Hamud M. Balfas,Op.Cit.,hlm.313. M.Irsan Nasarudin,et.al.Op.Cit.,hlm.135. 41 http://www.unisosdem.org, Transaksi Semu dan Fungsi Pengawasan,(diakses pada tanggal 20 Februari 2015) 40
Universitas Sumatera Utara
dapat mencari efek lain, atau sarana investasi lain yang dianggapnya mempunyai kemungkinan untuk memberikan keuntungan. Karena kebutuhan untuk menjual dan
membeli
itulah,
maka
dibutuhkan
sarana
atau
tempat
untuk
memperdagangkan efek tersebut. Dengan adanya sarana tersebut aktivitas menjual dan membeli menjadi lebih cepat berlangsung. Pembeli tidak harus dengan susah mencari penjual, demikian juga pembeli tidak harus dengan susah payah mencari barang yang akan dibelinya. 42 Layaknya sebuah pasar, harga efek (saham) di bursa naik dan turun dengan cepat bahkan dalam hitungan detik atau menit. Turun naiknya harga saham di pasar ini memberikan kesempatan bagi pemodal untuk membeli atau menjual efek dengan mengambil kesempatan dari selisih naik turunnya harga tersebut. 43 Transaksi efek semu memiliki perbedaan dengan transaksi short sale di bursa efek. Transaksi short sale ini dilakukan ketika penjual tersebut melihat bahwa harga suatu efek akan turun terus. Karena penjual ini memperkirakan bahwa harga efek tersebut akan turun terus maka dia kemudian mengambil kesempatan untuk menjual efek itu sekarang, dan sesaat kemudian membelinya (tentunya pada harga yang lebih rendah) untuk diserahkan. Contoh yang nyata dari transaksi short sale ini adalah ketika saya, sebagai penjual, menjual 10.000 lembar saham PT Gudang Garam,Tbk. pada harga Rp 9.500,-. Saya menjual saham Gudang Garam tersebut pada harga Rp 9.500,- karena saya beranggapan bahwa harga saham Gudang Garam akan turun ke harga Rp 9.400,-. Sesaat 42
Hamud M. Balfas,Op.Cit.,hlm.373. Ibid.,hlm.393.
43
Universitas Sumatera Utara
kemudian (ketika harga telah turun) saya kemudian membelinya pada harga Rp 9.400,-. Dengan menjual pada harga Rp 9.500,- dan membelinya pada harga Rp 9.400,-, saya telah memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.000.000,-. Dengan sifat transaksi short sale yang demikian maka terlihat unsur spekulasi menjadi komponen utama dalam transaksi short sale. Oleh karena itu dalam keadaaan pasar dengan harga saham yang cenderung turun short sales dapat mendorong lebih jauh penurunan harga saham, sehingga dapat mengakibatkan kepanikan dan menyebabkan jatuhnya harga-harga saham ke tingkat yang lebih rendah lagi. 44 Transaksi efek semu merupakan perbuatan yang dilarang karena hanya akan merusak pasar yang dilakukan secara tidak fair. Ada yang berpendapat bahwa hal tersebut wajar saja terjadi sebab pasar modal sebagai suatu pasar yang bebas dan terbuka, sementara yang lain beralasan bahwa hal tersebut dilakukan semata-mata demi kepentingan sepihak dari perusahaan atau institusi tertentu, pribadi, bahkan pemerintahan. Transaksi perdagangan saham semu dalam Undang-Undang Pasar Modal dikenal dengan tindak manipulasi pasar. Perdagangan saham semu merupakan hasil dari tindak pidana manipulasi pasar dan tindak pidana tersebut merupakan salah satu kejahatan di bidang pasar modal. 45 Beberapa pola manipulasi pasar adalah: 46 1. Menyebarluaskan informasi palsu atau menyesatkan mengenai emiten dengan tujuan untuk memengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, satu pihak menyebarluaskan rumor bahwa 44
Ibid.,hlm.394-395. Tavinayati,Op.Cit.,hlm.75. 46 M.Irsan Nasarudin,Op.Cit.,hlm.263. 45
Universitas Sumatera Utara
emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya jatuh tajam di bursa. 2. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap. Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah. Kegiatan transaksi yang bertujuan untuk memberikan kesan bahwa efek perusahaan aktif diperdagangkan (wash trading). Sebagai contoh, direksi emiten A memerintah seseorang untuk melakukan pembelian dan penjualan sekaligus, agar efek perusahaannya dianggap likuid. Dalam transaksi itu tidak akan terjadi perubahan kepemilikan secara absolut, karena skenario telah disusun oleh pihakpihak yang terlibat. Pola seperti ini, dapat lebih jauh lagi dipergunakan sebagai sarana untuk memodifikasi harga efek pada level tertentu yang dikehendaki pelaku. 47 B.
Perkembangan Pengaturan Perdagangan Saham di Bursa Efek Pasar modal sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu sebelum Indonesia
merdeka yaitu pada zaman kolonial dengan tujuan untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik kolonial Belanda di Indonesia. Investor yang berkecimpung di pasar modal pada waktu itu adalah orang Belanda dan Eropa lainnya. 48
47
Ibid.,hlm.263-264. Pandji Anoragadan Piji Pakarti,Op.Cit.,hlm.98.
48
Universitas Sumatera Utara
Era pasar modal di Indonesia dapat dibagi menjadi enam periode. Periode pertama, adalah periode zaman Belanda yang dimulai pada tahun 1912, yang merupakan tahun didirikannya pasar modal yang pertama. Periode kedua, adalah periode lama yang dimulai pada tahun 1952. Periode ketiga, adalah periode orde baru dengan diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1977. Periode keempat, dimulai pada tahun 1988, merupakan periode bangunnya pasar modal dari tidur yang panjang. Periode kelima, adalah periode otomatisasi pasar modal yang dimulai pada tahun 1995, dan periode keenam, adalah periode krisis moneter yang dimulai pada bukan Agustus 1997. 49 1. Periode pertama (1912-1942): periode zaman belanda Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai Veriniging voor Effectenchandel yang merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia pertama, pasar modal di Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. 2. Periode kedua (1952-1960): periode orde lama Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 12 yang kemudian dijadikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang Pasar Modal. Juga melalui Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
:
289737/UU
tertanggal
1
November1951, Bursa Efek Jakarta (yang selanjutnya disebut BEJ) akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibukanya kembali bursa 49
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman,Op.Cit.,hlm.168.
Universitas Sumatera Utara
efek ini untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan yang lainnya adalah untuk mencegah larinya ke
luar
negeri
saham-saham
perusahaan
Belanda
yang
dulunnya
diperdagangkan di pasar modal di Jakarta. Kepengurusan bursa efek ini kemudian diserahkan ke Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE) yang terdiri atas 3 bank dengan Bank Indonesia sebagai anggota kehormatan. Bursa efek ini berkembang dengan cukup baik walaupun surat berharga yang diperdagangkan umumnya adalah obligasi oleh perusahaan Belanda dan obligasi pemerintah Indonesia lewat Bank Pembangunan Indonesia. Penjualan obligasi semakin meningkat dengan dikeluarkan obligasi pemerintah melalui Bank Industri Negara di tahun 1954,1955, dan 1956. Sengketa
antara
dinasionalisasikannya
pemerintah
RI
perusahaan
dengan
Belanda
Belanda
melalui
berakibat
Undang-Undang
Nasionalisasi Nomor 86 Tahun 1958. Sengketa ini mengakibatkan larinya modal Belanda dari tanah Indonesia. Akibatnya mulai tahun 1960, sekuritassekuritas perusahaan Belanda sudah tidak diperdagangkan lagi di BEJ. Sejak itu aktivitas di BEJ semakin menurun. 3. Periode ketiga (1977-1988): periode orde baru BEJ dikatakan lahir kembali pada tahun 1977dalam periode Orde Baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian pasar modal, pembentukan badan pembina pasar modal, pembentukan
Badan
Pelaksana
Pasar
Modal
(BAPEPAM)
dan
PT
Danareksa.Presiden Soeharto meresmikan kembali BEJ pada tanggal 10
Universitas Sumatera Utara
Agustus 1977. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. Penerbitan saham perdana disetujui pada tanggal 6 Juni 1977, sebanyak 178.750 lembar saham ditawarkan dengan harga Rp 10.000,00 per lembar. Periode ini disebut juga dengan periode tidur yang panjang karena sampai dengan tahun 1988 hanya sedikit sedikit sekali perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu hanya 24 perusahaan saja. Kurang menariknya pasar modal pada periode ini dari segi investor mungkin disebabkan tidak dikenakannya pajak atas bunga deposito, sedang penerima dividen dikarenakan pajak penghasilan sebesar 15%. 4. Periode keempat (1988-1995): periode bangun dari tidur panjang Sejak diaktifkan kembali pada tahun 1977 sampai pada tahun 1988 BEJ dikatakan dalam keadaan tidur yang panjang selama 11 tahun. Sebelum tahun 1988 hanya terdapat 24 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Setelah tahun 1988, selama 3 tahun saja, yaitu sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127 perusahaan. Sampai dengan tahun
1996,
jumlah
perusahaan
yang
terdaftar
menjadi
238
perusahaan.Peningkatan di pasar modal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. a. Permintaan dari Investor Asing Investor asing melihat bahwa pasar modal di Indonesia telah maju dengan pesat pada periode ini dan mempunyai prospek yang baik. Investor asing tertarik dengan pasar Indonesia karena dianggap sebagai pasar yang menguntungkan untuk diversifikasi secara internasional. Investor asing
Universitas Sumatera Utara
dibatasi pemilikannya sampai dengan 49% dari sekuritas yang terdapat di bursa. Sampai dengan awal tahun 1995, jumlah kepemilikan oleh investor asing mencapai 7,06% miliar lembar atau sekitar 29,61% dari semua sekuritas yang terdaftar. b. Pakto 88 Pakto 88 merupakan reformasi tanggal 27 Oktober 1988 untuk merangsang ekspor nonmigas, meningkatkan efisiensi dari pihak bank komersial, membuat kebijakan moneter lebih efektif, meningkatkan simpanan domestik, dan meningkatkan pasar modal. Salah satu hasil dari reformasi Pakto 88 adalah mengurangi reserve requirement dari bank-bank deposito. Akibat dari reformasi ini adalah pelepasan dana sebesar Rp 4 Triliun dari Bank Indonesia ke sektor keuangan. Akibat lebih lanjut adalah masyarakat mempunyai cukup dana untuk bermain di pasar saham. c. Perubahan Generasi Perubahan kultur bisnis terjadi di periode ini, yaitu dari kultur bisnis keluarga tertutup ke kultur bisnis profesional yang terbuka, yang memungkinkan profesional dari luar keluarga untuk duduk di kursi kepemimpinan perusahaan. Pergeseran ini terjadi karena perubahan generasi dari tua kepada yang muda. Generasi yang muda umumnya mendapat pendidikan di Barat yang mengakibatkan mereka mempunyai pandangan berbeda dengan pendahulunya. Perubahan radikal menuju ke perusahaan profesional terbuka ini juga merupakan faktor perkembangan pasar modal yaitu dengan mulai banyaknya perusahaan yang go public.
Universitas Sumatera Utara
Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan dari Bursa Efek Surabaya (yang selanjutnya disebut BES). BES dengan nama asingnya Surabaya Stock Exchange (SSX) dilahirkan kembali pada tanggal 16 Juni 1898. Pada awalnya, BES hanya mempunyai 25 saham dan 23 obligasi yang diperdagangkan. BES hanya membutuhkan waktu 3 bulan untuk meningkatkan indeks gabungan dari nilai 100 pada tanggal 16 Juni 1898 menjadi 340. Mulai tanggal 19 September 1996, BES mengubah nilai dasar indeks gabungannya menjadi nilai dasar 100. Pada akhir tahun 1996, IHSGBES mencapai nilai 568,585 poin. Sampai kuartal ketiga tahun 1990 jumlah sekuritas yang tercatat di BES meningkat menjadi 116 saham. Jumlah ini meningkat sampai akhir tahun 1996 tercatat 208 emiten saham dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 191,57 triliun. Semua sekuritas yang tercatat di BEJ juga secara otomatis diperdagangkan di BES. 5. Periode kelima (mulai tahun 1995): periode otomatisasi Karena peningkatan kegiatan transaksi yanng dirasakan sudah melebihi kapasitas manula, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Jika sebelumnya di lantai bursa terlihat dua deret antrian (satu untuk antrian beli dan yang lainnya untuk antrian jual) yang cukup panjang untuk masing-masing sekuritas, dan semua kegiatan transaksi dicatat di papan tulis, maka setelah otomatisasi yang terlihat di lantai bursa adalah jaringan komputer-komputer yang digunakan oleh broker.Sistem otomatisasi yang diterapkan di BEJ diberi nama Jakarta Automated Trading System (JATS) dan mulai dioperasikan pada tanggal 22
Universitas Sumatera Utara
Mei 1995. Sistem manual hanya mampu menangani sebanyak 3.800 transaksi tiap hariannya. Dengan JATS, sistem ini mampu menangani sebanyak 50.000 transaksi setiap harinya. Sebelum JATS dioperasikan dengan sistem manual, rata-rata volume perdagangan tiap harinya adalah sebesar Rp 14,8 juta lembar dalam 1.606 transaksi dengan nilai Rp 46 miliar untuk transaksi reguler. Untuk transaksi non-reguler rata-rata volume perdagangan setelah JATS adalah sebanyak 24,7 juta lembar dalam 222 transaksi dengan nilai Rp 82 miliar. 6. Periode keenam (mulai Agustus 1997): periode krisis moneter Periode bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda negara-negara Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, dan Singapura. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia tersebut terhadap dolar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan karena spekulasi dari pedagang-pedagang valuta asing, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri, dan tidak kalah penting adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian.Untuk mencegah permintaan dolar Amerika berlebihan yang mengakibatkan nialinya meningkat dan menurunnya niali Rupiah, Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Diharapkan dengan suku bunga deposito yang tinggi (beberapa bank swasta menawarkan suku bunga deposito dari 25% hingga 50%), pemilik modal akan menanamkan modalnya di deposito untuk mengurangi permintaan terhadap dolar.Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak lagi tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
menanamkan dananya di pasar modal, karena total return yang diterima lebih kecil dibanding dengan pendapatan dari bunga deposito. Akibat lebih lanjut, harga-harga saham di pasar modal mengalami perununan yang drastis. Indeks harga saham gabungan (yang selanjutnya disebut IHSG) sejak bulan Agustus sampai akhir tahun 1997 selalu menurun. Periode ini dapat juga dikaitkan sebagai periode ujian terberat yang dialami oleh pasar modal Indonesia.Untuk mengurangi lesunya permintaan sekuritas di pasar modal Indonesia, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas perdagangannya lewat transaksi investor
asing.
Pada
tanggal
3
September
1997
pemerintah
tidak
memberlakukan lagi pembatasan 49% pemilikan asing. Ini berarti bahwa mulai tanggal tersebut, investor asing boleh memiliki saham-saham yang jumlahnya tidak terbatas. Peraturan pemerintah ini kelihatannya belum membawa hasil, karena jumlah kepemilikan asing hanya mencapai 27%. Kemerosotan pasar saham ditunjukkan oleh IHSG yang turun dengan tajam. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang bergejolak ini, pemerintah pada tanggal 1 November 1997 mengumumkan melikuidasi 16 bank swasta nasional. Pengumuman yang cukup mengejutkan ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar saham. Bahkan IHSG tetap merosot dengan tajam. Perkembangan suatu pasar modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya (go public) maupun investor serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Ini berarti bahwa tanpa adanya partisipasi yang aktif dari perusahaan-perusahaan yang potensial untuk go public, tidak adanya investor yang bergairah untuk menanamkan
Universitas Sumatera Utara
dananya dalam surat berharga, dan kurang aktifnya lembaga-lembaga penunjang pasar modal , maka suatu pasar modal tidak akan berkembang dengan baik. Tapi dengan adanya partisipasi yang aktif dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, tanpa disertai dengan kualitas yang memadai dan perilaku yang baik dan rasa tanggung jawab sosial uang besar, akan mengakibatkan perkembangan yang kurang baik bagi pasar modal. Globalisasi ekonomi, selain memberikan tantangan berat, membuka kesempatan yang luas dalam rangka pengembangan kemampuan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, di cermati dengan seksama, dapat dilihat bahwa untuk saat ini hanyalah negara yang memiliki kemampuan ekonomi dan sumber daya manusia yang kuat yang dapat menerima proses globalisasi ini. Dengan kata lain, globalisasi akan memberikan dampak yang buruk apabila suatu negara tidak memiliki kesiapan, baik dari segi ekonomi, sumber daya manusia, maupun dari segi ketersediaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi itu sendiri. 50 Kondisi perekonomian Indonesia mutakhir mengarahkan pengembangan pasar modal Indonesia untuk “difokuskan pada pemulihan dan pengembangan pelaku pasar.” Hal itu dimaksudkan untuk “menghasilkan pelaku pasar modal yang kuat, sehingga menjadi penggerak yang tangguh bagi perekonomian nasional.” Pengembangan diarahkan “pada peningkatan berbagai aspek yang memiliki nilai strategis dalam meningkatkan daya saing global, yaitu keterbukaan informasi, efisiensi pelaksanaan transaksi di pasar sekunder, sumber daya 50
M.Irsan Nasarudin,et.al.Op.Cit.,hlm.77.
Universitas Sumatera Utara
manusia, regulasi, dan penegakan hukum. 51 Dalam merespon globalisasi ekonomi dan kepentingan dalam negeri Bapepam (saat ini Otoritas Jasa Keuangan /OJK) merumuskan visi dan misi pengembangan pasar modal, yaitu: 52 1. Meningkatkan komitmen dalam pengembangan pasar modal dengan membuat kebijakan fiskal dan moneter, menyediakan infrastruktur yang berstandar internasional, dan peraturan yang mendukung untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. 2. Memberikan akses yang memadai bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Koperasi ke pasar modal. Akses ini diharapkan bisa menciptakan stimulus dan daya gerak UKM dan Koperasi untuk mampu menghimpun dana masyarakat untuk keperluan dan pembesaran volume usaha produktif. 3. Memberikan kesempatan secara luas kepada Pemerintah Daerah untuk memperoleh pembiayaan. Di saat otonomi daerah ini, kurangnya pasokan dana proyek dari Pemerintah Pusat menyebabkan pemerintah daerah memerlukan dana yang agak banyak untuk menyediakan fasilitas umum. Pemda bisa menghimpun dana melalui pasar modal dengan menerbitkan obligasi. 4. Meningkatkan partisipasi investor domestik. Krisis moneter Indonesia telah menyebabkan hengkangnya sejumlah investor asing. Ini adalah saatnya yang tepat untuk mendorong partisipasi investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Untuk dapat menjangkau masyarakat Indonesia yang berjumlah besar, namun tersebar diperlukan strategi pemasaran yang jitu.
51
Ibid.,hlm.79. Ibid.,hlm.80.
52
Universitas Sumatera Utara
5. Meningkatkan sarana dan prasarana pasar modal Indonesia menghadapi persaingan global. Saat ini perkembangan dan teknologi informasi merupakan suatu keniscayaan untuk terus menyempurnakan dan mengejar standar internasional pasar modal, sehingga akan mendatangkan minat investor domestik dan asing untuk berinvestasi di pasar modal. Sedangkan untuk sasaran pengembangan pasar modal Bapepam (OJK) merumuskan sebagai berikut: 53 1. Terlaksana perdagangan tanpa warkat (sripless trading) dan pemindahbukuan secara elektronik. 2. Mengintegrasikan sistem perdagangan bursa efek dengan sistem verifikasi KSEI dan sistem KPEI. 3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dana jaminan. 4. Menciptakan pasar yang likuid dan efisien. 5. Melaksanakan pendidikan pasar modal terpadu. 6. Menciptakan landasan pengembangan e-commerce dalam pasar modal. 7. Mendistribusikan kepemilikan secara luas. 8. Membentuk pasar derivatif. 9. Mengembangkan pasar obligasi. 10. Mengembangkan pasar luas bursa (over the counter). 11. Mengembangkan e-monitoring untuk industri reksa dana.
53
Ibid.,hlm.81.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pasar modal tidak hanya ditunjukkan oleh data yang bersifat kuantitatif semata seperti meningkatnya volume perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar serta jumlah perusahaan yang go public, akan tetapi juga peningkatan kemampuan perusahaan, ketaatan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, kualitas keterbukaan informasi pasar modal serta diberlakukan standar internasional dalam kegiatan perdagangan. Kemajuan ini tidak lepas dari kontribusi dari segenap komponen pelaku pasar modal, yaitu Bapepam/pemerintah dan swasta, yaitu lembaga dan profesi penunjang pasar modal seperti bursa efek, Lembaga Kliring dan Penjamin (yang selanjutnya disebut LKP), Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian(yang selanjutnya disebut LPP) dan perusahaan efek, akuntan, konsultan hukum, notaris, dan penilai. 54 Perusahaan akan go public kalau menurut pertimbangan tindakan tersebut akan memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan, baik manfaat langsung maupun tidak langsung.
55
Perkembangan pasar modal juga dipengaruhi oleh
faktor kepentingan dan keinginan investor. Dari segi investor ini, faktor yang mempengaruhi untuk terjun di pasar modal adalah sikap investor terhadap risiko, kualitas investor, dan kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan investor. 56 Kualitas dan macam investor yang ikut transaksi di pasar modal juga mempengaruhi perkembangan. Investor yang dimaksud adalah investor yang mempunyai pandangan juah ke depan, yang menempatkan investasi pada 54
Ibid.,hlm.84. Pandji Anoraga dan Piji Pakarti,Op.Cit.,hlm.97. 56 Ibid. 55
Universitas Sumatera Utara
instrumen pasar modal sebagi investasi jangka pendek dikesampingkan. 57 Suatu kebijaksanaan pemerintah dapat mendorong investor memasuki pasar modal. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa untuk dapat menjadi investor baru akan memasuki pasar modal kalau menurut penilaiannya investasi dalam sekuritas instrumen pasar modal lebih menguntungkan dibandingkan alternatif
lain.
Dengan adanya deregulasi yang membebankan pajak penghasilan pada bunga deposito, maka investasi pada instrumen pasar modal menjadi alternatif yang dipertimbangkan investor. 58 Peraturan dan pengawasan terhadap pasar modal juga ikut mempengaruhi perkembangan pasar modal. Dengan adanya peraturan dan pengawasan yang memadai dan efektif maka akan mendorong investor untuk ikut terjun dalam pasar modal. 59 Pasar modal merupakan pertemuan supply (dari para pihak yang membutuhkan dana) akan dana jangka panjang yang transferable. Karena itu keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demand tersebut. Namun, bila dilihat dari sisi surat berharga (sekuritas) maka supply yang dimaksud adalah seberapa banyak penawaran surat berharga yang dilakukan oleh borrower, dan demand yang dimaksud adalah seberapa banyak permintaan surat berharga
(sekuritas)
oleh
lenders.
Kondisi
ini
akan
mempengaruhi
keseimbanganharga sekuritas dalam pasar, selain faktor-faktor lain. 60 Untuk itu
57
Ibid. Ibid. 59 Ibid. 60 Suhartono dan Fadlilah,Portofolio Investasi dan Bursa Efek (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percerakan,2009),hlm.7. 58
Universitas Sumatera Utara
secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain adalah: 61 a. b. c. d. e.
Supply sekuritas Demand akan sekuritas Kondisi politik dan ekonomi Masalah hukum dan peraturan Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal. Supply sekuritas sangat tergantung pada banyak dan sedikitnya perusahaan
yang go public atau listing di bursa efek. Ini berkaitan dengan kesadaran perusahaan, bahwa bursa efek adalah juga sebagai alternatif pendanaan bagi perusahaan, walaupun menurut hipotesis Meyrs (pecking order theory) bahwa alternatif pendanaan model ini adalah yang berbiaya paling mahal dibanding pendanaan dari laba ataupun hutang, namun disaat perusahaan butuh ekspansi cepat sementara laba tidak mencukupi dan hutang sudah sampai batas maksimal maka pendanaan bentuk ini menjadi sangat dibutuhkan di samping pertimbanganpertimbangan lain Banyak sedikitnya supply sekuritas juga akan mempengaruhi keseimbangan harga sekuritas di bursa (pasar saham). 62 Harga sekuritas juga dapat dipengaruhi oleh kondisi politik dan ekonomi suatu negara. Bila kondisi politik dan ekonomi suatu negara cukup stabil, sebaliknya bila kondisi politik dan ekonomi suatu negara selalu bergolak, maka reaksi pasar juga akan selalu terjadi terutama ke arah negatif. Begitu juga bila
61
Ibid. Ibid.,hlm.7-8.
62
Universitas Sumatera Utara
kondisi politik kondusif dan dinamis serta ekonomi mengalami pertumbuhan yang baik,tentu reaksi pasar akan bergerak ke arah positif. 63 Minat investor baik investor dalam negeri maupun investor asing untuk berinvestasi dalam suatu negara biasanya dipengaruhi masalah aturan hukum dan perundang-undangan. Bagaimanapun juga para investor butuh kepastian hukum demi keamanan dananya yang diinvestasikan, padahal banyak sedikitnnya investor yang berinvestasi dalam pasar sekuritas akan mempengaruhi supply dan demand sekuritas tersebut dan seperti telah diungkapkan di depan bahwa supply dan demand sekuritas ini akan mempengaruhi keseimbangan harga sekuritas di pasar. 64 Jumlah penduduk Indonesia yang besar, nomor 4 di dunia, merupakan potensi dahsyat jika bisa dioptimalkan. Namun, fenomena pasar modal masih menjadi fenomena kota yang diketahui sejumlah kalangan masyarakat yang terbatas. Bapepam dan semua pihak yang terkait dengan pengembangan pasar modal harus melakukan segenap upaya untuk melakukan sosialisasi, agar pasar modal menjadi populer. 65 Pemodal yang ingin berinvestasi langsung di saham (berbeda dengan reksa dana), dituntut memiliki pemahaman fundamental dan teknikal dari saham yang akan menjadi sasaran investasi. Memahami aspek fundamental ini secara sederhana, investor bisa mempelajari dari laporan keuangan emiten yang
63
Ibid.,hlm.8. Ibid.,hlm.9. 65 M.Irsan Nasarudin, Op.Cit.,hlm.85. 64
Universitas Sumatera Utara
sahamnya menjadi pilihan jika yang terkait dengan fundamental perusahaan, misalnya terkait dengan pembagian laba, struktur bisnis perusahaan dan sebagainya yang terkait dengan fundamental ekonomi secara umum, investor bisa berpedoman pada pertumbuhan ekonomi. Sederhananya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan demikian ekspektasi atas kinerja saham juga akan tinggi. Sementara itu terkait dengan aspek teknikal, investor bisa mengacu pada harga tertinggi dan terendah dan harga saham. Di samping itu volume saham yang beredar juga perlu mendapat perhatian karena sisi jumlah saham akan sangat berpengaruh pada likuiditas dari saham. Jangan sampai membeli saham namun giliran akan menjual membutuhkan waktu yang lama. Tentunya beberapa acuan tentang aspek fundamental dan teknikal tersebut adalah contoh-contoh yang paling sederhana dan banyak lagi dari kedua faktor tersebut yang bisa menjadi perhatian investor. Selanjutnya setelah memahami faktor fundamental dan teknikal, faktor berikutnya yang perlu dipahami adalah pemahaman tentang pasar, aspek-aspek yang mempengaruhi pasar atau yang biasa disebut dengan risiko pasar. Risiko pasar ini biasanya terkait dengan makro ekonomi, maupun mikro ekonomi. Kondisi sosial politik, serta aspek regional juga rentan akan pergerakan pasar. Dalam resiko pasar ada yang dinamakan dengan aspek psikologis, yakni aspek yang sama sekali tidak bisa dijelaskan secara matematis, apalagi ekonomi. Karena untuk membantu investor dalam memilah saham yang menjadi pilihan Bursa Efek Indonesia (yang selanjutnya disebut BEI) membuat indikator perdagangan yang bernama indeks. Setidaknya kini ada delapan kelompok indeks industri yakni perdagangan sektor industri dasar, sektor kimia dasar, sektor
Universitas Sumatera Utara
properti, sektor keuangan, sektor manufaktur, sektor infrastuktur dan sektor konsumsi. Sedangkan analisis dan para pelaku pasar modal lebih spesifik lagi membagi menyatukan kelompok dari masing-masing sektor industri itu pada apa yang dinamakan karateristik saham yang bisa dengan murah dijadikan acuan investasi dan memudahkan membangun sebuah portofolio investasi. 66 Bursa efek didirikan oleh perseroan yang telah mendapat izin dari Bapepam. Bursa efek adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli efek (Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995). Penyelenggaraan Bursa Efek dilakukan atas izin usaha dari Bapepam dan diawasi oleh Bapepam. Pemegang saham di Bursa Efek adalah paara pialang (perusahaan efek). Tujuan pendirian Bursa Efek yang teratur, wajar, dan efesien. Hal ini hanya akan tercapai apabila perdagangan efek diselenggarakan berdasarkan suatu aturan yang jelas dan dilaksanakan secara konsisten sehingga harga mencerminkan mekanisme pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Adapun fungsi dari Bursa Efek adalah sebagai berikut: 67 1. Menyediakan sarana perdagangan. 2. Membuat aturan bursa. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 memberi kewenangan Bursa Efek sebagai lembaga Self Regulatory Organization (SRO), yakni untuk mengeluarkan dan menegakkan peraturan yang ada kaitannya dengan pencatatan efek, keanggotaan bursa, dan perdagangan efek . Ketentuan yang dikeluarkan mempunyai kekuatan untuk
66 67
Imam Sjahputra,Op.Cit.,hlm.89-90. Tavinayati dan Yulia Qamariyanti,Op.Cit.,hlm.16.
Universitas Sumatera Utara
ditaati oleh anggota bursa efek dan emiten yang sahamnya tercatat di bursa. Semua aturan yang dikeluarkan Bursa Efek harus atas persetujuan Bapepam sebagai otoritas pengawas. 3. Menyediakan informasi pasar. 4. Memberikan pelayanan kepada anggota bursa, emiten, dan publik. Adapun
perdagangan
efek
yang
wajar
adalah
penyelenggaraan
perdagangan yang berlangsung secara alamiah, dalam pengertian setiap kekuatan penawaran atau permintaan dilakukan berdasarkan mekanisme pasar yang bebas dari adanya keadaan yang tidak mendukung terciptanya sistem penyampaian informasi yang akurat dan tepat waktu dari emiten, terhindarnya pasar dari usahausaha pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan dari ketidaktahuan pihak lainnya dan adanya sistem serta tata cara pelaksanaan perdagangan yang mendukung terciptanya kewajaran dalam melakukan perdagangan di Bursa Efek. 68 BEI pada mulanya memiliki dua tempat, yakni BEJ (memperdagangkan instrumen saham/equity dan obligasi/utang). PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES) secara resmi bergabung pada tanggal 1 Desember 2007. Nama kedua bursa itu digantikan dengan entitas baru bernama PT Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) yang perdagangan efek pertamanya dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2007. 69 Kehadiran BEI ini mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional yang memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income),
68
Ibid. Ibid., hlm.17.
69
Universitas Sumatera Utara
maupun perdagangan derivatif (derrivative instruments). Kehadiran bursa tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi. Juga yang penting adalah infrastuktur perdagangan menjadi terintegrasi dan memfasilitasi seluruh instrumen yang diperdagangkan. Setelah bergabungnnya BEJ dan BES, dalam BEI sejak 1 Desember 2007 ada 352 emiten asal BEJ dan 30 emiten dari BES begabung dan menambah pilihan investasi di BEI, begitu juga produk-produk lainnya, sehingga akan melengkapi dan variasi pilihan investasi. 70 Perdagangan efek dapat dilaksanakan secara “over the counter” (OTC market), tanpa adanya suatu trading floor tertentu sebagai tempat transaksi jual beli efek. 71 Selain bursa yang terorganisir atau juga yang disebut juga organizied market, sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam industri pasar modal juga dikenal pasar liannya yaitu psar yang umumnya dikenal sebagai pasar di luar bursa (over the counter market atau OTC). Berlainan dengan bursa (organized market), yang sesuai dengan namanya memang secara sengaja diorganisir atau diadakan untuk melakukan perdagangan efek, maka pasar di luar bursa sama sekali tidak diorganisir. Pasar OTC ini timbul karena adanya kebutuhan dari investor untuk mentransaksikan efeknya tanpa melalui bursa, baik karena efek tersebut tidak tercatat di bursa, atau memang bermaksud menghindari bursa karena alasan biaya transaksi atau lainnya. Dua alasan munculnya pasar OTC ini adalah pertama karena investor yang melakukan transaksi melalui OTC bermaksud menghindari biaya yang dibebankan bursa atas transaksi, yang 70
Ibid.. Imam,Op.Cit., hlm.133.
71
Universitas Sumatera Utara
menurutnya sangat besar. Kedua, karena mungkin satu-satunya pasar yang ada untuk mentransaksikan efek milik investor adalah melalui OTC, karena memang saham tersebut tidak ditransaksikan di pasar lainnya. Di Indonesia pasar OTC ini belum begitu berkembang, dalam arti hanya sebagian kecil saja saham yang tidak ditransaksikan melalui bursa. Tetapi saham yang tercatat di bursa pada dasarnya dapat ditransaksikan di luar bursa, atau melalui pasar OTC ini karena memang tidak dilarang. Tidak berkembangnya pasar ini terutama karena memang pasar saham kita msih relatif kecil. Selain itu bursa efek memang mendorong anggotanya untuk bertransaksi didalam bursa. Peraturan BEJ, misalnya dengan tegas menyatakan bahwa anggota bursa efek yang menerima pesanan dari nasabahnya untuk melakukan transaksi, dan atau akan melakukan transaksi untuk kepentingannya sendiri atauefek yang tercatat di bursa, wajib melaksanakan transaksi tersebut melalui sistem perdagangan Bursa. Dengan peraturan bursa efek yang demikian, bursa memang menginginkan agar semua saham yang tercatat di bursa efek, hanya akan ditransaksikan di bursa efek apabila kebetulan yang melakukan transaksi tersebut adalah anggota bursa tersebut. 72 Keteraturan pada perdagangan efek yang teratur tidak cukup hanya dilihat dari peraturan, tetapi juga dari praktik yang berlaku di pasar modal, terutama adanya konsistensi penegakan peraturan bursa itu sendiri. Keteraturan tersebut juga tercermin dari perilaku para pihak yang terlibat dalamnya, dan perilaku dari
72
Hamud M.Balfas,Op.Cit.,hlm.387-388.
Universitas Sumatera Utara
lembaga penunjang serta para profesional di pasar modal dan investor atau pemodal itu sendiri. 73 Bursa efek mempunyai pengaturan mengenai transaksi efek yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia yaitu Peraturan Nomor II-A Tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas. Peraturan ini menjelaskan secara rinci mengenai mekanisme transaksi efek di BEI mulai dari defenisi, mekanisme perdagangan efek sampai pada pengawasan internal yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia bila ditemukannya kejahatan pasar modal C.
Indikasi Terjadinya Praktik Transasksi Efek Semu di Pasar Sekunder Pasar sekunder adalah bursa efek di mana emiten diperdagangkan. Secara
umum transaksi efek di dalam pasar sekunder dapat dibedakan dalam: 74 1. Transaksi bursa Adalah kotrak yang dibuat oleh anggota bursa efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual beli efek, pinjam-meminjam efek, atau kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Transaksi bursa yang terjadi sebagai akibat negosiasi langsung antar anggota bursa efek mulai mengikat pada saat sebagaimana diatur oleh peraturan bursa efek yang dapat didasarkan pada konfirmasi yang disampaikan oleh anggota bursa efek beli, anggota bursa efek jual, atau keduanya, dengan atau tanpa persetujuan atas konfirmasi dimaksud. 73
Ana Rokhumatussa’dyah dan Suratman, Op.Cit.,hlm.184. Paulus Situmorang,Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Media,2008),hlm.118-120. 74
Mitra
Wacana
Universitas Sumatera Utara
2. Transaksi di luar bursa Adalah transaksi antar perusahaan efek atau antara perusahaan efek dengan pihak lain yang tidak diatur oleh bursa efek, dan transaksi antar pihak yang bukan perusahaan efek. Perusahaan efek yang melakukan transaksi di luar bursa wajib mencatat transaksi tersebut pada tanggal transaksi tersebut mengikat. Perusahaan efek yang melakukan transaksi di luar bursa wajib mengirim konfirmasi atau transaksi di luar bursa kepada perusahaan efek lain atau pihak lain yang menjadi pihak dalam transaksi di luar bursa pada tanggal transaksi tersebut dilaksanakan. 3. Transaksi nasabah pemilik rekening Adalah transaksi yang dilaksanakan oleh perusahaan efek untuk kepentingan rekening nasabahnaya sesuai dengan kontrak antara perusahaan efek dengan nasabah tertentu. Transaksi nasabah pemilik rekening antara lain meliputi pesanan jual beli, pesanan pinjam meminjam, penerimaan hak-hak rekening atas efek, serta hal-hal yang berhubungan dengan rekening efek nasabah tersebut. 4. Transaksi nasabah umum Adalah transaksi melalui pemesanan efek dalam penawaran umum oleh pemodal yang tidak mempunyai rekening efek pada perusahaan efek. Transaksi nasabah umum wajib mengikuti prosedur yang diterapkan dalam prospektus. Jika dalam penawaran umum terjadi kelebihan permintaan efek, perusahaan efek harus memprioritaskan pesanan melalui rekening efek, kecuali dalam hal rekening efek dimiliki oleh pihak terafiliasi.
Universitas Sumatera Utara
5. Transaksi nasabah kelembagaan Adalah transaksi efek antara perusahaan efek dengan nasabah tertentu yang didasarkan pada perjanjian antara perusahaan efek dengan nasabah kelembagaan tersebut seperti perusahaan asuransu, reksa dana, bank atau lembaga keuangan lainnya yang tidak mempunyai rekening efek pada perusahaan efek tersebut. Transaksi nasabah kelembagaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian antara perusahaan efek dan nasabah kelembagaan. Penyelesaian transaksi nasabah kelembagaan dapat dilakukan dengan cara penyerahan uang dan efek pada saat bersamaan, atau dengan cara lain, sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Transaksi efek di pasar sekunder merupakan pasar perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Akan tetapi, transaksi efek semu sendiri tidak ada dalam bentuk dan jenis transaksi yang ada di pasar sekunder. Sehingga jelaslah bahwa transaksi efek semu merupakan perbuatan yang dilarang untuk dilakukan. Pasar Sekunder merupakan mekanisme yang mempertemukan penawaran jual dan permintaan beli saham diantara para investor atau pemodal melalui pialang atau broker, sehingga terjadilah transaksi saham di bursa efek. Antara pasar perdana dengan pasar sekunder ada hubungan timbal balik. pasar perdana bisa ramai apabila pasaar sekundernya juga ramai, demikian juga sebaliknya. Transaksi efek semu termasuk praktek yang sukar untuk diketahui dalam kegiatan pasar modal. Yang semakin membuat sulit adalah adanya indikasi transaksi efek semu muncul, belum tentu berujung pada kesimpulan bahwa
Universitas Sumatera Utara
transaksi efek semu memang terjadi. Indikasi yang paling mudah terbaca adalah ketika terjadinya, fluktuasi harga saham, yaitu situasi dimana harga saham melonjak naik ataupun turun secara tiba-tiba. 75 Kejahatan zaman dahulu terus ada dan terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Globalisasi, sebagai suatu fenomena sosial telah merasuk hampir setiap kehidupan manusia, baik dalam lapangan politik, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi 76 Istilah kejahatan juga dikenal di pasar modal. Namun yang dinamakan kejahatan pasar modal berbeda dengan kejahatan pada umumnya. Kejahatan pasar
modal bukan seperti mencuri, membunuh,
merampok sebagai mana kejahatan pada umumnya yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kejahatan
pasar
modal
dikarenakan
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kemodernan dunia maya seperti internet, dan lain sebagainya. Pasar modal juga membuat defenisi tersendiri yang termasuk ke dalam kategori kejahatan pasar modal. Indikasi kejahatan pasar modal yang sejak zaman dahulu dapat dilihat dari adanya kasus perdagangan saham Bank Pikko menjadi sangat aktif dan harga saham tersebut meningkat sebesar 20 %. Atas dasar itu BEJ meminta konfirmasi kepada Bank Pikko mengenai ada atau tidaknya hal material mengenai Bank Pikko yang perlu diungkapkan kepada publik. Bank Pikko memberikan informasi kepada BEJ pada tanggal 8 April 1997 sebelum sesi perdagangan bahwa tidak
75
http://www.xanga.com,Bursa Baru, Integritas Baru, diakses pada (tanggal 27 Februari
2016) 76
Gunawan, Persada,2007),hlm.1.
Widjaja,
Transpalantasi
Trust
(Jakarta:
PT.
Raja
Grafindo
Universitas Sumatera Utara
terdapat hal-hal material yang perlu diumumkan di BEJ pukul 10.30 WIB pada hari yang sama. “PT” yang menjabat sebagai direktur PT Multi Prakarsa Investama Securities yang dikendalikan oleh “BT” bersama-sama dengan afiliasinya, melakukan transaksi saham Bank Pikko secara aktif melalui PT.PSP Securities. Atas permintaan PT.PSP Securities memecah order beli dan jual saham Bank Pikko melalui perusahaan Efek lain. Dalam kasus Bank Pikko, Bapepam telah memberikan sanksi hukum kepada “BT” dan “PT” berupa pengembalian keuntungan atas transaksi saham Bank Pikko dan denda serta sanksi administratif pada “PT”. PSP Securities dan PT.MPI Securities. Sanksi administratif diberikan berdasarkan bukti yang menunjukkan bahwa kedua perusahaan Efek tersebut telah melakukan dan atau terlibat secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung, dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dengan jumlah yang cukup besar untuk kepentingan nasabah yang dapat menciptakan gambaran seolah-olah kegiatan saham Bank Pikko adalah aktif. Hal ini dapat memengaruhi Pihak lain baik langsung maupun tak langsung melakukan transaksi secara aktif atas saham Bank Pikko. Transaksi tersebut dilakukan PT PSP Securities dengan cara memecah order beli dan jual melalui 8 (delapan) perusahaan efek lain atas perintah nasabahnya, di samping itu PT PSP Securities sendiri juga melaksanakan sebagian order jual maupun beli atas saham Bank Pikko untuk kepentingan nasabah bersangkutan. Di samping itu, transaksi atas saham Bank Pikko oleh PT.MPI Securities dilakukan dengan cara menggunakan nama sedikitnya 13 (tiga
Universitas Sumatera Utara
belas) pihak lain atas perintah nasabah yang juga merupakan pengendali PT.MPI Securities. 77
77
Bismar Nasution,Op.Cit., hlm.171-173.
Universitas Sumatera Utara