Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
BAB II: TINJAUAN UMUM
2.1. Pengertian Judul Judul yang dipilih dalam Laporan Perancangan Tugas Akhir adalah sebuah ide atau gagasan dalam "Stasiun Terpadu dengan Pendekatan Arsitektur Tropis di Pasar Senen", dengan arti kata sebagai berikut :
Pengertian stasiun: Stasiun adalah tempat dimana para penumpang dapat naik atau turun dalam memakai
sarana
transportasi.
Stasiun
dijadikan
tempat
pengendalian,
pengawasan, pengaturan dan pengoperasian sistem angkutan umum.
Pengertian Terpadu : Pengertian kata terpadu secara harfiah berarti penyatuan, penggabungan beberapa jenis atau obyek yang berbeda tanpa menghilangkan karakteristik individu dari obyek tersebut.
Jadi pengertian Stasiun Terpadu merupakan suatu simpul jaringan prasarana transportasi yang memadukan beberapa moda transportasi, yaitu: stasiun Commuter, stasiun bandara, bus transjakarta dan bis dalam kota .
Pendekatan Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
yaitu
penggunaan
atau
pengaplikasian suatu objek penelitian yang akan di kaji pada sebuah bangunan dengan mendekati aspek tertentu.
Arsitektur Konstektual Konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis.
Stasiun Manggarai Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stasiun adalah tempat menunggu bagi calon penumpang kereta api dsb, tempat pemberhentian kereta api dsb.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Menurut William Dudley Hunt Jr, stasiun adalah bangunan untuk kedatangan, penanganan dan keberangkatan kereta bersama penumpang, staf dan barang.
2.2. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Tanggapan Terhadap KAK ( Target Perancangan ) 2.2.1. Perancangan Kota Memperhatikan Peraturan ketatakotaan pada bangunan dengan ketentuan :
Lokasi
: Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan
Luas Lahan
: Stasiun 35.000 m² (3,5) Ha Apartment 29.000 m² (2,9) Ha
KDB
: 60%
KLB
: 5 5 x 35.000 m² = 175.000 m² (Stasiun) 5 x 29.000 m² = 145.000 m² (Apartment)
Lapisan Bangunan
: 3 Lantai (Stasiun dan Komersial) 10 Lantai (Apartment)
Batas-batas Wilayah Stasiun Manggarai Batas Wilayah Utara
: Hunian, pintu air Manggarai
Batas Wilayah Timur
: Hunian, Kali CIliwung
Batas Wilayah Selatan
: Barat : Hunian, komersil
Batas Wilayah Barat
: Balai Yasa Manggarai, Hunian
2.2.2. Masterplan Sebagai konsep berkelanjutan, masterplan pengembangan kawasan Stasiun Manggarai diselaraskan dengan bangunan yang berada di sekitar Stasiun Manggarai dan mempertimbangkan hubungan antar moda transportasi . 2.2.3. Arsitektur Hemat Energi Memperhatikan penerapan arsitektur berkelanjutan dengan penerapan Zero Run Off / Water Harvesting pada area landsekap di sekitar bangunan Stasiun dengan mengacu pada Permen PU no.5/PRT/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi dan PERGUB DKI Jakarta no.38 tahun 2012 tentang Bangunan Hijau. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.2.4. Lansekap Memperhatikan bukaan ruang hijau bagi tanaman dengan meminimalkan perkerasan. Perkerasan diterapkan hanya pada area parkir dan alur sirkulasi kendaraan dan alur pejalan kaki hingga pedestrian. Membuat area publik pada zonasi publik agar mudah diakses bagi Penumpang, Pengunjung dan Pekerja yang bekerja di Stasiun Manggarai. RTH selain dibuat sebagai taman namun juga difungsikan sebagai area ”URBAN FARMING” sehingga memberikan manfaat lebih dalam pemanfaatan ruang. 2.2.5. Sosial Memperhatikan pengguna bangunan Stasiun Kereta Api karena dalam pemanfaatannya bangunan ini tidak hanya digunakan oleh pihak PT.KAI (karyawan) saja namun Penumpang dan Pengunjung Stasiun Kereta Api Manggarai. Sehingga dalam perencanaannya, membuat sirkulasi yang berbeda antara karyawan, penumpang dan pengunjung.
2.3. Stasiun Stasiun kereta api adalah salah satu fasilitas publik sarana transportasi kota yang menghubungkan daerah dengan daerah lain, kota dengan kota yang lain, baik itu antar dalam kota maupun luar kota. Stasiun kereta api memiliki peran sebagai tempat menunggu dan transit kereta api yang akan datang atau tiba di stasiun. Menurut Griffin, 2004 desain sebuah stasiun yang baik haruslah menarik, aman, sekaligus teratur. Ruang publik dan ruang privat harus terorganisir dengan baik untuk menciptakan lingkungan yang mengundang aktivitas di pedestrian dan elemn-elemen desain harus diatur sedemikian rupa untuk menguatkan kenyamanan dan keamanan area tersebut. Dari kaidah-kaidah tersebut diwujudkan dengan olah benuk peruangan dan massa bangunan, yang dimana dapat mempermudah akses bagi seluruh lapisan masyarakat. Pada bab ini akan membahas keseluruhan mengenai informasi tersebut.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.3.1. Tipologi Stasiun Menurut Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api PM No. 29 Tahun 2011 Menteri Perhubungan, jenis stasiun terdiri dari: a. Stasiun Penumpang, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang ; b. Stasiun Barang, merupakan stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang ; c. Stasiun Operasi, merupakan stasiun kereta api untuk menunjang pengoperasian kereta api . Sebagaimana yang dimaksud diatas, terdiri dari: Emplasemen
stasiun,
diantaranya
terdapat
jalan
rel,
fasilitas
pengoperasian kereta api dan drainase. Bangunan stasiun, diantaranya terdapat gedung, instalasi pendukung dan peron. a. Gedung stasiun kereta api memilik 3 peruntukkan kegiatan, yaitu Pokok yang terdiri dari hall, perkantoran kegiatan stasiun, loket karcis, ruang tunggu, ruang informasi, ruang fasilitas umum, ruang fasilitas kelamatan, keamanan, penyandang cacat dan lansia dan kesehatan ; Penunjang yang terdiri dari pertokoan, restoran, perkantoran,
perparkiran,
perhotelan
dan
ruang
lain
yang
menunjang sekaligus kegiatan stasiun kereta api; dan Jasa Pelayanan Khusus yang terdiri dari ruang tunggu penumpang, bongkar muat barang, pergudangan, parkir kendaraan, penitipan barang, ruang atm dan ruang lain yang menunjang baik secara langsun maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api ; b. Instalasi pendukung, meliputi instalasi listrik, air dan pemadam kebakaran ; c. Peron dibagi 3 kategori, yaitu Tinggi (100 cm), Sedang (43 cm) dan Rendah (18 cm) .
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Menurut UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, stasiun kereta api dibedakan menjadi: a. Stasiun di Permukaan Tanah (Ground Level Station), Stasiun ini dibangun pada permukaan tanah setingkat dengan rel kereta ;
Gambar 2.1 Ground Level Stastion Sumber. Menurut UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
b. Stasiun di Atas Jalur Kereta (Over Track Station), Stasiun ini di bangun diatas permukaan tanah dengan jalur kereta dibawahnya ;
Gambar 2.2 Over Track Stastion Sumber. Menurut UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
c. Stasiun di Bawah Jalur Kereta (Under Track Station), Stasiun yang dibangun dibawah jalur kereta sehingga jalur relnya berupa jalan layang .
Gambar 2.31 Under Level Stastion Sumber. Menurut UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
Menurut letak peron, stasiun terpadu termasuk Ground level station dan Over Track Station.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Menurut Honing dalam buku Ilmu Bangunan Jalan Kereta Api (1981), stasiun kereta api dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk, letak dan kesibukannya. a. Berdasarkan bentuk, stasiun terbagi menjadi: Stasiun Kepala Bangunan utama stasiun ini di letakkan menyiku dengan jalur kereta dimana kereta berakhir pada stasiun tersebut atau biasa disebut stasiun akhir .
Gambar 2.4 Stasiun Kepala Sumber. Honing (1981)
Stasiun Sejajar/Terusan Bangun utama dari stasiun ini sejajar dengan jalur kereta menerus dan letaknya diantara dua stasiun lain.
Gambar 2.5 Stasiun Sejajar/Terusan Sumber. Honing (1981)
Stasiun Pulau Stasiun ini terletak di tengah-tengah diantara dua jalur kereta dan bangunan utama stasiun sejajar dengan jalur kereta.
Gambar 2.6 Stasiun Pulau Sumber. Honing (1981)
Stasiun Jazirah Merupakan stasiun yang terletak di sudut antara dua jalur kereta yang membelok. Menurut bentuk stasiun, stasiun terpadu termasuk stasiun sejajar.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
b. Berdasarkan letak, stasiun dibedakan menjadi: Stasiun Akhir/Terminal Merupakan tempat dimana kereta memulai atau mengakhiri perjalanan dan biasanya pada kawasan stasiun ini terdapatfasilitas depo atau tempat perbaikan kereta ; Stasiun Antara Merupakan stasiun dimana kereta berhenti hanya sesaat kemudian berjalan kembali setelah menaikkan dan menurunkan penumpang . Stasiun Hubungan/Peralihan (Interchange Station) Merupakan kombinasi dari stasiun antara (dipandang terhadap jalur kereta utama) dari stasiun akhir (untuk jalur kereta sisi) . Stasiun Persilangan (Crossing Station) Merupakan stasiun yang ditempatkan dari pengarahan kereta api yang menerus. Menurut
letak
stasiun,
stasiun
terpadu
termasuk
stasiun
peralihan.
c. Berdasarkan kesibukkan, stasiun dibedakan menjadi: Stasiun Kecil Merupakan stasiun pemberhentian atau halte dengan fasilitas minim yang hanya dilengkapi bangsal penumpang /shelter . Stasiun Sedang Merupakan stasiun yang disinggahi kereta cepat dan letaknua berada di tempat-tempat yang penting di sebuah kota kecil . Stasiun Besar Merupakan stasiun kereta dengan fasilitas lengkap dan disinggahi kereta pengangkuan penumpang dan barang dan biasanya terdapat di kota-kota besar .
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
d. Moda Transportasi darat yang dapat bergerak diatas rel terdiri dari Kereta Rel listrik, MRT dan Monorel KRL (Kereta Rel Listrik) Adalah moda kereta api dengan tenaga
penggerak utama
menggunakan listrik yang dialirkan melalui kabel-kabel yang terbentang diatas rel kemudian diterima oleh pantograf yang berada diatas gerbing KRL. Negara seperti Jepang, Rusia dan Indonesia merupakan negara dengan jalur terpanjang. Spesikasi KRL: Penjelasan rinci terkait sistem teknis KRL JABODETABEK menurut data PT. Commuter Line. -
Track Gauge
: 1067 mm
-
Electrification
: 1500 V DC
-
Average Speed
: 40 km/h (25 mph)
-
Top Speed
: 90 km/h (55 mph)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 tahun 2011, stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) memiliki tipe peron tinggi, dengan tinggi peron sekitar 1000 mm, diukur dari kepala rel. Peron tiggi dibuat untuk
mempermudah
dan
mempercepat
proses
naik-turun
penumpang agar tidak terjadi kepadatan .
MRT (Mass Rapid Transit) Merupakan angkutan yang juga berbasis rel yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah banyak atau secara massal dengan waktu tempuh yang lebih cepat. MRT dapat dibanguna dalam 3 kondisi, diatas tanah (surface), layang (elevated) dan bawah tanah (subway). (PT. MRT Jakarta) .
Monorel Monorel termasuk dalam jenis LTR (Light Rapid Transit) merupakan seuah moda transportasi ringan berbasis kereta dan jalur rel dengan jalur yag terdiri dari rel runggal, berlainan dengan rel tradisional yang memiliki dua rel paralel dan dengan sendirinya, kereta lebih lebar daripada relnya. Biasanya rel terbuat dari beton dan roda keretanya terbuat dari karet, sehingga tidak sebisig kereta konvensional. Monorel
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
adalah
transportasi
yang
efisien
khususnya
di
kota
metropolitan dan dirancang mirip seperti jalan layang. (PT. Jakarata Monorail) . 2.3.2. Prinsip Desain Stasiun Kereta Api, dibagi 6 bagian:2 a. Ukuran dan Penataan Fasilitas Pertimbangan ukuran dan penataan fasilitas pada desain stasiun berdasarkan : Ruang aktivitas penumpang Perancangan ruang yang memadai bagi aktivitas penumpang di peron adalah + 0,74 m2 bagi setiap individu untuk mencapai minimal batas kenyamanan. Jarak tempuh Jarak tempuh rata-rata untuk penumpang harus kurang dari 88 ft atau 26,82 m dan jarak dari ujung peron ke titik terdekat dari pintu keluar tidak boleh melampaui jarak 200 ft atau 60m. Sirkulasi Sirkulasi penumpang di sekitar maupun di dalam stasiun haruslah lancar dan aman dengan menyediakan kapasitas yang cukup untuk berbagai fasilitas, serta menghindari sirkulasi silang. Kapasitas standar dan konfigurasi desain Yaitu penunjuk dan standar yang memperhatikan persyaratan desain untuk menginstalan fasilitas-fasilitas komponen untuk stasiun kereta api, seperti tangga, ramp, eskalator, pergerakan manusia, peron, control pintu masuk-keluar. Berdasarkan Ukuran dan Penataan Fasilitas, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi . b. Sistem Informasi Sistem informasi memberi arahan dan kejelasan bagi pengujung, mempunyai arti penting dan penempatan dan petunjuk yang di informasikan. Harus memenuhi karakteristik; Isi pesan harus informatif
2
Transit Facilities, Kenneth W. Grifiin .2000 Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
dan multi language.; Jarak pandang dan posisi pemasangan juga harus diperhatikan; Harus diletakkan pada tempat yang strategis dan pada titiktitik penting. Dan dibedakan dari informasi iklan. Berdasarkan Sistem informasi, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah informatif c. Fasilitas Umum Stasiun kereta api karena bersifat fasilitas sosial maka harus mempunyai fasilitas umum yang memadai seperti ; telepon umum, warnet, minimarket, kantin, dll. Berdasarkan fasilitas umum, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi, informatif, dan komersil. d. Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan Hal ini meliputi kebisingan, ventilasi udara, keindahan, keamanan pasif-aktif, bahaya kebakaran, dan petir. Berdasarkan, Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi, informatif, dan komersil. e. Desain untuk orang cacat Permasalahan sirkulasi untuk orang cacat harus diperhatikan dalam kegiatan mendesain suatu stasiun kereta api. Meliputi : orientasi, sirkulasi horizontal dan vertikal, sirkulasi naik-turun kereta dan sirkulasi didalam kereta, sirkulasi keadaan darurat untuk orang cacat. Berdasarkan desain untuk orang cacat, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi dan informatif. f. Fleksibiltas dan efisiensi ekonomis Fleksibilitas mengacu pada masa mendatang terhadap perubahan bangunan terhadap fungsi dan pengoptimalisasikan biaya yang dihasilkan serta pengeluaran yang rutin adalah hal-hal yang sangat penting dalam faktor efisiensi ekonomis. Berdasarkan fleksibilitas dan efisiensi ekonomis, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi, operasional dan komersil
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Kesimpulan: Berdasarkan tipologi stasiun kereta, sebuah stasiun terpadu harus mempertimbangkan: 1. Sirkulasi : Harus memperhatikan Ukuran dan Penataan Fasilitas, Fasilitas Umum, Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan, Desain untuk orang cacat, dan Fleksibilitas dan efisiensi ekonomis. 2. Operasional : Harus memperhatikan Fleksibilitas dan efisiensi ekonomis. 3. Informatif : Harus memperhatikan sistem informasi, Fasilitas Umum, Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan, dan Desain untuk orang cacat. 4. Komersil : Harus memperhatikan Fasilitas Umum dan Fleksibilitas dan efisiensi ekonomis. 2.3.3. Fungsi Stasiun Terpadu Berdasarkan acuan
literatur Railway Station Planning fungsi dan
karakteristik stasiun terpadu adalah :3
Tempat menaikkan dan menurunkan bangunan ;
Tempat mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum ;
Tempat perantian moda transportasi antara, Stasiun Kereta rel listrik (KRL), stasiun Commuter, stasiun bandara, transjakarta , bis dalam kota serta kendaraan umum lainnya dan kendaraan pribadi ;
2.3.4. Karakteristik Stasiun Terpadu Dalam merencanakan suatu bangunan terpadu perlu adanya konsep perancangan yang mengintegrasikan beberapa fungsi di dalamnya, sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat saling mendukung dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam perencanaan stasiun terpadu ini, pertemuan antara kegiatan pengunjung dari pesawat terbang serta
3
Railway Station Planning, Design, and Management – Julian Ross , 2000 Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
pengunjung dari moda kereta api, bus , maupun taksi haruslah saling terpadu.4 Desain dari suatu bangunan transportasi secara umum meliputi empat elemen fungsional yang harus diperhatikan, yaitu :5 1.
Sirkulasi
: Akses yang mudah dijangkau, hubungan antar ruang yang fleksibel.
2.
Operasional
: Dilengkapi dengan penjualan tiket dan pelayanan lainnya, akomodasi bagi staf dan peralatan.
3.
Informatif
: Bentuk koridor yang fleksibel, dan “informatif” para pengguna bangunan, terdapat
bagi
papan-papan
informasi yang menginformasikan / menandakan pelayanan. 4.
Komersil
: Menarik keuntungan dari kegiatan penunjang yang terdapat di stasiun melalui perhitungan luas lahan, kualitas ataupun standar pelayanan dan image yang didapat.
Pertimbangan penyusunan standar sarana berkaitan erat dengan beberapa aspek berikut :6 1.
Keselamatan (safety) ;
2.
Kesederhanaan/kemudahan (simplicity) ;
3.
Kepastian (practicality) ;
4.
Kenyamanan (comfort) ;
5.
Manusiawi (humanity) ;
6.
Fungsional .
4
Railway Station Planning, Design, and Management – Julian Ross , 2000
5
Departemen Perhubungan-Badan Penelitian dan Pengembangan
6
Departemen Perhubungan, Studi Standar Pelayanan Angkutan Kereta Api di Perkotaan, (Badan Penelitian dan Pengembangan) Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.3.5. Moda Transportasi dalam Stasiun Terpadu terbagi menjadi :
Kereta Commuter ;
Kereta Bandara ;
Transjakarta ;
Bus dalam kota ;
Kendaraan umum kecil (Mikrolet, Bajaj, Taksi) .
2.3.6. Fasilitas Stasiun Menurut Honing (1981), secara umum sebuah stasiun memerlukan fasilitas sebagai berikut: 1. Bangunan Utama Stasiun Merupakan bangunan tempat terjadinya kegiatan pelaku stasiun, yaitu pengguna kereta dan pengelola yang didalamnya terdapat fasilitas sebagai berikut:
Fasilitas Sirkulasi Penghubung area muka stasiun dengan peron berupa selasar, peyebrangan dan lain-lain.
Fasilitas Pelayanan Penumpang Berupa loket penjualan tiket, bagian informasi dan jasa logistik.
Fasilitas Administrasi Berupa ruang kepala stasiun dan administrasi, dan para pengella stasiun.
Fasilitas Penunjang Berupa ruang tunggu, cafe, toilet, mushola dan sebagainya.
2. Area Muka Stasiun Area muka stasiun merupakan tempat titik kontak antara transportasi kereta api dengan transportasi jalan raya. Pada area ini terdapat fasilitas seperti pedestrian untuk pejalan kaki, perkir kendaraan, halte bis dan angkutan umum lainnya. 3. Bangsal Penumpang Merupakan ruang tunggu penumpang ang berada pada area peron/platform keika menunggu kedatangan kereta. 4. Emplasemen Merupakan ruang yang terdiri dari kumpulan jalur kereta dan peron/platform berupa perkerasan tempat menaikkan dan menurunkan Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
penumpang, bongkar muar barang serta ruang tunggu penumpang sebelum kedatang kereta. Emplasemen terdiri dari berbagai tipe, yaitu:
Tipe Paralel o
Jalur kereta sejajar dengan bangunan utama stasiun sehingga kereta meelintasi seluruh peronplatform.
o
Peron/platform terletak diantara jalurjalur kereta.
Tipe Akhir/Buntu o
Jalur kereta berakhir pada peron/platform yang letaknya melintang di satu sisi.
o
Pengakhiran jalur kereta pada kedua bagian peron.
5. Jalur Penghubung Sirkulasi Merupakan jalur yang menghubungkan bangunan utama stasiun dengan peron. Bentuk jalur penghubung ini bisa di atas rel berupa jembatan maupun di bawah rel berupa lorong bawah tanah. 6. Jalur Kereta Api Jalur kereta sendiri disebut sepur atau rel baja. Lebar sepur menentukan batas kecepatan maksimum dimana kereta api dapat berjalan dengan aman.
2.4. Kriteria Perancangan Stasiun Kereta Api Stasiun kereta api memiliki beberapa fungsi yang perlu diperhatikan dalam proses mendesain, yaitu: a.
Sebagai ruang tunggu, di mana informasi mengenai keberangkatan dan kedatangan sangatlah diperlukan untuk mengurangi pengguna yang menunggu dan memungkinkan pengguna untuk menggunakan waktu mereka untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat ;
b.
Sebagai tempat perpindahan dari fasilitas transportasi publik yang satu ke fasilitas transportasi publik yang lain ;
c.
Sebagai tempat penjualan tiket dan promosi mengenai fasilitas trasnportasi publik ;
d.
Sebagai fokus dari perencanaan urban dengan kepadatan tinggi. Stasiun adalah titik dengan aksesibilitas tinggi yang dapat dicapai oleh sejumlah besar
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
penggunanya dengan mudah dan merupakan lokasi yang sangat baik untuk perkantoran, pusat perbelanjaan dan fungsi-fungsi komersial lain . Terdapat beberapa hal yang menjadi karakter kesuksesan sebuah stasiun, yaitu: a.
Penggunaan lahan untuk berbagai fungsi dan penggunaan lahan yang terkonsentrasi ;
b.
Lahan parkir dan akses yang memadai ;
c.
Lingkungan stasiun yang berkembang .
2.5. Prinsip Dasar Sirkulasi pada Stasiun Menurut Ross (2000) sirkulasi utama pada stasiun kereta api merupakan sirkulasi pejalan kaki sehingga perancangan stasiun harus memperhatikan sirkulasi sebagai berikut: 1.
Pengaturan arus dengan satu arah ;
2.
Menghindari kemungkinan terjadi crossing circulation ;
3.
Manusia yang bergerak pada arah yang berbeda harus dipisahkan ;
4.
Menhindari kondisi atau ruang buntu ;
5.
Perancangan arus sirkulasi dibuat sedekat mungkin untuk jarak tempuh.
6.
Memiliki arus yang bebas tanpa rintangan dan naman untuk menuju area publik ;
7.
Rute sirkulasi dibuat agar penggunanya terarah secara alami melewati fasilitasfasilitas stasiun ;
8.
Stasiun yang baik memiliki pencapaian dengan jarak tempuh tidak lebih dari 800 m atau setidaknya seorang pejalan kaki membutuhkan waktu lima menit dari jalan menuju stasiun ;
9.
Sebuah stasiun perlu memperhatikan adanya potensi tindak kriminalitas melalui ruang, yaitu dengan keamanan dari psikologis penumpang yang dapat melihat dan juga terlihat oleh staf stasiun ;
10. Mencegah adanya masalah bottleneck atau kemacetan akibat kepadatan penumpang/pengguna ;
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.6. Kereta Api Komuter Kereta api komuter adalah layanan transportasi kereta api penumpang antar kota dan pinggiran kota yang menarik sejumlah besar orang yang melakukan perjalanan setiap hari. Kereta beroperasi mengikuti sebuah jadwal, pada kecepatan yang berbeda-beda mulai dari 50-200km/jam. Jarak biaya atau harga kadang digunakan. Pengembangan jalur komuter menjadi populer saat ini, dengan meningkatnya perhatian publik terhadap kemacetan, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan masalah lingkungan lain ditambah meningkatnya biaya kepemilikan kendaraan bermotor. Karakeristik dari kereta api komuter adalah; Ukurannya lebih besar Menyediakan tempat duduk lebih besar dan sedikit tempat berdiri karena jarak tempuh yang lebih jauh Memiliki frekuensi lebih sedikit Memiliki layanan berjadwal Melayani daerah yang kepadatannya rendah, umumnya menghubungkan daerah pinggiran dengan pusat kota Berbagi jalur atau bersebelahan dengan kereta utama dan kereta barang Adapun berdasarkan perjalanan, kecepatan dan daya angkut, maka jenis kereta api dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya: 1.
Kereta Api Metro Kereta api metro atau rapid transit atau sistem kereta berat umumnya melingkupi area yang lebih kecil, memiliki frekuensi yang lebih padat dan berjalan dalam jalur yang terpisah (dibawah atau diatas tanah), sedangkan kereta komuter sering berbagi jalur, teknologi dan kerangka kerja legal dengan kereta utama.Namun, pembedaan sebagai sebuah metro atau rapid transit dapat sulit dilakukan karena keduanya secara umum melayani wilayah metropolitan, berjalan dengan jalur terpisah di pusat kota dan sering memiliki tempat perbaikan khusus. Faktanya bahwa terminologi ini tidak menjadi standard di banyak negara karena masalah tersebut.
2.
Kereta Api Regional
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Kereta api regional umumnya menyediakan transportasi kereta anta kota-kota kecil, tidak meghubungkan kota besar utama seperti kereta api antar-kota lakukan. Keretaregional beroperasi diluar kota besar, tidak seperti kereta antarkota, kereta berhenti di sebagian besar atau semua stasiun. Kereta ini menyediakan
layanan
bagi
komunitas
kecil
di
sekitar
jalur
dan
menghubungkannya dengan layanan jarak jauh. Nama alternatifnya adalah „kereta api lokal‟ atau „kereta api perhentian‟. Di Amerika kereta api regional bermakna sama dengan kereta api komuter. 3.
Kereta Api Antar-Kota
4.
Kereta Api Kecepatan Tinggi
Kereta Api Komuter Jabodetabek KRL (Kereta Rel Listrik) Jabodetabek adalah jalur kereta listrik yag di operasikan oleh PT. KAI divisi Jabodetabek sebelum berubah nama menjadi PT. KAI Commuter Jabodetabek. KRL Jabodetabek telah beroperasi sejak tahun 1976 yang melayani rute komuter di wilayah Jakara, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Serpong. Tugas pokok perusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangera, Bekasi dan Serpong, serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang KRL normal dengan nama-nama stasiun. KRL yang melayani jalur ini terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas ekonomi, ekonomi-AC dan kelas ekspres yang menggunakan pendingin udara. Jalur komuter Jabodetabek melewati beberapa stasiun besar seperti Jakarta Kota, Gambir, Gondangdia, Jatinegara, Pasar Senen dan Manggarai.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Gambar 2.7. Peta Rute KRL Jabodetabek Sumber. PT. KAI
Dimensi Kereta Menurut data arsitek, stasiun dibagi menjadi beberapa bagian jenis dan peruangannya: 1)
Ruang kedatangan pada ketinggian rel, pintu masuk untuk penumpang dan barang menuju peron dengan tempat penyebrangan.
2)
Terowongan untuk penumpang dengan instalasi sedang.
3)
Terowongan penumpang serta barang dengan intalasi besar.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Gambar.2.8 Kereta Api Stasiun Penumpang Sumber. Data Arsitek Jilid 2
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Gambar 2.9. Dimensi Kereta Api Sumber. Data Arsitek Jilid 2
2.7. Peraturan Perkeretaapian 1.
Studi Kelayakan Lokasi Kereta Api Berdasarkan hasil studi kelayakan yang dibuat oleh Japan International
Cooperation Agency (JICA) tahun 1985, terdapat kriteria lokasi sebuah stasiun kereta api, yaitu: •
Kriteria I, letak stasiun sedapat mungkin dekat dengan jalan raya sehingga fungsinya sangat efektif sebagai titik pertemuan antara sistem perkeretaapian dan transportasi lainnya.
•
Kriteria II, letak stasiun mudah dijangkau leh penumpang yang berjalan kaki dan jarak tempuh pejalan kaki yang nyaman diperkirakan 0.5 sampai 1 km. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
•
Sub Kriteria, letak stasiun dekat dengan daerah perdagangan dan perkantoran sehingga untuk masa datang daerah tersebut dapat terus berkembang sebagai lokal center dalam jangka panjang.
2.8. Studi Banding
Gambar 2.10 Stasiun Manggarai Sumber. Dokumentasi Pribadi
Tapak terletak dilokasi yang strategis, yaitu dikawasan Manggarai Jakarta Selatan dekat dengan Terminal Manggarai. Lokasi stasiun ini dapat dikatakan strategis karena letaknya berdekatan dengan sarana moda transportasi lainnya, sehingga memudahkan dalam pencapaian tapak. Berdasarkan Perda Pemda DKI No.9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya, maka secara tidak langsung kondisi eksisting bangunan stasiun Manggarai berdasarkan tata letak guna lahan tidak dapat dipindahkan ke lokasi lain. Stasiun Manggarai merupakan salah satu stasiun kereta api terbesar di Jakarta, Indonesia. Stasiun yang terletak di Manggarai, Jakarta Selatan, memiliki jalur hampir sebanyak stasiun Jakarta Kota. Stasiun ini hanya melayani kereta komuter tujuan Bogor, Tanah Abang, dan Bekasi. Stasiun Manggarai sekaligus berfungsi sebagai dipo penyimpanan kereta-kereta besar. Banyak kereta kelas eksekutif dan bisnis diparkir di stasiun ini yang selanjutnya akan menuju ke stasiun Gambir atau Jakarta Kota. Jalur kereta api dari Bandara Soekarno-Hatta yang sedang dalam perencanaan juga dijadwalkan akan berakhir di stasiun ini. Bersebelahan dengan dipo dan stasiun Manggarai ini terdapat Balai Yasa Manggarai, yang merupakan bengkel untuk melakukan perawatan rutin dan mereparasi kereta-kereta penumpang. Kemudian, tidak jauh di selatan stasiun ini terletak dipo KRL Bukit Duri, tempat penyimpanan dan perawatan harian aneka kereta rel listrik dan diesel. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Gambar 2.11 Pembangunan Stasiun Manggarai pada Januari 1918 Sumber. Heritage Kereta Api
Pembangunannya Stasiun Manggarai dipimpin oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt. Selain stasiun, Van Gendt juga membangun sekolah pendidikan perkeretaapian dan rumah-rumah dinas untuk para pegawai SS di sekitar stasiun baru. Stasiun Manggarai memiliki satu bengkel besar paling lengkap yang dimiliki SS untuk merehabilitasi dan merakit ulang kereta, gerbong dan lokomotif uap. Areal Stasiun Manggarai semasa zaman kolonial Belanda meliputi batas Sungai Ciliwung di sebelah timur sampai ke sebelah barat yang sekarang menjadi Jl. Swadaya. Sedangkan batas selatan sepanjang jalan Van Goens (Manggarai Selatan 1) dan Boekit Doeri West (Bukit Duri Barat) sampai pagar stasiun di utara yang sekarang menjadi Jl. Dr. Saharjo. Selain berperan penting dalam operasional jalur SS di Batavia, Stasiun Manggarai juga merupakan salah satu stasiun bersejarah.
Gambar 2.12 Emplasemen Stasiun Manggarai tahun 1950. Sumber. Dokumentasi Pribadi)
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Konservasi adalah upaya dinamis untuk menjaga keberadaan warisan budaya dan nilainya dengan melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan itu. Tiga diantaranya yang berbasis konservasi, yaitu o Pelestarian o Pencegahan o Pemeliharaan
Restorasi o Rehabilitasi o Rekonstruksi o Konsolidasi / Perbaikan Struktur o Revitalisasi o Adaptasi
Denah Stasiun Manggarai
Gambar 2.13 Denah Stasiun Manggarai 2014 Sumber. Jakarta Railway Station, PT. KAI (Persero) - Management Heritage Railway)
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Tampak-tampak Stasiun Manggarai
Gambar 2.14 Tampak Depan Stasiun Manggarai Sumber. Jakarta Railway Station, PT. KAI (Persero) - Management Heritage Railway)
Gambar 2.15 Tampak Samping Stasiun Manggarai Sumber. Jakarta Railway Station, PT. KAI (Persero) - Management Heritage Railway)
2.9. Mass Rapid Transit (MRT) Menurut Jakarta MRT , MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harafiah berarti angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Beberapa bentuk dari MRT antara lain:
Berdasarkan jenis fisik : BRT (Bus Rapid Transit), Light Rail Transit (LRT) yaitu kereta api rel listrik, yang dioperasikan menggunakan kereta (gerbong) pendek seperti monorel dan Heavy Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti kereta Jabodetabek yang ada saat ini :
Berdasarkan Area Pelayanan : Metro yaitu heavy rail transit dalam kota dan Commuter Rail yang merupakan jenis MRT untuk mengangkut penumpang dari daerah pinggir kota ke dalam kota dan mengantarkannya kembali ke daerah penyangga (sub-urban). Jenis yang akan dibangun oleh PT. MRT Jakarta adalah MRT berbasis rel jenis Heavy Rail Transit.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Manfaat sistem MRT ini adalah mampu mengurangi kepadatan kendaraan di jalan karena
dengan
adanya
MRT
diharapkan
dapat
mengalihkan
masyarakat
yang
menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi massal.
Gambar 2.16 Peta MRT DKI Jakarta Sumber. Jakarta MRT (2015)
Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi dampak positif lainnya bagi Jakarta dan warganya antara lain: Penciptaan lapangan kerja: selama periode konstruksi, proyek MRT Jakarta diharapkan dapat menciptakan sekitar 48.000 pekerjaan baru Penurunan waktu tempuh & meningkatkan mobilitas: Waktu tempuh antara Lebak Bulus sampai Bundaran HI diharapkan turun dari 1-2 jam pada jam-jam sibuk menjadi 30 menit, sedangkan dari Lebak Bulus sampai Kampung Bandan target waktu tempuh sekitar 52.5 menit. Penurunan waktu tempuh ini akan meningkatkan mobilitas warga Jakarta. Meningkatnya mobilitas warga kota ini memberikan dampak kepada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi kota, dan meningkatkan kualitas hidup warga kota Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for Jakarta MRT System 2005).
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Transit - Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada peningkatan jumlah penumpang MRT Jakarta
Tabel 2.1 Pilihan Sistem MRT Sumber. GTZ (2003)
2.10. Light Rapid Transit (LRT) Angkutan kereta api ringan (LRT) adalah bentuk rel dialiri listrik yang telah dikembangkan secara bertahap dari trem untuk sistem angkutan cepat yang sebagian dioperasikan pada jalurnya sendiri. Trem merupakan kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota, dengan Trem yang berselang waktu 5-10 menit berangkat, merupakan solusi untuk kemacetan. Rangkaian trem umumnya satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak terlalu panjang. Disebut Light Rail karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti bus, tidak seberat kereta api yang 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu-lintas kota, atau terpisah seperti bus-way, bahkan bisa pula layang (elevated) atau sub-way, hanya untuk sebagian lintasan saja Light Rail Transit (LRT) adalah salah satu jenis urban passenger transportation yang beroperasi di permukaan jalan baik memiliki jalur khusus maupun memakai jalur umum. LRT merupakan bagian dari Mass Rapid Transit (MRT) dengan cakupan wilayah Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
yang lebih kecil dan bentuk armada yang lebih kompak dan ringan. LRT sudah banyak diterapkan di negara-negara di dunia, di Asia Tenggara sendiri terdapat di Filipina dan Singapura. 2.10.1. Keunggualan LRT
Dapat berbaur dengan lalu-lintas kota;
Dapat berbelok dengan radius kecil atau tajam (sekitar 15 meter, sehingga dapatmenyelusuri bangunan tua pusat kota, sedangkan HRT minimum dengan radius 150meter) ;
Dapat naik dengan elevasi hingga 12%, sedangkan HRT maxiumum 1%. Oleh sebab itustasiun LRT sering berada di atas jembatan layang ;
Biaya pembangunan dan operasi sangat murah dibandingkan dengan HRT ;
Tipe 1: Berbaur dengan lalu-lintas kota dan panjang satu set (2 kereta); Tipe2: Dengan berbagai lintasan (surface, elevated, dan sub-way) dan panjang dua set (4kereta); Tipe 3: Seperti HRT dengan lintasan khusus terpisah berikut sinyalnya, danpanjang 2 set hingga 4 set (bisa 4 hingga 8 kereta) ;
Namun LRT mampu mengangkut 80.000 penumpang per jam, bandingkan dengan HRT140.000 penumpang per jam, monorel 40.000 penumpang per jam, sedangkan buswayhanya 25.000 penumpang per jam.
2.10.2. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Light Rail Transit (Lrt) Di Indonesia Light Rail Transit sebagai angkutan massal yang masih dalam tahap perencanaan dan pembangunan di Indonesia, dalam pelaksanaannya berpedoman pada peraturan perundangan yang ada. Namun belum ada peraturan yang mengatur khusus tentang pelaksanaan dan pedoman dalam penyelenggaraan LRT, hanya saja ada beberapa peraturan yang dijadikan pedoman dalam proses perencanaan dan pembangunannya, antara lain: Keputusan gubernur propinsi daerah khusus ibukota jakarta nomor 84 tahun 2004 tentang penetapan pola transportasi makro di propinsi daerah khusus ibukota Jakarta. Dalam pasal 3 Bab III disebutkan bahwasanya akan ada penambahan jaringan jalan Primer, Bus Priority, Light Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT) untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien. Tujuan penetapan Pola Transportasi Makro adalah untuk menetapkan Rencana Induk Sistem Jaringan Transportasi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. PERDA DKI Jakarta , tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030, Pasal 21 ayat 3, menybutkan bahwasanya pengembangan jaringan angkutan massal berbasis rel meliputi jaringan Mass Rapid Transit (MRT), jaringan Light Rail Transit (LRT), jaringan Kereta Lingkar Dalam Kota, jaringan Kereta Komuter Jabodetabek, jaringan Kereta menuju Bandara, jaringan lainnya. RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA 2013-2017, Yang
isinya
tentang
mewujudkan
arahan
pembangunan
di
bidang
transportasi sesuai arahan RTRW DKI Jakarta tahun 2010 (saat ini telah terdapat draft RTRW DKI Jakarta tahun 2030). Terdapat tiga pilar utama yang direkomendasikan PTM untuk mengatasi masalah transportasi DKI Jakarta yaitu pengembangan angkutan massal, manajemen lalu lintas dan peningkatan kapasitas dan sistem jaringan jalan. Untuk pengembangan angkutan massal dilakukan dengan membangun Bus Rapid Transit (BRT)/Busway, Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), kereta dan sistem transportasi alternatif. Hingga saat ini pelaksanaan BRT yang sudah berjalan 11 koridor busway, pada pengembangan sistem kereta telah dilakukan dengan commuter line dan loop line Jabodetabek, serta akan dikembangkan double track untuk sejumlah jalur pelayanan.
2.11. Transit Oriented Design (TOD) Menurut Ewing(1997), Transit Oriented Development (TOD) merupakan suatu strategi pengembangan suatu kawasan yang padat dengan tata guna lahan campuran (mixuse) terdiri dari fungsi perumahan, perkantoran, perbelanjaan, pendidikan, kesehatan dan fasilitas sosial lainnya dengan berfokus pada stasiun transit (bus atau kereta api). Manfaat konsep pembangunan berbasis TOD ini antara lain:
1. Penurunan penggunaan mobil pribadidan mengurangi pengeluaran keluarga untuk biaya transportasi ;
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2. Peningkatan pejalan kaki dan pengguna transit sehingga akan menjadi gaya hidup yang sehat ;
3. Menghidupkan kembali kawasan pusat kota danmeningkatkan instensitas sertadensitas pembangunan disekitas area transit ;
4. Meningkatkan penjualan properti di sekita rtransit, (5) Meningkatkan kesempatan bagi berbagai kegiatan dan fungsi disekitar transit, (6) Mengurangi polusi dan perusakan lingkungan ;
5. Mengurangi peluang terbentuknya sprawl, membuka peluang untuk pengembangan bentuk compact dan ;
6. Lebih murah jika dibandingkan dengan membangun jalan .
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.12. Studi Banding Karya Sejenis 2.12.1. SOFIA METROPOLITAN 20
Gambar 2.17 Sofia Metropolitan 20
Arsitek
:ZNA (Zeybekoglu Nayman Associates, Inc)
Lokasi
:Sofia,Bulgaria
Kolaborator
: Ilhan Zeybekoglu, Tunch Gungor, Keunbo
Lokasi
:6000 m²
Tahun
: 2011
Yang,
Qing
Ding,
Lee
Dykxhoorn
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.12.2. KYOTO STATION
DENAH-DENAH
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
POTONGAN-POTONGAN
TAMPAK-TAMPAK
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.12.3. OSAKA STATION
Ōsaka Station (大阪 駅 Ōsaka-eki?) Adalah stasiun kereta api utama di distrik Umeda dari Kita-ku, Osaka, Jepang, yang dioperasikan oleh perusahaan kereta api Jepang Barat (JR Barat). Membentuk terminal kereta api utama kota di utara. Meskipun secara resmi dilayani oleh hanya JR Kobe / Kyoto Lines (Jalur Tōkaidō) dan Loop Jalur Osaka, Osaka adalah titik awal pelayanan JR Takarazuka Line, dan berfungsi sebagai terminal untuk kereta menuju wilayah San'in via JR Takarazuka Line dan wilayah Hokuriku via JR Jalur Kyoto, sambil menawarkan koneksi ke kereta menuju Nara, Wakayama dan Bandara Internasional Kansai melalui Loop Jalur Osaka. Ōsaka Station juga rumah terminal besar untuk layanan bus semalam untuk kota-kota lain di Jepang, dan sampai Maret 2013 juga memiliki kompleks terminal angkutan terdekat, Umeda Pengangkutan Terminal, yang dimiliki oleh JR Pengangkutan.
SITEPLAN
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
DENAH-DENAH
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
POTONGAN-POTONGAN
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
TAMPAK-TAMPAK
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Di dalam bangunan terdapat 2 zona, unpaid zone dan paid zone. Bangunan ini mempunyai zoning vertical yang baik, dengan membedakan pelayanan moda transportasi berdasarkan lantainya. Terminal ini mempunyai fasilitas utama, sebagai berikut :
Basemen untuk parkir mobil
Mempunyai 130 automated ticket gates pada concourse dan 27 pada subway
Terdapat 118 kamera pengawas yang tersebar
Atap stainlees dan kaca sepanjang platform
Pedestrian penghubung menuju Waterloo East Station Karena bangunan ini diperuntukan oleh seluruh kalangan masyarakat, maka
bangunan ini merupakan bangunan aksesibel dengan transportasi vertical yang dapat aksesibel. Bentuk bangunan yang melengkup disesuaikan dengan radius perputaran kereta di dalamnya. Struktur bangunan menggunakan flat slab dengan struktur atap adalah trusses.
Gambar. Entrance Waterloo International
Gambar. Transportasi vertikal yang aksesibel
Gambar. Potongan Waterloo International Terminal
Bangunan terminal ini merupakan Mixed Used Building yang menggabungkan retail
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
dan hotel. Mixed use building mempunyai dampak yang baik karena fungsi-fungsi bangunan ini dapat saling melengkapi dan Teminal ini mempunyai fasilitas yang dapat menggabungkan fungsi-fungsi tersebut seperti taman dan concourse area.
Gambar. Kelengkungan pada massa bangunan yang didalamnya terdapat platform Waterloo International Terminal, sedangkan sampingnya merupakan Waterloo Domestic Station.
Elemen stasiun terpadu pada Waterloo International Terminal yaitu: 1. Sirkulasi - adanya pembeda platform kedatangan dan keberangkatan - pembagian zoning vertical sesuai dengan moda transportasi - adanya pedestrian menuju stasiun 2. Operasional - Terdapat M&E service dan back-up service untuk perawatan kereta api 3. Informatif - adanya pembeda antara jalur domestic dan internasional, sehingga memudahkan pengguna Kesimpulan: Berdasarkan elemen stasiun terpadu yang akan diterapkan pada bangunan ialah adanya pembagian zoning vertical sesuai dengan moda transportasi yang dapat mengurangi terjadinya crossing circulation.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
2.12.5Transbay Transit Center8 Bangunan Terminal ini yang mengumpulkan beberapa jasa transportasi umum dan bangunan ini mengekspresikan pentingnya kedatangan para visitor ke salah satu world’s great cosmopolitan cities karena bangunan ini merupakan landmarks bagi San Francisco. Arsitek Transbay Transit Center, Pelli Clarke Pelli Architects, menggunakan pendekatan Green Architecture and Sustainable Architecture di atas lahan 600.000 square foot. Fasilitas pelengkap yang terdapat pada bangunan ini adalah taman yang berada di atap, yang digunakan sebagai ruang komunal serta adanya fungsi mall dan hotel. Fungsifungsi bangunan ini dapat saling melengkapi dan dapat menggabungkan fungsi-fungsi tersebut seperti taman dan concourse area.
Gambar. Landmark San Francisco
Gambar. Green Architecture pada desain bangunan
Gambar. Green Roof Transbay
Gambar. Grand mall menjadi concourse area pada Transbay
8
Diakses dari http://www.archdaily.com/48181/transbay-transit-terminal-pelli-clarke-pelli-architects/ pada tanggal 26 september 2012 pukul 23.46 Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Pembagian
zoning
vertikal
yang
baik
merupakan
salah
satu
cara
agar
meminimalkan cross circulation pada bangunan ini, akibat penggabungan beberapa moda transportasi dan fasilitas lainnya.
Gambar Pembagian zoning vertikal pada Transbay
Gambar Void pada Transbay
Gambar Desain entrance Transbay
Gambar . Relasi antar moda transportasi pada Transbay
Gambar. Train Level Transbay
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Gambar. Street Level Transbay
Gambar. Concourse Level Transbay
Gambar . AC Transit Level Transbay
Gambar. Upper Bus Level Transbay
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai (Studi Kasus : Stasiun Manggarai, Jakarta)
Elemen stasiun terpadu pada Transbay Transit Center yaitu: 1. Sirkulasi - Pembagian zoning vertikal yang baik merupakan salah satu cara agar meminimalkan cross circulation - Hubungan antar ruang yang fleksibel karena adanya sirkulasi vertikal pada area concourse di tengah bangunan 2. Informatif - Adanya pembagian zoning vertikal untuk membedakan moda transportasi 3. Komersil - Bangunan terminal ini merupakan mixed used building yang menggabungkan retail dan hotel - Terdapat taman yang berada di atap, yang digunakan sebagai ruang komunal Kesimpulan: Berdasarkan elemen stasiun terpadu yang akan diterapkan pada bangunan ialah menerapkan fungsi penunjang berupa retail dan hotel transit serta adanya ruang komunal berupa taman.
Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana | Resthi.J.D.Ahmad (41209010037)