BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Rusunawa Pengertian Rusunawa yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.18/PERMEN/M/2007 adalah bangunan gedung bertingkat yang di bangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing di gunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan / atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian. Tujuan pembangunan Rumah susun seperti yang tercantum dalam UU No.16/1985 tentang rumah susun antara lain : 1) Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya. 2) Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang. Type Rumah Susun
Type kecil
: T21,T28
Type Golongan Menengah
: T36, T54, T70
Type Golongan Mewah
: > 100M²
Alternatif penggunaan ruang
Ruang duduk, dapat berfungsi sebagai ruang keluarga, ruang makan dan dapat menampung kegiatan lain.
Ruang tidur
Kamar mandi
Ruang Jemur
Dapur
Sasaran Rumah Susun Sewa :
Masyarakat berpenghasilan rendah
Belum mendapatkan kesempatan memiliki rumah
Mereka yang baru berumah tangga
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
5
2.1.2 Kriteria Lokasi
Sesuai dengan tata ruang yang sudah di tetapkan oleh pemerintah daerah misalnya, jika dalam tata ruang di terangkan sebagai hunian, maka layak di bangun untuk hunian.
Status tanah tidak bermasalah, kepemilikan jelas yang diperkuat dengan surat, apakah milik sendiri atau sewa. Jika tanah itu tersedia atas hasil kerja sama, maka harus ada dokumen yang menerangkan tentang kerja sama tersebut.
Proses perancangan mengacu kepada Peraturan Menteri PU NO. 05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi
Lokasi harus Berdekatan dengan pusat kegiatan kota dan bersifat strategis, masih dalam radius jangkauan pejalan kaki, terhubung atau berdekatan dengan fasilitas transportasi massal dan jalan bebas hambatan.
2.1.3 Penghunian dan pengelolaan rusunawa
Penghuni adalah warga negara Indonesia yang termasuk dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah sesuai peraturan yang berlaku yang melakukan perjanjian sewa dengan pengelola.
Penghuni rusunawa yang kemampuan ekonominya telah meningkat menjadi lebih baik harus melepaskan haknya sebagai penghuni rusunawa berdasarkan hasil evaluasi secara berkala yang dilakukan ole badan pengelola.
Pengelola adalah instansi pemerintah atau badan hukum yang ditunjuk oleh pemilik rusunawa untuk melaksanakan sebagian fungsi pengelolaan rusunawa
yang
meliputi
kebijakan
perencanaan,
pengadaan
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindah
tanganan,
penatausahaan,
pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian rusunawa.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
6
2.1.4 Ketentuan Teknis Rumah Susun Peraturan pemerintah Nomor 4 tahun 1988 tentang rumah susun mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun antara lain meliputi : 1. Ruang Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami dalam jumlah yang cukup. 2. Struktur, komponen dan bahan bangunan Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesaui dengan standar yang berlaku. 3. Kelengkapan rumah susun Rumah susun harus dilengkapi dengan jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan air limbah, saluran atau tempat pembuangan sampah, tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya, alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga darurat kebakaran, tempat jemuran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, sistem alarm, pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu, dan generator listrik pada rumah susun yang menggunakan lift. 4. Satuan rumah susun Satuan rumah susun adalah rumah susun yang tujuan digunakannya sebagai tempat hunian, dapat berada pada permukaan tanah diatas atau di bawah permukaan tanah, atau sebagian dibawah dan sebagian diatas permukaan tanah, rumah susun juga harus mempunyai ukuran standar yang dapat di pertanggung jawabkan, memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaanya, serta harus disusun, diatur, dan dikoordinasikan untuk dapat mewujudkan suatu keadaan yang dapat menujang kesejahteraan dan kelancaran bagi penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari untuk hubungan kedalam dan keluar. Mempunyai ukuran standar minimum 18m2 dengan lebar muka minimal 3M, dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang penunjang) didalam dan atau diluar ruang utama, dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup, batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup dan atau sebagian terbuka dan atau ruang terbuka.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
7
Tabel kebutuhan minimal ruang untuk rusun (sumber : neufert 1992) Kebutuhan ruang
Kapasitas standar ruang
Ruang
Memuat minimal sofa, dan meja minimal luas 3x3m
Kamar tidur
Memuat tempat tidur dengan ukuran no.1, meja dan lemari, disediakan juga ruang untuk berias dan bekerja. Pada hunian mewah ditambah juga fasilitas kamar mandi di dalam. Minimal luas 2x3 m
Dapur
Ruang gerak minimal 1,2 m dan lebar minimal 2,4 m
Kamar mandi
Luas kamar mandi minimal memuat bak mandi atau shower 50x50 cm, dan satu toilet, minimal 1,8x1,5 m
Ruang service / jemur
Biasanya berada dibagian luar bangunan, minimal ukurannya1,25x2,5m
5. Bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama Bagian bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama, berupa ruang untuk umum, ruang tangga, lift, selasar, harus mempunyai ukuran yang dapat memberikan kemudahan bagi penghuni dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni maupun dengan pihak lain. Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun tetapi yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama, harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas, kapasitas, yang dapat memberikan keserasian lingkungan guna menjamin keamanan dan kenikmatan para penghuni, dapat berupa prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan. Tanah bersama adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah. Yang diatasnya berdiri rumah susun dan di tetapkan batasnya dalam persyaratan ijin bangunan.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
8
6. Kepadatan dan tata letak bangunan Kepadatan bangunan dalam lingkungan harus memperhitungkan dapat dicapainya optimasi daya guna dan hasil guna tanah. Tata letak bangunan harus menunjang
kelancaran
kegiatan
sehari-hari
dan
harus
memperhatikan
penetapan batas pemilikan tanah bersama, segi-segi kesehatan, pencahayaan, pertukaran udara, serta pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya yang mengancam keselamatan penghuni, bangunan dan lingkungannya. 7. Prasarana lingkungan Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk keperluan kegiatan sehari-hari bagi penghuni, baik kedalam maupun keluar dengan penyediaan jalan setapak, jalan kendaraan dan tempat parkir. 8. Fasilitas bangunan Dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan ruangan-ruangan dan atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan masyarakat, tempat bermain bagi anak-anak, dan kontak sosial lainnya serta ruangan dan atau bangunan untuk pelayanan kebutuhan sesuai standar yang berlaku. Antara lain : Fasilitas perniagaan dan perbelanjaan, lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan,
peribadatan,
fasilitas
pemerintah,
pelayanan
umum,
serta
pemakaman dan pertamanan. 2.1.5 Peruntukan dan intensitas bangunan Bangunan rusun yang dibangun harus memenuhi persyaratan kepadatan (Koefisien Dasar Bangunan KDB) dan ketinggian (Jumlah Lantai Bangunan) dan Koefisien Luas Bangunan berdasarkan rencana tata ruang wilayah,rencana tata bangunan dan peraturan bangunan. Bangunan rusun harus memenuhi ketentuan GSB, GSJ, GSS dan Jarak bebas antar bangunan gedung dengan ketentuan sebagai berikut :
Bangunan rusuna bertingkat tinggi yang di bangun berbatasan dengan jalan maka tidak boleh melanggar garis sempadan jalan.
Jarak bebas bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap bagunan lainnya minimum 4 meter pada lantai dasar, dan setiap penambahan lantai/tingkat bangunan di tambah 0.5 meter dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12.5 meter.
Jarak bebas antara dua bangunan rusuna dalam suatu tapak diatur diatur sebagai berikut :
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
9
1. Dalam
hal
kedua-duanya
memliki
bidang
bukaan
yang
saling
berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal 2x jarak yang di tetapkan 2. Dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan / atau berlubang maka jarak antara dinding tersebut minimal 1x jarak yang di tetapkan. 3. Dalam
hal
kedua-duanya
memiliki
bidang
tertutup
yang
saling
berhadapan maka jarak dinding terluar minimal 0.5x jarak bebas yang di tetapkan.
2.1.6 Sarana Lingkungan (Fasum dan Fasos) a. Lantai dasar rusun di tentukan sebagai ruang untuk fasos, fasum dan ruang komersial. b. Luas, sirkulasi, utilitas dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari total luas lantai bangunan c. Pada setiap tiga lantai harus tersedia ruang bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni. d. Setiap bangunan rusuna diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1 lot parkir untuk setiap 5 unit hunian yang dibangun.
Sarana lingkungan harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan penghuni rusuna seperti perbelanjaan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan, pendidikan dan sarana lain yang dianggap perlu sesuai dengan PERMEN PU No. 60/PRT/1992 dan KEPMEN PU No.324/M/2004 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No
1
2
Jenis Sarana Perbelanjaan a. Warung / Kios b. Pertokoan c. Pusat perbelanjaan Pendidikan a. Pra sekolah b. Sekolah dasar c. SLTP
Fungsi
Kebutuhan Sembako
Kebutuhan Dasar
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
Lokasi
Jumlah Penghuni yang dilayani
menyebar pusat
250 jiwa 2500 jiwa
lingkungan
30000 jiwa
Pusat Lingkungan
1000 jiwa 1600 jiwa 4800 jiwa
Radius Layanan
Maks. 300 m
Maks. 300 m
10
d. SLTA 3
Kesehatan a. Pos Yandu b. Balai pengobatan c. Puskesmas
4
Peribadatan a. Mushola b. Mesjid
5
Pemerintahan a. Kantor RT/RW b. Kantor Kelurahan c. Kantor Kecamatan
4800 jiwa
Kebutuhan Sehari-hari dan darurat
pusat Lingkungan
Pelayanan Keluarga Pelayanan Lingkungan
Menyebar Pusat Lingkungan
Maks. 300 m
1 blok rusun Lingkungan Rusun
Maks. 300 m
2.1.7 Sarana Darurat Besarnya Populasi Penghuni berdampak pada penyediaan sarana darurat untuk evakuasi kebakaran. Lebar Koridor berkisar antara 1,2-1,6 m sehingga memenuhi syarat untuk rumah susun dengan populasi banyak. Semakin lebar koridor maka semakin mudah proses evakuasi. Jarak unit kearah tangga kebakaran tidak lebih dari radius 40 m, akan lebih baik jika berjarak 25 m dengan minimal 2 tangga darurat, dengan begitu rute evakuasi tidak terlalu jauh di tempuh. (Permen PU No.60/PRT/1992 tentang persyaratan teknis pembangunan rumah susun). Tangga darurat terlidung pada konstruksi yang dapat menahan kebakaran selama dua jam. Pintu darurat hanya dapat didorong ke dalam (satu arah) sehingga dalam keadaan panik, orang yang menuju ke tangga darurat tidak kesulitan. Akses keluar harus menuju ke tempat aman di lantai dasar atau halaman tangga yang disyaratkan lebar 120 cm, lebar bordes minimal 120 cm, lebar injakan anak tangga minimal 22,5 cm, tinggi railing minimal 119 cm dengan jarak antara sisi railing tidak lebih dari 10 cm. Peralatan pemadam kebakaran harus tersedia pada gedung. Gedung perlu mempunyai alat peringatan terhadap kebakaran yang berupa sensor panas atau sensor asap. Sensor ini dihubungkan dengan alarm otomatis ke pusat pengendali gedung dengan begitu petugas dapat mendeteksi sumber panas. Untuk deteksi dini gedung tinggi harus dilengkapi dengan sprinkler. Alat ini secara otomatis akan menyemburkan air bila terkena temperatur yang lebih tinggi dari ambang ruangan. Sprinkler dapat memperlambat penyebaran api. Paling tidak sebelum petugas pemadam kebakaran datang. Hidran yang berada di lantai gedung
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
11
dapat dioptimalkan untuk meredam sumber api, air bertekanan tinggi melalui pipa hidran dapat menjangkau sumber kebakaran. Gedung perlu mempunyai cadangan air untuk pemadaman selama 30-60 menit, waktu yang di perkirakan sebelum petugas pemadam kebakaran datang, untuk membantu operasional petugas pemadam kebakaran, bagian luar gedung harus mempunyai alat penyambung pipa hidran yang disebut sambung siam, ini untuk menghubungkan peralatan mobil pemadam kebakaran dengan instalasi pipa hidran. 2.1.8 Tipologi massa bangunan hunian berlantai banyak Beberapa tipologi massa bangunan untuk hunian berlantai banyak (sumber : Time-saver standards for building types 2nd Edition Joseph de chiara & john callender)
1. Blocks
Type blocks memiliki ruang komunal pada area tengah di dalam massa bangunannya
Sirkulasi menuju unit hunian berupa single loaded koridor dengan orientasi ke arah ruang komunal.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
12
2. Linear arrangement
Pada type linear tidak membentuk ruang komunal secara pasti seperti pada type blocks namun bisa di tempatkan pada lantai dasar bangunan di setiap massa bangunan
3. Slab blocks
Slab block mempunyai dua arah hadap yang berlawanan namun massa bangunan sama dengan type linear.
Sirkulasi horisontal menggunakan type double loaded koridor
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
13
4. Large-scale developments
Type large scale developments mempunyai view ke berbagai arah
Sirkulasi horisontal bisa berupa single loaded koridor dan double loaded koridor
5. Points blocks
Type Points Blocks berupa tower, mempunyai orientasi ke berbagai arah dan mempunyai privasi yang lebih pada ruang sirkulasinya di banding type lainnya.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
14
2.1.9 Tipologi sirkulasi bangunan hunian berlantai banyak
Thru flat exterior corridor
Double loaded interior corridor
exterior corridor
Thru flat Skip stop
Thru duplex exterior corridor
Thru duplex interior corridor
Tower
Split and flat combination interior corridor
Multiple exterior acces
interior corridor
Multiple interior acces
Multi Tower
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
15
2.2 Studi Banding Proyek Sejenis Studi Banding di perlukan untuk perbandingan dan pembelajaran sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai dasar dalam merancang Rumah Susun Sederhana Sewa ini sehingga mendapatkan hasil akhir yang baik
2.2.1 Rusunawa Sleman, Yogyakarta Rusunawa sleman terletak di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta, rusunawa ini dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman yang saat ini memiliki 4 buah Rusunawa :
Rusunawa Dabag (369 unit rumah)
Rusunawa Mranggen (96 unit rumah)
Rusunawa Gemawang (192 unit rumah)
Rusunawa Jongke (proses pembangunan)
Rusunawa dikelola oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) Rusunawa dibawah binaan DPUP (Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan) Kabupaten Sleman. hunian ini disewakan kepada penduduk Kabupaten Sleman yang belum memiliki rumah tinggal serta memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
16
Salah satunya adalah rusunawa Dabag, terdiri dari 5 lantai, dengan bentuk massa block dan sirkulasi eksternal single loaded corridor.
Denah unit rusunawa dabag terdiri dari : Ruang tamu & dapur dua ruang tidur dan
satu
Kelebihan adalah
kamar dari
mandi. unit
semua
ini
ruang
memiliki ventilasi udara dan cahaya,
ruang
jemur
ditempatkan di koridor luar unit hunian. Kekurangannya yaitu
ruang
tidur
yang
bersebelahan dengan ruang tamu tidak mempunyai view langsung menuju ruang luar namun menuju koridor.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
17
Tampak unit dari koridor, terdapat pintu masuk, kaca jendela, dan ventilasi udara, kaca jendela di bagi 2 pada bagian bawah kaca mati dan bagian atas bisa di buka, hal ini agar tidak mengganggu sirkulasi penghuni jika kaca dalam keadaan terbuka. Lebar koridor 1,2 m (standar koridor 1,2 – 1,6 m), Pada bagian koridor terdapat cekungan dengan dinding rooster yang di fungsikan sebagai tempat jemur.
Kamar mandi finishing keramik ½ dinding, terdapat ventilasi udara dan cahaya dari bouvenli sehingga tidak perlu menyalakan lampu di siang hari dan
bisa
menghemat
penggunaan
energi listrik.
Meja pantry yang terbuat dari beton, finish
keramik,
bawahnya
di
pada
bagian
fungsikan
untuk
menyimpan peralatan dapur, yang mungkin akan terlihat lebih rapi lagi jika memakai lemari penutup.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
18
Tempat pembuangan sampah yang
bisa
diakses
dari
korridor,dari selasar penghuni bisa membuang sampah melalui shaft sampah dan menuju bak sampah di bawahnya, hal ini memudahkan penghuni untuk membuang sampah langsung pada tempatnya tanpa harus turun ke lantai dasar.
Tujuan pembangunan rusunawa di wilayah ini adalah untuk memberikan solusi atas kebutuhan
perumahan
yang
sederhana
dan
sehat
bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah ( MBR ). Diperuntukan untuk penataan wilayah Daerah bantaran Sungai dan tempat-tempat yang kumuh di kabupaten Sleman dan merelokasi hunian tak berijin di bantaran sungai, tanah kas Desa dan tempat-tempat terlarang lainya. Fasilitas Yang Diperoleh Penghuni :
1 ( Satu ) Kamar Tidur (Khusus Rusunawa Dabag 2 ( Dua ) Kamar Tidur)
Dapur
Kamar mandi + WC
Tempat Jemuran
Tempat parkir dan fasilitas umum
Kesimpulan : Rusunawa Sleman adalah rusunawa yang mempunyai ruang komunal di tengah massa bangunan (Type Blocks)dengan orientasi koridor menghadap ruang tengah, sirkulasi koridor menggunakan type external single loaded koridor yang dilengkapi dengan sistem pembuangan sampah melalui shaft sampah, ruang-ruang pada unitnya mempunyai ventilasi cahaya dan udara.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
19
2.2.2 Rusun Klender, Jakarta Timur Rumah susun Klender merupakan proyek rusun pertama di Indonesia yang dibangun tahun 1974, Terletak di klender jakarta timur dengan ketinggian 4 lantai, terdiri dari 85 blok atau 1000 unit
Peta daerah klender
Peta / denah situasi kawasan rusun Klender Denah situasi blok rusun, terdiri
dari
8
massa
bangunan type linear, satu mushola dan 1 lapangan bulu
tangkis.
kawasan
Denah
(gambar
atas)
adalah pengulangan dari denah situasi blok seperti gambar di samping. Pada kawasan ini terletak stasiun kereta api berjarak sekitar 200 m (bisa di tempuh dengan berjalan kaki), serta kemudahan transportasi angkutan kota menuju kota Bekasi dan Jakarta.
Tampak depan rusun, Terdapat
2
jendela
kaca nako dan satu pintu
masuk
pada
setiap unitnya, Lantai 1 – 4 adalah unit hunian.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
20
Fasade yang terlihat kumuh,
antena
tv,
tempat jemur, tiang lampu jalan,
penerang atap
asbes
pada tangga, adalah penambahan dilakukan
yang
penghuni
masing-masing
blok
sehingga terlihat tidak rapi dan tidak ada kesatuan.
Akses vetikal menuju unit dengan menggunakan tangga external langsung menuju pintu utama unit, satu tangga di pergunakan untuk 2 unit pada setiap lantainya sehingga bisa mengurangi ruang sirkulasi untuk koridor keuntungan tangga eksternal ini adalah tidak adanya ruang sirkulasi koridor didalam bangunan sehingga dapat tercapai efektifitas penggunaan lahan, dan juga dapat mengurangi anggaran biaya bangunan. Namun kekurangannya adalah bangunan terlihat kumuh dengan adanya tangga ini, bahkan ada penghuni yang mempergukannya sebagai tempat jemur.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
21
Tampak ruang dalam unit Gambar kiri atas adalah ruang dapur dengan meja dapur yang terbuat dari beton fin.keramik. Gambar kanan atas adalah ruang tengah, masuk beberapa furniture seperti sofa, meja tamu dan tv.
Ruang publik Pada bagian tengah setiap blok rusun terdapat ruang publik, ruang untuk bermain anak, dan lapangan yang bisa di fungsikan untuk olahraga bulu tangkis atau futsal. Serta terdapat mushola. Ruang publik seperti ini dimiliki oleh setiap blok dengan pengaturan posisi massa bangunan, lapangan, dan letak mesjid yang sama persis.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
22
Tempat parkir sepeda motor.
Tampak dari jalan raya.
pada bagian ruang ini ada
Tampak unit rusun dari jalan
beberapa bagian yang di alih
raya, terlihat juga beberapa
fungsikan
unit
kios di pinggir jalan yang di
kontrakan semi permanen atau
sewakan untuk penghuni rusun
unit usaha konveksi.
yang ingin berwira usaha.
menjadi
Tampak unit kontrakan semi permanen yang dalam perencanaannya adalah ruang parkir sepeda motor bagi penghuni, menjadikan lingkungan terlihat tidak rapi karena pembangunannya di tambah-tambahkan dan tidak ada dalam perencanaan. Kesimpulan : Pada rusun Klender ini terlihat kumuh karena selain bangunan yang sudah lama juga penggunaan elemen yang terlalu banyak pada bagian fasade bangunan, seperti railing,atap asbes,awning canopy, water tank yang di expos tangga externalnya yang di pergunakan untuk tempat jemuran. Namun kelebihan rusun ini adalah pada penataan pedestrian,gutter, dan jalur kendaraan bermotor yang mempunyai jalur tersendiri. Kendaraan diparkir di area tersendiri dan tidak mengganganggu pejalan kaki.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
23