BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “ODA NOBUNAGA SANG PENAKLUK DARI OWARI EDISI 1”, STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK 2.1 Definisi Novel Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro ( 2005 : 9) kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Novel merupakan jenis karya sastra dalam bentuk prosa. Prosa dalam kesusastraan juga disebut dengan fiksi atau karya fiksi, bisa juga disebut dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita ( Aminuddin, 2000 : 66 ). Novel selain untuk dinikmati juga berguna untuk dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dari sebuah novel dapat diambil banyak manfaat berupa pendidikan dan hiburan, akan tetapi ada juga novel yang memberikan dampak negatif, misalnya novel yang didalamnya terdapat kata-kata dan adeganadegan yang kasar. Karena karya sastra (novel) mengambarkan pola pikir masyarakat, tata nilai dan bentuk kebudayaan pola pikir masyarakat, perubahan tingkah laku masyarakat, tata nilai dan bentuk kebudayaan lainnya dan karya sastra juga merupakan potret dari segala aspek kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Semi ( 1993 : 32), novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Sedangkan menurut Sudjiman ( 1998 : 53), novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian serta latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur. Nurgiyantoro ( 2005 : 15) menyatakan bahwa novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologis yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen. Jassin dalam Nurgiyantoro ( 2005 : 16 ) membatasi novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai suatu episode. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah cerita fiktif yang berusaha mengambarkan atau melukiskan kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya sebagai sebuah cerita khayalan semata tetapi juga sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang berupa realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun bersifat imajinatif, ada juga novel yang berdasarkan dari fakta. Karya fiksi yang demikian menurut Abrams dalam Nurgiyantoro ( 1995 : 4) digolongkan sebagai karya non fiksi yang terbagi atas (1) fiksi historis atau novel historis adalah jika yang menjadi dasar penulisan merupakan fakta sejarah; (2) fiksi biografis atau novel biografis adalah jika yang menjadi dasar penulisan merupakan fakta ilmu pengetahuan. Menurut Nurgiyantoro (1983 : 18-20), novel terbagi atas dua golongan, antara lain novel popular dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak digemari dikalangan remaja. Ciri umum novel popular adalah bentuk covernya yang sering menonjolkan warna cerah dan ilustrasi agak ramai, selain itu novel golongan ini juga lebih menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman yang hanya sampai pada tingkat
permukaan.
Novel
populer
sifatnya
sementara
sehingga
tidak
menampilkan permasalahan kehidupan secara intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan, cepat ketinggalan zaman dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Novel golongan ini biasanya cepat dilupakan apalagi dengan munculnya novel-novel yang baru yang lebih populer. Sedangkan novel serius adalah novel yang memberikan isi cerita yang serba berkemungkinan, sehingga dituntut konsentrasi yang tinggi untuk dapat memahami cerita yang dipaparkan di dalamnya. Isi cerita yang diangkat merupakan kompleksitas dari permasalahan kehidupan yang terjadi. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang terdapat dalam novel serius, disoroti dan diungkapkan sampai keinti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel golongan ini selain untuk menghibur, juga bertujuan untuk memberikan
Universitas Sumatera Utara
pengalaman yang berharga kepada pembaca atau mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Ini merupakan keunggulan dari novel serius sehingga novel ini tetap bertahan sepanjang masa dan tetap menarik sepanjang masa. Jadi, berdasarkan uraian diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa objek yang menjadi kajian penelitian penulis merupakan novel biografis atau novel serius. Dikatakan demikian karena novel “Oda Nobunaga Sang Penakluk Dari Owari edisi 1” karya Sohachi Yamaoka ini menceritakan tentang kisah kehidupan, perjuangan dan kehebatan Oda Nobunaga dalam menyatukan Jepang di bawah kepemimpinannya. Di dalam novel ini, pengarang menceritakan semua tingkah laku, kecerdasan dan tak-tik yang diciptakan Oda Nobunaga dalam peperangan. Selain itu novel ini juga memberikan hiburan dan didalamnya terdapat makna tujuan khusus yaitu tujuan pendidikan yang diberikan pengarang kepada pembaca. Tujuan pendidikan tersebut antara lain pendidikan moral, pendidikan sosial, nilai pendidikan budaya. Nilai-nilai yang memberikan pendidikan moral bagi pembaca antara lain percaya diri, kecerdasan, bertanggung jawab, menepati janji, keberanian, tidak memiliki sifat pendendam. Yang memberikan nilai pendidikan sosial bagi pembaca antara lain harus menjadi pemimpin yang setia, mempunyai taktik atau siasat dalam mewujudkan perdamaian dan mempunyai keahlian. Nilai-nilai yang memberikan nilai budaya antara lain adalah kesetiaan seorang pengawal yang rela melakukan seppuku atau bunuh diri karena merasa tidak bisa mendidik tuannya dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Resensi Novel “ Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” Struktur formal karya sastra dapat juga disebut sebagai elemen atau unsurunsur yang membentuk karya sastra. Karya sastra novel pada dasarnya dibangun oleh unsur-unsur tema, alur (plot), setting (latar), penokohan (perwatakan) dan sudut pandang (pusat pengisahan). Unsur- unsur inilah yang menjadi fokus untuk ditelaah secara struktur formal pada umumnya.
2.2.1
Tema Salah satu unsur intrinsik pembangun cerita dalam sebuah karya prosa
adalah tema. Tema merupakan unsur yang begitu penting dalam pembentukan sebua karya prosa, karena tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk mengembangkan suatu cerita. Menurut Kosasih (2011 : 223), tema merupakan ide dasar atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel. Dari ide dasar itulah cerita dapat dibangun oleh pengarang dengan memanfaatkan unsur-unsur instrinsik seperti plot, penokohan dan latar. Tema dalam novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, masalah tersebut dapat berupa masalah kemanusiaan, kekuasaaan, percintaan, kecemburuan dan sebagainya. Untuk dapat merumuskan tema, terlebih dahulu harus mengenali unsur-unsur intrinstik yang dipakai pengarang untuk mengembangkan cerita. Fungsi sebuah tema adalah memberikan masukan bagi struktur novel seperti plot, tokoh, dan latar. Melalui tema, pembaca memperoleh kesempatan untuk melihat pengalaman hidup orang lain melalui kacamata pengarang. Dengan
Universitas Sumatera Utara
kata lain pengarang menciptakan dunia fiksional yang membawa pembaca seolaholah mengalami kejadian itu. Berdasarkan pengertian di atas, maka tema yang diangkat dalam novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” ini adalah perjuangan, kecerdasan dan ambisi Oda Nobunaga dalam mewujudkan visinya untuk mempersatukan Jepang di bawah kepemimpinannya.
2.2.2
Alur (plot) Alur adalah rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Alur atau plot
merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1988 : 113) plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Menurut Kosasih (2011 : 225), secara umum tahapan alur atau plot terbagi menjadi lima bagian yaitu : 1. Pengenalan situasi cerita (expotition) Dalam hal ini pengarang, memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan antar tokoh yang merupakan awal cerita Pengungkapan peristiwa (complication) 2. Dalam hal ini, pengarang menyajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan atau kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya. 3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, terjadinya peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan. ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh. 4. Puncak konflik (turning point) Bagian ini disebut juga dengan klimaks. Klimaks adalah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Dalam bagian ini juga ditentukan perubahan
nasib
tokohnya,
apakah
gagal
atau
berhasil
dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi. 5. Penyelesaian (ending) Bagian ini merupakan akhir cerita. Dalam bagian ini dijelaskan tentang nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa yang memuncak. Namun ada juga novel yang penyelesaian akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi pembaca. Jadi ending cerita dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian. konflik merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk alur atau plot. Konflik dapat diartikan sebagai pertentangan yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Menurut Kosasih (2011 : 226), ada empat macam konflik, yaitu (1) konflik antara manusia dengan dirinya sendiri; (2) konflik manusia dengan sesamanya; (3) konflik antara manusia dengan lingkungannya, baik itu lingkungan masyarakat, ekonomi, sosial dan budaya; (4) konflik manusia dengan Tuhan atau keyakinannya. Bentuk-bentuk pertentangan inilah yang kemudian diangkat kedalam novel dan yang menggerakkan alur cerita. Jika tanpa konflik atau pertentangan, maka akan sulit terbentuknya sebuah cerita.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum alur terbagi dua jenis, yaitu : alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunan peritiwanya dimulai dari awal hingga akhir tulisan. Setiap bagian dari tulisan tertata dengan baik, urutan peristiwanya dimulai dari perkenalan, pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian. Sedangkan alur mundur adalah susunan peristiwanya dimulai dari tahap akhir, tengah dan tahap awal. Alur mundur menampilkan amanat atau kesimpulan terlebih dahulu, kemudian mengetahui masalah yang diakhiri dengan pelaku masalah tersebut. Berdasarkan uraian konflik atau pertentangan dan alur tersebut diatas, maka novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” ini mempunyai pertentangan berupa pertentangan dengan manusia dan dengan lingkungannya. Oda Nobunaga selalu melakukan hal yang tidak biasa orang lain lakukan, sehingga masyarakat sekitar Owari meragukan dirinya untuk bisa menjadi pemimpin di masa mendatang. Salah satu pertentangan yang Oda Nobunaga lakukan adalah ketika ia berusia 15 tahun, ia melatih anak perempuan yang masih belia untuk bermain sumo, menurutnya dengan melatih gadis-gadis belia bermain sumo maka akan tercipta perempuan yang hebat dan akan melahirkan anak yang hebat pula. Sedangkan alur dalam dalam novel ini adalah alur maju. Peristiwaperistiwa yang terjadi dalam novel tersebut dimulai dari masa remaja Oda Nobunaga dengan kenakalan-kenakalannya sehingga ia dijuluki si kuda kongkong dan berakhir dengan Oda Nobunaga yang berhasil membuat pemerintahan di Jepang khususnya Owari semakin maju.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Latar (setting) Menurut Aminuddin ( 2000 : 67), setting adalah latar peristiwa dalam
karya fiksi. Baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa dalam cerita. Latar dalam cerita sangat mempengaruhi pembentukan tingkah laku dan cara berpikir tokoh. Selain itu latar juga dapat menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Menurut Abrams dalam Zainuddin (2001 : 99), latar dibedakan menurut tiga indikator yaitu: 1. Latar Tempat Latar tempat yaitu menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tepat yang digunakan bisa berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu dan juga lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Latar tempat dalam novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” karya Sohachi Yamaoka adalah : Di bawah langit tinggi dan cerah dimana elang paria melayang, terlihat atap Kastel Nagoya. Di sebelah kanan ada Hutan Kojin, di sebelah kiri ada Hutan Hachioji, lalu Hutan Tenno, rumah-rumah yang dihuni orang hanya sedikit di pinggir jalan raya. Tidak ada gunung yang pantas disebut gunung. Baik Gunung Hiramatsu yang terlihat di kejauhan maupun Gunung Komatsu yang ada di depan matanya lebih pantas disebut bukit. Karena itulah lahan yang terbentang dari timur ke barat terlihat begitu luas, tampak tak terhingga. Dari cuplikan di atas dapat diketahui latar tempatnya adalah Provinsi Owari, Jepang.
Universitas Sumatera Utara
2. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu dalam novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari
Edisi 1” karya Sohachi Yamaoka adalah sebagai berikut : Nobunaga menyeberang sungai dengan menggunakan cahaya bulan pada malam itu. “baik, istirahatlah sampai subuh.” Hanya menyuruh menyiapkan lima buah perahu kecil untuk berjaga-jaga, Nobunaga tidur dalam markas utamanya. Ketika sebagian musuh mulai maju ke arah hulu untuk mengejar pasukan terdepan, tanpa sadar pasukan itu ternyata pasukan umpan, Nobunaga tertawa mengejek. “kita menang1 Yoshitatsu itu ternyata lelaki yang tidak mampu,” batinnya sambil tergelak. Hari mulai terang, musuh akan sadar bahwa Nobunaga sudah segera menyeberang sungai dan hampir bergabung dengan pasukan Dosan, lalu pasti buru-buru kembali ke arah hilir. Dari cuplikan di atas dapat diketahui lattar waktunya adalah malam hari dan pagi hari.
3. Latar Sosial
Latar sosial adalah menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Perilaku kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,
Universitas Sumatera Utara
cara berfikir dan bersikap dan lainnya. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan. Latar sosial yang terdapat dalam novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” adalah sebagai berikut : Kini jalan raya sudah lebih dari 30, kemakmuran itu ternyata mencerminkan pemerintahan khas Nobunaga. Nobunaga menganggap kebuntuan di dunia ini merupakan kebuntuan kebijakan manusia. Tidak hanya dalam taktik perang , tapi juga dalam pemerintahan, etika maupun tata cara masyarakat, orang hanya mengikuti yang udah baku, tak mau keluar sedikitpun. Karena itulah hal-hal yang seharusnya berkembang menjadi terhambat. Jika orang lain mengatakan kanan Nobunaga mengatakan kiri, jika orang lain mengatakan putih, Nobunaga hitam hal ini ia lakukan karena ia benci dengan “jalan baku yang kuno” yang menghambat seperti keadaan sekarang ini. Oleh karena itu Nobunaga membuat khusus di wilayahnya bentuk pos penjagaan serta pajak lewat sudah ditiadakan, siapapun bebas keluar masuk. Pada masa peperangan ini keberanian seperti itu dapat dikatakan luar biasa. Dan berkat itu ekonomi pun berkembang. Dalam kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nobunaga adalah anak yang cerdas dan berani melakukan suatu perubahan di zaman perang atau zaman sengoku.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4
Penokohan Peristiwa dalam karya fiksi layaknya peristiwa kehidupan sehari-hari,
selalu diemban oleh tokoh atau pelaku. Tokoh atau pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminuddin, 2000 : 79). Dalam cerita fiksi pelaku tersebut dapat berupa manusia atau tokoh mahluk lainnya yang diberi sifat seperti manusia. Menurut Kosasih (2011 : 228), penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam ceritanya. Tokoh cerita berfungsi sebagai pembawa dan penyampai amanat, moral, atau sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Menurut Aminuddin (2000 : 79), seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh utama atau tokoh inti. Sedangkan tokoh ymng hanya memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut dengan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Penokohan dalam novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” adalah sebagai berikut : 1. Oda Nobunaga adalah tokoh utama dalam novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” yang merupakan seorang daimyo Jepang yang hidup dari zaman Sengoku hingga Azuchi Momoyama. Oda Nobunaga adalah seseorang yang selalu bertingkah aneh dan berperilaku yang jauh dari etika anak seorang bangsawan, namun dibalik keanehan sifatnya itu dia memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam menyusun siasat untuk menyatukan Jepang.
Universitas Sumatera Utara
2. Putri Noh adalah istri dari Oda Nobunaga. Putri noh juga merupakan putri bungsu kebanggaan dari penguasa Negeri Mino yaitu Saito Nyudo Dosan atau dijuluki sebagai Mamushi (ular berbisa). Ia memiliki kecantikan yang termasyur di Negeri Mino, cerdas, baik, tegas, menghargai orang lain, istri yang taat kepada suami, pandai menguasai dirinya, dan dia merupakan istri yang paling beruntung karena mempunyai suami yang terhebat di Jepang. 3. Oda Nobuhide atau Oda Danjo-no-chu-Nobuhide adalah ayah dari Oda Nobunaga. Ia juga seorang daimyo negeri, penguasa kastel Furuwatari di Owari. Oda Nobuhide adalah orang yang bijaksana, selalu siap siaga dalam hal apapun terutama dalam perang, memiliki postur tubuh yang gemuk, matanya mengilap tajam mirip dengan Oda Nobunaga, perawakannya beberapa kali lebih kekar daripada anaknya. 4. Nyonya Dota adalah Ibu dari Oda Nobunaga. Ia seorang ibu yang baik, perhatian dan juga terkenal dengan kecerdasannya. Tetapi ia habis kesabaran dalam menghadapi Oda Nobunaga sehingga tidak menyetujui Oda Nobunaga menjadi pewaris negeri owari. 5. Hirate masahide adalah penasihat, pelayanan dan pengasuh Oda Nobunaga sejak lahir. Ia adalah orang yang bertanggungjawab, selalu menyayangi Oda Nobunaga dan selalu membelanya namun bukan berarti ia menyetujui perilaku Oda Nobunaga yang liar dan urakan, ia juga tidak bisa memahami isi pikiran Oda Nobunaga, penyabar, sangat tenang dan ramah, dan ia juga mempunyai kemampuan yang besar dalam taktik dan siasat. Ia juga merupakan orang yang menyambungkan klan Oda dengan klan Saito di
Universitas Sumatera Utara
Mino. Dia juga mengusulkan kepada Nobuhide untuk menyumbang ke Pura Ise serta Atsuta agar pangkat Keluarga Nobuhide dinaikkan. 6. Saito Nyudo Dosan dijuluki sebagai mamushi (ular berbisa) karena terkenal dengan kelicikannya, ketegasan, keberanian dan kekejamannya. Ia seorang penguasa kastel Inabayama di Inaba dan juga ayah dari putri Noh. 7. Saito Yoshitatsu adalah laki-laki yang kekar, mempunyai tinggi badan 180 cm, berusia 22 tahun, calon pemimpin klan tangguh sehingga disebut berkekuatan sepuluh orang. Ia juga merupakan kakak dari Putri Noh dan anak sulung dari Saito Dosan. Saito Yoshitatsu adalah salah satu anti golongan anti Nobunaga dan juga anak yang membenci Saito Dosan karena mengetahui bahwa Saito Dosan bukanlah ayah kandungnya. 8. Oda Nobuyuki atau kanjuro Nobuyuki adalah adik dari Oda Nobunaga. Ia ditempatkan di kastel Suemori oleh ayahnya. Ia selalu berpakaian rapi, bijaksana, berbanding terbalik dengan tingkah laku Oda Nobunaga sehingga diajukan untuk menjadi pewaris klan Oda, ia juga salah satu termasuk dalam golongan anti Nobunaga. 9. Shibata Gonroku Katsuie adalah pemimpin golongan anti Nobunaga. berusia 22 tahun, ditunjuk sebagai penasihat, berpenampilan gagah dan tegar seperti berusia 30 tahun, memiliki sifat yang licik dan penghianat. 10. Sakuma Uemon Nobumuri adalah penasehat Nobuyuki, berusia 31 tahun salah satu anggota golongan anti Nobunaga, licik dan penghianat. 11. Hayashi Sado no Kami Michikatsu adalah salah satu penasihat Nobunaga, ia bersekongkol dengan Shibata Gonroku untuk menjadi salah satu orang yang termasuk dalam golongan anti Nobunaga dan penghianat.
Universitas Sumatera Utara
12. Mimasaka no Kami Michitomo adalah adik dari Michikatsu, ia diajak oleh kakaknya untuk menjadi anggota anti Nobunaga. ia juga seorang penghianat. 13. Nyonya Iwamuro adalah selir kesayangan ayah Nobunaga, Oda Nobuhide. Cantik, manja, lemah lembut, ia anak dari Iwamuro Magozaburo Tsugimori, adik dari Kato Zusho yang berasal dari klan pendeta kuil Atsuta yang termasyhur di daerah Owari. 14.
Matsudaira Takechiyo atau Tokugawa Ieyasu pada saat itu masih berusia 7 tahun, ia digunakan ayahnya, Matsudaira Hirotada sebagai sandera demi meminta bala bantuan dari klan Imagawa karena Oda Nobuhide hendak menyerang Okazaki (wilayah kekuasaan Matsudaira). Namun diperjalanan Takechiyo diculik oleh klan Toda, penguasa Kastel Tawara yang bersekongkol dengan pihak Oda lalu dikirim ke tempat Oda Nobuhide, pada saat Nobuhide ingin membunuh Takechiyo, Nobunaga mencegahnya dan memeliharanya di rumah Kato Zusho no suke, pedeta kuil Atsuta , Takechiyo adalah anak yang cerdas, keras kepala, berani dan pantang menyerah. Ia selalu dididik dan disayangi oleh Nobunaga.
15.
Oda Hikogoro Nobutomo adalah penguasa kastel Kiyosu, anak angkat Oda Yamato no Kami di kastel Kiyosu, dahulu adalah penguasa negeri Owari dan Nobuhide adalah penasehatnya maka dari itu Oda Hikogoro adalah keturunan keluarga utama klan Oda, keluarga majikan Nobuhide dan sekarang berhasil dikuasai oleh Nobuhide. Ia juga pemberontak kastel Furuwatari, pembunuh tuan Bue atau Shiba Yoshimune (ketua klan Shiba
Universitas Sumatera Utara
yang ia tampung di kastelnya). Ia juga seorang yang pengecut, selain itu ia juga menyukai Nyonya Iwamuro. 16.
Sakai Daizen adalah penasihat Hikogoro, terkenal dengan sifatnya yang licik dan dijuluki pengurus Negeri Kecil, ia juga seorang penghasut yang handal ia juga termasuk dalam anti golongan Nobunaga.
17.
Nagoya Yagoro adalah anak buah dari Shiba Yoshimune (Tuan Bue), ia orang yang terkenal dengan kekuatan dan keberaniannya hingga ke Mikawa, negeri Tetangga.
18.
Oda Juroemon Nobukiyo adalah sepupu Nobunaga, berasal dari kastel Inuyama, ia adalah menantu Nobuhide karena menikah dengan putri Nobuhide dari selirnya, orang yang tidak bisa diandalkan dan pemberontak.
19.
Shiba Yoshimune (Tuan Bue) adalah ketua klan Shiba. Dahulu adalah penguasa klan Oda, karena kemerosotannya maka klan tersebut berhasil dikuasai oleh kedua penasihatnya yaitu Oda Ise no kami dan Oda Yamato no kami dan masing-masing penasihatnya menguasai empat daerah Owari, dan Oda Nobuhide adalah salah satu komisaris dari Oda Yamato no Kami. Dan Nobuhide pun berhasil memanfaatkan kekacauan dan sedikit demi ssedikit ia naik pangkat menjadi kepala Klan Oda. Dan Shiba Yoshimune akhirnya dibunuh oleh Oda Hikogoro Nobutomo.
20.
Maeda Inuchiyo adalah anak buah Nobunaga yang penurut, tegas dan bertanggungjawab.
21.
Ikeda Shozaburo adalah anak buah Nobunaga yang penurut, tegas dan bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
22.
Doke Magohachiro adalah penasihat Saito Dosan dan juga orang yang bertanggungjawab.
23.
Naito Katsusuke terpilih menjadi penasehat Nobunaga yang baru setelah Hirate Masahide meninggal dunia. Ia orang yang bertanggungjawab dan patuh terhadap Nobunaga.
24.
Oda Magozaburo Nobumitsu adalah penguasa kastel Moriyama adik bungsu dari Oda Nobuhide dengan kata lain paman Oda Nobunaga. Istrinya adalah putri dari Tajime Hizen, pendeta disalah satu kuil di Atsuta sama seperti ayah Nyonya Iwamuro. Nobumitsu tidak memihak pada golongan Nobunaga maupun Nobuyuki, berusia 30 tahun dan menderita penyakit paru-paru dan terpaksa beristirahat hingga dua tahun sehingga jarang hadir dalam pertemuan di golongan manapun. Ia juga suka menghardik orang lain, bermuka masam sehingga dijauhi semua orang. Nobunaga memintanya untuk menjadi pendukung Nobunaga.
25.
Nyonya Kariha adalah istri dari Oda Magozaburo Nobumitsu. Ia adalah anak dari pendeta di kuil Atsuta yaitu Tajima Hizen. Ia merupakan wanita yang cantik, pintar merayu, tidak setia, ia berselingkuh dengan penasehat suaminya, Sakai Magobee atau Sagai Magohachiro.
26.
Sakai Magohachiro adalah penasehat Oda Magozaburo Nobumitsu. Penghianat, mempunyai hubungan rahasia dengan Nyonya Kariha, istri Tuannya. Ia juga seseorang yang mudah terhasut dan terbuai dengan harta, tahta dan wanita.
27.
Tazima Hizen adalah ayah dari Nyonya Kariha, ia ketua keluarga termasyur sejajar dengan Kato serta Iwamuro di antara keluarga pendeta
Universitas Sumatera Utara
Atsuta. Ia ayah yang bertanggung jawab dan rela membunuh anaknya yang berselingkuh daripada anaknya dibunuh oleh para petinggi kastel Moriyama. 28.
Komaki Genta adalah pengawal atau anak buah Saito Yoshitatsu, orang yang dapat dipercaya, bertanggung jawab dan setia serta terhadap Tuannya. Ia telah membunuh Saito Dosan yang tak lain adalah ayah dari Tuannya.
29.
Nagai Chuzaemon adalah pengawal atau anak buah Saito Yoshitatsu, bertanggung jawab, kuat, berani dan patuh terhadap Tuannya ia juga ikut membunuh Saito Dosan.
30.
Hotta Doku adalah pengawal atau anak buah Saito Dosan. Orang yang bisa dipercaya, patuh, baik, dan dapat menyampaikan amanat dengan baik.
31.
Manchiyo adalah mantan anak buah Shiba Yoshimune dan mengabdi pada Oda Hikogoro di kastel Kiyosu. Patuh, setia dan bertanggung jawab terhadap Tuannya.
2.2.5 Sudut Pandang (Pusat Pengisahaan) Sudut pandang atau point of view merupakan peranan yang penting dari sebuah cerita. Sudut pandang juga berperan sebagai teropong bagi pembaca untuk mengamati cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998 : 248), sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian sudut pandang juga merupakan teknik atau siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk menyampaikan gagasan dan ceritanya melalui tokoh cerita.
Universitas Sumatera Utara
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya dan dari titik pandang inilah pembaca mengikuti jalannya cerita dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang ( point of view), antara lain : 1. Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik bersifat batiniah dalam diri sendiri, maupun hubungannya dengan sesuatu batiniah di luar dirinya. Segala sesuatu yang di luar diri si “aku”, peristiwa, tindakan, dan orang akan diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, dalam hal ini si “aku” menjadi tokoh utama. 2. Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan Dalam sudut pandang ini, pengarang ikut melibatkan dirinya tetapi ia mengangkat tokoh utama. Disini Tokoh “aku” muncul bukan sebagai tokoh utama melainkan sebagai tokoh tambahan. 3. Sudut pandang orang ketiga serbatahu Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut “dia”, namun pengarang dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh “dia” tersebut. Pengarang bersifat serbatahu, pengarang mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatar belakanginya.
Universitas Sumatera Utara
4. Sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat Dalam sudut pandang ini tokoh “dia” terbatas. Disini pengarang menceritakan tokoh “dia” dalam segala hal namun pengarang hanya melukiskan tokoh “dia” hanya pada seorang tokoh saja. Dalam hal ini, sudut pandang pengarang Sohachi Yamaoka dalam novel “Oda Nobunga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1” adalah sebagai Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Mengapa demikian, karena dalam novel ini Sohachi Yamaoka menceritakan kisah nyata seorang Daimyo Jepang yang hidup di zaman Sengoku hingga Zaman Azuchimomoyama.
2.3
Sekilas Tentang Biografi Pengarang, zaman Sengoku dan zaman Azuchi Momoyama
2.3.1
Biografi Pengarang Sohachi Yamaoka lahir pada tanggal 11 Januari 1907 dan wafat pada
tahun 1978. Sohachi yamaoka berasal dari kota Koide, Niigata, Yamaoka lahir dengan nama Shozo Yamauchi. Ketika ia menikah ia merubah nama terakhirnya menjadi Fujino. Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama, Sohachi Yamaoka pergi ke Tokyo dan mulai belajar di Teishinkanshi-youseijo. Sohachi Yamaoka mulai bekerja di industri penjilidan buku ketika masih berusia 17 tahun. Seiring berjalannya waktu, karir Sohachi Yamaoka semakin menanjak selain menjadi penulis dan penerbit, ia juga menjadi seorang kepala editor pada tahun 1933. Sohachi Yamaoka pun meresmikan sebuah majalah bernama Taishu Klub. Sohachi Yamaoka adalah nama penanya. Sohachi Yamaoka juga pernah menjabat sebagai koresponden perang dalam perang fasifik (Perang Dunia II).
Universitas Sumatera Utara
Setelah Perang Dunia II berakhir, Sohachi Yamaoka menulis sebuah karya fiksi terpanjang di era modren yaitu novel “Tokugawa Ieyasu”. Ia membuatnya selama kurung waktu 17 tahun. Hingga saat ini, Sohachi Yamaoka telah membuat novel sebanyak 61 judul novel. Dan novel-novel yang ia buat selalu menceritakan tentang kepahlawanan seorang Daimyo Jepang, seperti Toyotomi Hideyoshi, Minamoto no Noritomo, Tokugawa ieyasu, Data Musune dan Oda Nobunaga. Salah satu karyanya yang baru diterbitkan kedalam Bahasa Indonesia adalah novel “Oda Nobunaga sang penakluk dari owari edisi 1”. Sohachi Yamaoka menulis tentang kisah Oda Nobunaga dengan tujuan agar masyarakat Jepang mengetahui tentang kehebatan salah satu tokoh paling kontroversial di Jepang yang dengan kecerdasan, sifat urakan dan selalu menggunakan logika terbaliknya ini mampu menyatukan Jepang dibawah kepemimpinannya sebagai pewaris Oda Nobuhide. Karena novel ini diterima oleh masyarakat Jepang, sehingga di terbitkan kedalam bahasa Indonesia oleh Kansha publishing pada Juni 2013. Dan diterbitkan ke dalam dua edisi. Edisi kedua dari buku ini terbit pada November 2013. Dengan tujuan yang sama yaitu agar masyarakat Indonesia yang ingin mengetahui tentang sejarah perpolitikan jepang sebelum zaman modren dapat mendapatkan informasi serta pengetahuan yang luas.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Zaman Sengoku dan Zaman Azuchi Momoyama Zaman Sengoku ( 戦 国 時 代 ) adalah zaman negara-negara berperang
sekitar tahun 1493 sampai 1573. Periode tahun 1493 terjadi peristiwa Meionoseihen (pergolakan di dalam klan Ashikaga untuk menentukan pewaris jabatan Shogun) sampai shogun ke-15 Ashikaga Yoshiaki ditaklukkan oleh Oda Nobunaga yang menandai akhir zaman Muromachi dan mengawali zaman Azuchi Momoyama. Zaman Sengoku adalah akhir dari zaman Muromachi. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa zaman Azuchi Momoyama sudah dimulai sejak Oda Nobunaga mulai bertugas di Kyoto sebagai pengikut Ashikaga Yoshiaki. (www.wordpress.com) Zaman Azuchi Momoyama (安土桃山時代) sekitar tahun 1573 sampai tahun 1603. Zaman Azuchi Momoyama adalah salah satu pembagian dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi. Oda nobunaga adalah seorang Daimyo di Owari dan sekarang menjadi perfecture Aichi. Oda Nobunaga mendapat persenjataan dari Portugal yang masuk dari Tanega Shima, mengakibatkan dia dapat menyerang daimyo-daimyo kecil lainnya dan mempersatukan Jepang. Tetapi Oda Nobunaga dibunuh oleh anak buahnya sendiri Akechi Mitsuhide tahun 1582. Tetapi Kemudian Toyotomi Hideyoshi membunuh Akechi Mitsuhide dan mendirikan istana di Osaka. Ciri-ciri zaman ini adalah banyak pergolakan diberbagai daerah yang disebut dengan gekokujoikki. Dimana diseluruh negeri terjadi keributan karena orang-orang dari kelas bawah memberontak ingin menjatuhkan yang atas. Zaman ini disebut juga sengoku jidai, perang diseluruh negeri (Hamzon, 2011 : 11).
Universitas Sumatera Utara
2.4.1
Studi Pragmatik Pendekatan
pragmatik
yang
digunakan
dalam
menelaah
sastra
dikemukakan oleh Abrams dalam Siswanto (2008 : 79) dalam melakukan penelitian sastra ada empat pendekatan yang dapat diterapkan dalam kajian sastra, yaitu: 1. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra disebut pendekatan objektif (objective criticism) 2. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada penulis disebut pendekatan ekspresif (expressive criticism). 3. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada kajian terhadap alam semesta atau alam disebut pendekatan mimetik (mimetic criticism). 4. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada pembaca disebut pendekatan pragmatik (pragmatic criticism). Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersbut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama maupun tujuan yang lain. Dalam praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sstra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya (Pradopo, 1994 : 59). Semakin banyak nilai pendidikan-pemdidikan tersebut yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya maka semakin tinggi nilai karya sastra tersebut. Dalam hal ini Pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya sastra itu merupakan karya sastra atau bukan karena karya sastra tidak akan berarti tanpa ada pembaca yang menanggapinya selain itu
Universitas Sumatera Utara
karya sastra juga tidak mempunyai keberadaan nyata sampai karya sastra itu dibaca. Menurut Selden dalam Siswanto (2008 : 190), pembacanyalah yang menerapkan kode yang ditulis sastrawan untuk menyampaikan pesan. Dengan demikian, pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi
karya
satra
dalam
masyarakat,
perkembangan
dan
penyebarluasannya sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan oleh pembaca. Oleh sebab itu pendekatan pragmatik dalam telaah sastra akhirnya akan bergantung sepenuhnya kepada kemampuan pembaca, baik itu kemampuan kebahasaaanya
maupun
kemampuan
aspek
budaya,
psikologis,
filsafat,
pendidikan, dan lainnya. Seperti halnya dijelaskan Horatius dalam Ars Poeticanya, bahwa penelitian terhadap tujuan atau fungsi sastra mengarah pada utile “bermanfaat” dan dulce “nikmat” (Suwardi, 2008 : 116). Dan pendapat inilah awal pendekatan pragmatik. Hal ini didasari oleh anggapan karya sastra mengandung tujuan atau manfaat yaitu membina, mendidik dan menambah wawasan para pembaca.
2.4.2
Studi Semiotik Semiotik adalah teori tentang tanda. Menurut A.Teew (1984 : 6),
mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindakan komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki, untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas dalam masyarakat. Menurut Pradopo dalam Sartika (2011 : 1), menjelaskan tanda itu tidak hanya satu saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungannya antara penanda dan
Universitas Sumatera Utara
pertandanya. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaaan, misalnya gambar kelinci sebagai penanda yang menandai kelinci sebagai artinya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan pertandanya, misalnya asap menandai adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan pertandanya, hubungan bersifat arbitrer (semau-maunya). Dari tanda itu ditentukan oleh konvensi. Misalnya kata “ayah” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat pengguna bahasa (Indonesia). Inggris menyebutnya “father” dan sebagainya. Dalam bahasa tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol. Dengan demikian, uraian tentang kajian semiotik yang berupa notasi simbol kemudian dijelaskan fungsi dan maknanya. Dalam hal ini, kajian semiotik ini penulis gunakan untuk dapat menjelaskan makna dalam novel “Oda Nobunaga sang penakluk dari owari edisi 1”.
Universitas Sumatera Utara