BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MITOLOGI 2.1 MITOLOGI PENCIPTAAN MANUSIA Mitologi atau mite juga termasuk kedalam Folklor. Berdasarkan asal katanya, folklor berasal dari dua kata yaitu “folk” dan “lore”. Kata folk dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun temurun, sedikitnya dua generasi. Di samping itu, yang paling penting adalah mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore diartikan sebagai tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun-temurun, baik secara lisan maupun melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat. Pengertian folklor secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu. Seorang seorang ahli folklor James Danandjaya menyebutkan sembilan ciri-ciri folklor, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari suatu generasi ke generasi berikutnya. b. Tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi). c. Ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan. d. Anonim, yaitu penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi. e. Mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat, misalnya, selalu menggunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional,
ulangan-ulangan,
dan
kalimat-kalimat
atau
kata-kata
pembukaanndan penutup yang baku, seperti “sohibul hikayat… dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut empunya cerita… demikianlah konon”.
Universitas Sumatera Utara
f. Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. g. Pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan. h. Milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. i.
Bersifat polos dan lugu, sehingga sering kali kelihatan kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya. Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut: a. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif. b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan. c. Sebagai alat pendidik anak. d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Universitas Sumatera Utara
Istilah Inggris “myth” berasal dari perkataan Latin “mythus” atau Yunani “mythos”. Menurut kamus, mitos didefenisikan sebagai peraturan khayali belaka, yang biasanya melibatkan tokoh-tokoh, tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian luar alami (supernatural), dan meliputi beberapa ide umum mengenai gejala alam atau sejarah. Dalam percakapan sehari-hari, mitos pada umumnya diartikan sebagai
cerita bohong, kepalsuan, dan hal-hal yang berbau “dongeng”.
Penyebutan sesuatu sebagai mitos akan mengisyaratkan perendahan nilai dari sesuatu sehingga tidak perlu dipertahankan. Dalam pengertian ini, mitos memiliki makna yang sama dengan tahayul (dari bahasa arab Takhayyul, yakni pengkhayalan), dongeng atau supertisi (Ruslani, 2004:3). Sebagaimana telah dikemukakan, manusia praaksara telah memiliki kesadaran sejarah. Salah satu cara kita untuk melacak bagaimana kesadaran sejarah yang mereka miliki ialah dengan melihat bentuk folklor. Bentuk folklore yang berkaitan dengan kesadaran sejarah adalah cerita prosa rakyat. Seorang pakar kajian agama, Mircea Eliade mendefenisikan mitos sebagai “kisah nyata” dan sebuah kisah yang paling berharga karena mitos memiliki nilai sakral, patut diteladani, dan signifikan. Mitos tidak hanya mengisahkan asal-usul dunia, manusia, binatang, atau tanaman, tetapi juga seluruh peristiwa primordial yang mengakibatkan manusia hidup seperti sekarang ini, berkelompok berdasarkan jenis kelamin, terorganisasi dalam suatu masyarakat, diwajibkan bekerja untuk menyambung dan memmenuhi kebutuhan hidup, dan berkarya sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Melalui mitos, manusia tidak hanya menjelaskan dunia mereka, tetapi secara simbolis juga menampilkan kembali. Mitos bukan hanya deskriptif, tetapi juga pencerita peristiwa itu sendiri. Mitos menghadirkan masa lalu dan masa yang akan datang sekaligus. Melalui mitos, manusia terhubung dengan lingkungan, dengan nenek moyang, dengan keturunan, dan dengan yang berada di luar jangkauannya. Mitos menurut Hariyono (1996 : 72) adalah sebuah cerita tentang kejadian atau peristiwa alam dan kehidupan manusia yang mampu memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sikap dan sekelompok orang. Cerita tersebut dapat dituturkan tetapi juga dapat diungkapkan lewat kesenian seperti tari-tarian atau pementasan wayang. Inti cerita itu merupakan lambang yang mencetuskan pengalaman manusia purba, yakni lambang kebaikan, kejahatan, keselamatan, hidup atau mati, dosa dan penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat. Mitologi termasuk dalam suatu kesusasteraan suci yang mengandung suatu konsepsi-konsepsi dan dongeng-dongeng suci mengenai sifat-sifat dan kehidupan dewa-dewa serta makhluk halus lainnya, dan memuat ajaran serta aturan dan hukum-hukum keagamaan. Para penganut suatu religi selalu menganggap kesusasteraan suci sebagai sesuatu yang sakral atau keramat (Koentjaraningrat, 1998:211) Fungsi dari mitos ialah untuk mengakomodasikan, memberikan dukungan dan memberikan landasan kebenaran dari kepercayaan tradisional dan tingkah laku. Malinowski dalam Harsojo (1971:202) menyatakan bahwa mitos bagi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang mendukungnya bukanlah sekedar cerita yang menarik atau yang dianggap bersejarah, akan tetapi merupakan satu pernyataan dan kebenaran yang tinggi, atau kenyataan yang utama, yang memberikan pola dan landasan
bagi
kehidupan dewasa ini. Pengetahuan tentang mitos yang telah lampau memberikan intensif dan pembenaran bagi ritual dan tindak-tindak moral, dan juga membina pelaksanaan yang benar dari tindakan-tindakan yang suci. W. Schimidt menarik kesimpulan dari penyelidikannya tentang mitologi di Indonesia. Menurutnya, semua mitologi di daerah-daerah bahasa-bahasa Austronesia dapat dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama berpusat pada tokoh bulan, di dalam mitologi-mitologi bulan, penciptaan dunia dan hidup tidak terjadi sebagai hasil perkawinan antara dewa dan dewi. Sedangakan golongan kedua berpusat kepada tokoh matahari, di dalam mitologi-mitologi matahari, penciptaan dunia dan hidup terjadi sebagai akibat perkawinan antara bumi dan matahari, atau antara bumi dan langit. Mitologi jenis ini terdapat pada suku-suku bangsa Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, dan juga pada penduduk kepulauan Polinesia. Pada bangsa-bangsa yang mempunyai bulan, kepercayaan kepada Dewa Tertinggi masih utuh. Sebaliknya, pada bangsa-bangsa yang mempunyai mitologi matahari, kepercayaan kepada Dewa Tertinggi itu dipercayai telah menjadi satu dengan matahari, dan menjadi seorang tokoh dewa dalam mitologi saja (Koentjaraningrat, 1958:243-245). Sistem mitos dari suku-suku bangsa dalam Harsojo (1971:202) biasanya berisi mengenai dua hal yaitu : a. Kosmologi, merupakan penjelasan yang lengkap tentang alam semesta.
Universitas Sumatera Utara
b. Kosmogoni, merupakan penjelasan tentang penciptaan dan asal-usul manusia. Pada alam pemikiran mistis, manusia merasakan dirinya dikepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya, (Hariyono, 1996:71). Dewa adalah makhluk yang oleh manusia dibayangkan mempunyai nama, bentuk dan ciri-ciri, sifat-sifat, dan kepribadian yang tegas. Gambaran ini terpatri dalam pikiran manusia berkat adanya dongeng-dongeng dan kesusasteraan
suci
(yaitu
mitologi),
baik
yang
lisan
maupun
tulisan
(Koentjaraningrat, 1998:204). Dewa (deity) adalah makhluk supernatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia, disembah, dianggap suci, dan keramat, dan dihormati oleh manusia. Dewa dianggap berwujud bermacam-macam, biasanya berwujud manusia atau binatang. Dengan kekuatan luar biasa mereka dapat hidup abadi. Mereka juga memiliki kepribadian masing-masing, memiliki emosi, kecerdasa, seperti layaknya manusia. Beberapa fenomena alam seperti petir, hujan, badai, banjir, dan sebagainya (termasuk keajaiban) adalah ciri khas mereka sebagai pengatur alam. Mereka juga mengatur aspek-aspek dalam kehidupan manusia dan menentukan nasibnya. Mereka dapat pula memberi hukuman. Beberapa Dewa yang supernatural yang tidak memiliki kemahakuasaan penuh disembah dengan sederhana. Para makhluk supernatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia yang berjenis kelamin pria disebut Dewa, sedangkan Dewi adalah sebutan untuk yang berjenis kelamin wanita (Dewa, Wikipedia, 2007). Dalam mitologi diceritakan segala macam perilaku dan sifat dari setiap tokoh dewa, mulai dari kepahlawanannya, jasa-jasanya, wataknya, perasaannya,
Universitas Sumatera Utara
dan sebagainya, yang mirip dengan perilaku serta sifat manusia, namun dengan kemampuan yang lebih unggul. Di antara semua dewa dalam suatu religi, biasanya ada yang disebut sebagai “dewa tertinggi”, yang masing-masing dianggap manguasai salah satu gejala atau kekuatan alam, misalnya dewa matahari, dewa bulan, dewa langit, dewa bumi, dewa gunung, dewa hujan, dewa sungai, dewa bumi, dewa-dewa yang melindungi perbuatan-perbuatan dan milik manusia (misalnya dewa perburuan, dewa pertanian, dewa kemakmuran, dan dewa perang), tetapi juga ada dewa penipu, dewa maut. Para dewa juga dianggap mempunyai istri dan anak-anak, yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu dalam dunia dewata. Dalam mitologi, para dewa biasanya tersusun secara tinggi-rendah. Dua tokoh mitologi yang banyak dijadikan obyek analisa para ahli antropologi adalah tokoh dewa tertinggi (dewa pencipta alam) dan tokoh dewa penipu. Kedua tokoh dewa ini juga terdapat dalam mitologi dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Contoh tokoh dewa tertinggi terdapat dalam mitologi orang Batak Toba yaitu Ompu Tuan Mulajadi Nabolon yang dianggap sebagai pencipta alam yang menguasai musim-musim, hujan, guntur, petir, dan kesuburan. Ompu Mulajadi Nabolon juga merupakan leluhur yang menurunkan semua orang Batak Toba, sedangkan tokoh dewa penipu terdapat dalam mitologi banyak bangsa dan suku bangsa di dunia, misalnya dalam mitologi Yunani kuno, kebudayaan-kebudayaan Semit kuno, mitologi orang Skandinavia, kebudayaan China dan Jepang, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Di Jepang kepercayaan terhadap dewa-dewa diwujudkan dalam Shinto (神 道). Ajaran Shinto secara harafiah berarti “Jalan Para Dewa”. Shin juga dibaca sebagai kami (神), ini adalah istilah untuk para dewa-dewi, jiwa para leluhur, setan dan jiwa alam seperti binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Shinto mulai dikenal di Jepang pada periode Yayoi (300SM). Shinto adalah agama asli orang Jepang pada masa lampau, dan masih dilaksanakan hingga pada saat ini dengan dilakukan banyak modifikasi terutama karena pengaruh ajaran Budha dan Konghucu. Shinto pada saat ini lebih banyak diperingati dalam bentuk ritual dan festival-festival keagamaan (“kami “ Para Dewa-Dewi Shinto, Wikipedia, 2007). Shinto sudah dipuja dan dikenal oleh orang Jepang berabad-abad sebelum kedatangan ajaran Budha yang masuk melalui China dan Korea pada abad ke-6. Salah satu dewa yang dipuja adalah ajaran Shinto adalah Tensho Daijin atau yang lebih dikenal dengan Amaterasu Omikami (Dewi Matahari).
2.2 MITOLOGI TENTANG ASAL-USUL MANUSIA 2.2.1 MITOLOGI JEPANG Istilah bahasa Jepang untuk mitologi adalah shinwa (神話) yang berarti kisah mengenai para dewa. Mitologi Jepang merupakan gabungan dari
tema-
tema pribumi yang berasal dari daratan asia timur, dan dipengaruhi oleh ajaran Budhisme dan Taoisme. Mitologi Jepang pada umumnya agak tenang. Di dalamnya memang ada dewa penipu (trickter deity), tetapi tidak ada dewa yang memanifestasikan kejahatan. Sifat kompromistis lebih banyak mendasari mitologi
Universitas Sumatera Utara
Jepang daripada sifat konfrontatif (Danandjaja, 1997:70). Pada umumnya bahan untuk menyusun mitologi Jepang adalah Kojiki dan Nihonshoki. Kojiki ( 古事記 ) adalah buku sejarah Jepang yang tertua dan menurut kata pengantar yang ada di dalamnya dipersembahkan Oho no Asomiyasumaro (O no Yasumaro) pada tahun 712 (tahun ke-5 zaman Wado). Buku ini berisi berbagai catatan peristiwa, mulai dari penciptaan langit dan bumi (Ametsuchi) dan berakhir pada zaman Kaisar Suiko, termasuk di dalamnya cerita-cerita dari mitologi dan legenda. Selain itu, kojiki juga berisi banyak syair atau kayo (Kojiki, Wikipedia, 2007). Kojiki terdiri dari 3 jilid, yaitu: 1. Jilid I disebut Kamitsumaki, bagian ini berisi kata pengantar dan mitologi seputar kelahiran dan kehidupan berbagai kami. 2. Jilid II disebut, Nakatsumaki, bagian ini berisi kisah para kasiar yang dimulai dari kaisar pertama (Kaisar Jimmu) dan diakhiri dengan kaisar ke_
1 (Kaisar Ojin).
3. Jilid III disebut Shisotsumaki, bagian ini berisi kisah para kaisar yang dimulai dari kaisar ke-16 (Kaisar Nintoku) hingga kaisar ke-33 (Kaisar Suiko). Di dalam kata pengantar ditulis bahwa kojiki merupakan kumpulan tulisan _
yang ditulis O no Yasumaro berdasarkan folklor zaman kuno Teiki (silsilah kaisar yang dihafal Hieda no Are) dan kuji (legenda). Kojiki dianggap bukan judul resmi,
Universitas Sumatera Utara
dan merupakan nama yang biasa digunakan untuk menyebut buku kuno. Asal-usul _
judul buku ini tidak jelas, mungkin sudah diberi judul “kojiki” oleh O no Yasumaro, tetapi mungkin juga orang lain yang menambahkan judul ini kemudian. Aksara kanji untuk judul buku ini bisa dibaca sebagai Furukotobumi, tapi biasanya sekarang dibaca Kojiki. Tidak seperti Nihonshoki, Kojiki bukan buku sejarah resmi (Seishi)yang ditulis untuk kaisar. Walaupun demikian, pada kata pengantar kojiki ditulis tentang Kaisar Temmu yang menghimpun Teiki, memeriksa Kuji, menghapus tulisan yang tidak benar dan memastikan kebenaran, dan mewariskan buku ini untuk generasi berikut sehingga buku ini boleh juga dikatakan ditulis untuk kaisar. Kojiki terdiri dari bagian yang diambil dari Kuji dan bagian yang diambil dari Teiki. Bagian yang diambil dari Kuji berisi kumpulan cerita yang berkaitan dengan keluarga kaisar dan keluarga bangsawan, serta cerita dilingkungan dalam istana. Bagian yang ditulis Teiki semuanya berupa silsilah kaisar, daftar nama kaisar dari kaisar pertama hingga kaisar ke-33, nama permaisuri, pangeran, putri kaisar, serta anak keturunan dan keluarganya. Selain itu, di bagian yang sama ditulis nama istana, tahun bertahta, tahun wafat dan shio pada tahun tersebut, usia, lokasi makam, serta peristiwa penting yang terjadi selama bertahta. Semua data merupakan hasil hafalan pencerita istana (kataribe) untuk diucapkan sewaktu ada upacara pemakaman kaisar, dan baru mulai ditulis di pertengahan abad ke-6. Kojiki ditulis dalam bahasa Jepang tetapi seluruhnya menggunakan aksara kanji yang dipakai untuk menuliskan bahasa Tionghoa klasik (Hentai-kanbun). Kata-kata kuno, nama orang, nama tempat, nama barang, dan bagian berisi syair
Universitas Sumatera Utara
_
(kayo )ditulis sat aksara kanji bahasa Tionghoa klasik untuk setiap suku kata. Sewaktu menuliskan suku kata demi suku kata, disamping kanan aksara kanji juga ditambahkan tanda baca berupa aksara kanji (seperti 上). Salinan tertua Kojiki yang masih ada sekarang disebut Shinpukuji-hon Kojiki (buku Kojiki milik kuil Shinpuku-ji). Buku ini sekarang disimpan di kuil _
Shinpuku-ji ( O sukannon), Nagoya, Prefektur Aichi dan merupakan Pusaka Nasional Jepang. Pekerjaan penyalinan dimulai tahun 1372 oleh pendeta Budha bernama Kenyu dan selesai di tahun berikutnya (tahun 1372). Nihonshoki (日本書紀 ) adalah buku sejarah Jepang yang berasal dari zaman Nara. Buku ini merupakan buku sejarah resmi yang tertua mengenai Jepang dan masih ada hingga sekarang. Nihonshoki juga disebut Nihongi. Buku ini merupakan seri pertama dari kumpulan enam sejarah bangsa yang disebut _
_
Rikkokushi. Buku ini selesai ditulis tahun 720 (tahun ke-4 zaman Yo ro ) dan disunting dibawah pengawasan Pangeran Toneri ( Nihonshoki, wikipedia, 2007). Nihonshoki seluruhnya terdiri dari 30 jilid ditambah 1 jilid berisi bagan silsilah (genealogi) yang hilang. Jilid pertama dimulai dengan cerita mitologi dan diakhiri dengan sejarah di zaman Kaisar Jito. Isinya disusun secara kronologis, dan ditulis dalam bahasa Tionghoa klasik (kanbun) seperti lazimnya penulisan dokumen resmi saat ini. Berikut ini adalah daftar-daftar judul dalam Nihonshoki. 1.
Jilid 1 : Kami no Yo no Kami no maki (Mitos bagian I)
2.
Jilid 2 : Kami no Yo no Shimo no maki (Mitos bagian II)
Universitas Sumatera Utara
3.
Jilid 3 :
(Kaisar
Jimmu)
Kamuyamato
Iwarebiko
no
Suizei)
Kamu
Nunakawamimi
no
Sumeramiko’o 4.
Jilid 4 : a.
(Kaisar
Sumerakikoto b.
(Kaisar
Annei)
Shikitsuhiko
Tamatemi
no
Hikosukitomo
no
Sumeramikoto c.
(Kaisar
Itoku)
Oyamato
Sumeramikoto d.
(Kaisar
Kosho
)
Mimatsuhiko
Sukitomo
no
Sumeramikoto e.
(Kaisar Koan) Yamato Tarashihiko Kuni Oshihito no Sumeramikoto
f.
(Kaisar
Korei)
Oyamato
Nekohiko
Futoni
no
Sumeramikoto g.
(Kaisar Kogen) Oyamato Nekohiko Kunikuru no Sumeramikoto
h.
(Kaisar Kaika) Wakayamato
Nekohiko Obibi no
Sumeramikoto 5.
Jilid 5 : (Kaisar Sujin) Mimaki Iribiko Iniye no Sumeramikoto
Universitas Sumatera Utara
6.
Jilid 6 : (Kaisar Suinin) Ikume Iribiko Isachi no Sumeramikoto
7.
Jilid 7 : a.
(Kaisar
Keiko)
Otarashihiko
Oshirowake
no
Sumeramikoto b.
(Kaisar Seimu) Waka Tarashihiko no Sumeramikoto
8.
Jilid 8 : (Kaisar Chuai) Tarashi Nakatsuhiko no Sumeramikoto
9.
Jilid 9 : (Permaisuri Jingu) Okinaga Tarashihime no Mikoto
10.
Jilid 10 : (Kaisar Ojin) Homuda no Sumeramikoto
11.
Jilid 11 : (Kaisar Nintoku) Osasagi no Sumeramikoto
12.
Jilid 12 :
13.
a.
(Kaisar Richu) Izahowake no Sumeramikoto
b.
(Kaisar Hanzei) Mitsuhawake no Sumeramikoto
a.
(Kaisar Ingyo) Oasazuma Wakugo no Sukune no
Jilid 13 :
Sumeramikoto b. 14.
(Kaisar Anko) Anaho no Sumeramikoto
Jilid 14 : (Kaisar Yuryaku) Ohatsuse no Waka Takeru no Sumeramikoto
15.
Jilid 15 :
Universitas Sumatera Utara
a.
(Kaisar Seinei) Shikara no take Hirokuni Oshi Waka Yamato Neko no Sumeramikoto
16.
b.
(Kaisar Kenzo) Woke no Sumeramikoto
c.
(Kaisar Ninken) Oke no Sumeramikoto
Jilid 16 : (Kaisar Buretsu) Ohatsuse no
Waka Sasagi no
Sumeramikoto 17.
Jilid 17 : (Kaisar Keitai) Odo no Sumeramikoto
18.
Jilid 18 : a.
(Kaisar Ankan) Hirokuni Oshi Take Kanahi no Sumeramikoto
b.
(Kaisar Senka) Take Ohirokuni Oshi Tate no Sumeramikoto
19.
Jilid 19 : (Kaisar Kimmei) Amekuni Oshiharaki Hironiwa no Sumeramikoto
20.
Jilid 20 : (Kaisar Bidatsu) Nunakakura no Futo Tamashiki no Sumeramikoto
21.
Jilid 21 : a.
(Kaisar
Yomei)
Tachibana
no
Toyyohi
no
Sumeramikoto b.
(Kaisar Sushun) Hatsusebe no Sumeramikoto
Universitas Sumatera Utara
22.
Jilid 22 : (Kaisar Suiko) Toyomike Kashikiya Hime no Sumeramikoto
23.
Jilid 23 : (Kaisar Jomei) Okinaga Tarashi Hihironuka no Sumeramikoto
24.
Jilid 24 : (Kaisar Kogyoku) Ame Toyotakara Ikashi Hitarashi no Hime no Sumeramikoto
25.
Jilid 25 : (Kaisar Kotoku) Ame Yorozu Toyohi no Sumeramikoto
26.
Jilid 26 : (Kaisar Saimei) Ame Toyotakara Ikashi Hitarashi no Hime no Sumeramikoto
27.
Jilid 27 : (Kaisar Tenji) Ame Mikoto Hirakasuwake no Sumeramikoto
28.
Jilid 28 : (Kaisar Temmu, bagian I) Ame no Nunakahara Oki no Mahito no Sumeramikoto, Kami no maki
29.
Jilid 29 : (Kaisar Temmu, bagian II) Ama no Nunakahara Oki no Mahito no Sumeramikoto
30.
Jilid 30 : (Kaisar Jito) Takamanohara Hirono Hime no Sumeramikoto
Berlainan dengan
Kojiki, di dalam buku Nihonshoki tidak dijelaskan
alasan, proses penyusunan, dan nama penyusun. Penjelasan baru ditemukan di dalam buku sejarah Shoku Nihongi yang diterbitkan kemudian. Di dalam Shoku Nihongi ditulis bahwa sebelumnya, Pangeran Toneri atas perintah kaisar sudah
Universitas Sumatera Utara
menyunting Nihongi, dan saat menyelesaikannya, ia mempersembahkan 30 jilid sejarah dan satu jilid bagan silsilah. Nihonshoki diperkirakan disusun dari berbagai sumber yang lebih tua, diantaranya kitab Teiki dan Kuji. Kedua kitab ini merupakan catatan sejarah Jepang yang dikumpulkan dari legenda milik berbagai klan yang bekerja untuk istana dimasa pemerintahan Kaisar Kimmei sekitar pertengahan abad ke-6. Selain itu Nihonshoki berisi kutipan dari berbagai dokumen yang sudah tidak ada lagi sekarang. Buku sejarah Tennoki dan Kokuki yang disusun Pangeran Shotoku dan Soga no Umako ditahun 620 diperkirakan merupakan buku sejarah yang lebih tua dari Nihonshoki, tapi habis terbakar sewaktu terjadi peristiwa Isshi tahun645 sehingga perlu ditulis buku sejarah yang baru (Nihonshoki). Siklus-siklus Takamagahara dan Tsukushi merupakan garis bersambung dari generasi para dewa melalui Amaterasu Omikami sampai kaisar Jimmu, maka kedua siklus ini sering disebut dengan nama “Gabungan Siklus Yamato”. Di bawah ini akan dikisahkan mitologi-mitologi berdasarkan Kojiki yang tertulis dalam Danandjaja (1997:72-76).
SIKLUS TAKAMAGAHARA
Pada waktu surga-surga dan bumi-bumi untuk pertama kalinya terpisah, muncullah tiga dewa dari generasi pertama. Mereka itu ialah Ame no Minakanushi no Kami, Takamimusubi no Kami, dan Lamimusubi no Kami. Mereka ini kemudian menyembunyikan diri. Pada masa itu daratan masih muda, mengambang bagaikan minyak, atau bagaikan ubur-ubur. Kemudian timbul lagi dua dewa: Umashiashi Kanihikoji no Kami dan Ame no Tokotachi no Kami, yang juga menyembunyikan diri. Kelima dewa pertama (Kotoamatsukami) ini berkumpul dan hidup memisahkan diri dari lingkungan. Kemudian timbul dewadewa Kuni no Kototachi no Kami dan Toyokumono no Kami, mereka pun
Universitas Sumatera Utara
menyendiri. Lalu timbul lima pasang dewa lagi. Pasangan terakhir, Izanagi no Mikoto dan Izanami no Mikoto, diperintahkan oleh lima dewa pertama untuk membuat agar tanah dapat tetap berada di tempat. Mereka dihadiahi tombak yang ditaburi permata (Ame no Nuboko). Izanagi dan Izanami berdiri di atas jembatan mengambang dari surga (Ame no Ukihashi) dan menusukkan tombaknya ke dalam laut. Setelah mengaduk dan mengaduknya, mereka angkat tombaknya. Dari ujungnya jatuh setetes garam, yang berkumpul dan bertumbuh, untuk kemudian menjadi tanah yang bergumpal sendiri (Onogorojima). Kedua dewa itu kemudian turun ke bumi. Mereka melihat sebuah pilar dan menegakkannya dan mereka pun mendirikan sebuah rumah besar. Izanagi kemudian menanyakan Izanami: “Bagaimana tubuhmu terbentuk?” Jawabnya: “Tubuhku sudah terbentuk, tetapi ada bagian yang belum selesai terbentuk!” Izanagi kemudian melanjutkan bertanya: “Tubuhku sudah terbentuk, tapi ada bagian yang kelebihan bentuknya. Saya rasa saya akan mengambil bagian yang lebih itu dan mengisinya di bagianmu yang belum lengkap dan membangun tanah ini. Bagaimana pendapatmu?” Ia pun setuju, dan mereka pun mengelilingi pilar. Si wanita (Izanami) ke kanan, dan si pria (Izanagi) ke kiri. Pada waktu mereka bertemu si wanita berteriak: “Ahh, pria yang baik!” Izanagi menjawab bahwa tidak patut seorang wanita berbicara dahulu. Kendati demikian mereka bersenggama, dan bayi Hiruko pun lahirlah, tapi mereka membuangnya setelah meletakkannya di atas perahu dari jerami. Pulau Awashima juga dilahirkan, tetapi baik pulau itu maupun Hiruko tidak dihitung sebagai anak mereka. Mereka kembali ke Takamagahara dan diberi tahu oleh kelima dewa pertama, bahwa mereka harus melingkari lagi pilar tersebut, dan setelah bertemu lagi, dewa pria harus berbicara dahulu. Selesai melakukan ini, delapan dewa yang menjadi tanah dari delapan pulau-pulau besar (oyashimaguni) dilahirkan; dan setelah itu dewa-dewa laut, sungai, gunung, sawah, pohon, batu dan api juga dilahirkan. Izanami terbakar sewaktu melahirkan dewa api, tetapi sewaktu ia mati para dewa logam, tanah dan air, lahir dari mulut muntahannya dan kotorannya. Izanagi memenggal kepala dewa api, dan darah yang menetes dari pedangnya lahir delapan dewa. Dari tubuh dewa api, tercipta delapan dewa lagi. Izanami telah pergi ke Yomi no Kuni (dunia roh orang mati), dan Izanagi menyusul untuk memohon agar ia mau kembali ke dunia orang hidup. Ia setuju untuk meminta izin pada dewa dari Yomi, tetapi melarang suaminya untuk melihat dia. Tidak sabar akan kedatangan istrinya, Izanagi masuk ke dalam istana dewa dunia orang mati, di sana ia dapatkan jenazah istrinya yang sudah penuh dengan ulat. Ia kemudian lari, dan istrinya yang merasa dirinya dipermalukan, mengirim para tentara (Minions) dewa Yomi untuk memburunya. Pada bagian datar dari lereng Yomi (Yomotsu Hirasaka) di perbatasan dari wilayah itu, ia temukan tiga buah persik (Peaches). Ia mempergunakannya untuk melemparkan pada mereka, sehingga mereka tercerai-berai. Izanami kemudian mengejarnya sendiri, tetapi suaminya membendung jalan masuknya dengan batu besar. Dari balik batu itu ia kemudian memaklumkan perceraian mereka. Si istri kemudian menyatakan bahwa setiap hari ia akan mencekik seribu orang dari dunia orang hidup, dan sang suami menjawab bahwa ia setiap hari akan mendirikan 1.500 gubuk bagi orang melahirkan anak, sehingga dapat melahirkan 1.500 bayi.
Universitas Sumatera Utara
Karena telah mengotori dirinya dalam perjalanan ke dunia orang mati, Izanagi menuju Tsukushi untuk menyucikan dirinya dengan mandi (misogi). Dan setiap lembar pakaian yang ia buang terciptalah seorang dewa; dari kotoran yang ia bersihkan dari tubuhnya tercipta dua orang dewa pencemar. Dua dewa pensuci kemudian diciptakan (lihat Naobi no Kami), dan ditambahkan lagi dengan 10 orang dewa. Tiga dewa terakhir adalah Ameterasu Omikami (dewi matahari), lahir dari mata kirinya sewaktu dibersihkan; Tsukuyomi no mikoto (dewi bulan) lahir dari mata kanannya; dan Susanoo no Mikoto (dewa badai) lahir dari hidungnya. Izanagi memberi tugas kepada Amaterasu untuk memerintah Dataran tinggi Surga, kepada sukuyomi untuk memerintah alam malam, dan kepada Susanno untuk memerintah wilayah lautan. Tetapi Susanno menangis terus; pada waktu ditanya mengapa ia berbuat begitu, maka ia menjawab bahwa ia ingin sekali melihat ibunya. Dalam keadaan marah ayahnya mengucilkannya. Susanoo kemudian pergi ke Dataran Tinggi Surga untuk berbicara dengan Ameterasu. Gunung-gunung dan sungai-sungai bergemuruh, dan bumi bergetar. Curiga bahwa ia akan merebut surga, Amaterasu mempersenjatai dirinya dengan gendewa, dan mempersiapkan diri untuk berperang; namun Susanoo bersumpah bahwa ia datang hanya untuk mengabarkan bahwa ia telah dikucilkan oleh ayahnya. Ia pun lalu menyediakan dirinya untuk memnuat anak dengan Amaterasu. Dari pedang Susanoo, Amaterasu melahirkan tiga orang putri, dan dari permata rambut Amaterasu, Susanoo menciptakan lima orang putra. Gembira akan kejayaannya, karena ketiga putrinya ialah gadis-gadis cantik, ia kemudian menerobos galangan sawah Amaterasu, menimbun saluran irigasi sawahnya, dan mengotori istana buah-buahan utama Amaterasu dengan kotorannya. Pelanggaran ini masih dapat ditolerir oleh Amaterasu, tetapi kemudian ia malah melubangi langit-langit ruang menenun sang dewi, dan melemparkan masuk seekor keledai langit sampai terjungkir-balik. Amaterasu menjadi ketakutan, sehingga ia bersembunyi di belakang pintu gua surga (Ame no Iwaya To). Segera kegelapan meliputi Takamagahara dan Ashihara no Nakatsukunio (bumi Jepang) yang disebut juga dengan nama Utsushi no Kuni ( bumi yang dapat dilihat). Kegelapan terus berlangsung. Para dewa berkumpul, dan atas saran Omoikane no Kami, anak dari Takamimusubi no Kami, mereka membawa dari gunung Amanokaguya sebatang pohon sakaki tempat bergelantungan 500 permata, sebuah cermin besar, dan kain suci. Ame no Uzume no Mikoto mulai dengan tariannya yang seperti halilintar di atas tempat mandi yang terbalik. Dalam keadaan kerasukan ia memperlihatkan payudaranya, dan menurunkan roknya sehingga terlihat alat kelaminnya. Semua ini memancing gelak tawa para dewa. Mendengar hiruk pikuk itu Amaterasu membuka pintu gua sedikit, untuk menanyakan mengapa Uzume menari dan mengapa para dewa menertawakannya. Uzume menjawab bahwa seorang dewa yang lebih besar dari Amaterasu telah datang, dan ia pun menunjukkan cermin kepadanya. Sewaktu ia membuka pintu lebih lebar, maka ada seorang dewa yang bertenaga kuat memeganggnya dan menariknya keluar dari gua tempat persembunyiannya. Sinar pun menerangi lagi kedua wilayah (surga dan bumi) itu. Susanoo dipaksa untuk membayar denda dalam jumlah besar sekali. Dan selain itu rambutnya pun dipotong, kuku jemari kaki dan tangannya dicabut, dan
Universitas Sumatera Utara
ia dibuang. Susanoo minta makanan, dan yang diberikan adalah zat-zat yang _
keluar dari hidung, mulut dan lubang dubur dari dewa O ketsushime no Kami. _
Susanoo tersinggung dan membunuh O ketsushime. Namun dari lubang-lubang tubuhnya keluar ulat sutera, padi, jawawut, kacang merah, gandum, dan kkacang buncis (broad bean).
SIKLUS IZUMO
Susanoo turun ke gunung Torikamiyama di Izumo; di sana ia menemukan sepasang orang tua sedang menangis di samping putri mereka. Si lelaki mengatakan bahwa ia adalah dewa tanah (kunitsukami), dan setiap tahun ular berkepala delapan dan berekor delapan bernama Yamato no Orochi datang untuk memakan salah seorang putrinya. Kini sudah waktunya ular itu datang lagi untuk mengambil anak yang lain, yaitu Kushinada Hime. Susanoo kemudian mengubah diri Kushinada Hime menjadi selembar sisir yang ia letakkan di kepalanya dan memerintahkan orang tuanya untuk menyiapkan arak khusus; dan tong-tong arak itu harus diletakkan di delapan penjuru mata angin. Ketika ular itu meminumnya dan menjadi mabuk keras sehingga tertidur, Susanoo kemudian memenggal kepala ular-ular itu dengan pedangnya. Di dalam salah satu ekor ular itu ia menemukan sebilah pedang, yang ia persembahkan kepada Amaterasu. Pedang inilah kemudian terkenal dengan nama Kusunagi (alat pembabat rumput). Kelak pedang itu diberikan kepada Ninigi no Mikoto oleh Amaterasu, sebagai salah satu dari tiga lambang otoritas atas Ashihara no Nakatsukuni, atau dengan perkataan lain ketiga benda ini adalah benda pusaka dari kekaisaran Jepang. Okuninushi merupakan generasi keenam keturunan Susanoo dan Kushinada Hime. Ia mempunyai banyak saudara laki-laki yang lebih tua, yang kesemuanya ingin menikahi seorang gadis yang bernama Yagami Hime. Semua berangkat untuk mendapatkannya, termasuk juga Okuninushi, yang disuruh saudara-saudaranya untuk membawa koper-koper mereka. Saudara-saudaranya telah menyiksa seekor kelinci yang kehilangan kulit bulunya. Pada waktu Okuninushi tiba, ia segera menolongnya dan mengembalikan kulit berbulunya, dan si kelinci meramalkan bahwa pemuda penolong ini akan memenangkan gadis yang menjadi rebutan saudaa-saudaranya itu. Dan benar sajja, wanita itu memutuskan untuk mengawininya. Dua kali saudara-saudaranya berusaha membunuh Okuninushi, namun setiap kali ibundanya menghidupkannya kembali. Dengan harapan leluhurnya Susanoo dapat menolongnya, ia pergi menuju ke Dunia bawah (Ne no Katasu no Kuni), di sanalah ia kemudian bertemu dan jatuh cinta pada putri Susanoo yang bernama Suseribime. Susanoo telah menguji kemampuan Okuninushi dengan maksud untuk membunuhnya, tetapi ia selalu ditolong oleh Suseribime. Akhirnya sewaktu Susanoo sedang tidur, Okuninushi mencari gendewa besarnya, pedang besarnya, dan alat kecapinya yang
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan untuk mengucapkan ramalannya, dan lari bersama Suseribime. Susanoo mengejarnya tetapi tidak berhasil menangkapnya. Dari dataran miring Yomi, Susanoo memerintahkan Okuninushi untuk mempergunakan ketiga alat pusaka itu untuk menjadi yang dipertuan wilayah itu. Okuninushi dapat mengalahkan saudara-saudaranya, dan bersama dewa kecil Sukunabikona no Kami, ia melebarkan kekuasaannya di wilayah itu. Ia menjadikan Suseribime istri pertamanya. Keputusan ini membuat Yagami Hime tidak senang. Amaterasu berkeputusan untuk menjadikan Ashihara no Nakatsukuni sebagai wilayah yang harus diperintah oleh keturunannya. Ia lalu mengirimkan beberapa utusannya kepada Okuninushi agar menyerahkan kedaulatan kepadanya. Okuninushi kemudian menyerahkan keputusan ini kepada kedua putranya: Kotoshironushi no Kami, yang setuju dengan penyerahan, dan Takemina no Kami, yang tidak setuju. Keduanya berperang, dan putranya yang setuju dengan penyerahan menang. Okuninushi pun menyerahkan tanah itu pada dewi Amaterasu.
SIKLUS TSUKUSHI
Didampingi oleh delapan dewa dan diantar oleh Kunitsukami Sarutabiko no Kami, Ninigi no Mikoto, cucu Amaterasu yang masih bayi turun dengan disertai lambang kekaisaran ke gunung Takachihonomine di Tsukushi (Kyushu sekarang). Disana ia dirikan sebuah istana dan mengambil Konohanasakuaya hime sebagai istri yang kemudian memberinya tiga orang putra: Hoderi no Mikoto, Hosuseri no Mikoto, dan Hoori no Mikoto. Hoderi mempunyai peruntungan di laut, Hoori mempunyai peruntungan di daratan. Hoori memutuskan agar mereka saling menukar peruntungan, dan walaupun tidak rela, saudaranya menyetujuinya. Hoori bukan saja tidak berhasil menangkap ikan, ia bahkan juga kehilangan kail milik saudaranya. Biarpun ia telah mengahancurkan pedangnya untuk membuat 500 kail, Hoderi masih tetap tidak menerima dan menuntut agar Hoori mengembalikan kail yang asli. Selagi Hoori menangisi nasibnya di tepi laut, seorang dewa muncul di hadapannya dan mengirimnya perahu ke laut dengan sebuah perahu untuk membawanya ke istana Wadatsumi (atau disebut juga Watatsumi) milik Dewa Laut. Hoori jatuh cinta pada putri Dewa Laut yang bernama Toyotama Hime, dan hidup bahagia dengannya selama tiga tahun. Pada suatu hari Hoori menceritakan kepada dewa mengenai kail ikan saudaranya, dan Dewa Laut berhasil menemukannya kembali. Beliau meberikannya kepada Hoori yang bermaksud kembali kedaratan. Baginda pun menghadiahi menantunya sebuah permata yang dapat membuat permukaan air laut surut. Dengan pusakapusaka gaib itu ia dapat mengalahkan Hoderi.
Universitas Sumatera Utara
Putri Dewa Laut naik ke darat untuk melahirkan anaknya. Berhubung ia harus mengubah dirinya kewujud asalnya, maka ia memperingatkan suaminya agar tidak melihatnya sewaktu sedang melahirkan anak. Namun Hoori tidak dapat menahan keingintahuannya. Pada waktu ia melihatnya, ia mendapatkan bahwa istrinya ternyata seekor buaya. Kejadian ini sangat memalukan sang putri, sehingga ia meninggalkan anaknya dan segera pulang kembali ke laut. Untuk merawat anaknya ia mengurus adiknya sebagai perawat. Ketika putranya tumbuh menjadi pemuda dewasa ia menikah dengan bibinya tersebut, dan mereka mempunyai empat orang anak. Anaknya yang bungsu yang bernama Kamuyamato Iwarebiko no Mikoto, kemudian menjadi Kaisar Jimmu.
Kaisar Jimmu atau Jimmu Tenno (神武天皇) berkuasa pada tahun 711 SM- 585 SM. Jimmu Tenno adalah Kaisar Jepang yang pertama, bertahata dari tahun 1 bulan hari 1 ( bulan 2 hari 11 660 SM) hingga tahun 76 bulan 3 hari 11 (era Kaisar Jimmu). Nama kaisar ini sama dengan nama kaisar Jepang pertama seperti dikisahkan dalam mitologi Jepang menurut Kojiki dan Nihonshoki. Tanggal Kaisar Jimmu naik tahta sekarang diperingati setiap 11 Februari sebagai Hari Pembentukan Negara dan sebelum Perang Dunia II peringatan ini disebut Kigensetsu (hari Kaisar Jimmu naik tahta). Kaisar Jimmu dilahirkan dari ayah bernama Ugaya Fukiaezu, dan ibu bernama Tamayoribime. Kaisar Jimmu adalah putra ke-4 menurut teks Kojiki serta Nihonshoki jilid 1,2, dan 4 tapi pada jilid 3 dikisahkan sebagai putra ke-3. Selain itu, kedua literatur ini juga tidak menyebutkan tanggal dan tahun lahir (Kaisar Jimmu, Wikipedia, 2007). Sumber-sumber lain yang dipergunakan untuk menyusun mitologi Jepang adalah : 1. Kogo Shui (807M) karya Imbe no Hironari, yang mngandung mitologi dan legenda yang diwariskan dalam keluarga Imbe. Jilid pertamanya berhubungan dengan sejarah yang dikumpulkan pada tahun 807 untuk
Universitas Sumatera Utara
melengkapi Nihongi. Pada umumnya sama dengan legende-legenda kuno dan kebiasaan-kebiasaan (adat-istiadat) Jepang. Kogo Shui disebut juga dengan Kogo-Jui (Frederic, 2002:543). 2. Fudoki, yaitu laporan-laporan resmi di daerah-daerah Jepang, termasuk tentang catatan sejarah, geografi, dan budayanya. Fudoki ditulis pada awal abad ke-8 atas perintah Gimmei. Beberapa dari fudoki yang disusun merupakan dasar-dasar dari Nihonshoki. Beberapa dari Fudoki telah selesai diubah, ditulis kembali, dan diterbitkan lagi, termasuk Shinpen Musashi Fudoki Ko (pada tahun 1828) dan Kii Zoku Fudoki (tahun 1839). Sekarang semua laporan tentan gkebiasaan-kebiasaan (adat istiadat) dan kehidupan di daerah-daerah Jepang disebut Fudoki (Frederic, 2002:194). Fudoki yang paling lengkap adalah Izumo no Kuni Fudoki tahun 733M dan Shoki Nihongi tahun 797 M (Danadjaja, 1997:71). 3. Man’yooshu, merupakan antologi puisi terbesar yang dikumpulkan oleh Otomo no Yakamochi pada sekitar tahun 760, berisi tentan gpekerjaanpekerjaan penyair istana, petani, maupun rakyat jelata. Jilid ke-20 Man’yoshu berisi 4.516 syair (4.173 tanka,260 choka, 62 sedoka, dan 21 nagauta). Syair-syair dalam Man’yoshu (seperti yang ada alam Kojiki) ditulis dengan man’yogana (Frederic, 2002:608). Man’yoshu disebut juga sebagai “koleksi dari sepuluh ribu generasi” atau “koleksi dari sepuluh ribu daun” (Danandjaja, 1997:71). 4. Norito, atau liturgi keagamaan dari keraton, yang dikumpilkan pada akhir abad ke-19 dalam buku Engi Shiki (Danandjaja, 1997:71). 27 Norito tertua
Universitas Sumatera Utara
diperlihatkan dalam Engi Shiki (tahun 927), dan juga ditemukan dalam Man’yoshu dan Taiki Bekki (tahun 1142). Engi Shiki adalah kumpulan dari lima puluh naskah resmi pada semua upacara-upacara Shinto dan beberapa kebiasaan-kebiasaan lain, yang dikumpulkan oleh Fujiwara no Tokihira (sampai tahun 909) dan saudaranya Fujiwara no Tadihira (sampai 927), yang berisi satu edisi dari Norito. Engi Shiki merupakan salah satu dari tulisan-tulisan suci Shinto, selain Kojiki dan Nihonshiki, dan juga merupakan salah satu dari dokumen-dokumen penting mengenai kebiasaan-kebiasaan, praktek-praktek, makanan-makanan, obat-obatan, dan aspek-aspek lain dari zaman Nara dan Heian. Sebagian besar dari Norito disusun oleh pendeta-pendeta Shinto (Frederic, 2002:178).
2.2.2 MITOLOGI BATAK TOBA MITOLOGI SIBORU DEAKPARUJAR (Versi Drs. DJ. Gultom Rajamarpodang) Debata Mulajadi Nabolon-lah yang menjadikan segala sesuatu yang ada, ia bernama Ompu Raja Mula-mula, Ompu Raja Mulajadi. Tidak adapun sesuatu dari pada yang ada itu, yang tidak bermula dari dia. Dia tidak beristeri, atau beranak, atau mempunyai anak perempuan. Dia dapat manjadikan segala sesuatu, hanya denagan kalam-nya. Sedang dari yang tidak ada, dapat dijadikan menjadi ada. Hanya dia sajalah permulaan segala sesuatu yang ada. Manuk-manuk Hulambujati, adalah yang pertama dijadikan debata mulajadi nabolon, berparuh besi, berkuku gelang yang berkilau-kilauan. Tentang besarnya, sebesar kupu-kupu yang sangat besar, dan telurnya sebesar periuk perempuan yang besar. Rupanya seperti sarung bintang rumariri. Pada suatu hari manuk hulambujati bertelur tiga butir. Hatinya tertegun, karena telurnya itu lebih besar dari dirinya sendiri. Karena itu dia menitipkan pesan kepada Leang-leangmandi Untung-untung Nabolon, dia berkata : E.. Leangleangmandi Untunguntung Nabolon harap murah hatimu, menyampaikan
Universitas Sumatera Utara
dahulu pesanku ini kepada Ompunta Mulajadi Nabolon. Saya tidak tahu bagaimana akan ku perbuat perihal telurku yang tiga ini, kuperam tidak cukup dengan buluku. Arkian Leangleangmandi menyampaikan pesan itu kepada Ompunta Mulajadi Nabolon dan berkata : Ia, Ompung, bagaikan beras yang tidak bercampur dengan antah, yang tidak lupa dipesan, yaitu pesan dari Manukmanuk hulambujati. Bagaimana akan dibuat telurnya yang tiga itu. Mulajadi Nabolon bersabda : katakanlah diperami telurnya yang tiga itu. Aku sendirilah yang tahu akan hal itu. Tetapi bawalah ini duabelas butir beras. Harus dimakan butir beras ini satu persatu tiap bulan. Jika paruhnya itu menjadi gatal, agar dipatukkan kepada telurnya itu, itulah disampaikan kepadanya, katanya kepada Leangleangmandi. Setelah itu Leangleang Mandi pun pulang menyampaikan sabda Mulajadi Nabolon kepada Manukmanuk Hulambujati. Jadi dilakukanlah hal itu menuruti kalam Mulajadi Nabolon. Setelah tiba saatnya, paruh Manukmanuk Hulambujati menjadi gatal lalu dipatukkan kepada telurnya yang tiga butir. Telur itupun lalu berputar, dan lahirlah dari setiap telur itu bagaikan manusia laki-laki. Dari telur pertama, keluarlah Bataragurudoli, batagurupanungkunan, bataragurupandapotan, menjadi kebijakan dari segala kerajaan yang memegang timbangan kepada seluruh yang dijadikan, permulaan gantang terajuan, timbangan yang adil, bajak pembelah tali, ke atas tiada dapat terungkit, ke bawah tak dapat oleng dan ke samping tidak akan mereng. Dari telur pertama itu juga keluar pulalah kemudian Siraja Odapodap, Sidebata Mulasongta. Sidebata Mulasongti yaitu : Sipasongta-Sipasongti hati kepada seluruh yang dijadikan. Dari telur kedua keluarlah Debata Sori, Sori Sohaliapan Sori So Haguguhan, yang tujuh kali suci, permulaan kesucian tidak boleh bersumpah, tidak boleh disumpah, tidak boleh untuk pencurian dialah pembuat takdir bagi semua manusia. Dan dari telur kedua itu keluar pula Tuan Dihurnijati, yaitu Ompu Ni Pane Nabolon bernama Ompu Batuholing. Tiga bulan menempati suatu desa, kemudian selesai itu dia pergi menempati desa yang besar yang lain. Demikianlah seterusnya berulang-ulang mengelilingi alam angkasa. Dari telur ketiga, keluar Debata Balabulan, Balabulan Matabun, Balabulan Nambun, yang rubun dipuncaknya. Datu Paratalatal, Datu Parusulusul, mengendarai kuda sembarani, berpisau dua mata bertombak dua ujung, permulaan kuasa perdukunan pada manusia. Dari telur ketiga itu keluar pula : Raja Padoha, Naga Padoha Niaji, bertanduk tujuh, berkuasa dibawah tanah, asal mula dari gempa. Debata Bataraguru-Debata Sorisohaliapan-Debata Balabulan, itulah Debata Na Tolu, yang tiga kedirian, yang tiga kuasa. Setelah dilihat Manukmanuk Hulambujati yang enam itu yang keluar dari ketiga telur, hatinya gembira tetapi ia bertanya dalam hatinya karena ia tidak tahu berbuat dikemanakan keenam-enamnya. Dia berkata kepada Leangleangmandi Untunguntung Nabolon semasih mereka berbentuk telur dahulu saya takut menegoknya, tetapi sekarang berlainan cakapku dan pikiranku, bagaimana akan saya perbuat untuk menugasi mereka. Oleh sebab itu berangkatlah engkau menanya hal itu kepada Ompunta Mulajadi Nabolon, agar diberitahukan apa yang akan saya perbuat terhadap semua yang lahir ini. Kemudian pesan itu disampaikan Leangleangmandi kepada Mulajadi Nabolon.
Universitas Sumatera Utara
Lalu Mulajadi Nabolon bersabdakepada Leangleangmandi Untunguntung Nabolon : katakanlah kepada Manukmanuk Hulambujati agar semua anaknya itu dijaga; karena saya sendirilah yang memikirkan itu, karena pikirannya tidak mampu untuk itu. Tetapi yang ini, bawalah bumbu yang tiga ruas ini kemudian agar engkau pacakkan sekitar Manukmanuk Hulambujati. Kemudian agar engkau membawa juga sebelas butir beras untuk dimakan, tetapi sebutir itu dimakan satupersatu setiap bulan. Setelah beras yang sebelas butir ini habis dimakan, biarlah paruh Manukmanuk Hulambujati menjadi gatal lalu paruhnya itu dipukulkan pada ketiga buku bambu tadi sehingga pecah dan keluarlah dari tiap buku bambu itu masing-masing seorang wanita. Kemudian keenam anak dan ketiga wanita itu semakin besar. Manukmanuk Hulambujati menjadi gelisah. Bagaimana akan saya perbuat melindungi ini, pikirnya dalam hati. Jadi ia berkata pada Leangleangmandi : berangkatlah engkau menanya Mulajadi Nabolon, bagaimanna akan saya perbuat terhadap anak-anak yang dewasa ini. Kemudian disampaikan pesan itu. Mulajadi nabolon bersabda : hai Leangleangmandi katakanlah kepada Manukmanuk Hulambujati, memberikan wanita yang tiga itu kepada Debata Na Tolu untuk diperisterikan. Kemudian pesan itu disampaikan Leangleangmandi kepada Manukmanuk Hulambujati, maka dilakukanlah demikian oleh Manukmanuk Hulambujati. Seorang menjadi isteri Debata Bataraguru, seorang menjadi isteri Sorisohaliapan, dan yang seorang lagi menjadi isteri Debata Balabulan. Setelah itu Manukmanuk Hulambujati menyuruh Leangleangmandi Untunguntung Nabolon untuk menyampaikan kepada Mulajadi Nabolon katanya : ketiga orang itu telah beristeri tetapi bagaimana tentang Siraja Odapodap, Tuan Dihurmijati dan Raja Padoha. Kemudian pesan itu sampai kepada Mulajadi Nabolon oleh Leangleangmandi maka Mulajadi Nabolon bersabda kepada Leangleangmandi : katakanlah kepada Manukmanuk Hulambujati, bahwa aku sendirilah yang memikirkan hal itu, dan harus ditunggunya anak dari yang tiga tadi, yang akan menjadi isteri mereka kelak. Setelah pesan itu sampai kepada Manukmanuk Hulambujati oleh Leangleangmandi maka senanglah hatinya, menunggu saatnya akan janji Mulajadi Nabolon dipenuhi. Berselang beberapa bulan lagi, sampailah bulannya, tahunnya tergenapi hamillah isteri Debata Bataraguru, isteri Debata Sorisohaliapan dan isteri Debata Balabulan. Dari Debata Bataraguru, lahir anak Tuan Sori Mahummat permulaan Sibursok, pemegang kuasa hukum dan permulaan kebijakan. Dan enam perempuan yakni : Boru Saniangnaga, Sitapigaga, Siborumalim, Siborusorbajadi, Leangnagurasta, dan Siboru Deakparujar. Dari Debata Sorisohaliapan, lahir anak Tuan Sori Matinggi mula kesucian dan Siraja Indainda Siraja Indapati yang menjadi Siganding turunan dari Debata Jujungan. Lahirpula perempuan yakni : Boru Nan Bauraja Borusarungsungan permulaan jujungan. Dari Debata Balabulan lahir anak Tuan Dipapantinggi permulaan pedukunan dan kepahlawanan. Lahir pula dengan anaknya perempuan dengan nama Narudangulubegu yakni permulaan keramat. Setelah mereka menjadi
Universitas Sumatera Utara
besar Mulajadi Nabolon menyuruh Leangleangmandi menyampaikan pesan kepada Manukmanuk Hulambujati, agar diberikan Siboru Deakparujar menjadi isteri Siraja Odapodap, Nan Bauraja menjadi isteri Tuan Dihurnijati dan menjadi isteri Raja Padoha. Tetapi setelah pesan itu disampaikan Leangleangmandi kepada mereka masiang-masing mereka berdalih dan menolak kepada yang dijodohkan itu masing-masing. Karena mereka berpegang terhadap keamauan dan keyaan dari Siboru Deakparujar. Siboru Deakparujar meminta kapas tiga gumpal dari Mulajadi Nabolon untuk dijadikan menjadi benang. Katanya apabila itu dapat menjadi kain (ulos) ia akan menerima perjodohannya kepada Siraja Odapodap. Tetapi urutannya itu masih tetap sebesar pinang muda.patutlah demikian karena yang dipintal malam hari, pagi-pagi ditanggali, yang ditenun pada siang hari ditanggali pula pada malam hari. Kemudian Mulajadi Nabolon dan Leangleangmandi datang, nampaknyalah urutan yang ditenun Siboru Deakparujar, masih tetap sebesar pinang muda. Karena itu dicampakknnya lahurutan (gulungan benang) itu ke halaman Batara guru, maka terbenam sangat dalam, tak dapat ditarik dari tempat itu. Maka gunda-gulanalah hati Siboru Deakparujar lalu minta tolong kepada Mulajadi Nabolon. Mulajadi Nabolon bersabda kepada Siboru Deakparujar, Ambillah tongkatku tudu-tudu tualang nabolon itu. Pacaklah itu dekat urutanmu itu, lalu tarik denagn hati-hati. Maka Siboru Deakparujar melakukan demikian, nyatanya urutan itu semakin dalam terbenam. Walalupun demikian ujung benang masih melekat pada alat pemintalannya. Jatuhlah urutan itu, tanggal ke bawah dipegang Siboru Deakparujar melayang-layang di banua tonga di atas air. Maka terpacaklah batu inti itu bersama tongkat tudu-tudu tualang nabolon ke laut, dan itulah menjadi tempat berpijak Siboru Deakparujar kemudian dinamai Sipitu tanduk sisia ulu. Maka sendirilah Siboru Deakparujar bagaikan kayu sebatangkara, seperti pohon tandiang tumbuh di pulau berpisah dari banua ginjang. Siboru Deakparujar menjadi kesunyian, tidak dapat melihat segala sesuatu karena gelapnya untuk mencari urutan yang terbenam. Ia berpesan kepada Leangleangmandi agar memberikan terang padanya mencari urutan itu. Mulajadi Nabolon mengabulkan permintaan itu maka ditempahlah bulan. Walaupun bulan telah ditempah Mulajadi Nabolon , belum mencukupi menerangi sekitar Siboru Deakparujar. Dipanggillah Leangleangmandi lalu berkata : kasihanilah aku Leangleangmandi, Mulajadi Nabolon telah mengabulkan permintaanku, bulan itu ditempah menerangi sekitarku, akan tetapi masih belum cukup terang untukku untuk mencari urutanku. Tolonglah sampaikan permintaanku ini, agar dibuat terang yang lebih besar untukku untuk mencari urutan itu yang terbenam kelaut yang dalam.
Universitas Sumatera Utara
Mulajadi Nabolon menempa bintang-bintang penuh disekitar agar Siboru Deakparujar memperoleh terang mencari urutan yang terbenam itu. Walalupun demikian terang bintang-bintang itu masih belum cukup menerangi penglihatan Siboru Deakparujar. Karena itu ia berpesan kepada Leangleangmandi agar Mulajadi Nabolon membuat yang lebih besar lagi. Mulajadi Nabolon mengabulkan permintaan Siboru Deakparujar maka ditempahlah mata hari, menjadi teranglah sekitar Siboru Deakparujar. Tetapi walaupun demikian Siboru Parujar belum mau kembali ke banua ginjang. Karena hanya dalih saja semuanya itu untuk mencari urutan yang hilang. Maka Mulajadi Nabolon menyuruh Leangleangmandi Untunguntung Nabolon, menjemput Siboru Deakparujar kembali ke banua ginjang. Tetapi ia tidak mau, karena ia tahu akan kesalahannya, lebih baiklah ia bersembunyi, karena ia jijik kepada Siraja Odapodap, Siboru Deakparujar berkata kepada Leangleangmandi : “saya tidak mau lagi pulang ke banua ginjang lebih baik saya di bawah ini”. Tetapi kasihanilah saya tolonglah minta tanah kepada Ompunta Mulajadi Nabolon, agar kutempa menjadi tempatku dibawah ini. Leangleangmandi menyampaikan permintaan itu, akan tetapi tidak dikabulkan Mulajadi Nabolon. Malahan Leangleangmandi makin disuruh tiga kali menjemput Siboru Deakparujar kembali ke banua ginjang. Tetapi karena Siboru Deakparujar sudah bertekad tidak mau lagi kembali ke banua ginjang maka Mulajadi Nabolon mengabulkan permintaan Siboru Deakparujar, lalu mengirim tanah sekepal. Kemudia Siboru Deakparujar menempa tanah sekepal itu, di atas air laut itu. Setepuk ditepap makin bertambah lebarnya dan tebalnya. Jika sepagi menempa, perjalanan seharilah lebarnya. Jika dua hari ia menempa, selama perjalanan dua harilah lebarnya. Demikian diteruskan Siboru Deakparujar menempa, sampai tanah itu cukup lebar. Akan tetapi setelah Mulajadi Nabolon melihat tanah yang ditempa Siboru Deakparujar itu, maka ia menyuruh Leangleangmandi menjemput Siboru Deakparujar pulang kembali ke banua ginjang. Sudah puas hatinya akan tanah yang ditempanya itu, lagi dia sudah rindu pada aku, kata Mulajadi Nabolon. Padahal Siboru Deakparujar masih tetap mengelak menolak, untuk dibawa ke banua ginjang. Karena itu Mulajadi Nabolon menyuruh Raja Padoha menjumpai Siboru Deakparujar, kiranya mau kembali ke banua ginjang. Akan tetapi Raja Padoha berdalih, karena Siboru Deakparujar bukan tunangannya. Maka dikatakan Mulajadi Nabolon kepada Raja Padoha ; “ berangkatlah engkau, tetapi jangan ganggu dia. Tetapi goyang-goyanglah tanah yang ditempahnya itu, supaya rubuh, sehingga dia bosan, mudah-mudahan karena itu ia mau ke banua ginjang.
Universitas Sumatera Utara
Leangleangmandi membawa Raja Padoha ke banua tonga. Ditempat yang jauh Leangleangmandi menurunkan Raja Padoha, agar jangan nampak oleh Siboru Deakparujar, Leangleangmandi lalu kembali ke banua ginjang. Raja Padoha mengoncang tanah tempaan iitu maka rubuhlah semua: Siboru Deakparujar terkejut dan menggigil. Darahnya tersirap, hatinya gelisah. Kalangkabutlah ia berpegang kepada tunggul Sipitu Tanduk Sisia Ulu sambil menengok ke sekitar, karena Raja Padoha masih terus menggoncang air itu. Laut itu cukup terguncang dan tanah itu pun rubuh, kerena kekuatan Raja Padoha. Siboru Deakparujar bertanya-tanya dalam hatinya. Apa gerangan sebabnya mengapa terjadi damikian. Berdirilah dia di atas tunggul itu, sambil memanggil : O. . Leangleangmandi Untunguntung Nabolon, sahutilah aku dahulu, karena saya tidak tahu semuanya ini. Lalu Mulajadi Nabolon menyuruh Leangleangmandi untuk menjumpai Siboru Deakparujar, apa yang hendak kau katakan kepadaku, maka engkau panggil ! kata Leangleangmandi. Aku memanggilmu karena tanah yang kutempa itu berubuhan, saya tidak tahu apa sebabnya maka demikian. Kini kuharapkan murah hatimu, untuk menjemput sekepal tanah kepada Ompunta Mulajadi Nabolon, agar kutempat balik tanah itu untuk tempatku. Kemudian Leangleangmandi kembali ke banua ginjang menyampaikan permintaan Siboru Deakparujar kepada Mulajadi Nabolon, dan kemudian tanah sekepal itu dikirimkan dibawa Leangleangmandi diberikan kepada Siboru Deakparujar, lalu mengulangi menempanya kembali dan tanah tempatan itu untuk kembali. Arkian pada satu malam Raja Padoha merangkak untuk menemukan Tongkutongku Sipitu Tandu Sisia Ulu. Ia memegang erat tunggul itu lalu menggoncangnya, maka terjadilah gempa. Siboru Deakparujar menjadi murung : siapa gerangan yang merusak tanah ini kembali pikirnya dalam hati. Siboru Deakparujar dengan pandangan tembusnya, maka dapat melihat siapa yang mengguncangkan-menggoyang tanah itu lalu berkata : siapa engkau yang selalu merusak tanah ini, rupanya tanganmu sangat gatal. Yah, akulah ini Raja Padoha yang mempunyai kuasa menggoyang alam, mengguncang air dilautan, sahutnya. Sambil berkata kepada Siboru Deakparujar: mengapa engkau terus tinggal disini, karena Leangleangmandi sudah mondar-mandir menjemputmu kembalu ke banua ginjang untuk dijodohkan pada Siraja Odapodap. Kemudian Siboru Deakparujar menjadi merah dan berkata: rias pun di atas, batangnya di bawah, dipaksa pun ke atas dicampakkan ke bawah, bagaimanapun saya tidak mau dijodohkan pada Siraja Odapodap. Pekerjaanku inilah yang paling penting bagiku. Lalu memanggil Leangleangmandi, menjemput sirih kepada saudaranya Nan Bauraja dan Narudung Ulubegu masing-masing satu katup. Leangleangmandi pergi menjemput sirih itu, lalu dibawa diberikan kepada Siboru Deakparujar maka ia menjadi cantik dan perkasa. Lalu menyemburkan air sirih itu, tepat kepundak Raja Padoha dan melihat bibir Siboru Deakparujar yang merah cantik menarik serta kilauan gigi Siboru Deakparujar maka Raja Padoha lalu bertanya apa itu gerangan agar diberikan keapdanya. Siboru Deakparujar lalu menyahut : itu adalah minyak wangi untuk membaikkan jantung membuat hati sehat dan untuk kesegaran bernafas. Itu adalah
Universitas Sumatera Utara
salah satu dari kelebihan putri raja yang menjadi pertanda kesopanan dan perilaku adat. Jika demikian maksudnya, harap diberikan juga padaku, karena saya sendiri adalah anak raja juga, agar aku dapat bersikap sopan dan santun dan berperilaku adat istiadat kata Raja Padoha. Baiklah ujar Siboru Deakparujar, jika engkau menginginkan itu, satu syarat yang harus dipenuhi yaitu apa yang saya katakan harus engkau penuhi. Syarat itu adalah bahwa engkau harus kupasung dahulu, agar itu dapat kuberikan kepadamu. Jika engkau mengharapkan yang lebih baik untuk diberikan, engkau harus kupasung lebih dahulu mulai dari kaki, pinggang sampai dengan tanganmu. Memperhatikan kecantikan Siboru Deakparujar, maka timbul dalam hati Raja Padoha untuk menyampaikan hasrat hatinya dan katanya : engkau telah menolak Siraja Odapodap bagaimana jika kita berdua menjadi suami isteri di sini. Mendengar itu Siboru Deakparujar menjadi benci terhadap Raja Padoha, tapi tidak ditunjukkan dengan kata-kata dan berpikir lalu berkata : permintaanmu peratma agar engkau semakin cantik. Apapun yang engkau katakan akan saya setujui sahut Raja Padoha karena pikirnya dalam hati Raja Padoha karena pikirnya dalam hati, jika hanya pasungan seperti yang sikatakannya itu kulakukan dengan sangat mudah untuk kuremukkan. Setelah itu Siboru Deakparujar menyuruh Leangleangmandi untuk meminta pasungan besi dari Mulajadi Nabolon dan memberitahukan maksud Raja Padoha. Mulajadi Nabolon menjadi murka akan maksud Raja Padoha, lalu mengirim pasungan. Raja Padoha itu sendiri yang memasukkan pasungan itu padanya, karena keinginan akan permintaan segera dikabulkan Siboru Deakparujar. Siboru Deakparujar berkata kepada Raja Padoha, cobalah dahulu untuk merusak pasungan itu dengan cara kekuatannmu sendiri agar permintaanmu dikabulkan. Pikiran Siboru Deakparujar adalah untuk mengetahui apakah Raja Padoha mempunyai kekuatan, Raja Padoha merusak pasungan. Memang oleh Raja Padoha pasungan itu benar-benar masih dapat dirusak. Siboru Deakparujar menjadi murung, lalu meminta ulang kepada Mulajadi Nabolon yaitu rantai yang ditempa dari besi baja. Maka dibawalah itu oleh Leangleangmandi ke banua tengahdan dirantaikan kepada Raja Padoha, ditambatkan pada tunggul Sipitu Tanduk, Sisiaulu sangat ketat. Siboru deakparujar meminta raja padoha melepaskan diri dari ikatan rantai itu dengan jalan merusak, tetapi Raja Padoha tidak mampu lagi dan tidak berkutik. Hal Siboru Deakparujar, berikanlah apa yang saya minta itu. Ya, harap bersabar sebentar ujar Siboru Deakparujar. Kemudian Siboru Deakparujar meminta lagi tujuh kepal tanah dari Mulajadi Nabolon, dan ditempanya di atas Raja Padoha. Maka makin lebarlah tanah itu dan semakin tebal, sehingga Raja Padoha semakin dibenamkan ke bawah tanah tempaan semula. Raja Padoha lalu berkata : nampaknya engkau semakin tersembunyi dari penglihatanku wahai putri rajaku, apa kiranya engkau perbuat terhadapku. Ya memang benar, karena engkau adalah jahat terhadapku. Karena engkau rusaki
Universitas Sumatera Utara
tanah yang kutempa, dan apalagi yang hendak engkau katakan padaku, ujar Siboru Deakparujar. Kerahkanlah semua kekuatan hai engkau Raja Padoha untuk melepaskan diri dari ikatan itu. Raja Padoha menghimpun semua kekuatannya untuk menggoncang tanah itu dan berseru : akan kugoncang tanah tempaanmu ini. Sudah kusukulkan engkau kepada pangkal Tunggul Tualang Nabolon Sipitu Tanduk, Sisia Ulu. Maka hati Raja Padoha menjadi mengkal murung karena ia tidak dapat berbuat banyak, mengguncang tanah itu lagi dia telah diikat ketat pada tunggul kayu tongkat Mulajadi Nabolon. Maka sejak itu tanah yang ditempah Siboru Deakparujar tidak akan dapat rubuh lagi, hanya karena terbang sajalah yang membuat jurang dalam, tebing curam, dan lembah-lembah bergunung dan berbukit-bukit. Setelah tanah ini selesai ditempa Siboru Deakparujar dengan dataran rendah yang luas tetapi masih telanjang belum ada tumbuh dan lain-lainnyya itu, maka Siboru Deakparujar meminta Leangleangmandi Untunguntung Nabolon : O. . Leangleangmandi Untunguntung Nabolon, selesai sudah tanah itu saya tempa, tetapi tidak tertahankan dinginnya karena tidak ada tempat untuk pemukiman. Karena itu tolonglah minta dahulu kepada Mulajadi Nabolon, tumbuh-tumbuhan pada tanah itu. Kemudian Leangleangmandi Untunguntung Nabolon memberitahukan permintaan itu kepada Mulajadi Nabolon dan Mulajadi Nabolon menugasi Bataraguru untuk membuat segala benih dari tumbuh-tumbuhan, yang terbang dan semua kehidupan bergerak di dalam satu karung. Karung itu ditutup Bataraguru lalu berkata kepada Leangleangmandi : nah bawalah ini kepada Siboru Deakparujar, dengan satu syarat tidak boleh engkau buka ditengah jalan dalan perjalanan. Jika hal itu engkau lakukan engkau akan kena hukum. Sampaikanlah demikian kepada Siboru Deakparujar, dan katakanlah kepadanya :"bukalah karung ini, tetapi lebih dahulu kembangkan tikar disekitarnya dan kamu tidak boleh takut melihatnya apa saja yang keluar dari dalam karung ini”. Kemudian hal itu disampaikan Leangleangmandi Untunguntung Nabolon akan karung itu beserta semua pesan kepada Siboru Deakparujar. Siboru Deakparujar membuka karung itu, lalu beerlompatan sajalah apa saja dari dalamnya yaitu : benih segala benih jenis binatang melata dan benih hewan berkaki. Segala jenis binatang bersayap dan segala macam yang tumbuh di banua tonga. Menengok yang timbul itu seluruhnya, Siboru Deakparujar menjadi heran dan segala yang bergerak kesemuanya itu bertambah besar dan bertambah panjang. Seluruhnya itu masing-masing ada jantan dan ada betina. Kayu-kayu di hutan semakin besar yang dapat dibuat menjadi perkayuan untuk tempat tinggal Siboru Deakparujar, dan bernama Batakna. Dan yang memberitahukan waktupun ada juga yang ditempa itu yakni : Manuk pidong ambaroba memberitahukan hari, Sihosari memberitahukan watu zuhur, Sese memberitahukan watu senja, Sosoit araroma memberitahukan watku tahunan. Sebab itu hati siboru deakparujar menjadi riang bermukim di tanah ini. Hanya satu yang disedihkan karena belum ada temannya untuk mufakat mengerjakan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
Hanya dia sendirilah yang sendirian berjalan diatas tanah itu. Kemudian Mulajadi Nabolon memandang tanah yang ditempa itu sudah indah dan ramai pada penglihatan. Oleh karena itu ia menyuruh Leangleangmandi Nabolon memanggil Siboru Deakparujar kembali ke banua ginjang, karena diketahui-Nya sudah bahwa Siboru Deakparujar kesunyian di banua tonga. Akan tetapi Siboru Deakparujar berujar kepada Leangleangmandi : sampaikanlah keapda Ompunta Mulajadi Nabolon, tidak perlu lagi bagi saya kembali ke banua ginjang, lebih baiklah saya tinggal di tanah ini, baru setelah puas hatiku akan datang kemudian ke banua ginjang. Leangleangmandi menyampaikan pesan itu kepada Mulajadi Nabolon. Karena itu Mulajadi Nabolon bersabda kepada Siraja Odapodap : saya suruh sudah Leangleangmandi untuk menjemput Siboru Deakparujar, tetapi dia masih tetap tidak mau. Kini berangkatlah engaku mendatangi dia, tetapi tidak boleh engkau terus mendekatinya, kaerna berangsur-angsur kemudain, kalian akan saling menyayangi, karena sudah menajdi keharusan bahwa laki-laki akan terpadu kepada hati tunangannya agar menajdi suami isteri. Leangleangmandi lalu membawa Siraja Odapodap sekitar banua tonga, pada satu tempat yang agak jauh dahulu, sesuai dengan pesan Mulajadi Nabolon, agar tunangannya itu jangan terus takut. Pada suatu hari Siboru Deakparujar berjalan-jalan diatas sisik tanah itu, sambil memandang kesekitar melihat keindahan segala sesuatu yang tumbuh itu. Arkian nampaknyalah bekas tapak kaki yang seupa dengan tapak kakinya, lalu ia merenung dan berpikir dalan hatinya :” siapa gerangan orang yang berlalu dari sini tanpa sepengetahuanku”. Karena tak seorangpun tempat bertanya didiamkannya saja berpikir dari mana datangnya bekas tapak kaki itu. Tetapi setelah ia biasa melihat bekas tapak kaki itu, dia mengharapkan agar melihat orang yang mempunyai bekas kaki tersebut. Hatta dengan tidak disangka-sangka mereka bertemu, lalu Siraja Odapodap menyapa tunangannya itu : “ rupanya engkau berada di sini. Engkau telah ditakdirkan menjadi jodohku”. Siboru Deakparujar lalu menyahut : “Tidak, jika ada yang tidak cocok, engkaulah orangnya “. “ tujuh tahun sebenarnya sudah cukup lama dan membosankan, lebih dari itu sepuluh tahun sudah aku lama menanti, ujar Siraja Odapodap. Siboru Deakparujar menjadi masgul, karena ia lebih canti dari Siraja Odapodap, lalu ia memanggil Leangleangmandi dan ujarnya : “bawalah saya ke banua ginjang, karena saya sudah rindu kepada ayahku Bataraguru”. Leangleangmandi lalu menjawab: “ah, aku tidak boleh membawamu ke banua ginjang sebelum saya betanya kepada Mulajadi Nabolon. Mulajadi Nabolon berseru kepada Leangleangmandi : selama ini, aku memanggil ia kembali ke banua ginjang, hatinya berhasrat tetap tinggal di banua tonga. Biarkanlah dia tetap disitu. Baik tidak engkau bawa akan dia, apabila engkau bawa, engkau akan kena hukuman dari Ku”. Leangleangmandi meneruskan pesan itu kepada Siboru Deakparujar, dia termenung sambil berpikir, rupanya hal ini sudah menjadi nasibku.
Universitas Sumatera Utara
Siraja Odapodap berkata : jangan engkau bersedih bahwa apa yang di jijiki itu adakalanya dapat disayangi, karena apabila sudah jodoh tak dapat terelakkan. Siboru Deakparujar lalu menangis berseru kepada Leangleangmandi untuk menyampaikan pesan. Katakanlah Mulajadi Nabolon merestui perkawinan saya dengan Siraja Odapodap, karena takdir tak dapat terelakkan. Konon Mulajadi Nabolon bersabda : “biarlah dia memberkati dirinya, karena bukan karena sabdaku maka ia mau, karena tidak ada lagi jalan lain maka ia berkata demikian. Tetapi walaupun demikian bukan berarti bahwa mereka tidak berkembang biak dan sejahtera.” Akan tetapi ia akan kena hukum karena perbuatannya selama ini”. Siboru Deakparujar berseru kepada Leangleangmandi : jika saya harus kena hukumjuga, aku tetap mengela tidak mau kawin dangan Siraja Odapodap’. Tetapi apabila Ompunta Mulajadi Nabolon memberitahukan apa bentuk hukuman itu, agar saya dapat menentukan sikap untuk mengiyakan. Diberitauhukanlah hal itu kepada Mulajadi Nabolon oleh Leangleangmandi maka ia berpesan untuk menyampaikan kata : yaitu engkau akan bersusuah payah, dan engkau akan berkeringat untuk mencari makanmu. Setelah mereka sudah menjadi suami isteri di banua tonga dan setelah tiba saatnya Siboru Deakparujar pun hamil, lalu meminta tawar perselisihan dan berkat tuah yang agung serta tawar mula jadi. Leangleangmandi meberikan itu kepada Siboru Deakparujar dan diselipkannya pada kain sanggulnya. Kemudian Mulajadi Nabolon berkata kepada Lengleangmandi : katakanlah kepada Siboru Deakparujar, kandunganmu itu sudah lahir dan itu baru untuk sanggul-sanggul untuk tanah yang ditempanya. Mengetahui itu Siboru Deakparujar berdiam diri karena masgulnya. Berselang beberapa hari, Siboru Deakparujar melahirkan kandungannya, tetapi seperti bulatan, tidak berkaki, tidak bertangan dan tidak berkepala, maka ia menjadi terbingung karenanya. Diberitahukanlah kejadian itu kepada Leangleangmandi, agar disampaikan kepada Mulajadi Nabolon, bahwa yang lahir itu sejak lahir sudah dalam keadaan mati. Leangleangmandi menyampaikan pesan itu dengan kata : ya Ompung, pesan Siboru Deakparujar, kini Surat Siundang yaitu Surat Silogologo, hukum yang tidak sampai di kampung dan manusia yang tidak pernah terjadi. Apakah bulatan ini gerangan tidak berkepala, tidak bertangan dan tidak berkaki. Kemudain Mulajadi Nabolon bersabda itu tidak apa-apa, tetapi hendaklah ditanam, seperti yang kukatakan kepadanya. Tetapi setelah tujuh hari tujuh malam, bulatan itu berputar dan timbuh menjadi rerumputan, tulangnya menjadi batu, dagingnya menjadi tanah liat dan darahnya menjadi mineral. Pada suatu hari Siboru Deakparujar hamil, maka lahirlah anaknya kembar satu laki-laki dan satu perempuan. Nama anak laki-laki Siraja Ihat Manisia atau Tuan Mulana dan itulah permulaan manusia. Nama anak perempuan Siboru Ihat Manisia itulah asal-usul ibu manusia. Setelah anaknya yang dua itu besar Siboru Deakparujar memesankan kepada Leangleangmandi, agar keluarganya dari banua ginjang datang untuk turut bergembira serta merestui anaknya yang dua itu. Kemudian datanglah Mulajadi Nabolon, Debata Sori, Debata Asiasi, turun dari banua ginjang, langit dari parlangitan, melalui benang urutan Siboru Daekparujar. Mereka tiba dipuncak Gunung Pusuk Buhit, dan situlah ke tempat
Universitas Sumatera Utara
permulaan manusia yaitu Sianjurulamula-Sianjurmulajadi-Sianjurmulatompa, membelakangi jauh dan berhadapan dengan Toba, berpancuran gelang, bertapian jabijabi, untuk bercuci muka di pagi hari dan untuk bercuci diri di malam hari. Itulah yang dihimpit dua cabang lautan tempat berpijak Dolok Pusuk Buhit. Yang menjadi tempat keramat Nalaga yang tidak boleh dilalui dan tidak boleh bercela. Setelah Mulajadi Nabolon tiba di tempat Siboru Deakparujar lalu memberkati mereka. Maka diukirlah ke dalam hati mereka apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dan diberitahukan juga jalan atau cara apa yang dapat ditempuh oleh manusia untuk berhubungan dengan Mulajadi Nabolon di banua ginjang adalah dengan sajian (sesajen) dan dengan benda yang sangat berharga (homitan). Barang homitan yang paing berharga untuk berhubungan dengan Mulajadi Nabolon adalah kuda Sihapaspili. Dan sesajen kepada Mulajadi Nabolon, lepat dua takaran, daun kemangi dan sirih kembang. Kepada Debata Sori, jeruk purut dan tuak dalam sawan kembang. Mulajadi Nabolon bersabda : “ Jika kau sekalian penghuni banua tonga hendak berhubungan dalam persekutuan dengan kami penghuni banua ginjang, semua milikmu dan sesajen yang hendak dipersembahkan harus bersih kamu perbuat”. Maka itulah permulaan yang menjadi dasar hodadebata diurapi manusia. Setelah genap seluruhnya diaturkan mulajadi nabolon lalu naik ke Dolok Pusuk Buhit hendak kembali ke banua ginjang. Karena kaki Sidebata Asiasi timpangtimpang tinggallah ia dibelakang bersama Raja Inggotpaung. Siboru Deakparujar dengan Siraja Odapodap urut juga kembali ke banua ginjang, setelah anaknya yang dua itu Siraja Ihat Manisia dan Siboru Ihat Manisia dititipkan kepada Debata Asiasi dan Raja Inggotpaung. Pada saat mereka hendak naik ke banua ginjang, anaknya yang dua itu terus menatapnya ingin turut serta, tetapi karena tali itu terus diputuskan maka tidak jadi dan tali yang diputuskannya itu berterbangan keseluruh penjuru desa yang delapan. Sejak itu hanya Batunanggarjati jalan ke banua ginjang dan Debata Asiasi menjadi penghubung antara banua tonga dengan banua ginjang pergi bolak-balik berulang-ulang. Setelah cukup lama Siraja Ihat Manisia berputera tiga orang yaitu: “Siraja Miokmiok, yang sulung, Patundalnabegu anak kedua dan Ajilapaslapas anak yang bungsu. Setelah anaknya yang tiga itu besar, ayahnya menyuruh mereka menebang kayu yang sangat besar. Setelah pohon itu tumbang, anak bungsu itu memilih pangkalnya untuknya. Tetapi Siraja Miokmiok menolaknya dan katanya : “ padakulah pangkalnya karena akulah anak sulung”. Tidak ada persesuaian mereka bertiga terus cekcok untuk memperebutkan kayu itu. Akhirnya mereka meminta pertimbangan ayahnya lalu memutuskan hukumnya : siapa yang duluan lahir, itulah pemilik kayu yang duluan tumbuh dan padanyalah pangalnya karena pangkalnya yang lebih dahulu tumbuh dari pada ujungnya. Patundalnabegu dan Ajilapaslapas, merasa tidak senang maka berangkatlah keduanya ketempat jauh abangnya dan mencari tempat masingmasing. Siraja Miokmiok berputera satu orang yaitu Engbanua. Dan Engbanua
Universitas Sumatera Utara
berputera tiga orang yaitu : Siraja Ujungace, Siraja Lapungjau dan Siraja Bonangbonang. Siraja Bonangbonang, berputera seorang yaitu Raja Tantan Debata yang beranakkan Siraja Batak. Siraja Batak berputera seorang yaitu : Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon. Setelah mereka berdua beristeri mereka meminta kepada ayahnya : Ayahanda, apakah bagian yang hendak ayah berikan kepada kami, yang menandakan bahwa kami adalah anakmu. Ayahnya lalu menjawab : “ Apa yang ada padaku itulah kalian bagi”. Sahut annaknya berdua : Baik ya ayah, tetapi yang kami minta bukan hanya itu, ayah berikan kepada kami yang belum kami lihat dan yang belum kami ketahui. Permintaan kamu berdua tidak dapat saya sediakan tetapi baiklah kita bersama meminta kepada Mulajadi Nabolon. Lalu mereka mengambil ayam lahibini memberi sesajen kepada Mulajadi Nabolon dan Debata Natolu. Maka berdoalah Biraja batak : kupanggil, kupinta kesucian guruku Debata Natolu, tiga diri, tiga kuasa diri tempat kemuliaan Ompu Raja Mulamula, Ompu Raja Mulajadi, Mulani Dindang, Mulani Sahala, Siuntunguntung Nabolon, Sileangleangmandi, Siraja Indainda, Siraja Indapati, menjunjung pinggan saat tengah hari, ringan langkah, suka menjemput, tangkas dan bijak meminta, pandai bicara, bijak mendengar membuka segala pintu, mengintari langitan, membuat embun pagi, penerus persembahan Ompunta Mulajadi, Ompu Balematabun pada kerbau betina. Turunlah ya Ompung dari banua ginjang, dan atas segala kemuliaan dari embun yang tujuh lapis dan langit yang tiga bulatan. Turunlah ya Ompung ambit mula tiar, tiar mula menang, niat mula ingat, dendang mula dadu, tortor mula ada gendang. Ompung Mulajadi Nabolon berikanlah, kuasa tuah, kuasa kerajaan untuk anakku yang dua ini yang dapat dijadikan titian untuk kesehatan dan kesejahteraan. Kemudian Diraja batak berdoa pula terhadap debata Natolu. Kemudian setelah itu, Mulajadi Nabolon mengirim dua balunan Surat Batak : pada balunan pertama Surat Agung atau Buku Agung dan itulah bagian dari Guru Tatea Bulan, berisikan ketabiban-kegagahan/ keperkasaan, persilatan dan kegaiban. Pada balunan kedua Surat Tumbaga Holing itulah bagian Raja Isumbaon berisikan kerajaan atau pemerintahan, hukum, pertanian perdagangan dan pengetahuan alam.
Demikianlah mitologi Siboru Deakparujar yang menajdi sumber budaya suku Batak Toba dan dikelang-kelangnya terdapat ceritera tersendiri merupakan interplasi seperti cerita mengenai perkawinan antara Tuan Dihurnijati dengan Nan Bauraja. Walaupun sedikit melenceng dari mitologi asal-usul manusia karena dalam tahap ini yang disinggung adalah mitologi asal-usul dewa. Dan juga mengenai perkelahian antara bulan dengan matahari. Tentang matahari tujuh
Universitas Sumatera Utara
anaknya, menjadi delapan dengan induknya, maka terangnya adalah delapan kali lipat dari matahari sekarang. Tentang bulan namanya sesuai dengan lakunya yaitu bulan sabit, bulan purnama dan lain-lain. Tentang bintang tidak terhitung banyaknya kelip kelip kemilau dimalam hari. Bintang yang dikenal adalah bintang hala, sijombut, sigaraniapi, sidondong, siala pariama, siala sunsang, marihur, martimus binsu, bosma, sori dan lain-lain. Dimana pada saat itu matahari bersinar dengan anak-anaknya tidak tertahankan oleh manusia bekerja di bumi pada siang hari, kerena itu mereka hanya dapat bekerja di malam hari terutama pada terang bulan. Bulan merasa kasihan melihat manusia bekerja di malam hari, karena itu dia turun ke bumi lalu bercakap-cakap dengan manusia yang sedang bekerja pada malam hari itu. Bulan mencari akal menolong manusia, lalu meminta sirih untuk dimakan. Setelah memakan sirih bibir menjadi cantik dan kembali naik ke langit. Kemudian bulan berjumpa dengan matahari lalu matahari bertanya kepada bulan, mengapa bibirnya begitu cantik. Bulan menjawab, bibirnya merah, karena ia memakan anak-anaknya bintang-bintang. Padahal bintang-bintang anak bulan itu telah dimasukkan lebih dahulu dalam karung. Kata bulan pada matahari : “jika engkau mau cantik makanlah anakmu yang tujuh itu”. Karena matahari terpengaruh akan kecantikan maka ia memakan anak-anaknya itu. Setelah anakanaknya dimakan matahari bibirnya tidak merah-merah, karena hal itu adalah tipuan bulan untuk menolong manusia. Mitologi yang dipaparkan sebelumnya adalah sebagaian kecil dari versiversi lain mitologi Batak Toba. Karena begitu banyak versi, penulis hanya memilih sebagian saja, yaitu versi yang dianggap cukup kuat untuk membuktikan bahwa dulu sebelum mengenal agama, mitologi masih dipercaya masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Batak Toba. Tentunya versi yang diambil adalah versi yang mengungkapkan mitologi (bukan kenyataan, tetapi mistis), dan juga bukan asal-usul penyebaran masyarakatnya tetapi versi cerita mitologinya. Begitu banyak versi mitologi Batak Toba yang ada, sehingga banyak yang berpendapat bahwa sumber informasi hanya ingin menonjolkan status marganya saja dengan menempatkan nenek moyang marganya sebagai tokoh utama dalam cerita mitologi. Dengan tujuan inilah muncul berbagai versi tokoh utamanya berbeda-beda. Tetapi cerita mitologi yang sudah dipaparkan sebelumnya dianggap penulis sebagai cerita yang netral tanpa memihak tokoh-tokoh tertentu.
Universitas Sumatera Utara