BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MEISHI, KEISHIKI MEISHI DAN SEMANTIK
2.1 Meishi (名詞) 2.1.1 Pengertian Meishi Dilihat dari huruf kanjinya kata meishi terdiri dari dua huruf kanji, yaitu yang pertama adalah huruf kanji 名 yang dibaca mei, dan na yang berarti nama. Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah huruf kanji 詞 yang dibaca shi yang berarti kata. Jadi meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai ciriciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007:34). Menurut Sultan Takdir Alisyahbana (1986 : 79) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Indonesia, menyatakan : “Kata benda adalah nama daripada benda atau segala sesuatu yang dibendakan”. Kata benda ini biasanya dapat berfungsi sebagai subjek, atau objek dari klausa. Kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal lain yang dibendakan dalam alam di luar bahasa (Kridalaksana dalam Sudjianto, 1996 : 34) Berikut ini beberapa defenisi dan pendapat mengenai meishi : Dalam buku Nihongo Bunpo Keitairon (Suzuki, 1972 : 188) dikatakan bahwa, 単語の中には人や物や生き物、場所や時を指しめを物があります。 この様な単語のことを名詞といます。
Universitas Sumatera Utara
Tanggo no naka ni wa hito ya mono ya ikimono, basho ya toki o sashime o mono ga arimasu. Kono youna tango no koto o meishi to imasu. ”Kata yang menunjukkan waktu, tempat, mahluk hidup, benda dan orang. Kata yang seperti ini disebut dengan meishi” Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa meishi adalah kata yang menunjukkan nama, benda, tempat, waktu, orang dan lai-lain. Motojiro dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Sudjianto, 2004 : 156) mendefenisikan meishi berdasarkan ciri-cirinya, yaitu: 1. Meshi termasuk kelas kata yang dapat berdiri sendiri (jiritsugo) 2. Meishi tidak mengalami perubahan (konjugasi). Kata-kata yang termasuk kelompok nomina tidak mengalami perubahan misalnya ke dalam bentuk lampau atau pun bentuk negatif. 3. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat dan adverbia. Sehingga secara langsung dapat diikutu joshi (partikel) atau joudoshi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti joudoshi itu dapat membentuk sebuah bunsetsu. a. Meshi bila diikuti joushi (partikel) wa, ga, mo, dake, koso, atau sae dapat menjadi subjek. Contohnya: 彼だけ来ました。 Kare dake kimashita. (Hanya dia yang telah datang) 電車が来ました。 Densha ga kimashita.
Universitas Sumatera Utara
(Kereta telah datang) b. Meshi bila diikuti joshi (partikel) yo, diikuiti joudoshi (verba bantu) da, desu, rashii dapat menjadi predikat. Contohnya: これは桜だ。 Kore wa sakura da. (Ini adalah bunga sakura) 私は学生です。 Watashi wa gakusei desu. (Saya adalah pelajar) c. Meishi bila diikuti partikel o dapat menjadi objek. Contohnya : りんごを食べる。 Ringo o taberu. (Makan apel) d. Meishi bila diikuti joshi (partikel) ni, e, to, kara, atau de dapat menjadi keterangan (adverbia). Contohnya : 山へ登る。 Yama e noboru. (Naik gunung) e. Meishi bila diikuti joshi (partikel) no maka dapat menerangkan meishi yang lainnya. Contohnya :
Universitas Sumatera Utara
日本の歴史。 Nihon no reikishi (Sejarah Jepang) 4. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut juga taigen. 5. Meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda, tempat, orang, atau hal lain yang dibendakan baik benda konkrit maupun abstrak.
2.1.2 Jenis-Jenis Meishi Pendapat mengenai jenis meishi belumlah seragam. Diantaranya ada yang menyatakan bahwa meishi dibagi menjadi empat macam, tetapi ada pula yang membaginya menjadi lima macam. Seperti Murakami Motojiro dalam Sudjianto (2004 : 37), membagi meishi menjadi lima macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, suushi, dan keishiki meishi. Sedangkan Uehara Takeshi dalam Sudjianto (2004 : 37), membaginya menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi, suushi, dan keishiki meishi. Ia menganggap daimeishi berdiri sendiri sebagai satu kelas kata, tidak sebagai satu bagian dari meishi. Di pihak lain, Nagayama Isami menbagi meishi menjadi futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, dan suushi. Nagami Isami tidak memasukkan keishiki meishi sebagai salah satu jenis meishi, sebab ia mengelompokkan jenis itu ke dalam futsuu meishi. Sebenarnya sulit sekali memisahkan daimeishi dari kelompok meishi (nomina) sebab daimeishi memiliki karataristik yang sama dengan jenis meishi yang lainnya. Selain itu, keishiki meishi tidak dapat digolongkan ke dalam futsuu meishi, sebab di antara keduanya terdapat perbedaan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sudjianto (2004 : 38), dalam buku Gramatika Bahasa Jepang Modern, yang membagi jenis meishi ke dalam lima jenis, yaitu : 1. Futsuu Meishi (普通名詞) Futsuu meishi yaitu kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam meishi ini terdapat kata-kata sebagai berikut : a. Gutaitekina Mono (nomina konkret) Contoh: 学校 Gakkou: sekolah 海 Umi: laut b. Chuushoutekina Mono (nomina abstrak) Contoh: 幸せ Shiawase: kebahagiaan 時間 Jikan: waktu c. Ichi Ya Hougaku O Shimesu Mono (nomina yang menyatakan letak/ posisi/kedudukan dan arah/jurusan) Contoh: 右 Migi: kanan 東 Higashi: timur d. Settogo Ya Setsubigo No Tsuita Mono (nomina yang disisipkan prefiks dan/atau sufiks) Contoh: お金 Okane: uang
Universitas Sumatera Utara
お月さま Otsukisama: bulan e. Fukugou Meishi atau Fukugougo (nomina majemuk) Contoh: Asa + hi
朝日 Asahi: matahari pagi
Hito + bito 人々 Hitobito: orang-orang f. Hoka No Hinshi Kara Tenjita Mono (nomina yang berasal dari kelas kata lain) Contoh: Verba Hikaru: 光 Hikari (cahaya, sinar) Adjektiva-Samui: 寒さSamusa (dinginnya) 2. Koyuu Meishi (固有名詞) Koyuu meishi disebut juga nomina nama diri yaitu kata yang menyatakan nama suatu benda, nama barang, nama tempat, nama buku dan sebagainya. Contoh: 富士山 Fujisan/Fujiyama: gunung Fuji 東京大学 Tokyo Daigaku: universitas Tokyo 3.
Suushi (数詞) Suushi adalah nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau
kuantitas. Dalam bahasa Indonesia disebut numeralia. Kata-kata yang termasuk suushi ini antara lain: a. Suryou No Meishi (nomina yang menyatakan jumlah atau kwantitas) 1) Honsuushi (numeralia pokok) Diantaranya: Ichi
(satu)
Universitas Sumatera Utara
San
(tiga)
2) Honsuushi + Josuushi (numeralia pokok + kata bantu bilangan) Diantaranya: Sannin Yonmai
(tiga orang) (empat lembar)
b. Junjo No Suushi (numeralia tingkat) Diantaranya: Ichiban Daisan
(nomor satu) (ketiga)
4. Daimeishi (代名詞) Daimeishi adalah nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau arah. Daimeishi dipakai untuk menggantikan nama-nama yang ditunjukkan itu, dalam bahasa Indonesia berarti pronomina. Daimeishi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Ninshou Daimeishi (pronomina persona) Yaitu kata yang digunakan untuk menunjukkan orang sekaligus menggantikan nama orang itu. Terdiri dari: 1) Jinshou adalah pronomina persona yang digunakan untuk menunjukkan diri sendiri, dalan bahasa Indonesia dapat berarti pronomina persona pertama atau kata ganti orang pertama (si pembicara). Seperti watashi, ore, boku, dan ware. Contoh: 私は日本からまいりました。 Watashi wa nihon kara mairimasu. Saya datang dari Jepang.
Universitas Sumatera Utara
2) Taishou adalah pronomina persona yang digunakan untuk menunjukkan orang yang diajukan bicara, dalam bahasa Indonesia berarti pronomina persona kedua atau kata ganti orang kedua (lawan bicara/pendengar). Seperti anata, kimi, dan omae. Contoh: あなたはバスで行きましか。 Anata wa basu de ikimasuka. Kamu pergi dengan bus? 3) Tanshou adalah pronomina persona yang digunakan untuk menunjukkan orang yang menjadi pokok pembicaraan selain persona pertama dan persona kedua. Dalam bahasa Indonesia disebut pronomina persona ketiga atau kata ganti orang ketiga (orang yang dibicarakan). Contoh: あのかたはやさしです。 Ano kata wa yasashii desu. Orang itu ramah. 4) Futeishou adalah kelompok pronomina yang tidak tentu atau tidak pasti, digunakan untuk menyatakan nama orang, benda, tempat, atau arah yang ingin diketahui. Seperti donata atau dare. Contoh: あなたはだれですか。 Anata wa dare desuka. Kamu siapa?
Universitas Sumatera Utara
b. Shiji Daimeishi (pronomina penunjuk) Shiji daimeishi berbeda dengan ninshou daimeishi, di dalamnya hanya terkandung tanshou dan futeishou. Ninshou daimeishi dipakai untuk menunjukkan orang, sedangkan shiji daimeishi digunakan untuk menunjukkan
atau
menyatakan
benda
secara
umum
termasuk
tempat/lokasi dan arah. Berdasarkan benda yang ditunjukkannya, shiji daimeishi dibagi menjadi tiga kelompok yakni: 1) Jibutsu
Ni
Kasura
Mono
(pronomna
penunjuk
benda),
diantaranya: •
Kata kore (ini), digunakan untuk menunjukkan benda yang ada dekat dengan persona pertama.
•
Kata sore (itu), digunakan untuk menunjukkan benda yang ada dekat dengan persona kedua.
•
Kata are (itu), digunakan untuk menunjukkan benda yang ada jauh dengan persona pertama maupun persona kedua.
•
Kata dore (mana atau yang mana), digunakan pada waktu memilih salah satu benda diantara sejumlah benda yang ada.
•
Kata nani (apa), digunakan untuk menanyakan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara.
2) Basho Ni Kansuru Mono (pronomina penunjuk tempat), Diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
•
Kata koko (sini atau tempat ini), digunakan untuk menyatakan tempat atau lokasi di mana persona pertama berada.
•
Kata soko (situ atau tempat itu), digunakan untuk menyataka tempat yang agak jauh dari persona pertama dan menunjukkan tempat di mana persona kedua berada.
•
Kata asoko (sana atau tempat sana), digunakan untuk menunjukkan tempat/lokasi yang jauh baik dari persona pertama maupun persona kedua.
•
Kata doko (mana), dipakai untuk menyatakan tempat atau bagian yang tidak diketahui oleh persona pertama.
3) Houkou Ni Kansuru Mono (pronomina penunjuk arah) •
Kata kochira (sini atau arah ini), digunakan untuk menunjukkan arah dimana persona pertama berada.
•
Kata sochira (siti arau arah itu), digunakan untuk menunjukkan arah dimana persona kedua berada.
•
Kata achira (sana atau arah sana), digunakan untuk menunjukkan arah yang jauh dari persona pertama maupun pertsona kedua.
•
Kata dochira (mana atau arah mana/yang mana), digunakan untuk menanyakan satu pilihan diantara beberapa benda. Dapat dipakai untuk menanyakan keberadaan orang yang ingin diketahui.
5. Keishiki Meishi 『形式名詞』
Universitas Sumatera Utara
Meishi yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak kata-kata ini tidak memiliki arti yang sangat jelas bila tidak disertai kata lain. Contoh: もの Mono: hal, soal, perkara ところ Tokoro: waktu, hal, sedang
2.2 Keishiki Meishi (形式名詞) 2.2.1 Pengertian Keishiki Meishi Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang keishiki meishi: 1. Kikuo Nomoto dalam bukunya kata buku Kiso Nihongo Katsuyou Jiten (1988:7) dikatakan bahwa: Keishiki meishi adalah kata benda nominal, kata-kata dalam meishi yang telah kehilangan arti pokok asalnya, hanya dapat dipakai untuk menormalisasi kalimat yang mendahuluinya. 2. Bunkacho dalam bukunya Gaikokujin No Tame Kihongo Yorei Jiten (1980:10) dikatakan bahwa: 形式名詞は具体的な意味を表すことができない語で、いつもその意 味をはっきりさせるための修即語がついて用いられる語です。 Keishiki meishi wa gutaiteki na imi o arawasu koto ga dekinai go de, itsumo sono imi o hakkiri saseru tame no shuusokugo ga tsuite mochiirareru go desu. “Keishiki meishi adalah kata yang tidak dapat menyatakan arti yang nyata dan merupakan kata yang selalu digunakan untuk menyertai kata keterangan yang mempunyai arti.”
Universitas Sumatera Utara
3. UeheraTakeshi dalam Sujianto (2004:54) menyatakan bahwa keishiki meishi ialah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai dengan kata lain. Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa keishiki meishi adalah kata benda yang abstrak, tidak mempunyai arti yang jelas bila tidak disertai dengan kata keterangan lainnya dalam kalimat.
2.2.2. Jenis-Jenis Keishiki Meishi Takeshi dalam buku Gramatka Bahasa Jepang Modern (Sudjianto, 2004: 54-55) menyatakan bahwa kata-kata yang termasuk keishiki meishi jumlahnya terbatas, diantaranya adalah: 1.
とおりToori: sebagaimana, seperti Contoh: 言うとおりに働く。 Iu toori ni ugoku. Bergerak seperti yang dikatakan.
2. ところ Tokoro: waktu, hal, sedang, sesuatu Contoh: 今言うところです。 Ima iu tokoro desu. Sedang berbicara. 3. とき Toki: waktu, ketika, saat Contoh:
Universitas Sumatera Utara
家を出るときには、晴れていました。 Uchi o deru toki ni wa, harete imashita Pada saat keluar rumah, cuaca cerah. 4. こと Koto: hal, masalah, sesuatu Contoh: 何か相談したいことがありますか。 Nani ka soudan shitai koto ga arimasuka. Adakah hal yang ingin dibicarakan? 5. うち Uchi: sewaktu, selama, selagi, ketika Contoh: ひまなうちに部屋をそうじします。 Hima na uchi ni heya o souji shimasu. Selagi luang, membersihkan kamar. 6.
ため Tame: untuk, guna, demi, karena Contoh: あなたのためにした。 Anata no tame ni shita. Telah kulakukan untukmu.
7. はず Hazu: seharusnya, sebaliknya, semestinya, pasti, mesti Contih: 君はアメリカに長く住んでいたんだから、英語が巧 いはずです。
Universitas Sumatera Utara
Kimi wa Amerika ni nagaku sunde itan dakara, eigo ga umai hazu desu. Karena kamu telah lama tinggal di Amerika, seharusnya bahasa Inggrisnya lancar. 8. ほう Hou: lebih, pihak (dipakai sebagai perbandingan) Contoh: あなたのほうがせいがたかい。 Anata no hou ga sei ga takai. Kamu lebih tinggi dari dia. 9.
まま Mama: begitu saja, dalam keadaan, menurut Contoh: そのままでいいです。 Sono mama de ii desu. Baik dalam keadaan itu.
10. もの Mono: hal, soal, perkara Contoh: 実に困ったものだ。 Jitsu ni komatta mono da. Sungguh-sungguh perkara yang sulit.
2.2.3 Makna Kata Mono
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa jenis keishiki meishi di atas, maka pada sub bab ini akan dibahas tentang makna kata mono sebagai pokok pembahasan. Berikut ini defenisi yang terkandung dalam makna mono dalam kalimat bahasa Jepang. 1. Dalam Buku Gaikokujin No Tame No Nihongo Reibun Mondai Shirizu II (Keishiki Meishi) Menurut buku ini, makna mono dibagi menjadi 11 jenis, yaitu: 1. 一般的と考えられる概念とその当然の帰結を表す。 Ippanteki to kangaerareru gainen to sono touzen no kiketsu o arawasu. Menyatakan
kesimpulan
yang
dipikirkan
secara
umum
dengan
memberikan ide-ide atau konsep yang wajar. Contoh: •
年を取ると目が悪くなるものです。 Toshi o toru to me ga waruku naru mono desu. Kalau tua memang mata akan menjadi buruk.
2. 繰り返された動作および過去の経験を回想して表す。 Kurikaesareta dousa oyobi kako no keiken o kaisoushite arawasu. Mengutarakan dengan mengenang perbuatan yang diulang dan dengan mengenang pengalaman dimasa lampau. Contoh: •
昔は、車の運転免許の試験なんか易しかったものだ。 Mukashi wa, kuruma no untenmenkyou no shiken nanka yasashi katta mono da. Dahulu, (saya ingat) ujian ijin mengemudi kendaraan adalah hal yang gampang.
Universitas Sumatera Utara
3. 話し手の感慨を表す。 Hanashite no kangai o arawasu. Menyatakan perasaan yang dalam dari si pembicara. Contoh: •
ジェット機というのは速いものですね。 Jetto ki to iu no wa hayai mono desune. Yang disebut dengan mesim jet adalah hal yang cepat. (ada rasa perasaan dalam/kagum terhadap mesin jet yang cepat)
4. 話し手の主張を強調して表す。【か】を伴って疑問・反語・逆接的 な感情を強調する。 Hanashite no shuchou o kyouchoushite arawasu. (ka) o tomonatte gimon, Hango, kyakusetsuteki na kanjyou o kyouchousuru. Menyatakan pendapat si pembicara. Menekankan perasaan yang dalam yang berhubungan dengan pertentangan, kata yang berlebihan, keraguan yang diikuti oleh partikel “ka”. Contoh: •
あの人が親切じゃないものですか。 Ano hito ga shinsetsu jyanai mono desuka. Orang itu bukanlah orang yang baikkan? (menekankan kata shinsetsu jyanai ‘bukanlah baik’)
5. ほとんど不可能と思われることを仮定する表現。 Hotondo fukanou to omowareru koto o kateisuru hyougen. Ungkapan yang menduga hal yang dianggap tidak mungkin. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
•
目立つ服を着ようものなら皆に見られる。 Medatsu fuku o kiyou mono nara minna ni mirareru. Kalau memakai pakaian mencolok semua orang dapat melihatnya.
6. 理由を推測する場合。 Riyuu o suisokusuru baai. Keadaan yang menyimpulkan alasan. Contoh: •
あの人はもう卒業したものかこのごろ姿が見えません。 Ano hito wa mou sotsugyoushita monoka kono goro sugata ga miemasen. Orang itu tidak kelihatan sosoknya akhir-akhir ini apakah sudah lulus. (memberi kesimpulan bahwa dia sudah lulus karena akhir-akhir ini tidak kelihatan lagi sosoknya)
7. 『…のだ』と同じ断定の意味を表す。 (…noda) to onaji dantei no imi o arawasu. Menyatakan makna berupa keputusan atau kesimpulan yang sama dengan “noda”. Contoh: •
風でドアが聞いたものと思います。 Kaze de doa ga aita mono to omoimasu. Saya pikir karena angin pintu terbuka. (menekankan kata to omou ‘saya pikir’)
8.
『…てから』という時点の意味を強調する。
Universitas Sumatera Utara
(…tekara) to iu jiten no imi o kyouchousuru. Menekankan makna kejadian yang sama dengan “tekara”. Contoh: •
日本に着いてからというものは休む暇がなかった。 Nihon ni kitte kara to iu mono wa yasumu hima ga nakatta. Setibanya di Jepang waktu luang untuk istirahat tidak ada.
9.
『…のに』という逆接を表す。 (…noni) to iu gyakusetsu o arawasu. Menyatakan pertentangan. Contoh: •
京都まで行ったものの金閣寺は見えませんでした。 Kyoto made itta mono no kinkakuji wa miemasen deshita. Meskipun telah pergi sampai Kyoto, tetapi tidak dapat melihat kuil emas. 10.分の終りについて理由を表す終助詞。文中の従属分につ く接続助詞の場合もある。主に女性に使われる形。
Bun no owari ni tsuite riyuu o arawasu shuujoshi. Bunchuu no jyuuzokubun ni tsuku setsuzokujoshi no baai mo aru. Omoni josei ni tsukawareru katachi. Shujoshi yang menunjukkan alasan di akhir kalimat. Ada juga setsuzokujoshi yang di letakkan di anak kalimat majemuk. Contoh: •
それぐらいのことは知っています。だって新聞で 見ましたもの。
Universitas Sumatera Utara
Sore gurai no koto wa shitte imasu. Datte shinbun de mimashita mono. Hal ini saya tahu sebab saya melihatnya di koran. 11 氏名、品名、または同一物を説明し引いては、同格を表す。 Shimei, hinmei, mata wa douichimotsu o setsumeishi, hiite wa, doukaku o arawasu. Menyatakan keterangan tambahan, menarik, menjelaskan nama barang, nama keluarga atau benda yang sama. Contoh: •
ASEAN諸国とは『インドネシア、マレ一シア、フィリピン 、タイ、…』といったものです。 ASEAN shokoku to wa (Indoneshia, Mareeshia, Firipin, Tai,…)to itta mono desu. Semua negara ASEAN adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan sebagainya. (menyatakan keterangan yang sama yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan sebagainya merupakan bagian dari negara ASEAN) (Nagara, 1985: 110-114)
2. Dalam Buku Nihongo Bunkei Jiten Sunagawa membagi mono berdasarkan pola kalimatnya. 1. Menyatakan objek/barang/bahan Contoh:
Universitas Sumatera Utara
•
この部屋にはいろいろな物がある。 Kono heya ni wa iroiro na mono ga aru. Di kamar ini ada bermacam-macam barang.
2. Menyatakan pengetahuan, karya, dan bahasa yang digunakan beserta kata shiru, miru, dan iru dan lain-lain. Contoh: •
あの人はあまりものを知らない。 Ano hito wa amari mono o shiranai. Orang itu tidak begitu tahu. (mungkin mengenai pengetahuan, karya, ataupun bahasa)
3. Menujukkan penegasan dari suatu hal. Contoh: •
彼女は愛国心 というものをもっていない のだろうか。 Kanojyo wa aikokushin to iu mono o motteinai no darouka. Apakah mungkin dia tidak mempunyai jiwa patriot.
4. Menyatakan populasi, sifat, dan lambang. Contoh: •
人間というものは不可解だ。 Ningen to iu mono wa fukakai da. (yang disebut dengan) Manusia adalah misteri.
5. Ungkapan yang digunakan untuk menegaskan ketidak mampuan. Contoh: A: まだわかりませんか。 Mada wakarimasenka.
Universitas Sumatera Utara
Apakah belum mengerti? B:いくら言われても、わからないものはわからないんだ Ikura iwaretemo, wakaranai mono wa wakaranain da. Dikatakan bagaimanapun, tetap tidak mengerti. 6. Diletakkan di akhir kalimat di dalam bahasa informal yang menunjukkan alasan. Contoh: A: またでかけるの。 Mata dekakeruno. Mau pergi lagi! B: うん。 だって、 吉田さんも行くんだもの。 Un. Datte, Yoshidasan mo ikun da mono. Ya, karena Yoshida pun pergi. 7. Menunjukkan perasaan menolak dengan kuat disertai intonasi dari gaya bahasa dan pemakaiannya digunakan setelah kata yang menunjukkan kesangsian. Contoh: •
こんな複雑な文章、訳せるものですか。 Konna fukuzatsu na bunshou, yakuseru mono desuka. Kalimat yang rumit seperti ini, masak bisa diterjemahkan?
8. Mengungkapkan perasaan pembicara yang mengharapkan realisasi dari suatu peristiwa. Contoh: •
もう少し涼しくならないものかなあ。
Universitas Sumatera Utara
Mou sukoshi suzushiku naranai mono ka naa. Tidak bisakah lebih sejuk sedikit lagi. 9. Menyatakan perasaan yang bingung, dengan tanpa mengerti harus bertindak seperi apa. Contoh: •
反対派への説明はどうしたものかね。 Hantaiha e no setsumei wa doushita mono ka ne. Bagaimana ya menjelaskan kepada kelompok yang tidak setuju.
10. Menyatakan suatu sifat khusus. Contoh: •
彼の潜在能力にはすばらしいものがある。 Kare no senzainouryoku ni wa subarashii mono ga aru. Kemampuan dia menakjubkan. (menekankan kata subarashii ‘menakjuban’)
11. Menyatakan sifat, karakter, atau watak asli yang dinyatakan dengan sifat yang umum atau lazim. Contoh: •
金というのはすぐなくなるものだ。 Kane to iu no wa sugu nakunaru mono da. Yang disebut dengan uang adalah benda yang cepat hilang. (menyatakan sifat uang yang cepat hilang)
12. Menyatakan kekaguman atau perasaan yang dalam. Contoh: •
この町も、昔と違ってきれいになったものだ。
Universitas Sumatera Utara
Kono machi mo, mukashi to chigatte kirei ni natta mono da. Kota ini pun, menjadi cantik berbeda dengan dahulu. 13. Menyatakan perasaan kaget, kagum terhadap suatu perbuatan atau peristiwa. Contoh: •
こんなむずかしい問題が、よく解けたものだ。 Konna muzukashii mondai ga, yoku toketa mono da. Soal yang sulit seperti ini, tetapi dapat dipecahkan.
14. Digunakan beserta ungkapan yang menunjukkan keinginan seperti “tai” dan “hoshii”, dan digunakan untuk menegaskan perasaannya. Contoh: •
海外へ行かれるときには、わたしも一度、ご一緒したいもの です。 Kaigai e ikareru toki ni wa, watashi mo ichido, goisshoshitai mono desu. Ketika dapat pergi keluar negeri, saya ingin pergi bersama-sama sekali lagi.
15. Mengungkapkan kenang-kenagan termasuk perasaan yang dalam yang dilakukan kebiasaan tersebut pada masa lampau. Contoh: •
小さい頃はよくみんなで近くの森へ遊びに行ったもの でした。 Chiisai koro wa yoku minnade chikaku no mori e asobi ni itta mono deshita.
Universitas Sumatera Utara
Waktu kecil sering pergi bermain ke hutan yang dekat bersama teman. (kata mono menegaskan kenangan asobini itta ‘bermain’) 16. Menunjukkan sebab dan alasan. Dapat diganti dengan “kara”, tetapi setelah itu tidak dapat diletakkan ungkapan yang menyatakan perintah atau kemauan. Contoh: •
英語が苦手なものですから、外国旅行は尻ごみして しまいます。 Eigo ga nigate na mono desu kara, gaikokuryokou wa shirigomishite shimaimasu. Karena bahasa Inggris saya lemah, saya bimbang jalan-jalan ke luar negeri.
17. Pada umumnya sama dengan “omottakara”, tetapi “omotta mono dakara” memberikan perasaan permintaan maaf. Contoh: •
かれはもう知っていると思ったものだから、 伝えませんでした。 Kare
wa
mou
shitteiru
to
omotta
mono
dakara,
tsutaemasendeshita. Karena saya pikir dia sudah tahu, saya tidak menyampaikannya. (ada perasaan permintaan maaf)
Universitas Sumatera Utara
18. Menunjukkan makna “seharusnya” dan digunakan pada situasi seperti memberikan peringatan, dan digunakan kata kerja yang menunjukkan perbuatan orang lain. Contoh: •
動物をいじゃめるものではない。 Doubutsu o ijameru mono dewanai. Seharusnya tidak menganiaya binatang.
19. Menekankan perasan sangkalan, dan digunakan kata kerja yang menunjukkan kemampuan. Contoh: •
こんな下手な写真など、人に見せられたものではない。 Konna heta na shashin nado, hito ni miserareta mono dewanai. Seharusnya tidak diperlihatkan kepada orang foto bodoh seperti ini.
20. Menyatakan lanjutan ungkapan yang mengandung makna “meremehkan” dan menunjukkan makna “tidak seperti itu” Contoh: •
みんな、主任になったばかりの佐々木さんを若すぎて頼りな いと言うが、彼の行動力はそう見くぴったものでもない。 Minna, shunin ni natta bakari no sasaki san o waka sugite tayori nai to iu
ga, kare no koudouryoku wa sou miku pitta mono
demonai.
Universitas Sumatera Utara
Semuannya, menyatakan Sasaki yang baru saja menjadi pemimpin itu tidak dapat diandalkan dan terlalu muda, tetapi kemampuan bertindak dia tidak dapat diremehkan begitu saja. 21. Menunjukkan makna yang negatif untuk “dekiru”. Kasar dan cara mengatakannya agak kuno. Contoh: •
この程度の料理なら、私にも作れないものでもない。 Kalau memasak tingkat ini, saya sendiri pun tidak bisa membuatnya.
22. Menyatakan keyakinan pembicara. Contoh: •
そういうことはないものと思うが、一応確かめてみよう。 Sou iu koto wa nai mono to omou ga, ichiou tashikametemiyou. Hal yang seperti itu saya pikir tidak ada, tetapi cobalah memastikannya untuk sementara waktu. (menekankan kata to omou ‘saya pikir’)
23. Menunjukkan hal yang menjadi kepikiran terus bagi pembicara, tetapi pada kenyataannya biasa dipakai untuk situasi yang tidak seperti yang dipikirkannya. Contoh: •
スキ一は難しいものと思っていたが、やってみたら、簡単だ った。 Sukii wa muzukashii mono to omotteita ga, yatte mitara, kantan datta.
Universitas Sumatera Utara
Saya pikir ski adalah hal yang sulit, tetapi kalau dicoba mudah. 24. Maknanya sama dengan “to omowareru” dan digunakan sebagai ungkapan dugaan. Contoh: •
選挙の結果については明日の夕方には(大)体勢がわかるもの と思われる。 Senkyo no kekka ni tsuite wa asu no yuugata ni wa taisei ga wakaru mono to omowareru. Mengenai hasil pemilihan umum pada sore besok dianggap banyak orang yang tahu.
25. Menunjukkan makna “menganggap”. Contoh: •
これで契約が成立したものとする。 Korede keiyaku ga seiritsushita mono to suru. Dengan ini saya menganggap perjanjian telah direalisasikan.
26. Menyatakan hal yang sedikit kemungkunannya terwujud. Contoh: •
できるものなら世界中を旅行してみたい。 Dekiru mono nara seikaijyuu o ryokou shite mitai. Seandainya bisa, saya ingin jalan-jalan ke seluruh dunia.
27. Menyatakn syarat yang sedikit berlebihan dan menunjukkan makna “bila memungkinkan melakukan hal seperti itu” Contoh: •
そんなことを彼女に言おうものなら、軽蔑されるだろう。
Universitas Sumatera Utara
Sonna koto o kanojyo ni iou mononara, keibetsusareru darou. Seandainya berkata kepada wanita seperti itu, mungkin dihina orang. 28. Bermakna “tetapi” dan dibelakangnya tidak terjadi sesuatu hal, biasanya diasumsikan dari hal yang diungkapkan di depannya. Contoh: •
新しい登山靴を買ったものの、忙しくてまだ一度も山へ行っ ていない。 Atarashii tozankutsu o katta mono no, isogashikute mada ichido mo yama e itte inai. Membeli sepatu mendaki gunung yang baru, tetapi karena sibuk belum sekalipun pergi ke gunung.
29. Menunjukkan hal yang tidak sesuai dengan pemikiran orang pada umumnya. Contoh: •
四月とはいうものの風がつめたく、桜もまだだ。 Shigatsu to wa iu mono no kaze ga tsumetaku, sakura mo mada da. Bulan april, tetapi karena angin dingin, sakurapun belum mekar. (Biasanya bulan April bunga sakura sudah mekar, tetapi bulan ini belum mekar)
30. Menunjukkan lanjutan keadaan yang berbeda dengan hal yang diduga dari perasaan sebelumnya. Maknanya adalah “tetapi” dan hal ini tidak seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: •
大学時代は英文学専攻だった。とはいうものの、英語はほと んどしゃべれない。 Daigaku jidai wa eibun gaku senkou datta. Towa iu mono no, eigo wa hotondo shaberenai. Ketika mahasiswa mengambil jurusan sastra Inggris, tetapi hampir tidak bisa berbicara dengan bahasa Inggris.
31. Pada umunya sama maknanya dengan “noni”, tetapi banyak dipakai untuk seputar ide yang tidak puas terhadap hal yang menimbulkan hasil yang tidak terpikir. Contoh: •
本来ならば長兄が会社を継ぐはずのものを、その事故のせい で次兄が継ぐことになってしまった。 Honrai naraba choukei ga kaisha o tsugu hazu no mono o, sono jiko no seide jikei ga tsugu koto ni natte shimatta. Sebenarnya meskipun menggantikan abang di perusahaan dan abang ke dua kecelakaan, akhirnya menggantikannya juga. (Ada perasaan tidak puas karena yang seharusnya menggantikan posisi abang no satu adalah abang no dua, tetapi karena abang no dua kecelakaan akhirnya menggantikannya juga)
32. Menunjukkan makna “kalau melakukan mungkin tidak terjadi hasil yang buruk, tetapi kalau tidak melakukannya maka terjadi hasil yang buruk”. Banyak digunakan untuk menyatakan perasaan kecaman dan rasa benci. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
•
部屋が火につつまれたときすぐ逃げればよかったものを、ペ ットを助けに行ったばかりに逃げ遅れて死んでしまった。 Heya ga hi ni tsutsumareta toki sugu nigereba yokatta mono o, petto o tasuke ni itta bakari ni nige okurete shinde shimatta. Mungkin lebih baik kalau segera lari ketika terjadi kebaaran di kamar, tetapi meninggal karena terlambat lari ketika pergi menolong terus. (Yuriko,1998:591-600)
3. Dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia. I. 物/もの『名』 1. Mono yang bermakna barang. Contoh: •
デパ一トにはいろいろな物が並らんでいる。 Depato ni wa iroiro na mono ga narande iru. Di toserba berjejer bermacam-macam barang.
2. Hal-hal yang menjadi objek penganggapan atau pemikiran. Contoh: •
戦争というものは実に悲惨なものだ。 Sensou to iu mono wa jitsu ni hisan na mono da. Hal yang dikatakan perang adalah sesuatu yang betul-betul menyedihkan.
•
彼に欠けているものは忍耐力だけだ。 Kare ni kakete iru mono wa nintairyoku dake da. Kekurangannya adalah hanya dalam kesabaran saja.
Universitas Sumatera Utara
3. Mono yang memiliki makna bahan atau mutu. Contoh: •
見掛けは同じだが、ものが違う。 Mikake wa onaji da ga, mono ga chigau. Walaupun kelihatannya sama, tetapi sebenarnya mutunya lain.
4. Dalam bentuk (mono ni naru/suru ものになる/する). Keadaan dimana taraf teknik atau kemampuannya telah mencapai tingkat yang dianggap cukup tinggi/baik/memuaskan. Contoh: •
5年も日本語を勉強したがものにならなかった。 Go nen mo nihongo o benkyoo shita ga mono ni naranakatta. Walaupun sudah mempelajari bahasa Jepang selama 5 tahun, tetapi hasilnya tidak memuaskan. (Dipelajari dan digambarkan dengan efektif)
•
この研究はなとしてもものにしたい。 Kono kenkyuu wa nan to shite mo mono ni shitai. Bagaimanapun juga saya ingin sukses dalam penyelidikan ini.
5. Dipakai dalam bentuk (mono ni suru ものにする ). Bersifat bahasa pasar. Mencapai keadaan yang memenuhi keinginan. Contoh: •
あの女をものにしたい。 Ano onna o mono ni shitai. Ingin mendapatkan wanita itu (melakukan seperti yang dikehendakinya).
Universitas Sumatera Utara
6. Hal-hal yang mempengaruhi keadaan atau layak dipertimbangkan. Contoh: •
船は……をものともせず、進んでいった。 Fune wa taifuu o mono to mo sezu, susunde itta. Kapal itu terus melaju tanpa memperdulikan topan.
7. Diletakkan
di
depan
dooshi
dalam
bentuk
(mono
oものを).
menunjukkan dari suatu objek tertentu. Contoh: •
疲れてものを言うのもいやだ。 Tsukarete mono o iu no mo iya da. Karena letih, berkatapun tidak mau.
8. Diletakkan di depan kata-kata yang menunjukkan jumlah atau banyaknya dalam bentuk (monon ものの ). Menunjukkan jumlah itu tidak banyak atau tidak besar. Contoh: •
ここから駅まではものの5分とかかりませんよ。 Koko kara eki made wa mono no go fun to kakarimasen yo. Dari sini sampai ke stasiun tidak sampai 5 menit. (menunjukkan 5 menit itu tidak lama)
9. Menyatakan makna Roh, setan, raksasa ataupun dewa yang membawa kemalangan kepada manusia. Contoh: •
ものにつかれたように働く。 Mono ni tsukareta yoo ni hataraku.
Universitas Sumatera Utara
Bekerja seakan-akan kemasukan setan. II. もの『形名』 1. Berarti pada lazimnya atau sewajarnya demikian jika dipertimbangkan keadaan hal-hal atau pandangan umum masyarakat. Contoh: •
子供は親の言うことをきくものだ。 Kodomo wa oya no iu koto o kiku mono da. Anak-anak sudah sepatutnya menuruti kata-kata orang tua.
2. Menunjukkan keheranan atau kekaguman.
Contoh: •
新幹線は早いものだな。 Shinkansen wa hayai mono da na. Cepat benar kereta api super ekspres shinkansen itu.
3. Kata yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa pada masa lampau yang dikenagkan mengenangkan peristiwa pada masa lampau. Contoh: •
子供の頃、よくあの川で泳いだものだった。 Kodomo no koro, yoku ano kawa de oyoida mono datta. Waktu kecil, saya biasa berenang di sungai itu. (menekankan kata oyouida ‘berenag’)
4. Menerangkan latar belakang atau alasan tentang hal-hal yang disebut belakangan. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
•
家が貧しいもので、大学へ行かれません。 Ie ga mazushii mono de, daikaku e ikaremasen. Karena orang tua saya miskin, saya tidak dapat melanjutkan ke universutas.
5. Menunjukkan perasaan kuat. 1) Dalam bentuk mono nara Contoh: •
できるものなら今すぐにでもこんな会社は辞めて しまいたい。 Dekiru mono nara ima sugu ni de mo konna kaisha wa yamete shimaitai. Jika dapat, saya mau mengundurkan diri dari perusahaan ini sekarang ini juga.
2) Dalam bentuk mono de wa nai. Contoh: •
こんな酒は飲めたものじゃない。 Konna sake wa nometa mono janai. Minuman keras seperti ini sama sekali bukan sesuatau yang bisa diminum.
3) Di pakai dalam bentuk mono ka, setelah kata yang menunjukkan kesangsian atau keraguan. Contoh: •
あんなやつどこが立派なものか。 Anna yatsu doko ga rippa na mono ka.
Universitas Sumatera Utara
Orang seperti dia, mana bisa dikatakan baik. III. もの『終助』 (Sambungan) Dipakai setelah bentuk shuushikei dari dooshi, keiyooshi, keiyoodooshi dan jodooshi. 1. Dalam ragam lisan yang ramah. Menerangkan kepada lawan bicara tentang tindakan, sikap, pertimbangan, alasan, dan sebab. Pemakaiannya dalam ragam wanita atau bahasa kekanak-kanakan. Memberi kesan bahwa alasan yang disebutkan itu berdasarkan emosi dan belum tentu masuk akal. Sering dipakai untuk kalimat yang merupakan tambahan kepada isi yang telah disebutkan sebelumnya. Jika menjawab pertannyaan lawan bicara tentang perbuatan atau sikap sendiri, dalam kalimat sebelumnya dipakai datte atau demo untuk menunjukkan penyangkalan secara tegas kepada lawan bicara. Dalam hal ini, dengan nada bicara dapat ditunjukkan perasaan manja atau kemauan untuk membenarkan diri. Contoh: •
まんが好き、だっておもしろいもの。 Manga suki, date omoshiroi mono. Saya suka komik, habis menarik sekali sih.
2. Dalam percakapan bernada manja atau bersanda gurau. Menunjukkan kepastian yang kuat. Contoh: •
ぼくの方がうまいもんね。 Boku no hoo umai mon ne. Soalnya aku lebih pintar sih.
Universitas Sumatera Utara
IV. もの 『接尾』 1. Disambungkan di belakang bentuk renyookei dari dooshi. Membentuk meishi yang berarti “memikiki nilai sewajarnya”. Contoh: •
この試合は見ものですよ。 Kono shiai wa mimono desu yo. Pertandingan ini patut ditonton. (pertandingan ini berlinai untuk ditonton karena menarik)
2. Disambungkan dibelakang meishi dan sebagainya. Membentuk meishi yang menunjukkan arti “situasi atau keadaan seperti itu”. Contoh: •
先生にしかられないかと一日中びくびくものだった。 Sensei ni shikararenai ka to ichinichijuu bikubiku mono datta. Saya ketakutan sepanjang hari kalau-kalau dimarahi guru. (Dalam keadaan takut)
V. もの『接頭』 1. Disambungkan di depan keiyooshi dan keiyodooshi yang menunjukkan keadaan atau perasaan. Berarti “tanpa alasan merasakan seperti itu. Contoh: •
秋になるともの悲しい気分になる。 Aki ni naru to mono ganashii kibun ni naru. Bila musim gugur tiba, terasa sedih dan muram. (merasa sedih tanpa alasan yang jelas)
3. Disambungkan di depan keiyooshi. Menunjukkan arti “sangat”.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: •
父はものすごい顔をしておこった。 Chichi wa mono sugoi kao o shite okotta. Ayah marah dengan wajah yang sangat menakutkan. (Nomoto,1988:714-744)
2.3 Semantik Dalam mempelajari bahasa kita mengenal empat komponen besar, yakni fonologi yang mempelajari bunyi, sintaksis yang mempelajari tentang susunan kalimat, morfologi yang mempelajari tentang bentuk kata, dan semantik yang mempelajari tentang makna kata. Sehingga bila mempelajari tentang makna suatu kata, maka kita harus berbicara tentang salah satu cabang linguistik yaitu semantik. Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yakni sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini adalah tanda linguistik. Tanda linguistik itu terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain bidang studi alam linguistik yang mempelajari tentang makna atau arti dalam bahasa. Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna (Sutedi, 2003:103). Misalnya, seseorang menyampaikan ide dan
Universitas Sumatera Utara
pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicara bisa memahami apa yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik. Adapun makna yang dibahas dalam semantik adalah makna kata-kata yang berhubungan dengan benda-benda konkret seperti batu, hujan, rumah, mobil, dan sebagainya. Kemudian hal-hal yang abstrak seperti cinta, dendam, kasih sayang, dan sebagainya. Selain itu semantik juga membahas makna kata-kata seperti dan, ke, pada, to, at, of yang maknanya tidak jelas kalau tidak dirangkaikan dengan kata-kata lain (Lubis, 2002:29)
2.3.1 Jenis- Jenis Makna Dalam Semantik Menurut Chaer (1995:59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu: a. Berdasarkan jenis makna semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata tikus. Makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Sedangkan makna gramatikalnya adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. b. Berdasarkan ada tidaknya refren pada sebuah kata atau leksum, dapat dibedakan menjadi makna refrensial dan makna non refrensial.
Universitas Sumatera Utara
Makna refrensialnya adalah makna dari kata-kata yang mempunyai refren, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata meja dan kursi, disebut bermakna refrensial karena kedua kata itu mempunyai refren yaitu sejenis prabot rumah tangga. Sedangkan kata-kata yang tidak mempunyai refren, maka kata itu disebut kata bermakna non refrensial. Contoh kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai refren. Jadi dapat disimpulkan kata-kata ynag termasuk kata penuh seperti meja dan kursi termasuk kata-kata yang bermakna refrensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non refrensial. c. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya karena sering disebut makna sebenarnya. Sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif. d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat menjadi makna kata dan makna istilah. Makna kata sering disebut sebagai makna yang bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran yakni kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah ‘pergelangan sampai ke
Universitas Sumatera Utara
jari-jari’, sedangkan makna lengan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim. e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif, dan sebagainya. Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan pelambang-pelambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati digunakan sebagai pelambang kesucian, kata merah digunakan sbagai pelambang keberanian. Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya frase menjual rumah bermakna ‘si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang’, tetapi frase menjual gigi bukan bermakna ‘si pembeli menerima gigi dan penjual menerima uang’ tetapi bermakna ‘tertawa keras-keras’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satu bahasa yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatika unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pria itu tampan. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pria itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.
2.3.2 Manfaat mempelajari semantik
Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang dapat kita petik dari semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer,1994:11). Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran mereka barangkali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat unum. Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di fakultaas sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk menganalisis bahasa atau bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan seorang guru atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan memberi manfaat teoritis dan juga manfaat praktis. Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula memprlajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada nurud-murudnya. Sedangkan bagi orang awam, pengetahuan yang luas akan semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia disekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada disekelilingnya dan juga yang mereka serap, berlangsung melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai masyarakat tidak mungkin merasa bisa hidup tanpa memahami alam mereka yang berlangsung melalui bahasa.
Universitas Sumatera Utara