13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUNNATULLAH A. Pengertian Sunnatullah a. Secara Etimologi Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan Allah. Kata sunnah antara lain berarti kebiasaan. Sunnatullah
adalah
memperlakukan
kebiasaan-kebiasaan
masyarakat.
Dalam
Allah
dalam
al-Qur’an
kata
sunnatullah dan yang semakna dengannya seperti sunnatina atau sunnatul awwalin terulang sebanyak tiga belas kali.1 b. Secara Terminologi Sunnatullah
adalah
hukum-hukum
Allah
yang
disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah yang termaktub di dalam al-Qur’an, hukum (kejadian) alam yang berjalan tetap dan otomatis 2. Sunnatullah menurut pakar teologi, seperti yang dikatakan oleh Mulyadi Kartanegara bahwa alam diatur melalui
apa
yang oleh al-Qur’an disebut sebagai sunnatullah. Sunnatullah menurut hemat saya berbeda dengan hukum alam (natural law), karena sementara hukum alam tidak mengizinkan suatu pengertian kreatifitas apapun, sunnatullah memberikannya. Sunnatullah
adalah
menyelenggarakan
kebiasaan
alam.
atau
Sunnah
cara
Allah
mengandaikan
dalam sebuah
kebiasaan (adat, menurut istilah al-Ghozali). Dalam hukum
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 13, Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 205. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1992, hlm. 869. 1
14
alam,
kemungkinan
mukjizat
tidak
mendapat
tempat,
sementara dalam sunnatullah, kemungkinan tersebut tidak dinafikan. Kalau hukum alam mengandaikan sebuah aturan yang tidak mungkin dilanggar, dalam sunnah atau adat pelanggaran terhadap kebiasaan tidak menimbulkan sesuatu yang
mustahil.
Justru
adanya
kekecualian
atau
penyimpangan maka adat menjadi adat atau sunnah dan bukan sebuah hukum yang tidak bisa dirubah. Sunnatullah berlaku secara umum di alam semesta ini, yang menyebabkan adanya kesan keteraturan di dalamnya, sehingga alam semesta disebut kosmos bukan chaos. Tetapi pada
level
yang
lebih
tinggi
tindak
kreatifitas
Tuhan
mempunyai batas-batas determistik dunia mekanik. Kalau pada level dunia normal, hukum mekanik menjadi ciri yang dominan maka pada level sub atomic hukum mekanik tidak berlaku
lagi
pada
prinsip
indeterminisme
yang
justru
dominan.3 Sebagian
orang
berpendapat
bahwa
hukum
alam
mendahului hukum Tuhan. Yang pertama dianggap berubah menjadi yang kedua, ketika manusia mengambilnya, maka dia menisbahkan
hukum
alamnya
kepada
Tuhan,
dan
keyakinannya mengkristalkan bahwa dia berhutang budi pada wujud, sistem dunia, dan kaidah-kaidah kemasyarakatannya pada kekuatan transenden yang gaib. Menurut keyakinan ini, tidak ada artinya bagi manusia untuk memperoleh dari dirinya dan tidak ada hukum yang dia lahirkan sendiri. Manusia memiliki tujuan yang melampaui dirinya, manusia 3 Teologi Islam Rasional, Apresiasi terhadap Wacana dan Praksis Harun Nasution, Ciputat Pers, Jakarta, cet.2, 2002, hlm. 102.
15
tidak merealisasikan wujudnya kecuali dengan meraih tujuan gaib dan telah ditakdirkan ini. Pengikut
hukum
alam
dan
pengikut
hukum
Tuhan
mencapai titik temu, terlepas dari perbedaan keduanya. Jadi hukum alam adalah imanen sedangkan hukum Tuhan adalah transenden.4 Dalam alam pertentangan, perkelahian, dan konflik adalah abadi.
Manusia
hanya
tunduk
pada
kecenderungan-
kecenderungannya dan hanya taat pada dirinya, dan tidak berjalan kecuali demi eksistensinya di hadapan pihak lain. Hukum alam adalah penetapan diri pada batas yang lebh tinggi, dan ia adalah yang benar yang tidak terbatas dalam segala hal yang diinginkan, dijauhi dan dikuasai atau diraih oleh manusia, sebagaimana dikatakan sebagai yang benar atas segala hal.5 B. Sifat-Sifat Sunnatullah Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam al-Qur’an dan bisa ditemukan dalam research oleh setiap saintis. Adapun ketiga sifat tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : eksak, immutable, dan obyektif6.
4 Nasr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebenaran, LkiS, Yogyakarta, 2003, hlm. 211. 5 Ali Harb, Hermenetika Kebenaran, terj. Sunarwoto Demo, Mizan, Bandung, 1992, hlm. 30. 6 Dr. Muhammad Imaduddin Abdul Rahim, “Sain Dalam Persepektif alQuran”, Dalam Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Said Tuhu Leley, Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Sipress, Yogyakarta, 1990, hlm. 32.
16
1. Sunnatullah itu eksak atau pasti berlaku Sifat sunnatullah yang pertama adalah eksak atau pasti berlaku. Hal ini diterangkan di dalam beberapa ayat yang muhkamat di dalam al-Qur’an antara lain :
ٍِإﻧﱠﺎ ُآﻞﱠ َﺷ ْﻲ ٍء َﺧَﻠ ْﻘﻨَﺎ ُﻩ ِﺑ َﻘﺪَر Artinya : ”Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (Al-Qomar :49)7 Ayat
di
atas
berkaitan
dengan
orang-orang
yang
mendustakan Allah dan orang tersebut akan mendapatkan azab. Artinya
siksaan yang ditimpakan oleh Tuhan kepada
hamba-Nya itu, baik dinamai kejam, berat, atau sangat keras, namun dia adalah takdir karena langkah yang dituju oleh manusia itu sendiri. Manusia sampai kepada azab yang kejam, sampai badan ditarik dan muka tercecah ke bumi adalah sebab manusia sendiri yang menujukan langkahnya ke sana. Mereka tidak akan sampai ke tempat yang sangat celaka itu, kalau bukan mereka sendiri yang menempuh ke sana. Sudah ditakdirkan bahwa orang yang melangkah ke kanan misalnya tidaklah ia akan sampai ke kiri. Orang yang telah melalui hidupnya dengan baik menurut tuntunan Rasul tidaklah mereka akan ditarik mukanya sampai tercecah ke bumi. Orang yang kerjanya selama di dunia ini hanya menganiaya orang lain dan kebenaran tidak masuk ke dalam hatinya wajar jika orang yang begitu neraka jadi tempatnya. Dan sekali-kali tidak wajar dan
sangat
disediakan
kejam buat
kalau
mentaati
kiranya perintah
yang
hidupnya
Tuhan
telah
menghentikan
7 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Jaya Sakti, Surabaya, 1971, hlm. 883.
17
larangan-Nya, berbuat baik, beramal saleh, lalu orang itu dihukum dan dimasukkan ke dalam neraka. Begitulah takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan memang Tuhan boleh saja memberi ampun tetapi kalau sekiranya orang yang berbuat jahat tidak dimasukan ke dalam neraka lalu diberi ampun saja niscaya di dalam hidup di dunia ini manusia tidak akan menentukan nilai-nilai mana perbuatan yang harus dikerjakan dan mana yang harus dihentikan8. Demikian juga pada surat Ali Imran 137 mengenai akibat bagi kaum yang durhaka :
ن ﻋَﺎ ِﻗ َﺒ ُﺔ َ ﻒ آَﺎ َ ﻈﺮُو ْا َآ ْﻴ ُ ض ﻓَﺎ ْﻧ ِ ﻷ ْر َ ﻦ َﻓﺴِﻴﺮُو ْا ﻓِﻲ ا ٌ ﺳ َﻨ ُ ﺖ ﻣِﻦ َﻗ ْﺒِﻠ ُﻜ ْﻢ ْ ﺧَﻠ َ َﻗ ْﺪ َا ْﻟ ُﻤ َﻜ ﱠﺬﺑِﻴﻦ Artinya : ”Sesungguhnya telah belaku sebelum kamu sunnahsunnah Allah. Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orangorang yang mendustakan Rasul-Rasul.”9 Sunnah Allah (ketentuan yang berlaku) terhadap mahlukNya semenjak umat-umat dahulu kala sebelum umat Nabi Muhammad SAW berlaku sampai sekarang. Oleh karena itu kita dituntut supaya melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga kita dapat sampai kepada suatu kesimpulan bahwa Allah dalam ketentuan-Nya telah mengikatkan antara sebab dengan musababnya.
10
8 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 27, Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1983, hlm. 172. 9 Al-Qur’an dan Terjemahnya,op. cit, hlm. 98. 10 Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II, Universitas Islam Indonesia, Jakarta, 1995, hlm. 53.
18
Sifat sunnatullah yang pasti ini merupakan jaminan yang memberikan kemudahan bagi manusia di dalam membuat suatu rencana yang berdasarkan perhitungan. Seorang yang memanfaatkan sunnatullah itu untuk merencanakan suatu pekerjaan yang besar seperti yang bisa dilakukan oleh seorang insinyur tidak perlu meragukan ketepatan perhitungannya dengan gejala yang akan terjadi dalam prakteknya nanti karena adanya jaminan Allah ini. Hal inilah yang telah mendorong manusia untuk mampu berkreasi dalam perencanaan mereka demi
meningkatkan
proses
kemanusiaan
menuju
kesempurnaan. Dari ayat-ayat al-Qur’an di atas manusia dapat mengetahui bahkan meyakini bahwa hukum Allah ini tidak bisa ditawartawar, seperti “hukum besi”. Umpamanya titik didih air di ketinggian yang sama dengan permukaan air laut ialah 100 derajat celcius. Hal ini pasti
dapat diukur dan tidak dapat
ditawar, setiap orang yang mengikuti ketentuan-ketentuan yang sudah pasti ini akan melihat hasil pekerjaan atau usaha mereka.
Keberhasilan
suatu
usaha
atau
amal
dapat
diperkirakan lebih dahulu. Jika kurang atau tidak berhasil dapat dipastikan pula bahwa perhitungannya salah, sehingga bisa ditelusuri letak kesalahannya11 2. Sunnatullah Itu Immutable atau Tetap Tidak Berubah Berdasarkan sunnatullah yang eksak atau pasti berlaku, kenyataan ini didukung pula oleh sifat sunnatullah yang tetap tidak pernah berubah (immutable). Hal ini senantiasa
terbukti
pada seorang insinyur yang melakukan praktek pembangunan, 11 Abdul Majid bin Aziz Alzindani …(et.al.), Mukjizat Al-Qur’an dan AsSunnah Tentang IPTEK, Gema Insani Press, Jakarta, Cet. I, 1997, hlm. 90.
19
sehingga kerugian yang besar bisa dihindarkan sebelum sesuatu pembangunan berdasarkan rencana itu dilaksanakan. Dengan sifat sunnatullah yang tetap ini, setiap insinyur atau saintis dapat pula memperkirakan dengan penuh keyakinan setiap fenomena alam yang akan terjadi serta mengambil manfaat dari fenomena tersebut. Dengan demikian setiap saintis mempunyai suatu keyakinan di dalam menjalankan tugas profesinya atau paling sedikit mereka mempunyai sifat yang senantiasa optimis. Setiap pakar iptek secara mudah dapat memahami bahwa antara suatu fenomena alam terhadap yang lainnya terdapat relasi yang konsisten. Oleh karena itu sikap pesimis tidak perlu ada pada orang yang mengerti sunnatullah itu12. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 77 sebagai berikut :
ﻼ ً ﺤﻮِﻳ ْ ﺴ ﱠﻨ ِﺘﻨَﺎ َﺗ ُ ﺠ ُﺪ ِﻟ ِ ﻻ َﺗ َ ﺳِﻠﻨَﺎ َو ُ ﻚ ﻣِﻦ ﱡر َ ﺳ ْﻠﻨَﺎ َﻗ ْﺒَﻠ َ ﺳﱠﻨ َﺔ ﻣَﻦ َﻗ ْﺪ َأ ْر ُ Artinya : “Kami menetapkan yang demikian sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-Rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu.”13 Berdasarkan ayat di atas bahwa sunnatullah tidak akan mengalami perubahan sejak diciptakannya sampai kapan pun bahkan sampai kiamat nanti. Demikian juga bahwa sunnatullah yang
berlaku
menemukan
sejak
dahulu
perubahan
bagi
dan
sekali-kali
sunnatullah
tidak
itu.
Hal
berdasarkan pada surat Al-Ahzab ayat 62 sebagai berikut :
12 13
Ibid, hlm. 91. Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit, hlm. 436.
akan ini
20
ﻼ ً ﺴﱠﻨ ِﺔ اﻟﱠﻠ ِﻪ َﺗ ْﺒﺪِﻳ ُ ﺠ َﺪ ِﻟ ِ ﻞ َوﻟَﻦ َﺗ ُ ﺧَﻠﻮْا ﻣِﻦ َﻗ ْﺒ َ ﻦ َ ﺳﱠﻨ َﺔ اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻓِﻲ اﱠﻟﺬِﻳ ُ Artinya : ”Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelummu, dan kami sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah”14 Sunnatullah yang telah berlaku atas orang-orang yang terdahulu sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW akan berlaku pula pada generasi yang datang kemudian. Jadi janji Allah terhadap hamba-Nya tidak pernah berubah, dan tidak ada yang mampu mengubah kalimat Allah atau sunnah Allah. 3. Sunnatullah Itu Objektif atau Berlaku Untuk Siapa Saja Dengan sifat sunnatullah yang objektif, kita dapat pula memahami bahwa siapa saja yang memahami sunnatullah dengan apapun alasannya akan mendapat sukses (kejayaan) dalam usahnaya di dunia ini. Sebaliknya siapa saja yang melanggar atau tidak mengikuti sunnah Allah secara konsisten pasti tidak akan berhasil.15 Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam al-Qur’an pada surat Al-Hijr ayat 21 sebagai berikut :
ﻻ ِﺑ َﻘ َﺪ ٍر ﱠﻣ ْﻌﻠُﻮ ٍم ﺧﺰَا ِﺋ ُﻨ ُﻪ َوﻣَﺎ ُﻧ َﻨﺰﱢُﻟ ُﻪ ِإ ﱠ َ ﻻ ﻋِﻨ َﺪﻧَﺎ ﻲ ٍء ِإ ﱠ ْ ﺷ َ َوإِن ﻣﱢﻦ Artinya : ”Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi kamilah khazanahnya dan kami tidak menurunkanNya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”16 Sumber segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia semuanya ada dalam khazanahnya. Hanya saja untuk menggali dan mencari segala sesuatu yang diperlukan itu hendaklah disertai dengan kerja dan usaha yang keras, mustahil seorang 14 15 16
Ibid, hlm. 679. Abdul Majid Alzindani, op. cit. hlm. 91. Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit, hlm. 392.
21
akan memperolehnya tanpa ada usaha mencarinya. Hal ini adalah sesuai dengan sunnatullah, menurut sunnatullah bahwa orang yang akan diberi rizki adalah orang-orang yang berusaha dan bekerja. Sesuai dengan sunntullah maka agama Islam menganjurkan agar kaum muslimin berusaha dengan sekuat tenaga mencari segala sesuatu yang diperlukan di dalam perbendaharaan Allah itu17. C. Wujud dan Ciri-Ciri Sunnatullah 1. Wujud Hukum yang Diwahyukan atau Tertulis Hukum tertulis ini adalah yang diwahyukannya kepada para Nabi dan Rasul yang terhimpun dalam kitab suci dengan ciri-ciri sebagai berikut : a.
Melibatkan manusia dengan hak pilihnya (yang baik dan yang buruk)
b.
Time responsenya (reaksi waktunya) panjang, mungkin lebih panjang dari usia manusia, bahkan sampai masa kehidupan akhirat, oleh karena itu perlu iman atau percaya
c.
Sebagiannya terlihat dari perjalanan sejarah kemanusian18 Adapun
mengenai
sunnatullah
dan
demi
yang
diwahyukan,
kemaslahatan
manusia
semata-mata dengan
hak
pilihnya tadi. Allah telah menetapkan pula bahwa untuk hukum-hukum ini time responsenya relatif lebih panjang jika dibandingkan dengan umur manusia, sehingga sifat-sifatnya yang eksak, immutable dan objektif itu hanya terlihat buktinya di dalam perjalanan sejarah kemanusiaan, yang selalu lebih Al-Qur’an dan Tafsirnya, op.cit. hlm. 264-265, Jilid V. Khoiruddin Hadiri. S. P, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, Cet. V, 1996, hlm.46. 17 18
22
panjang dari umur manusia. Oleh karena itu kita dapat memperoleh banyak sekali ayat al-Qur’an yang menganjurkan manusia agar mempelajari sejarah yang lampau sebagai bahan studi perbandingan untuk meyakinkan manusia akan benarnya berlaku hukum-hukum ini, misalnya pada surat Ali Imran ayat 137 dan 138 sebagai berikut :
ن ﻋَﺎ ِﻗ َﺒ ُﺔ َ ﻒ آَﺎ َ ﻈﺮُو ْا َآ ْﻴ ُ ض ﻓَﺎ ْﻧ ِ ﻷ ْر َ ﻦ َﻓﺴِﻴﺮُو ْا ﻓِﻲ ا ٌ ﺳ َﻨ ُ ﺖ ﻣِﻦ َﻗ ْﺒِﻠ ُﻜ ْﻢ ْ ﺧَﻠ َ َﻗ ْﺪ ﻈ ٌﺔ ﻟﱢ ْﻠ ُﻤﺘﱠﻘِﻴﻦ َﻋ ِ س َو ُهﺪًى َو َﻣ ْﻮ ِ ن ﻟﱢﻠﻨﱠﺎ ٌ ﻦ هَـﺬَا َﺑﻴَﺎ َ ا ْﻟ ُﻤ َﻜ ﱠﺬﺑِﻴ َ Artinya : ”Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu sunnahsunnah Allah. Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orangorang yang mendustakan (Rosul-Rosul).(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.19 Dengan time response yang panjang dibandingkan dengan umur manusia, manusia tidak akan segera dapat melihat akibat perbuatannya mematuhi atau melanggar unsur-unsur atau item dari subset
(bagian) sunnatullah yang diwahyukan ini. Oleh
karena
dibutuhkan
itu
iman
dalam
menghayati
subset
sunnatullah ini. Iman di sini berarti percaya dengan penuh akan baik atau buruknya akibat dari pelaksanaan atau pengingkaran sunnatullah yang diwahyukan ini. Dengan perkataan lain kita diminta agar yakin betul akan benarnya apa yang dikatakan ayat-ayat al-Qur’an yang berupa wahyu dari Allah ini.
19
Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit, hlm. 98.
23
Sebagai salah satu contoh sunnatullah yang diwahyukan ini adalah surat An-Nuur ayat 58 dan 59 yang menganjurkan agar setiap orang tua hendaklah mendidik anak-anak mereka yang di bawah umur, agar meminta izin setiap kali akan memasuki kamar tidur orang tua mereka pada tiga masa, yang dinilai Allah sebagai aurat bagi setiap manusia.
ﺤُﻠ َﻢ ُ ﻦ َﻟ ْﻢ َﻳ ْﺒُﻠﻐُﻮا ا ْﻟ َ ﺖ َأ ْﻳﻤَﺎ ُﻧ ُﻜ ْﻢ وَاﱠﻟﺬِﻳ ْ ﻦ َﻣَﻠ َﻜ َ ﺴ َﺘ ْﺄذِﻧ ُﻜ ُﻢ اﱠﻟﺬِﻳ ْ ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮا ِﻟ َﻴ َ ﻳَﺎ َأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ ﻦ َ ن ِﺛﻴَﺎ َﺑﻜُﻢ ﱢﻣ َ ﻀﻌُﻮ َ ﻦ َﺗ َ ﺠ ِﺮ َوﺣِﻴ ْ ﺻﻠَﺎ ِة ا ْﻟ َﻔ َ ﻞ ِ ت ﻣِﻦ َﻗ ْﺒ ٍ ث َﻣﺮﱠا َ ﻣِﻨ ُﻜ ْﻢ َﺛﻠَﺎ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َوﻟَﺎ َ ﺲ َ ت ﱠﻟ ُﻜ ْﻢ َﻟ ْﻴ ٍ ﻋ ْﻮرَا َ ث ُ ﺻﻠَﺎ ِة ا ْﻟ ِﻌﺸَﺎء َﺛﻠَﺎ َ ﻈﻬِﻴ َﺮ ِة َوﻣِﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ اﻟ ﱠ ﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ َﻟ ُﻜ ُﻢ ُ ﻚ ُﻳ َﺒﻴﱢ َ ﺾ َآ َﺬِﻟ ٍ ﻋﻠَﻰ َﺑ ْﻌ َ ﻀ ُﻜ ْﻢ ُ ﻋَﻠ ْﻴﻜُﻢ َﺑ ْﻌ َ ن َ ﻃﻮﱠاﻓُﻮ َ ﻦ ح َﺑ ْﻌ َﺪ ُه ﱠ ٌ ﺟﻨَﺎ ُ ْ ﺤُﻠ َﻢ َﻓ ْﻠ َﻴ ُ ل ﻣِﻨ ُﻜ ُﻢ ا ْﻟ ُ ﻃﻔَﺎ ْ ﺣﻜِﻴ ٌﻢ َوِإذَا َﺑَﻠ َﻎ ا ْﻟَﺄ ﺴ َﺘ ْﺄ ِذﻧُﻮا َآﻤَﺎ َ ﻋﻠِﻴ ٌﻢ َ ت وَاﻟﱠﻠ ُﻪ ِ اﻟْﺂﻳَﺎ ﺣﻜِﻴ ٌﻢ َ ﻋﻠِﻴ ٌﻢ َ ﻦ اﻟﻠﱠ ُﻪ َﻟ ُﻜ ْﻢ ﺁﻳَﺎ ِﺗ ِﻪ وَاﻟﱠﻠ ُﻪ ُ ﻚ ُﻳ َﺒﻴﱢ َ ﻦ ﻣِﻦ َﻗ ْﺒِﻠ ِﻬ ْﻢ َآ َﺬِﻟ َ ن اﱠﻟﺬِﻳ َ ﺳ َﺘ ْﺄ َذ ْا Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita)yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu sebelum shalat subuh ketika kamu menanggalkan pakaian luarmu di tengah hari dan sesudah shalat isya’ itulah tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak pula atas mereka selain dari (tiga waktu)itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anakanakmu sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayatayat-Nya dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”.20 Kedua ayat dalam surat An-Nuur itu sangat penting untuk diperhatikan oleh para orang tua yang memiliki anak di bawah umur. Ayat ini jelas melarang kita tidur satu kamar dengan anak 20
Ibid,, hlm. 554.
24
di bawah umur, ini suatu kebisaaan yang sangat banyak dilanggar oleh bangsa kita. Tiga masa yang dikatakan “aurat bagimu” itu jelas masa tidur kebanyakan orang, yaitu sesudah isya’ dan sebelum subuh di malam hari dan sesudah tengah hari bagi mereka yang bisa tidur siang sesudah shalat dhuhur. Jika anak-anak itu memang tidur sekamar dengan orang tuanya tentu perintah meminta izin akan masuk ke kamar ini tidak ada artinya. Jika sunnatullah dilanggar akibatnya baru terlihat sesudah anak itu menjelang dewasa nanti. Mereka akan tumbuh sebagai anak yang kurang percaya diri dan agak sukar baginya untuk mandiri baik dalam sikap maupun dalam mengambil keputusankeputusan yang penting di dalam hidupnya. Berbeda dengan anak-anak yang terdidik mematuhi apa yang dikehendaki sunnatullah di atas, mereka akan menjadi anak-anak yang mandiri sikapnya dan punya kepercayaan diri yang tangguh. Karena akibat pemenuhan atau pelanggaran sunnatullah yang khas ini memang agak terlambat kelihatannya, yaitu sesudah anak itu menjelang dewasa, maka diperlukan iman dalam mengahayati dan megamalkannya. Inilah yang dimaksud dengan time response yang panjang.
21
Sunnatullah yang diwahyukan ini dapat dimasukkan ke dalam hukum sosial atau hukum sejarah. Biasanya para ahli ilmu sosial menganggap hukum-hukum yang berkenaan dengan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat tidak sebagai hukum yang pasti. Oleh karena itu mereka memisahkan ilmu sosial dari ilmu alam dan matematika (ilmu-ilmu eksakta). 21
Abdul Majid bin Aziz, op. cit. hlm. 93.
25
Mereka mengatakan ilmu sosial tidak eksak atau pasti. Padahal sebenarnya hukum-hukum sosial itupun eksak, sebagaimana diterangkan al-Qur’an itu. Namun variabelnya sangat banyak, sama banyaknya dengan jumlah manusia di dunia ini dikalikan dengan segala macam keinginan mereka, sehingga sangat sukar diperkirakan korelasi antara variabel yang satu dengan yang lain. Mereka yang mengatakan hukum-hukum sosial yang universal itu tidak eksak, pada dasarnya karena kegagalan mereka menemukan korelasi antar variabel yang sangat banyak. Tetapi dengan majunya ilmu statistic sesudah mendapat bantuan komputer sekarang ini, dapat dibuktikan betapa anggapan para pakar ilmu-ilmu sosial selama ini adalah salah. Dengan komputer kita bisa membuktikan bahwa hukumhukum sosial yang universal itupun eksak juga. Hal ini dapat dibuktikan terutama jika sampel yang diambil cukup besar. Hal inilah yang sangat menguntungkan umat Islam di zaman modern ini. Oleh karena itu setiap sarjana muslim yang matang sekarang ini dapat dengan bangga mengatakan kepada dunia, bahwa apa yang dikatakan Allah dalam al-Qur’an 14 abad yang lalu.22, sekarang ini telah terbukti sesuai dengan janji Allah dalam ayat berikut :
ﻖ َأ َوَﻟ ْﻢ ﺤﱡ َ ﻦ َﻟ ُﻬ ْﻢ َأﻧﱠ ُﻪ ا ْﻟ َ ﺣﺘﱠﻰ َﻳ َﺘ َﺒﱠﻴ َ ﺴ ِﻬ ْﻢ ِ ق َوﻓِﻲ أَﻧ ُﻔ ِ ﺳ ُﻨﺮِﻳ ِﻬ ْﻢ ﺁﻳَﺎ ِﺗﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟْﺂﻓَﺎ َ ﺷﻬِﻴ ٌﺪ َ ﻲ ٍء ْ ﺷ َ ﻋﻠَﻰ ُآﻞﱢ َ ﻚ َأﻧﱠ ُﻪ َ ﻒ ِﺑ َﺮ ﱢﺑ ِ َﻳ ْﻜ
22
Ibid, hlm. 95.
26
Artinya : ”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk (penjuru) dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar.” (QS. Fusilat : 53).23 2. Wujud Hukum Yang Tidak Diwahyukan atau Tidak Tertulis Hukum tidak tertulis ini adalah hukum yang tidak diwahyukannya kepada Nabi atau Rasul dengan ciri-ciri sebagai berikut a. Tidak
melibatkan
manusia
dalam
proses
berlakunya,
kemerdekaan manusia tidak mempengaruhi hukum itu b. Time responsenya pendek, lebih pendek dari usia manusia c. Dapat dibuktikan dengan pengamatan manusia dan dengan jalan eksperimen Oleh karena itu Allah memerintahkan manusia untuk mengadakan penyelidikan-penyelidikan terhadap kejadian dan keadaan alam ini.24
ت وَاﻟﻨﱡ ُﺬ ُر ﻋَﻦ ُ ض َوﻣَﺎ ُﺗ ْﻐﻨِﻲ اﻵﻳَﺎ ِ ﻷ ْر َ ت وَا ِ ﺴﻤَﺎوَا ﻈﺮُو ْا ﻣَﺎذَا ﻓِﻲ اﻟ ﱠ ُ ﻞ اﻧ ِ ُﻗ ﻻ ُﻳ ْﺆ ِﻣﻨُﻮن َﻗ ْﻮ ٍم ﱠ Artinya : ”Katakanlah : “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi”. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus :101)25
ﺷﻲْء َ ﻖ اﻟّﻠ ُﻪ ﻣِﻦ َ ﺧَﻠ َ ض َوﻣَﺎ ِ ﻷ ْر َ ت وَا ِ ﺴﻤَﺎوَا ت اﻟ ﱠ ِ ﻈﺮُو ْا ﻓِﻲ َﻣَﻠﻜُﻮ ُ ََأ َوَﻟ ْﻢ ﻳَﻨ
23 24 25
Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit, hlm. 781. Khoiruddin Hadiris, op. cit, hlm. 46. Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit, hlm. 322.
27
Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah….”(QS. Al-A’raf : 185)26 Subset (bagian dari kelompok) sunnatullah yang tidak diwahyukan itu tidak melibatkan manusia di dalam proses berlakunya, artinya bahwa kemerdekaan manusia tidak dapat mempengaruhi berlakunya hukum itu. Dalam perkataan lain kehendak manusia tidak merupakan salah satu parameter hukum-hukum ini. Oleh karena itu hukum- hukum ini akan berlaku apakah manusia suka atau tidak, karena manusia tidak termasuk sebagai salah satu dari parameter atau variabelnya. Semua hukum alam yang dipelajari dalam ilmu fisika, kimia, biologi dan matematika termasuk di dalama subset ini, sehingga dinamai
juga
memanfaatkan
science. subset
Ilmu ini
yang
dinamai
mempelajari tekhnologi.
bagaimana Subset
ini
mengandung item (unsur) paling banyak karena al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang menganjurkan siapapun yang sudi membacanya agar mau meneliti unsur-unsur atau parameter di dalam subset ini. Alam semesta dan proses-prosas yang terjadi di dalamnya seringkali
dinyatakan
memeriksa, meneliti,
sebagai
“ayat-ayat
Allah”,
maka
alam semesta dapat diartikan sebagai
“membaca ayatullah” yang dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja.27
Ibid, hlm. 252. Prof. Achmad Baiquni, MSc. Phd, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, cet. I, Jakarta, 1996, hlm. 6. 26 27
28
Penelitian ini dapat dengan mudah dilakukan manusia karena salah satu sifatnya ialah bahwa time responsenya (jarak waktu antara terjadinya sebab sampai terjadinya akibat) pendek jika dibandingkan dengan umur manusia, sehingga mudah diulang-ulang di dalam eksperimen untuk menemukan nilai serta korelasi
antara
berbagai
parameternya
yang
objektif
itu.
Sayangnya umat Islam baru saja sekarang mulai mempelajari hukum-hukum ini kembali sesudah lama sekali ditinggalkan. Mempelajari hukum-hukum yang tidak diwahyukan ini sangat perlu bagi manusia demi mengemban tugas utama mereka di muka bumi, yaitu memakmurkan bumi tanpa pengetahuan yang memadai di bidang ini, tugas utama manusia sebagai kholifatullah yang wajib memakmurkan bumi ini (Hud : 61) tidak mungkin terlaksana28
28
Abdul Mazid bin Aziz, op. cit. hlm 93.
29
30