BAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH TEH DAN UPACARA MINUM TEH DI JEPANG
2.1.
Tinjauan Umum Minum Teh Di tengah gaya hidup modern, ternyata masih ada tradisi dari masa lalu
yang tidak berubah. Salah satunya adalah minum teh. Tradisi ini agak sulit digeser, selain karena menawarkan kenikmatan dan kesegaran yang tidak tergantikan oleh minuman lain, juga karena manfaatnya pada kesehatan. Sejak ditemukan ribuan tahun silam, teh berpengaruh positif terhadap kesehatan peminumnya. Kebiasaan minum teh sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Bahkan para tuan tanah dan pejabat di jaman kolonial Belanda di Indonesia memiliki perkebunan teh tersendiri. Bagi mereka itu menjadi simbol kekayaan yang dimiliki. Minum teh juga telah menjadi budaya Inggris. Menikmati secangkir teh merupakan bagian gaya hidup bangsawan Inggris sejak 150 tahun yang lalu. Catherine of Braganza yang menikah dengan Raja Charles II pada 1662 yang pertama kali menyajikan teh untuk para pejabat kerajaan. Pada abad 19, para putri raja mulai melakukan “ afternoon tea “, yaitu minum teh sambil makan kue-kue disore hari karena makan malam baru disajikan pada pukul 8 malam. Tradisi itulah yang berlanjut hingga banyak dibuka “ Tea House “ berkelas di London, Inggris. ( www.detikfood.com
). Oleh karena itu, bangsa Inggris memiliki
kebiasaan harus menyempatkan diri setiap sore hari untuk minum teh, dan segala kegiatan harus berhenti sejenak digantikan oleh acara minum teh tersebut. Pada
Universitas Sumatera Utara
awalnya, karena teh mahal dan merupakan barang mewah di Inggris, maka hanya golongan atas saja yang bisa menikmati minum teh. Namun kini budaya minum teh disore hari dapat dinikmati siapa saja dan menjadi budaya masyarakat Inggris yang terkenal di dunia. Dalam budaya Indonesia, minum teh adalah minum air yang mengandung seduhan daun teh. Untuk menambah nikmat, biasanya ditambahkan gula. Teh dapat disajikan pada pagi hari sambil menemani sarapan, maupun saat santai disore hari sambil ditemani pisang goreng hangat. Teh juga biasa disuguhkan jika ada tamu yang datang. Tidak ada aturan yang terdapat dalam minum teh ala Indonesia. Jika ingin minum teh, tinggal buat sendiri. Wadahnya pun sesuka hati, bisa menggunakan gelas dan bisa juga menggunakan cangkir. Di negeri Tirai Bambu Cina, budaya minum teh sudah ada sejak 3000 tahun SM, yaitu pada masa kekaisaran Shen Nung. Masyarakat Cina meyakini teh memiliki khasiat yang sangat bagus untuk kesehatan. Mereka percaya teh dapat menetralisir kadar lemak dalam darah, melancarkan air seni, dan menghambat diare. Dalam tradisi minum teh di Cina, ada dua wadah yang digunakan, yaitu sebuah gelas dan sebuah mangkuk. Gelas berfungsi untuk menghirup aroma teh, sedangkan mangkuk berfungsi untuk meminum air teh. ( Tradisi Minum Teh, groups.google.co.id ). Di Cina, penyajian minum teh tidak disertai dengan hidangan makanan. Daratan Cina mengenal penyeduhan dan penyajian teh untuk beberapa tujuan, seperti bentuk penghargaan kepada orang tua dan leluhur dengan cara menawarkan atau mengundangnya pada acara minum teh, mengumpulkan keluarga pada acara minum teh untuk keluarga besar, meminta maaf kepada
Universitas Sumatera Utara
seseorang dengan menyajikan teh secara langsung, hingga sebagai ungkapan terima
kasih
pada
orang
tua
atau
wali
pada
acara
pernikahan.
(
www.appetitejourney.com ) Minum teh sebenarnya bukan sesuatu yang istimewa, karena teh telah dikenal di seluruh dunia. Namun menjadi sajian seni dan ritual yang istimewa jika dinikmati di Jepang. Di negeri sakura ini, minum teh menjadi sesuatu yang sangat penting dalam estetika, dimana mulai dari persiapan sampai jamuan minum tehnya sendiri merupakan satu rangkaian ritual yang menarik. Masyarakat mengenal ritual ini dengan sebutan shadou atau chanoyu. Arti kata chanoyu sebenarnya adalah “ air panas untuk teh “. Namun kemudian berkembang menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang. Tradisi ini bermula sebelum jaman Edo, atau kira-kira 400 tahun yang lalu. Pada awalnya, tradisi ini hanya dilakukan oleh kalangan tertentu seperti para pendeta dan kaum bangsawan atau samurai, yang merupakan kebiasaan sosial untuk menjamu tamu terhormat. Upacara ini pada dasarnya adalah cara untuk menghormati tamu. ( http://yulider.blogspot.com ) Kebiasaan minum teh di Jepang dirancang oleh sekte Zen Budhis. Pendeta-pendeta Zen berkumpul di depan patung Budha dan minum teh dari sebuah mangkuk sambil melaksanakan suatu ritual khusus. Pada awalnya, mereka menggunakan teh untuk membantu mereka tetap terjaga dan tidak mengantuk pada saat melakukan kegiatan meditasi yang dapat berlangsung selama berjamjam. Pada akhirnya tradisi minum teh ini menjadi bagian dari upacara ritual Zen. Selama abad ke-15, hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal, dan kemudian berkembang menjadi upacara
Universitas Sumatera Utara
minum teh seperti yang kita kenal saat ini. ( http://izzymagazine.com/discuss.htm ) Setsuo Uenoda dalam Nio Joe Lan ( 1962 :165 ) mengartikan upacara minum teh sebagai suatu permainan yang halus untuk orang-orang yang tertarik dengan seni kehidupan. Seni kehidupan yang dimaksud adalah bagaimana melatih kesabaran serta ketelatenan dalam berperilaku sehari-hari agar dapat meraih ketenangan dalam diri sendiri. Pada jaman dahulu, upacara minum teh juga menjadi ajang adu pengetahuan antara tuan rumah dengan tamu. Pengetahuan yang dimaksud adalah berupa pengetahuan tentang dari mana asal teh yang digunakan, apa jenis tehnya, darimana asal chawan dan peralatan minum teh lainnya, dan lain-lain. Sering pula upacara minum teh menjadi momen saling memamerkan peralatan minum teh, sebab peralatan minum teh sangat mahal. Sehingga pada jaman dulu, apabila seseorang mengadakan upacara minum teh, maka dia dianggap orang yang berada. ( Soshitsu Sen, 1979 : 11 ). Namun kini upacara minum teh ( chanoyu ) merupakan ritual yang tidak hanya sekedar momen untuk adu pengetahuan maupun untuk memamerkan peralatan minum teh. Tetapi lebih ke momen yang memiliki makna yang sangat dalam, dimana seni dan pengetahuan menjadi satu.
2.2.
Sejarah Perkembangan Teh Teh termasuk jenis minuman dengan sejarah terpanjang. Hampir tidak ada
bangsa di dunia yang kesehariannya lepas dari minuman bernama teh. Minuman dari ekstrak dedaunan ini hadir di berbagai acara, formal atau nonformal. Budaya minum teh telah menjadi bagian dari sejarah dunia.
Universitas Sumatera Utara
Menurut sejarah, teh dikenal sekitar 2737 tahun SM pada masa kekaisaran Shen Nung di Tiongkok. Teh Tiongkok merupakan salah satu kebudayaan terbaik dari sekian banyak kebudayaan Tiongkok yang masih terpelihara hingga kini. Orang Tiongkok sangat memperhatikan rasa dan aroma teh. Mereka juga senang membanding-bandingkan satu jenis teh dengan teh lainnya. Bangsa Cina telah minum teh selama 5000 tahun. Asal mula teh pada awalnya masih merupakan legenda. Legenda yang paling terkenal adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung, yaitu seorang kaisar yang dikenal sebagai ahli pengobatan. Kaisar ini juga dikenal sebagai Bapak Tanaman Obat-obatan Tradisional di Cina pada saat itu. (http://ivanzz.dagdigdug.com ) Pada suatu hari, kaisar Shen Nung mengunjungi salah satu wilayah kekuasaanya. Dalam perjalanan yang jauh tersebut, rombongan kaisar beristirahat di tepi jalan. Para pelayan lalu memasak air untuk minum. Tanpa sengaja beberapa helai daun kering diterbangkan angin dan masuk ke dalam panci yang berisi air yang telah mendidih, yang membuat warna air dalam panci tersebut menjadi kecokelatan. Ketika kaisar meminum air tersebut, ia menemukan bahwa rasanya enak dan menyegarkan sehingga ia menyuruh pelayannya untuk membuat seduhan itu lebih banyak lagi. Menurut legenda, inilah awal dari kebiasaan meminum teh. Kebiasaan tersebut menyebar ke seluruh daratan Tiongkok dan akhirnya ke seluruh dunia. (http://www.faberhost.com ) Selama masa pemerintahan Dinasti Han Tang Soon dan Yuan, komoditas teh diperkenalkan ke dunia luar. Salah satu caranya antara lain melalui pertukaran kebudayaan
menyeberangi
Asia
Tengah,
menyusuri
Jalur
Sutra.
Di Cina terdapat banyak rumah minum teh yang menyediakan beberapa jenis teh.
Universitas Sumatera Utara
Bahkan, ketika jaman Dinasti Song, banyak diselenggarakan pesta teh. Pada tahun 1644, East India Company (EIC), perusahaan perdagangan Inggris di bawah pemerintahan Ratu Elizabeth I, membuka kantor di Xiamen. Pada masa itulah, daun teh dikenal umum sebagai minuman yang diseduh dengan air panas. EIC mendapatkan lisensi untuk mendatangkan teh pada tahun 1669 dari Cina ke Inggris dengan menggunakan kapal Elizabeth I. Sejak saat itu hingga sembilan tahun kemudian mereka memonopoli perdagangan teh. Selain dari legenda tentang Kaisar Shen Nung di atas, ada juga legenda lain yang mengisahkan tentang asal-usul teh, yaitu sebuah mitologi Jepang mengenai biarawan yang bertapa, Bodhidarma. Suatu ketika sang Bodhidarma tidak kuat lagi menahan rasa kantuk. Karenanya dia sangat kesal dan akhirnya dia membuang kelopak matanya ke tanah. Konon katanya kelopak itu yang kemudian tumbuh menjadi tanaman teh. (http://www.faberhost.com ) Di Indonesia teh dikenal sejak 1686 saat seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia. Semula teh hanya dipakai sebagai tanaman hias. Lama sesudah itu, pada 1728, pemerintah kolonial Belanda mendatangkan teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudidayakan di Pulau Jawa. Namun baru seabad kemudian, dengan dipelopori oleh Jacobson, teh menjadi komoditas yang menguntungkan, sehingga pemerintahan Gubernur Jenderal Van den Bosch menjadikan teh sebagai salah satu tanaman yang harus dibudidayakan melalui politik tanam paksa. ( www.korantempo.com )
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Jenis-jenis Teh dan Manfaat Teh Di antara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk minuman yang
paling banyak dikonsumsi masyarakat. Karena teh memberi banyak manfaat bagi kesehatan. Teh diperoleh dari pengolahan daun teh ( Camellia Sinensis ) dari Familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan RRC, India, dan Birma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6 – 9 m tingginya. Di perkebunan-perkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 m tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara terus-menerus setelah umur 5 tahun dan dapat memberi hasil daun teh cukup besar selama 40 tahun, lalu kemudian diadakan peremajaan. Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di daerah dengan ketinggian 200 – 2000 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi letak daerahnya, semakin menghasilkan mutu teh yang baik. Misalnya teh Darjeeling dari India, terletak di atas ketinggian 1500 m. ( Spillane, 1992 : 13 ) Teh berasal dari tanaman yang hampir sama disemua negara. Perbedaan di antara jenis teh tersebut dikarenakan perbedaan cara produksi dan iklim lokal, tanah, dan kondisi pengolahan. Ada kira-kira 1500 tanaman teh yang berbeda dan kira-kira 2000 campuran yang mungkin ( Spillane, 1992 : 22 ). Pada umumnya teh-teh dapat dikelompokkan dalam 3 golongan, yaitu : 1. yang difermentasikan atau teh hitam
Universitas Sumatera Utara
2. yang tidak difermentasikan atau teh hijau 3. yang setengah difermentasikan atau teh oolong Namun ada juga teh yang dikenal dengan teh putih. Teh ini dihasilkan dari daun teh pilihan yang menuntut penanganan ekstra hati-hati setelah pemetikan. Hanya daun-daun yang paling muda, yang masih dipenuhi bulu putih pendek atau bulu halus, yang digunakan. Tanpa adanya pelayuan, penggilingan dan fermentasi, membuat penampilan teh ini nyaris tidak berubah. Teh yang dihasilkan pun berwarna putih keperakan. Teh ini merupakan yang paling lembut dari semua jenis teh. ( www.liveconnector.com ) Teh hitam dibuat dengan proses fermentasi, yang menyebabkan daun-daun teh berubah menjadi hitam dan memberi rasa khas. Selama proses fermentasi, warna daun menjadi lebih gelap dan sarinya menjadi kurang pahit. Proses fermentasi berlangsung selama 2 sampai 3 jam. Kualitas teh yang akan dihasilkan kemudian, tergantung pada proses fermentasi ini. Akhir dari proses ini dikenali lewat wangi dan warna daun teh yang berubah menjadi merah perunggu. Di antara jenis-jenis teh, teh hijau yang lebih populer. Kunci popularitasnya terletak pada aroma alaminya dan manfaatnya bagi kesehatan. Teh hijau dikenal dua macam menurut tempat asalnya, yaitu teh hijau Cina dan teh hijau Jepang. Setelah selama berabad-abad menjadi minuman pilihan di Asia, kepopuleran teh hijau kini merambah ke negara barat. Untuk memproduksi teh hijau tidak bisa dilakukan sembarangan. Yang hendak dicapai dalam memproduksi
teh
hijau
adalah
mempertahankan
manfaat
kesehatannya,
kemurnian, dan senyawa aktif daun teh segar sehingga semuanya itu dapat dirasakan ketika teh disajikan.
Universitas Sumatera Utara
Teh oolong , meski tidak sepopuler teh hijau, juga memiliki penggemar sendiri. Teh oolong terbaik di dunia dihasilkan di India ( Assam, Darjeeling, dan Nilgiri ), Srilanka ( Ceylon ), dan Cina. Proses produksi untuk menghasilkan teh oolong lebih rumit dari teh hijau, yaitu diproses dengan menjaga agar daunnya tetap utuh. Oleh karena itu, dibuat dari daun-daun teh yang lebih besar dan lebih tua. Jenis-jenis teh hijau yang umum di Jepang adalah 1. Gyokuro Teh yang terpilih dari daun teh kelas atas yang disebut Tencha. Teh ini dinamakan Gyokuro karena warna hijau pucat yang keluar dari daun teh. Daun dilindungi dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma yang sangat harum. 2. Matcha Teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh dan dipakai untuk upacara minum teh. Matcha mempunyai aroma yang harum sehingga sering digunakan sebagai perasa untuk es krim rasa teh hijau, berbagai jenis kue tradisional Jepang, juga permen dan cokelat. 3. Sencha Teh hijau yang biasa diminum sehari-hari, dibuat dari daun yang dibiarkan terkena terpaan sinar matahari 4. Genmaicha Teh jenis bancha dengan campuran beras. Teh ini mempunyai aroma wangi butiran beras yang setengah gosong.
Universitas Sumatera Utara
5. Kabusecha Teh jenis sencha yang daunnya dilindungi untuk beberapa lama dari terpaan sinar matahari sebelum dipanen. Aroma teh kabusecha sedikit lebih lembut dibandingkan dengan teh sencha. 6. Bancha Teh kasar yang dibuat dari panenan yang kedua kali antara musim panas dan musim gugur. Daun teh untuk teh bancha biasanya lebih besar dari daun teh sencha dan aromanya tidak begitu harum. 7. Hoojicha Teh yang digongseng di atas penggorengan atau di dalam oven. 8. Kukicha Teh berkualitas rendah dari daun teh bercampur tangkai daun teh. ( Sato, 2005 : 11 - 12 ). Bila dibandingkan dengan jenis minuman lain, teh lebih memiliki banyak manfaat. Minuman ini bisa mencegah atau membantu penyembuhan penyakit mulai dari yang ringan sejenis influenza, hingga yang berat seperti kanker. Teh juga mampu mencegah penyakit jantung dan stroke. Minuman alami ini juga terbukti mampu menstimulir sistem sirkulasi, memperkuat pembuluh darah, dan menurunkan kolesterol dalam darah. Teh dapat membantu meningkatkan jumlah sel darah putih yang bertanggung jawab melawan infeksi. Di dalam saluran pencernaan, teh membantu melawan keracunan makanan dan mencegah penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri. Dengan kemampuan antibakterinya, teh membantu menghambat infeksi tenggorokan. Penelitian juga menunjukkan dengan meminum teh dapat membantu konsentrasi. Lebih dari itu, teh juga bisa
Universitas Sumatera Utara
digunakan sebagai obat luar untuk beberapa penyakit. Di Cina, teh hijau digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan luka atau mencegah penyakit kulit seperti kutu air. ( www.liveconnector.com ) Selain itu, semua bagian tanaman teh dapat digunakan sebagai bahanbahan kosmetik. Itu sebabnya banyak produk kecantikan yang mengandung teh, misalnya shampo, deodoran, hand & body lotion, pasta gigi, dan lain-lain. Teh juga dapat memperkuat gigi, melawan bakteri dalam mulut, mencegah terbentuknya plak gigi, serta mencegah osteoporosis.
2.4.
Tata cara dan Aturan dalam Upacara Minum Teh Upacara minum teh di Jepang merupakan ritual yang sangat rumit. Bagi
orang yang baru mengenal atau belum paham betul akan kegiatan ini, mungkin akan berpikir “ mau minum teh saja, kok repot “. Tetapi memang begitulah adanya. Upacara ini bukan sekedar minum teh seperti yang biasa kita lakukan. Ada banyak tata cara dan aturan yang terdapat dalam upacara ini. Bagi tamu yang diundang ke acara ini, diharapkan datang lima belas menit lebih awal. Kemudian, tamu yang telah tiba memasuki ruang depan ( yoritsuki ), dimana mereka bisa meninggalkan barang-barang milik mereka dan untuk berganti pakaian. Bagi tamu yang telah menggunakan kimono, biasanya membawa tabi, yaitu kaus kaki yang biasa digunakan dengan kimono, sedangkan bagi tamu yang menggunakan pakaian ala barat, biasanya membawa sepasang kaus kaki putih. Kemudian para tamu pindah ke ruang tunggu ( machiai ) dimana mereka dapat menunggu para tamu yang belum tiba dan saling berbagi pikiran. ( Soshitsu Sen, 1988 : 123 ). Untuk dapat membangkitkan suasana hati yang tepat untuk acara
Universitas Sumatera Utara
minum teh yang akan diadakannya, tuan rumah (teisu ) telah menyiapkan ruang tunggu ini sedemikian rupa. Dekorasinya sangat lembut, sehingga para tamu dibuat merasa nyaman. Ketika tamu terakhir dinyatakan telah tiba, asisten tuan rumah ( hanto ) membawa air panas dalam cangkir kecil dan mengatakan kepada para tamu untuk menunggu di rumah kecil yang terletak di halaman, dimulai dengan tamu utama berurutan samapai ke tamu terakhir. Mereka menggunakan sandal jerami yang telah disediakan oleh tuan rumah. Dalam rumah kecil, para tamu menemukan tumpukan alas duduk yang terbuat dari jerami. Alas duduk itu disediakan untuk masing-masing tamu. Kemudian tamu utama menyusun alas duduk tersebut di sepanjang bangku untuk semua tamu, lalu mereka duduk di tempat masing-masing. Di sini mereka dapat melihat keindahan pemandangan di taman. Tuan rumah, kemudian, mendatangi para tamu dan memberitahukan bahwa semuanya telah siap. Setelah memastikan bahwa ruang minum teh telah bersih dan dupa sudah ditaruh di atas tungku, dia keluar melalui nijiriguchi, lalu berjalan di atas batu menuju baskom yang berisi air ( tsukubai ), dan membersihkan dirinya dengan mencuci tangan dan berkumur. Setelah itu, tuan rumah berjalan menuju ruang minum teh. Namun sebelum itu, tuan rumah dan para tamu saling menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Lalu para tamu kembali ke tempat duduk mereka. Sementara tuan rumah bekerja dalam ruang persiapan ( mizuya ), setiap tamu bergiliran untuk membersihkan diri mereka dengan mencuci tangan dan berkumur seperti yang dilakukan sebelumnya oleh tuan rumah, sebelum mereka memasuki nijiriguchi.
Universitas Sumatera Utara
Di depan niriguchi, masing-masing tamu bergiliran membungkukkan badan di atas batu dan menempatkan kipas lipat di ambang pintu sebagai tanda hormat, dan secara singkat memandang bagian dalam. Kemudian, dengan menundukkan kepala melalui pintu masuk, tamu menempatkan sandal jerami dekat dengan kepunyaan tuan rumah. Dalam tearoom, setiap tamu maju ke tokonoma untuk mengagumi gulungan perkamen yang berisi tulisan atau gambar yang disebut kakemono, kemudian menghadap tungku dengan kipas lipat berada di depan masing-masing. Mereka mengambil tempat duduk untuk sementara sampai tamu yang lain selesai, dan saling membungkukkan badan dan mengambil tempat masing-masing. Tamu utama mengambil tempat yang paling dekat dengan tokonoma. Kemudian tamu utama sebagai juru bicara memuji tuan rumah yang telah membuat persiapan ruang tunggu dan taman dengan sangat bijaksana dan meminta keterangan tentang kakemono yang terdapat di tokonoma Setelah itu, tuan rumah mulai menyiapkan teh. Pada saat tuan rumah melakukan persiapan, para tamu memperhatikan sambil tetap duduk bersimpuh. Sementara itu, asisten tuan rumah menyajikan kue yang sangat manis ( kaiseki ). Dalam cara menyajikan dan mengambilnya terdapat aturan yang penuh dengan sopan santun. Antara penyaji dan tamu saling membungkuk sebagai tanda terima kasih. Para tamu kemudian memakan kue manis tersebut yang jenis kuenya telah disesuaikan dengan musimnya. Kue sengaja dibuat manis untuk mempersiapkan lidah pada saat akan minum teh yang rasanya sangat pahit. Selesai makan kue, tuan rumah mulai menceduk air yang mendidih, lalu dituang ke dalam chawan yang sudah berisi bubuk teh, kemudian mengaduk teh tersebut hingga berbuih. Chawan yang berisi teh dan kobukusa kecil dipersiapkan
Universitas Sumatera Utara
untuk tamu utama. Saat menyajikan teh kepada tamu utama, tuan rumah memegang chawan dengan kedua tangan dan memutarnya dua kali di atas tangan, lalu meletakkannya di atas tatami. Lalu tamu utama maju untuk menerima chawan dari tuan rumah. Tamu dan tuan rumah saling membungkuk pada saat chawan diterima oleh tamu, yang berarti tuan rumah mempersilahkan dan tamu menerima. Setelah menerima chawan dari tuan rumah, tamu utama kembali ke tempat semula. Sama seperti tuan rumah, tamu utama memegang chawan dengan dua tangan, lalu memutarnya dua kali sambil mengamati keindahan dari chawan, kemudian meminum teh tersebut. Pada upacara minum teh, tidak diperkenankan untuk berbicara dan menanyakan hal lain selain tentang teh dan peralatannya. Percakapan juga hanya antara tuan rumah dan tamu utama saja. Tamu lain hanya boleh mendengar saja. Sedangkan tamu utama boleh bertanya kepada tuan rumah tentang peralatan minum teh tersebut.
2.5.
Peralatan Chanoyu di Jepang Setiap kali ingin menikmati secangkir teh, diperlukan peralatan yang
khusus. Sekalipun minum teh untuk santai, misalnya, biasanya dibutuhkan teapot atau teacup set atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan perangkat minum teh. Perangkat minum teh ini biasanya terdiri atas sebuah teko dan dua sampai empat cangkir. Minum teh di Jepang menggunakan banyak peralatan khusus. Jenis peralatan yang digunakan, tergantung kepada jenis upacara minum tehnya. Untuk upacara minum teh yang formal, peralatan yang digunakan adalah peralatan yang
Universitas Sumatera Utara
sangat halus. Misalnya, menggunakan mangkuk yang dibentuk dengan sempurna yang dinamakan tenmoku, mengekspresikan pengertian dari tamu atau peristiwa pada saat upacara minum teh. Untuk upacara minum teh yang semiformal, menggunakan mangkuk yang simetris, atau mangkuk dengan Korean-style. Untuk upacara minum teh yang tidak formal, menggunakan peralatan yang lebih sederhana dari segi penampilan, tetapi tetap memperlihatkan keindahannya. ( Soshitsu Sen, 1979 : 34 ) Peralatan minum teh di Jepang terdiri atas : 1.
Chawan atau Mangkuk Dalam upacara minum teh di Jepang, mangkuk digunakan untuk minum
matcha, yaitu jenis teh hijau yang digunakan dalam upacara minum teh. Teh yang dibuat disajikan dalam mangkuk tanpa pegangan. Oleh karena itu, mangkuk teh ini tidak pernah diisi sampai penuh. Hal ini menjadikan baik bagian atas maupun bagian bawah dari mangkuk tidak terlalu panas, sehingga membuat mangkuk lebih mudah untuk dipegang. 2.
Natsume atau Tempat Teh Ada dua jenis tempat teh untuk menaruh bubuk teh hijau, yaitu natsume
dan chaire. Chaire adalah tempat teh untuk menyimpan teh kental seperti koicha. Chaire biasanya terbuat dari keramik dengan tutup dari gading dan ditempatkan di shifuku, sebuah tas dari kain sutra dan dilengkapi dengan tali. Natsume adalah tempat untuk menyimpan teh yang encer. Natsume biasanya terbuat dari kayu yang dihaluskan.
Universitas Sumatera Utara
3.
Chashaku atau Sendok Teh Sendok teh digunakan untuk menyendok bubuk teh dari natsume ke
mangkuk. Chashaku untuk upacara minum teh yang semiformal terbuat dari bambu atau kayu, dan untuk upacara minum teh yang formal, terbuat dari gading. 4.
Chasen atau Pengaduk Teh Berfungsi untuk mengaduk teh hingga berbuih. Chasen terbuat dari batang
bambu dengan panjang kira-kira lima inci dan berdiameter kurang dari satu inci. Dua inci pada bagian bawah menjadi pegangan, dan bagian atas dibelah menjadi banyak helai. Chasen yang digunakan untuk mengaduk teh encer, usucha, mempunyai kira-kira 80 – 200 helai belahan. Sedangkan chasen yang digunakan untuk mengaduk teh kental mempunyai lebih sedikit belahan. 5.
Hishaku atau Pencedok Air Hishaku digunakan untuk mencedok air dari ceret ke mangkuk. Hishaku
biasanya dibuat dari bambu dan dibuat dengan ukuran yang berbeda untuk musim yang berbeda. Hishaku untuk musim dingin sedikit lebih besar dan lebih kuat dari pada hishaku untuk musim panas. 6.
Kobukusa atau Tatakan Kobukusa adalah kain tatakan yang terbuat dari sutra yang diletakkan di
bawah mangkuk atau peralatan lainnya. Kobukusa dibuat dengan bermacammacam warna dan corak. Warna yang terang digunakan oleh wanita dan warna yang tidak terlalu terang digunakan oleh pria. Jika upacara minum teh dilaksanakan di ruangan yang besar, seorang pelayan akan memberikan magkuk dari tuan rumah kepada tamu. Dalam hal ini, mangkuknya diletakkan di atas kobukusa yang berfungsi sebagai nampan. Dalam
Universitas Sumatera Utara
ruang upacara minum teh yang kecil, tamu biasanya maju untuk menerima mangkuknya. Kobukusa juga berfungsi untuk melindungi tangan dari mangkuk yang panas, pada saat mangkuk diedarkan. 7.
Fukusa Fukusa adalah selembar kain kecil dari sutra yang digunakan untuk
membersihkan peralatan. Biasanya, fukusa yang berwarna jingga atau merah digunakan oleh wanita, dan yang berwarna ungu digunakan oleh pria. Namun fukusa dibuat dengan banyak warna. Beberapa dibuat dengan corak. Orang yang mengikuti upacara minum teh, akan memilih fukusa sesuai dengan musim atau juga sesuai dengan warna pakaian yang mereka gunakan. 8.
Chakin Chakin adalah kain linen kecil yang digunakan untuk mengelap mangkuk.
Pinggirannya dilipat dan dikelim dengan jahitan. 9.
Kama atau Ceret Kama atau ceret digunakan untuk memanaskan air. Kalau di dapur
biasanya digunakan ceret yang sederhana di atas kompor, tetapi di ruang minum teh Jepang, kama diletakkan di atas kompor arang yang disebut furo, dalam tungku yang terletak di atas lantai. Ada dua jenis kama, yaitu untuk musim panas dan musim dingin. Ada banyak bentuk dan tekstur yang berbeda pada kama, tetapi yang paling penting adalah kualitas dari suara yang ditimbulkan pada saat air mulai mendidih.
Universitas Sumatera Utara
10.
Teko Teko digunakan pada upacara minum teh yang khusus, misalnya pada saat
kama tidak digunakan. Seperti kama, teko juga memiliki bermacam-macam bentuk. 11.
Vas Bunga Pemandangan sederhana dari bunga sangat penting untuk membangun
suasana menarik dalam ruangan minum teh. Bunga dan vasnya dipilih sesuai dengan musim. Untuk musim panas biasanya dipilih vas bunga dari bambu, untuk musim dingin vas bunga dari keramik yang sering digunakan. 12.
Mizusashi atau Tempat Air Mizusashi atau tempat air adalah peralatan yang penting di ruang minum
teh. Pada musim panas, mizusashi yang digunakan adalah yang besar dan dangkal sehingga menciptakan rasa sejuk di ruang minum teh. Mizusashi ini terbuat dari keramik atau kayu. Pada musim dingin, mizusashi yang kecil yang digunakan. Mizusashi ini juga terbuat dari keramik. 13.
Kensui atau Tempat Pembuangan Air Kensui adalah tempat untuk membuang air, termasuk air yang digunakan
untuk menghangatkan mangkuk. 14.
Futa Oki Futa oki digunakan dalam upacara minum teh ketika kama dan hishaku
juga digunakan. Futa oki adalah tempat untuk menempatkan tutup ceret pada saat ceret dibuka. Futa oki terbuat dari bermacam-macam bahan, seperti perak, perunggu, keramik, dan bambu, juga dengan bermacam-macam bentuk.
Universitas Sumatera Utara
15.
Nampan Nampan pada upacara minum teh biasanya terbuat dari kayu. Nampan
digunakan untuk meletakkan makanan kecil yang akan ditawarkan kepada tamu, juga untuk meletakkan peralatan yang digunakan dalam upacara minum teh. ( Sato, 2005 : 14 - 20 )
2.6.
Teori Adaptasi Budaya Menurut Sulaeman ( 2005 : 46 -47 ), proses penerimaan perubahan
berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru di antaranya : 1. Terbiasanya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut. 2. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. 3. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. 4. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Upacara minum teh adalah salah satu contoh kebudayaan dari luar yang masuk ke Indonesia. Kebudayaan ini merupakan kebudayaan yang ada di beberapa negara, seperti Cina, Korea, dan Jepang. Seperti yang telah disebutkan
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya, bahwa kebudayaan ini berasal dari Cina. Namun upacara minum teh yang berasal dari Jepanglah yang lebih populer di Indonesia. Hal ini karena banyaknya orang yang tertarik dengan kebudayaan tersebut. Faktor lain yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antarbudaya adalah : 1. Besar – kecilnya perbedaan antara kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang dimasukinya. 2. Suasana lingkungan yang terbuka akan mempermudah seseorang untuk menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan suasana lingkungan yang tertutup. ( Sulaeman, 2005 : 49 ) Minum teh sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, upacara minum teh atau chanoyu dapat dengan mudah diterima di Indonesia. Tata cara dan aturan yang berbeda mengakibatkan banyak orang yang antusias untuk mengikuti upacara ini. Selain itu, dalamnya makna yang terkandung dalam chanoyu juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pesertanya. Itu sebabnya upacara minum teh atau chanoyu masih tetap bertahan hingga saat ini, khususnya di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara