BAB II TINJAUAN UMUM PT. SANBE FARMA
2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Sanbe Farma PT. Sanbe Farma secara resmi didirikan pada tanggal 28 Juni 1974 oleh Drs. Jahja Santoso, Apt., seorang farmasis yang lulus dengan predikat cum laude dari ITB. Pada tahun 1975 pabrik pertama di Jl. Kejaksaan no.35 Bandung mulai melakukan produksi sebagai industri rumah tangga (home industry) dengan jumlah karyawan hanya 4 orang termasuk Bapak Jahja Santoso. Produk pertama yang diproduksi adalah Kapsul Colsancetine®. Pada tahun 1980, PT. Sanbe Farma berpindah lokasi ke Jl. Industri 1 no.9 Cimahi dengan luas bangunan 8000 m2 dan luas lahan 10.000 m2. Hal ini disebakan karena adanya larangan Pemda tentang lokasi industri di pusat kota dan di tengah pemukiman penduduk. Bangunan ini dikenal dengan PT. Sanbe Farma Unit I dan mulai memproduksi produk non penisilin, non sefalosporin, hormon, dan obat hewan (veterinary) pada tahun 1982. PT. Sanbe Farma mulai berkembang dengan memproduksi produk OTC (Over The Counter) pada tahun 1992. Salah satu produk OTC yang memenangkan grand price “The Most Popular Brand “ di Indonesia tahun 1997 dan 1999 adalah Sanaflu®, non- drowsy cold and flu. Selain itu, pada tahun 2000 PT. Sanbe Farma memproduksi Poldan Mig®, obat migrain non resep pertama di Indonesia. Divisi veterinary telah memasarkan sekitar 64 produk kesehatan hewan unggas dan peternakan termasuk vaksin pada tahun 1985. Pada tahun
2005
veterinary mulai memproduksi beberapa obat hewan untuk ikan dan udang
15 Universitas Sumatera Utara
(aquaculture). Divisi ini telah memperoleh sertifikat GMP (Good Manufacturing Practices) untuk 7 jenis produk. Aktivitas di unit I terus berkembang sampai saat ini. Pada tahun 1996 bangunan PT. Sanbe Farma unit II didirikan untuk memenuhi tuntutan produksi yang semakin besar dan sesuai dengan CPOB, dimana bangunan untuk produk penisilin dan sefalosporin harus diproduksi di bangunan terpisah. Luas bangunan unit II adalah 5.600 m2 (5 lantai) dan luas lahan 4.900 m2. Unit II memproduksi khusus produk beta laktam dan sefalosporin dengan berbagai macam bentuk sediaan. San-Qlin-Eq juga terdapat di unit II, sebagai laboratorium studi bioavabilitas dan bioekivalensi untuk pengujian klinik dan preklinik produk-produk PT. Sanbe Farma dan juga menerima order dari perusahan lain. Gedung obat jadi (Finished Good Warehouse) dengan luas bangunan 6.160 m2 (3 lantai) dan luas lahan 5.980 m2 dibangun pada tahun 2003. Gedung Obat Jadi (GOJ) adalah tempat menyimpan obat jadi hasil pengemasan dari unit I, II, dan III. GOJ dilengkapi dengan cool storage untuk penyimpanan vaksin dan lemari khusus untuk penyimpanan obat psikotropika. Bangunan unit III dan Caprifarmindo Laboratories mulai difungsikan pada tahun 2005 dengan luas bangunan 29.000m2 dan luas lahan ±200.000 m2. Pembangunan unit III mengacu pada CPOB Australia, yang menjadikannya industri farmasi pertama yang dikendalikan oleh SCADA (Supervisory Computer Automatization Data Acquisition). Di unit III juga terdapat WWTP (Water Waste Treatment Plant) juga untuk pengolahan limbah dari unit I dan II.
16 Universitas Sumatera Utara
2.2 Visi dan Misi PT. Sanbe Farma yang bermottokan “Where Quality Counts”, terus menerus meningkatkan nilai lebih bagi konsumen dalam hal kualitas dan ketersediaan obat. Visi PT. Sanbe Farma adalah perusahaan berbasis inovatif dan teknologi sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi dunia. Misi PT. Sanbe Farma adalah menjadi perusahaan farmasi yang terunggul dalam inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi farmasi serta medis. 2.3 Lokasi dan Sarana Produksi PT. Sanbe Farma mempunyai beberapa tempat untuk melakukan aktivitas produksi yaitu: a. PT. Sanbe Farma unit I di Jl. Industri 1 no.9 Cimahi memproduksi produk non beta laktam , non sefalosporin , dan obat hewan (veterinary) b. PT. Sanbe Farma unit II di Jl. Leuwigajah no.162 Cimahi memproduksi produk betalaktam (lantai 2) dan sefalosporin (lantai 4) c. PT. Sanbe Farma unit III Jl. Industri Cimareme no.8 Padalarang memproduksi SVP (Small Volume Parenteral = injeksi volume kecil), LVP (Large Volume Parenteral = injeksi volume besar), tetes mata, sediaan steril semisolid, sediaan serbuk injeksi steril. Fasilitas PT. Sanbe Farma antara lain : a) WWTP dengan kapasitas 250 m3/hari, pengolahan limbah industri farmasi terbesar di Indonesia. b) Mesin dan peralatan utama 1. Produksi •
Mesin cetak tablet : Manesty dengan berbagai macam tipe
17 Universitas Sumatera Utara
•
Coating : Accelacota dan Nicomac, kapasitas masing-masing 200 kg
•
Alat striping : Siebler, 8 jalur
•
Pengisi cairan : MAR, dengan kecepatan 200bpm
•
Pengisi cairan steril : Plumat untuk soft bag, dengan kecepatan 2000 bph (kemasan soft bag pertama di Indonesia). IMA untuk tetes mata, dengan kecepatan 120 bpm.
•
Pengering : FBD Glatt & Huttlin
•
Mixer : Collette Grall, mixing tank 6000 liter
•
Alat sterilisasi : Autoklaf (Fedegari & ICOS) dan Hot air (Lytzen).
2. Laboratorium Pengawasan Mutu (QC) dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut: AAS, HPLC, Kromatografi Gas, FTIR, TOC Analyzer, Endotoximeter, Particle Counter Liquid, dan Biological Safety Cabinet. c) Sarana Penunjang (Utility) •
Purified Generator : sistem Reverse Osmosis (RO) plus EDI
•
Air untuk injeksi : Finn Aqua 6 tingkatan (pertama di Indonesia)
•
Penyimpanan alkohol : tangki dengan kapasitas 20.000 liter. Gudang bahan baku (GBB) berada di masing-masing unit, gudang bahan
pengemas berada di Jl. Leuwigajah no.174 Cimahi, dan Gudang obat jadi (GOJ) di Jl. Leuwigajah no.184 Cimahi. Jadi, Total luas bangunan PT. Sanbe Farma (unit I,II, dan III, GBB, GOJ, dan Caprifarmindo) 52.360 m2 dan luas lahan ± 241.880 m2. Perusahaan yang tergabung dalam Sanbe Group adalah: a. PT. Sanbe Farma : Pharmaceutical Manufacture (Cimahi dan Cimareme) b. PT. Caprifarmindo Laboratories Pharmaceutical Manufacture (Cimareme)
18 Universitas Sumatera Utara
c. PT. Bina San Prima : Pedagang Besar Farmasi (Sale Agent) di Jl. Taman Sari no.10 Bandung d. San-Qlin-Eq : laboratorium studi bioavailabilitas dan bioekivalensi (unit II, Cimahi) e. Santosa Bandung International Hospital : Rumah sakit Internasional (Bandung) f. Holiday Inn : Hotel International (Bandung). 2.4 Penerapan CPOB di PT. Sanbe Farma Unit II PT. Sanbe Farma memperoleh grade A melalui audit CPOB pada bulan Juni 2005 untuk ketiga unit bangunan pabrik. Seluruh produk PT. Sanbe Farma yang dikeluarkan telah mendapat sertifikat CPOB dengan total 43 sertifikat CPOB. 2.4.1 Personalia PT. Sanbe Farma mempunyai karyawan ± 522 orang yang terdiri dari staf, karyawan tetap dan karyawan kontrak. Para karyawan terhimpun dalam wadah Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP) PT. Sanbe Farma. Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang memadai untuk menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Mereka harus memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik dalam melaksanakan tugasnya, hal ini dapat diketahui dari pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan. Mereka juga hendaknya memiliki sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB. 2.4.1.1 Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab Struktur organisasi di PT. Sanbe Farma terdiri dari bagian produksi dan pengawasan mutu yang dipimpin oleh orang yang berbeda yang tidak saling
19 Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Tiap manajer tidak memiliki kepentingan lain diluar pabrik, sehingga tidak menghambat dan membatasi tanggung jawabnya serta tidak menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial. Manajer produksi PT. Sanbe Farma dipimpin oleh seorang apoteker yang cakap, terlatih dan memiliki pengamalan kerja minimal 3 tahun dalam berbagai proses produksi, perencanaan proses, dan kemampuan manajerial yang bagus. Pada umumnya jabatan manajer produksi dipegang oleh seorang yang telah cukup lama bekerja di PT. Sanbe Farma karena telah mengenal seluk beluk perusahaan serta juga telah beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Manajer produksi bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi pelaksanaan tiap tahap dalam proses produksi serta menjamin kesesuaian prosedur tersebut dengan spesifikasi yang telah ditentukan perusahaan. Ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab manajer produksi : a) Bertangguang jawab atas terlaksananya pembuatan obat, mulai dari penerimaan bahan, pengolahan, pengemasan, sampai pengiriman obat ke GOJ. b) Memberikan pengarah teknis dan administrasi untuk semua pelaksanaan operasional kerja. c) Bersama-sama dengan manajer perencanaan dan pengadaan bahan dalam menyusun rencana produksi. d) Bertanggung jawab untuk memeriksa catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch serta menjamin bahwa produksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
20 Universitas Sumatera Utara
e) Jika ada kegagalan dalam produksi, mendiskusikannya dengan manajer pengawasan mutu dan mencari penyebab serta jalan keluarnya. f) Bertanggung jawab agar peralatan dan ruangan untuk keperluan produksi dikualifikasi dan divalidasi serta dipakai benar. g) Membantu pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjaga pelaksanaan terhadap peraturan CPOB. h) Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruangan produksi dan pengemasan. i) Bertanggung jawab menjaga moral kerja yang tinggi, kemampuan, pengembangan, dan pelatihan serta melakukan evaluasi tahunan atas semua karyawan yang dibawahinya. j) Membuat laporan bulanan dan anggaran tahunan untuk bagian produksi. k) Mengusahakan perbaikan biaya produksi. Manajer pengawasan mutu PT. Sanbe Farma adalah seorang apoteker yang cakap, terlatih, yang dapat bekerja secara professional. Ruang lingkup tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari manajer pengawasan mutu adalah : a) Manajer pengawasan mutu diberi wewenang dan tanggung jawab penuh atas penyusunan, verifikasi, dan pelaksanaan seluruh prosedur pengawasan mutu. b) Manajer pengawasan mutu sebagai satu-satunya yang memiliki wewenang untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi. Bila produk tersebut tidak sesuai dengan spesifikasinya, atau bahan yang dibuat tidak sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan maka manajer produksi langsung menolaknya.
21 Universitas Sumatera Utara
c) Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas di laboratorium kimia, mikrobiologi,
pelaksanaan
pengawasan
dalam
proses
(In
Process
Control/IPC) maupun pelaksanaan CPOB. d) Bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua pengujian dilaksankan dengan metode yang benar dan telah disetujui. e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi bahan baku, bahan pengemas, maupun proses produksi. f) Bertanggung jawab untuk meninjau sebuah catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch sebelum meluluskan obat jadi. g) Jika ada kegagalan dalam produksi, mendiskusikan hal tersebut dengan manajer produksi dan ikut serta mencari penyebab dan jalan keluarnya. h) Bertangggung jawab atas pengadaan, pemakaian, dan pembuatan pereaksi (baku pembanding primer dan baku pembanding sekunder). i) Bertanggung jawab agar alat-alat untuk analisis dipakai serta dijaga dengan benar, dikalibrasi dan senantiasa tersedia suku cadangnya. j) Bertanggung jawab moral kerja yang tinggi, kemampuan, pengembangan dan pelatihan serta melakukan evaluasi tahunan atas semua karyawan yang dibawahinya. k) Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjamin pelaksanaan CPOB secara ketat. l) Membuat laporan bulanan dan anggaran tahunan bagian pengawasan mutu. m) Memastikan bahwa semua prosedur analisa disimpan secara baik dan benar. n) Mengusahakan perbaikan biaya pengawasan mutu.
22 Universitas Sumatera Utara
Manajer produksi dan pengawasan mutu bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengesahan prosedur tertulis, pemantauan, dan pengawasan lingkungan pembuatan obat, pemberian persetujuan kepada pemasok bahan, pengamanan produk dan bahan dari kerusakan dan penurunan mutu, serta bekerja sama dalam penyimpanan dokumen-dokumen. Manajer produksi dan manajer pengawasan mutu dibantu oleh beberapa apoteker dan supervisor dalam pelaksanaan pengawasan secara langsung di lapangan. Supervisor ini bertangguang secara langsung kepada manajer produksi atau manajer pengawasan mutu. Supervisor di bagian produksi harus memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam teknik pembuatan obat, CPOB dan keterampilan dalam kepemimpinanya. Untuk supervisor di bagian pengawasan mutu harus memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam bidang analisis kimia, mikrobiologi, CPOB dan keterampilan dalam kepemimpinan. Uraian tugas dan tanggung jawab setiap karyawan yang bekerja di PT. Sanbe Farma diberikan dalam bentuk tertulis yang berisi pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan yang harus dimiliki oleh karyawan. Uraian tugas secara umum, tugas dan tanggung jawab karyawan serta hubungan kerja dengan karyawan lain, dibaca dan dapat dimengerti oleh karyawan yang bersangkutan. Kemudian ditandatangani dan diserahkan kepada kepala bagian personalia dan inspeksi diri serta kepada karyawan yang bersangkutan. 2.4.1.2 Pelatihan PT. Sanbe Farma mengikutsertakan langsung seluruh karyawan dalam proses produksi dan pembuatan obat. Tindakan professional dalam melakukan proses produksi oleh karyawan diawali dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan
23 Universitas Sumatera Utara
untuk memperkenalkan segala bentuk kegiatan produksi yang disertai dengan protap-protap yang ada sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing. Untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, sangatlah tergantung pada semua tindakan yang dilakukan karyawan selama proses, termasuk operator. Untuk itu, perlu juga diadakan pelatihan mengenai higiene perorangan serta prosedur pemakai dan pembersihan alat. Pelatihan diberikan oleh tenaga yang kompeten, biasanya diberikan oleh bagian pelatihan dan selalu dievaluasi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Di PT. Sanbe Farma terdapat 2 macam pelatihan, yaitu : ¾ Pelatihan internal yang diberikan oleh bagian pelatihan, manajer produksi, dan manajer pengawasan mutu. ¾ Pelatihan eksternal yang diberikan oleh pihak luar seperti supplier atau produsen mesin. Staf biasanya mengikuti pelatihan-pelatihan diluar, seperti seminarseminar atau pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak lain. Staf yang mendapat pelatihan tersebut dapat mensosialisasikan materi yang didapatnya kepada karyawan lainnya di perusahaan. Untuk karyawan yang bekerja di bagian steril, diberi pelatihan khusus tentang higiene perorangan, ruang steril, tata cara berganti pakaian, cara sterilisasi, prosedur desinfeksi, sanitasi ruangan steril, dan sebagainya. Karyawan yang bekerja dengan resiko yang tinggi diberi pelatihan intensif tentang keselamatan dan kesehatan kerja, penanganan bahan berbahaya, untu mengurangi resiko bila terjadi kecelakaan kerja.
24 Universitas Sumatera Utara
Pelatihan CPOB di PT. Sanbe Farma diberikan secara berkala minimal setiap satu tahun sekali untuk mengevaluasi kerja, kemungkinan terjadi perubahan baru dalam produksi dan juga diharapkan karyawan lebih terbiasa dalam menerapkan CPOB dalam rangkaian kegiatan produksi yang mereka lakukan. Khususnya untuk karyawan yang bekerja pada ruang steril dan daerah bersih, kepada mereka yang mempunyai resiko tinggi kontak dengan bahan-bahan toksik atau bahan yang menimbulkan reaksi alergi seperti beta laktam dan sefalosporin. Penerapan CPOB yang efektif dan efisien dapat memperkecil terjadinya resiko kesalahan. Program pelatihan dibuat oleh kepala bagian pelatihan dan inspeksi diri atas persetujuan manajer produksi dan manajer pengawasan mutu. Program pelatihan meliputi : ¾ Orientasi umum ¾ Pelatihan di tempat kerja ¾ Pendidikan kerja Program pelatihan dapat berupa pendidikan di kelas dengan memberikan ceramah, slide, film atau peragaan langsung di tempat kerja. Materi pelatihan diambil dari berbagai sumber yang terpercaya dan selalu diperbaharui agar tetap akurat. Catatan pelatihan setiap karyawan disimpan dengan baik oleh kepala bagian pelatihan dan inspeksi diri serta departemen yang terkait untuk melihat kemajuan setiap karyawan. Materi pelatihan yang digunakan juga disimpan sebagai bukti bahwa telah dilakukan pelatihan tersebut.
25 Universitas Sumatera Utara
Untuk menilai kualifikasi karyawan yang diadakan selama pelatihan, penilaian biasanya dilakukan dengan memberikan pertanyaan tertulis sebelum dan sesudah pelatihan, untuk mengukur sejauh mana karyawan dapat memahami materi pelatihan. Hasil penilaian setiap karyawan disimpan oleh kepala bagian pelatihan dan inspeksi diri. 2.4.2 Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan
perawatan
yang
efektif
untuk
menghindarkan
pencemaran-silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. PT. Sanbe Farma dibangun dikawasan industri yang jauh dari pemukiman penduduk dan dari tempat pembuangan sampah. Sumber cemaran yang tidak dapat dihindari adalah pencemaran udara oleh kendaraan karena dibangun di dekat jalan raya yang cukup padat frekuensi lalu lintasnya. Untuk mengatasi polusi udara ini, ruangan dilengkapi dengan sistem pengolahan udara (Air Handling Unit System) dengan memasang filter udara, antara lain: a) HEPA filter dengan efisiensi 99,997% untuk ruangan steril dan 95% untuk ruangan non-steril. b) Medium Filter dengan efisiensi 60-70% c) Pre-filter dengan efisiensi 30-40%
26 Universitas Sumatera Utara
Konstruksi bangunan unit II dibuat cukup tinggi dari permukaan tanah dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang baik, untuk mencegah resiko banjir dan rembesan air tanah. Dinding luar bangunan diberi cat yang tahan terhadap pengaruh cuaca dan air. Permukaan bagian dalam (dinding, lantai dan langit-langit) licin dan bebas dari retak dan sambungan terbuka dan mudah dibersihkan serta didesinfeksi. Lantai dan dinding kedap air. Sudut-sudut antara dinding, langit-langit dan lantai berbentuk lengkungan sehingga tidak menahan kotoran. Didalam ruang produksi tidak ada pipa-pipa yang menempel didinding kecuali pipa untuk mengalirkan air untuk produksi steril yang terbuat dari stainless steel. Untuk mencegah bersarangnya binatang-binatang seperti binatang pengerat dan hama dilakukan pest control secara rutin. Tata letak ruang diatur sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi silang dan sesuai dengan alur produksi (urutan tahap produksi) dan sesuai dengan kelas kebersihan yang disyaratkan. Sistem pengaturan udara di ruang produksi dibuat sesuai dengan kelas ruangan dan dilengkapi dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban udara serta filter udara. Tabel 1. Susunan dan tata letak ruang di unit II Lantai
Ruangan/Kegiatan
1
Resepsionis, Gudang Bahan Baku, San-Qlin-Eq, bagian personalia dan umum, administrasi, bagian teknik, dan pengemasan produk penisilin
2
daerah produksi Penisilin, penerimaan bahan baku Pencillin, gudang bahan pengemas (Polycellonium), ruang plant manager, ruang manager produksi, ruang sampling bahan baku Penisilin dan ruang timbang.
27 Universitas Sumatera Utara
3
Bagian pengawasan mutu, bagian penelitian dan pengembangan (Research and Development) serta bagian compliance.
4
Sefalosporin, penerimaan bahan baku Sefalosporin, ruang sampling bahan baku Sefalosporin, gudang bahan pengemas (Polycellonium) dan bagian pengemasan Sefalosporin.
5
Kantin umum, bagian validasi
Produksi obat golongan beta-laktam dilakukan di ruangan terpisah dengan produksi sefalosporin sesuai dengan persyaratan CPOB. Terdapat ruang antara dan koridor untuk lalu lintas bagi karyawan dan barang tanpa harus melalui ruangan produksi. Kamar ganti dan tempat penyimpanan (locker) berhubungan langsung dengan daerah produksi tetapi letaknya terpisah. Toilet dibuat tidak berhubungan langsung dengan area produksi atau area pemyimpanan serta dilengkapi dengan ventilasi yang baik. PT. Sanbe Farma menyediakan tempat-tempat khusus untuk kegiatan seperti : a. Penerimaan bahan baku dilantai 1 b. Gudang bahan baku untuk produksi beta-laktam (lantai 2) dan sefalosporin (lantai 4). c. Ruang penimbangan dan ruang penyimpanan hasil penimbangan. d. Ruang pengolahan sesuai sediaan seperti ruang pencampuran, ruang pencetakan dan penyalutan kaplet, ruang pengisian kapsul, ruang pengisian sirup kering, ruang pencucian dan sterilisasi alat serta pakaian, ruang pengisian injeksi kering steril, ruang penyetripan, dan ruang
28 Universitas Sumatera Utara
karantina untuk menuju tahap produksi selanjutnya, dan ruang pengawasan dalam proses (In Process Control). e. Ruang pengemasan sekunder untuk beta-laktam dilantai 1 dan sefalosporin dilantai 4. f. Laboratorium PT. Sanbe Farma terdiri atas bagian pengawasan mutu dan bagian penelitian dan pengembangan. Untuk mencegah ruangan mencemari produk maka dilakukan pembersihan dan perawatan bangunan dengan metode khusus sesuai protap secara rutin dan teratur. Instalasi listrik di unit II sudah cukup memadai untuk membantu kelancaran produksi. Pintu darurat selalu terutup rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan hanya dibuka jika terjadi kebakaran. Ruangan pengolahan produk steril dirancang dan dibangun secara khusus dan terpisah dari daerah produksi lain. Pemisahan ruangan dilakukan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Pembuka kemasan komponen bahan baku steril melalui Pass through b) Kegiatan pencucian peralatan dan wadah untuk produksi steril dilakukan diruangan terpisah dengan kegiatan pencucian pakaian. c) Terdapat ruang pengisian injeksi kering yang dilakukan dibawah LAF (Laminar Air Flow), sedangkan untuk proses sealing vial menggunakan alucap dilakukan di ruangan capping. d) Terdapat ruang penyangga udara (ruang antara) yang menghubungkan ruang ganti pakaian dengan ruang pengisian produk steril. Untuk mengganti pakaian non steril dengan pakaian steril disediakan ruang ganti pakaian 1 dan 2 yang dipisahkan oleh ruang antara. Ruang ganti pakaian 1
29 Universitas Sumatera Utara
dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan alat pengering tangan dengan sistem udara kering. 2.4.3 Mesin-Mesin dan Peralatan Peralatan yang digunakan di PT. Sanbe Farma dalam pembuatan obat telah memiliki rancang bangun, konstruksi dan ukuran yang tepat sehingga mutu yang dirancang untuk tiap produk obat terjamin secara seragam dari batch ke batch serta memudahkan dalam perawatan pembersihan. Sebelum digunakan dalam pembuatan obat, peralatan divalidasi terlebih dahulu. 2.4.3.1 Rancang Bangun dan Kontruksi 1. PT. Sanbe Farma menggunakan peralatan dengan bahan yang inert yang digunakan untuk bagian yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara atau produk ruahan antara lain : • Stainless steel AISI (American Iron and Steel Institute) 304 sebagai bagian luar peralatan yang tidak bersentuhan langsung dengan produk (non contact part). • Stainless steel AISI (American Iron and Steel Institute) 316 yang digunakan untuk bagian mesin yang kontak dengan produk. Stainless steel AISI 316 dan 304 terdiri dari 2 tipe yaitu tipe L (Low Carbon) dan tipe biasa. 2. Bila tidak dapat dihindarkan penggunaan pelumas yang bersentuhan langsung dengan produk (punch dan die), digunakan pelumas khusus yang memenuhi kualitas food grade. Pelumas yang biasa digunakan adalah heavy duty pure food lubricant.
30 Universitas Sumatera Utara
3. Peralatan yang digunakan dirancang sederhana sehingga mudah dibongkar dan dipasang kembali sebelum dan sesudah pembersihan dan tidak ada bagian yang tidak terjangkau pada saat pembersihan sehingga tidak ada bagian sisa produk dan larutan pencuci. Permukaan peralatan terbuat dari bahan yang tidak mudah tergores. 4. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang bisa merugikan produk. Misalnya karena bocornya katup, meneteskan zat pelumas atau karena perbaikan, pemeliharaan, modifikasi yang salah. Setiap sambungan alat yang memerlukan pelumas dilengkapi oleh klep, supaya zat pelumas tidak menetes keluar dan mencemari produk. 5. Semua peralatan yang dipakai untuk pengolahan bahan kimia yang mudah terbakar ditempatkan di daerah kedap ledakan dan dilengkapi dengan perlengkapan elektrik serta dibumikan secara sempurna. 6. Peralatan untuk menimbang sebelum dipakai, diverifikasi terlebih dahulu dengan cara menyesuaikan nilainya dengan anak timbangan standar sesuai dengan instruksi dalam protap. Kalibrasi dan validasi peralatan dilakukan oleh tim yang bertanggang jawab secara rutin dan teratur. 7. Unit II hanya memproduksi sediaan kering, oleh karena itu penyaringan dilakukan terhadap udara yang kontak dengan bahan obat. 2.4.3.2 Pemasangan dan Penempatan Peralatan diletakkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi silang antar bahan diruang yang sama. Peralatan ditempatkan dengan jarak yang cukup renggang dari peralatan lain untuk memberikan keleluasaan kerja bagi karyawan dan memastikan tidak terjadinya mix up.
31 Universitas Sumatera Utara
Setiap ruangan produksi hanya terdapat satu peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan untuk melakukan satu tahapan produksi. Semua ban terbuka dan kerekan telah dilengkapi dengan pengaman untuk menahan alat pada lantai sehingga tidak bergerak. Saluran pipa, air dan udara mudah dijangkau dan telah dilengkapi dengan penandaan yang jelas untuk mencegah kekeliruan pemakaian. Penandaan berupa label berisi keterangan nama bahan yang terdapat dalam saluran pipa, tanda panah yang menunjukkan arah aliran bahan yang terdapat didalamnya. Pipa udara diberi keterangan mengenai temperatur dan tekanannya. Semua peralatan utama, telah diberi penomoran yang jelas untuk menunjukkan identitas : penempatan alat, peralatan untuk sediaan steril atau non steril, kegunaan dan nomor urut berdasarkan waktu kedatangan alat. Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendingin telah dilapisi dengan glass wool untuk mencegah kecacatan dan kehilangan energi. Saluran pipa ke alat yang bertekanan (seperti autoklaf) telah dilengkapi dengan perangkap uap dan saluran pembuangan yang berfungsi dengan baik. Sistem penunjang (ventilasi, pengatur suhu, kelembaban dan tekanan udara) divalidasi secara rutin dan teratur oleh tim validasi dari bagian penelitian dan pengembangan untuk memastikan kesesuaian fungsi dan tujuannya. 2.4.3.3 Pemeliharan Semua peralatan dirawat secara rutin dan teratur. Peralatan dibersihkan sebelum dan sesudah pemakaian untuk mencegah kontaminasi silang yang dapat mengubah identitas, kualitas, dan kemurnian produk yang dihasilkan. Proses perawatan dilakukan sesuai dengan instruksi dalam protap.
32 Universitas Sumatera Utara
Setiap pemakaian peralatan dicatat dalam buku khusus (log book) yang menunjukkan : ¾ Nama, tipe, dan merek alat ¾ Jenis ruang yang digunakan ¾ Nomor urut ¾ Tanggal dan jam alat tersebut mulai dipakai ¾ Nama produk serta nomor batch ¾ Tanggal dan jam alat tersebut selesai dipakai ¾ Tanggal dan jam alat tersebut mulai dibersihkan ¾ Tanggal dan jam alat tersebut selesai dibersihkan ¾ Paraf operator yang melaksanakan proses produksi serta paraf pengawas ¾ Paraf operator yang melaksankan pembersihan alat serta paraf pengawas yang memeriksa hasil pembersihan. 2.4.4 Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi pada PT. Sanbe Farma telah diterapkan pada berbagai aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene melingkupi antara lain : personalia, bangunan, dan peralatan. Sumber pencemaran dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. 2.4.4.1 Higiene Personalia Setiap karyawan PT. Sanbe Farma harus menjalani pemeriksaan kesehatan baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja. Pemeriksaan secara berkala dilakukan oleh dokter pribadi perusahaan. Pemeriksaan terhadap karyawan baru berupa pemeriksaan bersifat umum dan khusus (pemeriksaan buta
33 Universitas Sumatera Utara
warna dan mata). Untuk setiap staf dan karyawan, diperlukan hasil pemeriksaan rontgen. Pemeriksaan terhadap karyawan lama berupa pemeriksaan secara visual. Semua karyawan telah menerapkan higiene perorangan dengan baik. Pelatihan mengenai penerapan higiene perorangan dilakukan pada saat karyawan mulai masuk kerja dan diulangi setiap tahun untuk mengingatkan kembali. Penerapan higiene perorang ini meliputi : 1. Kesehatan perorangan 2. Pembersihan perorangan 3. Kebiasaan higiene 4. Tata cara berpakaian 5. Tata cara keluar masuk daerah produksi Karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat menurunkan kualitas produk, misalnya infeksi mata diberikan surat sakit dan diizinkan pulang. Karyawan yang menderita luka terbuka, luka tersebut harus ditutup dengan sempurna menggunakan kasa steril dan tidak boleh menangani produk secara langsung sampai benar-benar sembuh. Karyawan melaporkan bila ada sesuatu yang menurut penilaian mereka dapat mempengaruhi kualitas produk, misalnya adanya kesalahan baik sengaja atau tidak pada proses pengolahan, ruangan kotor, adanya kontaminasi pada bahan, kerusakan mesin, dan sebagainya. Karyawan yang menangani bahan baku, produk antara maupun produk ruahan secara langsung, telah menggunakan sarung tangan. Untuk keamanan sendiri dan menjamin perlindungan produk dari pencemaran, setiap karyawan telah dilengkapi dengan pakaian pelindung khusus sesuai dengan kelas
34 Universitas Sumatera Utara
kebersihannya. Pakaian pelindung yang digunakan harus bersih, oleh karena itu pencucian pakaian dilakukan secara terjadwal. Pencucian pakaian untuk bagian pengayakan dan pencampuran dilakukan setiap hari, sedangkan bagian yang lain umumnya 3 hari sekali. Untuk pakaian steril, dicuci setiap selesai digunakan dan dilakukan di ruang pencucian yang berbeda dengan pakaian non steril. Pakaian steril dicuci dengan deterjen khusus dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 122oC selama 1 jam. Karyawan tidak diizinkan keluar masuk daerah produksi secara sembarangan. Hanya karyawan yang berkepentingan yang boleh masuk ke ruang produksi. Keperluan yang tidak mengharuskan masuk ke daerah produksi, biasanya dilakukan di ruang antara. Karyawan diwajibkan untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptik dan mengeringkannya dengan mesin pengering tangan sebelum masuk ke daerah produksi. Prosedur ini harus disesuaikan dengan prosedur yang ada dalam protap. Untuk tujuan tersebut telah dipasang poster yang sesuai. Karyawan tidak diperbolehkan merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok, atau obat pribadi kedalam area produksi, laboratorium, gudang, dan area lain yang berdampak terhadap mutu produk. Kegiatan diatas hanya dapat dilakukan di area yang ditentukan. Semua barang pribadi karyawan harus disimpan didalam locker. Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung, telah diberlakukan bagi semua orang yang memasuki daerah produksi, baik bagi mereka yang bekerja tetap atau sementara serta bagi non
35 Universitas Sumatera Utara
karyawan yang berada di daerah perusahaan misalnya staf, pimpinan, kontraktor, pengunjung, dan tim inspektur. 2.4.4.2 Sanitasi Banguan dan Fasilitas Gedung telah dirancang dengan baik, untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi, baik pada permukaan lantai, langit-langit, dan dinding terbuat dari bahan khusus yang mudah dibersihkan. Jumlah toilet untuk karyawan sudah cukup memadai dan berada di luar daerah produksi. Toilet mudah dicapai dari area kerja dan dilengkapi dengan sistem ventilasi yang baik. Bak cuci tidak terdapat di daerah steril untuk menghindari pencemaran. Fasilitas khusus untuk penyimpanan bahan pribadi karyawan dan tempat penggantian pakaian telah tersedia. Masing-masing karyawan diberi locker dan telah tersedia rak khusus untuk meletakkan sepatu atau sandal rumah. Penyimpanan dan konsumsi makanan hanya dilakukan di ruang makan atau kantin di lantai 2 (untuk personil beta laktam), lantai 4 (untuk personil sefalosporin) dan lantai 5 (untuk personil lainnya) serta dilakukan hanya pada jam istirahat. Diluar jam istirahat, karyawan dilarang masuk ruang makan kecuali mendapat izin dari kepala bagian. Sampah dikumpulkan di tempat sampah yang tertutup dan dikosongkan secara rutin supaya tidak menumpuk dan dilakukan oleh karyawan dari bagian umum. Tempat sampah tidak ditempatkan di sembarang tempat karena merupakan salah satu sumber pencemaran. Rodentisida dan insektisida hanya dipakai diluar daerah produksi. Fumigasi hanya dilakukan pada saat proses desinfeksi ruangan. Bahan pembersih
36 Universitas Sumatera Utara
disimpan di ruangan khusus, supaya tidak mencemari produk. Pemakaian bahanbahan ini harus sesuai dengan intruksi dalam protap. Protap yang menerangkan tentang penanggung jawab sanitasi dan pelaksanaan secara rinci jadwal pembersihan, metode pembersihan, peralatan, bahan pembersih, dan fasilitas yang harus dibersihkan telah dibuat. 2.4.4.3 Pembersihan dan Sanitasi Peralatan Setelah selesai digunakan, pada peralatan yang akan dibersihkan ditempelkan label “UNTUK DIBERSIHKAN”, kemudian oleh operator alat atau mesin tersebut dibersihkan sesuai dengan protap. Setelah bersih, pada peraltan tersebut ditempelkan label “BERSIH”. Sebelum digunakan kembali, peralatan diperiksa kembali kebersihannya oleh pengawas untuk memastikan bahwa peralatan benar-benar bersih dan siap untuk dipakai. Kebersihan umumnya dilakukan dengan cara vakum dan lap basah (kanebo). Metode pembersihan dilakukan sesuai instruksi dalam protap untuk masing-masing peralatan. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan penyimpanan bahan pembersih telah dilakukan dalam ruangan yang terpisah dari ruang produksi. Prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat telah dibuat cukup rinci dan ditaati. Prosedur ini telah dirancang dengan tepat agar pencemaran oleh bahan pembersih dan sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini meliputi penanggung jawab kebersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang diperlukan untuk memastikan terlaksananya pembersihan yang tepat. Prosedur juga meliputi
37 Universitas Sumatera Utara
sterilisasi peralatan, penghilangan identifikasi batch sebelumnya. Pencatatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi telah dilakukan. 2.4.4.4 Validasi Prosedur Sanitasi dan Higiene Prosedur sanitasi dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala oleh tim validasi dari bagian penelitian dan pengembangan. Validasi dan evaluasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur cukup efektif dan memenuhi persyaratan yang ditentukan. 2.4.5 Produksi Produksi merupakan tahap penting dalam suatu pembuatan obat dan perlu diperhatikan dengan baik dan dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat menjamin produk yang menghasilkan obat jadi yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. 2.4.5.1 Bahan Awal PT. Sanbe mulai dari pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan dicatat dalam suatu catatan harian (log book) yang meliputi keterangan mengenai persediaan, nomor batch atau lot, tanggal penerimaan atau pengeluaran, tanggal diluluskan dan tanggal daluwarsa dari suatu bahan awal. Setiap bahan awal sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan, dikarantina terlebih dahulu untuk diperiksa oleh bagian pengawasan mutu (Quality Control) agar memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan. Bahan awal yang tidak diluluskan diberi label “DITOLAK”, diletakkan di tempat terpisah, untuk kemudian dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan.
38 Universitas Sumatera Utara
Setiap pemeriksaan
penerimaan terhadap
bahan
kebenaran
awal semua
dilakukan data
pemeriksaan
yang
ditulis
meliputi
pada
label
“KARANTINA” dari setiap wadah bahan baku yang diambil contohnya dan pemeriksaan visual yaitu wadah rusak atau bocor, tutup wadah yang segelnya rusak atau bekas dibuka, wadah yang diragukan keasliannya, label pabrik pembuat tidak tercantum atau tidak jelas, serta tercium bau asing, basah atau keadaan fisik lain yang berbeda dari biasanya. Penyimpanan dilakukan dalam ruangan yang telah diatur suhunya, tergantung dari kestabilan bahan. Persediaan bahan awal diperiksa dalam selang waktu tertentu untuk meyakinkan bahwa wadahnya bertanda benar dan dalam kondisi yang baik. Pengambilan contoh ulang dilakukan sebagaiman spesifikasi bahan baku yang telah ditetapkan dan dipasang label “PENGUJIAN ULANG”. Penyerahan bahan awal dilakukan diruangan terpisah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Ruangan tersebut dilengkapi dengan vakum yang digunakan untuk membersihkan debu dan alat timbang yang telah dikalibrasi secara teratur. 2.4.5.2 Validasi Proses PT. Sanbe Farma menvalidasi semua proses produksi terutama tahap-tahap yang kritis yang dilakukan oleh tim validasi dan dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan serta didokumenatsikan dengan baik. Validasi yang dilakukan antara lain : validasi instalasi, validasi operasional, dan validasi kinerja alat. Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan dilakukan verifikasi terhadap setiap prosedur pelaksanaan untuk membuktikan bahwa prosedur
39 Universitas Sumatera Utara
bersangkutan cocok untuk pelaksanaan produksi rutin dan proses yang telah ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Perubahan yang berarti pada proses, peralatan dan bahan maka dilakukan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tepat menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. 2.4.5.3 Pencegahan Pencemaran Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat mempengaruhi kualitas suatu produk tidak dapat diterima. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang karena tidak sesuai dengan CPOB. Cemaran dicegah dengan cara pembersihan setiap selesai melakukan proses produksi, sterilisasi alat untuk bagian produk steril, udara yang masuk ke ruang produksi difiltrasi, pengukuran jumlah mikroba dilakukan secara rutin, dan sebagainya. Untuk mencegah kontaminasi silang karena penggunaan peralatan, maka setiap ruangan hanya terdapat satu alat untuk melakukan satu tahap produksi. 2.4.5.4 Sistem Penomoran Batch dan Lot Sistem penomoran batch dan lot di PT. Sanbe Farma
secara rinci
diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan, atau produk jadi dapat dikenali dengan nomor batch atau lot. PPIC bertugas mengeluarkan nomor TP (Turun Produksi) sebelum tahap produksi
dilakukan.
Kemudian
bagian
administrasi
produksi,
mencap
dokumentasi yang menunjukkan bulan, tahun, dan batas kadaluwarsa. Bagian administrasi produksi juga mencatat setiap nomor batch didalam buku khusus.
40 Universitas Sumatera Utara
PT. Sanbe Farma telah menerapkan metode khusus supaya nomor batch yang sama tidak digunakan secara berulang. Sistem penomoran batch ini digunakan pada setiap tahap pengolahan dan pengemasan. 2.4.5.5 Penimbangan dan Penyerahan Penimbangan. penghitungan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan merupakan suatu bagian dari alur produksi dan didokumentasikan secara lengkap, yaitu ditulis dalam catatan pengolahan batch disertai paraf petugas dan pengawas yang melaksanakan kegiatan tersebut. Catatan pengelolaam batch juga dilengkapi dengan keterangan rekonsiliasi dari tahapan proses. Prosedur penanganan, penimbangan, perhitungan, dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk jadi dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis. Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk jadi yang diserahkan harus telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu. Untuk menghindari mix up, kontaminasi silang serta kehilangan identitas, maka didaerah penyerahan hanya boleh dilakukan untuk satu batch saja. Setelah selesai penimbangan, penyerahan dan penandaan bahan baku, produk antara dan produk ruahan langsung diangkut dan disimpan secara tepat, dan dilakukan penandaan dengan penempelan label yang berisi keterangan bahan, nama produk beserta nomor batch-nya, yang ditempelkan dibagian luar tong dan dikemasan. Sebelum dilakukan penimbangan, pengawas produksi melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran penandaan bahan baku, termasuk label kelulusan dari bagian pengawasan mutu. Pemisahan fisik tidak dilakukan dengan sekat, tetapi dengan tong yang diberi identitas untuk batch dan diletakkan dalam
41 Universitas Sumatera Utara
tong yang berbeda. Pemeriksaan kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang diperiksa oleh 2 orang yang berbeda. Alat timbang dan alat ukur senantiasa diukur kapasitas, ketepatan, dan ketelitian sebelum digunakan dengan melakukan verifikasi harian sesuai dengan instruksi pada prosedur tertulis. Tempat penimbangan
dan penyerahan harus
dibersihkan setelah selesai dilakukan kegiatan dengan metode sesuai prosedur yang tertulis. Wadah dan peralatan yang digunakan untuk menimbang harus diperiksa terlebih dahulu kebersihannya oleh pengawas. Peralatan dan wadah yang sudah dibersihkan diberi label “BERSIH”. Bahan baku, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan oleh bagian GBB, diperiksa lagi oleh supervisor produksi, terutama hasil penimbangan dan penandaannya. 2.4.5.6 Pengembalian Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan harus diperiksa lagi kebenaran jumlah dan identitasnya oleh bagian IPC (In Process Control). Penyimpanan barang-barang tersebut dilakukan pada kondisi yang sesuai dengan stabilitas bahan. 2.4.5.7 Pengolahan Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa kesesuaian dengan catatan pengolahan dalam batch terlebih dahulu sebelum digunakan oleh pengawas produksi, meliputi nomor analisa, nomor batch, nama produk, bentuk sediaan dan kode-kode bahan baku.
42 Universitas Sumatera Utara
Sebelum pengolahan dimulai, kondisi daerah pengolahan telah dipantau dan dikendalikan sampai tingkat yang disyaratkan untuk kegiatan yang akan dilakukan misalnya pemeriksaan suhu dan kelembaban ruangan. Semua peralatan yang akan digunakan oleh PT. Sanbe Farma dalam proses pengolahan telah diperiksa sebelum digunakan dan dinyatakan “BERSIH” secara tertulis yang diperiksa oleh pengawas produksi, IPC dan apoteker produksi. Seluruh kegiatan pengolahan dan kejadian yang terjadi diluar prosedur yang ditetapkan harus dilaporkan pada manajer produksi dan dicatat pada catatan pengolahan batch disertai alasan dan penjelasan penyebab penyimpangan tersebut. Bila ada parameter yang di luar spesifikasi, maka harus dilakukan investigasi sesuai prosedur tertulis penyelidikan terhadap hasil uji di luar spesifikasi. Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara diberi label yang menyatakan tahap pengolahannya dan label tersebut berisi keterangan tentang nama produk, nomor batch, jumlah, tanggal kadaluwarsa dan tanggal dilakukannya proses. Semua produk antara dan produk ruahan diberi label yang tepat, bila belum diluluskan oleh bagian pengawasan mutu maka diberi label “KARANTINA” yang berwarna kuning dan baru setelah diluluskan diberi label “DILULUSKAN” berwarna hijau. Pengawasan selama proses dilakukan oleh petugas IPC dari bagian pengawasan mutu. Pencatatan dilakukan secara rinci selama proses pengolahan berlangsung. Hasil nyata dari setiap tahap proses batch yang dibuat telah dicatat dan dicocokkan terhadap hasil teroritisnya dalam perhitungan rekonsiliasi dan dilihat persen susut tiap tahap dan total produksi.
43 Universitas Sumatera Utara
Dalam seluruh tahap pengolahan, diberikan perhatian utama pada masalah kontaminasi silang. Cara lainnya adalah dengan peletakkan bahan untuk setiap batch dalam tong-tong tertutup dengan pengamanan ring lock disertai dengan penandaan yang jelas pada tong. Penanganan Bahan dan Produk Kering Bahan dan produk kering dapat menimbulkan masalah pengendalian debu serta kontaminasi silang, sehingga ruangan yang menghasilkan banyak debu, seperti ruang pengayakan, pencampuran, dan pengisian dibuat dengan sistem tertutup (close system) dan telah dilengkapi dengan dust collector. Selain itu ruangan juga dilengkapi dengan vacuum cleaner dan sistem aliran udara yang dilengkapi HEPA Filter. Peralatan yang digunakan umumnya terbuat dari stainless steel sehingga tidak terjadi pencemaran oleh serpihan logam, gelas, atau kayu. Sebelum dan sesudah proses pengolahan, operator produksi selalu memeriksa kembali keadaan seluruh bagian mesin terhadap adanya keausan dan kerusakan. Bila terdapat kerusakan segera dilaporkan kepada supervisor. Setiap sebelum dan sesudah proses selalu diperiksa kebersihan peralatan, untuk memeriksa kembali apakah ada kapsul atau tablet yang tertinggal pada mesin. Pencampuran dan Granulasi Mesin pencampur, pengayak, dan pengaduk dilengkapi dengan dust collector, kecuali bekerja pada sistem tertutup. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan, dan suhu) pada setiap proses pencampuran dicantumkan dalam catatan pengolahan batch
serta dipantau selama proses
44 Universitas Sumatera Utara
pengolahan berlangsung. Proses granulasi yang dilakukan di unit II adalah metode cetak langsung atau slugging. Pencetakan Tablet Mesin pencetak kaplet atau tablet pada PT. Sanbe Farma selalu dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa di ruangan terpisah, kecuali jika mesin digunakan untuk produk yang sama dan memerlukan kondisi yang sama (misalnya pembuatan Claneksi®). Untuk mencegah terjadinya mix up maka proses dikendalikan secara prosedural dengan menempatkan bahan atau produk ruangan dari satu batch dalam tong yang tertutup dan diberi penandaan yang jelas. Alat timbang untuk pengukuran bobot kaplet senantiasa diukur kapasitas, ketepatan, dan ketelitiannya. Sebelum digunakan dilakukan verifikasi harian sesuai dengan instruksi pada prosedur tertulis dan dikalibrasi secara berkala. Kaplet yang diambil dari ruang pencetakan untuk keperluan pengujian, atau keperluan lain yang mengharuskan dibawa keluar dari area produksi, tidak boleh dikembalikan. Hal ini dilakukan karena produk antara tersebut dibawa kedaerah dengan tingkat kebersihan yang berbeda dan resiko terjadinya kontaminasi produk sangat besar. Produk yang ditolak ditempatkan pada wadah tersendiri, ditempel label “DITOLAK” pada posisi yang mudah dilihat dan penyimpanannya dipisahkan dari yang lainnya. Sebelum dipakai, keausan punch dan die diperiksa secara teliti karena dapat mempengaruhi produk yang akan dicetak. Pemberian pelumas berkualitas food grade dapat dilakukan untuk menghindari keausan.
45 Universitas Sumatera Utara
Penyalutan Udara yang dialirkan kedalam panci penyalut adalah udara kering yang telah disaring dan memiliki mutu yang dipersyaratkan. Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara yang dapat menekan seminimal mungkin resiko pertumbuhan mikroba. Dokumentasi mengenai pembuatan dan pemakaiannya terdokumentasi dengan baik. Pengisian Cangkang Kapsul Cangkang kapsul sebagai bahan awal disimpan dalam ruangan khusus dengan kondisi suhu 15-25oC dan kelembaban udara dibawah 60% untuk mencegah kapsul menjadi kering, rapuh, dan lembek karena pengaruh suhu dan kelembaban. Penandaan yang jelas tetap dilakukan untuk mencegah mix up antar produk. Alat timbangan senantiasa diukur kapasitas, ketepatan, dan ketelitiannya sebelum digunakan dengan melakukan verifikasi harian sesuai dengan instruksi pada prosedur tertulis. Kapsul yang diambil dari ruang pengisian kapsul untuk keperluan pengujian tidak dikembalikan ke ruang produksi. Produk yang ditolak diberi
label
“DITOLAK”,
ditempatkan
pada
wadah
tersendiri
dan
penyimpanannya dipisah dari yang lainnya. Pemberian Tanda Tablet Salut dan Kapsul Tindakan khusus selalu diberikan untuk menghindari mix up produk selama proses dengan pemberian tanda polos pada tablet bersalut dan pewarnaan yang berbeda untuk cangkang kapsul. Tinta yang digunakan untuk pemberian tanda pada kapsul telah memiliki sertifikat food grade sehingga memenuhi persyaratan untuk bahan makanan.
46 Universitas Sumatera Utara
Untuk menghindari terjadinya mix up selama proses pemeriksaan, penyortiran, polishing, maka dalam satu ruang produksi hanya terdapat satu batch saja. 2.4.5.8 Pengemasan Kegiatan pengemasan di PT. Sanbe Farma dilakukan dengan pengawasan ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas. Untuk setiap kegiatan pengemasan selalu ada prosedur tertulis yang menguraikan: − penerimaan serta identifikasi produk ruahan dan bahan pengemas − pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan bahan pengemas (tercetak maupun tidak tercetak) yang akan dipakai adalah benar − pengawasan dalam proses selama pengemasan − rekonsiliasi terhadap produk ruahan dan bahan pengemas tercetak − pemeriksaan akhir terhadap hasil pengemasan. Semua kegiatan pengemasan dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian pelaksanaan pengemasan dicatat dalam catatan pengemasan batch. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan sesuai dengan daftar periksa untuk memastikan bahwa ruang kerja dalam keadaan bersih dan bebas dari produk dan bahan kemasan dari batch sebelumnya. Setiap penyerahan produk ruahan dan bahan pengemas diperiksa secara teliti identifikasinya oleh pengawas terhadap kesesuaian dengan catatan pengemasan batch dan dilakukan sesuai prosedur tertulis.
47 Universitas Sumatera Utara
Prapenandaan (Pengecapan) pada Bahan Pengemas Sebelum prapenandaan dimulai, pengawas memeriksa kebenaran bahan pengemas yang diperlukan, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, dan informasi lain yang diperlukan. Pengawas melakukan pemeriksaan berdasarkan instruksi pengemasan secara ketat pada tiap tahap proses pengemasan. Pemesanan bahan pengemas ke gudang bahan pengemas dilakukan 1 minggu sebelumnya dengan cara mengisi formulir laporan kontrol pengemasan. Bahan pengemas yang telah sampai disimpan pada wadah tertutup dengan penandaan yang jelas diruangan yang aman. Prapenandaan dilakukan di ruangan yang berbeda dengan ruang pengemasan. Seluruh bahan pengemas yang telah diberi prapenandaan, diperiksa sesuai dengan daftar periksa pengemasan sebelum dipindahkan kedaerah pengemasan. Kesiapan Jalur Pengemasan Sebelum menempatkan bahan pengemas dan produk yang akan dikemas pada jalur pengemasan telah diadakan pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh petugas yang ditunjuk, sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan untuk: − memastikan bahwa semua bahan dan produk terkemas yang berasal dari kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar-benar disingkirkan dari jalur pengemasan tersebut. − Meneliti kebersihan jalur dan daerah sekitarnya − Memastikan kebersihan peralatan yang dipakai.
48 Universitas Sumatera Utara
Pengawasan Selama Proses Pengawasan dilakukan berdasarkan prosedur tertulis yang menjelaskan mengenai titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, serta batas-batas hasil pemeriksaan yang diperbolehkan. Pengambilan sampel yang dilakukan pada awal proses pengemasan, setiap penggantian operator dan setiap kali diadakan perbaikan mesin. Pengawasan dalam proses meliputi pemeriksaan volume atau unit dosis, kebenaran dan kelengkapan isi dari produk yang dikemas serta kesesuaian hasil kemasan dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam prosedur pengemasan induk. Hasil pengujian dan pemeriksaan selama proses dicatat dalam catatan pengemasan batch. Pelaksanaan Pengemasan Untuk menghindari terjadinya campur baur selama proses, di bagian pengemasan beta laktam telah dibuat ruangan terpisah untuk pengemasan kapsul atau kaplet, sirup kering, dan injeksi kering. Sedangkan di bagian pengemasan sefalosporin dilakukan di ruangan yang sama tetapi dilakukan pemisahan dengan sekat partisi. Nama dan nomor batch produk terlihat jelas disetiap jalur pengemasan pada papan penandaan. Wadah untuk menyimpan produk ruahan harus disegel dan diberi label yang jelas. Setelah itu diperiksa oleh petugas IPC dan diserahterimakan ke bagian pengemasan. Daerah pengemasan dan wadah yang digunakan untuk produk ruahan dibersihkan menurut prosedur tertulis. Setiap bahan pengemas yang ditemukan pada waktu pembersihan diberikan kepada pengawas untuk keperluan rekonsiliasi dan dimusnahkan.
49 Universitas Sumatera Utara
Karyawan tidak membawa obat pribadi kedalam daerah pengemasan. Seragam karyawan tidak dilengkapi dengan saku, sehingga karyawan tidak dapat menempatkan bahan pengemas dan produk kedalam saku mereka. Bahan seperti perekat, tinta, dan cairan pembersih diberi penandaan dan ditempatkan pada tempat yang khusus dan terpisah. Penyelesaian Proses Pengemasan Pada pengemasan terakhir produk, bagian QA melakukan kembali pemeriksaan antara lain kelengkapan dan kesesuaiannya dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan produk. Dalam satu master box hanya boleh terdapat satu batch obat jadi. Bila ada karton yang tidak penuh maka dituliskan secara jelas jumlah produk terkemas yang berada di dalam master box, disebut produk recehan. Setelah proses rekonsiliasi pengemasan selesai, maka kelebihan bahan pengemas dan produk ruahan diawasi secara ketat, agar bahan pengemas dan produk yang memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan untuk dapat digunakan kembali lagi. Bahan pengemas dan produk ruahan yang tidak dapat dikembalikan diawasi oleh supervisor untuk menghitung jumlah dan jenis bahan yang akan diawasi. Jumlah yang dimusnahkan dicatat dalam catatan pengolahan batch. 2.4.5.9 Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan, dan Dikembalikan Bahan atau produk dapat diolah ulang atau dipulihkan jika bahan atau produk tersebut memenuhi persyaratan untuk diolah ulang dengan prosedur yang telah ditetapkan dan tidak terjadi perubahan yang berarti terhadap mutunya. Prosedur pengolahan ulang tersebut dicatat dan didokumentasikan.
50 Universitas Sumatera Utara
Proses ulang terhadap produk antara atau produk ruahan hanya dapat dilakukan bila tersedia proses pengolahan kembali yang telah divalidasi dan diteliti dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang akan terjadi, misalnya kecepatan disolusi, kekerasan tablet, kadar, pH, sterilitas dan sebagainya. Bila perlu dilakukan pemantauan stabilitas oleh bagian penelitian dan pengembangan. Proses ulang produk dapat digolongkan sebagai berikut: a. Produk antara, produk ruahan, atau obat jadi yang akan diproses ulang agar memenuhi spesifikasi mutu. b. Sisa produk antara, produk ruahan, atau obat jadi yang akan diproses ulang menjadi batch berikutnya. c. Produk jadi kembalian (internal yang berasal dari gudang produsen atau eksternal yang berasal dari distributor) untuk dikemas ulang saja. Untuk produk kembalian, pengemasan ulang produk jadi hanya dapat dilakukan apabila terjadi kerusakan label atau kemasan sekunder saja. Produk yang dikemas ulang harus diberi kode atau penandaan khusus serta memerlukan perhatian khusus selama penandaan dan pengemasan untuk menghindari kekeliruan atau pemasangan label yang salah serta membedakan batch tersebut dari batch asalnya. Jumlah produk antara, produk ruahan, atau sisa produk yang ditambahkan harus diuji (fisik) oleh QC untuk memastikan produk tersebut memenuhi spesifikasi sebelum dilakukan proses. Batas kuantitas yang dapat diikut sertakan dalam batch berikutnya hendaklah memperhatikan dan dihitung secara teliti dan dibatasi jumlahnya agar mutu produk yang akan diperoleh tidak terpengaruh.
51 Universitas Sumatera Utara
Jumlah produk antara atau produk ruahan. Yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 10% dari ukuran batch yang akan diolah. Obat jadi hanya dapat dikembalikan dari gudang pabrik jika disebabkan oleh beberapa faktor seperti kerusakan label atau kemasan luar, kotor dan rusak. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian label baru atau recover (penggantian kemasan), dapat juga dilakukan pengolahan ulang dengan memasukkannya kedalam batch berikutnya. Dengan catatan tidak terdapatnya resiko terhadap mutu produk. Proses ulang ini didokumentasikan dengan baik. Bila diberikan label baru, harus dihindari campur baur dengan produk lain atau terjadinya kesalahan pemberian label. Produk yang dikembalikan dari distributor, diuji secara lengkap di laboratorium pengawasan mutu sebelum diambil keputusan untuk diproses ulang. Apabila produk jadi dikembalikan dari rantai produksi, proses ulang dievaluasi secara kritis oleh bagian pengawasan mutu, meliputi penilaian terhadap sifat, kondisi, serta riwayat produk dijadikan bahan pertimbangan. Apabila timbul karaguan mengenai kualitasnya, produk kembalian sebaiknya dimusnahkan. 2.4.5.10 Karantina Obat Jadi dan Penyerahan ke Gudang Obat Jadi Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat diserahkan ke gudang obat jadi untuk siap didistribusikan. Bentuk pengawasan oleh QC adalah dengan memberikan label yang jelas, memastikan produk dan catatan menyeluruh mengenai batch yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Penyerahan obat jadi ke daerah karantina dan cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan dan cara pemindahan selanjutnya ke gudang obat jadi
52 Universitas Sumatera Utara
dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis. Seluruh batch yang sudah terkemas disimpan dengan status karantina selama menunggu pelulusan dari QC. Setiap obat yang statusnya masih karantina, membutuhkan kondisi penyimpanan yang khusus, diberi label yang jelas yang menyatakan syarat penyimpanannya. Pelulusan obat jadi oleh bagian pengawasan mutu adalah produk jadi yang telah memenuhi persyaratan pengawasan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan pengemasan. Bagian QC juga melakukan penyimpanan obat jadi yang sudah dikemas dalam jumlah yang cukup sebagai contoh pertinggal yang akan digunakan untuk pengujian di masa mendatang. Setelah bagian pengawasan mutu meluluskan suatu batch, obat jadi dipindahkan dari daerah karantina ke gudang obat jadi (GOJ). 2.4.6 Pengawasan Mutu Laboratorium pengawasan mutu di PT. Sanbe Farma unit II dibagi atas laboratorium kimia dan mikrobiologi. Kedua laboratorium tersebut ditempatkan dalam ruangan yang terpisah dan memiliki alat pengujian masing-masing. Selain itu, ruangan penimbangan, ruangan penyimpanan bahan, dan ruangan instrumen dipisahkan secara tersendiri. Area laboratorium QC dipisahkan dari kegiatan produksi dan pengemasan. Laboratorium QC khusus diletakkan pada unit II lantai III. Terdapat ruangan khusus untuk instrumen, ruang uji disolusi, spektrofotometer, dan ruang insrumen HPLC. Ruangan dilengkapi dengan penyaluran udara untuk asap, exhaust fan, AC dan terdapat pengendalian udara terpisah untuk masing-masing laboratorium (kecuali laboratorium pengujian potensi). Pada laboratorium kimia terdapat lemari
53 Universitas Sumatera Utara
asam yang memiliki sistem penghisap udara tersendiri. Untuk instalasi pipa diberi penandaan yang jelas untuk menghindari kekeliruan. Sampah dan sisa bahan laboratorium QC dibuang pada tempat yang telah disediakan. Bahan beracun dan bahan yang mudah terbakar disimpan pada tempat yang dirancang khusus dan terpisah, zat-zat tersebut berupa asam atau basa yang dinetralkan terlebih dahulu. Setelah itu, QC akan mengirim ke bagian teknik untuk dibuang ke PPLI di Bogor. Personil bagian QC terdiri dari apoteker dan analis yang terdidik dan terlatih serta berpengalaman dibidangnya. Tugas dan wewenang personil diterangkan dalam protap yang disimpan oleh yang bersangkutan. Tiap personil menggunakan pakaian pelindung, kaca mata pelindung, alat pengaman seperti respirator atau masker dan sarung tangan yang tahan asam atau basa yang diperlukan untuk tugasnya. Peralatan serta instrumen laboratorium uji disesuaikan dengan prosedur pengujian. Dibuat protap-protap untuk pengoperasian instrumen dan peralatan serta diletakkan di laci yang berdekatan dengan peralatan yang bersangkutan. Perawatan dan kalibrasi instrumen dan peralatan dilakukan secara rutin dan didokumentasikan, sedangkan verifikasi tetap dilakukan setiap hari sebelum digunakan. Terdapat penandaan yang jelas tentang keadaan instrumen, apakah berfungsi baik atau tidak. Tanggal dan waktu kalibrasi selanjutnya tertera pada instrumen dengan jelas.
54 Universitas Sumatera Utara
Alat pengaman dan pembasuh mata diletakkan di tempat kerja yang berfungsi baik, seperti laboratorium kimia diletakkan di dekat lemari asam yang airnya diganti secara periodik. Penerimaan dan pembuatan pereaksi serta media biakan dicatat dalam buku khusus. Pembuatan pereaksi dilakukan di laboratorium berdasarkan petunjuk pembuatan yang tertulis dan setiap pereaksi diberi label yang sesuai seperti konsentrasi, faktor standarisasi, batas waktu penggunaan, tanggal standarisasi ulang, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanda tangan petugas pembuat. Media biakan selalu dilakukan kontrol posistif dan kontrol negatif untuk membuktikan tidak adanya kesalahan terhadap interpretasi hasil pengujian. Baku pembanding berada dalam tanggung jawab seseorang yang ditunjuk. Baku pembanding disimpan ditempat dingin dan kering, serta digunakan secara tepat, terdapat penandaan yang jelas atau berupa kode untuk menghindari kekeliruan. Baku pembanding primer hanya digunakan untuk tujuan yang diuraikan dalam monograf. Sedangkan baku sekunder atau baku pembanding kerja, diturunkan dari baku pembanding primer secara periodik dan teratur untuk mengkoreksi adanya penyimpangan selama penyimpanan. Prosedur pengujian yang akan digunakan terlebih dahulu divalidasi dengan memperhatikan fasilitas dan peralatan yang ada. Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi memuat ketentuan dan cara pemeriksaan serta pengujian identitas, kemurnian, kualitas, dan kadar atau potensi. Prosedur pengujian memuat: •
Jumlah contoh yang diperlukan
•
Banyaknya perekasi yang diperlukan untuk pengujian
55 Universitas Sumatera Utara
•
Alat atau instrumen yang digunakan
•
Rumus perhitungang yang digunakan
•
Range yang diperbolehkan dan referensi yang digunakan sebagai acuan Pengujian dilakukan mengikuti instruksi pada prosedur pengujian untuk
masing-masing bahan atau produk dan diperiksa oleh supervisor. Catatan analasis meliputi: − Nama dan nomor batch − Nama petugas yang mengambil contoh − Metode analisis yang digunakan − Semua data analisis − Perhitungan dalam unit ukuran, rumus yang digunakan, dan range yang diperbolehkan − Kesimpulan (diterima atau ditolak) − Tanggal dan tanda tangan petugas yang melakukan pengujian − Nama pemasok, jumlah keseluruhan, dan jumlah bahan awal yang diterima − Jumlah keseluruhan, wadah, bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi dari batch yang dianalisis − Rujukan pustaka dari mana prosedur pengujian diambil Contoh pertinggal diberi identitas yang jelas, mewakili tiap batch bahan baku yang diterima, dan obat jadi dalam kemasan lengkap, disimpan dalam jangka waktu tertentu (sampai batas waktu kadaluarsa) dengan kondisi yang sesuai dengan label penandaan. Jumlah contoh pertinggal adalah minimal 3 kali jumlah untuk pengujian lengkap.
56 Universitas Sumatera Utara
Validasi pada PT. Sanbe Farma dilakukan oleh tim validasi. Validasi yang dilakukan antara lain: − Prosedur penetapan kadar, untuk mengetahui ketelitian dan ketepatan metode yang digunakan dalam memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan − Kalibrasi instrumen yang dipakai dalam pengujian, dilakukan secara berkala untuk menjamin bahwa instrumen tersebut memberikan hasil pengukuran dengan presisi dan akurasi yang tinggi. Spesifikasi ditetapkan sendiri oleh pabrik yang telah memenuhi persyaratan yang ada dalam farmakope dan senantiasa direvisi secara rutin. Spesifikasi dibuat dalam bentuk dokumen dan disimpan tersendiri, yang meliputi: •
Spesifikasi bahan baku
•
Spesifikasi produk antara
•
Spesifikasi produk ruahan
•
Spesifikasi produk jadi Pengambilan contoh dilakukan terhadap sebagian kecil dari batch yang
ada. Contoh yang diambil hendaklah mewakili batch yang ada dan berdasarkan prosedur tetap yang telah dibuat. Untuk zat aktif yang harus diukur potensinya, contoh diambil dari tiap wadah, sedangkan untuk bahan lain umumnya mengikuti rumus √n + 1. Contoh bahan awal dan produk antara, diambil secara acak mewakili tiap bagian wadah menggunakan peralatan yang sesuai. Sedangkan, untuk obat jadi diambil pada proses awal, tengah, dan akhir. Rencana pengambilan contoh hendaklah mempertimbangkan jumlah yang diterima, sifat bahan (bahan
57 Universitas Sumatera Utara
pengemas primer dan cetak), metode produksi dan pengetahuan tentang pelaksanaan sistem pemastian mutu. Pengambilan contoh dilakukan dengan tepat, untuk mencegah kontaminasi silang. Wadah untuk bahan contoh, diberi label yang menunjukkan isi wadah, nomor batch, tanggal pengambilan contoh dan tanda bahwa contoh telah diambil dari wadah tersebut. Pengambilan contoh bahan baku dilakukan pada tempat yang bersih dan sebelum diambil, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap kemasan awal. Instruksi pengambilan contoh meliputi cara pengambilan contoh, alat yang digunakan, jumlah contoh yang diambil, pembagian contoh sesuai kebutuhan (aseptik atau tidak), kondisi penyimpanan, dan pembersihan. Pengambilan contoh dilakukan ssuai dengan protap. Wadah yang digunakan untuk pengambilan contoh terbuat dari stainless steel atau bahan yang tidak mempengaruhi produk. Untuk mencegah kontaminasi silang, alat pengambilan contoh harus benar-benar bersih dan digunakan sesuai protap. Bahan baku yang akan diuji telah dilengkapi dengan sertifikat analisis dari produsen atau supplier. Bahan pengemas dilihat dari segi fisiknya (dimensi, ukuran, tata letak dan redaksi). Untuk menjamin keseragaman dan keutuhan batch, contoh diambil mewakili setiap batch produk antara dan produk ruahan untuk diuji identitas, kekuatan, kemurnian, dan kualitasnya. Produk antara dan produk ruahan yang ditolak diberi penandaan dan diawasi dengan sistem karantina.
58 Universitas Sumatera Utara
Setiap batch obat jadi dilakukan pengujian terhadap spesifikasi yang ditetapkan. Contoh diambil pada awal, tengah, dan akhir dengan jumlah tertentu (sesuai prosedur tertulis) untuk diuji dan sebagai contoh pertinggal. Contoh yang pengujian dibagi-bagi menurut kebutuhannya untuk dilakukan pengujian seperti penetapan kadar, pH, disolusi, keseragaman unit dosis dan sebagainya. Batch yang tidak memenuhi syarat, diselidiki kesalahannya dan dilakukan pengujian ulang bersama bagian penelitian dan pengembangan. Bila dilakukan pengolahan ulang, maka prosedur tersebut harus diperiksa dan disetujui oleh bagian QC. Uji sterilitas dilakukan terhadap obat jadi produk steril sebagai langkah pengawasan akhir untuk menjamin sterilitas produk. Hal-hal yang perlu diperhatikan: − Jumlah wadah yang dipakai untuk uji terhadap bakteri aerob/anaerob dan jamur. − Pengambilan contoh secara acak mewakili bagian awal, tengah, dan akhir proses, serta dilakukan secara aseptik. − Semua hasil harus didokumentasikan Uji endotoksin atau pirogen merupakan pengujian untuk bahan baku, produk ruahan, produk jadi, terhadap adanya endotoksin atau pirogen serta air untuk injeksi dengan persyaratan tidak boleh mengandung lebih dari 0,25 endotoksin unit/ml. Pengawasan lingkungan dilakukan dengan pemantauan mutu, kimiawi, dan mikrobiologi dari air. Pengujian secara mikrobiologi menggunakan media yang sesuai untuk menghitung jumlah bakteri serta menunjukkan kualitas air.
59 Universitas Sumatera Utara
Apabila hasil uji tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, hasil harus dikaji dengan mempertimbangkan faktor instalasi saluran dan filter air. Pencemaran terhadap lingkungan produksi, diperiksa dengan cara swab untuk menguji kebersihan ruangan dan alat, sedangkan untuk udara dilakukan dengan air sampler. Pengujian berkala terhadap lingkungan sekitar untuk mendeteksi adanya bahan obat lain atau partikel asing yang dapat dapat menimbulkan terjadinya kontaminasi silang. Pemantauan berkala juga dilakukan terhadap lingkungan produksi menggunakan settle plate dan dibiarkan minimal 3 jam, sesuai dengan persyaratan CPOB. Pengawasan selama proses dilakukan untuk menjamin keseragaman tiap batch dan keutuhan obat jadi terhadap prosedur tertulis. Prosedur ini dimaksudkan untuk memantau hasil produksi dan melakukan validasi terhadap kemampuan proses produksi. Spesifikasi pengawasan selama proses, dibuat konsisten dengan spesifikasi obat jadi. Spesifikasi dijelaskan dari rata-rata proses yang diterima sebelumnya serta bila mungkin berdasarkan variabilitas proses. Produk selama proses diuji identitas, kualitas, dan kemurnian pada tahapan kritis serta dinyatakan lulus atau ditolak oleh bagian IPC. Pengawasan pada kemasan diperiksa oleh bagian IPC sebelum kegiatan pengemasan berjalan (kesiapan jalur pengemasan), selama proses berlangsung (diambil contoh pada produk awal, tengah, dan akhir), dan produk akhir yang sudah dikemas. Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi telah ditetapkan batas waktu penyimpanannya. Jika obat telah melewati batas waktu tersebut, maka bagian QC akan melakukan pengujian ulang berdasarkan tanggal
60 Universitas Sumatera Utara
pengujian ulang (retest date). Jika masih memenuhi syarat maka pada bahan diberi label “DILULUSKAN”. Selain itu, jika suatu bahan disimpan pada kondisi yang tidak tepat, maka bagian QC juga melakukan pengujian ulang untuk memastikan mutu sediaan apakah masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Bagian QC ikut berperan serta dalam pembuatan prosedur pengolahan induk dan proses pengemasan induk. Setiap perubahan dan penyesuaian pada prosedur tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh bagian QC sebelum ditetapkan. Selain itu, juga memberikan persetujuan terhadap setiap prosedur pembersihan dan sanitasi peralatan produksi. Bagian QC memeriksa semua catatan produksi tiap batch obat untuk menentukan apakah proses pengolahan telah memenuhi semua prosedur yang telah ditetapkan. Bagian QC juga melakukan penyelidikan terhadap produk yang tidak memenuhi spesifikasi kemudian dibuat laporan hasil penyelidikan yang sesuai dengan kesimpulan dan tindak lanjut. Untuk mengetahui stabilitas obat jadi, kondisi penyimpanan yang cocok dan tanggal kadaluarsa maka QC menyusun protap untuk pengujian stabilitas obat. Pengujian stabilitas obat meliputi: •
Jumlah contoh dan jadwal pengujian berdasarkan sifat zat yang diuji
•
Kondisi penyimpanan
•
Metode pengujian yang spesifik, bermakna, dan handal.
•
Pengujian produk dalam kemasan yang sama dengan kemasan produk yang dipasarkan
•
Pada obat jadi untuk rekonstusi, pengujian stabilitas dilakukan sebelum dan sesudah rekonstusi.
61 Universitas Sumatera Utara
Penelitian stabilitas dilakukan terhadap produk baru, produk dengan kemasan baru yang berbeda dengan standar yang telah ditetapkan, perubahan formula (metode dan bahan baku), batch yang sifatnya berbeda dengan standar atau batch yang diolah sendiri, dan produk yang beredar. Pada contoh pertinggal obat jadi dilakukan pengamatan lanjut. Bagian QC merancang protap penangan keluhan terhadap obat dan juga bertanggung jawab terhadap keluhan yang datang. Bagian QC bekerja sama dengan produksi dan pemasaran akan meneliti penyebab keluhan dan mengambil tindakan untuk mengatasi dan mencegah terulangnya keluhan tersebut. Catatan keluhan terhadap obat mencakup : a. Surat keluhan berisi nama sediaan, bentuk sediaan, bentuk kemasan, nomor batch, tempat terjadinya keluhan, nama dan alamat penyampaian keluhan, serta sifat keluhan. b. Hasil penelitian menjelaskan produk yang dikeluhkan (daerah peredaran, kondisi saat beredar, kondisi pemakaian produk, dan sebagainya), contoh pertinggal, catatan pengujian, catatan produksi, kondisi penyimpanan produk yang dikeluhkan, evaluasi hasil penelitian, dan tindak lanjut terhadap keluhan. Catatan ini disimpan dalam jangka waktu tertentu. Bagian QC bersama litbang bertanggung jawab dalam memilih pemasok yang mampu dan dapat dipercaya dalam penyediaan bahan awal. Semua calon pemasok dievaluasi secara berkala sebelum diberi pesanan. Inspeksi selalu dilakukan terhadap kredibilitas pemasok. Inspeksi tersebut dilakukan bersama litbang, bagian produksi, dan bagian pembelian. Selain itu mereka juga menilai kualifikasi pemasok.
62 Universitas Sumatera Utara
2.4.7 Inspeksi Diri Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu memenuhi ketentuan CPOB. Program ini dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan dilakukan suatu tindakan perbaikan yang diperlukan Sebelum melakukan inspeksi, tim inspeksi terlebih dahulu membuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB, antara lain: •
Personalia
•
Bangunan termasuk fasilitas untuk personil
•
Perawatan bangunan dan peralatan
•
Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi
•
Peralatan
•
Pengolahan dan pengawasan selama proses
•
Pengawasan mutu
•
Dokumentasi
•
Sanitasi dan hygiene
•
Program validasi dan re-validasi
•
Kalibrasi alat atau sistem pengukuran
•
Prosedur penerikan kembali obat jadi
•
Penanganan keluhan
•
Pengawasan label, dan
•
Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
63 Universitas Sumatera Utara
Tim inspeksi diri PT. Sanbe Farma terdiri dari bagian produksi, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan serta bagian teknik. Untuk memperoleh penilaian yang lebih objektif, maka tim inspeksi diri melakukan cross check yaitu tim inspeksi diri dari unit I memeriksa unit II atau III dan sebaliknya. Pada pelaksanaan inspeksi diikutsertakan wakil manajemen pabrik untuk dapat mengambil keputusan langsung di tempat dan mempunyai wewenang untuk memerintahkan perbaikan. Inspeksi diri mencakup semua bagian produksi, pengawasan mutu, teknik, dan gudang. Untuk inspeksi secara menyeluruh, dilakukan minimal sekali setahun. Setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan, dibuat laporan inspeksi diri yang mencakup: •
Hasil inspeksi diri terutama masalah yang memerlukan perhatian khusus.
•
Evaluasi dan kesimpulan
•
Saran tindakan perbaikan masalah yang ditemukan
Laporan inspeksi diri ini disampaikan kepada manajer produksi, manajer pengawasan mutu, manajer teknik, dan direktur pabrik. Bila diperlukan tindakan perbaikan terhadap hasil pelaksanaan inspeksi diri, maka setelah perbaikan diperlukan evaluasi kembali untuk menilai apakah perbaikan yang dilakukan, sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Pada saat inspeksi selanjutnya, hal-hal yang diperbaiki pada inspeksi terdahulu dievaluasi kembali.
64 Universitas Sumatera Utara
2.4.8 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali, dan Obat Kembalian 2.4.8.1 Keluhan Terhadap Obat Keluhan terhadap obat dan laporannya yang menyangkut mutu, efek samping yang merugikan atau masalah terapeutik, diteliti dan dievaluasi dengan cermat, dan selanjutnya dilakukan pengambilan tindakan yang sesuai dan dibuat laporannya. Jenis keluhan dan laporan dapat berupa : 1. Keluhan mengenai mutu yang menyangkut keadaan fisik, kimia, dan biologi dari produk dan kemasan. 2. Keluhan atau laporan tentang efek samping yang merugikan seperti reaksi alergi, reaksi toksik dan sebagainya. 3. Keluhan dan laporan medis lain seperti kurang memberikan respon klinis. 4. Keluhan dapat berasal dari pihak konsumen atau pihak luar lainnya, maupun dari pihak perusahaan sendiri, yang dapat disampaikan secara lisan dan tulisan. Semua keluhan hendaklah dilaporkan dengan menggunakan formulir Laporan Keluhan Kualitas Teknis Obat atau formulir Laporan Reaksi Merugikan dari Obat. Keluhan dan laporan ditangani oleh bagian pemasaran dan segera mengirimkan laporan tersebut beserta contoh obat (bila ada) ke bagian QC untuk dilakukan penelitian dan ke bagian yang bersangkutan dengan keluhan tersebut. Surat yang berisi keluhan diperiksa secara rincian dengan menyebutkan nama sediaan, bentuk sediaan, bentuk kemasan, nomor batch, tempat terjadinya keluhan, serta nama dan alamat penyampai keluhan. Dikumpulkan data-data mengenai lokasi pemasaran dan kondisi penggunaan dari batch yang dikeluhkan.
65 Universitas Sumatera Utara
Diamati contoh produk yang dikeluhkan dari segi fisik dan dibandingkan dengan fisik contoh pertinggal. Dikumpulkan juga data laporan mengenai catatan produksi, catatan analisa, dan pengujian di laboratorium QC. Semua data dan hasil penyelidikan, dievaluasi dan diambil kesimpulannya. Hasil penelitian dari bagian QC dibahas bersama bagian pemasaran, bagian produksi, dan bagian litbang untuk menjawab semua keluhan dan mengambil tindakan pencegahan atau pengamanan lain, seperti perbaikan formula atau proses produksi dan bila perlu penarikan kembali obat. Tindakan perbaikan meliputi : •
Perubahan komposisi
•
Perubahan bahan pengemas
•
Perubahan proses produksi
•
Perubahan kondisi penyimpanan
2.4.8.2 Penarikan Kembali Obat Penarikan kembali obat dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau berdasarkan pertimbangan adanya efek samping yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali obat dapat dilakukan satu atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari mata rantai distribusi. Penarikan kembali seluruh obat tertentu dari peredaran dapat menyebabkan penghentian sementara atau penghentian tetap terhadap pembuatan jenis obat yang bersangkutan. 1. Alasan penarikan kembali obat a) Cacat kualitas, dibagi menjadi dua golongan:
66 Universitas Sumatera Utara
•
Cacat kualitas estetika yaitu cacat kualitas yang secara tidak langsung tidak membahayakan pemakai tetapi perlu ditarik dari peredaran, misalnya kerusakan label atau kemasan.
•
Cacat kualitas dari segi teknis produksi yaitu cacat kualitas yang dapat menimbulkan resiko yang merugikan konsumen, misalnya salah isi, salah kadar dan salah label.
b) Reaksi merugikan dari obat yaitu reaksi yang menimbulkan resiko serius terhadap kesehatan atau terjadi peningkatan frekuensi efek samping obat yang dikeluhkan oleh perorangan atau suatu lembaga. c) Berdasarkan pemrakarsa penarikan kembali perusahaan atau pemerintah (BPOM) 2. Tingkat penarikan kembali obat Tingkat penarikan kembali obat jadi ditentukan berdasarkan luas dan jauhnya obat jadi tersebut beredar dipasaran, terdiri dari : − Tingkat 1 : bila obat baru mencapai distributor pusat − Tingkat 2 : bila obat sudah mencapai tingkat subdistributor (daerah) − Tingkat 3 : bila obat sudah didistribusikan dan sudah mencapai sarana pelayanan obat seperti apotek, rumah sakit, poliklinik, dan toko obat. − Tingkat 4 : bila obat telah didistribusikan secara luas dan telah mencapai konsumen seperti dokter dan pasien. 3. Tindakan pengamanan pendahuluan Dengan adanya laporan keluhan terhadap produk yang memiliki cacat kualitas teknis atau memiliki reaksi yang merugikan dan beresiko tinggi terhadap kesehatan manusia, maka bagian pemasaran harus segera mengambil tindakan
67 Universitas Sumatera Utara
pengamanan berupa pembekuan peredaran obat yang dikeluhkan dengan cara segera menginformasikan tindakan tersebut melalui telepon, faks, e-mail, dan surat edaran, tergantung dari resiko dan tingkat penarikan. 4. Pertimbangan untuk penarikan kembali Setelah mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium QC termasuk pemeriksaan terhadap contoh pertinggal dari produk yang bersangkutan, info dari dokter, atau pemakai obat tersebut secara tertulis, maka obat dapat ditarik dari peredaran. 2.4.9 Dokumentasi Seluruh proses yang dijalan dari semua bagian terdokumentasi secara menyeluruh. Penyusunan dokumen ini berperan penting dalam proses produksi obat serta kegiatan evaluasi yang perlu dilakukan dalam menghadapi perubahan tuntutan dalam perusahaan. Proses dokumentasi ini meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. 2.4.9.1 Dokumen Produksi Induk Dokumen produksi induk memuat nama produk, bentuk sediaan, kekuatan, pemerian, nama penyusun dan bagian, nama pemeriksa dan pengawas yang terlibat, daftar isi dan daftar distribusi. Dokumen induk memuat : a) Bagian umum yang memuat jenis kemasan, pernyataan tentang stabilitas produk,
tindakan
pengamanan
selama
penyimpanan
serta
tindakan
pengamanan lain yang perlu dilaksanakan selama pengolahan dan pengemasan.
68 Universitas Sumatera Utara
b) Komposisi atau formula untuk tiap-tiap satuan unit maupun contoh untuk satu batch yang digunakan. c) Daftar lengkap bahan baku d) Spesifikasi bahan baku e) Daftar lengkap bahan pengemas f) Spesifikasi bahan pengemas g) Daftar peralatan yang dipakai selama pengolahan dan pengemasan. h) Pengawasan dalam proses yang dilaksanakan selama pengolahan dan pengemasan i) Masa pakai produk 2.4.9.2 Prosedur Pengolahan Induk Prosedur pengolahan induk adalah dokumen yang kemudian digandakan untuk pencatatan pengolahan tiap batch produk. Prosedur ini telah diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai prosedur rutin dan harus mendapat persetujuan dari semua bagian dan disimpan di bagian PPIC. Prosedur pengolahan induk mencakup : a) Nama dan kekuatan produk serta pemerian bentuk sediaan b) Daftar lengkap bahan baku, dengan menyebutkan nama serta kode yang spesifik yang menunjukkan karakteristik mutu, misalnya monografi rujukan c) Pernyataan mengenai pemakaian jumlah bahan baku yang dilebihkan dan telah diperhitungkan. d) Banyaknya sisa produk yang boleh ditambahkan kedalam batch berikutnya. Pernyataan mengenai bobot atau ukuran teoritis yang diperbolehkan pada tahap pengolahan tertentu.
69 Universitas Sumatera Utara
e) Pernyataan mengenai hasil teoritis dan batas persentase hasil nyata yang diperoleh selama pengolahan. f) Lokasi pengolahan dan peralatan yang digunakan. 2.4.9.3 Prosedur Pengemasan Induk Prosedur pengemasan induk adalah dokumen ynag kemudian digandakan untuk pencatatan pengemasan tiap batch. Prosedur ini telah diujicobakan terlebih dahulu, sebelum digunakan sebagai prosedur rutin dan harus mendapat persetujuan dari semua bagian, disimpan di bagian PPIC dan memuat prosedur dan instruksi lengkap mengenai pengemasan, termasuk pengemasan dalam proses yang dilakukan oleh bagian produksi dan bagian pengawasan mutu, tindakan pengamanan dan hal khusus yang perlu diperhatikan selama pengemasan. Prosedur pengemasan induk dilengkapi tanggal dan tanda tangan manajer produksi dan manajer pengawasan mutu, antara lain mencakup : a) Nama, bentuk sediaan dan kekuatan serta pemerian produk ruahan b) Daftar lengkap wadah, tutup dan bahan pengemas termasuk label, dan penandaan lainnya. c) Prosedur rekonsiliasi antara produk ruahan dan bahan pengemas yang dikeluarkan. d) Lokasi pengemasan dan peralatan yang digunakan. 2.4.9.4 Catatan Pengolahan Batch Catatan pengolahan batch dilakukan bagi setiap batch obat dan mencakup data lengkap tentang pelaksanaan pengolahan dan pengawasan terhadap batch yang bersangkutan. Dokumen ini telah diperiksa kebenarannya dan ditanda tangani oleh manajer produksi. Catatan ini dicap nomor TP (Turun Produksi) oleh
70 Universitas Sumatera Utara
bagian PPIC kenudian diserahkan ke bagian produksi. Catatan pengolahan batch berisi instruksi lengkap dan rinci pada setiap tahap pengolahan yang mencakup : a) Nomor batch b) Tanggal mulai dan tanggal selesai pengolahan c) Identitas setiap peralatan utama serta identitas jalur dan lokasi yang digunakan. d) Bobot dan volume sebenarnya dari masing-masing bahan baku yang digunakan selama pengolahan serta paraf petugas yang menimbang dan petugas yang melaksanakan pemeriksaan ulang. e) Banyaknya sisa produk yang digunakan (bila ada) f) Catatan tentang pelaksanaan pembersihan alat dan ruangan g) Hasil dan pengawasan selama proses dan uji laboratorium h) Hasil nyata dan persentase terhadap hasil teoritis dari tahapan yang kritis. i) Pengambilan contoh yang dilakukan selama pengolahan beserta jumlahnya. j) Paraf operator dan supervisor yang melakukan atau mengawasi setiap langkah pengolahan. k) Rincian penyimpangan dari prosedur pengolahan induk dan persetujuan terhadap penyimpangan tersebut. l) Persetujuan yang dilengkapi tanggal oleh yang berwenang bahwa semua langkah pengolahan telah dilaksanakan sebagai prosedur pengolahan induk dan penjelasan tentang penyimpangan proses serta variasi hasil m) Penyellidikan terhadap kegagalan proses atau ketidaksesuaian dengan hasil nyata.
71 Universitas Sumatera Utara
2.4.9.5 Catatan Pengemasan Induk Prosedur pengemasan induk telah diperiksa kebenarananya oleh manajer produksi. Berisi instruksi lengkap tentang pelaksanaan pengemasan dan pengawasannya meliputi : a) Nomor batch b) Tanggal mulai dan tanggal selesai pengemasan c) Identitas peralatan utama, jalur dan lokasi yang digunakan d) Jumlah nyata dari masing-masing bahan pengemas dan produk ruahan yang digunakan disertai paraf petugas yang menghitung dan memeriksa ulang e) Hasil pengawasan dalam proses f) Catatan tentang pelaksanaan pembersihan alat yang digunakan g) Pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan h) Hasil nyata dan persentase terhadap hasil teoritis dan lama penyelesaian pengemasan. i) Contoh bahan kemas yang telah dicap dan catatan pemeriksaannya j) Pengambilan contoh selama proses dan jumlahnya k) Paraf petugas yang melaksanakan dan mengawasi setiap tahapan pengemasan. l) Catatan tentang rekonsiliasi dan disposisi bahan yang tidak terpakai m) Hasil pengujian obat jadi n) Penyelidikan terhadap kegagalan proses atau ketidaksesuaian hasil nyata o) Contoh bahan pengemas 2.4.9.6 Dokumen Pemeliharaan, Pembersihan, dan Pemantauan Kondisi Ruangan dan Peralatan a. Prosedur dan catatan pemeliharaan serta pembersihan peralatan
72 Universitas Sumatera Utara
− Pemeliharaan dan pembersihan untuk tiap peralatan dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis dan terjadwal serta didokumentasikan − Prosedur pembersihan peralatan yang digunakan dalam proses produksi menjelaskan cara pembersihan tiap pergantian produk atau batch. − Prosedur ini telah mencakup metode, peralatan dan bahan pembersih yang digunakan. Pelaksanaan pembersihan didokumtasikan dan dilampirkan dengan catatan pengolahan batch. b. Prosedur dan catatan pembersihan daerah produksi Prosedur pembersihan untuk daerah produksi mencakup ruangan yang harus dibersihkan, cara pembersihan, peralatan dan bahan pembersih yang digunakan, waktu dan jadwal pembersihan, serta telah didokumentasikan. c. Prosedur dan catatan pembasmian hama Prosedur pembasmian hama di PT. Sanbe Farma melakukan kerja sana dengan pihak luar dalam melaksanakan proses pembasmian hama. d. Prosedur dan catatan pemantauan partikel di udara sekitar mikroba. Prosedur pemantauan partikel udara dan mikroba pada daerah produksi, mencakup metode pemantauan dan daerah yang dipantau, spesifikasi dan tingkat pengambilan tindakan. Hasil pemantauan juga telah didokumentasikan. 2.4.9.7 Dokumen untuk Peralatan Khusus a. Prosedur kinerja untuk peralatan Prosedur untuk setiap peralatan tertentu, untuk menghindari terjadinya penanganan yang salah dapat mempengaruhi kualitas suatu batch produk yang menggunakan alat tersebut atau dapat merusak alat, telah dibuat yang pada umumnya berdasarkan manual book peralatan tersebut.
73 Universitas Sumatera Utara
b. Prosedur dan catatan kalibrasi peralatan khusus Prosedur kalibrasi untuk tiap peralatan khusus untuk memastikan bahwa peralatan tersebut memberi hasil penimbangan atau pengukuran yang akurat. Prosedur kalibrasi tersebut mencakup jadwal, standar rujukan, pereaksi dan alat kalibrasi yang diperlukan, metode kalibrasi dan buku pedoman yang digunakan. Pelaksanaan dan hasil kalibrasi juga telah didokumentasikan.
74 Universitas Sumatera Utara