6
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini merupakan kodrat dan anugerah dari tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008, hal. 3). Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Inisiasi menyusu dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati, 2010, hal. 106). Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimia yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin 6
Universitas Sumatera Utara
7
menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum, forsep, bahkan perasaan sakit di daerah kulit yang digunting saat di episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini (Roesli, 2008, hal 4). 2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan bayi a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi 1).Mengoptimalkan fungsi hormonal ibu dan bayi 2). Kontak kulit ke kulit dan inisiasi menyusu dini akan: a). Menstabilkan pernafasan. b). Mengendalikan temperatur tubuh bayi. c). Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik. d). Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif. e).Meningkatkan kenaikan berat badan bayi (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat). f). Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi. g). Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama. h). Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi. i). Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir. j). Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya (Depkes RI, 2008, hal 131).
Universitas Sumatera Utara
8
b. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu 1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. 2). Oksitosin: a). Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan. b). Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi asi. c). Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi. d). Ibu menjadi lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya. 3). Prolaktin: a). Meningkatkan produksi ASI. b). Membantu ibu mengatasi stres, terhadap berbagai rasa kurang nyaman. c). Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu. d). Menunda ovulasi (Depkes RI, 2008, hal 132). c. Keuntungan menyusu dini untuk bayi 1). Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum segera, keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. 2). Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi. 3). Meningkatkan kecerdasan. 4). Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan nafas. 5). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. 6). Mencegah kehilangan panas (Depkes RI, 2008, hal 132).
Universitas Sumatera Utara
9
d. Keuntungan menyusu dini untuk ibu 1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. 2). Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. 3). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi. e. Memulai menyusu dini akan 1). Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah. 2).
Meningkatkan
keberhasilan
menyusui
secara
ekslusif
dan
meningkatkan lamanya bayi disusui. 3). Merangsang produksi asi. 4). Memperkuat reflek menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir (Depkes RI, 2008, hal 132). 3. Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini a. Begitu bayi lahir, bayi diletakkan di atas perut ibu. b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya. c. Tali pusat dipotong lalu diikat. Verniks (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. d. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersamasama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
Universitas Sumatera Utara
10
e.
Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. f. Ayah didukung agar membantu Ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Biarkan dalam posisi ini selama satu jam dan sampai bayi menemukan puting susu ibu dan berhasil menyusu untuk pertama (Roesli, 2008, hal 9). 4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Caesar
Inisiasi menyusu dini secara standar tidak dapat dilakukan pada persalinan dengan operasi caesar, tetapi bila operasi caesar dilakukan dengan menggunakan anestesi spinal atau epidural , ibu dapat segera merespon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan untuk dilakukan kontak kulit dan usaha menyusu pertama di kamar operasi. Jika menggunakan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pemulihan pada saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk akibat pengaruh anestesi. Ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit sementara menunggu ibu sadar. Berikut ini tatalaksanannya :
a. Diperlukan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang suportif.
b. Usahakan suhu ruangan hangat (20-25°C). Sediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Bila perlu siapkan topi bayi.
c. Pada anestesi spinal / epidural, ibu akan sadar dan dapat merespon sedini mungkin.
Universitas Sumatera Utara
11
d. Pada anestesi umum kontak dapat dilakukan pada saat ibu mulai sadar walaupun masih mengantuk.
e. Ayah dapat melakukan kontak kulit dengan bayi sambil menunggu ibu responsif.
f. Anjurkan untuk segera kontak kulit dengan bayi sesegera mungkin. Kontak kulit dapat dilakukan setelah bayi stabil dan ibu responsif.
g. Bila kontak kulit ditunda, bungkus bayi sedemikian rupa sehingga mudah dibuka pada saat ibu sudah sadar.
h. Bantu bayi mulai menyusu pertama bila bayi dan ibu menunjukan kesiapan.
i. Bantu ibu menemukan posisi yang nyaman walaupun ibu terlentang dan bayi tengkurap.
j. Membantu ibu waktu bayi di rawat gabung selama 24 jam bersama ibu.
k. Waktu perawatan ibu yang lama dapat dipergunakan untuk membantu memantapkan menyusui (Roesli, 2008, hal. 22)
5. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat. c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
Universitas Sumatera Utara
12
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan
kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa
lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi. f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata (Roesli, 2008, hal 9). 6. Tahapan Perilaku Sebelum Bayi Berhasil Menyusui Berikut ini lima tahap perilaku bayi tersebut: a.
Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
b.
Antara 30-40 menit : bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
c.
Mengeluarkan air liur, saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
Universitas Sumatera Utara
13
d.
Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
e.
Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik (Roesli, 2008, hal 17).
7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini a. Bayi kedinginan – tidak benar Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam 2 menit jika bayi diletakkan di dada ibu. b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya – tidak benar Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. c. Tenaga kesehatan kurang tersedia – tidak masalah Saat bayi di dada ibu penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan suami atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
Universitas Sumatera Utara
14
d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk – tidak masalah Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. e. Ibu harus dijahit – tidak masalah Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu. f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir – tidak benar Menurut
American College
of Obstetrics and
Gynecology
dan
AcademyBreastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat di tunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur – tidak benar Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. h. Bayi kurang siaga – tidak benar Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu bayi tidur dalam waktu yang lama.
Universitas Sumatera Utara
15
i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan pre-raktal) – tidak benar Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.Warna kuning kolostrum adalah tanda-tanda kandungan protein dalam ASI, bukan berarti kotor atau basi. Selain protein, kolostrum/ASI pertama juga kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi baru lahir (Roesli, 2008, hal. 28). B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini. Keberhasilan insiasi menyusu dini yang mendukung peningkatan pelaksanaan insiasi menyusu dini di pengaruhi oleh: 1.Peranan Sosial Budaya Kemajuan
teknologi
perkembangan
industri
dan
pengaruh
kebudayaan barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat, memberi susu formula di anggap modern karena memberikan ibu kedudukan yang sama dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan mengendornya payudara membuat ibu-ibu enggan menyusui bayinya.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Peranan Tatalaksana Rumah Sakit atau Rumah Bersalin Peranan tata laksana rumah sakit atau rumah bersalin sangat penting mengingat kini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tata laksana rumah sakit yang tidak menunjang keberhasilan menyusui harus di hindari, seperti: a. Bayi yang dipuaskan beberapa hari, padahal refleks hisap bayi lebih kuat pada jam-jam pertama sesudah lahir. Rangsangan payudara dini akan mempercepat timbulnya hormon prolaktin untuk mempercepat produksi asi. b. Memisahkan bayi dengan ibunya karena tidak adanya sarana inisiasi menyusu dini menyebabkan ibu tidak dapat menyusui bayinya. Penggunaan obat – obatan selama proses persalinan seperti obat penenang yang dapat menghambat permulaan laktasi sehingga rasa sakit akibat episiotomi atau robekan jalan lahir dapat mengganggu pemberian asi (Soetjiningsih, 1997). C.Bidan 1. Pengertian bidan Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek (Sofyan, 2006). 2. Pengertian bidan praktek swasta Bidan praktek swasta adalah bidan yang memiliki surat izin praktek bidan (SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register)
Universitas Sumatera Utara
17
diberi izin secara sah dan legal untuk menjalankan praktek kebidanan mandiri (IBI, 2008, hal. 3). 3. Pelayanan kebidanan Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Atik, 2008, hal 6). 4. Asuhan kebidanan Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah kebidanan seperti kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Suryani, 2008, hal. 5). D.Peran dan Fungsi Bidan Peran Bidan •
Bidan sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki 3 kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan. Bidan mempunyai tugas mandiri sebagai pelaksana untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/ keluarga dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. (Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).
Universitas Sumatera Utara
18
Dalam ruang lingkup yang lebih luas dalam hal ini bidan menolong persalinan,
mendukung
ibu
untuk
menyusui
termasuk
membantu
terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini yang benar. ( Utami, R, 2008) •
Peran sebagai pengelola
Bidan mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/ klien. •
Peran sebagai pendidik
Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,
masyarakat
tentang
penanggulangan
masalah
kesehatan
khususnyan yang berhubungan dengan pihak terkait dengan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana.
(Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).
Dalam persiapan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini bidam memotivasi ibu hamil dan suami/ keluarga untuk melakukan pertemuan, untuk membahas keuntungan ASI, tatalaksana menyusui yang benar, dan Inisiasi Menyusu Dini. (Utami, R, 2008). •
Peran Bidan sebaagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidan kesehatan baik secara mandiri ataupun secara kelompok.
(Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).
Selain itu bidan juga mempunyai karakteristik profesionalisme yang berkaitan dengan praktek kebidanan dalam pelayanan sehari-hari. Sifat terbuka atau mampu
Universitas Sumatera Utara
19
menerima perubahan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan yang mana bidan dituntut harus mampu menguasai dan menggunakan pengetahuan teoritis sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Dan seorang bidan juga harus mengembangkan dirinya dengan pengetahuan terbaru tentang kebidanan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan. Pada saat seorang bidan ingin membuka praktek kebidanan maka harus dilalui dengan beberapa prosedur guna untuk meyakinkan masyarakat bahwa bidan tersebut mampu memberikan pelayanan yang aman, nyaman dan tepat dengan mempunyai surat izin praktek bidan (Sofyan, 2006, hal. 99). Fungsi Bidan Bidan sesuai dengan fungsinya dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya baik sebagai tenaga fungsional yang secara langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak, maupun sebagai tenaga struktural dituntut bekerja secara profesional yaitu bekerja sesuai dengan standar yang ada. Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan, dan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan prakteknya. Dalam melaksanakan praktek, bidan sering dihadapkan dalam pertanyaan: “Apa yang dikerjakan bidan dan bagaimana dia berkarya?”, untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu ditegaskan kompetensi pendukung yang harus dimiliki bidan (Zein dan Wahyuningsih, 2005, hal. 10). Kompetensi bidan dalam dokumen ini adalah meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek
Universitas Sumatera Utara
20
kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu ada 9 (sembilan) dengan penjabaran sebagai berikut : kompetensi ke-1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya, kompetensi ke-2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua, kompetensi ke-3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan, kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir, kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat, kompetensi ke-6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan, kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun), kompetensi ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif kepada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai budaya setempat, kompetensi ke-9 : Bidan melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan reproduksi. Menyadari bahwa bidan di Indonesia merupakan produk dari beberapa institusi maupun area pendidikan yang berbeda, maka dengan tersusunnya kompetensi bidan tersebut
Universitas Sumatera Utara
21
sangatlah bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki bidan di Indonesia (Yanti dan Nurul, 2010, hal. 5971). Didasari kompetensi tersebut, bidan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam
memberikan
asuhan
kebidanan
sesuai
kebutuhan
klien/pasien. E. Peran Bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini /Bounding Attachment Dalam terlasananya bounding attachment Bidan mempunyai Peran, Dimana Peran Bidan dalam pelaksanaan Bonding Attachment adalah Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran, Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan, Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar, Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi, Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan, Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu
Universitas Sumatera Utara
22
member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. ( Yetti Anggraini, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, hal 65-75) Peran bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini a. Sebelum persalinan (tahap persiapan dan informasi) 1. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penatalaksanaan inisiasi menyusu dini. 2. Mengkaji
kebersihan
diri
klien.
Bila
perlu
anjurkan
klien
untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu. 3. Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi menyusui dini yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi bayi. 4. Menganjurkan agar klien mendapat dukungan dan pendamping selama proses persalinan dari suami atau keluarga. 5. Membantu meningkatakan rasa percaya diri klien. Memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk persalinan. 6. Memfasilitasi klien mengurangi rasa nyeri persalinan dengan mobilisasi dan relaksasi b. Proses persalinan 1. Membuka baju klien di bagian perut dan dada. Menyimpan kain pernel yang lembut dan kering diatas perut ibu 2. Setelah bayi lahir, simpan bayi di atas perut ibu. 3. Bayi dikeringkan dari kepala hinga kaki dengan kain lembut dankering (kecuali kedua lengannya, karena bau ketuban yangmenempel pada lengan bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu) sambil melakukan penilaian awal BBL.
Universitas Sumatera Utara
23
4. Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan talipusat. 5. Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dadaibu tanpa dibatasi alas. 6. Selimuti ibu dan bayi, kalau perlu pakaikan topi di kepala bayi. 7. Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung bayi. 8. Membantu menunjukkan pada ibu perilaku Pre-feeding (Pre- feeding behavior) yang positif : istirahat dalam keadan siaga,memasukan tangan ke mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak kearah payudara dengan kaki menekan perut ibu,menjilat-jilat kulit ibu, menghentakan kepala, menoleh ke kanandan ke kiri, menyentuh putting susu dengan tangannya,menemukan putting susu, menghisap dan mulai minum ASI 9. Membiarkan bayi menyusu awal sampai si bayi selesai menyusu pada ibunya dan selama ibu menginginkannya. Bidanmelanjutkan asuhan persalinan. 10 Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting susu ibu. Bayi dan ibuakan merasa mengantuk. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vit K 11. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi dingin saatdisentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali didada ibu sampai bayi hangat kembali
Universitas Sumatera Utara
24
Hambatan terjadinya proses Inisiasi Menyusu Dini Terhambatnya proses IMD tidak hanya disebabkan oleh pemakaian obat kimiawi menjelang persalinan, tetapi juga beberapa pendapat atau mitos seputar IMD. Mitos adalah sesuatu yang dipercaya oleh masyarakat, tetapi belum tentu mengandung nilai kebenaran. Mitos biasanya tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Sedangkan fakta adalah sesuatu yang benar-benar ada atau benar-benar terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Hal yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayinya serta membuat masyarakat enggan menyusui bayinya yang baru lahir sesegera mungkin sebagai berikut : a.
Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk dapat meneteki
b.
Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri
c.
ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan
d.
ASI pertama (kolostrum) sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan menangis
e.
Kolostrum atau ASI pertama adalah susu basi atau kotor
f.
Bayi kedinginan
g.
Kurang tersedia tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan menyusu sendiri
h.
Kamar bersalin maupun kamar operasi sibuk, sehingga bayi perlu segera dipisahkan dari ibunya
i.
Ibu harus segera dijahit sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya
Universitas Sumatera Utara
25
j.
Bayi harus segera dibersihkan,diukur dan ditimbang setelah lahir
Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini 1. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri yang tinggi, dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan keluarga, jadi akan membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga mendampinginya. 2. Obat-obatan kimiawi, seperti Mis: pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing dan lain sebagainya coba untuk dihindari. 3. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya. 4. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi. 5. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi. 6. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya. 7. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, diantaranya: a. Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan. b. Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara. c. Bergerak ke arah payudara. d. Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran.
Universitas Sumatera Utara
26
e. Menyentuh puting susu dengan tangannya. f. Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan mulut terbuka lebar. 8. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan, seperti oprasi, berikan kesempatan skin to skin contact. 9. Bayi baru lahir dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah menyusu awal. Tunda prosedur yang invasive seperti suntikan vit K dan menetes mata bayi. 10. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. F. Faktor yang mempengaruhi Peran Bidan dalam pelaksanaan Bounding Attachment Menurut Ellen A. Benowitz salah satu Faktor yang mempengaruhi Peran Bidan dalam pelaksanaan bounding attachment adalah faktor kinerja dimana Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) berupa produk dan jasa yang dicapai seseorang atau kelompok dalam menjalankan tugas melalui sumber daya manusia sesuai tanggung jawabnya. Kinerja mengandung 2 komponen penting yaitu : a) Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya. b) Produktivitas berarti kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja.
Universitas Sumatera Utara
27
Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktivitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya. Kinerja tenaga kesehatan menjadi unsur yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka memelihara dan meningkatkan pembangunan kesehatan. Menurut Gibson (2003, hal. 253) kajian-kajian mengenai kinerja memberikan kejelasan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja personal, yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) variabel yaitu : a) Variabel individu : pengetahuan, beban kerja, kepuasan, latar belakang, karakteristik demografis. •
Pengetahuan
Adalah kemampuan intelektual responden yang mencakup pemahaman materi. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan, pelatihan maupun melalui pengalaman. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku petunjuk, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan juga merupakan resultan dari akibat proses penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur responden (Notoatmodjo, 2003, hal. 121-124). a .Variabel Organisasi : sumber daya, kepemimpinan, supervisi, imbalan atau intensif, kebijakan, struktur organisasi, dan desain pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
28
b) Variabel Psikologis : persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi • Motivasi Motivasi adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, guna mencapai suatu tujuan. Motivasi kerja adalah sesuatu menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan (Hasibuan, 2009, hal. 216). Di lihat dari teori motivasi, motivasi adalah tidak adanya kemauan dari diri sendiri untuk melakukan tindakan tersebut. Dapat dikarenakan seseorang tersebut bekerja disuatu pekerjaan tidak atas kemauan nya sendiri, tidak adanya dorongan dari pimpinan pekerjaan yang mendorong untuk melakukan pekerjaan itu dengan baik, tidak adanya motivasi yang diberikan pimpinan kepada pegawainya agar bekerja dengan baik. Motivasi adalah “kekuatan yang menyebabkan individu bertindak dengan cara tertentu. Orang punya motivasi tinggi akan lebih giat bekerja, sementara yang rendah akan sebaliknya.” John R. Schemerhorn, mendefenisikan motivasi sebagai “mengacu pada pendorong di dalam diri individu yang berpengaruh atas tingkat, arah, dan gigihnya upaya seseorang dalam pekerjaannya.” Motivasi merupakan pendorong utama perilaku seseorang dalam suatu pekerjaan. Jadi motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Dan motivasi sebagai proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut interinsik dan faktor diluar diri yang disebut faktor ekstrinsik.
Universitas Sumatera Utara
29
Sehubungan dengan dunia kerja, terdapat dua jenis motivasi yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik sehungan dengan reward nyata seperti gaji , keamanan posis, promosi, kontrak, lingkungan kerja dan kondisi kerja. Sebahagian besar dari dari reward nyata ini ada di level organisasi dan berda di luar kewenangan manager selaku individu. Motivasi intrinsic sehubungan dengan reward yang bersifas psikologis seperti kesempatan mengguanakan kemampuan, rasa tertantang untuk berprestasi, menerima pujian, pengakuan positif, dan diperlakukan secara baik. Motivasi merupakan keadaan yang mendorong dan memacu seseorang untuk berperilaku dalan rangka mencapai tujuan. Motivasi juga merupakan kebutuhan, keinginan serta hasrat yang mendorong seseorang dalam suatu arah tertentu. Motivasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena adanya motivasi, manusia lebih bergairah untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujauannya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yang dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, antara lain resepsi individu megenai diri sendiri, seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Presepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendoronga dan mengarahkan seseorang untuk bertindak, harga diri dan prestasi, faktor ini mendorong atau mengarahkan individu (motivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri , kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk berprestasi, adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
30
menjadikan dirinya berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Faktor selanjutnya adalah faktor eksternal yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu, antara lain jenis dan sifat pekerjaan, dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi inijuga dapat dipengaruhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud, kelompok kerja dimana individu bergabung, kelompok kerja tempat dimana individu bergabung dpat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu. Peranan kelompok ini dapat membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu sehungan dengan kiprahnya dalam kehidupan social, situasi lingkungan pada umumnya,setiap individu terdoronga untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorng seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor hygiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor hygiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termassuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Sedangkan faktor motivator (faktor intrinsik) memotivasi seseorang untuk berusaha untuk mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnyaa adalah achievement, pengakuan, kemajuan tungkat kehidupan.
Universitas Sumatera Utara