BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau akutansi suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan degan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan pada mulanya bagi perusahaan adalah sebagai alat penguji, tetapi kemudian lapiran keuangan berkembang dan di gunakan sebagai alat utuk menentukan atau menilai suatu posisi keuangan perusahaan tersebaut untuk menganalisanya. Menurut Baridwan (2008:17)laporam keuangan merupakan ringkasan dari proses pencatatan, dan merupkan dari suatu transaksi-transaksi keungan yang terjadi selama tahun buku yang bessangkutan. Sedangkan menurut Harahap (2008:7) mengemukakan bahwa Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1, Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
7
kuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”Laporan keuangan adalah suatu bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan (Ikatan Akutansi Indonesia 2009). Sedangkan menurut Hanafi (2007: 30) tujuan laporan keuangan adalah : 1. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan ekonomi yang rasional. 2. Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas perusahaan bagi pihak eksternal. 3. Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas perusahaan. 4. Menyediakan informasi sumber daya ekonomi dan klaim terhadap sumber daya tersebut. 5. Menyediakan informasi mengenai pendapatan serta komponenkomponennya. 6. Menyediakan informasi mengenai aliran kas perusahaan. Menurut Ikatan Akutansi Indonesia (2009) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan kinerja yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Salah satu tujuan peleporan keuangn sendiri biasanya di kaitkan untuk membantu investor, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk menaksir besar, waktu (timing) serta tingkat ketidak pastian aliran kas perusahaan atau entitas. tujuan yang lebih spesifik adalah untuk memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban dan modal sendiri dari suatu entitas atau perusahaan. 2.1.2 Komponen Laporan Keuangan Dalam setiap bentuk usaha atau perusahan sudah sewajibnya memiliki informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. lapora keuangan yag lengkap terdiri dari atas komponen berikut ini: 1. Nerca Neraca menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan. neraca perusahaan juga di sajikan sedemikia rupa yang menonjolkan bebagai unsur posisi keuangan yang din perlukan sebagai proses penyajian sacara wajar . dalam neraca juga mencakup pos-pos sebagai berikut: aktiva berwujud, aktiva tak berwujud, aktiva keuangan, Investasi yang di perlukan
dengan
mengunakan metode ekuitas, persedian, piutang usaha dan hutang lainya, kewajiban yang diestimasi, kewajiban berbunga jangka panjang, hak minoritas modal saham dan pos ekuitas lainya.(Ikatan Akuntansi Indonesia:2009)
2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan dan beban-beban suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi juga merupakan tujuan utama untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari suatu laporan laba rugi adalah keuntungan bersih atau kerugian. Kemudian bila perusahaan tidak membagi deviden, maka seluruh hasil akhir tersebut menjadi laba ditahan. Tetapi bila perusahaan membagi deviden, maka hasil akhir tersebut terlebih dahulu dikurangi dengan deviden untuk memperoleh nilai laba ditahan. dan laporan laba rugi perusahaan juga di sajikan sedemikia rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang di perlukan, bagi penyaji secara wajar. laporan laba rugi juga mencakup pos-pos sebagai berikut: laba/rugi perusahaan, beban pinjaman, pendapatan, beban pajak ,laba atau rugi dari aktvitas perusahaan, hak mnoritas, laba rugi bersih dan periode berjalan.(Ikatan Akuntansi Indonesia:2009) 3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar atau setra atas selama periode tertentu. dan arus kas diklasifikasikan menurut aktivitas oprasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaa.(Ikatan Akuntansi Indonesia:2009). Menurut Harahap (2008) mengemukakan bahwa “Laporan arus kas ini dinilai banyak
memberikan
informasi
tentang
kemampuan
perusahaan
dalam
mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.” 4. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan perubahan saldo akun ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal disetor, laba yang ditahan dan akun ekuitas lainnya.(Ikatan Akuntansi Indonesia:2009). Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. 5. Catatan Laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi atas penjelasan negatif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahaan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban komitmen.(Ikatan Akuntansi Indonesia:2009). 2.1.3 Rasio Keuangan Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan perlu diadakan interpretasi atau analisa terhadap data keuangan dari suatu perusahaan, dan data keuangan tersebut tercermin dalam laporan keuangan. Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, maka diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa keuangan adalah rasio keuangan. dan Rasio keuangan menggambarkan
suatu hubungan atau pertimbangan antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya dan dengan mengunakan alat analisis berupa rasio ini akan di jelaskan atau akan memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Harahap (2008: 218) rasio keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan. Menurut Kasmir (2008:104) rasio keuangan merupakan kegiatan pembandingan angka-angka yang ada pada laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang lainya. Perbandingan dapat di lakukan dengan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Dari penafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan suatu angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos-pos laporan keuangan yang saling memiliki hubungan yang relevan dan signifikan sehingga dapat memberikan informasi tentang kondisi dan posisi keuangan perusahaan. 2.1.4 Hutang 1) Pengertian hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu perusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang jangka panjang). Menurut Chairi dan Ghozali (2005: 157) hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang akan mendatang yang juga mungkin timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan ke entitas lain di masa
yang akan datang sebagai akibat di masa lalu. Sedangkan Menurut S. Munawir (2007:46) hutang adalah kewajiban (untuk membayar sejumlah uang) kepada pihak lain yang timbul dari transaksi yang telah terjadi, atau merupakan pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan di masa mendatang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh transaksi yang telah terjadi sebelumnya. 2) Klasifikasi hutang Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: a) Hutang lancar (hutang jangka pendek) Hutang lancar yaitu kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sutrisno (2009:9) mendenifikan hutang adalah suatu modal yang berasal dari pinjamaman baik dari bank, lembaga keuangan, maupun dengan mengeluarkan surat hutang dan atas penggunaan ini perusahaan memberikan kompensasi berupa bungga yang akan menjadi beban tetap bagi prusahaan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hutang jangka pendek merupakan kewajiban akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau siklus oprasi normal perusahaan dan harus diselesaikan (dilunasi) oleh perusahaan dengan menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang telah terjadi.
b) Hutang tidak lancar (hutang jangka panjang) Hutang tidak lancar yaitu kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Timbulnya Hutang Jangka Panjang Saat skala operasional perusahaan berkembang atau dalam membangun suatu perusahaan
dibutuhkan
sejumlah
dana.
Dana
yang
diperlukan
untuk Investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan manfa’at dalam jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau dengan menambah modal. Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menarik hutang jangka panjang atau menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham. Menurut Baridwan (2008: 365) mengatakan bahwa hutang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan hutanghutang yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Berdasarkan definisi dan penjelasan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hutang jangka panjang merupakan pinjaman yang diperoleh perusahaan dari pihak ketiga atau kreditor, yang jatuh temponya lebih dari satu tahun, dan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari aktiva lancar, serta hutang jangka panjang tersebut tidak boleh melebihi dari modal sendiri. Menurut Rudianto (2008:292), hutang dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis hutang berdasarkang kategori yang diciptakan yaitu:
1. Hutang Dagang adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit. 2. WeselBayaradalah agreement tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang ditetapkan. 3. Hutang Bank adalah kewajiban yang timbul dari tramsaksi pemberian pinjaman bank yang di berikan kepada perusahaan. hutang bank biasanya mencakup persyartan pembayaran, jangka waktu pinjaman dan bunga pinjaman yang di bebankan. 4. Hutang Deviden adalalah kewajiban perusahaan kepada pemegan saham untuk membayar di masa yang akan datang dalam berbagai bentknya, baik kas, surat berharga atau saham. 5. Hutang Pajak adalah kewajiban yang timbul akibat perusahaan belum membayar pajak yang di kenakan sesuai dengan perundangan yang berlaku, misalnya pajak pertambah nilai, pajak penghasilan dan pajak bumi bangunan. 6. Hutang hipotek adalah surat tanda berutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, dimana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot. 7. Hutang obligasi adalah surat tanda berutang yang dikeluarkan dibawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati.
8.
Hutang Wesel adalah hutang yang di sertai janji tertuilis kepada pihak kreditur untuk membayar sejumlah uang di masa yang akan datang dengan jumlah yang telah disepakati berserta bunga yang telah di tentukan.
2.1.5 Profitabilitas Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mamapu diraih perusahaan saat menjalankan kegiatan oprasionalnya. Profitabilitas juga menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Profitabilitas juga merupakan faktor pertimbangan untuk menentukan struktur modal perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil dikarenakan laba di tahan yang tinggi sudah cukup memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2007: 83) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Beberapa indikator rasio profitabilitas yang dapat di gunakan yaitu:
1. Return On Asset (ROA) Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasakan tingkat asset yang tertentu. ROA sering juga di sebut ROI atau Retrun On Invesment. ROA dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut: Retrun On Asset( ROA) Rasio yang tinggi menunjukan efisiensi dan efektifitas pengelolaan asset yang berarti semakin baik. Retrun On Asset atau return on investment menunjukan kemampuaan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Analisa ROA merupakan analisa yang menyeluruh dan di gunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan kegiatan oprasional perusahaan. 2. Return On Equity (ROE) Menurut Hanafi dan Halim (2007: 84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. ROE dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai
berikut: Return On Equity Dalam rasio ini angka yang tinggi untuk ROE menunjukan tingkat profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. karena rasio ini bukan pengukur return yang diterima pemegang saham. ROE dipengaruhi ROA
dan juga tingkat penggunaan utang, rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan apabila proporsi semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. 3. Net Profit Margin (NPM) Menurut Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini diinterprestasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekankan biaya-biaya (ukuran efisien) diperusahaan pada periode tertentu. dan profit margin dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut: Net Profit Margin (NPM) Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu . secara umum rasio yang renda menunjukan ketidak efisienan manajemen (Hanafi dan Salim, 2007: 83). Rasio ini untuk membandingkan ke untungan sesudah pajak dengan penjualan, sehingga dari perhitungan ini dapat di ketaui berapa keuntungan penjualannya. 4 . Gross Profit Margin (GPM) Menurut Kasmir (2008:117) rasio ini mengukur tingkat profitabilitas produk sebelu di kuranggi beban-beban yang lain. GPM dipengaruhi harga pokok penjualan. bila harga pokok meningkat maka GPM akan menurun dan sebaliknya sehingga rasio ini mengidikasikan kemampuan perusahaan berproduksi secara efisien. dengan rumus sebagai berikut:
Gross Profit Margin (GPM)
-
5. Earning Per Share (EPS) Menurut Kasmir (2008:121) rasio ini digunakan untuk menghitung besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS berarti semakin besar laba yang di sediakan bagi para pemegang saham, artinya EPS merupakan ukuran tinggkat kesejateraan bagi para pemegang saham. oleh sebab itu para investor lebih memilih berinvestasi pada perusahaan yang menawarkan saham dengan nilai EPS yang tinggi. Dan rasio ini dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut:
Earning Per Share (EPS)=
2.1.6 Kaitan Antara Hutang dan Profitabilitas Hartono (2008: 254), menyebutkan bahwa hutang itu mengandung resiko. semakin tinggi resiko suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya resiko dan sebaliknya semakin rendah resiko perusahaan, semakin rendah pula tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya resiko. Peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bagi perusahaan yang mencerminkan kemempuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang di tunjukan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan utang maka akan semakin besar
kewajibannya (Hilmi, 2010). Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan menunjukan bahwa pertumbuhan laba perusahaan baik. Demikian juga sebalikanya, penururnan laba dari tahun ke tahun menunjukan bahwa pertumbuhan laba perusahaan kurang baik. Menurut Simamora (2000) (dalam Hilmi 2010), laba suatu perusahaan dari tahun ke tahun dapat meningkat atau mengalami penurunan. Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan baik. Demikian juga sebaliknya, penurunan laba dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan kurang baik.
Porter
(1980) ( dalam Hilmi 2010), mengemukakan bahwa perusahaan yang berada pada
fase
pertumbuhan,
mempunyai
margin
dan
profit
yang tinggi.
Sedangkan Anthony dan Ramesh (1992) (dalam Hilmi 2010), menemukan pertumbuhan laba lebih besar pada perusahaan yang bertumbuh. Hal tersebut didukung oleh penelitian Ang Chua dan McConnell (1982) (dalam Hilmi 2010), mereka menemukan hubungan negatif antara pertumbuhan dengan utang. Begitu juga dengan Gordon Donaldson (1961) dan Breadly (1984), Titman dan Wessels (1988) (dalam Hilmi 2010) yang menyatakan bahwa terjadi hubungan negatif
antara
utang
dengan
profitabilitas,
dimana perusahaan
dengan
pertumbuhan yang tinggi, cenderung mengambil utang yang lebih sedikit. Barclay, Smith dan Watts (1998) (dalam Hilmi 2010), menyatakan perusahaan yang mempunyai opsi untuk tumbuh lebih besar akan mempunyai utang yang lebih sedikit dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan solusi atas masalah-masalah yang berkaitan dengan hutangnya. Dimana perusahaan dengan
laba bertumbuh mempunyai kesempatan yang profitable dalam mendanai aktivitasnya secara internal sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang terkait
dengan
hutangnya, selain itu dengan profitabilitas
yang
meningkat akan meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman (Hilmi, 2010). Jadi pada intinya jika pinjaman atau hutang mengalami perubahan maka profitabilitas suatu perusahaan juga akan mengalami perubahan. Tetapi perubahan tersebut terdapat dua sisi. Pertama, jika naiknya hutang akan menaikkan menurunkan
pula
profitabilitas
profitabilitas.
dan sebaliknya
Kedua, jika naiknya
turunnya
hutang
juga
hutang akan menurunkan
profitabilitas dan turunnya hutang akan menaikkan profitabilitas.
2.1.7 Penelitian Terdahulu TABEL.1 Daftar Penelitian Terdahulu Nama (tahun)
Judul penelitian
Perbedaan
Keterangan
Nazia Safitri Kalia (2012)
PENGARUH PENGGUNAAN HUTANG TERHADAP PROFITABILITAS: STUDI PADA PT SEMEN GRESIK Tbk
Dalam penelitian terdahulu tidak ada meneliti tentang NPM pada perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan pengaruh penggunaan hutang terhadap profitabilitas sangat berpengaruh secra keseluruhan bagi perusahaan baik dari ROA atau ROE yang ada pada perusahaan selalu mengalami peningkatan.
PENGARUH RASIO Dalam UTANG TERHADAP penelitian PROFITABILITAS PADA terdahulu tidak PERUSAHAAN MAKANAN ada meneliti DAN MINUMAN tentang NPM TERDAFTAR DI BURSA pada EFEK INDONESIA perusahaan.
Pada penelitian ini Perkembangan rata-rata Debt Ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2011 menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi. Debt Ratio tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 59,32%, dan terendah adalah tahun 2010 sebesar 44,77%. Sedangkan ratarata perkembangan Debt Ratio selama empat tahun pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI adalalah sebesar 51,615%.
DEDY SUPIA NTO (2012)
2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian di atas dan serta permasalahan yang telah di kemukakan, sebagai dasar perumusan hipotesis, berikut ini di gambarkan pada model kerangka pemikiran sebagai berikut:
Hutang Jangka pendek (X1) Profitabilitas (Y)
j
(ROA,ROE, NPM) Hutang Jangka panjang ( X2)
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah ,tujuan penelitian dan tinjauan teoritis seperti yang telah di uraikan sebelumnya maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Bahwa hutang jangka pendek dan jangka panjang memiliki pengaruh secara simultanterhadap Profitabilitas perusahaan air minum kemasan (AMK) yang terdaftar di BEI. 2. Bahwa hutang jangka pendek dan jangka panjang secara memiliki pengaruh parsial terhadap Profitabilitas perusahaan air minum kemasan (AMK) yang terdaftar di BEI. 3.
Hutang jangka panjang memiliki pengaruh yang dominan terhadap profitabilitas perusahaan air minum kemasan (AMK) yang terdaftar di BEI.