BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini burnout akan dibahas menggunakan teori dari Maslach (2003). Teori digunakan karena adanya kesesuaian dengan fenomena yang didapatkan. Berdasarkan pada fenomena pekerjaan sebagai perawat bukanlah hal yang mudah karena perawat mempunyai bengan tugas yang begitu padat dan juga beban kerja yang tinggi. Teori burnout dari Maslach dapat menggambarkan bagaimana burnout tersebut dapat terjadi pada pekerjaan yang memiliki beban kerja yang berat dan pekerjaan yang memberikan pelayanan pada masyarakat.
2.2
Burnout Maslach & Jackson (dalam Chou, 2003) mendefinisikan burnout ke dalam
tiga komponen yaitu kelelahan emosional, sinisme dan berkurangnya keberhasilan profesional yang disebabkan oleh berbagai tuntutan kerja. Kelelahan emosional berkaitan dengan perasaan penat, frustasi dan tertekan pada pekerjaan sedangkan sinisme berkaitan dengan perilaku negatif atas pekerjaan. Leatz & Stolar (dalam Lailani et al., 2005) mengartikan burnout sebagai kelelahan emosional dan mental yang disebabkan oleh situasi yang sangat menuntut keterlibatan emosional dan menegangkan, dikombinasikan dengan harapan personal yang tinggi untuk mencapai kinerja yang tinggi.
14
repository.unisba.ac.id
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa burnout merupakan suatu bentuk ketegangan psikis berupa kelelahan emosional sebagai indikator utama, yang mengakibatkan seseorang kehilangan ketertarikan dan makna pekerjaannya sehingga pada akhirnya mengakibatkan berkurangnya keberhasilan profesional. Burnout
muncul dari adanya stress yang berkepanjangan, sehingga
banyak factor yang mempengaruhi, burnout sering dikaitkan dengan munculnya stress. Menurut Maslach dkk (2001), beberapa factor yang dipandang dapat mempengaruhi burnout adalah faktor situasional dan faktor individual. Faktor situasional meliputi beban kerja yang berlebihan, minimnya fasilitas dan kurangnya dukungan sosial. Faktor individual terdiri dari karakteristik demografi (usia, jenis kelamin) dan karakteristik kepribadian.
2.2.1
Faktor yang mempengaruhi Burnout Maslach & Leiter (1998) timbulnya burnout disebabkan oleh beberapa
faktor yang diantaranya yaitu : a. Karakteristik individu Berdasarkan penelitian yang dilakukan Susan Jackson melalui Maslach Burnout Inventory (MBI) dari berbagai jenis pekerjaan Human Service didapat suatu hasil bahwa : 1.
Faktor Demografik
a.
Jenis kelamin
15
repository.unisba.ac.id
Baik pria maupun wanita dapat mengalami burnout, tetapi aka nada perbedaan antara derajat burnout yang muncul. Pria lebih tinggi pada depersonalisasi, sedangkan wanita pada kelelahan emosional. b.
Usia
Burnout akan tinggi pada pekerja yang masih muda dibandingkan yang sudah tua. Pekerja yang lebih muda biasanya belum cukup pengalaman dan kurang matang c.
Keluarga dan Status perkawinan
Ikatan keluarga akan dapat menjadi sumber dukungan emosional yang diperlukan bagi mereka yang bekerja dalam profesi layanan sosial. d.
Pendidikan
Burnout akan lebih banyak dialami oleh individu dengan pendidikan tinggi, karena semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi pula aspirasinya.
2.
Faktor kepribadian
Kepribadian merupakan cirri khas individu yang mendasar yaitu secara mental, emosional dan sosial yang membentuk satu kesatuan yang unik dan membedakan dengan individu lain. Kecenderungan terjadinya burnout pada individu antara lain : a.
Orang-orang yang lemah dan unasentive, pencemas, penuh dengan
ketakutan dn mempunyai kesulitan dalam menentukan batasan “the helping relationship”. Orang inin sering tidak mampu mengontrol situasi dan menjadi pasif ketika berhadapan dengan tuntutan yang dihadapinya. Hal ini memudahkan
16
repository.unisba.ac.id
orang tersebut untuk menjadi emosional dan mempunyai resiko tinggi mengalami emotional exhaustion. b.
Orang-orang yang tidak dapat sabar dan tidak toleran seperti pada
orang yang mudah marah dan frustasi berhadapan dengan rintangan, mempunyai kesulitan mengontrol dorongan bermusuhan. Mereka biasanya memproyeksikan perasaan pada klien dan lebih depersonalisasi melalui penghinaan kepada orang lain. c.
Orang-orang kurang percaya diri, tidak mempunyai ambisi dan
lebih konvensional, seperti pada orang yang tidak mempunyai tujuan yang jelas dan tidak mempunyai kebutuhan untuk berprestasi. Mereka menerima saja, tanpa membantah dan tidak berusaha untuk menghadapi rintangan. Orang ini berusaha untuk memelihara “a sense of self-worth” dengan mementingkan pengakuan dan penerimaan dari orang lain. Mereka mudah berkecil hati dan tidak mempunyai perasaan a sense of personal accomplishment sehingga tidak efektif dalam berhubungan dengan orang lain. b.
Lingkungan Kerja
Masalah beban kerja yang berlebihan merupakan salah satu factor pekerjaan yang berdampak pada timbulnya burnout (Schaufeli & Buunk, 1996). Beban kerja yang berlebihan bisa meliputi jam kerja, jumlah individu yang harus dilayani, tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan rutin, dan pekerjaan administrasi lainnya yang melampaui kapasitas dan kemampuan individu. Disamping itu, bebab kerja yang berlebihan dapat mencakup segi kuantitatif berupa jumlah pekerjaan dan kualitatif yaitu tingkat kualitas pekerjaan. Dengan beban kerja berlebihan menyebabkan pemberi
17
repository.unisba.ac.id
pelayanan merasakan ketegangan emosional saat melayani klien atau orang lain sehingga dapat mengarahkan perilaku pemberi pelayanan untuk menarik diri secara psikologis dan menghindari 9diri untuk terlibat dengan klien atau orang lain. c.
Keterlibatan emosional dengan penerima pelayanan
Bekerja melayani orang lain membutuhkan banyak energi karena harus bersikap sabar dan memahami orang lain dalam keadaan krisis, frustasi, ketakutan, dan kesakitan (Freudenberger dalam Farber, 1991). Pemberi dan penerima pelayanan turut membentuk dan mengarahkan terjadinya hubungan yang melibatkan emosional dan secara tidak disengaja dapat menyebabkan stress emosional karena dapat memberikan penguatan positif atau kepuasan bagi kedua belah pihak atau sebaliknya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktorfaktor penyebab burnout yaitu, karakteristik individu meliputi demografi dan kepribadian, lingkungan pekerjaan, keterlibatan emosional dengan penerimaan pelayanan atau pelanggan.
2.2.2
Aspek-aspek Burnout Maslach (dalam Lailaini et al., 2005) sebagai pencetus Maslach Burnout
Inventory - Human Service Survey (MBI-HSS) mengemukakan tiga dimensi burnout yaitu: 1.
Kelelahan emosional (emotional exhaustion) yaitu habisnya
sumber-sumber emosional dari dalam individu yang ditandai perasaan frustasi,
18
repository.unisba.ac.id
putus asa, sedih, perasaan jenuh, mudah tersinggung, mudah marah tanpa sebab, mudah merasa lelah, tertekan dan perasaan terjebak dalam pekerjaan. 2.
Depersonalisasi (depersonalization) yaitu kecenderungan individu
untuk menjauhi lingkungan sosialnya, bersikap sinis, apatis, tidak berperasaan, tidak peduli terhadap lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Dimensi ini menggambarkan burnout secara eksklusif untuk pekerjaan di bidang pelayanan kemanusiaan (human service). 3.
Rendahnya
penghargaan
atas
diri
sendiri
(low
personal
accomplishment) yaitu suatu tendensi individu untuk mengevaluasi kinerjanya secara negatif. Individu yang menilai rendah dirinya sering mengalami ketidakpuasan terhadap hasil kerja sendiri serta merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
2.3
Pengertian Perawat Menurut International Council of Nursing, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kesehatan, serta pencegahan penyakit di negara yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan keperawatan (Yulihastin, 2009). Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi
19
repository.unisba.ac.id
dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit.
2.3.1
Tugas Perawat Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam Lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian asuhan keperawatan
Memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Advokat pasien / klien
Menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3. Pendidik/Edukator Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
20
repository.unisba.ac.id
4. Koordinator Mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. 5. Kolaborator Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. 6. Konsultan Tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. 7. Peneliti Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
2.4
Kerangka Pikir Fenomena yang terjadi dilapangan menjelaskan bahwa perawat merasakan
adanya tekanan dalam melaksanakan tugas dan menghadapi tekanan yang terjadi dilingkungan kerja. Perawat merasakan hambatan-hambatan ketika bertugas baik secara internal maupun eksternal. Hambatan yang dirasakan adalah beban kerja yang cukup tinggi dan waktu kerja dalam jangka waktu yang panjang di tambah
21
repository.unisba.ac.id
situasi kerja yang setiap hari mengalami overload, adanya tugas lain diluar jobdec yang telah di tentukan, komplen dari keluarga/pasien mengenai kinerja yang lambat dan perawat yang bersikap judes atau kurang ramah, belum lagi perawat sering mendapatkan cacian dari keluarga pasien apabila pasien tidak ada kemajuan atau tidak kunjung sembuh. Seorang perawat yang memiliki tanggung jawab untuk melayani pasien secara rutin dengan jangka waktu yang lama dan secara intens (sampai sembuh). Burnout merupakan gejala yang banyak ditemukan pada petugas sosial, perawat memiliki tugas dengan nilai sosial yang tinggi, hakekat perawat memang merupakan bagian yang langsung berhadapan dengan pasien yang mengalami sakit baik secara fisik maupun psikis. Dengan penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa perawat sangat mudah mengalami burnout dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. McCranie (Schaufely & Buunk, 1996). Pada perawat yang mengalami burnout akan merasakan kelelahan fisik seperti kurang bersemangat disaat akan memulai kerja karena akan menjalani rutinitas yang monoton setiap harinya, munculnya berbagai penyakit yang berasal dari psikis seperti pusing, maag, dan lain sebagainya. Selain kelelahan fisik perawat pun akan merasakan kelelahan emosi atau depersonalisasi, dimana mudah terpancing secara emosional, merasa tidak berdaya, dan merasa terperangkap didalam tugas atau pekerjaan yang monoton. Perawat yang mengalami burnout pun akan merasakan perasaan tidak mampu mencapai sesuatu yang berarti dalam hidup, tidak puas terhadap diri sendiri dan pekerjaannya.
22
repository.unisba.ac.id
Perawat di RSUD Soreang berasal dari latar pendidikan yang sama yaitu keperawatan. Meskipun telah dilatih menghadapi pasien, namun perawat merasa tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang ada disekitar mereka baik secara internal maupun eksternal, hambatan yang terjadi dalam internal adalah banyaknya kegiatan, kelelahan, waktu kerja dalam jangka waktu yang panjang, dan kurangnya sarana dan prasarana ketika bertugas. Dalam satu hari perawat bisa mendapatkan tugas lebih dari tiga, belum lagi permasalahan jumlah perawat yang kurang memadai, dimana perawat ini dalam 1 ruangan terdiri atas 12 perawat dan 1 orang sebagai kepala ruangan dengan jumlah pasien dalam 1 ruangan kurang lebih 104 pasien sehingga setiap perawat harus mengawasi dan melayani kurang lebih 9 pasien pershift. Sedangkan hambatan eksternal salah satunya berhubungan dengan pasien maupun anggota keluarga pasien lainnya. Perawat hanya ditugaskan untuk membantu pasien melakukan perawatan diri dan memberikan pertolongan apabila pasien membutuhkan, namun terkadang mereka juga disalahkan apabila pasien tidak sembuh-sembuh atau lambat kemajuannya. perawat yang dihadapkan dengan kondisi yang menekan menampilkan perilaku yang berbeda-beda. Neff (2011) mengatakan bahwa membutuhkan energi yang besar dalam menolong orang lain ketika individu yang dihadapi juga mengalami penderitaan dan membutuhkan pertolongan. Hal tersebut biasa terjadi pada perawat, terapis dan beberapa caregiver lainnya. Tak jarang caregiver merasakan lelah yang berkelanjutan ketika menangani pasien.
23
repository.unisba.ac.id
Maslach & Leiter (1998) timbulnya burnout disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya yaitu : Karakteristik individu dan Faktor Demografik seperti: Jenis kelamin, Usia, Ikatan keluarga, dan pendidikan. Di RSUD Soreang hampir 95% perawat adalah perempuan dengan rentan usia yang masih muda. Jenis kelamin dan usia melatar belakangi ketahanan dan keyakinan diri dalam mengontrol emosi pada situasi sulit yang sedang dihadapi. Baik pria maupun wanita dapat mengalami burnout, tetapi akan ada perbedaan antara derajat burnout yang muncul. Pria lebih tinggi pada depersonalisasi, sedangkan wanita pada kelelahan emosional. Burnout akan tinggi pada pekerja yang masih muda dibandingkan yang sudah tua. Pekerja yang lebih muda biasanya belum cukup pengalaman dan kurang matang Burnout akan lebih banyak dialami oleh individu dengan pendidikan tinggi, karena semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi pula aspirasinya. Dimana di RSUD Soreang ini kebanyakan lulusan S1 dan DIII sebagai syarat untuk menjadi perawat. Dalam hal ini penulis mengajukan perspektif sebagai kerangka berpikir dalam menjelaskan burnout pada perawat di RSUD Soreang dalam bagan berikut.
24
repository.unisba.ac.id
SKEMA Perawat
-
Suffering : -
-
Ketika tidak dapat mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi seperti beban kerja yang terlalu banyak dan pekerjaan yang overload setiap hari, pasien yang mengeluhkan karena lama dalam proses penyembuhan, pasien yang lambat kemajuannya, perawat merasa tidak berhasil atau gagal. Menghadapi pasien/keluarga yang cenderung menyalahkan perawat ketika perawat lamban. Pekerjaan dilakukan melebihi jam kerja, kurang mendapat dukungan, penghasilan tidak cukup s Adanya jobdec tambahan: menggantikan perawat lain yang tidak terhandle, menunggu rekan shift datang, menggantikan rekan shift yang tidak masuk.
KELELAHAN FISIK
Merasa lemas setiap akan memulai kerja dipagi hari, merasa pusing, mudah lelah, terjadi perubahan pola makan dan tidur.
DEPERSONALISASI Merasa frustasi, merasa terperangkap dalam tugas, mudah marah, merasa tidak berdaya
MENURUNNYA PENGHARGAAN PADA DIRI SENDIRI Merasa tidak berarti dalam hidup, adanya ketidakpuasan pada diri sendiri dan pekerjaannya
BURNOUT Kurangnya
25
repository.unisba.ac.id