BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1
Teori Tentang Obligasi Syariah (Sukuk)
2.1.1 Pengertian Obligasi Syariah (Sukuk) Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan (Jogiyanto, 2003:11). Menurut Moechdie, et al.(2012:299) Obligasi adalah salah satu jenis hutang. Secara umum obligasi adalah surat tanda hutang jangka panjang. Menurut konvensi yang berlaku di Indonesia, surat hutang dengan tenor di atas 5 (lima) tahun disebut obligasi, meskipun beberapa surat hutang bertenor 3 (tiga) tahun yang diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi. Kebanyakan obligasi yang di Indonesia bertenor 5 (lima) tahun dan paling panjang adalah 30 (tiga puluh) tahun. Menurut Tandelilin (2010) dalam Pandutama (2012), dari sudut pandang perusahaan, obligasi perusahaan menyatakan hutang perusahaan kepada 23
pemegangnya, sedangkan dari sudut pandang investor, obligasi perusahaan merupakan suatu investasi yang berbeda dengan saham biasa. Saham biasa menyatakan klaim kepemilikan pada suatu perusahaan, sedangkan obligasi menyatakan klaim kreditur pada suatu perusahaan. Kupon obligasi yang diterima pemodal secara periodik dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo, dapat dikatakan bahwa obligasi merupakan suatu pendapatan tetap. Investasi pada obligasi relatif lebih aman dibanding dengan investasi saham, karena pemegang obligasi memiliki hak pertama atas asset perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami likuidasi.Hal tersebut terjadi karena perusahaan telah memiliki kontrak perjanjian untuk melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang obligasi. Dalam islam, istilah obligasi lebih dikenal dengan shukuk. Shukuk merupakan bentuk jamak shukkum yang artinya surat pengakuan utang, cek bak. Kata shukuk sendiri artinya dokumen atau piagam akte. Dalam istilah perbankan syariah maknanya surat berharga yang diterbitkan sesuai prinsip syariah. Istilah Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dalam bahasa arab yang berasal dari kata ”sakk” yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan (www.wikipedia.or.id). Sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang mewakili bagian tak terpisahkan dalam kepemilikan suatu aset berwujud, manfaat atau jasa, atau kepemilikan dari aset suatu proyek atau aktivitas investasi tertentu, yang terjadi setelah adanya penerimaan dana sukuk, penutupan pemesanan dan dana yang diterima dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penerbitan sukuk.
24
Obligasi syariah merupakan obligasi yang ditawarkan dengan ketentuan yang mewajibkan emiten untuk membayar kepada pemegang obligasi syariah sejumlah pendapatan bagi hasil dan membayar kembali dana obligasi syariah pada tanggal pembayaran kembali dana obligasi syariah. Pendapatan bagi hasil dibayarkan setiap periode tertentu (3 bulan, 6 bulan atau setiap tahun). Besarnya pendapatan bagi hasil dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang obligasi syariah dengan pendapatan yang dibagi hasilkan, yang besarnya tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten triwulan yang terakhir diterbitkan
sebelum
tanggal
pembayaran
pendapatan
bagi
hasil
yang
bersangkutan. Pembayaran pendapatan bagi hasil kepada masing-masing pemegang sukuk akan dilakukan secara proporsional sesuai dengan porsi kepemilikan sukuk yang belum dibayar kembali. 2.1.2 Karakteristik Obligasi Syariah (Sukuk) Ada beberapa kriteria persyaratan yang harus dipenuhi oleh emiten, yaitu: 1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No.20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah islam diantaranya adalah: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang, usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional. b. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram.
25
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. 2. Peringkat Investment Grade: a. Memiliki fundamental usaha yang kuat b. Memiliki fundamental keuangan yang kuat c. Memiliki citra yang baik di publik 3. Keuntungan tambahan jika termasuk korporasi atau institusi syariah yang terdaftar dalam komponen Jakarta Islamic Index.
Tabel 2.1 Perbandingan Obligasi Syariah (Sukuk) dengan Obligasi Konvensional Deskripsi Obligasi Syariah Obligasi Konvensional Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi Sifat Sertifikat kepemilikan/penyertaan Instrumen Pengakuan Instrumen atas suatu asset Hutang Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin Bunga kupon, capital gain Jangka Waktu Pendek-menengah Menengah-panjang Underlying Perlu Tidak Perlu Asset Price Market Price Market Price Investor Islami, konvensional Konvensional Penggunaan Harus sesuai syariah Bebas Dana Hasil Penerbitan Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah
2.1.3 Jenis Obligasi Syariah (Sukuk) Academy for International Modern Studies (AIMS) mengklasifikasikan jenis sukuk sebagai berikut: 1. Sukuk mudharabah 2. Sukuk musyarakah 26
3. Sukuk ijarah 4. Sukuk murabahah 5. Sukuk salam 6. Sukuk istishna 7. Sukuk hybrid Di samping itu, AIMS juga membagi sukuk menjadi empat kelompok berdasarkan aset atau proyek yang menjadi dasar transaksinya, sebagai berikut: 1. Sukuk yang mewakili kepemilikan pada aset berwujud (sebagian besar berupa transaksisale and lease back atau direct lease). 2. Sukuk yang mewakili kemanfaatan atau jasa (mendasarkan pada transaksi sub lease atau penjualan jasa/sale of service). 3. Sukuk yang mewakili bagian ekuitas dalam usaha atau portofolio investasi tertentu (berdasarkan akad musyarakah atau mudharabah) 4. Sukuk yang mewakili piutang atau barang yang diterima di masa depan (berdasarkan murabahah, salam, atau istishna). Atas dasar proyek atau aset yang mendasarinya tersebut di atas, sukuk dapat juga dikelompokkan menjadi dua yaitu sukuk yang dapat diperdagangkan dan sukuk yang tidak dapat diperdagangkan. Sukuk yang dapat diperdagangkan (tradable sukuk) adalah sukuk yang mewakili aset berwujud atau porsi kepemilikan dari usaha atau portofolio investasi tertentu. Contohnya:sukuk ijarah, sukuk mudharabah, atau sukuk musyarakah. Sementara sukuk yang mewakili piutang dalam bentuk uang maupun barang tidak dapat diperdagangkan (non-tradable sukuk). Contohnya : sukuk salam, sukuk istishna, atau sukuk murabahah.
27
Di Indonesia, fatwa DSN MUI baru mengatur beberapa jenis Obligasi Syariah
yaitu
Obligasi
Syariah
Mudharabah
(fatwa
Nomor
33/DSN-
MUI/IX/2002), Obligasi Syariah Ijarah (fatwa Nomor 41/DSN-MUI/III/2004) dan
Obligasi
MUI/V/2007).
Syariah
Mudharabah
Jenis-jenis
sukuk
Konversi
yang
(fatwa
dimungkinkan
Nomor untuk
59/DSNditerbitkan
berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.14 tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal adalah sukuk Mudharabah dan sukuk Ijarah.
2.2 Peringkat Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk) Peringkat sukuk merupakan peringkat yang menyatakan mutu sukuk yang mencerminkan kemungkinan gagal bayar Bringham dan Houston (2006:373) yang disebut dengan risiko kredit. Peringkat obligasi berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:
idAAA(sy)
idAA(sy)
idA(sy)
idBBB(sy)
Tabel 2.2 Peringkat SukukBerdasarkan PEFINDO Efek Utang dengan peringkat idAAA(sy) merupakan Efek Utang yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Efek Utang dengan peringkat idAA(sy) memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, relatif dibandingkan ekuitas Indonesia lainnya. Efek Utang dengan Peringkat idA(sy) memiliki dukungan kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan Efek Utang dengan peringkat idBBB(sy) didukung oleh kemampuan obligor yang memadai relatif dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai 28
idBB(sy)
idB(sy)
idCCC(sy)
idD(sy)
dengan yang diperjanjikan, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan. Efek Utang dengan peringkat idBB(sy) menunjukkan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.
Sambungan Tabel 2.2 Peingkat Sukuk Berdasarkan PEFINDO Efek utang dengan peringkat idB(sy) menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Hutang dengan peringkat ini rentan terhadap non-payment, dan tergantung pada bisnis yang menguntungkan dan kondisi keuangan bagi obligor untuk memenuhi hutang jangka panjangnya. Keamanan hutang pada peringkat ini dalam gagal bayar, atau gagal memenuhi kewajiban, terjadi secara otomatis pada kewajiban nonpayment yang pertama kali. Pengecualian dibenarkan bila pembayaran bunga lewat dari tanggal jatuh tempo yang dilakukan dalam masa tenggang.
Sumber: www.pefindo.com
Dari peringkat AA(sy) ke B(sy) dapat dimodifikasi dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori dalam peringkat, atau disebut sebagai rating outlook. Peringkat sukuk dengan tanda positif (+) menandakan peringkat tersebut dapat ditingkatkan, sedangkan peringkat sukuk dengan tanda negatif (-) menandakan peringkat tersebut dapat diturunkan. Tetapi peringkat dengan tanda negatif (-) nilainya lebih rendah dari peringkat tanpa tanda dan peringkat dengan tanda positif (+). Sebaliknya,
29
peringkat dengan tanda positif (+) nilainnya lebih tinggi dari peringkattanpa tanda dan peringkat dengan tanda negatif (-). 2.3 Risiko Investasi Obligasi Syariah (Sukuk) Sukuk berdasarkan sudut pandang investor, merupakan suatu aset (finansial aset), yaitu: suatu sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap sehingga dianggap berbobot risiko. Bagi investor yang selalu mengelak risiko, maka investasi dalam sukuk adalah instrumen yang paling tepat. Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Fabozzi, 2000) yaitu: 1. Risiko Suku Bunga atau Risiko Tingkat Bunga Pada umunya harga sukuk bergerak berlawanan arah terhadap perubahan suku bunga.Apabila suku bunga naik, harga sukukakan turun, dan sebaliknya. Bagi investor yang merencanakan untuk menyimpan sukuk sampai jatuh tempo, perubahan harga sukuk sebelum maturitas tidak menarik perhatiannya akan tetapi bagi investor yang ingin menjual obligasi sebelum jatuh tempo, suatu kenaikan suku bunga setelah membeli sukuk berarti adalah capital loss yang direalisasikan. Risiko tersebut disebut interest rate risk atau disebut juga price risk. Kenaikan tingkat bunga pasar menyebabkan menurunnya harga sukuk karena sebesar apapun tingkat bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang sukuk tetap hanya akan menerima tingkat bagi hasil yang sudah ditetapkan. 2. Reinvestment Risk (Risiko Reinvestasi)
30
Menurut Moeljadi (2006:109) Risiko tingkat reinvestasi merupakan “risiko penurunan suku bunga yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari portofolio obligasi”. Kenaikan suku bunga akan merugikan pemegang sukuk, karena menurunkan nilai sukuk. Demikian juga jika ada penurunan suku bunga, maka para pemegang sukukakan mengalami penurunan pendapatan. Risiko suku bunga berhubungan dengan nilai sukuk, sedangkan risiko reinvestasi berhubungan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh bagi hasil. Pemegang sukuk jangka panjang akan menghadapi risiko suku bunga, namun tidak menghadapi risiko tingkat investasi. Pemegang sukuk jangka pendek, tidak akan menghadapi risiko suku bunga sehingga nilai bagi hasil tetap stabil, namun akan menghadapi risiko investasi dan pendapatan akan berfluktuasi dengan perubahan suku bunga. 3. Default Risk (Risiko Bangkrut atau Risiko Kredit) Risiko kredit yaitu risiko bahwa emiten akan tidak mampu memenuhi pembayaran bagi hasil dan pokok pinjaman, sesuai dengan kontrak. Sukuk perusahaan mempunyai default risk yang lebih besar daripada sukuk pemerintah. Tidak bagi masyarakat umum untuk melihat besar kecilnya risiko ini.Cara terbaik untuk melihat risiko ini adalah dengan terus memonitor peringkat yang diberikan oleh perusahaan efek.Di Indonesia badan tersebut dikenal dengan Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO).Obligasi yang paling aman diberi peringkat AAA dan yang paling tidak aman atau paling banyak risikonya diberi peringkat D. 4. Risiko Inflasi
31
Menurut Tandelilin (2010:48) peningkatan inflasi secara secara relative merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal.Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan, maka dari itu risiko ini juga disebut sebagai risiko daya beli. 5. Risiko Kurs Valuta Asing Orang Indonesia yang membeli sukuk di negara lain dapat mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreign exchange risk). 6. Marketability Risk (Risiko Likuidasi) Yakni risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual sukuknya, sedekat mungkin dengan nilai dari sukuk tersebut.Cara untuk mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya spead (selisih) antara harga permintaan dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara pedagang efek.Semakin besar spead tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi. 7. Event Risk Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bagi hasil dan pokok pinjaman tanpa terduga berubah karena, bencana alam dan pengambilalihan. 2.4 Faktor-faktor Keuangan Yang Mempengaruhi Peringkat Sukuk Peringkat sukuk membantu investor dalam penilaian hutang dan risiko kegagalan (default risk) dari sukuk.Peringkat sukuk mencoba mengukur adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai dalam membayar bagi 32
hasil selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponya. Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham, et al.(2006:373) adalah sebagai berikut: 1.
Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt to equity ratio, current ratio dan return on asset. Jika perusahaan mengalami kenaikan pada debt to equity ratio maka peringkat sukuk perusahaan akan menurun namun jika current ratio dan return on assetperusahaan mengalami kenaikan maka peringkat sukuk perusahaan akan mengalami kenaikan.
2.
Jaminan aset untuk sukuk yang diterbitkan (mortage provision). Apabila sukuk dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik.
3.
Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataan-pernyataan yang melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus dimasukkan dalam analisis.
4.
Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalami laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan. Informasi tambahan ini bisa memberi analisis yang lebih tajam.
5.
Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap bulan).
33
6.
Masa waktu jatuh tempo. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
7.
Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8.
Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9.
Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.
10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif 11. Mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
2.5 Debt to Equity Ratio Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan menggunakan debt to equity ratio. Menurut Sudana (2011:20) debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai modal perusahaan. Semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Herwidi, 2005:28). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringakat sukuk yang rendah. 2.6 Return on Asset
34
Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, dapat dinilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Manurung, etal.(2009) mengatakan bahwa semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki maka penerbit sukuk dikelompokkan pada ketegori peringkat investasi (investment grade). 2.7 Current Ratio Menurut Kasmir (2008:134), current ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Menurut Gitman (629:2006), semakin tinggi tingkat current rasio
di suatu perusahaan, maka semakin tinggi likuiditasnya dan semakin baik pula peringkat obligasi yang diberikan kepada perusahaan tersebut. 2.8 Masa Jatuh tempo (Maturitas) Setiap sukuk mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal demgam istilah maturity date yaitu tanggal yang tercantum pada sukuk dimana nilai pokok sukuk tersebut harus dilunasi oleh penerbit sukuk (Halim, 2015:9). Emiten memiliki kewajiban mutlak untuk membayar kembali nilai nominal dengan cara membagi 35
hasil atau membayar sewa kepada investor. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas lima tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu lima tahun. Maturitas adalah tanggal dimana jumlah pokok sukuk yang akan dibayar penuh dan biasanya diatur ketika dikeluarkan oleh penerbitnya (Gannon, 2005). Menurut Brigham,et al.(2006), umur obligasi berpengaruh pada peringkat obligasi, umur obligasi yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek dari pada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama. Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi yang investment grade. 2.9 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini:
No
Nama Peneliti
Tabel 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu Metode Judul Variabel Analisis Penelitian Penelitian Data
Hasil Penelitian
36
1
Pandutama (2012)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI
Dependen: Peringkat obligasi Independen: debt to equity ratio, ukuran perusahaan, return on asset, market to book value, umur obligasi, reputasi auditor, dan jaminan obligasi
Regresi logistic
2
Satoto (2011)
Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Bond Rating
Dependen: Bond rating Independen: time interest earned, debt ratio, current ratio, operating profit margin, cash flow to debt ratio, return on asset
Regresi linear berganda
1. Jaminan Obligasi positif dan signifikan terhadap Peringkat Obligasi. 2. Market to Book Value dan Reputasi Auditor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Peringkat Obligasi. 3. Debt to Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, Return on Asset, Umur Obligasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. 1. Debt Ratio, Cash Flow to Debt Ratio, Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Bond Rating. 2. Current Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap bond rating. 3. Time Interest Earned, Operating Profit Margin berpengaruh negative
dan tidak signifikan terhadap Bond Rating.
No
Nama Peneliti
LanjutanTabel 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu Metode Judul Variabel Analisis Penelitian Penelitian Data
Hasil Penelitian
3
Susilowati dan Sumarto (2010)
Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI
Dependen: Peringkat obligasi Independen: profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan umur obligasi
Regresi logistik
1. Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Peringkat obligasi 2. Profitabilitas, Ukuran perusahaan, umur obligasi berpengaruh tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.
4
Magreta dan Nurmayanti (2009)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan
Dependen: peringkat obligasi Independen: ukuran perusahaan, current catio, return on investment, debt to equity ratio, produktivitas,
Regresi logistic
1. Return On Investment dan produktivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. 2. jaminan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peringkat
37
5
Manurung, et al (2009)
Non akuntansi
jaminan, umur obligasi, reputasi auditor.
Hubungan RasioRasio Keuangan dengan Rating Obligasi
Dependen: Rating Obligasi Independen: Current Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, Net Profit Margin, Return on Equity, debt to equity ratio
Regresi Linear Berganda
obligasi. 3. ukuran perusahaan, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Umur Obligasi, Reputasi Auditor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap peringkat obligasi. 1. Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat Obligasi. 2. Current Ratio, Total Asset Turnover berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Peringkat Obligasi. 3. Net Profit Margin, Return on Equity, debt to equity ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Peringkat Obligasi.
2.10 Kerangka Konseptual Dari landasan teori dan penelitian terdahulu, maka yang menjadi variabel variabel dalam penelitian ini adalah leverage, profitabilitas, likuiditas, dan maturitas sebagai variabel independen (bebas).Sedangkan peringkat sukuk sebagai variabel dependen (terikat). Debt equity ratio menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki dan besarnya proporsi utang dibanding ekuitas dapat meningkatkan risiko terkait kesulitan keuangan.Proporsi penggunaan utang dalam kegiatan pendanaan perusahaan tergantung pada kebijakan perusahaan.Proporsi utang yang baik adalah adanya keseimbangan 38
antara hasil utang dengan kemampuan pelunasan kewajiban perusahaan. Menurut Herwidi (2005), jika rasio ini cukup tinggi maka hal tersebut menujukkan tingginya penggunaan utang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan biasanya memiliki resiko kebangkrutan yang cukup besar. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar sumber pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang sehingga kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada kemungkinan default risk.Risiko kebangkrutan yang besar mengakibatkan peringkat obligasi menjadi rendah. Dengan demikian berarti semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Profitabilitas di ukur dengan ROA (Return on Asset) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan aset yang dipergunakan (Hanafi dan Halim, 2003:27). Semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan ROA maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki dan penerbit obligasi dikelompokkan pada ketegori peringkat investasi (investment grade) (Manurung,et al.2009). Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan utang lancarnya juga bisa mempengaruhi peringkat obligasi yang diperoleh. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk memenuhi kewajibannya atau membayar utang jangka pendeknya
39
(Kasmir, 2008). Likuiditas diukur dengan menggunakan current ratio (rasio lancar). Current ratio digunakan karena merupakan indikator terbaik untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan aktiva-aktivanya dapatdiubah menjadi kas dengan cepat untuk melunasi utang perusahaan. Menurut Gitman (629:2006), semakin tinggi tingkat current rasio di suatu perusahaan, maka semakin tinggi likuiditasnya dan semakin baik pula peringkat obligasi yang diberikan kepada perusahaan tersebut. Setiap sukuk mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal dengan istilah maturitas yaitu tanggal dimana nilai pokok sukuk tersebut harus dilunasi oleh penerbit obligasi (Halim, 2015:9). Emiten memiliki kewajiban mutlak untuk membayar kembali nilai nominal dengan cara membagi hasil atau membayar sewa kepada investor. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas lima tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu lima tahun. Menurut Brigham,et al.(2006), obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek dari pada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama. Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akandidapat juga akan semakin besar. Umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi yang investment grade. Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
40
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Debt To Equity Ratio Return on Asset Peringkat Sukuk Current Ratio Maturitas 2.11 Hipotesis Penelitian Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.Hipotesis adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang diperkirakan secara logis dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2009:135). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Peringkat sukuk Pada Perusahaan Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. H2: Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat sukuk Pada Perusahaan Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. H3: Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat sukuk Pada Perusahaan Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. H4: Maturitasberpengaruh negatif terhadap Peringkat sukuk Pada Perusahaan Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
41