BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Persepsi Persepsi
adalah
interpretasi
manusia
terhadap
lingkungan melalui proses informasi yang diterima (Wilson D, 2000). Dalam teori King, Ia mendefinisikan persepsi sebagai
representasi
realitas
masing-masing
orang.
Representasi ini mencakup : mengambil energi dari lingkungan yang diorganisasi oleh informasi, mengubah energi, memproses informasi, menyimpan informasi dan memberikan informasi dalam
perilaku nyata.
Untuk
memahami arti persepsi, seseorang harus melakukan pendekatan
melalui
karakteristik
individu
yang
mempersepsikan situasi yang mempunyai makna. Makna merupakan kerangka penjabaran dari persepsi, ingatan dan tindakan. Oleh karena itu, persepsi memegang peranan penting dalam kehidupan secara umum dimana kita dapat mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, serta lingkungan di sekitar kita. Persepsi menurut Sunaryo (2002) adalah proses pengorganisasian,
penginterpretasian 12
terhadap
rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu tersebut. Selain itu Rangkuti (2002) mengatakan persepsi adalah proses bagaimana individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan serta informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Dengan demikian
persepsi
dapat
diartikan
sebagai
proses
diterimanya rangasangan melalui panca indra yang didahului
oleh
perhatian
sehingga
individu
mampu
mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati atau dilakukan, baik yang ada diluar maupun dalam diri individu. Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat memori organisme
yang
hidup.
Fakta
ini
memudahkan
peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi
individu
yang
mencetuskan
suatu
pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill G, 2000).
13
Menurut Bennet (Luanaigh, 2008) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami
informasi
tentang
lingkungannya
melalui
indera, dan tiap-tiap orang dapat memberikan arti yang berbeda.
Ini
dapat
dipengaruhi
oleh:
(1)
Tingkat
pengetahuan dan pendidikan seseorang, (2) faktor pada pemersepsi dan atau pihak pelaku persepsi, (3) faktor obyek atau target yang dipersepsikan dan (4) faktor situasi dimana persepsi itu dilakukan. Dari pihak pelaku persepsi dipengaruhi
oleh
karakteristik
pribadi
seperti
sikap,
motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan.
A.
Macam-Macam Persepsi Persepsi
terbagi
menjadi
dua
yaitu:
External
perception dan Self-perception. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. Sedangkan self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi External perception dan Self-perception (Wilson, 2000)
14
a) Faktor External perception: −
Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit di persepsikan dibandingkan dengan yang objektif.
−
Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal yang lama.
−
Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat.
−
Conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain lain.
b) Faktor Self-perception −
Motivation: misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon terhadap istirahat.
−
Interest, hal hal yang menarik lebih di perhatikan daripada yang tidak menarik.
−
Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian.
−
Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat dan merasakan.
15
B. Proses Persepsi Menurut Sunaryo (2002) persepsi melewati tiga proses yaitu: 1. Proses
fisik
(kealaman);
adanya
objek
yang
diikuti oleh stimulus melalui reseptor atau alat indera. 2. Proses fisiologis; adanya stimulus respon saraf sensoris menuju ke otak 3. Proses psikologis; proses dalam otak sehingga seseorang menyadari stimulus yang diterima. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan 1. Proses persepsi Objek
Stimulus
Reseptor
Saraf Sensorik
Otak
Saraf motorik
Persepsi
16
C. Gangguan Persepsi (Dispersepsi) Sunaryo (2002) mengatakan gangguan persepsi atau yang dikenal dengan dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan
persepsi.
Penyebabnya
bermacam-macam
diantaranya karena gangguan otak akibat kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik; gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat menyebabkan ilusi, psikologis yang
dapat
lingkungan
menyebabkan sosial-budaya
halusinasi;
yang
berbeda
dan
pengaruh
menimbulkan
gangguan persepsi.
2.2 Persepsi Perawat Manusia
secara
umum
menerima
informasi
dari
lingkungan lewat proses yang sama. Sama halnya dengan seorang perawat, ketika menerima suatu rangsangan berupa stimulus dari lingkungan dimana perawat berada, maka secara langsung akan timbul pemikiran yang dalam proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi. Oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat memori organisme yang hidup. Seperti dalam teori King yang mengatakan bahwa persepsi adalah sebagai representasi realitas masing-masing orang; representasi ini mencakup: 17
mengambil energi dari lingkungan yang diorganisasi oleh informasi,
mengubah
energi,
memproses
informasi,
menyimpan informasi dan memberikan informasi dalam perilaku nyata. Sama halnya dengan realitas seorang perawat, ketika ada stimulus berupa informasi, maka perawat akan memproses informasi tersebut, menyimpan informasi dan berusaha memberikan informasi melalui tindakan atau perilaku nyata kepada pasien, keluarga, masyarakat (Christensen, 2009). Hal ini juga sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan di mana perawat dan pasien saling mengumpulkan data, kemudian data tersebut akan memberikan nilai yang bermakna serta dapat dipergunakan untuk memberikan asuhan keperawatan (Bastable. 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seorang perawat sama dengan faktor-faktor pada persepsi secara umumnya yaitu external perception dan self-perception (Wilson, 2000) (Ratih A, 2008). External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. Sedangkan self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu.
18
2.3
Peran Perawat Peran menurut Liliweri (2002) adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan posisi atau kedudukannya dalam suatu sistem. Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan memiliki pemahaman dasar yang diperlukan mengenai prinsip, dalam menjalankan tanggungjawab secara efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu (Bastable. 2002). Sedangkan pengertian perawat menurut Undang-Undang Kesehatan No 23, 1992 menyebutkan bahwa Perawat adalah
mereka
kewenangan
yang
memiliki
melakukan
kemampuan
tindakan
dan
keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat dalam menjalankan perannya, dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. peran-peran Keperawatan
perawat
sejak
Lokakarya
Adapun Nasional
1983 (Retno, 2011), peran perawat di
Indonesia disepakati sebagai: 1. Peran Pelaksana (care giver) yaitu memberikan pelayanan
kesehatan
19
kepada
individu,
keluarga,
kelompok
maupun
masyarakat
berupa
asuhan
keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan keperawatan, memberikan bantuan langsung pada individu/pasien dan keluarga/masyarakat yang mengalami
masalah
terkait
dengan
kebutuhan
keamanan. 2. Peran Educator dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan dengan
semua
tahap
kesehatan
dan
tingkat
pencegahan. Perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, menyusun program Health Education serta, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan. 3. Pengamat
Kesehatan
dalam
hal
perawat
melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi
pada
individu,
keluarga,
kelompok
dan
masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi serta pengumpulan data. 4. Role Model yaitu perilaku yg ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan atau contoh bagi individu,
20
keluarga, masyarakat atau lingkungan dimana perawat berada. 5. Peran koordinator pelayanan kesehatan yaitu perawat mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam lingkup rumah sakit, puskesmas,
maupun
tempat
layanan
kesehatan
lainnya dalam mencapai tujuan kesehatan malalui kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga pelayanan yang diberikan merupakan kegiatan yang menyeluruh. 6. Peran
Koordinasi
dimana
perawat
melakukan
koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga, dan bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keparawatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan
lain,
supervisi
terhadap
askep
yg
dilaksanakan anggota tim. 7. Peran Pembaharu dimana perawat dapat berperan sebagai inovator terhadap individu, keluarga dan masyarakat dalam merubah perilaku dan pola hidup yg berkaitan dengan pelaksanaan dan pemeliharaan kesehatan.
21
8. Peran pengorganisir pelayanan kesehatan, dimana perawat memberikan motivasi untuk meningkatkan keikutsertaan individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di masyarakat. 9. Peran Fasilitator dimana perawat merupakan tempat bertanya
bagi
masyarakat
masalah
kesehatan.
untuk
Diharapkan
memecahkan perawat
dapat
memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. 10. Modifikasi
lingkungan,
perawat
harus
dapat
memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah sakit, maupun
lingkungan
masyarakat
agar
tercipata
lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan. 11. Peneliti,
dimana
pengembangan
perawat ilmu
berperan
kesehatan
dalam khusunya
keperawatan dalam hal menuju arah yang lebih baik.
2.4 Peran Perawat Sebagai Educator Perawat pada dasarnya merupakan seorang guru dan agen informasi kesehatan tanpa memandang lingkungan
22
tempat ia berada. Pengajaran dianggap sebagai suatu komponen pokok praktik keperawatan pada perawatan pasien yang sehat atau sakit, selain itu juga dapat dilakukan pada keluarga dalam hal yang mendampingi pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit. Agar perawat
dapat
bertindak
sesuai
perannya
sebagai
educator pada pasien dan keluarga, maka perawat harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsipprinsip pengajaran dan pembelajaran. Selain itu tingkat pengetahuan didalam domain kognitif seorang perawat sangatlah penting. Domain kognitif adalah hasil “tahu” dan ini terjadi seorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek
tertentu.
Penginderaan
terjadi
melalui
pancaindera seseorang. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan mempunyai enam tingkatan
antara
lain:
tahu
(know),
memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (Bastable, 2002).
23
A.
Pentingnya Peran Perawat Sebagai Educator Pentingnya peran perawat sebagai educator menurut Bastable (2002) adalah sebagai berikut: a) Pengembangan
program-program
pendidikan
kesehatan yang efektif untuk membantu individu mengenali dan mengubah perilaku yang beresiko; untuk menggunakan dan mempertahankan praktikpraktik
kesehatan
memanfaatkan
yang
sistem
protektif,
dan
pemberian
untuk
perawatan
kesehatan yang tepat. Hal tersebut membawa dampak positif bagi pencegahan berjangkitnya penyakit pada penyakit menular dan kecacatan dini yang dapat dicegah,
dan
semua
masyarakat
akan
dibantu
menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif. b) Minat yang terus diperlihatkan oleh perawat dalam mendefinisikan peran, kerangka pengetahuan, dan keahlian mereka sendiri difokuskan pada pendidikan pasien sebagai pusat dari praktik keperawatan. c) Dalam layanan kesehatan, pasien sebagai konsumen menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengenai cara merawat diri mereka sendiri dan cara mencegah
penyakit.
24
Dengan
makin
tingginya
kesadaran
dan
pengetahuan
manusia
tentang
masalah-masalah perawatan kesehatan, maka mereka (pasien dan keluarga) perlu mendapatkan informasi yang tepat dari seorang perawat. d) Pemulangan dari rumah sakit lebih dini memaksa pasien dan keluarga untuk lebih bertanggungjawab dalam mengatasi penyakit mereka sendiri. Pengajaran pada
pasien
dan
keluarga
dari
perawat
dapat
memfasilitasi respons adaptif terhadap penyakit.
Perawat berada pada posisi kunci untuk melaksanakan pendidikan
kesehatan,
karena
perawat
merupakan
pemberi perawatan kesehatan yang mengadakan kontak secara berkesinambungan dengan pasien dan keluarga dan biasanya menjadi sumber informasi yang paling dapat diakses oleh pasien dan keluarga tersebut. Oleh karena itu pengajaran pada pasien dan keluarga menjadi fungsi yang lebih penting lagi dalam lingkup praktik keperawatan. Perawat informasi/pendidik
dianggap yang
dapat
sebagai membuat
perantara perbedaan
penting pada cara pasien dan keluarga mengatasi penyakitnya, cara pasien dan keluarga mendapat manfaat
25
dari pendidikan yang ditujukan untuk pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Tanggung jawab perawat untuk memberikan perawatan kepada konsumen dapat dipenuhi sebagian melalui pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran yang kuat. Kunci untuk memberikan pendidikan yang efektif pada pasien dan keluarga adalah perhatian dan komitmen perawat
yang
konsisten
dengan
perannya
sebagai
educator/pendidik.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam menjalankan peran Educator 1. Pemahaman
atau
(Lasmito: 2009)
persepsi
perawat
mengenai
pendidikan kesehatan itu sendiri pada pasien dan keluarga. 2. Pemahaman perawat mengenai manfaat pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. 3. Pemahaman perawat mengenai pelaksanaan pendidikan kesehatan
(persiapan
memberikan
kesehatan bagi pasien dan keluarga).
26
pendidikan
4. Pandangan perawat tentang hambatan dari pasien dan keluarga yang mengganggu perawat dalam menjalankan perannya sebagai educator 5. Pandangan dari perawat mengenai hambatan dari perawat sendiri yang mengganggu perawat dalam menjalankan perannya sebagai educator.
2.5 A.
Pasien dan Keluarga Pasien Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit (Pasal 1 ayat (4) UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit). Selain itu teori Henderson (Asmadi, 2005) menyatakan bahwa pasien adalah sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan dan kebebasan atau kematian yang damai. Henderson mengidentifikasi 14 kebutuhan dasar pasien, yang terdiri dari komponenkomponen penanganan perawatan. Hal ini termasuk kebutuhan untuk: 1. Bernapas secara normal
27
2. Makan dan minum yang cukup 3. Membuang kotoran tubuh 4. Bergerak menjaga posisi yang diinginkan 5. Tidur dan istirahat 6. Memilih pakaian yang sesuai 7. Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan
mengubah
lingkungan 8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi integument. 9. Menghindar dari bahaya dalam lingkungan
dan
yang bisa melukai 10. Berkomunikasi
dengan
orang
lain
mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa
dalam takut
atau pendapat pendapat 11. Beribadah sesuai keyakinan seseorang. 12. Bekerja dengan suatu cara yang mengandung unsur prestasi 13. Bermain
atau
terlibat
dalam
beragam
bentuk
rekreasi. 14. Belajar,
mengetahui,
atau
memuaskan
rasa
penasaran yang menuntut pada perkembangan
28
normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitasfasilitas kesehatan yang tersedia. Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus
tersebut
dipengaruhi
oleh:
usia,
kondisi
emosional (mood & temperamen), latar belakang sosial dan budaya., kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan, kemampuan dan ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan lakomotif, dan status mental seorang pasien. Adapun asumsi-asumsi tentang pasien menurut teori Henderson adalah: 1.
Pasien
harus
mampu
mempertahankan
keseimbangan fisiologis dan emosional. 2.
Perasaan dan tubuh pasien adalah sesuatu yang tidak dapat terpisahkan.
3.
Pasien harus dibantu agar dapat mandiri.
4.
Pasien dan keluarga adalah satu kesatuan.
5.
Kebutuhan pasien harus dapat terpenuhi dengan ke-14 komponen dari keperawatan.
Henderson
menjelaskan
mengenai
hubungan
antara
pasien dan perawat adalah sebagai berikut : 1.
Perawat sebagai pengganti pasien (substitute). Pada saat pasien sakit, perawat menggantikan peran untuk
29
membantu
memenuhi
kebutuhan
pasien
yang
diakibatkan oleh karena kehilangan kekuatan fisik, ketidakmauan dan kurangnya pengetahuan. Henderson mengungkapkan bahwa "Perawat adalah kesadaran bagi ketidaksadaran, kehidupan bagi kematian, tangan bagi orang yang teramputasi, mata bagi orang buta, pemberi kehangatan bagi bayi, serta juru bicara bagi orang bisu." 2.
Perawat sebagai pembantu pasien (helper). Selama kondisi
tidak
sadar,
perawat
membantu
pasien
menemukan kemandiriannya. Henderson mengatakan "Kemandirian adalah suatu hal yang relatif, tidak satupun kita tidak bergantung pada orang lain, tetapi kita mencoba memberi kemandirian dalam kesehatan, bukan ketergantungan dalam kesakitan". 3.
Perawat sebagai teman pasien (partner). Sebagai partner,
pasien
memformulasikan
dan rencana
perawat
bersama-sama
keperawatan
kebutuhan
dasar yang didiagnosis, dimodifikasi sesuai kondisi, usia, temperamen, emosi, status sosial, kebudayaan, dan kapasitas intelektual pasien. Perawat juga harus dapat mengatur lingkungan sekitar bila diperlukan. Henderson percaya "Perawat yang tahu reaksi fisiologis dan
30
patologis dari perubahan temperatur, pencahayaan, tekanan gas, bau, kebisingan, bau zat kimia, dan organisme akan mengorganisasikan lingkungan dan memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada," Perawat dan pasien harus selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan, baik dalam mencapai kemandirian atau kematian yang tenang. Salah satu tujuan perawat adalah menjaga aktifitas
sehari-hari
pasien
senormal
mungkin.
Peningkatan status kesehatan adalah tujuan penting dari perawatan.
B. Keluarga Friedman (Christensen, 1996) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Selain itu, menurut UU No. 10 tahun 1992
tentang
perkembangan
kependudukan
dan
pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak.
Kedua
pengertian
persamaan
bahwa
dalam
31
di
keluarga
atas
mempunyai
terdapat
ikatan
perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan sosial (Suprajitno. 2003).
C. Adapun bentuk-bentuk keluarga adalah sebagai berikut: Menurut Hariyanto (2005). a) Keluarga inti (konjugal) yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak-anak kandung, anak adopsi atau keduanya. b) Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. c) Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti. Berikut ini termasuk sanak keluarga, kakek/nenek, tante, paman dan sepupu.
D. Struktur keluarga Menurut
Friedman
(1998)
(Supartini,
2002)
keluarga terdiri atas pola dan proses komunikasi. 1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
32
struktur
a. Bersifat terbuka dan jujur b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga c. Berpikiran positif d. Tidak mengulangi isu dan pendapat
sendiri
2. Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi : a. Karakteristik pengirim : −
Yakin
dalam
mengemukakan
sesuatu
atau
pendapat −
Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
−
Selalu meminta dan menerima umpan yang baik
b. Karakteristik penerima :
E.
−
Siap mendengarkan
−
Memberikan umpan balik
−
Melakukan validasi
Fungsi keluarga Lima fungsi dasar keluarga menurut Friedman (1998) adalah : 1. Fungsi Afektif : Anggota keluarga merasa kebutuhan kebutuhan individu lain dalam keluarga, orang tua (suami/
istri)
mampu
menggambarkan
kebutuhan-
kebutuhan; persoalan - persoalan lain dari anak-anak
33
mereka dan pasangannya; mereka saling menghormati satu sama lain, serta mereka saling mendukung satu sama lain. 2. Fungsi sosialisasi : Sosialisasi di mulai sejak lahir, keluarga
merupakan
tempat
individu
belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga. 3. Fungsi
reproduksi
:
Keluarga
berfungsi
untuk
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. 4. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 5. Fungsi perawatan keluarga : Keyakinan -keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga terhadap kesehatan, definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan mereka.
34