10
10 BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum Perkebunan 1. Pengertian Perkebunan Selanjutnya perkebunan juga memiliki pengertian yang bervariasi tergantung kepada aspek apa yang akan dikelompokkan, apakah akan lebih menekankan kepada fungsinya, pengelolaan, atau produk yang dihasilkan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bahri (1966:521) mengenai perkebunan : Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendekatan serta devisa negara dan pemeliharaan sumberdaya alam. Berdasarkan pengelolaannya perkebunan dapat dibagi menjadi perkebunan rakyat, perkebunan besar, perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) dan Unit Pelaksanaan Proyek (UPP). Perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis). Dari macam-macam pengertian perkebunan diatas dapat disimpulkan bahwa perkebunan adalah budidaya tanaman pangan maupun non pangan yang berfungsi untuk menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan, menghasilkan devisa negara, pemeliharaan sumberdaya alam yang dilakukan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan (perkebunan besar).
2. Macam-macam Usaha Perkebunan Perkebunan merupakan salah satu bidang usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun pengertian
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
11
macam-macam usaha perkebunan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 325/Kpts/Um/1982 (Rahardi dkk, 1995: 20-21) yakni : Perusahaan perkebunan adalah usaha budidaya tanaman perkebunan yang dilaksanakan di atas lahan Hak Guna Usaha (HGU). Perusahaan perkebunan terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan selain perkebunan besar. Perkebunan besar adalah perusahaan perkebunan yang lahannya seluas 25 hektar atau lebih dan diusahakan oleh Badan Hukum Indonesia (BHI). Perkebunan besar ini dapat dikelola secara sendiri atau bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dengan perkebunan rakyat, atau dengan perusahaan perkebunan di luar perkebunan besar dengan pola PIR maupun dengan pola lainnya. Perusahaan perkebunan di luar perkebunan besar dapat diusahakan oleh perseorangan (Warga Negara Indonesia) atau Badan Hukum Indonesia. Perkebunan rakyat merupakan usaha budidaya tanaman perkebunan yang diusahakan tidak di atas lahan HGU. Berdasarkan jenis usaha perkebunan di atas pengelolaan perkebunan ada yang diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat dan oleh perusahaan perkebunan. Perbedaan antara perkebunan rakyat dan perusahaan perkebunan (perkebunan besar) terletak pada luas lahan yang digunakan dan adanya hak pengelolaan lahan yang disebut dengan lahan hak Guna Usaha (HGU). Terkait dengan hak guna usaha sebenarnya hak ini merupakan perubahan dari pengundangan Hukum Agraria pada tahun 1870 pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Di dalam Hukum Agraria tersebut ada hak-hak bagi pemegang modal baik berasal dari negara Belanda maupun dari negara Eropa Barat lainnya. Hakhak tersebut dikenal dengan nama hak erfpacth yang meliputi jangka waktu maksimum75 tahun dengan luas maksimum 360 hektar. Selain erfpacth adapula hak postal yaitu hak untuk mendirikan bangunan pabrik dan hak eigendom terutama untuk rumah-rumah tempat tinggal. Rumah terdiri dari rumah pegawai, buruh, dan pimpinan perkebunan beserta pabrik yang berada dalam satu kawasan Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
12
yang disebut estate. Kemudian UU Agraria pada tahun 1870 dirubah oleh pemerintah Indonesia
dengan Undang-Undang Pokok Agraria 1961 yang
merubah erfpacth menjadi hak guna usaha dan hak opstal menjadi hak guna bangunan masing-masing maksimum 10 tahun. Berkaitan dengan hak eigendom sampai sekarang masih tetap diberlakukan, hal ini dapat diidentifikasi dengan tetap beradanya rumah pegawai, buruh dan pimpinan perkebunan dalam satu kawasan (Mubyanto,1991:18-20). Perusahaan perkebunan di Indonesia sebagian besar merupakan milik negara Belanda yang dulunya merupakan perkebunan bekas modal yang telah dibeli oleh pemerintah Indonesia. Salah satu perusahaan perkebunan yang berstatus BUMN adalah PT. Perkebunan Nusantara IV yang dibentuk berdasarkan PP RI NO, 09 Tahun 1996 yang berkantor pusat dikota Medan.
B. Gambaran Umum Kelapa Sawit 1. Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman industri penghasil minyak masak, minyak industri dan bahan bakar (biodiesel). Selain itu, kelapa sawit juga merupakan bahan baku untuk industri sabun, industri lilin, industri pembuatan lembaran-lembaran timah dan industri kosmetik. Produktivitas dari perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan yang sudah lama terbengkalai dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. a. Ekologi Kelapa Sawit Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
13
Daerah pengembangan kelapa sawit yang sesuai berada pada 150 LU - 150 LS. Ketinggian tanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0 - 1500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 1500 - 4000 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29 - 300 C. intensitas penyinaran matahari sekitar 5 - 7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80 - 90%. Kecepatan angin 5 - 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Nilai pH (tingkat keasaman) yang optimum adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum yang cukup dalam dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kondisi topografi tanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 150. b. Varietas Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam family palmae, subkelas Monocotyledoneae. Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut terdapat varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan varietas lainya, diantaranya tahan terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perkebunan kelapa sawit : -
Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
14
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit yang banyak digunakan para petani dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia diantaranya Dura, Psifera, Tenera. (Yan Fauzi,2002).
Tabel 2.1 Karakteristik Kelapa Sawit Varietas Dura, Tenera dan Pisifera Kriteria Dura Tenera
Pisifera
Ketebalan Cangkang (mm)
2-5 mm
Tidak ada
1-2,5 mm
Persentase cangkang (buah)
20-50 %
N.A.
3-20 %
Persentase mesokarp (daging buah)
20-65 %
90-92 %
60-90 %
Persentase inti buah
4-20 %
3-8 %
3-15 %
Kadar minyak
rendah
tinggi
sedang
(Lubis dan Widanarko, 2011) - Varietas berdasarkan warna kulit Berdasarkan warna buah dikenal ada 3 tipe yaitu : Nigrescens, Viriscens dan Albescens. Karakteristik jenis varietas berdasarkan warna kulit dapat terlihat dari buah yang masih muda sampai buah yang sudah masak. Tabel 2.2 Karakteristik Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Warna Buah Varietas Warna Buah Masak Muda Ungu kehitamJingga kehitamNigrescens hitaman hitaman Jingga kemerahViriscens Hijau merahan, tetapi ujung buah tetap hijau Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
15
Albescens
Keputih-putihan
Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman
- Varietas unggul Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-varietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kuwalitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya. 2. Fisiologi Kelapa Sawit Menurut Benediktus Sihotang, (2010) tanaman kelapa sawit memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut : a. Akar Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang memiliki akar serabut. Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon. b. Batang Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
16
Tanaman kelapa sawit memiliki batang lurus, melawan arus gravitasi bumi, dan dapat berbelok jika tanaman tumbang. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm/tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm/tahun. Pada saat tanaman berumur 25 tahun, tinggi batang kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Batang kelapa sawit berbentuk slinder dengan diameter sekitar 10 cm pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua. Bagian bawah batang memiliki diameter lebih besar 10-20% dari batang bagian atas. Pangkal pelepah kelapa sawit mulai rontok pada umur 15 tahun. Namun, untuk spesies tertentu, spesies varietas dura, kerontokan pelepahnya mulai saat tanaman berumur 10 tahun. c. Daun Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada luas tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat kecambah, bakal daun pertama yang muncul membelah menjadi dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring bertambahnya daun, anak daun mulai membelah pada umur 34 bulan sehingga terbentuk daun sempurna. Pada bagian pangkal pelepah terdapat duri (spine). Awalnya, spine merupakan barisan seludang yang gagal membentuk daun sehingga menyempit dan membentuk duri. Daun kedua dihitung sesuai susunan spiral atau pola susunan daun (filotaksis). Pola spiral ini dihitung dari titik tumbuh mengikut sudut divergen yang besarnya 137,50 (sudut fibonacci). Pola spiral ini dapat berubah spiral kanan
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
17
atau spiral kiri, tergantung pada genetic tanaman. Pola ini tidak mempengaruhi produktivitas atau kecepatan tumbuh kelapa sawit. d. Bunga Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi umumnya bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya. Bunga sawit muncul dari ketiak daun yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal bunga tersebut dapat berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina tergantung pada kondisi tanaman. Namun, tidak jarang juga organ betina (gynoecium) dapat berkembang bersama-sama dengan organ jantan (androecium) dan menghasilkan organ hermaprodit. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman berumah satu. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. e. Buah Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe. Susunan buah kelapa sawit yaitu daging buah yang terbungkus oleh kulit, mesocarp, dan cangkang yang membungkus 1-4 inti atau kernel. Sementara itu, inti memiliki testa (kuli), endosperm, dan sebuah embrio. Tandan kelapa sawit terdiri dua ribu buah sawit dengan tingkat kematanga yang bervariasi. Secara praktis, tandan yang dianggap matang atau layak panen dicirikkan dengan tanda berwarna merah jingga yang menandakan adanya kandungan karotena. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat, semakin tua warnanya berubah menjadi hijau hitam hingga kuning. Sementara itu buah sawit yang masih mentah berwarna hitam. Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
18
f. Biji Biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda untuk setiap jenisnya. Umumnya, biji kelapa sawit memiliki waktu dorman. Perkecambahan bisa berlangsung dari enam bulan dengan tingkat keberhasilan 50%.
3. Produksi Kelapa Sawit Menurut Kiswanto dkk, (2008:8-17) tanaman kelapa sawit memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut: a. Pembibitan Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling lambat satu tahun sebelum penanaman di lapangan. Lokasi pembibitan harus mendapat perhatian, terutama hal-hal sebagai berikut: - Dekat dengan sumber air - Bebas genangan air atau banjir - Dekat dari pengawasan, mudah dikunjungi - Tidak jauh dari areal yang akan ditanami - Tidak terlalu jauh dengan sumber tanah (top soil) untuk mengisi polybag. Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage system). Kegiatan pada proses pembibitan meliputi:
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
19
- Pembuatan pembibitan awal (0 – 3 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan dan perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pembuatan naungan, pembuatan jaringan irigasi dan penanaman. - Pembuatan pembibitan utama (3 – 9 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan dan perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pemindahan tanaman dari plastik kecil ke plastik besar, pengaturan jarak, dll. - Pemeliharaan tanaman meliputi : pemupukan, penyiraman, pengendalian hama penyakit, penyiangan gulma, dan seleksi bibit. b. Pembukaan lahan dan penyiapan lahan Dalam pembukaan areal perkebunan yang perlu diperhatikan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah. Metode pembukaan lahan yang sebaiknya dilakukan adalah pembukaan lahan tanpa bakar. Pemerintah telah mengeluarkan SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan. Selain itu alasan menggunakan metode ini adalah: -
mempertahankan kesuburan tanah
- menjamin pengembalian unsur hara - mencegah erosi permukaan tanah - membantu pelestarian lingkungan Tahapan untuk pembukaan lahan adalah sebagai berikut : membabat rintisan, mengimas, menebang, merancek, membuat pancang kepala dan membersihkan jalur. Sedangkan tahapan untuk penyiapan lahan adalah : pembuatan teras dan pembuatan benteng (tanggul) sinambung dan rorak. Pembuatan saluran drainase,
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
20
penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), dan pembuatan jalan transportasi. c. Penanaman Penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau pada bulan Oktober sampai Februari. Tahapan pekerjaan penanaman adalah sebagai berikut: - Penentuan Pola Tanaman - Pembuatan Lubang Tanam - Cara Penanaman Kelapa sawit ditanam pada awal musim hujan, atau setelah turun hujan dengan teratur. Poses penanaman kelapa sawit secara gais besar dapat disimpulkan sbagai berikut : a. Lubang tanaman dipupuk dengan pupuk fostat Agrophos 250 g/lubang. b. Lepaskan plastik polybag dan masukkan bibit. c. Timbun bibit dengan galian atas tanah, padatkan. d. Beri mulsa disekitar batan d. Pemeliharaan tanaman Tanaman
menghasilkan
(TM)
pada
masa
TBM
(tanaman
belum
menghasilkan) merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan tenaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
21
keberhasilan pada masa TM. Pekerjaan-pekerjaan dalam pemeliharaan tanaman TBM adalah sebagai berikut: - Konsolidasi, - Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain-lain, - Penyulaman, - Pengendalian gulma, - Pemupukan - Pemeliharaan tanaman penutup tanah, - Kastrasi/ablasi - Penyerbukan (polinasi), - Pengendalian hama dan penyakit. e. Panen dan produksi -
Umur panen Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5
bulan setelah penyerbukan. Kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman berumur 31 bulan, sedikitnya 60 % buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Satu tandan beratnya berkisar 10 kg lebih. -
Cara panen
1). Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25 - 75 % buah luar memberondol atau 2). Kurang matang dengan 12,5 - 25 % buah luar memberondol 3). Potong pelepah daun yang menyangga buah 4). Tandan dipotong Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
22
5). Bertanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen 6). Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan dengan cara ditelungkupkan. -
Periode panen Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat.
Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan hama penyakit. Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama tandan buah segar di pabrik yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas, tahaptahap proses pengolahan tandan buah segar sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut: 1. Pengangkutan tandan buah segar ke Pabrik 2. Perebusan tandan buah segar 3. Perontokan dan Pelumatan Buah 4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit 5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit 6. Pengeringan dan Pemecahan Kulit 7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung
C. Pemanfaatan Crude Palm Oil dan Crude Palm Ketel Oil Kelapa Sawit
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
23
Pemanfaatan ini sesuai spesifikasi kebutuhan produk, yang dikemukakan Yan Fauzi dkk (2012:125) maka dapat diturunkan lagi menjadi : 1. Produk turunan Crude Palm Oil (CPO) Produk turunan crude palm oil selain minyak goreng kelapa sawit, dapat dihasilkan Margarine, Shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang
akan
semakin
meningkat,
terutama
dengan
diterapkannya
kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan renewable energy. 2. Produk Turunan Crude Plam Ketel Oil (CPKO) Dari produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun, Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
D. Gambaran Umum Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit 1. Pengertian Limbah Menurut Rohman (2000) “karakteristik limbah dapat dilihat dari jumlah (banyak limbah), sifat (dinamis atau statis) dan dampak yang diakibatkan dari Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
24
keberadaan limbah tersebut. Limbah ada yang berbentuk cair, padat, gas, dan limbah B3 (bahan bahaya beracun)”. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) atau lebih dikenal sebagai sampah yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah akan berdampak negatif ataupun positif tergantung bagaimana cara penanganannya. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu kehadiran limbah seringkali berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
2.Jenis-Jenis Limbah Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu: a. Limbah cair Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). b. Limbah padat Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
25
perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll c. Limbah gas dan partikel Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lainlain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi: a) Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap b) Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
26
c) Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut. d) Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik. 3. Limbah Kelapa Sawit Limbah kelapa sawit adalah sisa tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit Jumlah limbah kelapa sawit yang dihasilkan tiap pabrik kelapa sawit berbedabeda tergantung dari jumlah bahan baku yang digunakan oleh pabrik tersebut dan juga jumlah produksinya. Menurut Yan Fauzi dkk (2012) pada umumnya dari setiap ton tandan buah segar yang diolah dapat menghasilkan 140-200 kg crude palm oil. Pengolahan tersebut juga menghasilkan limbah, antara lain limbah cair, cangkang sawit, fiber/serabut dan tandan kosong kelapa sawit. Komposisi limbah yang dihasilkan kelapa sawit dalam perton adalah: a. Limbah cair 600 – 700 kg b. Serat dan cangkang sampai 190 kg yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar boiler c. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 230 kg. Limbah kelapa sawit yang dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa perlakuan apapun akan menimbulkan dampak bagi lingkungan baik polusi udara, Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
27
pencemaran air dan terhambatnya pertumbuhan tanaman yang nantinya akan berdampak pada waktu panen tanaman. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa volume limbah kelapa sawit jauh lebih besar dibandingkan jumlah crude palm oil dan crude palm ketel oil. Limbah kelapa sawit yang dibiarkan menumpuk begitu saja akan berdampak terhadap udara (polusi udara), kondisi air (pencemaran air), petumbuhan tanaman dan juga membutuhkan tempat pembuangan yang luas. Dengan demikian agar dampak dari keberadaan limbah kelapa sawit tidak meluas atau lebih parah maka harus dilakukan penanganan yang tepat terhadap limbah tersebut. 4. Jenis Limbah Kelapa Sawit Menurut Yan Fauzi (2012:195) berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit. a. Limbah perkebunan kelapa sawit Limbah perkebunan kelapa sawit aalah limbah yang dihasilkan dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan, dan panen kelapa sawit. Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah dan gulma. Dalam setahun setiap hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering. b. Limbah industri kelapa sawit
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
28
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. 1). Limbah padat Limbah padat industri kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit adalah tandan kosong, serat dan tempurung (cangkang). Limbah padat tandan kosong kadang – kadang mengandung buah tidak lepas diantara celah-celah ulir dibagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung yang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih mengandung biji bulat dan inti sawit (Ponten M. Naibaho, 1996). 2). Limbah cair Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Limbah kelapa sawit memiliki kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut menimbulkan beban pencemaran yang besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar pula. Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
29
pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga tinggi yaitu pH berkisar 3-5 3). Limbah gas Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah bahan gas. Limbah gas ini antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit. 5. Dampak Limbah Industri Limbah dari industri dapat membahayakan kesehatan manusia karena dapat merupakan pembawa suatu penyakit (sebagai vehicle), merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam – tanaman dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dan dapat merusak keindahan (aestetika), karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi (Sugiharto, 1987:21) 6. Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Untuk mengurangi dampak yang diakibatkan oleh limbah padat kelapa sawit maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan cara memanfaatkan limbah tersebut sebagai sesuatu yang memiliki kegunaan terutama bagi perusahaan dan perkebunan tersebut karena pihak tersebut adalah pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan kelapa sawit. Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
30
Dalam usaha industri kelapa sawit terdapat hasil sampingan yang bernilai ekonomis baik untuk dijual maupun dimanfaatkan kembali. Besarnya volume limbah padat kelapa sawit seringkali menjadi masalah bagi pihak industri pengolahan itu sendiri maupun lingkungan sehingga dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk yang berguna merupakan cara bijak yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah. Menurut Yan Fauzi dkk (2012:198) Limbah hasil pengolahan kelapa sawit mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai berikut : a. Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Pupuk Organik Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif
pupuk organik juga akan
memberikan manfaat lain dai sisi ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk sintesis sampai dengan 50%. Pupuk oganik yang dihasilkan dari tandan kosong kelapa sawit dapat berupa pupuk kompos dan pupuk kalium b. Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Bahan Serat Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil, dan bahan pengepak industri)
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
31
Serat tandan kosong dapat diperoleh dengan cara mengepresnya sehingga keluar air, minyak dan kotoran yang terkandung didalamnya, selanjutnya tandan kosong tersebut diurai memakai mesin pengurai sehingga seratnya terpisah denga komponen bukan serat seperti gabus, pati, dan kotoran. Setelah terurai, serat diayak untuk memisahkan serat panjang, pendek dan debu yang menempel. Serat kelapa sawit memiliki diameter yang lebih besar, lebih kaku, dan lebih lentur dibandingkan dengan serat kelapa. Pabrik dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam mampu menghasilkan serat sebanyak 30 ton per hari c. Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Sumber Karetonoid Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber karetonoid merupakan suatu inovasi yang bermanfaat bagi dunia industri makanan. Hasil penelitian menunjukkan tandan kosong kelapa sawit yang mengalami satu kali sterilisasi rata-rata mengandung karetonoid total sebesar 37, 8 ppm, sedangkan tandan kosong kelapa sawit yang mengalami dua kali sterilisasi kandungannya rat-rata 25,9 ppm. Komposisi karetonoid di dalam tandan kosong kelapa sawit didominasi oleh alpha-karoten (12,9 ppm), beta-karoten (6,4 ppm), lutein (4,1 ppm) dan zeakaroten (3,9 ppm), sedangkan karotenoid lainnya sebesar 5,2 ppm. Senyawa beta-karoten bersifat lebih stabil daripada senyawa karotenoid lainnya. d. Tempurung Buah Sawit untuk Arang Aktif Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan. Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai industri antara lain industri minyak, karet, gula dan farmasi. Selama ini Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
32
tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan. Arang aktif dapat dibuat dengan melalui proses karbonisasi pada suhu 5500C selama kurang lebih tiga jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut memenuhi standar industri Indonesia, kecuali untuk kadar abu. Tingkat keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serat larutan ionnya sebesar 28,9%. e. Batang Kelapa Sawit untuk Perabot dan Papan Artikel Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di Indonesia sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat (silfat tissue). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dengan sulfat tissue memenuhi Standar Industri Indonesia (SII 1411 – 85 ).
f. Batang dan Pelepah Sawit untuk Pakan Ternak Batang kelapa sawit yang sudah tua dan tidak berproduktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat fiber board sebagai bahan baku perabot rumah tangga seperti mebel,
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
33
furniture, atau sebagai bahan partikel. Batang kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel. g. Limbah Kelapa Sawit untuk Biodiesel Sejak tahun 2000, minyak kelapa sawit dan beberapa minyak nabati lainnya telah digunakan sebagai bahan pembuat biodiesel, yang disebut pemerintah sebagai biodesel generasi I. Hingga tahun 2011 telah berhasil dikembangkan biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit sebanyak 20.000 kiloliter per tahun. Namun, akibat harga jual biodiesel yang lebih rendah daripada minyak sawit mentah (crude palm oil), menyebabkan pengusaha sawit lebih memilih ekspor mentah.
Delly Yohanna Tumanggor, 2012 Dampak Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pt Perkebunan Nusantara Iv Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu