BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Minat 1. Pengertian Minat Minat merupakan aspek yang terdapat pada setiap diri seseorang sehingga menjadi tertarik menyukai, dan menyenangi terhadap suatu objek atau benda.Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu perasaan, keinginan atau kesukaan terhadap suatu kegiatan, benda, barang, jabatan, pekerjaan, persoalan, atau situasi yang berkenaan dengan dirinya dan dapat memberikan kepuasan pribadinya. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkaan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal lainnya, dan dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Menurut pendapat, Gunarso (1995: 68) dikutip oleh cahya heriawan (2010: 14) mengatakan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Pada dasarnya perilaku seseorang itu sesuai kebutuhan dan minat yang ada pada dirinya. Oleh karena itu prilaku individu merupakan gambaran tentang minat
10
11
seseorang yang berkenaan dengan aktivitas atau objek yang disenanginya. Selanjutnya (Hurlock,1993) menjelaskan bahwa minat sangat penting, lebih lanjut minat
dalam
situs
(http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-
minat.html) menjelaskan sebagai berikut :
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Selanjutnya Pintrich dan Schunk (1996) dalam situs (http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html) juga menyebutkan bahwa minat merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi prestasi. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa minat itu merupakan suatu unsur kepribadian individu, serta minat akan mengerahkan tindakan individu terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Perasaan senang merupakan dasar suatu minat. Minat seseorang akan dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak senang ataupun suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Salah satu kajian terhadap pengertian minat menurut (Gunarso, 1995 : 68). (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2minat.pdf) seperti yang tertera pada halaman 12.
12
Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya.
Dengan demikian minat sebagai unsur motivasi dapat memberikan keuntungan, kepuasan, dan dapat memenuhi kebutuhan seseorang. Suatu objek akan diminati seseorang sesuai dengan adanya kebutuhan pada orang itu. Makin kuat kebutuhan makin kuat pula seseorang untuk meminati suatu objek atau situasi yang berkaitan dengan individu dan dapat memberikan kepuasan pribadinya. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai definisi minat, pada prinsipnya memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya perasaan senang terhadap sesuatu, mempunyai sifat positif, adanya keinginan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan. 2. Proses Timbulnya Minat Minat dapat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong individu menghadapi atau berurusan dengan orang, keinginan atau bisa juga sebagai pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan partisipasi individu melakukan suatu kegiatan. Arah pikiran individu barulah berpengaruh kalau minat individu itu sendiri dengan situasi yang individu temukan sendiri. Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pengalaman dan kesadaran yang bersifat tanggapan atau jawaban sehingga memungkinkan berubahnya hubungan antara gagasan dan proses pemikiran ketika hal ini dialami dan diekspresikan. Sifat pengalaman yang dinamis pada suatu saat akan melahirkan suatu pemikiran
13
yang kuat dan mantap. Sedangkan pada saat berikutnya akan melahirkan yang lain. Walaupun demikian, dasar perubahan pemikiran dan pandangan berdasarkan kondisi lingkungan yang ada adalah karena pengaruh minat yang melahirkan pengalaman yang nantinya akan mengarahkan pola jiwa individu. Individu tak menyadari atau kenyataan bahwa demikian menonjol dan kuatnya selektif yang digerakan oleh minat dan perasaan individu. Minat timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan yang berkenaan dengan dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Crow & Crow (1984) dalam situs (http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html) menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut Sutjipto (2001) (www.depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm) menjelaskan bahwa : Minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Proses terbentuknya minat seringkali diikuti pula oleh berkurangnya atau memudarnya minat individu. Kenyataan demikian seringkali dialami individu, dan selama objek tersebut berhubungan dengan dirinya maka kedudukan minat akan
14
tetap bertahan dan berlangsung selama objek yang menjadi perhatiannya bermakna bagi dirinya. 3. Struktur Terbentuknya Minat Menurut Kars Wohl (1974:37) dikutip oleh Heri Suhartono dalam Cahya Heriawan (2010: 19) menggambarkan mengenai terbentuknya minat yang terdiri dari beberapa komponen.Komponen tersebut dibagi lagi menjadi bagian-bagian terkecil sehingga memiliki urutan secara hinarki, komponen yang satu dengan yang lainnya berhubungan secara bertahap. Komponen-komponen tersebut memiliki sub komponen masing-masing. Secara keseluruhan komponen dan subkomponen tersebut merupakan suatu kebetulan struktur terbentuknya minat. Adapun komponen dan subkomponen terbentuk minat adalah sebagai berikut : 1. Receiving (penerimaan atau perhatian) a. Awarenes (kesadaran) b. Willingness to receive (tertarik atau keinginan untuk menerima) c. Controlled or selected attention (control atau memberikan perhatian secara selektif) 2. Responding (penanggapan) a. Aquinsence in responding (menanggapi terdorong oleh saran) b. Willingness to respond (tertarik untuk menanggapi) c. Satisfaction in respond (menanggapi dengan penuh perasaan yang bergairah) 3. Valuing (penilaian) a. Acceptance of a value (menerima nilai) b. Preference for a value (tertarik untuk menanggapi) c. Commitment (pengorganisasian) 4. Organizating (pengorganisasian) a. Conceptualization of value (mengandung nilai) b. Organization of a value (memadukan nilai secara ajeg, mengembangkan nilai) 5. Characterization by value complex (karakteristik pandangan hidup) a. Generalized set (penyambung) b. Characterization (pemeranan, pelukisan watak)
15
Sebagaimana penjelasan pada halaman 14 mengenai struktur terbentuknya minat dari prilaku individu dapat penulis kemukakan bahwa, yang menimbulkan minat individu pada suatu objek diawali dengan adanya perhatian atau penerimaan (receiving). Dalam penerimaan ini adanya rasa kesadaran (awareness), yang selanjutnya timbul keinginan untuk menerima (willingness to receive). Kemudian perhatian pada objek yang akan menjadi minatnya dikontrol secara selektif (controlled selected attention), selanjutnya adanya penanggapan responding individu tersebut pada objek yang menjadi perhatiannya. Ada tiga tahapan dalam menanggapi, yang pertama adanya tanggapan karena terdorong oleh saran, permintaan atau suruhan (acquissence in responding). Kedua adanya keinginan untuk menanggapi dengan penuh perasaan yang bergairah, dan puas dalam menanggapi (statisfaction in responding). Setelah itu baru adanya penilaian (valuing) pada objek yang menjadi minatnya. Pada penelitian ini diawali dengan adanya penerimaan suatu nilai (acceptance of value), hingga akhirnya timbul kesukaan terhadap nilai (preference of value) pada objek yang menjadi minatnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa struktur terbentuknya minat pada individu terhadap suatu objek disebabkan karena adanya komponen penerimaan, penanggapan dan penilaian. Minat tersebut dimulai dari tahapan adanya kesadaran sehingga akhirnya kesukaan terhadap suatu nilai pada objek yang menjadi minatnya, hal ini berlangsung sistematis.
16
4. Beberapa kondisi yang mempengaruhi minat 1. Status ekonomi Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka. 2. Pendidikan Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2minat.pdf)
mengatakan
bahwa “Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya”. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka. 3. Tempat tinggal Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak.
17
5. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Minat
Minat pada hakekatnya adalah merupakan sebab akibat dari pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari sesuatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama. Menurut (Yuwono, 2001: 40) yang terdapat dalam situs
(http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2minat.pdf)
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kondisi pekerjaan Tempat kerja yang memiliki suasana yang menyenangkan dengan didukung oleh kerja sama yang profesional, saling bantu dapat meningkatkan produksi. 2. Sistem pendukung Dalam bekerja sangat diperlukan sistem pendukung yang memadai bagi para pekerjanya sehingga diperoleh hasil produksi yang maksimal, misalnya fasilitas kendaraan, perlengkapan pekerjaan yang memadai, kesempatan promosi, kenaikan pangkat/kedudukan. 3. Pribadi pekerja 4. Semangat kerja, pandangan pekerja terhadap pekerjaannya, kebanggan memakai atribut bekerja, sikap terhadap pekerjaannya.
Sedangkan menurut Totok Santoso (dalam Tri Wahyudi, 2002:18) dalam situs (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2minat.pdf) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya minat adalah sebagai berikut : 1. Motivasi dan cita-cita Adanya cita-cita dan dukungan oleh motivasi yang kuat dalam diri seseorang maka akan dapat membesarkan minat orang itu terhadap suatu objeknya. Sebaliknya apabila cita-cita dan motivasi tidak ada maka minat sulit ditumbuhkan. 2. Sikap terhadap suatu objek Sikap senang terhadap objek dapat membesarkan minat seseorang terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika sikap tidak senang akan memperkecil minat seseorang. 3. Keluarga
18
Keadaan keluarga terutama keadaan sosial ekonomi dan pendidikan keluarga dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap objek tersebut. 4. Fasilitas Tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan minat seseorang terhadap suatu objek lebih besar. 5. Teman pergaulan Teman pergaulan yang mendukung misalnya diajak kompromi terhadap suatu hal yang menarik perhatiannnya maka teman tersebut dapat lebih meningkatkan minatnya, tetapi teman yang tidak mendukung mungkin akan menurunkan minat seseorang.
Berdasarkan uraian di atas maka faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga adalah sebagai berikut : 1. Faktor Intrinsik Minat intrinsik adalah minat yang berasal dari dalam diri seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau mendorong siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga adalah sebagai berikut : a. Minat untuk berprestasi Keinginan atau minat untuk berprestasi yang dimiliki oleh setiap orang individu pasti ada, tapi keinginan itu cenderung mempunyai presentasi yang berbeda-beda. Kecenderungan itu timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhan atau merasakan bahwa sesuatu akan dipelajari bermakna dari dirinya. b. Minat untuk mengisi waktu luang Diketahui juga bahwa dalam mengisi waktu luang mereka juga didasari karena adanya faktor kesenangan, mendapatkan teman, waktu luang, dan untuk menjaga kesehatan. Tentunya rasa senang atau tertarik yang dimiliki oleh setiap individu akan timbul pada seseorang bilamana
19
bidang-bidang yang ditawarkan pada dirinya dirasa akan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 2. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik yaitu faktor pendorong yang muncul dari luar individu. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler disekolah sangat erat kaitannya dengan metode pengajaran serta fasilitas yang memadai. Dalam penyampaian materi adalah penting, dengan memperhatikan metode yang digunakan dalam penyampaian materi. Cara yang tidak sesuai akan membosankan sehingga akan mengurangi minat terhadap apa yang disampaikan. Begitu juga fasilitas yang tidak kalah pentingnya dalam menumbuhkan
minat
ekstrinsik
siswa
untuk
mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler olahraga. Dengan adanya fasilitas yang memadai akan menambah keyakinan siswa untuk mengikuti kegiatan tersebut. b. Media Bentuk-bentuk mass media antara lain adalah buku-buku tentang olahraga, majalah, surat kabar, radio, televisi dan bentuk-bentuk lain yang sangat berpengaruh terhadap minat siswa dalam menekuni dan mempraktekkan. Latihan yang telah diberikan pada saat latihan akan diwujudkan dalam pertandingan. Siswa yang mempunyai minat tinggi akan memanfaatkan sumber informasi untuk memperluas wawasannya.
20
Semakin berkembangnya jalur informasi yang ada hubungannya dengan olahraga akan semakin mengangkat minat siswa terhadap olahraga. c. Penghargaan Penghargaan dalam hubungannya dengan minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakuriluler olahraga sangat menunjang. Dalam suatu pertandingan perlu adanya hadiah sebagai suatu penghargaan bagi mereka yang berprestasi.
B. Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Peran pendidikan mesti dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik yang dilayani melalui proses interaksi pendidikan), melainkan juga dalam konteks makro, yaitu kepentingan masyarakat. Dalam hal ini termasuk kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan suatu kegiatan yang berada di luar jam pelajaran sekolah, artinya bisa diadakan di lingkungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena pendidikan selain terjadi di sekolah juga terjadi di lingkungan masyarakat
itu
sendiri,
maka
pendidikan
khususnya
seperti
kegiatan
ekstrakurikuler olahraga harus mampu memperhitungkan individualitas atau karakteristik perbedaan antar individu peserta didik. Demikian halnya terjadi pada pembinaan pendidikan jasmani di sekolah, dimana tujuannya adalah bersifat mendidik, sehingga dalam prosesnya aktivitas jasmani harus merupakan wahana atau pengalaman belajar bagi siswa. Melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang dalam pencapaian tujuan pendidikan.
21
Tujuan
pendidikan
jasmani
dalam
peningkatan
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler olahraga merupakan cetusan aspirasi masyarakat, dikaitkan dengan harapan tentang profil individu warga masyarakat pada masa yang akan datang. Pendidikan selalu berorientasi untuk menyongsong masa depan, oleh karena itu dikenal dengan istilah pendidikan jangka panjang yang akan dicapai selama 20-25 tahun, dan pendidikan jangka menengah 5-10 tahun sebagai sasaran antara tujuan jangka panjang tersebut. Hasil seketika (outcome) yang dicapai melalui proses belajar mengajar melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga lajimnya tertuang dalam tujuan intruksional yang dipaparkan dalam ungkapan yang lebih khas. Rumusanya menggambarkan perubahan perilaku yang relatif melekat, dan berdasarkan gambaran itu dapat diketahui adanya kemajuan belajar siswa melalui kegiatan ekstra. seperti dalam Cahya Heriawan (2010 : 25), menguraikan sejumlah struktur dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang terdiri dari :
1. Visi dan Misi Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Sedangkan misi
kegiatan ekstrakurikuler diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan sejumlah kegiatan keolahragaan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.
22
2. Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok. 2. Fungsi Kegiatan EkstraKurikuler a. Pengembangan,
yaitu
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka. b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. d. Persiapan
karir,
yaitu
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik. 3. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing. b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik. c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh. d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
23
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. f. Kemanfaatan
sosial,
yaitu
prinsip
kegiatan
ekstrakurikuler
yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. 4. Format Kegiatan Ekstrakurikuler a. Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan. b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik. c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik dalam satu kelas. d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik antar sekolah. e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan. 5. Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur: 1. Sasaran kegiatan 2. Substansi kegiatan 3. Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta keorganisasiannya 4. Waktu dan tempat 5. Sarana
24
6. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin, spontan, dan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor, dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah. 2. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan sasaran,
substansi,
jenis
kegiatan,
waktu,
tempat,
dan
pelaksana
sebagaimana telah direncanakan.
C. Karakteristik Siswa SD Dilihat dari segi usia , siswa sekolah dasar termasuk ke dalam golongan usia anak besar berkisar 6 tahun sampai 11 tahun. Masa anak besar memiliki karekteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda, ini disebabkan usia anak besar cenderung senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dengan kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Masa anak sering disebut usia berkelompok yang sering ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman sebaya dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolahraga yang dapat memberikan kebahagiaan.
Menurut Havighurst dalam Desmita
(2009:35) perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi :
1. Menguasai ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fiisik 2. Membina hidup sehat 3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok 4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
25
5. Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat 6. Memperoleh sejumlah konsep yang perlukan untuk berpikir efektif 7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai 8. Mencapai kemandirian pribadi
Dalam hal ini keterkaitan antara perkembangan dengan kebutuhan anak sekolah dasar menurut McClelland dalam Alex Sobur (2003: 285) mengemukakan bahwa “Perbedaan dalam kebutuhan seseorang untuk berprestasi sudah nampak sejak usia 5 tahun.” Karena pada umumnya anak usia 5 tahun merupakan pada permulaan anak besar yang mempunyai sejumlah besar keterampilan yang mereka pelajari selama tahun-tahun prasekolah, seperti yang dikemukakan oleh Nurlan Kusmaedi (2007: 98) bahwa ketrampilan yang dipelajari anak-anak besar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Lingkungan Kesempatan untuk belajar Bentuk tubuh Apa yang sedang digemari oleh teman-teman sebaya
Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, pendidik dituntut untuk memberikan bantuan berupa untuk : 1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan ketrampilan fisik 2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepaada siswa untuk belajara bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian sosialnya berkembang 3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep. 4. Melaksakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya
26
Lebih lanjut menurut Desmita (2009: 27) mengemukakan bahwa perkembangan tiap-tiap individu tidak sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas tiga faktor, yaitu : 1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah : - Bakat atau pembawaan - Sifat-sifat keturunan - Dorongan dan instink 2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu Diantara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah : - Makanan - Iklim - Kebudayaan - Ekonomi - Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga 3. Faktor-faktor umum Diantara faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan individu adalah, sebagai berikut : - Intelegensi - Jenis kelamin - Kelenjar gondok - Kesehatan - Ras
Dari pendapat para tokoh di atas tersebut ciri pokok karekteristik usia anak besar cenderung mudah terpengaruh oleh temen-teman sebaya dalam melakukan kegiatan atau aktivitas yang berada di lingkungan sekitarnya, terutama di sekolah dalam merealisasikan kebutuhan, baik untuk berprestasi, berkuasa, dan berafiliasi. Dari ketiga kebutuhan tersebut kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan yang paling kuat dalam mempengaruhi perilaku anak.
27
D. Minat Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Berdasarkan hal diatas kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang memanfaatkan waktu di luar jam pelajaran sekolah yang bertujuan agar siswa dapat memanfaatkan sebagai tempat berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat diartikan dengan adanya tingkah laku siswa yang menunjukkan rasa ketertarikan pada suatu kegiatan yang dilakukannnya. Ketertarikan siswa merupakan faktor yang mempengaruhi keinginan untuk melakukan suatu kegiatan, aktivitas yang sesuai dengan kemauan untuk melakukan kegitan tersebut. Dalam hal ini berbagai kegiatan-kegiatan yang berada di sekolah merupakan kegiatan positif dalam mengembangkan kepribadian peserta didik, namun setiap peserta didik memiliki ketertarikan yang berbeda dalam menekuni kegiatan-kegiatan tersebut. Minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa siswa tesebut tertarik dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang dilakukan. Dengan Adanya minat tersebut maka siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga menunjukkan tingkah laku positif dalam upaya pengembangan kepribaian yang positif secara optimal serta dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dan dapat merealisasikannya dalam mencapai tujuan dari keikutsertaannya melakukan kegiatan tersebut.
28
E. Pengertian Motif Untuk dapat menjelaskan mengenai motif, maka terlebih dahulu harus dapat membedakan antara motif dan motivasi. Karena penggunaan istilah motif dan motivasi sering bergantian, keduanya sulit dibedakan. Tingkah laku seseorang hakekatnya ditentukan oleh berbagai kebutuhan untuk mencapai tujuan. Tingkah laku ini terjadi karena adanya dorongan dari apa yang difikirkan, dipercaya, dan dirasakan. Menurut Husaeni dan Noor (1981) yang dikutip oleh Husdarta (2010:32) yaitu,”motif adalah suatu rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku”. Dalam mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, seharusnya mengetahui apa yang dikerjakan, bagaimana ia melakukannya, dan mengapa ia melakukannya. Dengan kata lain, kita hendaklah know what, know how, dan know why dari tingkah lakunya. Persoalan know why ini berkenaan dengan pemahaman motif-motif manusia dalam perbuatannya. Lebih lanjut Natawijaya (1979: 86) yang dikutif oleh Husdarta (2010:32) mengemukakan pengertian motif sebagai berikut : Yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu disebut motif.jadi motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif bagi manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat yang menjadi penggerak yang berasal dari dalam diri manusia yang memberi tujuan atau arah kepada tingkah laku manusia.
Suatu tingkah laku yang dilatar belakangi oleh adanya motif disebut tingkah laku bermotivasi. Tingkah laku bermotivasi mengarah pada tujuan, karena motif individu mendorongnya untuk mencapai tujuan.
29
Berdasarkan para ahli di atas, jelas kiranya bahwa setiap motif bertalian dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, maka makin kuat pula motifnya. Motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Sherif dan Sherif (1956) dalam Alex Sobur (2009:267), menyimpulkan guna atau fungsi motif-motif seperti berikut ini :
Motif sebagai suatu istilah genetik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.
Lebih lanjut menurut pendapat Giddens (1991:64) dalam Alex Sobur (2009:267) mengatakan
bahwa ‘”Motif sebagai impuls atau dorongan yang
memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif/perilaku ke arah pemuasan kebutuhan.” Dengan membanding-bandingkan beberapa pendapat mengenai motif dari para ahli, maka sifat-sifat motif sebagai berikut : 1. Merupakan sumber penggerak dan pendorong dari dalam diri subjek, yang terorganisasi. 2. Terarah pada tujuan tertentu secara selektif. 3. Untuk mendapat kepuasan atau menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. 4. Dapat disadari atau tidak disadari. 5. Ikut menentukan pola kegiatan. 6. Suatu tindakan dapat didorong oleh berbagai motif. 7. Bersifat dinamik, dapat berubah dan dapat dipengaruhi. 8. Merupakan ekspresi dari suatu emosi atau afeksi. 9. Ada hubungannya dengan unsur kognitif dan konatif.
30
Dengan memperhatikan sifat-sifat motif tersebut dan dengan membandingbandingkan berbagai pendapat mengenai motif, dapatlah penulis ajukan batasan pengertian sebagai berikut : Motif adalah sumber penggerak dan pendorong yang bersifat dinamik, dapat dipengaruhi, merupakan determinan sikap dan pendorong suatu tindakan terarah pada tujuan tertentu untuk mendapatkan kepuasan atau menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, baik disadari atau tidak disadari, dan ada hubungannya dengan aspek kognitif, konatif dan afektif.
F. Motif Berprestasi Motif Berprestasi menurut McClelland merupakan salah satu dari tiga motif sosial yang mendasari perilaku individu. kedua motif yang lain adalah motif affiliasi, yaitu motif yang mengarahkan perilaku orang untuk menjalin hubungan dengan orang lain. serta motif kekuasaan yaitu yang mendorong orang untuk menguasai atau mendominasi orang lain. Mengacu pada konsep Mc clelland (Sunaryo kartadinata, 1979:42-44) dalam Achmad Affandi (2011: 43) mengemukakan tujuh unsur Motif Berprestasi, yaitu kebutuhan berprestasi (N), keinginan berprestasi (I), antisipasi (Ga), hambatan (Bp-Bw), bantuan (NuP), suasana perasaan (G), dan tema prestai (9Ach.T). 1) Kebutuhan berprestasi (N) menunjukkan adanya keinginan, harapan, penetapan untuk mencapai hasil yang didasarkan secara eksplisit. Keinginan atau harapan berkenaan dengan sesuatu yang bersifat umum. 2) Keinginan berprestasi (I) menunjukkan perilaku dan usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Usaha tersebut baik yang bersifat jasmani ataupun rohaniah. 3) Antisipasi (Ga) menggambarkan bagaimana individu membuat perhitungan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Antisipasi ini banyak menunnjukkan kegagalan/keberhasilan
31
4) Hambatan (Bp- Bw), menggambarkan rintangan atau kesukaran yang di atasi dalam mencapai tujuan. Hambatan tersebut dapat bersumber dari diri individu atau factor-faktor di luar sekitarnnya. 5) Bantuan (NuP), menunnjukkan adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan. Bantuan ini kearah pencapaian tujuan yang bersifat kontiniu. 6) Suasana perasan (G) menggambarkan perasaan-perasaan yang dihayati individu dalam pencapaian tujuan. Perasaan ini meliputi perasaan positif dan negative. 7) Tema berprestasi (Ach, T) menunjukkan gambaran keseluruhan dari apa yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan. Berdasarkan konsep unsure-unsur berprestasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Motif Berprestasi berkaitan dengan tujuan untuk memenuhi atau melampaui suatu standar keunggulan, baik standar yang menyangkut prestasi diri sendiri maupun prestasi orang lain. dalam hubungan dengan prestasi diri sendiri, dengan demikian individu akan berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya dan secepat mungkin berusaha meningkatkan prestasi yang pernah di capai sebelumnya. dalam hubungannya dengan prestasi orang lain, individu akan berusaha menampilkan hasil kerja yang lebih baik dibandingkan hasil kerja orang lain. Kebutuhan berprestasi
sebagai tujuan dasar dalam merealisasikan
pencapaian prestasi yang tinggi dan dapat diekspresikan dengan cara melakukan kegiatan atau aktivitas yang dianggap bermanfaat bagi prestasi dirinya sendiri maupun prestasi orang lain. Bentuk proses pencapaian kebutuhan berprestasi yaitu dengan terpenuhinya aspek-aspek tanggung jawab pribadi, kebutuhan akan umpan
balik, dan ketekunan dalam suatu kegiatan termasuk dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah. Semua itu mendukung tercapainya prestasi akademik yang tinggi dan prestasi yang baik akan memberikan kepuasan pribadi
32
tersendiri bagi individu. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh McClelland dalam buku Alex Sobur (2003: 285) menjelaskan pengertian kebutuhan berprestasi “Kebutuhan untuk berprestasi merupakan suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.” Pada kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah terjalinnya komunikasi dan interaksi antara pelatih dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya dapat mempengaruhi akan terpenuhinya suatu kebutuhan dalam mencapai tujuan yang positif. Pada perilaku peserta didik terpenuhinya
kebutuhan
berprestasi dapat
diamati dari berbagai macam kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Kegiatankegiatan yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan yang tinggi pada umumnya dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu kegiatan yang diarahkan kepada tujuan dan kegiatan tujuan. Konsep/faham ini adalah penting bagi anak sekolah dasar sebagai pembekalan, karena berpengaruh terhadap kekuatan kebutuhan yang berlainan, yang dapat bermanfaat dalam memahami berperilaku. Menurut Mc. Clelland dalam Alex Sobur (2003: 285) mengemukakan bahwa “Perbedaan dalam kebutuhan untuk berprestasi sudah nampak sejak anak berusia 5 tahun”. Pernyataan tersebut menyimpulkan bahwa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh usia anak besar yang berkisar 5-11 tahun menggambarkan akan potensi pada diri anak tersebut yang dapat disebut sebagai motivasi berprestasi. Lebih lanjut McClelland mengemukakan bahwa Kebutuhan untuk berprestasi merupakan suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.”
33
Berdasarkan hal tersebut, kebutuhan berprestasi adalah merupakan salah satu motif-motif sosial. Kebutuhan
peserta didik untuk berprestasi di sekolah
diekspresikan dengan cara-cara atau kegiatan dan aktivitas yang berkenaan dengan kebutuhan prestasi belajarnya sendiri. Berkaitan dengan hal itu, motif berprestasi
merupakan hal yang penting bagi perkembangan masa akhir usia anak besar untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam berbagai bidang, membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Motif berprestasi membantu individu dalam mendorong ke arah suatu kegiatan yang hebat, sehingga dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat dan menimbulkan dampak dalam kehidupan, khususnya pencapaian hasil belajar di sekolah. Mengenai penjelasan kebutuhan berprestasi menurut McLelland dan Atkinson
yang
dikutip
oleh
Djiwandono
dalam
situs
http://moethya26.wordpress.com/2010/11/10/motivasi-berprestasi/ “Motif yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah kebutuhan dalam berprestasi, di mana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses.” Perilaku merupakan konsep penting dalam setiap proses komunikasi, karena dapat merupakan efek dari kegiatan ini. Beberapa ahli memberikan definisi mengenai perilaku, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Komponen dari Berprestasi Mengenai penjelasan ini karakteristik dan sikap motif berprestasi ala
McClelland dalam situs http://moethya26.wordpress.com/2010/11/10/motivasiberprestasi/ seperti yang tertera pada halaman 34.
34
1. Pencapaian adalah lebih penting daripada materi. 2. Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan. 3. Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).
2.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Berprestasi Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi (Gage & Berliner, 1992;
Winkel,1997) dalam situs http://moethya26.wordpress.com/2010/11/10/motivasiberprestasi/ terdapat dua faktor yaitu :.
1. Faktor Internal a. Intelegensi Taraf inteligensi seseorang dapat tercermin dalam prestasi sekolahnya di semua mata pelajaran (Winkel, 1997). Jadi, ada korelasi antara inteligensi dengan kesuksesan di sekolah (Gage & Berliner, 1992) menyatakan bahwa “Peserta didik dengan taraf inteligensi yang tinggi diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan peserta didik yang memiliki taraf inteligensi yang lebih rendah.” Namun inteligensi bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan prestasi akademik karena masih ada faktor lainnya seperti motivasi dan kepribadian serta faktor eksternal. b. Motivasi Berkaitan dengan kebutuhan berprestasi, motivasi merupakan daya dorong dari dalam diri maupun daya dorong dari orang lain agar dapat memenuhi (motif) dalam pencapaian prestasi baik untuk diri sendiri maupun prestasi orang lain. (Sukadji, 2000) berpendapat bahwa motivasi merupakan tenaga dorong selama tahapan proses belajar yang berfungsi untuk, seperti yang tertera dibawah ini : 1) Mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang dipelajari 2) Menyerap informasi dan mengolahnya 3) Mengubah informasi yang didapat ini menjadi suatu hasil c. Kepribadian Kepribadian merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik seseorang yang menentukan bagaimana individu dapat menyesuaikan diri secara unik dengan lingkungannya (Allport dalam Hurlock, 1978) Kepribadian dapat berubah dan dimunculkan dalam bentuk tingkah laku. Organisasi adalah hubungan antar traits yang selalu berubah dan diwujudkan dalam bentuk traits-traits yang dominan. Sedangkan sistam psikofisik adalah kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, keadaan emosi dan dorongan-
35
dorongan. Sistem inilah yang akan mendorong seseorang untuk menentukan penyesuaian dirinya sebagai hasil belajar atau pengalaman. 2. Faktor eksternal a. Lingkungan rumah Lingkungan rumah terutama orang tua, memegang peranan penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya. Orang tua adalah pengasuh, pendidik dan membantu proses sosialisasi anak. Seperti yang dikemukakan Utami Munandar (1999) dalam situs (http://moethya26.wordpress.com/2010/11/10/motivasi-berprestasi/) mengatakan bahwa “Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak. Termasuk juga sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak (televisi, internet, dan buku bacaan).” b. Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar dan berprestasi. Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar (Burstyn & Stevens dalam Ormrod, 2006) dalam situs (http://moethya26.wordpress.com/2010/11/10/motivasi-berprestasi/), yaitu sebagai berikut : 1) Sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha murid agar sukses baik dalam bidang akademik maupun sosial. 2) Adanya kurikulum yang menantang dan terarah. 3) Adanya perhatian dan kepercayaan murid serta orang tua terhadap sekolah. Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua murid, baik untuk murid dengan latar belakang keluarga yang berbeda, beda ras maupun etnik. 4) Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas, misalnya : panduan perilaku yang baik, konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah. 5) Adanya partisipasi murid dalam pembuatan kebijakan sekolah. Adanya mekanisme tertentu sehingga siswa dapat menyampaikan pendapatnya secara terbuka tanpa rasa takut. 6) Mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi, membantu dan bekerja sama. 7) Membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan masyarakat. Mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan murid.
3.
Karakteristik Orang yang Memiliki Kebutuhan Berprestasi Tinggi McClelland (Marwisni
Hasan 2006)
yang terdapat dalam situs
http://moethya26.wordpress.com/2010/11/10/motivasi-berprestasi/
menyatakan
36
bahwa orang yang mempunyai motif dan motivasi berprestasi yang tinggi memiliki ciri-ciri atau sebagai berikut : 1. Mempunyai tanggung jawab pribadi Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya akan puas dengan hasil pekerjaannya karena merupakan hasil usahanya sendiri. Contoh : Mengerjakan tugasnya sendiri, tidak mencontek. 2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar keunggulan Menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai yang lebih tinggi dari nilai sendiri atau lebih tinggi dari nilai yang dicapai orang lain. Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi yang dipelajari. Contoh : Nilai standar 75, nilai yang ingin di capai 90. 3. Berusaha bekerja kreatif Siswa yang bermotif prestasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Cara belajar yang kreatif. 4. Berusaha mencapai cita-cita Siswa yang mempunyai cita-cita akan belajar denngan baik dan memiliki motivasi yang tinggi. Contoh : rajin mengerjakan tugas , belajar dengan keras, tekun, tidak mengulur waktu untuk belajar. 5. Memiliki tugas yang moderat Memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah serta membagi tugas menjadi beberapa bagian sehingga muda dikerjakan 6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya Melakukan kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada yang dilupakan. Contoh : membuat kegiatan belajar, mengerjakan soal-soal latihan, belajar kelompok. 7. Mengadakan antisipasi Melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Contoh : menyiapkan peralatan sekolah sebelum berangkat sekolah, datang lebih awal dari jadwal masuk, mengerjakan soal-soal untuk latihan, membaca materi untuk berikutnya. Melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Contoh : menyiapkan peralatan sekolah sebelum berangkat sekolah, datang lebih awal dari jadwal masuk, mengerjakan soal-soal untuk latihan, membaca materi untuk berikutnya.
G. Pendidikan Jasmani di Sekolah Pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia (peserta didik)
37
berupa sikap tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan, hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Supandi (1990: 29) dalam Endang Suryana (2007: 41) bahwa “Pendidikan jasmani adalah suatu aktivitas yang menggunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan melalui aktivitas-aktivitas jasmani.” Dalam hal ini aktivitas jasmani di implemaentasikan sebagai kegiatan pelaku gerak untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan sosial. Pendidikan jasmani menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku peserta didik. Melalui pendidikan jasmani diharapkan peserta didik akan tumbuh dan berkembang dengan keadaan jasmani secara sehat, dan segar, serta menumbuhkembangkan kepribadian peserta didik agar lebih harmonis dalam menjalankan kehidupannya. Mengutamakan kepentingan peserta didik menjadi skala prioritas dalam pendidikan jasmani, karena hal ini penting untuk melibatkan peserta didik secara aktif dan berkaitan dengan hal ini usia anak sekolah dasar pada umumnya memiliki kecenderungan ingin selalu bergerak, berbagai bentuk dan corak gerakan yang diperoleh usia anak sekolah dasar merupakan dasar di dalam memasuki tahap-tahap perkembangannya, baik perkembangan yang berhubungan dengan pengetahuan, nilai dan sikap maupun keterampilan gerak itu sendiri (kognitif, afektif, dan psikomotor). Oleh karena itu anak usia sekolah dasar hendaknya diberikan kesempatan untuk melakukan berbagai bentuk gerakan melalui program kegiatan yang berada di luar jam sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler olahraga
38
yang berhubungan erat dengan upaya menumbuhkembangkan keterampilan gerak, aktivitas mata pelajaran pendidikan jasmani. Berdasarkan uraian diatas pendidikan jasmani dapat dikatakan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan jasmani seperti kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang merupakan upaya dalam menumbuhkembangkan pengetahuan, nilai sikap, dan keterampilan gerak.
H. Motif Berprestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda dalam mencapai tujuannya, namun di dalam lingkungan sekolah setiap peserta didik berlombalomba untuk dapat merealisasikan suatu tujuannya agar tercapai. Kebutuhan usia anak sekolah dasar untuk berprestasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani merupakan suatu dorongan dari dalam diri untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut yaitu, berprestasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani. Motif yang mendasar adalah kebutuhan-kebutuhan atau dorongan yang bersifat jasmaniah seperti yang dikemukakan Chaplin dalam Dedih Suryana (2005: 37) bahwa motif adalah dorongan yang menggerakkan individu bertingkah laku. Dalam hal ini motif berprestasi merupakan kebutuhan-kebutuhan yang tertuju untuk mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut. Motif berprestasi siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani yaitu adanya tingkah laku
yang menggambarkan bahwa siswa dapat menunjukkan
kecenderungan untuk berprestasi sebagai upaya mencapai tujuan. Melalui
39
ketekunan
atau
adanya
ketertarikan
melakukan
kegiatan-kegitan
yang
berhubungan dengan aktivitas jasmani di sekolah merupakan suatu gambaran bahwa siswa mempunyai kebutuhan untuk berprestasi pada mata pelajaran jasmani. Berdasarkan uraian di atas penulis mendapatkan kesimpulan bahwa untuk berprestasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani membutuhkan suatu daya dalam mental dan dorongan dari dalam diri anak untuk dapat melakukan aktivitas kegiatan dengan sebaik-baiknya dan mampu menghasilkan kontribusi yang nyata bagi prestasi belajar di sekolah, baik prestasi diri sendiri maupun prestasi orang lain, dengan kata lain motif berprstasi yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap segala bentuk kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.
I.
Anggapan Dasar Dari suatu penelitian yang dimulai dari perumusan masalah, prosedur,
langkah – langkah dan kesimpulan perlu didasari oleh anggapan dasar, sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh dalam suatu pola penelitian. Menurut Surachmad dalam Arikunto (2006: 65) memberi penjelasan mengenai anggapan dasar bahwa ” anggapan dasar atau postulat adalah suatu titik tolak pemikiran yang sebenarnya diterima oleh penyelidikan itu.” Adapun yang menjadi anggapan dasar yang akan diajukan pada penelitian ini bahwa Perilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan, Mcclelland mengungkapkan bahwa perbedaan kebutuhan untuk berprestasi sudah nampak pada anak sejak umur 5 tahun atau pada awal
40
anak menjadi siswa sekolah dasar. Dalam teori kebutuhan di tegaskan bahwa tingkah laku seseorang pada hakikatnya bertujuan untuk memenuhi tujuan. Seperti halnya yang di ungkapkan Winkle (1983) bahwa “Motif adalah daya penggerak dari dalam diri dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan” atau motif merupakan suatu kondisi internal atau disposisi (Kesiapsiagaan). Menurut Mclelland menyatakan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki tiga motif sosial dan salah satu diantara motif tersebut yang sangat mempengaruhi perilaku individu dalam melaksanakan suatu kegiatan yaitu motif berprestasi. McClelland menyatakan bahwa motif berprestasi atau kebutuhan untuk berprestasi dapat membantu individu dalam mendorong ke arah suatu kegiatan yang hebat, sehingga dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat dan menimbulkan dampak dalam kehidupan. Menurut Sri Mulyani (1982) motif berprestasi merupakan objek yang sangat penting dalam olahraga. Lebih lanjut ia memaparkan bahwa “Motif berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan. Adanya kegiatan ekstrakurikuler olahraga adalah penyebab dari timbulnya minat pada diri siswa untuk melakukan kegiatan yang tertuju pada suatu kebutuhan. Adanya ketertarikan siswa sekolah dasar terhadap suatu kegiatan di sekolah termasuk dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga didasarkan oleh suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan dengan menunjukkan adanya suatu daya mental siswa dalam melakukan suatu kegiatan yang lebih baik lebih, cepat, lefektif dan efisien daripada kegiatan yang dilakukan sebelumnya melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga tersebut dan dapat
mendorong usaha-usaha
41
siswa untuk berpacu dengan ukuran keunggulan dalam upaya memenuhi kebutuhan berprestasi siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani. Dedih Surana (2005: 43) menjelaskan bahwa “Suatu kegiatan akan berjalan lancar apabila ada minat atau motif itu akan bangkit bila ada minat yang besar.” yang dikarenakan minat dan motif merupakan sumber penggerak bagi prasangka seseorang
seseorang sehingga giat melakukan yang tertuju pada suatu
ketertarikan kegiatan sebagai usaha membangkitkan motif-motif sosial diantara motif-motif tersebut yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang adalah motif untuk berprestasi. Karakterisitik anak usia sekolah dasar juga adalah masa-masa tinggi akan berkeinginan untuk selalu bergerak Havighurst menyatakan bahwa perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi : 1. Menguasai ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fiisik 2. Membina hidup sehat 3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok 4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin 5. Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat 6. Memperoleh sejumlah konsep yang perlukan untuk berpikir efektif 7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai 8. Mencapai kemandirian pribadi
Jadi jelaslah bahwa adanya suatu ketertarikan siswa dalam melakukan kegiatan ekstrakurikuler olahraga dapat membangkitkan dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik dalam mencapai suatu tujuan yang didasarkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam berprestasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani.
42
J.
Hipotesis Penelitian Hipotesis diperlukan sebagai penjelasan problematika yang dicarikan
pemecahannya”. Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu masalah yang kemudian kebenarannya diuji berdasarkan data yang empirik. Berdasarkan anggapan dasar yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang signifikan antara minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan motif berprestasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani.”