BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Konsep Akuntansi Sosial Tujuan perusahaan semata-mata tidak hanya terbatas pada terciptanya laba
yang maksimum, melainkan juga mempunyai tanggung jawab terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat seluruhnya, terutama perusahaan-perusahaan milik negara tidak lepas dari tanggung jawab sosial pada masyarakat. Hal inilah yang mendorong terciptanya akuntansi sosial. Pelaksanaan akuntansi sosial perusahaan muncul dari visi manajemen perusahaan karena visi manajemen perusahaan ke depan mengharuskan adanya pengungkapan informasi tambahan dalam laporan keuangan perusahaan. Akuntansi sosial merupakan sesuatu yang berwujud kesadaran untuk mengembalikan sebagian manfaat yang diperoleh perusahaan kepada masyarakat. Menurut Ramanathan (1976) dikutip dari Maemunah (2005), menyatakan bahwa : “akuntansi sosial adalah proses seleksi variable kinerja sosial perusahaan, pengukuran yang dilaksanakan secara sistematis untuk mengembangkan informasi yang berguna bagi evaluasi kinerja sosial perusahaan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang bersangkutan di dalam dan di luar perusahaan”. Hendriksen (2006) menyatakan bahwa : “social accounting is the process of selecting firm-level social performance variables, measures, and measurement procedurs, systematically developing information useful for evaluating the firm’s social performance; and
17
18
communicating such information to concered social groups, both within and outside the firm”. "Akuntansi sosial adalah proses pemilihan tingkat perusahaan variabel kinerja sosial, ukuran, dan prosedur pengukuran, sistematis mengembangkan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan; dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok-kelompok sosial, baik di dalam maupun di luar perusahaan". Kemudian Hendriksen menggambarkan sebuah siklus dari akuntansi sosial : Gambar 2.1 Proses Akuntansi Sosial Proses Akuntansi Sosial
Aktifitas Sosial
Informasi Akuntansi sosial
Menurut Belkoui (2004) Socio Economic Accounting (SEA) timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial yang menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengatur dan
19
melaporkan kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup; financial dan managerial social accounting serta social auditing. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi, yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga baik perusahaan atau yang lain, serta untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan. 2.2.
Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) yaitu : “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yg ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”.
2.3.
Pengertian Biaya Dalam arti luas biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dan sumber-sumber (ekonomi) yang dikorbankan terjadi dan akan terjadi untuk mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Hansen (2004) biaya didefiniskan sebagai kas atau nilai ekuivales kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Sedangkan menurut Supriyono (2000) biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Jadi bisa disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang
20
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa yang akan datang 2.4.
Corporation James C, dkk (2005) mengungkap korporasi adalah “entitas artifisial” yang
diciptakan oleh hukum. Korporasi dapat memiliki aktiva dan kewajiban. Dalam keputusan Dartmouth College yang terkenal pada tahun 1819, Hakim Marshall menyimpulkan bahwa : “Korporasi adalah bentuk artifisial, tidak Nampak, tidak berwujud (intangible), dan hanya ada dalam kaitannya dengan hukum. Sebagai bentuk organisasi yang diciptakan oleh hukum, korporasi hanya memiliki property yang disebutkan pada saat diciptakan, baik yang dinyatakan secara langsung maupun terjadi pada saat diciptakan,baik yang dinyatakan secara langsung maupun terjadi pada saat pembentukannya.”
2.5.
Corporate Social Responsibility
2.5.1. Pengertian Corporate Social Responsibility Definisi mengenai corporate social responsibility sangatlah beragam bergantung pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas. Berikut adalah beberapa definisi Tanggung Jawab Sosial :
21
“Corporate Social Responsibility is the continuing commitmen by business to behave ethically and contribute to economic development whileimproving the qualityof life of the workforce and their families as well as the local community and society at large” “Tanggung Jawab Sosial adalah komitmen berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berperilaku secara etis dan member kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas” (The World Business Council for Sustainable Development).
“Tanggung Jawab Sosial adalah tanggung jawab suatu perusahaan atas dampak dari berbagai keputusan dan aktivitas mereka terhadap masyarakat dan lingkungan melalui suatu perilaku yang terbuka dan etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat memerhatikan ekspektasi para pemangku kepentingan, tunduk kepada hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma perilaku internasional dan diintegrasikan ke dalam seluruh badan organisasi”. (ISO 26000)
Meski memiliki banyak definisi, namun secara esensi Tanggung Jawab Sosial merupakan wujud dari giving back dari perusahaan kepada komunitas. Perihal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan dan menghasilkan bisnis berdasarkan pada niat tulus guna member manfaat yang positif bagi komunitas (stakeholders). Menurut Rogovsky (2000) yang dikutip dari Rahman (2009) menyusun sebuah tabel tentang manfaat keterlibatan komunitas perusahaan sebagai berikut :
22
Tabel 2.1 Kontribusi Komunitas pada Perusahaan dan Sebaliknya Komunitas Pada Perusahaan Reputasi dan Citra yang lebih baik. Lisensi untuk beroperasi secara sosial. Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja lokal. Keamanan yang lebih besar. Infrastruktur dan lingkungan sosio-ekonomi yang lebih baik. Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi. Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan pelanggan.
Perusahaan Pada Komunitas Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan. Pendanaan investasi komunitas, pengembangan infrastruktur. Keahlian komersial. Kompetensi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat. Representative bisnis sebagai promosi bagi prakarsa-prakarsa komunitas
Sebagai adopsi atas konsep Tanggung Jawab Sosial saat ini perusahaan secara sukarela menyusun laporan setiap tahun yang dikenal dengan sustainability report. Laporan tersebut menguraikan dampak perusahaan terhadap tiga aspek yakni dampak operasi perusahaan terhadap ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Menurut John
Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness” yang dikutip dari Solihin (2008), perusahaan yang ingin menyusun sustainability report harus mengadopsi metode akuntansi triple bottom line yang merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya memuat bottom line tunggal yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan
23
yang ingin memiliki keberlanjutan dalam berusaha haruslah memperhatikan “3P” Planet, People, dan Profit. Selain mengejar profit perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai berikut : Gambar 2.2 People
Planet
profit
Keterangan : Profit (keuntungan) Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktifitas dan melakukan efisiensi biaya sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin.
24
People (Masyarakat) Masyarakat sekitar perusahaan merupakan stakeholder penting bagi perusahaan karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan perusahaan perlu berkomitmen untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Planet (Lingkungan) Meningkatkan laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan tindakan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan namun tak kalah pentingnya memperhatikan kelestarian lingkungan, disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line. Menurut Archie Carrol (1979) dikutip dari Rahman (2009) menyatakan bahwa terdapat empat kategori Tanggung Jawab Sosial perusahaan, yaitu : 1. Tanggung Jawab Ekonomi (Economic Responsibilities) Pricing, sebagai aktivitas ekonomi akan bersinergi dengan tanggung jawab sosial jika didasari pada itikad untuk memberikan harga yang merupakan representasi dari kualitas dan nilai sebenarnya dari barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh guna mensinkronkan fungsi ekonomi dengan aktivitas Tanggung Jawab Sosial.
25
2. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibilities) Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan menaati hukum dan peraturan yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif. Sebagai contoh ketaatan perusahaan dalam membayar pajak, menaati undangundang tenaga kerja dan sebagainya merupakan tanggung jawab hukum perusahaan. 3. Tanggung Jawab Etis (Ethical Responsibilities) Tanggung jawab etis berimplikasi pada kewajiban perusahaan untuk menyesuaikan segala aktivitasnya sesuai dengan norma sosial dan etika yang berlaku meskipun tidak tertulis secara formal. Menurut Eipstein (1989) etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan untuk menilai sebuah isu dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. 4. Tanggung Jawab Filantropis (Philanthropic Responsibilities). Tanggung jawab filantropis merupakan wujud konkret berupa pembangunan fisik yang dilakukan perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab ini didasari dari itikad perusahaan untuk berkontribusi pada perbaikan masyarakat secara mikro maupun makro sosial. Pengalokasian keuntungan perusahaan untuk aktivitas filantropis tidak akan menjadi pemicu kerugian melainkan mendorong pada pencapaian keuntungan jangka panjang.
26
Program Tanggung Jawab Sosial di Indonesia diimplementasikan secara beragam oleh tiap perusahaan akan tetapi tetap mengacu pada 3 inti utama yaitu : 1. Program Kemitraan Program pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah yang ada di sekitar perusahaan dengan imbal hasil bunga pinjaman, selain itu program kemitraan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan atas suatu kerjasama yang dilakukan perusahaan dengan usaha kecil menengah yang ada di sekitar perusahaan atau yang lebih dikenal dengan rekanan perusahaan guna menyediakan kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. 2. Program Pengembangan Masyarakat Program pengembangan masyarakat merupakan suatu program yang terdiri dari beberapa bidang, antara lain : a. Bidang Pendidikan -
Pemberian Bea Siswa kepada siswa-siswi berprestasi.
-
Pembangunan Gedung sekolah di daerah perusahaan.
-
Penyediaan tempat bagi pemagang.
b. Bidang Kesehatan -
Pemberian bantuan dana ke puskesmas sekitar daerah perusahaan.
-
Pemberian bantuan dokter di daerah perusahaan untuk masyarakat sekitar.
27
-
Pendirian unit-unit kesehatan.
c. Bidang Keagamaan -
Pengadaan pesantren kilat bagi remaja sekitar daerah perusahaan.
-
Pemberian hewan kurban.
d. Bidang Olahraga -
Pemberian sarana dan prasarana olahraga bagi masyarakat sekitar.
3. Program Sumbangan Bencana Alam Program sumbangan kepada daerah yang terkena bencana alam seperti Aceh dan Nias. 2.5.2. Isu Corporate Social Responsibility Menurut Hasibuan dan Sedyono (2006), secara umum isu coporate social responsibility mencakup lima komponen pokok : 1. Hak asasi Manusia (HAM). Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan. 2. Tenaga kerja (buruh). Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain atau di pabrik milik sendiri mulai dari soal sistem penggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan tenaga kerja dibawah umur.
28
3. Lingkup hidup. Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas proses produksi produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk. 4. Sosial masyarakat. Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat (community development) serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. 5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan. Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari dampak negatif seperti menggangu kesehatan, mengancam keamanan dan produk terlarang. Dari lima komponen tersebut terlihat jelas bahwa cakupan social responsibility sangat luas bukan hanya terbatas pada masalah sosial semata seperti sumbangan untuk panti jompo, donor darah, sumbangan bencana alam ataupun bantuan lainnya yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2.5.3. Program Corporate Social Responsibility Corporate social responsibility merupakan salah satu strategi jangka panjang bagi perusahaan untuk dapat sustainable di dalam dunia bisnis. Untuk menjalankan strategi tersebut perlu diterjemahkan kedalam bentuk program-program yang akan dijalankan bagi tercapainya tujuan yang diharapkan.
29
Dalam melaksanakan coporate social responsibility perlu dibuat suatu perencanaan matang yang menyeluruh dan dapat dijalankan secara sistematis. Corporate social responsibility merupakan suatu perencanaan jangka panjang perusahaan dengan tujuan agar perusahaan dapat sustainable di dunia usaha. Untuk mendukung perencanaan jangka panjang perlu dibuat program-program yang mendukung pencapaian dari tujuan tersebut. Melaksanakan corporate social responsibility membutuhkan langkah-langkah pembentukan dan persiapan hingga akhirnya dapat dilaksanakan. Berikut adalah langkah-langkah persiapan dan penerapan corporate social responsibility ( Rahendrawan, 2006) : 1. Perencanaan Corporate social responsibility a. Mempersiapkan target dan tujuan dari pelaksanaan corporate social responsibility untuk perusahaan. b. Mempersiapkan perangkat alat ukur kinerja dan alat ukur status dari corporate social responsibility. c. Mengidentifikasi inovasi dan atau intervensi terhadap sistem yang sedang diterapkan. d. Mengidentifikasi masalah corporate social responsibility yang relevan dengan kegiatan operasional perusahaan. e. Mengidentifikasi
tingkat
kesiapan
pelaksanaan
corporate
social
responsibility baik dengan unit organisasi dan atau dari kematangan corporate social responsibility itu sendiri.
30
f. Menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan corporate social responsibility didalamnya. g. Mengidentifikasi stakeholders perusahaan dan melibatkan pihak-pihak yang relevan dalam merancang corporate social responsibility. h. Mempersiapkan program-program dari corporate social responsibility. 2. Persiapan aktivitas corporate social responsibility a. Proses pengambilan keputusan dan pengesahan program-program corporate social responsibility. b. Memanage perubahan dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan. c. Organisasi program-program corporate social responsibility baik internal dan eksternal. d. Sumber daya internal dari perusahaan (sumber daya manusia, modal, dll). 3. Pengimplementasian corporate social responsibility a. Menghubungkan program-program corporate social responsibility dengan para stakeholders yang keterlibatannya akan ditentukan berdasarkan kondisi, prioritas dan anggaran perusahaan. b. Mengimplementasikan program. c. Person(s) in charge, orang yang memimpin pelaksanaan program corporate social responsibility. 4. Evaluasi a. Metode pengawasan dan perangkatnya. b. Metode evaluasi dan perangkatnya.
31
c. Mekanisme pengembangan terus menerus. d. Person(s) in charge, orang yang ditugaskan untuk memimpin jalannya evaluasi. 5. Pelaporan a. Mekanisme dan sistem pelaporan internal dan eksternal. b. Komunikasi internal dan system koordinasi. c. Sistem komunikasi eksternal. d. Laporan verifikasi. 2.6.
Laporan Keuangan Tahunan
2.6.1. Pengertian Laporan Tahunan (Annual Report) Teori tentang laporan tahunan (annual report) sangat jarang dikemukakan dalam literatur-literatur akuntansi, kalaupun ada biasanya tergabung dalam topik laporan keuangan dan secara parsial tidak seluruhnya. Tetapi pada dasarnya, laporan tahunan adalah laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahunnya dan biasanya diakhir tahun.
Laporan tahunan adalah laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun. Data dan informasi yang akurat menjadi kunci penulisan laporan tahunan. Isi dari laporan tahunan tersebut mencakup laporan keuangan dan prestasi akan kinerja organisasi selama satu tahun. (id.wikipedian,org)
32
Keseluruhan isi dari laporan tahunan diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan wajib disampaikan oleh setiap emiten yang terdaftar di Bursa Efek sebagai pelaporan kegiatan pelaporan selama satu tahun sebelumnya. Laporan tahunan wajib diungkapkan oleh setiap perusahaan yang mencatatkan diri di bursa efek sebagai pelaporan kegiatan selama satu tahun sebelumnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (stakeholders).
2.6.2. Tujuan Laporan Tahunan
Menurut peraturan Bapepam tujuan dari laporan tahunan adalah sebagai berikut :
1. Berguna bagi pemakai laporan tahunan dalam membuat keputusan investasi, masalah kredit atau keputusan-keputusan lainnya. 2. Menyediakan laporan komprehensif mengenai prospek perusahaan di masa depan, baik kegiatan operasi, keuangan, dan informasi-informasi relevan lainnya. 3. Menyediakan informasi mengenai klaim sumber daya perusahaan serta perubahannya.
2.6.3. Peraturan Bapepam Mengenai Isi Laporan Tahunan
Laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia diatur oleh Keputusan Ketua Bapepam No. 38/PM/1996 tentang Laporan Tahunan dan hanya mengikat bagi
33
perusahaan publik saja. Bentuk dan isi dari laporan tahunan menurut Bapepam secara garis besar dibagi menjadi lima bagian, yaitu :
1. Ketentuan Umum, yaitu berisi peraturan fisik dan informasi yang wajib disampaikan emiten. 2. Laporan Manajemen, yang berisi penjelasan umum dan penjelasan khusus mengenai perusahaan. 3. Bagian mengenai ikhtisar Data Keuangan Penting, yaitu bagian dari laporan tahunan yang berisi informasi perbandingan keuangan lima tahun buku atau sejak memulai usahanya. 4. Bagian mengenai analisis dan pembahasan Umum oleh Manajemen, yaitu bagian dari laporan tahunan yang berisi laporan singkat yang membahas dan menganalisis laporan keuangan dan informasi lain dengan penekanan dan perubahan-perubahan material yaitu sejak laporan tahunan terakhir atau sejak pernyataan pendaftaran diajukan. 5. Bagian mengenai Laporan keuangan, yaitu bagian laporan tahunan yang berisi laporan keuangan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan Bapepam dibidang akuntansi dan telah diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam.
34
2.7.
Laporan Keuangan
2.7.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan diperoleh dari proses berjalannya sistem akuntansi. Akuntansi atau Accounting merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usaha pada suatu waktu atau periode tertentu. Laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem atau proses akuntansi tidak dapat dibuat secara mudah tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Munawir (2006) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut : “Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.”
35
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang berupa data keuangan dan aktivitas dari suatu perusahaan yang bertujuan untuk memberikan informasi gambaran mengenai kondisi keuangan, hasil usaha, serta kinerja perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu 2.7.2. Tujuan Laporan Keuangan Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. (PSAK No. 1 Tahun 2009) Ikatan Akuntan Indonesia No. 1 (2007) merumuskan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2.8.
Profitabilitas Perusahaan
2.8.1. Pengertian Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas adalah suatu angka yang menunjukkan kemapuan suatu entitas usaha untuk menghasilkan laba. Didalam dunia usaha, perusahaan diharapkan untuk dapat menciptakan penghasilannya secara optimal.
36
Profitabilitas dapat diterapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur adalah dengan menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu alat didalam menganalisis kondisi keuangan hasil operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. 2.8.2. Pengertian Laba (Profit) Laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, walaupun tidak semua perusahaan menjadikan laba (profit) sebagi tujuan utamanya, tetapi dalam mempertahankan usahanya memerlukan laba (profit). Laba merupakan suatu pos dasar penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki banyak kegunaan dalam berbagai konteks, laba dipandang sebagai suatu dasarbagi perpajakan, penentuan kebijakan, pedoman investasi, pengambilan keputusan dan prediksi (Harahap, 2004). Menurut Harahap (2004) laba menurut konsep akuntansi adalah : “Laba akuntansi itu adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut” Laba dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam ekuitas pemilik yang dihasilkan dari operasi perusahaan yang menguntungkan, sedangkan penurunan dalam ekuitas pemilik yang dihasilkan dari operasi perusahaan yang tidak menguntungkan disebut rugi. Banyak orang mengaitkan laba dengan kelebihan pendapatan atau biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
37
2.8.3. Metode Perhitungan Profitabilitas Perusahaan Menurut Darsono dan Ashari (2005) metode perhitungan profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : 1. Net Profit Margin (NPM) :. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Rasio ini tidak menggambarkan besarnya presentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualannya. Net Profit Margin menunjukkan presentase dari setiap rupiah penjualan tersisa setelah dikurangi semua biaya, beban, dan termasuk juga bunga dan pajak seperti yang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut :
Net Profit Margin =
x 100%
2. Return on Investment (ROI) : Return on Investment Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara laba bersih rata-rata dengan total aktiva suatu perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Return On Investement
(ROI) adalah sebagai berikut: Return On Investment =
x 100%
38
3. Return on Equity (ROE) ; merupakan salah satu rasio untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. 2.8.4. Return On Investment (ROI) Analisis Return on Investment (ROI) dalam analisis laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). ROI adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Analisis ROI menurut Munawir (2006) adalah “salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif)”. Analisis ROI merupakan teknik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. 2.8.4.1. Pengertian Return On Investment (ROI) Return On Investement (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan kekayaan rata-rata perusahaan. Menurut Riyanto (2001) Return On Investement (ROI) adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena Return On Investement (ROI) ini
39
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Berdasarkan definisi di atas Return On Investement (ROI) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return On Investment =
x 100%
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas bahwa atas Return On Investement (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). 2.8.4.2. Kegunaan Return On Investement (ROI) Dari kesimpulan pendapat diatas dapat diketahui bahwa kegunaan Return On Investement (ROI) yaitu : 1. Rasio Return On Investement (ROI) bersifat menyeluruh, artinya apabila perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik maka manajemen yang menggunakan teknik analisis ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja secara efisien produksi dan efisien bagian penjualan. 2. Apabila perusahaan mempunyai data industri yang diperoleh dari rasio industri, maka dengan analisis ROI dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal perusahaan dengan perusahaan yang sejenis.
40
3. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan perusahaan sehingga dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. 4. ROI berguna untuk kepentingan perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan jika perusahan akan mengadakan ekspansi. 2.9.
Hubungan
Penerapan
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Perusahaan atau korporat merupakan suatu organisasi yang berkaitan dengan masyarakat dan merupakan bagian darinya. Sehingga apapun yang terjadi dalam masyarakat akan mempengaruhi keadaan korporat tersebut, begitu juga sebaliknya, apa yang terjadi dalam korporat akan mempengaruhi masyarakat. Jika keadaan masyarakat dimana suatu korporat berdiri tidak mempunyai daya beli yang tinggi maka secara tidak langsung akan mempengaruhi profitabilitas dan keberlanjutan perusahaan.
Dan
juga
akan
mempengaruhi
daya
tarik
investor
dalam
menginvestasikan dananya. Perusahaan didirikan bukan hanya untuk waktu yang sesaat melainkan untuk going concern. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan perlu melaksanakan program corporate social responsibility yang mencakup pemberdayaan people, profit, and planet. Dengan adanya perhatian dan bantuan yang diberikan oleh korporat
41
terhadap masyarakat baik berupa bantuan dana maupun pelatihan (kemitraan), dan bina lingkungan akan menimbulkan respon positif dari masyarakat. Hal ini pun akan membuat daya beli masyarakat membaik, dan akan menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap produk yang dihasilkan korporat tersebut. Maka secara tidak langsung masyarakat memegang peranan penting dalam upaya peningkatan profitabilitas perusahaan. Dari perspektif biaya (cost-based approach)jika CSR menjadi suatu kewajiban periodik sama seperti membayar pajak maka beban perusahaan pasti akan meningkat. Dampaknya, laba bersih pasti akan menurun. Perusahaan yang sudah merugi pasti akan semakin merugi. Penurunan laba atau peningkatan kerugian tentu saja merugikan pemegang saham karena deviden yang diterima akan semakin berkurang. Namun hal ini mencerminkan pelaku bisnis kita masih terbelenggu oleh paradigm
bisnis
konservatif
(shareholder-based
approach).
Paradigma
ini
mengagungkan pencapaian maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya sebagai tolak ukur prestasi. Dari perspektif manfaat (benefit-based approach) formalisasi CSR sebagai suatu kewajiban tidak hanya meningkatkan beban periodic. Tapi juga akan mendatangkan sejumlah manfaat atau keuntungan yang langgeng bagi perusahaan, pemegang saham dan semua stakeholders.
42
Terdapat beberapa benefit (manfaat) apabila perusahaan menerapkan program corporate social responsibility, yaitu : 1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta merk perusahaan. 2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial. 3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan. 4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasionalisasi usaha. 5. Membuka peluang pasar yang lebih luas. 6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders. 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. 10. Peluang mendapatkan penghargaan. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa dengan adanya program corporate social responsility
disebuah
perusahaan
akan
memberikan
pengaruh
pada
profitabilitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu program corporate social responsibility diharapkan dapat menghasilkan hubungan positif yang searah dengan tingkat profitabilitas perusahaaan.