Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perencanaan
2.1.1
Definisi Perencanaan Dari definisi manajemen proyek menurut Imam Soeharto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional th.1997 menjelaskan bahwa perencanaan menempati urutan pertama dari fungsi-fungsi lain seperti mengorganisir, memimpin dan mengendalikan. Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini berarti memilih dan menentukan langkahlangkah kegiatan dimasa datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Menurut Budi Santosa dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek ( Konsep dan Implementasi ) th.2009 keberhasilan manajemen proyek ditentukan antara lain oleh ketepatan memilih bentuk organisasi, memilih pimpinan yang cakap dan pembentukan tim proyek yang terintegrasi dan terorganisasi. Tetapi itu saja tidak cukup, ada hal lain yang cukup serius untuk diperhatikan yaitu apa yang harus diperhatikan oleh tim proyek dan manajer proyek. Penentuan apa yang akan dikerjakan ini merupakan fungsi dari perencanaan (planning). Sedangkan tindakan memastikan bahwa rencana sudah dikerjakan dengan benar merupakan fungsi pengendalian (control). Secara umum perencanaan dapat didefinisikan sebagai status tahapan yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran berikut menyiapkan langkahlangkah kegiatan termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. Secara khusus, tahapan perencanaan
dalam
manajemen
proyek
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
mempunyai tujuan berdimensi tiga, yaitu secara serentak untuk memenuhi spesifikasi proyek yang telah ditetapkan dalam batasan waktu dan biaya yang disediakan. Perencanaan proyek dapat didefinisikan pula sebagai proses pengambilan keputusan sebagai hasil dari sekumpulan tindakan untuk mengubah tahap awal proyek ( misalnya gambar desain ) menjadi tahap akhir ( misalnya fasilitas yang telah dibangun). Ada beberapa definisi lain mengenai perencanaan, namun hanya akan dijelaskan dua diantaranya saja, karena dari kedua definisi tersebut memiliki makna yang berbeda didalamya. 1. Perencanaan adalah tindakan pencegahan yang dapat mengurangi akibat yang tidak diinginkan dan dengan cara demikian dapat menghilangkan kebingungan, pemborosan dan hilangnya efesiensi. 2. Perencanaan adalah penentuan awal dan penentuan faktor, tenaga , akibat serta hubungan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
2.1.2
Fungsi dan Tujuan Perencanaan Imam Soeharto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operational th.1997 menjelaskan bahwa salah satu lingkup perencanaan adalah pengambilan keputusan, karena hal tersebut diperlukan dalam proses memilih dan menentukan langkah yang akan datang. Status perencanaan yang tepat disusun secara sistematis dan memperhatikan faktor obyektif. Akan dapat berfungsi sebagai : 1. Sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggaran proyek. 2. Dasar pengetahuan alokasi sumber daya.
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Pendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan menyadari pentingnya unsur waktu. Serta pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian. Sebaliknya suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis dan tidak logis akan
segera
diikuti
adanya
tumpang
tindih
dan
kebingungan
dalam
implementasinya. A.A. Gde Agung Yana dalam jurnal Manajemen Proyek Perencanaan Waktu (Time Schedule) Universitas Udayana, Bali 2010 mengatakan Proses pembuatan asumsi masa depan, memperkirakan hasil yang akan datang yang mungkin tidak pasti atau kejadian yang tidak diketahui, mengumpulkan fakta-fakta dan opini dalam rangka menggambarkan dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah dibuat
(Thomas E. Uher). Perencanaan dapat dikatakan sebagai dasar dari
pengendalian. Akan menjadi tidak bermakna apabila membuat rencana tanpa adanya usaha untuk melaksanakan pengendalian. Karena sebuah rencana merupakan instrumen yang dinamis, perencanaan memerlukan perbaikan (update) secara terus menerus, yang merefleksikan perubahan keadaan seperti : 1. Perubahan design. 2. Keterlambatan (karena cuaca, isu-isu industri) Perubahan sumber daya (kelebihan atau kekurangan orang, peralatan, material). 3. Perubahan prioritas (keputusan pemilik.) Apakah Perencanaan dalam konstruksi benar-benar perlu ? Sedikit atau tidak adanya perencanaan sangat berbahaya karena, Tidak memiliki perencanaan dapat menjadi : 1. Perusahaan tidak memiliki strategi untuk pengembangan dan pembangunan proyek. 2. Penyelesaian kontrak dengan waktu yang sudah ditentukan menjadi tidak pasti. II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Pengaruh dari keterlambatan, perubahan design, dan sebagainya pada proyek menjadi tidak pasti. 4. Proyek akan berjalan menggunakan pendekatan “putting out fires”. 5. Penggunaan sumber daya menjadi tidak terkendali dan tidak efektif. 6. Kontigensi untuk resiko dan ketidakpastian akan dimasukkan ke dalam anggaran secara berlebihan. Sedangkan untuk tujuan perencanaan, beberapa diantaranya adalah : 1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan. 2. Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan mengenai potensi dan prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan dan resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin. 3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
2.1.3
Proses Perencanaan Seiring dikatakan bahwa proses perencanaan lebih penting dari perencanaan itu sendiri, karena pada proses perencanaan para pimpinan dan pelaksana proyek ”dipaksa” untuk aktif
ikut berfikir dan bersuara mengenai
kegiatan yang akan dilaksanakan yang menjadi tanggung jawabnya. Pada saat itu mereka mulai melihat ke depan untuk mengantisipasi persoalan yang mungkin
II - 10
Bab II Tinjauan Pustaka
timbul pada taraf implementasi dan bagaimana mengatasinya. Menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi : 1. Menentukan Tujuan Tujuan (goal) organisasi atau perusahaan dapat diartikan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak segala kegiatan yang hendaknya dilakukan. 2. Menentukan Sasaran Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai bila organisasi tersebut tercapai tujuannya. Dalam konteks diatas, kegiatan proyek dapat digolongkan sebagai kegiatan dengan sasaran yang telah ditentukan dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan tersebut di usahakan dengan membangun proyek fasilitas produksi baru. Agar perusahaan dapat mencapai tujuannya, maka terlebih dahulu dicapai sasaran proyek yang terdiri dari biaya, jadwal dan mutu. 3. Mengkaji Posisi awal Terhadap Tujuan Mengkaji posisi dan situasi awal terhadap tujuan atau sasaran dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi organisasi pada saat awal terhadap sasaran yang telah ada. Misalnya berapa besar sumber daya yang tersedia dalam bentuk dana, peralatan, dan tenaga yang telah ada. Hanya setelah mengetahui posisi saat awal terhadap ”jarak” sasaran, maka kita dapat mulai mengindenfikasi hambatan dan kemudahan.
Meskipun hal itu
merupakan hal yang sulit, namun antisipasi terhadap situasi di masa depan mengenai persoalan, kesempatan, maupun peluang merupakan hal-hal yang perlu digali, dikaji, dan dipertimbangkan untuk memperoleh suatu perencanaan yang realistis.
II - 11
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Memilih Alternatif Dalam usaha meraih tujuan atau sasaran, tersedia berbagai pilihan tindakan atau cara mencapainya. Umunya ditempuh pilihan yang menjanjikan cara yang paling efisien dan ekonomis dari segi biaya. Pengkajian dilakukan dengan mencoba menjawab pertanyaan berikut : a. Apakah alternatif yang dipilih memiliki cukup keluwesan untuk menghadapi perubahan keadaan yang mungkin timbul ? b. Apakah yang dipilih merupakan alternatif terbaik untuk memenuhi tuntutan proyek akan jadwal, biaya dan mutu ? c. Apakah alternatif yang dipilih telah mempertimbangkan tersedianya sumber daya pada saat diperlukan ? d. Apakah telah dipikirkan pengunaan teknologi baru. Bila jawaban dari pertanyaan di atas memuaskan, kemudian dilanjutkan dengan langkah berikutnya. 5. Menyusun Rangkaian Langkah Mencapai Tujuan Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan
setelah
memperhatikan
berbagai
batasan.
Kemudian
menyusunnya menjadi urutan dan rangkaian menuju sasaran dan tujuan.
2.1.4
Unsur-unsur Perencanaan Operasional Imam Soeharto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operational th.1997, Perencanaan operasional proyek terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut. 1. Perencanaan lingkup proyek dan penyusunan struktur rincian lingkup kerja (SRK).
II - 12
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Rancangan organisasi yang akan menangani proyek. 3. Rencana jadwal kegiatan. 4. Perkiraan biaya atau anggaran. 5. Proyeksi keperluan tenaga kerja (man-power loading), material, dan peralatan.
2.2
Perencanaan Lingkup Proyek dan Penyusunan SRK Lingkup proyek mengidenfikasi perwujudan apa yang diinginkan oleh proyek. Misalnya, suatu proyek E-MK merencanakan untuk mendirikan kilang minyak, maka lingkup proyeknya dapat terdiri dari : 1. Unit pemurnian umpan (bahan mentah); 2. Unit proses pengolahan utama; 3. Unit pemurnian produk; 4. Unit utiliti dan penunjang; 5. Fasilitas dermaga dan tangki; 6. Perkantoran, control room, perumahan, dan bangunan sipil lainnya. Semua butir di atas didefinisikan lebih lanjut dengan lebih terinci, misalnya berapa besar kapasitas propengolahan, volume tangki penimbun, derajat kemurnian perumahan pegawai, dan lain-lain. Dengan demikian diperoleh perencanaan yang definitif mengenai lingkup proyek.
2.3
Organisasi Proyek Konstruksi Wulfram I.Ervianto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi) th.2005 mengatakan bahwa hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal), yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama II - 13
Bab II Tinjauan Pustaka
antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional ada tiga pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pemilik proyek, konsultan dan kontraktor. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk organisaasi (pendekatan manajemen) dalam suatu proyek konstruksi adalah : 1. Jenis proyek, misalnya konstruksi rekayasa berat, konstruksi industri, konstruksi bangunan gedung, konstruksi bangunan pemukiman. 2. Keadaan anggaran biaya (kecepatan pengambilan investasi). 3. Keadaan dan kemampuan pemberi tugas yang berkaitan dengan teknis dan administratif. 4. Sifat proyek : tunggal, berulang sama, jangka panjang. Ir. Abrar Husen, MT dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan dan Pengendalian Proyek th.2009 mengatakan bahwa organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan modal secara efektif dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek. Agar tujuan organisasi dapat tercapai dilakukan proses sebagai berikut : 1. Identifikasi dan pembagian kegiatan 2. Pengelompokan penanggung jawab kegiatan. 3. Penentuan wewenang dan tanggung jawab. 4. Menyusun mekenisme pengendalian. Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli, material, dana dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. II - 14
Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.1
Perumusan Struktur dan Hierarki Proyek Setelah sasaran dan tujuan proyek ditetapkan, kegiatan selanjutnya adalah membagi proyek menjadi struktur dan hierarki tertentu sampai pada paket-paket pekerjaan yang terperinci dan mudah dikelola, dimana pendekatan model ini dinamakan Work Breakdown Struktur (WBS).
2.3.1.1 Work Breakdown Struktur (WBS) WBS biasanya merupakan diagram terstruktur dan hierarki berupa diagram pohon
( tree structure diagram ). Penyusunan WBS dilakukan dengan cara top
down, dengan tujuan agar komponen-komponen kegiatan tetap berorieantasi ketujuan proyek. WBS juga memudahkan penjadwalan dan pengendalian karena merupakan elemen perencanaan yang terdiri atas kerangka-kerangka seperti dibawah ini : 1. Kerangka penjabaran program 2. Kerangka perencanaan detail 3. Kerangka pembiayaan 4. Kerangka penjadwalan 5. Kerangka cara pelaporan 6. Kerangka penyusunan organisasi Dari
kerangka-kerangka
tersebut,
WBS
dapat
membantu
proses
penjadwalan dan pengendalian dalam suatu sistem yang terstruktur menurut hierarki yang makin terperinci, sampai pada lingkup yang makin kecil berupa paket-paket pekerjaan dengan aktivitas yang jelas. Paket-paket pekerjaan ini nantinya dapat dikelola sebagai unit kegiatan yang diberi kode identifikasi yang kinerja biaya, mutu dan waktunya dapat diukur. Oleh karena itu penyempurnaan
II - 15
Bab II Tinjauan Pustaka
dan tindakan koreksi dapat dilakukan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan selama pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, WBS dapat dipakai untuk membagi seluruh level proyek menjadi elemen-elemen kerja, menjelaskan proyek dalam sutu format struktur level, fasilitas dan mencakup seluruh item pekerjaan hingga selesai, pemecahan level sampai pada paket pekerjaan terakhir dengan kegiatan yang jelas dan cukup untuk perencanaan detail sebagai fase awal proyek. A.A. Gde Agung Yana dalam jurnal Manajemen Proyek Perencanaan Waktu (Time Schedule) Universitas Udayana, Bali 2010 mengatakan salah satu metoda yang dapat dipergunakan untuk menggambarkan ruang lingkup kegiatan proyek secara lebih rinci dan lebih sistematis adalah dengan WBS (Work Breakdown Structure). 1. WBS adalah pemecahan suatu proyek atas unsur-unsur kegiatannya kedalam bentuk diagram struktur kegiatan. 2. WBS berfungsi membagi kegiatan proyek secara bertingkat dari atas ke bawah, seperti hirarki silsilah keluarga. 3. Level diatas merupakan induk dari level di bawahnya. 4. Level terbawah merupakan unit manajemen terkecil yang dikenal dengan Work Pakage (paket pekerjaan). Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan WBS secara umum disusun berdasarkan klasifikasi sebagai berikut : 1. Pembagian berdasarkan area/lokasi yang berbeda. 2. Pembagian kategori yang berbeda untuk tenaga kerja, peralatan dan material. 3. Pembagian sub divisi pekerjaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan. 4. Pembagian pihak, seperti kontraktor utama, sub kontraktor dan pemasok. II - 16
Bab II Tinjauan Pustaka
Klasifikasi diatas dapat membantu menentukan tingkatan WBS untuk memudahkan
monitoring
terhadap
bagian-bagiannya,
serta
menentukan
penanggung jawab masing-masing elemen pada setiap tingkatan. Agar lebih jelas, dibawah ini diberikan contoh struktur WBS dengan kegiatan beserta identitas kode yang digunakan.
WBS ( Work Breakdown Structure ) 1
Proyek Asrama 4 Lantai
1.1
Pekerjaan Tanah
1.2
1.3
1.4
A.
Pekerjaan Galian dan Urugan
B.
Pekerjaan Pondasi Batu Kali
C.
Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan Struktur 1.2.1
Pekerjaan Struktur Lantai 1
1.2.2
Pekerjaan Struktur lantai 2
1.2.3
Pekerjaan Struktur Lantai 3
1.2.4
Pekerjaan Struktur Lantai 4
1.2.5
Pekerjaan Struktur Lantai Atap
Pekerjaan Atap A.
Pasang rangka atap baja ringan
B.
Pasang atap genteng keramik
C.
Pasang lisplank kayu
Pekerjaan Dinding dan Pelapis Dinding 1.4.1
Pekerjaan Dinding dan Pelapis Dinding Lantai 1
1.4.2
Pekerjaan Dinding dan Pelapis Dinding Lantai 2 II - 17
Bab II Tinjauan Pustaka
1.5
1.6
1.7
1.4.3
Pekerjaan Dinding dan Pelapis Dinding Lantai 3
1.4.4
Pekerjaan Dinding dan Pelapis Dinding Lantai 4
Pekerjaan Pelapis Lantai Keramik 1.5.1
Pekerjaan Pelapis Lantai Keramik Lantai 1
1.5.2
Pekerjaan Pelapis Lantai Keramik Lantai 2
1.5.3
Pekerjaan Pelapis Lantai Keramik Lantai 3
1.5.4
Pekerjaan Pelapis Lantai Keramik Lantai 4
Pekerjaan Plafond 1.6.1
Pekerjaan Plafond Lantai 1
1.6.2
Pekerjaan Plafond Lantai 2
1.6.3
Pekerjaan Plafond Lantai 3
1.6.4
Pekerjaan Plafond Lantai 4
Pekerjaan Cat 1.7.1
Pekerjaan Cat Lantai 1
1.7.2
Pekerjaan Cat Lantai 1
1.7.3
Pekerjaan Cat Lantai 1
1.7.4
Pekerjaan Cat Lantai 1
Gambar 2.1 menunjukkan struktur penyusunan Mind map WBS pekerjaan asrama 4 lantai dengan menggunakan program Smart Draw 2008
II - 18
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.1 Penyusunan Mind Map WBS Pekerjaan Asrama 4 Lantai
II - 19
Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.1.2 Pengkodean Biaya ( CBS ) Keberhasilan pengendalian biaya tergantung pada perluasan kemampuan untuk mengembangkan suatu sistem identifikasi kode untuk basic cost data (Pilcher,1994 dalam Charoenngam & Sriprsasert,2001). Pertama-tama sistem pengkodean biaya harus didesain berdasarkan cost item framework yang sistematik, yang disebut cost breakdown structure (CBS). Sistem pengkodean biaya yang dibentuk harus dapat diorganisasikan, dikumpulkan, dan dimanipilasi dalam bentuk yang berguna (Ahuja,1980). Standar kode biaya harus merupakan bahasa yang umum, yang tidak hanya dimengerti oleh estimator tetapi juga oleh pelaksana, engineer, book-keeper dan manajemen. Kriteria utama dalam pengevaluasian kode biaya adalah (Charoenngam & Sriprasert,2001) : 1. Fleksibilitas Struktur dari kode biaya harus mempunyai kemampuan untuk mengatasi pengembangan-pengembangan item dimasa yang akan datang. 2. Tingkat dari detail CBS CBS seperti halnya WBS harus dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dari komponen-komponen tingkatan yang meliputi sistem fungsional (pekerjaan utama, aktivitas, sumber daya) dan jangkauan pengendalian (area,lantai,dll). 3. Kesesuaian dengan WBS Pengkodean biaya harus didesain berdasarkan WBS. Dalam suatu kerangka pengendalian, CBS harus menfasilitasi pengumpulan data dan dapat mengidentifikasi status biaya dalam progress suatu aktivitas (Rashoft & Abudayyeh,1991 dalam Charoenngam & Sriprasert,2001).
II - 20
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Kesesuaian dengan kode akutansi Sistem akutansi yang diintegrasikan dengan sistem pengendalian biaya harus tidak hanya dapat memproses data secara cepat tetapi juga harus dapat menghindari kecurangan. Upaya untuk mengintegrasikan WBS dalam pengendalian biaya, maka dalam WBS dituliskan nama proyek, kode proyek, jenis proyek dan masingmasing aktivitas diberi kode yang telah distandartkan (Susanto,2008). Pengkodean biaya yang dipakai adalah sebagai berikut (Susanto,2008) :
XX
-
Kode Proyek
OO
Nomor Proyek
-
X OOOO
-
Kode Aktivitas Proyek
XO
Kode Elemen Biaya
Pengkodean untuk identitas proyek dibedakan menjadi proyek rumah tinggal, proyek high rise building, proyek comercial center, proyek bangunan sosial, proyek perkantoran, proyek ruko, proyek gudang dan proyek infrastruktur. Tabel 2.1 menunjukkan pengkodean identitas proyek.
Tabel 2.1. Kode Identitas Proyek Kode Proyek
Jenis Proyek
CC
Commercial Center
IN
Infrastruktur
HM
Rumah Tinggal
HO
Ruko (Rumah Toko)
HR
High Rise Building
OF
Perkantoran
WH
Pergudangan
II - 21
Bab II Tinjauan Pustaka
Pengkodean untuk aktivitas proyek dibuat berdasarkan WBS yang telah dibentuk dan digunakan untuk semua proyek yang berada dalam perusahaan yang sama. Pengkodean aktivitas biaya dilakukan sampai level yang ke 5. Tabel 2.2. menunjukkan Pengkodean Aktivitas Proyek. Tabel 2.2. Pengkodean Aktivitas Proyek KODE BIAYA
ITEM PEKERJAAN
LEVEL WBS
H.R 1.1
Proyek Asrama 4 Lantai Pekerjaan Tanah
1 2
1.2 1.2.1 A.1.2.1 A.1.2.1.1 A.1.2.1.2 A.1.2.1.3 B.1.2.1 B.1.2.1.1 B.1.2.1.2 B.1.2.1.3 C.1.2.1 C.1.2.1.1 C.1.2.1.2 C.1.2.1.3 D.1.2.1 D.1.2.1.1 D.1.2.1.2 D.1.2.1.3 E.1.2.1 E.1.2.1.1 E.1.2.1.2 E.1.2.1.3
Pekerjaan Struktur Pekerjaan Struktur Lantai 1 Pondasi Pile cap Beton K-300 Besi BJTP U-24 & U-39 Bekisting/acuan Pekerjaan Tie Beam Beton K-300 Besi BJTP U-24 & U-39 Bekisting/acuan Pekerjaan Plat Lantai Beton K-300 Besi BJTP U-24 & U-39 Bekisting/acuan Pekerjaan Kolom Beton K-300 Besi BJTP U-24 & U-39 Bekisting/acuan Pekerjaan Tangga Beton K-300 Besi BJTP U-24 & U-39 Bekisting/acuan
2 3 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5
1.3
Pekerjaan Atap
2
1.4 1.4.1 A.1.4.1 B.1.4.1 C.1.4.1 D.1.4.1 E.1.4.1
Pekerjaan Dinding dan Pelapis Dinding Pekerjaan Dinding dan Pelapis Dinding Lantai 1 Pasangan dinding bata adukan 1 : 5ps pada dinding dalam Pasangan dinding bata adukan 1 : 3ps pada dinding luar Pasangan dinding bata adukan 1 : 5ps pada dinding toilet Plesteran dan acian adukan 1 : 5ps pada dinding dalam Plesteran dan acian adukan 1 : 3ps pada dinding luar
2 3 4 4 4 4 4
II - 22
Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.2
1.5 1.5.1 A.1.5.1 B.1.5.1 C.1.5.1 D.1.5.1 E.1.5.1
Pekerjaan Pelapis Lantai Pekerjaan Pelapis Lantai Keramik Lt.1 Keramik tile 40 x 40 cm adukan (1pc : 4ps) Keramik tile 20 x 20 cm adukan (1pc : 4ps) Waterproofing coating pada tempat jemur dan toile Extra pembuatan anti slip pada tangga keramik Plint keramik 10 x 40 cm adukan (1pc : 4ps)
2 3 4 4 4 4 4
1.6 1.6.1 A.1.6.1 B.1.6.1
2 3 4 4
C.1.6.1
Pekerjaan Plafond Pekerjaan Plafond Gypsum 9 mm Lantai 1 Plafond gypsum tebal 9 mm dengan rangka hollow stell Plafond gypsum waterproof tebal 9 mm dengan rangka hollow stell List profil gypsum uk.5 x 5 cm
1.7 1.7.1 A.1.7.1 B.1.7.1 C.1.7.1 D.1.7.1 E.1.7.1
Pekerjaan Cat Pekerjaan Cat Emulsion Lantai 1 Cat emulsion pada dinding luar (weathershield) Cat emulsion pada dinding dalam Cat emulsion pada plafond gypsum Cat emulsion pada plafond GRC Cat emulsion pada beton expose (tangga)
2 3 4 4 4 4 4
4
Hierarki Organisasi Proyek Hierarki organisasi proyek atau organizing analysis table (OAT) yang bertingkat dimulai dari tingkat paling atas seperti pimpinan proyek hingga paling akhir, misal pelaksana. Hierarki ini disusun dengan tujuan mempermudah pengelolaan dan alokasi SDM sesuai dengan tanggung jawab dalam organisasi proyek. Keberhasilan penyelenggaraan proyek biasanya ditunjang oleh organisasi dengan susunan dan program kerja yang sasaran serta tujuannya tertata dengan baik.
II - 23
Bab II Tinjauan Pustaka
Tingkatan
dalam OAT tidak harus sama dengan WBS, tetapi dapat
mencakup manajemen internal dan eksternal dengan susunan organisasi yang bervariasi. Tanggung jawab personel dibagi berdasarkan tingkatan pada elemen pekerjaan. Tanggung jawab ini disesuaikan dengan kemampuannya dalam menangani beban tugas yang diberikan kepadanya. Biasanya personel tersebut mempunyai kemampuan dan keterampilan yang cukup terlatih dengan tingkat pendidikan yang cukup pula, sehingga mereka dapat bekerja untuk tugas-tugas mandiri atau bekerja sama dalam satu tim proyek untuk memecahkan masalah yang terjadi selama berlangsungnya proyek. Personel yang bertanggung jawab pada masing-masing tingkatan tadi telah memahami tugasnya berdasarkan job description dan prosedur operasional pelaksanaan proyek, sehingga segala penyimpangan yang terjadi dapat dideteksi lebih awal dan memudahkan tindakan koreksi dengan melokalisasi personel tersebut serta memungkinkan manajemen melakukan pengendalian terhadap seluruh pekerjaan.
2.4
Perencanaan Waktu
2.4.1
Perencanaan Durasi Pekerjaan Salah satu perencanaan yang terpenting dalam perencanaan proyek adalah perencanaan waktu. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menentukan durasi dari suatu kegiatan atau pekerjaan : 1. Memilih metode konstruksi yang digunakan. 2. Uraian kegiatan (WBS) dan jumlah berdasarkan gambar dan metode pelaksanaan. 3. Setelah itu dapat terlihat kebutuhan komposisi sumber daya manusia (SDM) dari tiap-tiap kegiatan. II - 24
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Menganalisa harga satuan dengan mengetahui koefisien dari tiap-tiap SDM lalu dikalikan dengan jumlah volume dari tiap pekerjaan sehingga dapat diketahui jumlah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dalam 1 hari kerja. 5. Hasil dari analisa harga satuan lalu dibagi dengan jumlah SDM yang tersedia sehingga menghasilkan jumlah waktu kerja, kemudian dari tiap-tiap SDM dipilih hasil yang paling lama untuk dijadikan sebagai durasi untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan. 6. Perhitungan durasi pekerjaan dapat diperhitungkan dengan koefisien BOW dan ketersediaan tenaga kerja. Berikut ini salah satu contoh untuk menentukan durasi pada pekerjaan pemasangan keramik lantai uk. 40 x 40 cm dengan volume = 1200 m2 dengan analisa harga satuan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) : 1. Hasil analisa harga satuan diketahui untuk 1 m2 pekerjaan pemasangan keramik sebagai berikut :
TENAGA Kepala Tukang Tukang Batu Pekerja Mandor
KOEFISIEN 0,025 0,25 0,50 0.025
2. Sehingga untuk 1200 m2 pekerjaan keramik lantai dalam 1 (satu) hari : a. Kepala tukang : 0,025 x 1200
= 30
b. Tukang batu
: 0,25 x 1200
= 300
c. Pekerja
: 0,50 x 1200
= 600
d. Mandor
: 0,025 x 1200
= 30
II - 25
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Jumlah SDM yang ada terbatas, maka jumlah tenaga kerja yang tersedia sebagai berikut : TENAGA Kepala Tukang Tukang Batu Pekerja Mandor
JUMLAH TENAGA YANG DIBUTUHKAN DALAM 1 HARI 30 300 600 30
JUMLAH TENAGA YANG TERSEDIA 5 20 30 2
JUMLAH HARI 6 15 20 15
4. Dari hasil tabel perhitungan diatas dipilih waktu yang terlama yaitu 20 hari untuk waktu/durasi pada pekerjaan pemasangan keramik lantai.
2.4.2. Perencanaan Jadwal Kegiatan Selanjutnya Imam Soeharto mendifinisikan jadwal merupakan alat yang diperlukan guna menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek berskala besar dimana jumlah jenis kegiatan yang banyak dan rumitnya ketergantungan antar kegiatan perlu dilakukan penjadwalan dan kontrol yang akurat, efektif dan efesien yang menjelaskan suatu kegiatan yang lengkap dan menuliskan macam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat.
2.4.2.1 Tujuan dan Manfaat Perencanaan Penjadwalan Proyek Jadwal bagi proyek sangat penting bagi keberhasilan sustu proyek dalam segi waktu, biaya dan mutu dari pekerjaan yang dihasilkan. Untuk itu sebelum proyek dimulai sebaiknya dibuat terlebih dahulu perencanaan jadwal proyek dengan tujuan adalah : 1. Memudahkan perumusan masalah proyek. 2. Menentukan metode dan cara yang sesuai. 3. Agar lebih terorganisir kelancaran antar kegiatan. 4. Mendapatkan hasil yang optimal.
II - 26
Bab II Tinjauan Pustaka
Manfaat dari hasil perencanaan penjadwalan proyek adalah : 1. Dapat diketahuinya keterkaitan antar kegiatan 2. Kegiatan yang perlu menjadi perhatian (kegiatan kritis). 3. Kapan dimulai dan kapan harus selesai dapat diketahui dengan jelas.
2.4.2.2 Unsur-unsur Penyusunan Kegiatan 1. Penyusunan kegiatan secara logis menurut waktu tertentu akan menghasilkan rencana formal yang menghasilkan kegiatan atau tugas. 2. Waktu 3. Sumber daya dan 4. Biaya sebagai target dalam pelaksanaan nantinya. Mengingat perubahan-perubahan akan selalu terjadi maka pada saat pelaksanaan harus diperhatikan beberapa faktor dalam membuat jadwal yang efektif. Kegiatan perencanaan dan pengendalian proyek akan selalu menjadi suatu tantangan dalam hal ini agar mencapai sasaran proyek dengan baik dan optimal.
2.4.3
Diagram Batang ( Bart Chart ) Imam Soeharto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operational th.1997 mendefinisikan metode bart chart ini diperkenalkan oleh H.L. Ghantt pada tahun 1917, metode ini bertujuan untuk mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian dan pada saat pelaporan. Penggambaran bart chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom tersusun urutan kegiatan yang dibuat secara berurutan. Pada baris menunjukkan periode waktu
II - 27
Bab II Tinjauan Pustaka
dapat berupa jam, hari, minggu ataupun bulan. Penggambaran bar (batang) pada setiap baris kegiatan akan menunjukkan mulai dan waktu selesainya kegiatan. Masing-masing garis menunjukkan awal sampai dengan akhir waktu penyelesaian suatu pekerjaan dari serangkaian pekerjaan yang ada pada suatu proyek. Karena pembuatan dan penampilan informasinya sederhana serta hanya menyampaikan dimensi waktu dari masing-masing kegiatan, maka bart chart lebih cepat menjadi alat komunikasi untuk menandakan kemajuan pelaksanaan proyek. Bart chart tidak menginformasikan ketergantungan antar kegiatan mana saja yang berada pada lintasan kritisnya. A.A. Gde Agung Yana dalam jurnal Manajemen Proyek Perencanaan Waktu (Time Schedule) Universitas Udayana, Bali 2010 mendefinisikan metoda diagram batang (bar chart) pertama kali dikembangkan oleh Henry L. Gantt dan Frederick W Taylor awal abad 1900. Metoda diagram batang ini sering disebut dengan metoda Gantt Chart. Metoda diagram batang ini banyak digunakan sebagai alat perencanaan waktu karena: 1. Sederhana dan mudah dimengerti oleh semua orang 2. Memperlihatkan rencana dan kemajuan dari proyek secara grafis 3. Persiapan pembuatan bar chart ini mudah dan sangat sederhana Keuntungan Menggunakan Bar Chart dapat dilihat di bawah Ini : 1. Diagram bar chart cepat dan mudah untuk digambar dan dimengerti. 2. Tidak ada peralatan yang khusus untuk membuatnya. 3. Waktu mulai dan waktu selesai aktivitas dapat dengan mudah ditentukan 4. Efektif untuk memonitoring kemajuan pekerjaan, 5. Sempurna dipergunakan sebagai project information (informasi proyek) Yang Perlu diperhatikan pada Bar Chart : II - 28
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Sumbu X adalah skala waktu 2. Sumbu Y adalah aktivitas-aktivitas yang direncanakan untuk diukur waktu pelaksanaannya yang digambarkan dengan garis tebal secara horisontal. 3. Panjang batang (garis tebal) tersebut menyatakan lamanya suatu aktivitas dengan waktu awal (start) dan waktu selesai (finish). 4. Waktu yang dipergunakan disini dapat dalam bentuk harian, mingguan, bulanan, dan sebagainya Langkah-langkah pembuatan bart chart adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasikan pekerjaan yang diambil dari WBS yang telah dibuat sebelumnya. 2. Menentukan bobot pekerjaan dengan menghitung persentase tiap jenis pekerjaan dari hasil perbandingan biaya yang dibutuhkan tiap jenis pekerjaan dengan total biaya keseluruhan. 3. Memperkirakan durasi masing-masing pekerjaan, dengan menghitung : analisa harga satuan, volume pekerjaan dan jumlah ketersediaan SDM untuk satu harinya. 4. Membuat bart chart dengan melakukan ketiga langkah diatas dalam 1 tampilan seperti contoh Gambar 2.2 dibawah ini :
RENCANA KERJA
BOBOT KONTRAK
Pekerjaan Tanah
5.00
Pekerjaan Struktur
35.00
Pekerjaan Atap
8.00
Pekerjaan Pasangan Dinding
20.00
Pekerjaan Keramik
12.00
Pekerjaan Plafond
10.00
Pekerjaan Cat
10.00
Total
100.00
WAKTU PELAKSANAAN 1
2
3
4
5
KET 6
7
8
Gambar 2.2. Bart chart dan bagian-bagiannya II - 29
Bab II Tinjauan Pustaka
2.4.4
Precedence Diagram Methode (PDM)
PDM (Precedence Diagram Methode) disebut juga metode preseden diagram yang menggambarkan jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity on Node) di mana kegiatan ditulis di dalam kotak atau lingkaran. Anak panah dipakai hanya untnk menjelaskan hubungan ketergantungan di antara kegiatan-kegiatan. Hubungan antar kegiatan pada AON digambarkan sebagai berikut :
1. Finish to Start (FS) Hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan boleh dilaksanakan setelah pekerjaan lain
2. Finish to Finish (FF) Suatu hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan harus selesai bersamaan dengan pekerjaan lain.
3.
Start to Start (SS) Suatu hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan harus dimulai bersamaan dengan pekerjaan lain.
II - 30
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Start to Finish (SF) Suatu hubungan ketergantungan dimana suatu pekerjaan baru boleh selesai setelah pekerjaan lain mulai dikerjakan.
5. Hubungan Lag Time dan Lead Time a. Lag Time merupakan tenggang waktu antara selesainya suatu pekerjaan dengan dimulainya pekerjaan lain. Simbol : (+) atau % Contoh : Predesessor : 2FS + 2d, artinya pekerjaan pengecatan biasa dilaksanakan 2 hari setelah pekerjaan plesteran selesai.
b. Lead Time merupakan penumpukan waktu antara selesainya suatu pekerjaan dengan dimulainya pekerjaan lain. Simbol : (-) atau % Contoh : 2FS-2d, artinya pekerjaan plesteran harus dimulai 2 hari sebelum pemasangan genting selesai.
Ciri-ciri diagram preseden adalah sebagai berikut : a. Aktivitas tidak dinyatakan sebagai panah melainkan divisualisasikan sebagai node, lingkaran atau kotak.
II - 31
Bab II Tinjauan Pustaka
b. Anak panah/garis penghubung tidak mempunyai durasi, sehingga pada diagram preseden tidak diperlukan aktivitas dummy. c. Anak panah dari satu node ke node yang lain menunjukkan hubungan ketergantungan dan urutan aktivitas-aktivitas tersebut. Format umum dari node dalam diagram preseden ditunjukkan dalam Gambar 2.3. ES
ID
EF
Label LS
D
LF
Gambar 2.3. Node Diagram Preseden Keterangan : ES
: saat mulai paling awal suatu aktivitas
ID
: nomor identifikasi
EF
: saat berakhir paling awal pada suatu aktivitas
Label : nama aktivitas LS
: saat mulai paling lambat suatu aktivitas
D
: durasi aktivitas
LF
: saat berakhir paling akhir suatu aktivitas PDM pada dasarnya menitik beratkan pada keseimbangan antara biaya dan
waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja untuk mempersingkat waktu pelaksanaan proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan tenaga kerja tersebut. Jumlah waktu yang diperlukan dalam PDM untuk menyelesaikan tahapan proyek konstruksi dianggap diketahui dengan pasti. Selain itu juga hubungan antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek II - 32
Bab II Tinjauan Pustaka
juga dianggap diketahui. Seperti metode jaringan kerja lainnya, dalam PDM juga terdapat bagian vital, yaitu analisa jalur kritis ( critical path analysis ). Jalur kritis adalah aktivitas yang tidak memiliki keleluasaan dalam start time dan finish time. Dengan kata lain aktivitas kritis adalah aktivitas yang tidak memiliki float time. Setiap aktivitas kritis harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Perubahan waktu pelaksanaan aktivitas kritis, percepatan atau perlambatan akan mengakibatkan perubahan durasi proyek secara keseluruhan. Penjadwalan pada PDM mempertimbangkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap aktivitas. Bila terjadi keterbatasan tenaga kerja , maka dilakukan proses alokasi dan perataan tenaga kerja dan metode yang dilakukan adalah Resourse Scedhuling Methode.
2.4.4
”S” Curve / Kurva-S Selanjutnya dalam bukunya Imam Soeharto mendefinisikan bahwa grafik ini dikembangkan oleh jendral Waren Hannum , perwira zeni dari Amerika Serikat, atas pengamatan proyeknya mulai dari permulaaan sampai dengan selesainya proyek yang bersangkutan. ”S” Curve digunakan sebagai : 1. Pengarahan nilai atas progress pekerjaan. 2. Pada permukaan menunjukkan progress yang sangat kecil, maka rencana juga harus realistis sesuai dengan kemampuan dan kondisi persiapan pekerjaan. 3. Sangat membantu seorang perencana proyek, suatu proyek pada umumnya dimulai dengan rencana program yang sangat kecil, lalu meningkat pada beberapa pekerjaan merupakan ”Peak Load” yang harus dilaksanakan secara serentak. II - 33
Bab II Tinjauan Pustaka
Menurut A.A. Gde Agung Yana dalam jurnal Manajemen Proyek Perencanaan Waktu (Time Schedule) Universitas Udayana, Bali 2010 dalam pembuatan Kurva S adalah sebagai berikut : 1. Kurva S bertujuan untuk memberikan gambaran kemajuan pekerjaan terhadap waktu, dimana kemajuan pekerjaan disini direfleksikan dengan bobot penyerapan biaya. 2. Penerapan kurva S ini menyangkut dua aspek yaitu perencanaan dan pengendalian 3. Untuk menggambarkan kurva S dapat diasumsikan bahwa biaya pada setiap item pekerjaan didistribusikan secara merata 4. Dengan asumsi tersebut diatas maka panjang batang yang menggambarkan durasi pekerjaan dapat dikonversikan kepada biaya. Cara membuat kurva-s adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasikan pekerjaan yang diambil dari WBS yang telah dibuat sebelumnya. 2. Menentukan bobot pekerjaan dengan menghitung persentase tiap jenis pekerjaan dari hasil perbandingan biaya yang dibutuhkan tiap jenis pekerjaan dengan total biaya keseluruhan. 3. Memperkirakan durasi masing-masing pekerjaan, dengan menghitung : analisa harga satuan, volume pekerjaan dan jumlah ketersediaan SDM untuk satu harinya. 4. Prosentasi bobot dijumlahkan secara komulatif dan diplotkan untuk satuan waktu pada sumbu x dan prosentasi pada tiap pekerjaan sumbu y. Kemudian hasil keduanya dihubungkan melalui satu garis dan akan menghasilkan kurva yang biasanya berbentuk huruf S. II - 34
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada Gambar 2.4. menjelaskan contoh pembuatan Kurva S dengan item pekerjaan, bobot prestasi dan waktu pelaksanaan. RENCANA KERJA
BOBOT KONTRAK
Pekerjaan Tanah
5.00
Pekerjaan Struktur
35.00
Pekerjaan Atap
8.00
Pekerjaan Pasangan Dinding
20.00
Pekerjaan Keramik
12.00
Pekerjaan Plafond
10.00
WAKTU PELAKSANAAN 1
2
3
4
5
KET 6
7
8
5.00 8.75
8.75
8.75
8.75 8.00
6.67
6.67
6.67 6.00
6.00 5.00
Pekerjaan Cat
10.00
RENCANA KERJA
100.00
PRESTASI
5.00
5.00
5.00
5.00
8.75
8.75
15.42
15.42
20.66
16.00
10.00
5.00
13.75
22.50
37.92
53.34
74.00
90.00
100.00
REALISASI KERJA PRESTASI
Gambar 2.4. Kurva S dan bagian-bagiannya
2.4.5
Perataan Sumber Daya ( Resources Leveling ) Selanjutnya dalam bukunya Ir. Abrar Husen,MT yang berjudul Manajemen Proyek
(Perencanaan,
Penjadwalan
&
Pengendalian
Proyek)
th.2009
mendefinisikan perataan sumber daya adalah meratakan frekwensi alokasi sumber daya dengan tujuan memastikan bahwa jumlah/jenis sumber daya dapat diketahui dari awal dan tersedia bila dibutuhkan. Biasanya bila jumlah sumber daya ditambah durasi akan berkurang. Hal lain yang diperlukan dalam perataan sumber daya adalah mengidentifikasikan sumber daya yang terbatas dan yang dibutuhkan untuk seluruh jumlah durasi dari suatu proyek. Ini karena alokasi sumber daya yang langka dan ketersediaanya
terbatas
harus
diprioritaskan.
Bila
ketersediaannya
tidak
mencukupi, pengadaanya akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi. Perataan sumber daya dimaksudkan agar alokasi tingkat pemakaian sumber daya dapat II - 35
Bab II Tinjauan Pustaka
diketahui sehingga penyelesaian proyek menjadi lebih logis. Dalam perataan sumber daya, biasanya durasi proyek dianggap tetap, sedangkan sedangkan jumlah sumber daya diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ketersediaan. Dalam suatu proyek, tenaga kerja yang dipergunakan mempunyai porsi biaya yang terbesar, sehingga harus diperhatikan agar tidak terjadi pemborosan. Ada hari tertentu dimana tenaga kerja tidak mempunyai tugas, sedangkan pada hari lain diperlukan banyak pekerja tetapi hanya untuk waktu yang pendek saja, sehingga grafik kebutuhan tenaga kerja kerja naik turun (fluktuasi) seperti Gambar2.5.berikut:
Pada Gambar 2.5 telihat : Periode pertama : kebutuhan tenaga kerja besar 50 Periode kedua : kebutuhan tenaga kerja sedikit 30 Kelebihan sumber daya sebanyak 20 orang
a.
Untuk menghindari pemborosan biaya tenaga kelebihan pada periode pertama, diberhentikan karena tidak mungkin tidak bekerja tetapi tetap di bayar.
b.
Tetapi pada periode ke 3 kembali kebutuhan tenaga meningkat. Hal ini tidak dapat dibenarkan karena tenaga kerja yang telah diberhentikan belum tentu mau bekerja kembali atau mungkin sudah atau bekerja di tempat lain sehingga II - 36
Bab II Tinjauan Pustaka
akan kekurangan sumber daya (kebutuhan 40 orang yang tersedia pada periode sebelumnya 30). c.
Kondisi sumber daya yang belum diratakan tersebut tidak menguntungkan dengan kondisi ini perusahaan hanya mempunyai dua pilihan yaitu : memindahkan tenaga kerja dari satu proyek ke proyek lain setiap saat dibutuhkan atau menanggung kerugian karena tetap membayar tenaga kerja meskipun tanpa tugas.
d.
Cara yang terbaik adalah : apabila jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah meningkat dari awal proyek atau rata ataupun banyak kemudian sedikit-demi sedikit menurun bisa juga naik kemudian tidak turun, jangan naik turun naik turun seperti Gambar 2.6. berikut :
Gambar 2.6. Grafik pemerataan tenaga kerja e.
Aturan Perataan Untuk mendapatkan grafik tenaga kerja yang baik kita dapat mengatur atau menyesuaikan kembali jadwal kegiatan, kegitan yang berada pada jalur kritis jangan diganggu dikarenakan akan menyebabkan bertambahnya waktu akhir proyek. Penyesuaian hanya dilakukan pada kegiatan tidak kritis, dan itu pun hanya dengan memundurkan atau memajukan sesuai waktu tunda (float).
II - 37
Bab II Tinjauan Pustaka
2.5
Perkiraan Biaya dan Anggaran Proyek Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya memiliki fungsi dengan spectrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan maupun waktu. Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran dalam hal perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu proyek ataupun proyek keseluruhan. Sedangkan anggaran merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan dengan waktu. Menurut Budi Santosa dalam bukunya yang berjudul Manajemen Proyek Konsep & Implementasi th.2009 mengatakan suatu anggaran tidak hanya merupakan suatu rencana tetapi ia juga berfungsi sebagai kontrol. Tepatnya untuk melihat sejauh mana penyimpangan yang akan terjadi pada biaya aktual terhadap yang direncanakan. Pada dasarnya anggaran dan estimasi biaya adalah dua hal yang mirip. Keduanya menyatakan biaya untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Bedanya, anggaran merupakan hasil akhir dari perkiraan biaya yang dibuat untuk jangka waktu tertentu. Perkiraan biaya bisa direvisi beberapa kali. Tetapi begitu suatu perkiraan biaya disetujui maka ia akan berubah menjadi sebuah anggaran. Elemen-elemen perkiraan biaya antara lain : 1. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlihat langsung dalam pekerjaan proyek. Biaya ini dihitung dengan cara mengalikan tingkat upah per tenaga kerja dengan keahlian/level tertentu dengan jumlah jam kerja tenaga kerja yang bersangkutan. Untuk suatu pekerjaan ditentukan perkiraan II - 38
Bab II Tinjauan Pustaka
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, levelnya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan. Setelah diketahui ada berapa macam pekerjaan, akan diketahui jumlah pekerja total untuk masing-masing level dan waktu penyelesaiannya. 2. Biaya bukan Tenaga Kerja Langsung Biaya bukan tenaga kerja langsung adalah biaya total dari biaya-biaya bukan tenaga kerja yang langsung berkaitan dengan pekerjaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah sub kontraktor, konsultan. 3. Biaya Overhead dan Administrasi & umum Biaya overhead atau biaya tidak langsung adalah biaya-biaya untuk melakukan bisnis. Termasuk dalam kategori adalah biaya penyediaan sarana perumahan dan prasarana bagi para pekerja, sewa bangunan, peralatan, asuransi dan lainlain. Sesuai dengan namanya biaya-biaya ini sulit dikaitkan langsung dengan suatu paket pekerjaan tertentu. Kadang-kadang juga sulit dibebankan pada proyek mana, karena biaya ini meliputi beberapa proyek. Biasanya biaya overhead atau pengeluaran tidak langsung dihitung sebagai prosentase dari biaya langsung tenaga kerja. Besarnya prosentase bermacam-macam tergantung pada jenis pekerjaannya. Untuk pekerjaan yang sebagian besar dikerjakan dilapangan prosentase itu bisa sebesar 25%. Sedangkan
untuk
pekerjaan yang dilakukan dilaboratorium memerlukan perlengkapan yang mahal angka itu bisa mencapai 250%. Tingkat biaya overhead sebenarnya dihitung dengan memperkirakan pengeluaran tidak langsung tahunan kemudian dibagi dengan biaya tenaga kerja langsung yang diproyeksikan untuk tahun yang bersangkutan. Sebagai suatu contoh misalkan perkiraan biaya overhead total untuk tahun depan Rp.150 juta. Sedangkan biaya total untuk tenaga kerja II - 39
Bab II Tinjauan Pustaka
langsung
adalah Rp.100 juta. Dengan angka-angka tersebut bisa dihitung
tingkat overhead yang dipakai adalah 150/100 sama dengan 1,5. Dapat disimpulkan bahwa untuk setiap rupiah biaya tenaga kerja langsung, diperlukan 1,5 rupiah biaya overhead. Cara ini kurang tepat diterapkan untuk menentukan perkiraan biaya pada pekerjaan proyek. Overhead untuk proyek sebaiknya dipisahkan menjadi overhead langsung dan overhead tidak langsung. Biaya overhead langsung bisa dialokasikan secara logis, sedangkan biaya overhead tidak langsung tidak bisa. Walaupun dinamakan overhead, untuk overhead langsung bisa dilacak untuk proyek yang mana dan untuk paket pekerjaan yang mana biaya ini berasal. Bila suatu divisi dari suatu perusahaan sedang terlibat dalam beberapa proyek maka overhead langsung ini dibagi menjadi beberapa bagian tergantung pada banyaknya proyek dan besar untuk tiap proyek didasarkan pada waktu tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap proyek. Sedangkan biaya overhead tidak langsung meliputi pengeluaran umum untuk seluruh perusahaan. Biaya ini sering juga dinamakan biaya administrasi & umum yang meliputi pajak, hukuman dan baiya jaminan, dukungan akunting dan legal, pengeluaran untuk pembuatan proposal yang kalah tender, biaya pemasaran dan promosi, biaya untuk gaji manajer puncak dan tunjangan karyawan. Biaya-biaya ini tidak terkait langsung pada suatu proyek atau paket kerja tertentu dan dibebankan kepada seluruh proyek yang dipunyai perusahaan. Pengeluaran untuk , perusahaan dialokasikan untuk seluruh proyek, pengeluaran untuk overhead departemen dialokasikan untuk proyekproyek yang dipunyai tertentu dimana departemen tersebut terlibat. Sedangkan biaya manajemen proyek dialokasikan berdasarkan proyek yang ditangani.
II - 40
Bab II Tinjauan Pustaka
Biaya overhead dialokasikan berdasar waktu sehingga jika ada proyek molor, pembebanan biaya administrasi dan umum juga harus diteruskan. Menurut H Bactiar Ibrahim , didalam buku berjudul Rencana dan Estimate Real of Cost th. 1995, yang dimaksud dengan rencana anggaran biaya suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya anggaran biaya suatu bangunan dan upah,serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut. Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan rinci, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda dimasing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Menurut Soedrajat Sastraatmdja didalam buku berjudul Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan th. 1984 penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang terjadi pada suatu kontruksi. Karena taksiran dibuat sebelum pembangunan dimulai, maka jumlah biaya yang diperoleh ialah “taksiran biaya” bukan “biaya sebenarnya” atau actual cost. Layak atau tidak suatu taksiran biaya dengan biaya sebenarnya, tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil berdasarkan pengalaman. Sedangkan Sugeng Djojowirono, Rencana Anggaran Biaya th.1984 merupakan perkiraan atau perhitungan biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Menurut John. W. Niron , dalam bukunya Rencana Anggaran Biaya Bangunan,th.1992 rencana anggaran biaya ( RAB) mempunyai pengertian sebagai berikut : II - 41
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Rencana
: Himpunan rencana termasuk detail penjelasan dan tata cara pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan, terdiri dari bestek dan gambar bestek.
2. Anggaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar rencana) pada suatu bangunan. 3. Biaya
: Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
Dari pengertian diatas mengenai rencana anggaran biaya, dapat diambil kesimpulan bahwa rencana anggaran biaya (RAB) merupakan perencanaan suatu bangunan dalam bentuk dan fungsi penggunaannya, beserta besar biaya yang diperlukan serta susunan-susunan dalam bidang administrasi maupun pelaksanaan pekerjaan. Biaya dibagi menjadi dua yaitu : 1. Biaya langsung Biaya langsung proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek yang mencakup kepada biaya bahan-bahan, upah buruh, atau biaya alat-alat. 2. Biaya tak langsung Menurut Soedrajat Sastratmadja (1994), biaya tidak langsung biasanya dibagi dua bagian, yaitu biaya tidak langsung umum dan biaya tidak langsung proyek. Biaya tidak langsung umum biasanya tidak dapat segera dimasukkan kesuatu jenis pekerjaan dalam proyek itu misalnya : sewa kantor, peralatan kantor dan alat tulis menulis, air, listrik, telepon, asuransi, pajak, bunga uang, biaya-biaya notaris, biaya perjalanan, dan pembelian berbagai macam-macam barang kecil. Biaya tidak langsung proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek tetapi tidak dapat dibebankan kepada biaya bahan-bahan, upah buruh, atau biaya alat-alat seperti misalnya : asuransi, telepon yang dipasang diproyek, II - 42
Bab II Tinjauan Pustaka
pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan, pengukuran (survey), suratsurat izin, honorarium arsitek dan insinyur, sebagian dari gaji pengawas proyek dan lain sebagainya. Jumlah biaya tidak langsung berkisar antara 12-30% ( Soedrajat S, Anggaran Biaya Pelaksanaan, 1994) dari jumlah harga bahan, upah buruh dan ongkos alat-alat atau antara 12-50% ( Soedrajat S, Anggaran Biaya Pelaksanaan) dari upah buruh tergantung dari jenis pekerjaan dan keadaan setempat. 2.5.1
Rencana Anggaran Biaya proyek Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan tertanam dalam kurun waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan
biaya
proyek sebagai berikut : 1. Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global berdasarkan informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan unit biaya bangunan berdasarkan harga per meter persegi. 2. Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan. 3. Tahapan pelelangan, biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan. 4. Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahap ini dihitung lebih detail berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih tinggi. 5. Komponen biaya total proyek biasanya terdiri atas.
II - 43
Bab II Tinjauan Pustaka
6. Biaya langsung (Direct Cost), merupakan biaya tetap selama proyek berlangsung, terdiri atas biaya tenaga kerja, material dan peralatan. 7. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost ), merupakan biaya tidak tetap selama proyek berlangsung, yang dibutuhkan guna penyelesaian proyek. Yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya manajemen proyek, tagihan pajak, biaya perizinan, asuransi, administrasi, ATK, keuntungan/profit. 2.5.2
Estimasi Biaya Estimasi analisa ini merupakan metode yang secara tradisional dipakai oleh estimator untuk menentukan setiap tarif komponen pekerjan. Setiap komponen pekerjaan dianalisa kedalam komponen-komponen utama tenaga kerja, material, peralatan, dan lain-lain. Penekanan utamanya diberikan pada faktor-faktor proyek seperti jenis, ukuran, lokasi, bentuk dan tinggi yang merupakan faktor penting yang mempengaruhi biaya kontruksi. (Allan Ashworth, Perencanaan Biaya Bangunan, th.1994). Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan pada gambar rencana dan spesifikasi bangunan. Membuat anggaran biaya berarti memperkirakan harga dari suatu bahan bangunan atau benda yang akan dibuat dengan cermat dan teliti. Menurut J.A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan th.1987 dalam menyusun biaya diperlukan gambar-gambar bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan. Menurut Ir. A. Soedrajat Sastraatmaja, dalam bukunya Analisa Anggaran Pelaksanaan th.1984, bahwa rencana anggaran biaya dibagi menjadi dua, yaitu rencana anggaran terperinci dan rencana anggaran biaya kasar.
II - 44
Bab II Tinjauan Pustaka
Didalam pembuatan RAB untuk proyek bangunan gedung diperlukan langkah-langkah yang sistematis, sehingga selain mendapatkan cara kerja yang efisien juga mendapatkan tingkat ketelitian yang baik. Adapun serangkaian penyusunan RAB dijelaskan pada Gambar 2.7. sebagai berikut :
Estimasi Kasar
Estimasi Pendahuluan
NILAI KONTRAK Kesepakatan SELISIH Proyeksi Keuntungan
Estimasi Terperinci RAB/untuk penawaran
ACTUAL COST Rencana Anggaran Pelaksanaan Tahap Lelang/Negoisasi
Tahap Keinginan/Konsep
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Gambar 2.7. Tahapan dan Proses Penyusunan RAB
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa penyusunan RAB terbagiatas dua bagian yaitu RAB terperinci dan RAB kasar. Dengan rincian sebagai berikut : 1. Rencana Anggaran Biaya Kasar Merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung tiap ukuran luas. Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran biaya secara kasar, hasil dari penafsiran ini apabila dibandingkan dengan rencana anggaran II - 45
Bab II Tinjauan Pustaka
yang dihitung secara teliti terdapat selisih. Selain dari pengalaman untuk proyek pemerintah biasanya sudah ditentukan pedoman harga satuan bangunan m2 bangunan seperti halnya pemerintah kota Banjarbaru menetapkan pedoman harga satuan m2 bangunan (data terlampir) : Pekerjaan dihitung dengan cara mengalikan setiap m2 luas bangunan dengan harga setiap m2 luas bangunan. Contoh : luas bangunan 100 m2 , harga Rp 75.000,-/m2 , harga seluruhnya = 100 x Rp 75.000,- = Rp 7.500.000,2. Rencana Anggaran Biaya Terperinci Yang dimaksud dengan rencana anggaran biaya terperinci adalah anggaran biaya bangunan atau proyek yang dihitung dengan terperinci dam cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya. Penyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan rinci didasarkan atau didukung oleh: a. Bestek, gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-syarat teknis. b. Gambar bestek, gunanya untuk menentukan atau menghitung besarnya masing-masing volume pekerjaan. c. Harga satuan pekerjaan, didapat dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkan perhitungan analisa. Adapun untuk proyek pemerintah biasanya telah ditetapkan daftar tingkat upah dan harga alat ( daftar harga tingkat upah dan alat terlampir).Penghitungan RAB secara terperinci merupakan cara menghitung volume dan harga dari seluruh pekerjaan yang dilaksanakan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara memuaskan karena dapat di evaluasi setiap saat, cara ini dapat digunakan dan
II - 46
Bab II Tinjauan Pustaka
dapat dipercaya. Contoh dari penggunakan teknik perhitungan adalah sebagai berikut : 1. Cara Harga Satuan Semua harga satuan dan volume tiap-tiap jenis pekerjaan dihitung. Misalnya : 1 m3 beton bertulang harganya Rp 205.000,- volume pekerjaan 100 m3 , maka biaya seluruhnya :100 m3 x Rp 205.000,- = Rp 20.500.000,2. Cara Harga Seluruhnya Dihitung volume bahan-bahan yang dipakai dan buruh yang dikaryakan, kemudian dikalikan dengan harga masing-masing dan dijumlahkan. Menurut J.A Mukomoko, didalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan th.1985 dalam menyusun rencana anggaran biaya terperinci diperlukan sekali gambar-gambar dan daftar-daftar sebagai berikut : 1. Bestek (rencana pekerjaan ) dan gambar-gambar bestek 2. Daftar upah 3. Daftar harga bahan-bahan (material) 4. Daftar analisa (buku analisa) 5. Daftar jumlah tiap jenis pekerjaan 6. Daftar susunan rencana biaya Daftar-daftar tersebut diatas dapat saling memberikan gambaran dan petunjukpetunjuk hingga akhirnya dapat merupakan anggaran biaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema Gambar 2.8. sebagai berikut:
II - 47
Bab II Tinjauan Pustaka
Daftar Harga Bahan
Daftar Harga Upah
Daftar Analisa Anggaran
Daftar Harga Alat
Jumlah Tiap Jenis Pekerjaan
Anggaran Biaya Terperinci Biaya Tak Terduga Ongkos Rencana Pajak
Gambar 2.8. Anggaran Biaya Terperinci
2.5.3
Komponen-Komponen Penyusunan RAB Komponen – komponen penyusunan RAB meliputi kebutuhan material, upah ( tenaga kerja dan alat tiap pekerjaan, juga biaya tak langsung ( khususnya overhead cost) serta keuntungan perusahaan. 1. Kebutuhan Material ( Unsur Bahan) Meliputi semua komponen pokok dan komponen penunjang dari material yang digunakan, mengingat kedua komponen tersebut akan berpengaruh cukup besar dan biaya. Material ini harus diperhitungkan akan hal-hal : a. Tercecer pada waktu mengangkut b. Untuk struktur tersambung c. Rusak dan cacat d. Susut oleh sebab lain e. juga untuk struktur penunjang / sementara
II - 48
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Upah Tenaga Kerja (Unsur Upah) Penetapan Biaya Tenaga Kerja (upah satuan pekerjaa) merupakan komponen yang paling sulit dari analisa Rencana Anggaran Biaya kontruksi, khususnya ketika melakukan analisa teknis. Hal tersebut disebabkan oleh adanya berbagai kondisi yang mempengaruhi dan begitu menentukan terhadap tingkat produktifitas kelompok / individu. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam Biaya Tenaga Kerja (upah) adalah sebagai berikut ini : a. Kondisi tempat kerja b. Ketrampilan c. Lama waktu kerja d. Persaingan tenaga kerja e. Indek biaya hidup 3. Biaya Peralatan (Unsur upah/Bahan) Biaya peralatan diantaranya : pembelian dan sewa alat, mobilisasi dan demobilisasi, transportasi, memasang, membongkar juga pengoperasiannya selama kontruksi berlangsung. 4. Biaya Tak Langsung (Unsur upah/Bahan) Biaya tak langsung dibedakan : a. Overhead Cost (biaya umum) •
Gaji pekerja tetap : kantor pusat dan kantor lapangan
•
Perhitungan sewa kantor, telepon dan sebagainya
•
Biaya dokumentasi
•
Bunga bank : notaris dan sebagainya
•
Biaya peralatan kecil dan habis pakai
II - 49
Bab II Tinjauan Pustaka
b. Biaya Proyek •
Keamanan dan keselamatan kerja
•
Biaya asuransi
•
Pajak pertambahan nilai
•
Surat ijin dan lokasi
•
Inspeksi : pengujian dan pengetesan dan sebagainya
Biaya tak langsung (dalam praktek) secara langsung dapat dimasukkan dalam harga satuan.
2.5.4
Keuntungan Biasanya keuntungan dinyatakan dengan prosentase dari jumlah biaya proyek, berkisar antara 8-15% (Soedrajat S, Anggaran Biaya Pelaksanaan, 1994). Dengan rincian untuk proyek kecil bisa diambil 15%, proyek sedang 12,5% dan proyek raksasa sekitar 8%. Prosentase tersebut juga tergantung dari besarnya resiko pekerjaan, kesukaran-kesukaran yang akan timbul dan tidak tampak dan cara pembayaran dari pemberi pekerjaan.
2.5.5
Harga Satuan Pekerjaan Menurut H. Bachtiar Ibrahim, didalam buku yang berjudul Rencana dan Estimate Real Of Cost th.1995, yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan analitis. Harga bahan didapat dipasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan dilokasi dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah.
II - 50
Bab II Tinjauan Pustaka
Harga satuan bahan dan harga satuan upah tenaga kerja untuk setiap daerah berbeda-beda. Jadi dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu proyek harus berpedoman pada harga satuan bahan dipasaran dan upah tenaga kerja dilokasi pekerjaan. Dalam menghitung harga satuan pekerjaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah : 1. Persyaratan Umum a. Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat. a. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan. 2. Non Teknis a. Pelaksanaan perhitungan harga satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar teknis dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS). b. Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15% - 20%, dimana didalamnya termasuk angka susut yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan, termasuk biaya langsung dan tidak langsung. c. Jam kerja efektif untuk para pekerja diperhitungkan 5 jam per-hari.
5.2.6
Analisa Harga Satuan Pekerjaan Analisa harga satuan pekerjaan merupakan analisa bahan dan upah untuk membuat satu satuan pekerjaan tertentu, seperti 1 m3 beton ( 1 : 2 : 3 ), 1 m3 galian pondasi dan sebagainya. Alur analisa harga satuan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 2.9. berikut :
II - 51
Bab II Tinjauan Pustaka
DAFTAR BAHAN Koefisien X Harga Satuan (Bahan)
DAFTAR UPAH Koefisien X Harga Satuan (Upah)
HARGA SATUAN PEKERJAAN ( Rp. / Satuan Volume ) Gambar 2.9. Harga Satuan Pekerjaan Komponen –komponen Harga Satuan Pekerjaan Harga satuan pekerjaan terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1. Analisa harga satuan bahan/material 2. Analisa harga satuan upah tenaga 3. Analisa harga satuan sewa alat 1. Analisa harga satuan bahan/material Yang dimaksud dengan analisa harga satuan bahan ialah, menghitung banyaknya volume masing-masing bahan serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan kontruksi. Analisa harga satuan bahan/material mengandung dua unsur yaitu: a. Harga satuan bahan, merupakan harga satuan bahan/material bangunan yang berlaku di pasar pada saat anggaran biaya bangunan tersebut disusun. b. Indeks bahan, yaitu indeks yang menunjukan kebutuhan bahan/material bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan.
II - 52
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Analisa harga satuan upah tenaga Yang dimaksud dengan analisa harga satuan upah ialah, menghitung banyaknya tenaga serta biaya yang dibutuhkan, untuk menyelesaikan persatuan pekerjaan kontruksi. Analisa harga satuan upah tenaga mengandung dua unsur yaitu : a. Harga satuan upah tenaga, merupakan upah yang diberikan kepada tenaga kerja kontruksi per-harinya atas jasa tenaga yang dilakukan sesuai dengan keterampilannya. b. Indeks tenaga, yaitu yang menunjukkan kebutuhan tenaga kerja untuk tiap-tiap posisi dalam satu kelompoknya. 3. Analisa harga satuan sewa alat Yang dimaksud dengan analisa harga satuan sewa alat ialah, menghitung banyaknya alat yang digunakan serta besarnya biaya sewa alat, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan kontruksi. Analisa harga satuan sewa alat mengandung dua unsur, yaitu : a. Harga satuan sewa alat, merupakan harga satuan sewa alat yang berlaku di pasar pada saat anggaran biaya bangunan tersebut disusun. b. Indeks alat, yaitu indeks yang menunjukkan kebutuhan alat untuk setiap satuan jenis pekerjaan.
II - 53
Bab II Tinjauan Pustaka
HARGA SATUAN
Tenaga kerja
Material
Kuli
Biaya Material
Penyimpanan
Tukang
Bongkar Muat
Pengiriman
Peralatan
Profil
Sub KOntraktor
Pembelian
Over Head
Suplier
Sewa
Margin Bersih
Limbah Susut
Mandor
Gambar 2.10 Komponen Harga Satuan Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan proyek, dilakukan estimasi biaya berdasarkan analisis harga satuan yang terdiri atas komponen-komponen biaya yang cukup banyak seperti Gambar 2.10
2.5.7
Tujuan Penyusunan RAB Tujuan dari penyusunan / pembuatan RAB adalah : 2. Bagi Pemilik Proyek (Owner) a. Mengetahui kelayakan dari proyek tersebut dari segi ekonomi b. Sebagai dasar pembanding dalam proyek c. Sebagai bahan evaluasi proyek d.
Sebagai penentuan besarnya pajak dan administrasi
e. Sebagai patokan untuk penyediaan dana 3. Bagi Konsultan Manajemen Kontruksi a. Pemilik alternatif proyek (luas / batasan penggunaan tipe dan kualitas bahan), dan b. Sebagai bahan perencanaan lanjut
II - 54
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Bagi Kontraktor a. Sebagai dasar dalam penyediaan bahan, alat, tenaga, serta waktu untuk untuk pelaksanaan, b. Sebagai dasar untuk mengikuti pelelangan dan pengajuan, dan c. Sebagai dasar perkiraan modal atau dana yang harus disediakan. Sehingga rencana anggaran biaya seyogyanya dibuat sebelum proyek dilaksanakan bahkan sebelum dilakukannya lelang. Adapun RAB untuk proyek pemerintah biasanya disesuaikan dengan batasan nilai proyek yang ditetapkan, sehingga untuk memenangkan suatu lelang biasanya konsultan perencana membuat penawaran dibawah harga pagu proyek. Selain itu rencana anggaran biaya suatu proyek
khususnya
proyek
pemerintah
pembuatan
RAB
dilakukan
oleh
perencanaan, kontraktor dan dinas instansi pemerintah.
2.5.8
Data yang Diperlukan dalam Pembuatan RAB Pengumpulan, analisis penerbitan, dan penarikan kembali informasi harga dan biaya, merupakan hal yang sangat penting bagi sektor dalam industri konstruksi, sehingga ada harga terbitan yang sering digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana anggaran biaya disetiap daerah. Dalam pembuatan RAB, data yang diperlukan adalah : 1. Gambar rencana arsitek dan struktur (gambar bestek) 2. Peraturan dan syarat-syarat (RKS) 3. Daftar Analisa Harga Satuan 4. Peraturan / spesifikasi bahan dari pabrik 5. Berita acara penjelasan pekerjaan 6. Daftar harga bahan yang digunakan di daerah tersebut
II - 55
Bab II Tinjauan Pustaka
7. Daftar harga upah borongan untuk tiap pekerjaan 8. Peraturan pemerintah daerah yang berkaitan dengan proyek yang dibangun 9. Daftar volume tiap pekerjaan 10. Daftar upah untuk daerah tersebut Adapun bagan alir detail pembuatan RAB pada Gambar 2.11. sebagai berikut ( Gambar RAB buku sense pelatihan P2SDM ) DAFTAR HARGA MATERIAL Sampai Proyek
Kemampuan Mensuport
Bahan Kenaikan Periodik
RAB = VOL BQ x HSP
Lain-lain
ANALISA Alat
Variabel Alat Terhadap Upah
Upah BESTEK 1. Gambar Rencana 2. RKS
DAFTAR UPAH HARIAN Tukang Batu = Rp…….. Tukang Kayu = Rp…….. Tukang Besi = Rp…….. Tenaga = Rp…….. Mandor = Rp……. Dan lain sebagainya
UPAH BORONGAN SATUAN PEKERJAAN
Gambar 2.11. Bagan Alur Pembuatan RAB
2.5.9
Metode Analisa Perhitungan RAB Rencana Anggaran Biaya pembangunan asrama 4 lantai ini dihitung dengan metode Analisa Harga Satuan PT. Pembangunan Perumahan ( Persero ) yang diterbitkan dari buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil th.2003
II - 56
Bab II Tinjauan Pustaka
Prinsip dari Analisa Harga Satuan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan. Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan untuk membuat harga satuan pekerjaan bangunan. Dari koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta tenaga kerja pada suatu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan harga material dan upah yang berlaku pada saat itu. Sebagai contoh sederhana adalah mementukan harga satuan pekerjaan pemasangan bata dengan standart analisa harga satuan PT. Pembangunan Perumahan (Persero). 3. I m2 pemasangan bata 1 PC : 3 Pasir 70,00 bh bata
x Rp. 380
= Rp. 26.600
14.370 kg
x Rp. 840
= Rp. 12.071
0,040 m3 pasir
x Rp. 130.000 = Rp. 5.200
0.320 pekerja
x Rp. 35.000 = Rp. 11.200
0.100 tukang batu
x Rp. 42.000 = Rp. 4.200
0.010 kepala tukang
x Rp. 55.000 = Rp.
550
0,015 mandor
x Rp. 60.000 = Rp.
900
1.00 Alat bantu
x Rp. Jumlah
1500 = Rp
1500
= Rp. 62.221/m2
Harga satuan pekerjaan diatas dihitung hanya berdasarkan upah dan bahan sebagai biaya langsung (direct cost) yang dihitung untuk suatu item pekerjaan dalam satuan volume. Jadi, biaya suatu item pekerjaan adalah harga satuan dikalikan dengan volume pekerjaan.
II - 57
Bab II Tinjauan Pustaka
Contoh : Volume pekerjaan pemasangan bata
= 25 m2
Harga satuan
= 62.221/m2
Maka biaya pekerjaan pemasangan bata
= 25 m2 x Rp.62.221/m2 = Rp. 1.555.525,-
Bila dimasukkan biaya tidak langsung, seperti overhead ataupun adanya pekerjaan penggunaan peralatan dan subkontraktor (sebesar 10%), maka besarnya harga satuan diatas harus disesuaikan dengan harga satuan pekerjaan bata = Rp.62.221 x 1,1 = Rp.68.443/m2. Dari semua komponen harga satuan masingmasing pekerjaan dengan mengkalikan jumlah volume dihitung secara total, maka akan didapat biaya total proyek sebagai anggaran biaya proyek keseluruhan. Pada Ganbar 2.12. menjelaskan tentang skema penyusunan anggaran biaya. Daftar Upah Pekerjaan
Daftar Jenis Pekerjaan
Daftar Harga Bahan
Daftar Harga Sewa/beli alat
Gambar Rencana Daftar Volume Pekerjaan
Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan Daftar Tiap Pekerjaan
Rencana AnggaranBiaya Perkelompok Pekerjaan
Gambar 2.12. Skema Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
II - 58